Anda di halaman 1dari 49

BELT DAN PULEY

Elemen Mesin 2
Suhariyanto
BELT
Belt termasuk alat pemindah daya yang cukup
sederhana dibandingkan dengan rantai dan roda
gigi. Belt terpasang pada dua buah pule
(pulley) atau lebih.
1. pule sebagai penggerak
2. pule sebagai pule yang digerakkan.
Belt juga bersifat Fleksibel sehingga
memungkinkan penempatan poros pule
penggerak dengan poros pule yang digerakkan
dalam beberapa posisi , Seperti :
3. open-belt drive
4. Twist-belt drive
5. Quarter-twist belt drive
6. dan juga memungkinkan sekaligus memutar
beberapa pule dengan hanya menggunakan
satu pule panggerak belt (belt drive many
pules).

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
BELT

Belt Datar Belt V


(Flat Belt) (V-Belt)

JENIS BELT BERGERIGI/GILIR

Timing Belt

JENIS BELT BERPENAMPANG LINGKARAN

SUPERSTARROP
STARROPE E

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


Tipe many pulleys
and guide pulleys

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


Penggunaan sistem
transmisi belt dan puley

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


◦ Tipe sistem transmisi belt yang paling
sering dipakai adalah open-belt drive, yang
dipakai untuk poros sejajar dengan
putaran yang searah.
◦ tipe twist-belt drive yang dipakai untuk
poros sejajar namun untuk putaran yang
berlawanan.
◦ Sudut yang dibentuk antara mulai
menyentuhnya belt pada pule sampai
dengan lepasnya persentuhan tersebut,
disebut dengan sudut kontak α. Pada pule
yang besar sudut kontaknya lebih besar
dari 180o, sebaliknya pada pule yang kecil
sudut kontaknya lebih kecil dari 180o.

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
BERDASARKAN BENTUK PENAMPANG
DAN PENGGUNAANNYA, BELT DAPAT
DIKELOMPOKKAN DALAM BERBAGAI
JENIS

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia
Pemindahan Daya/
Transmission

Putaran Tetap Putaran Berubah

Coupling Clutch Gear Belt Chain

Rigit Coupling Clutch Spur Gear V-Belt


Elektromagnetik

Rigit Coupling Helical Gear Flat Belt


Clutch Universal
Join
Bevel Gear Timming
Friction Clutch Belt

Worm Gear
Positive Contact
Clutch

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


Perencanaa Sistem Pada sub bab ini akan diuraikan tentang
perencanaan Belt dan pule secara berurutan
Transmisi dengan V-Belt dari daya desain sampai dengan gaya yang
dan Pule bekerja pada poros. Misalnya ada permasalahan
rencanakan sistim transmisi dengan V-belt yang
mampu mentransmisikan daya sebesar P dari
putaran n1 menjadi n2 untuk salah satu jenis
mesin Teknologi Tepat Guna (TTG), jadi pada
perencanaan ini sudah diketahui : kemampuan
daya yang akan ditransmisikan dan perubahan
putaran yang diinginkan.

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


FAKTOR KOREKSI BELT
Mesin yg digerakkan Penggerak
Supaya hasil desain atau perencanaan Momen puntir puncak 200% Momen puntir puncak>100%

aman, maka besarnya daya dan Motor AC( momen normal,


sangkar bajing sinkron) motor
Motor AC balik (momen tinggi, fase
tunggal, lilitan seri) motor arus
arus searah (lilitan shunt) searah (lilitan kompon, lilitan seri),
momen untuk desain dinaikkan mesin torak, kopling tak tetap

sedikit dari daya yang ditrasmisikan


Jumlah jam kerja per hari Jumlah jam kerja per hari
(P), besarnya daya desain (Pd) dapat
3-5 3-5 8-10 16-24
dinyatakan dengan persamaan : Variasi beban sangat kecil
jam 8-10 jam 16-24 jam jam jam jam

Pengaduk zat cair, kipas angin, blower

Pd  f c .P (sampai 7,5 kw), pompa sentrifugal,


konveyor tugas ringan
1,0 1,1 1,2 1,2 1,3 1,4

Variasi beban kecil


Konveyor sabuk(pasir, batu bara)
Dimana : fc = faktor koreksi pengaduk, kipas angin(lebih dari 7,5
kW), mesin torak , peluncur, mesin 1,2 1,3 1,4 1,4 1,5 1,6
perkakas, mesin percetakan, mesin
TTG dan sejenisnya.
Variasi beban sedang
Konveyor (ember, sekrup), pompa
torak, kompresor, gilingan palu,
pengocok, roots-blower, mesin tekstil, 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8
mesin kayu, mesin perajang rumput
dan akar, dan sejenisnya.
Variasi beban besar
Penghancur, gilingan bola atau batang,
pengangkat, mesin pabrikkaret (rol 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0
karet, lender)

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


Daya Dan Torsi Desain
1. Torsi satuannya kg.cm dan Daya satuannya 2. Torsi satuannya kgf.mm dan Daya satuannya
HP (Dobrovolsky, 1985 : 401) kW (Sularso, 2000 : 7)

P P
T  71.620 T  9,74.10 5
n n

Dimana : Dimana :
T = Torsi, kgf.cm T = Torsi , kgf.mm
N = daya, HP Pd = Daya, kW
n = putaran poros, rpm

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Daya Dan Torsi Desain
3. Torsi satuannya lbf.in dan Daya
4. Torsi satuannya kgf.m, dan daya
satuannya HP (Collins Jack A, 2003 : 180)
satuannya HP, sedangkan n = rpm, maka : Persamaan (3-2a) s/d (3-2f)
antara
menyatakan hubungan
P engan
4500 P P torsi dan daya d
T  63.025 T  716,56 berbagai macam satuan
, bila
n 2. n n yang diinginkan torsi-d
esain
pakai
Td, maka daya yang di
Atau 5. Torsi satuannya N.m dan daya adalah daya desain (Pd).
P satuannya Watt, sedangkan n = rpm,
T  63.000 maka :
n
60 P P
Dimana : T  9,554
T = Torsi, lbf.in 2. n n
N = Daya, HP

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
CONTOH SOAL

• Rencanakan sistem transmisi belt mesin perajang singkong untuk


keripik yang mampu untuk mentransmisikan daya 10 kW, dari putaran
motor 3000 rpm menjadi 1000 rpm putaran mesin. Perencanaan
meliputi : daya dan torsi desain, pemilihan belt, diameter puley,
kecepatan belt, panjang belt dan jarak antar poros, tegangan
maksimum, pengecekan jumlah belt, umur belt dan gaya pada poros.

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
PEMILIHAN BELT
Belt dipilih berdasarkan daya desain (Pd)
dan putaran pule yang kecil (nmin), dengan
menggunakan Gambar di bawah ini, maka
jenis belt yang sesuai akan diperolah. Cara
seperti ini bukan satu-satunya cara, cara
lain bisa dilakukan dengan menghitung
dulu luas penampang belt (A) yang
diperlukan, selanjutkan akan diketahui jenis
` belt (O,A, B, C, D, E atau F) serta jumlahnya
dengan menggunakan persamaan (3-9).

Misalnya digunakan cara pertama yaitu


dengan menggunakan Gambar 3-15, maka
setelah diperoleh jenis beltnya, tulis data-
data belt tersebut, misalnya lebar (b), tebal
(h) dan luas (A), data data ini akan dipakai
untuk perhitungan selanjutnya. Panjang
belt belum bisa dihitung, karena harus
menunggu perhitungan / pemilihan
diameter puley.
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya -
www.its.ac.id Indonesia
Dimensi beberapa tipe dari V-belt (Sumber :
Konstruksi dan dimensi V- Dobrovolsky, 1985: 217)
belt (Sumber : Sularso, 2004 : a. Jenis Belt : O,A,B,C,D,E dan F
164) b. Jenis Belt : 1,2,3,4, dan 5

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


DIMENSI V-BELT, LEBAR BAGIAN ATAS
(B), TEBAL ATAU TINGGI (H), LUAS
PENAMPANG (A), PANJANG BELT (L)
SERTA SUDUT KETIRUSAN KONSTAN
40O UNTUK BERBAGAI MACAM JENIS
BELT DAPAT DILIHAT PADA TABLE
BERIKUT
Cross-sectional
Type of Design length of belt, L
belt b mm h mm A cm2 mm
400; 450; 560; 630; 710; 800; 900
O 10 6 0,47 1000; 1120; 1250; 1400; 1600
1800; 2000; 2240; 2500
560; 630; 710; 800; 900; 1000; 1120
A 13 8 0,81 1250; 1400; 1600; 1800; 2000
2240; 2500; 2800; 3150; 3550; 4000
800; 900; 1000; 1120; 1250; 1400
1600; 1800; 2000; 2240; 2500
B 17 10,5 1,38 2800; 3150; 3550; 4000; 4500
5000; 5600; 6300
1800; 2000; 2240; 2500; 2800
C 22 13,5 2,3 3150; 3550; 4000; 4500; 5000
5600; 6300; 7100; 8000; 9000; 10.000
3150; 3550; 4000; 4500; 5000
D 32 19 4,75 5600; 6300; 7100; 8000; 9000
10.000; 11.000; 12.500; 14.000
4500; 5000; 5600; 7100
E 38 23,5 6,95 8000; 9000; 10.000; 11.200; 12.500
14.000; 16.000; 18.000
6300; 7100; 8000; 9000; 10.000
F 50 30 11,7 11.200; 12.500; 14.000; 16.000; 18.000

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


Pemilihan dan Perhitungan
Diameter (gambar Sket)
• Sebelum melakukan pemilihan dan perhitungan diameter pulley, maka sebaiknya dilihat dulu gambar sket
sistem tranmisi belt dan pulley

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Pemilihan dan Perhitungan
Diameter (gambar Sket)
Untuk memilih atau menghitung besarnya
diameter puley, dapat menggunakan rumus
perbandingan putaran (i). Bila rangkakan
diabaikan, maka rumus yang dipakai adalah Rumus :
persamaa (3-3a), sedangkan bila rangkaan n1 D2
tidak diabaikan maka persamaan yang dipakai i 
adalah persamaan (3-3b). n2 D1 n1 D2
i  1   
n2 D1
Dimana :
D = diameter pule
ς = koefisien
rangkaan ( 1 s/d 2 % )

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Diameter Pulley Yang Kecil

Tipe Belt A B C D E 3V 5V 8V

Diameter minimum yg
65 115 175 300 450 67 180 315
diijinkan (mm)

Diameter minimum yg
95 145 225 350 550 100 224 360
dianjurkan (mm)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Kecepatan Keliling atau
Kecepatan Linear
Persamaan 1:
 .D1.n1
v dimana :
60 x1000 v = kecepatan linier belt ( m/det), v max = 30 m/det
D = diameter pule, mm diameter dan putaran pule ( D
n = putaran pule, rpm dan n ) berada dalam satu
benda, artinya bila D1 maka
Persamaan 2: putarnnya juga n1, dan bila D2
 .D1.n1 dimana : maka putarannya juga n2.
v
60 x12 v = kecepatan linier belt ( ft/det), v max = 30 m/det
D = diameter pule, in

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Jarak Kedua-Sumbu Poros
( C ) dan Panjang Belt ( L )

Persamaan:
 1
L  2C  D1  D2   D2  D1 2 Sketch
2 4C
Setelah diperoleh panjang belt, pilih panjang belt yang Arc of
tersedia atau standar , seperti ditunjukkan pada tabel contact
between
disamping. Setelah memilih panjang belt yang paling the belt
sesuai dengan hasil perhitungan, maka jarak antar poros and the
smaller
(C) dicek kembali. Jarak antar poros dapat dihitung pule
dengan persaman di bawah ini. Hal ini bisa terjadi
Geometr
karena hasil perhitungan hampir pasti berbeda dengan ical
panjang belt standar. length of
belt

b  b 2  8D2  D1  dimana : b = 2L - (D2 + D1)


2 (disregar
ding
C tension
8 and sag)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Nomor Nomor Nomor Nomor
Nominal Nominal Nominal Nominal
inch mm inch mm inch mm inch mm
10 254 45 1143 80 2032 115 2921
11 279 46 1168 81 2057 116 2946
12 305 47 1194 82 2083 117 2972
13 330 48 1219 83 2108 118 2997
14 356 49 1245 84 2134 119 3023
15 381 50 1270 85 2159 120 3048

PANJANG
16 406 51 1295 86 2184 121 3073
17 432 52 1321 87 2210 122 3099
18 457 53 1346 88 2235 123 3124
19 483 54 1372 89 2261 124 3150

V-BELT 20
21
22
508
533
559
55
56
57
1397
1422
1448
90
91
92
2286
2311
2337
125
126
127
3175
3200
3226

STANDAR
23 584 58 1473 93 2362 128 3251
24 610 59 1499 94 2388 129 3277
25 635 60 1524 95 2413 130 3302
26 660 61 1549 96 2438 131 3327
27 686 62 1575 97 2464 132 3353
28 711 63 1600 98 2489 133 3378
29 737 64 1624 99 2515 134 3404
30 762 65 1651 100 2540 135 3429
31 787 66 1676 101 2565 136 3454
32 813 67 1702 102 2591 137 3480
33 838 68 1727 103 2616 138 3505
34 864 69 1753 104 2642 139 3531
35 889 70 1778 105 2667 140 3556
36 914 71 1803 101 2692 141 3581
37 940 72 1829 107 2718 142 3607
38 965 73 1854 108 2743 143 3632
39 991 74 1880 109 2769 144 3658
40 1041 75 1905 110 2794 145 3683
41 1041 76 1930 111 2819 146 3708
42 1067 77 1956 112 2845 147 3734
43 1092 78 1981 113 2870 148 3759
44 1118 79 2007 114 2896 149 3785

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


GAYA-GAYA PADA BELT
Ketika belt sedang bekerja, belt mengalami tarikan yang Hubungan antara F1, F2, koefisien gesek (f) dan
berbedqa-beda di setiap tempat, tarikan yang paling besar sudut-kontak (α) secara analitis fleksibilitas
terjadi pada posisi belt yang sedang melingkar pada pule belt yang melingkar pada puley, dapat
penggerak, distribusi tarikannya dapat dilihat pada dinyatakan dengan persamaan di bawah ini.
gambar di bawah ini.
Keterangan gambar : F1 Fe  F1  F2
 e f .  m
α = sudut kontak antara belt dengan puley F2
F1 = gaya tarik pada bagian yang kencang
D2  D1 (untuk open belt drive
F2 = gaya tarik pada bagian yang kendor   180  .60
C pada pule kecil)
P = distribusi tarikan / gaya
N = gaya normal
r = jari-jari puley

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
GAYA-GAYA PADA BELT
Tiga gaya yaitu : gaya pada belt yang kencang ( F 1), gaya Tabel Koefisien gesek ( f ) antara belt dan pule
pada belt yang kendor (F2 ) dan dan gaya efektif ( Fe ) , (untuk belt data)
biasanya yang lebih dahulu diketahui adalah Fe dengan
Pule material
menggunakan rumus :
Type of belt Compressed
T1 T paper
wood steel Cast iron
Fe  atau Fe  2
r1 r2 Leather :
Tanned with vegetable 0.35
compound 050
Selanjunya menghitung F1 dan F2 dengan menggunakan Tanned with mineral
compound 0.30 0.25 0.25
persamaan (3-8) yang terlebih dahulu harus menghitug 0.28 0.45 0.40 0.40
Cotton : 0.25
besarnya sudut kontak α , dan besarnya koefisien gesek f. Solid woven
Stitched 0.45 0.25 0.22 0.22
Setelah diperoleh Fe maka bisa dicek jumlah belt ( Z ), 0.35 0.23 0.20 0.20
Woolen
dengan persamaan di bawah ini. Rubber 0.40 0.35 0.35
0.32 0.30 0.30
Dimana :
F σd = Tegangan akibat adanya daya yang
Z e
 d .A ditransmisikan

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Tegangan akibat adanya tarikan awal, σo (tegangan awal)

TEGANGAN Tegangan akibat adanya daya yang ditransmisikan, σd


(tegangan untukmentransmisikan daya).
MAKSIMUM
PADA BELT
Tegangan akibat gaya sentrifugal, σv

Tegangan akibat bending pada bagian-bagian dari belt


yang melingkar pada pule, σb

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


1. Tegangan Awal 2. Tegangan untuk mentransmisikan daya
Kerena adanya gaya awal, maka timbul tegangan Karena adanya daya yang ditransmisikan oleh
awal. belt, maka timbul tegangan untuk
Fo dimana : mentransmisikan daya ( σd ).
o  A = luas penampang belt
A Fe
d 
= b.h (lebar belt dan h = tebal belt) A
Note:
besarnya tegangan awal tidak 3. Tegangan karena gaya sentrifugal
melebihi 18 kg/cm2 untuk belt
datar, dan 12 kg/cm2 untuk V-belt.
q.v 2
Fg 
g
Harga tersebut berdasarkan percobaan dengan kondisi :
-
Fgq v 2  .v 2
Open belt dengan pule dari ”cast “ v   x 
A A g 10.g
- Beban konstan dengan kecepatan keliling v = 10 m/s
- Sudut kontak α = π

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
5. Tegangan Maksimum
4. Tegangan Bending
h  max   v   1   b1
 b  Eb
D d
Dimana :  max   v   2   b1   d
2
Eb = modulus elastisitas bahan belt
D = diameter pule yang kecil Dua persamaan tersebut dapat
dipilih salah satu untuk
menghitung besarnya tegangan
maksimum, misalnya dipilih
persamaan yang pertama.
d
 max   v   o    b1
2
Tegangan Bending dipilih yang terbesar yaitu σb1, selanjutnya
diberi lambang “ σb “, sehingga persamaan menjadi:
 Fo Fe  .v 2 h
 max   o  d   v   b 
2 max     Eb
A 2. A 10.g Dmin
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia
www.its.ac.id
Besarnya tegangan maksimum merupakan penjumlahan dari ke Dimana :
empat tegangan-tegangan tersebut. Berdasarkan Gambar 3-20
besarnya tegangan maksimum dapat dirumuskan sebagai Fo = gaya awal, kgf
berikut     
max v 1 b1 σo = tegangan awal, 12 kgf/cm2 untuk V-belt, 18 kgf/cm2 untuk Flat-belt
d Fe = gaya efektif, kgf
 max   v   2    b1   d
2
A = luas penampang belt, cm2
Dua persamaan tersebut dapat dipilih salah satu untuk
γ = berat spesifik (specific weight), kg/dm 3 atau gr/cm3
menghitung besarnya tegangan maksimum, misalnya dipilih
persamaan yang pertama. ( untuk rubber, γ = 1,25 s/d 1,50 kgf/dm3), Tabel 3-7

 max   v   o  d   b1 v = kecepatan linier, m/s
2
g = percepatan gravitasi, 9,81 m/s 2
Tegangan Bending dipilih yang terbesar yaitu σ b1,
selanjutnya diberi lambang “ σb “, sehingga persamaan (3- Eb = modulus elestisitas, kgf/cm2 ( untuk rubber Eb = 0,004 GPa atau
15b) menjadi :  40,7 kgf/cm2 atau Eb = 0,0006 Mpsi). Lampiran I
 max   o  d   v   b
2 h = tinggi belt, cm
Fo F  .v h 2
 max   e   Eb Dmin = diameter pule yang kecil, cm
A 2. A 10.g Dmin

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Rubber Solid- Woven Interstitched Woven
Leather canvas woven woolen rubber semi-
cotton linen

440 Belt Tipes


( without O A B C D E F
UTS in kgf/cm2 200 layers), 350-405 300 300 500
370 (with Difference
layers) between design
and inner length 25 33 40 55 76 95 120
10% at 20-25% of belt
18% at 60% at 16% at 10% at
Max elongation 100 at in mm
rupture rupture rupture rupture
kg/cm3 rupture
Minimum
Ratio Dmin/h allowable design
35 40 30-40 30 40 30 63 90 125 200 315 500 800
recommended diameters of pules
Recommended in mm
max velocity 40 20-30 25 30 50 50
max in m/sec Maximum
recommended
Specific weight 0.75- 0.90- 25 25 25 25 30 30 30
0.98 1.25-1.50 ≈1.2 ≈1.0 velocity v max
in kgf/dm3 1.05 1.24 in m/sec
Width b in mm 20-300 20-500 30-250 50-300 20-137 15-53 Cross-sectional, in
0,47 0,81 1,38 2,3 4,75 6,95 11,7
Single mm2
Thickness h in 3-5.5 4.5-6.5-
2.5-13.5 6-9-11 1.75-2.5-3.3 1.75
mm Double 8.5
7.5-10 Tabel Diameter minimum dan kecepatan maksimum
Berbagai macam tipe V-Belt
Tabel UTS, e.max, rasio D/h, v.maks dan SG
Berbagai macam bahan belt

www.its.ac.id INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


3.1.8. Kerugian-kerugian pada Belt Kerugian pertama dan kedua merupakan kerugian utama, sedangkan
kerugian ketiga akan diperhitungkan bila pulenya besar, sedang
Kerugian transmisi daya dengan belt, ada dua, yaitu : pertama kerugian keempat sudah dibahas pada bab bantalan.
daya tidak dapat ditransmisikan 100 %, kedua timbulnya panas pada
belt. Material belt seperti ; karet alam, karet sintesis, campuran karet Kerugian total persatuan waktu (Le) karena creep (LC) dan histerisis
dengan bahan lain, kesemuanya itu sangat sensitif terhadap panas. (LH) (Dobrovolsky, 1985: 210) adalah :
Dalam keadaan normal temperatur belt sebanding dengan
kerugiannya, dan besarnya kerugian ini merupakan indikasi turunnya Le = LC + LH
efisiensi.
Besarnya kerugian total persatuan waktu tersebut (Le) dapat juga
Secara keseluruhan kerugian daya yang terjadi pada transmiasi belt dihitung dengan persamaan :
adalah :
Le = A . v . Kp
1) Karena adanya rangkakan (creep) antara belt dan pule
Dimana : A = luas penampang belt.
2) Karena adanya elastis histerisis (elastic hysterisis) yaitu gesekan
antar partikel didalam belt itu sendiri akibat tarikan, tekanan v = kecepatan keliling belt.
dan bending.
kp = factor proporsional, yang besarnya dipengaruhi oleh
3) Karena tahanan udara pada belt, pule dan idler-pule
• perencanaan, struktur dan sifat belt. Bisa dihitung dari persamaan
4) Kerena gesekan pada bantalan pule atau idler-pule. (3-21), bila kenaikan suhu belt diketahui.

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
3.2. Prediksi Umur Belt ( Calculating Belt Service Life ) 3.2.1. Pengaruh Tegangan
Dalam operasi yang normal pemeriksaan terhadap belt Umur belt dapat dihitung dengan rumus umum sebagai berikut :
ditujukan pada pemeriksaan keausan pada serat – serat beltnya,
yang timbul akibat adanya beban yang bervariasi, panas atau  max
m
.3600.u. X .H   mfat .N base
akibat kerugian daya (belt losses). Sebenarnya banyak faktor m
yang dapat mempengaruhi umur belt, namun yang terpenting N base   fat 
adalah tegangan berulang (cycles stress) dan timbulnya panas. H  
3600.u. X   max 
Perubahan tegangan yang terbesar terjadi pada saat belt
mulai memasuki pule penggerak. Dalam hal ini dapat dikatakan Dimana :
bahwa bila belt bekerja dalam satu putaran akan terjadi H = umur belt (jam)
perubahan beberapa kali, setiap kali terjadi perubahan tegangan Nbase = basis dari fatique test, yaitu 107 cycle.
,inilah yang dapat mempengaruhi umur belt. Oleh karena itu σfat = fatique limit atau endurance limit yang berhubungan
sebagi dasar perhitungannya, dipakai basis ”endurance limit” dengan Nbase dapat dicari dari ”fatique curve”
(fatique limit) atau tegangan kelelehan. (Dobrovolsky, 1985: 238) σmax = tegangan maksimum yang timbul, lihat persamaan (3-8)
u = jumlah putaran per detik, atau sama dengan v/L)
(v = kecepatan, m/s dan L = panjang belt, m)
X = jumlah pule yang berputar

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Nilai σfat dan m ditentukan berdasarkan bahan dan tipe belt : 1. Panas yang diproduksi atau panas yang dilepas ke atmosfir , Q

1. Untuk belt datar nilai m = 5 dan untuk V-belt nilai m = 8 Q ‫ ﻛ‬Acool . ht (T1 – T2)
(bahan terbuat dari karet dan cotton)
2. Nbase = 107 cycle, maka harga σfat adalah : Dimana :

Untuk belt datar : σfat = 60 kg/cm2 (bahan karet) Q = panas yang diproduksi atau panas yang dilepaskan, cal

Untuk belt datar : σfat = 30 kg/cm2 (bahan cotton) Acool = luas pendinginan atau luas permukaan belt, m2

Untuk V-belt : σfat = 90 kg/cm2 = 2 (b+h). L


ht = koefisien perpindahan panas (heat transfer koefisien)
( besarnya antara : 7,5 s/d 15 cal/(m2.Jam .oC), sangat tergantung
3.2.2 Pengaruh Panas pada kecepatan keliling.
Pada saat belt beroperasi, temperatur belt akan naik
T1 = temperatur kerja (oC), biasanya dijaga antara 75 s/d 85 oC
beberapa derajad kemudian konstan. Pada saat demikian semua
panas yang ditimbulkan akan dilepas ke udara sekelilingnya, T2 = temperatur udara sekelilingnya (oC)
sehingga temperatur belt konstan. Keseimbangan panas pada
elemen mesin, dapat juga diberlakukan pada belt.

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
2. Kehilangan daya. 2. Untuk V- belt ( φ = 40o dan b = 1,6 h)
Besarnya kehilangan daya atau energi per satuan waktu, sama A 0,8.b.h h
 
dengan kerugian total yang sudah dinyatakan dengan persamaan : Acool 2,9.b.L 3,6.L
Le = A . v . Kp
Dari dua persamaan di atas tersebut, maka secara umum untuk
Kehilangan daya dianggap sama dengan panas yang timbul, sehingga belt datar dan V-belt bisa ditulis persamaan sebagai berikut :
A h
Acool .ht T1  T2   A.v.k p 
Acool C.L
A.v
T  kp
Acool .ht
Dimana : C = konstanta yang besarnya adalah
Hubungan antar A dan Acool untuk belt-datar dapat dinyatakan : = 2 untuk belt datar
1. Untuk belt datar, h << b = 3,6 untuk V-belt
A b.h b.h h
   Sehingga persamaan untuk mengetahui perbedaan temperatur dapat
Acool 2(b  h).L 2.b.L 2 L ditulis :
A.v h.v h
T  kp  .k p  u.k p
Acool .ht C.L.ht C.ht

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
3.4. Komponen-Komponen Sistem Transmisi dengan Belt dan Pule
3. Selanjutnya dengan memakai bahan belt yang berat jenisnya kecil
3.4.1. Belt. dapat mengurangi tegangan akibat gaya sentrifugal. Selain itu juga
dapat menurunkan factor proporsional (kp) sehingga dapat
Transmisi dengan Belt mempunyai beberapa kelebihan antara menurunkan kerugian akibat creep (LC) dan histerisis (LH)
lain adalah : Jangkauan atau cakupan dayanya yang baik dari daya
kecil sampai besar, mempunyai umur-pakai yang layak, mudah Belt dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk penampangnya,
pemasangannya, mampu terhadap ”fatique strength” dan harganya perencanaan, bahan dan cara pembuatannya. Bentuk penampang
yang murah. belt sangat berpengaruh terhadap perencanaan pule dan peralatan
lainnya, macam-macam bentuk penampang belt adalah :
Dengan melihat persamaan persamaan tersebut dia ats cukup
untuk mengadakan analisa tentang belt, seperti : 1. Bentuk Tali
1. Untuk mengurangi kerugian dapat dilakukan dengan mengurangi Terbuat dari serat dan baja, secara luas dipakai untuk pemindahan
luas penampang, yaitu mengurangi ketebalan ( h ). Akibat daya yang besar dan jarak yang jauh. Kekurangan dari bentuk ini
berkurangnya ketebalan ini akan mengurangi tegangan bending, adalah diperlukan unit pressure yang tinggi pada pule-nya dan cepat
tetapi dapat menyebabkan membesarnya tegangan tarik σo dan σd , sekali aus baik pada talinya maupun pada alur pule-nya. Sekarang ini
sehingga untuk mengatasinya dapat menggunakan belt yang bentuk ini dibuat dari kulit dan cotton, tetapi kemampuan untuk
mempunyai ”tensile strength” yang lebih besar. memindah daya yang rendah.

2. Tegangan bending juga dapat dikurangi dengan memperkecil Eb, 2. Bentuk Datar (Flat Belt)
karena dengan Eb yang kecil maka tegangan bending yang terjadi juga Dipakai secara luas untuk transmisi mesin-mesin industri, dan dibuat
akan lebih kecil, tetapi dapat mengurangi kemampuan dalam dengan macam-macam tingkat ketebalan ( 15 – 500 ) mm, dan juga
meredusir ”creep” , karena dengan menggunakan Eb yang kecil dapat dibuat dengan berbagai macam ukuran dan bahan.
meningkatkan kemungkinan terjadinya ”creep”.

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
3. Bentuk V (V-belt)
Banyak dipakai, terutama pada mesin mobil, pada pompa,
kompresor dan sebagainya. Bentuk ini lebih mampu memindahkan
daya dari pada flat belt karena slip yang terjadi lebih kecil, karena
mempunyai bidang gesek pada bagian sisi-sisinya.
• Mempunyai gaya gesek yang lebih besar, kerena mempunyai
luasan persentuntuan dengan pule besar.
• Mampu mentransmisikan daya dan kecepatan yang lebih besar.
• Banyak tersedia di pasaran.
• Harganya terjangkau
4. Bentuk-bentuk lain
Selain bentuk penampang lingkaran, datar dan V, juga ada bentuk
lain, misalnya bergerigi atau bentuk-bentuk lainnya

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Tabel kode v-belt standar DIN 2215/ISO 4184

Semuanya rumus yang dihasilkan didepan adalah untuk belt datar, rumus-
rumus tersebut dapat pula diterapkan pada V-belt, tetapi sedikit ada
perubahan. Misalnya pada Rumus Euler’s, koefisien gesek ” f ” diganti
menjadi ” f’ “(Dobrovolsky, 1985: 214)
f
f '
Sin (0,5 )

Dimana : φ = sudut ” groove-V ” pada pule-nya, untuk selanjutnya diberi


lambang “ β “

GAMBAR BISA DIGANTI

Gambar Bentuk penampang dan sudut groove dari pule

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Rumus Euler sekarang menjadi : (Dobrovolsky, 1985: 214)
Keuntungan ini diikuti oleh kelemahan, yaitu bertambahnya unit
f . pressure ( tekanan per satuan luas ) dengan bertambahnya unit
F1
 e f '.  e Sin( 0 , 5  )
 m' pressure ini akan menyebabkan gesekan bertambah besar sehingga
F2 lebih cepat aus. Bentuk permukaan belt bisa juga dibuat bergerigi
seperti ditunjukkan oleh Gambar dibawah ini
Untuk menjaga agar tidak terjadi jepitan belt pada pulenya, maka
sudut groove β mempunyai syarat, yang besarnya dapat dinyatakan :
β = 2 tan -1 . F
Misalnya : koefisien gesek, f = 0,3, maka : β = 2 tan-1 0,3 = 34o
Untuk pule dengan bermacam – macam diameter, sudut groove
ini (β ) besarnya antara : 34o – 40o. Dengan pembatasan tersebut,
maka bila β = 37o , didapat :
f f
f '  3f
Sin 0,5 Sin18,5

Dengan hasil f’ ≈ 3f untuk β = 37o , dapat diartikan bahwa dengan


kondisi yang sama, maka setiap busur dari V-belt mampu
Gambar Bentuk groove pada pule CVT (continous variable
memindahkan daya sebesar 3 kali kemampuan belt datar, ini adalah
transmision)
keuntungan utama dari V-belt.

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
3.4.2 Puley
Pule atau Puley untuk belt mempunyai beberapa bagian, yaitu :
”rim” roda tempat belt, ”spokes” ruji – ruji atau bentuk lempengan,
”hub” atau naaf. Pule dibedakan atas bentuknya dan permukaan
PULEY rim-nya. Bentuk rim disesuaikan dengan tipe belt dan kondisi
operasinya.

Gambar Bentuk roda pule untuk V-belt

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
3.5.2.1 Pule untuk belt datar
Tipe ini cenderung memakai permukaan yang rata (flat) yang akan
PULEY UNTUK membuat bentuk pule seperti sebuah silinder, atau bentuk
melengkung seperti mahkota. Ukuran utama pule ini adalah :
BELT DATAR diameter pule (D), lebar pule (Wp) lebar ini disesuaikan dengan
lebar belt (Wb), tingggi mahkota (h),

Tabel 3-10. Pertandingan ukuran antara lebar pule (Wp) dan tinggi
mahkota (h)

Wp (mm) 40-60 70-100 125-150 175-250 300-400 450-600

h (mm) 1,0 1,5 2 2,5 3,0 4,0

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
3.5.2.2. Pule untuk V-belt
Salah satu contoh konstruksi pule untuk V-belt dapat dilihat pada
Gambar dibawah besarnya ukuran-ukuran utama : e, C, S, φ, t dan b
dapat dilihat pada Tabel 3-4. Beberapa nama yang penting dapat
dilihat pada Gambar 3.24

Gambar 3-24. Bentuk pule untuk V-belt


OD : diameter luar. PD = diameter pitch . S = pitch. D = tinggi alur.
W = lebar goove luar. E = tebal alur bagian ujung
Dalam pemakaian kadang jumlah belt tidak satu buah namun lebih
dari satu, dengan demikian maka pulenya juga harus pule double
Gambar 3-23. Bentuk pule untuk V-belt dengan sudut groove φ atau atau tripel. Gambar teknik untuk pule ini dadap dilihat pada Gambar
β 3.25. Dimana : D = diameter lubang pule, N= diameter luar hub, J =
diameter dalam roda pule, P = diameter pitch dan O = diameter luar
puley.

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
• Note : The angle of groove (β) is selected depending on
the pule diameter; leaser angle corresponds to a lesser
diameter. (Sumber : Dobrovolsky, 1985: 216)

Bentuk dan jumlah alur berdasarkan ukuran dan jumlah belt.


Ukuran ”groove”-nya diharapkan menjaga agar belt pada
bagian bawahnya tidak saling bersentuhan atau terlalu
berjulur keluar.

Gambar 3-25. Gambar teknik pule untuk V-belt double dan triple

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
3.5. Daya yang Ditransmisikan
Dimana : η = 0,98 untuk belt datar (open belt drive)
Belt berputar dengan kecepatan keliling v (m/s), sambil
memindahkan beban sebesar Fe (kgf), maka daya yang η = 0,95 untuk belt datar dengan idler pule
ditransmisikan dalam satuan HP sebesar :
η = 0,96 untuk V-belt
Fe .v
P
75
3.7. Continous Various Transmission
Bila daya yang ditransmisikan dalam satuan kW, maka persamaan
diatas menjadi : CONTINOUS VARIOUS TRANSMISION (CVT) adalah
transmisi dengan perbandingan diameter (pule) yang sangat
Fe .v
P bervariasi, orang lebih senang menyebutnya Transmition
102 Aotumatic (AT), atau “metik”.
3.7.1. Keuntungan Sistem CVT
Dengan melihat adanya kehilangan daya sebesar LT sesuai • Memberikan perubahan kecepatan dan perubahan torsi
dengan persamaan (3-36) maka efisiensi transmisi sistem belt (tanpa dari mesin ke roda belakang secara otomatis
memperhatikan tahanan udara dan gesekan pada bantalannya)
adalah : ( Dobrovolsky, 1985: 241) • Perbandingan rasio gigi yang sangat tepat tanpa harus
Fe .v
 memindahan gigi
Fe .v  LT
• Tidak akan terjadi hentakan saat perpindahan didi
• Perpindahan kecepatan yang sangat lembut

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
3.7.2. Kerugian Sistem CVT 3.7.3. Komponen CVT
1. Untuk start pertama dibutuhkan putaran yang tinggi Berikut ini adalah beberapa komponen penting pada
2. Pembukaan gas cenderung besar, karena dibutuhkan CVT
putaran tinggi untuk bisa berjalan dan berpidah rasio
3. Penggunaan bensin lebih boros
4. Karena lebih banyak bekerja pada putaran tinggi
dimungkinkan mesin lebih cepat rusak jika tidak
mendapatkan perawatan yang lebih
5. Pada saat jalan menurun, engine brake yang terjadi
sangat kecil, sehingga cenderung mengerem dan rem
akan terbakar
6. Karena kecilnya engine breke ini akan menimbulkan
motor sulit dikendalikan saat jalan menurun. Untuk itu
tidak disarankan menggunakan motor matic di kondisi
jalan menanjak dan menurun bagi yang belum
berpengalaman.

Gambar 3.27 Skema dan komponen-komponen CVT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
3.7.4. Cara Kerja Sistem CVT A. Saat putaran langsam
Cara kerja CVT dapat dikelompokkan menjadi empat, Saat putaran langsam kopling sentrifugal pada pulley
yaitu saat putaran langsam, putaran mulai jalan, putaran sekunder belum berhubungan, sehingga putaran dari
menengah dan putaran tinggi, namun sebelumnya perlu pulley primer belum dapat diteruskan ke roda belakang.
dilihat dulu gambar skema CVT.

Gambar 3.31 CVT saat putaran langsam

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
B. Saat putaran mulai jalan C. Saat putaran menengah
Saat mulai berjalan kompling sentrifugal pada pulley Saat putaran menengah besar pulley sekunder dan
sekunder mulai terhubung dan memutar roda belakang primer relatif sama, sehingga membuat perbandingan
gigi yang sesuai

Gambar 3.32 CVT saat putaran mulai jalan Gambar 3.33 CVT saat putaran menengah

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
D. Saat putaran tinggi E. Saat roda beban berat / menanjak
Saat putaran tinggi, pulley primer membesar, karena Pada saat menanjak, atau beban berat, roda belakang
putaran mesin meninggi, oleh karena pulley primer agak tertahan, oleh karena beban sehingga pulley
membesar belt lebih banyak tertari ke depan, sehingga sekunder membesar dan pulley primer mengecil.
pulley sekunder mengecil. perbandingan putaran akan
berubah lagi.

Gambar 3.34 CVT saat putaran tinggi Gambar 3.35 CVT saat beban berat

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
Contoh Soal 2. Rencanakan sebuah sistem transmisi V-Belt untuk
1. menggerakkan mesin perkakas yang mampu untuk
mentransmisikan daya 2 kW dari sebuah motor listrik
a) Sebutkan dan gambarkan sket 4 posisi dari belt dan dengan putaran (n1) 2922 rpm. menjadi putaran (n2) 974
pulley rpm. Hitunglah :
b) Berdasarkan bentuknya sebuatkan 5 macam bentuk belt 1) Daya perencanaan dan Torsi perencanaan
c) Jelaskan secara singkat, tentang F1, F2 dan Fe dan 2) Pilih tipe belt, kemudian berapa nilai : h , b dan A
bagaimana hubungannya.
3) Tentukan D1 , kemudian hitung D2. ( koefisien
d) Sebutkan dan tulis rumusnya tegangan-tegangan yang rangkakan ς = nol )
terjadi pada saat belt beroperasi.
4) Hitung dan pilih panjang belt L , (jarak antar poros =
e) Sebutkan faktor-faktor yang berpengaruh pada umur
3 D2 ).
belt.
f) Gambarkan sket, open belt drive. Tunjukkan : sudut 5) Gaya-gaya pada belt : Fe; F1, F2 , ( diasumsikan F1 / F2
kontak, tempat tegangan yang terbesar, n (rpm), = 3).
kecepatan (v) dan gaya-gaya pada poros. 6) Tegangan maksimum yang terjadi pada belt, bila
modulus elastistas bahan 300 kgf/cm2 , γ = 1,4
kgf/dm3, dan tegangan awal (σo = 12 kgf/cm2)
7) Prediksi umur belt tersebut.

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER, Surabaya - Indonesia


www.its.ac.id
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai