Anda di halaman 1dari 30

AKUT SKROTUM

OLEH:
Krisna Yoga Erlangga

PEMBIMBING:
dr. Rochmad Yasin, Sp.U

KEPANITRAAN KLINIK
SMF BEDAH RS. IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
AKUT SKROTUM
 Akut skrotum adalah keadaan-keadaan dimana
didapatkan adanya nyeri mendadak yang hebat
didalam skrotum dan seringkali disertai
pembengkakan dari isi skrotum dan gejala umum
lainnya.
Adapun diferensial diagnosis yang harus dipertimbangkan dalam
menangani akut skrotum adalah:
 Torsio testis
 Epididimitis
 Orkitis
 Trauma
 Epididimo orkitis
 Epididimis Tb
 Abses skrotum
 Fournier ganggren
 Hernia inguinalis
Nyeri Skrotum

Mendadak Bertahap

Edema Skrotum
Edema Skrotum (-) INFEKSI SKROTUM
(+)

ULKUS (-) ULKUS (+)


RIWAYAT DEMAM (-) RIWAYAT DEMAM (+)

ABSES SKROTAL PENYEBARAN


TORSIO NON TORSIO

ABSES SKROTAL FOURNIERE


REFLEKS REFLEKS GANGRENE
PERFORASI
KREMASTER (-) KREMASTER (+)

KOLIK URETER

TORSIO TESTIS TORSIO


EPIDIDIMITIS
APENDIKULARIS
TESTIS
ORKITIS
HERNIA
STRANGULATA

HIDROKEL
TORSIO
TESTIS
 Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus
spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan
aliran darah pada testis.
ETIOLOGI
Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas.
Pergerakan yang bebas tersebut ditemukan pada keadaan-keadaan
sebagai berikut :
a. Mesorchium yang panjang.
b. Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal.
c. Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis.
d. Gerakan berlebihan pada keadaan seperti perubahan suhu yang
mendadak (berenang), latihan yang berlebihan, batuk, celana
yang terlalu ketat, defekasi atau trauma yang mengenai scrotum
PATOFISIOLOGI

 Torsio testis terjadi ketika testis bergerak memutar


pada struktur kordanya, merusak aliran balik vena,
yang mengarah pada kongesti vena dan edema. Hal
ini menyebabkan berkurangnya aliran darah arteri,
sehingga terjadi iskemia lalu infark testis jika dibiarkan
dan tidak ditangani
Torsio testis dapat dibagi menjadi dua jenis utama, tergantung pada
anatomi sumbu torsi.
 Torsi intravaginal
 Torsi Extravaginal
Torsio testis juga terjadi karena mesorchium panjang, sering dikaitkan
dengan kriptokismus
INTRAVAGINAL TORSIO

Tunika vaginalis Mencegah


Kelainan sistem mengelilingi insersi epididimis
penyangga testis seluruh ke dinding
permukaan testis skrotum

Menyebabkan testis &


Dikenal dengan Testis mengalami epididimis dengan
mudahnya bergerak di
anomali bell torsio testis kantung tunika vaginalis
clapper invaginalis & menggantung pada
funikulus spermatikus
EKSTRAVAGINAL TORSIO

Lapisan parietal yang Testis, epididimis


Keadaan menempel pada dan tunika
undesensus muskulus dartos
masih belum banyak vaginalis mudah
testis
jaringan penyangga sekali bergerak

Memungkinkan untuk
Testis mengalami terpluntir pada sumbu
torsio testis funikulus spermatikus
ekstravaginalis & rotasi bebas dalam
skrotum
Macam-macam torsio testis
DIAGNOSIS
• Nyeri hebat
mendadak
• Nyeri sampai
abdomen
• Keluhan berulang,
dan hilang spontan
Anamnesis • Skrotum
membengkak pada
salah satu sisi
• Mual/muntah
• Sakit kepala ringan
Pemeriksaan
Fisik

• Testis yang mengalami torsio


letaknya lebih tinggi dan lebih
horizontal
• Adanya tanda inflamasi
• Adanya lilitan atau penebalan
funikulus spermatikus
• Reflek kremaster (-)
• Phren’s sign (-)
• Pem. Darah lengkap
• Urinalisis
• USG doppler (gold
Pemeriksaan standard)
Penunjang
DIAGNOSA BANDING

1. Epididimitis akut
2. Hernia scrotalis incarserata
3. Hidrokel
4. Varikokel
5. Tumor testis
6. Edema skrotum
TATALAKSANA

Non Operatif Operatif


 Detorsi manual  Jika testis masih
 adalah viable, dilakukan
mengembalikan Orkidopeksi (fiksasi
posisi testis ke testis)
asalnya, yaitu  Jika testis sudah
dengan jalan nekrosis, dilakukan
memutar testis ke orkidektomi
arah berlawanan (pengangkatan
dengan arah torsio. testis)
Komplikasi Testis yang
mengalami nekrosis
1. Torsio rekuren
2. Nekrosis testis
EPIDIDIMITIS

 Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang


terjadi pada epididimis
ETIOLOGI
a. Infeksi bakteri non spesifik
Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus,
Klebsiella), Ureaplasma urealyticum, Corynebacterium,
Mycoplasma, and Mima polymorpha juga dapat ditemukan
b. Penyakit Menular Seksual
Infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum,
Trichomonas dan Gardnerella vaginalis
c. Virus
Mumps, coxsackie virus A dan varicella
d. Tuberkulosis
e. Obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital) memicu terjadinya
refluks.
f. Vaskulitis (seperti Henoch-Schönlein purpura pada anak-anak)
sering menyebabkan epididimitis akibat adanya proses infeksi
sistemik.
g. Penggunaan Amiodarone dosis tinggi
h. Prostatitis
i. Prostatektomi
j. Kateterisasi dan instrumentasi
PATOGENESIS

Penyebaran mikroorganisme ini dapat melalui uretra,


prostat, vesika seminalis maupun melalui hematogen
seperti pada tuberkulosis. Patogenesis pada epididimitis
ini sama dengan patogenesis infeksi pada umumnya.

Dengan adanya mikroorganisme ini maka dapat


menyebabkan infeksi yang akan memicu reaksi
peradangan. Dengan demikian akan timbul rasa nyeri,
radang pada parenkim dan proses ini dapat
mengakibatkan pembengkakan pada epididimis
DIAGNOSIS

Anamnesis Pem. Fisik


 Nyeri panggul  Kulit skrotum merah dan panas
 Nyeri daerah perineum  Skrotum bengkak (udem dan
 infiltrat)
Frekuensi miksi meningkat
 Reflek kremaster normal
 Rasa terbakar saat miksi
 Phren sign (+)
 Demam
 Pembesaran KGB inguinal
 Pada RT, adanya pengeluaran
sekret setelah dilakukan
massage prostat
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit
meningkat dengan shift to the left (10.000-
30.000/µl)
Kultur
urin dan pengecatan gram untuk kuman
penyebab infeksi
Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria
atau tidak
Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.
Kulturdarah bila dicurigai telah terjadi infeksi
sistemik pada penderita
b. Color Doppler Ultrasonography
c. Nuclear Scintigraphy
d. Vesicouretrogram (VCUG),
cystourethroscopy, dan USG
abdomen
TATALAKSANA

Antibiotik
 Fluorokuinolon, namun penggunaannya telah dibatasi
karena terbukti resisten terhadap kuman gonorhoeae
 Sefalosforin (Ceftriaxon)
 Levofloxacin atau ofloxacin untuk mengatasi infeksi
klamidia dan digunakan pada pasien yang alergi
penisilin
 Doksisiklin, azithromycin, dan tetrasiklin digunakan
untuk mengatasi infeksi bakteri non gonokokal lainnya
Suportif
 Pengurangan aktivitas
 Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah
baring total selama dua sampai tiga hari untuk
mencegah regangan berlebihan pada skrotum.
 Kompres es
 Pemberian analgesik dan NSAID
Bedah
 Scrotal exploration
Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan
orchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada
testis.

 Epididymectomy
Tindakan ini dilaporkan telah berhasi mengurangi nyeri yang
disebabkan oleh kronik epididimitis pada 50% kasus.

 Epididymotomy
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan epididimitis akut
supurativa.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai