Anda di halaman 1dari 50

GUGATAN

OLEH :
FIRMAN FLORANTA ADONARA S.H.,M.H
DOSEN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
Tempat & tanggal
pembuatan surat
gugatan

Syarat formal
meterai

tanda tangan

SYARAT-SYARAT
GUGATAN

Identitas para pihak

posita/fundamentum
Syarat substasil
petendi

petitum
Tempat &
Tanggal
Pembuatan
• Dalam surat gugatan disebutkan secara tegas tempat dimana
Surat gugatan dibuat (domicili Penggugat/ kuasanya);
Gugatan • Disebutkan tanggal, bulan dan tahun gugatan dibuat;
• Tanggal yang termuat pada kanan atas surat gugatan
haruslah sama dengan tanggal yang dicantumkan pada
meterai gugatan;
METERAI

Surat gugatan tanpa meterai


Meterai yang digunakan
tidak meyebabkan menjadi
pada umumnya 6000
batal, tetapi dikembalikan
rupiah;
untuk diberi materai
TANDA TANGAN

Surat gugatan harus ditandatangani oleh Penggugat sendiri atau oleh kuasanya.

Seorang kuasa tidak dibenarkan mengajukan gugatan secara lisan (Putusan MARI No.369
K/Sip/1973);

Suatu gugatan tertulis yang dibubuhi cap jempol dinyatakan tidak dapat diterima (Putusan
MARI No.1077 K/Sip/1972);

Suatu gugatan yang ditandatangani dengan cap jempol yang tidak dilegalisir, maka gugatan
tsb dikembalikan kepada penggugat untuk dilegalisir (Putusan MARI No.769 K/Sip/1975);
IDENTITAS PARA PIHAK
(Pasal 8 RV)

Identitas secara umum :


• Nama lengkap;
• Umur/tempat dan tanggal lahir;
• Pekerjaan;
• Alamat atau domicili
Penggugat/Tergugat • Disebutkan secara tegas nama badan hukum dan
adalah badan hukum siapa yang berhak mewakilinya menurut anggaran
dasar/peraturan yang berlaku.
• Contoh : Tergugatnya adalah Bupati
“Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta,cq.
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia di Jakarta,
cq. Gubernur KDH TK.I….di.....,cq. Bupati KDH
Tk.II....di...., yang dalam hal ini diwakili oleh Bupati,
disebut sebagai Tergugat.
• Apabila Penggugat lebih dari satu (orang/badan
hukum), maka harus dikualifikasikan sebagai Para
Penggugat atau Penggugat I, Penggugat II, begitu
pula terhadap beberapa Tergugat.
POSITA(FUNDAMENTUM • Adalah dalili-dalil konkret tentang adanya
PETENDI) hubungan hukum yang merupakan dasar
serta alasan-alasan dari tuntutan.
Obyek perkara

Fakta-fakta hukum

POSITA(FUNDAMENTUM
kualifikasi perbuatan Tergugat
PETENDI)

uraian kerugian

hubungan posita dengan


petitum
• Mengenai hal apa gugatan diajukan (sengketa hak
atas tanah, sengketa merek dagang, sengketa
perjanjian, perkawinan, dll);
• Obyek benda tidak bergerak : cara perolehannya,
hubungan dengan Penggugat, luas dan batas-
OBYEK batasnya (Putusan MARI No. 1149 K/Sip/1979 :
bila tidak jelas batas-batas tanah sengketa, maka
PERKARA gugatan tidak dapat diterima);
• Obyek benda bergerak : cara perolehannya,
hubungan dengan Penggugat, ciri-ciri nomor,
jenis, dll.
• Putusan MARI No. 565 K/Sip/1973 :”kalau
obyek gugatan tidak jelas, maka gugatan tidak
dapat diterima.”
Adalah uraian mengenai
FAKTA- hal-hal yang menyebabkan
FAKTA timbulnya sengketa.
HUKUM
Misal : tergugat melakukan
wanprestasi atau perbuatan
melawan hukum
Adalah suatu perumusan
mengenai perbuatan materiil
maupun formal dari Tergugat,
dapat berupa PMH atau
KUALIFIKASI wanprestasi;
PERBUATAN
TERGUGAT Kesalahan dalam
pengkualifikasian membawa
akibat gugatan tidak terbukti
dan ditolak oleh pengadilan.
Adalah suatu penjabaran atau rincian
mengenai kerugian yang diderita Penggugat
sebagai akibat perbuatan Tergugat (materiil
maupun moril);

Kerugian materiil harus diuraikan secara


URAIAN terperinci, satu persatu unsur-unsurnya dari
kerugian yang timbul dan didukung oleh
KERUGIAN bukti-bukti tertulis (kwitansi, bon, faktur, dll);

Kerugian moril jumlahnya ditaksir menurut


kedudukan, dan status seseorang di dalam
masyarakat.
Adalah hal-hal yang tidak dikemukakan dalam posita tidak dapat dimohonkan dalam
petitum;

HUBUNGAN Posita adalah dasar membuat petitum;

POSITA
dengan Putusan MARI No. 67 K/Sip/1975 :”karena petitum tidak sesuai dengan dalil-dalil

PETITUM
gugatan (posita), maka permohonan kasasi dapat diterima & putusan Pengadilan
Tinggi dan Pengadilan Negeri dibatalkan;

Putusan MARI No. 556 K/Sip/1971, Putusan MARI No. 1245 K/Sip/1974, Putusan
MARI No. 339 K/Sip/1969 : putusan yang mengabulkan lebih daripada yang dituntut,
diijinkan selama masih sesuai dengan keadaan materiil, asal tidak menyimpang dari
apa yang dituntut dan putusan yang hanya meminta sebagian saja, harus dibatalkan.
• Adalah kesimpulan dari suatu gugatan yang
berisi hal-hal yang dimohonkan untuk
diputuskan oleh Hakim atau Pengadilan;
• Petitum terdiri dari 2 (dua) :
1. petitum primair (hal-hal pokok yang mohon
dikabulkan oleh Pengadilan);
PETITUM 2. petitum subsidair (memberi kebebasan
kepada hakim untuk mengabulkan lain dari
petitum primair).
• Pasal 8 RV : petitum yang tidak jelas atau tidak
sempurna dapat berakibat tidak diterimanya
gugatan atau tuntutan itu.
Conservatoir beslag
(Pasal 227 HIR/Pasal
261 RBG/Pasal 720
& Pasal 971 RV)

revidincatoir beslag
(Pasal 226 HIR/Pasal
260 RBG/Pasal 230
WVK)

marital beslag (Pasal


sita
823 RV)

pand beslag (sita


bunga gadai)
Pasal 751 & 756 RV

executorial beslag
tindakan dalam (Pasal 197 HIR/Pasal
bunga moratoir
petitum 200 HIR/Pasal 208
RBG)

dwangsom

putusan serta merta


SITA

• Adalah suatu tindakan yang diambil oleh Pengadilan melalui penetapan


hakim, atas permohonan Penggugat, guna menempatkan barang
(tetap/bergerak) berada dalam penguasaan/pengawasan Pengadilan,
sampai adanya suatu putusan yang pasti tentang suatu perkara;
• Tujuannya : untuk jaminan pemenuhan /pembayaran
/terlaksananya/kembalinya suatu kerugian Penggugat.
BUNGA MORATOIR

Alasan : telah diperjanjikan


dalam perjanjian atau karena
Adalah suatu keuntungan yang
Penggugat tidak dapat
dapat diharapkan diperoleh Bunga moratoir sebesar 10 %
mengusahakan atau
apabila uang dipergunakan atau per tahun
menggunakan uang tersebut,
diusahakan oleh Penggugat;
seharusnya dapat memperoleh
keuntungan;
BUNGA

Pada posita perlu disinggung tentang bunga apabila hal itu akan dimintakan dalam petitum;

Untuk itu harus dikemukakan alasan-alasannya : apakah bunga tersebut sudah diperjanjikan
dalam perjanjian antara Penggugat & Tergugat sebelumnya, atau karena Penggugat tidak dapat
memanfaatkan uangnya yang berada di tangan Tergugat.

Bunga maksimum sebesar 6% per tahun


DWANGSOM (Pasal 225 HIR/ Pasal 259 RBG)

• Adalah uang paksa yang ditetapkan sebagai denda yang harus dibayar karena
tidak dipenuhinya suatu perjanjian;
• Alasan :
1. Telah diperjanjikan sebelumnya antara Penggugat & Tergugat;
2. Tergugat tidak akan mau secara sukarela melaksanakan putusan
Pengadilan & secara licik mengasingkan harta bendanya agar tuntutan
itu menjadi nihil;
3. Gugatan tidak akan dapat dieksekusi secara riil
Putusan MARI No. 307
Putusan MARI No. 791
K/Sip/1976 : “dwangsom
K/Sip/1972 : “dwangsom
akan ditolak apabila
tidak dapat dituntut
putusan dapat
bersama-sama dengan
dilaksanakan dengan
tuntutan membayar uang”.
eksekusi riil”.
• Alasan : adanya akta otentik sebagai
PUTUSAN bukti;
SERTA MERTA • Putusan serta merta dihindari oleh
Pengadilan, karena sering menimbulkan
masalah apabila Pengadilan Tinggi atau
Mahkamah Agung membatalkan putusan
itu, sementara obyek perkara telah beralih
tangan.
PERUBAHAN GUGATAN

Apabila jawaban telah


Perubahan gugatan masih dapat diberikan oleh Tergugat,
dilakukan asal saja Tergugat belum maka perubahan gugatan
memberikan jawaban atas gugatan hanya dapat dilakukan
tersebut; atas persetujuan
Tergugat.
MACAM PERUBAHAN GUGATAN

1. Diubah : gugatan tsb sama sekali diubah, baik posita maupun petitumnya;
2. Diperbaiki : hal-hal tertentu dari gugatan tsb diperbaiki, misal : ada
kekuarangan kata dalam kalimat, kesalahan ketik atau kelebihan kata-kata
yang harus dibetulkan;
3. Dikurangi : ada bagian-bagian tertentu dari posita atau petitum gugatan
yang dikurangi, misal : semula digugat mengenai 4 bidang tanah,
kemudian dikurangi menjadi 2 bidang tanah saja, atau misalnya yang
Tergugatnya semula 4 menjadi 2 saja.
4. Ditambah : bagian posita atau petitum dari gugatan tsb ditambahi.
LARANGAN
PERUBAHAN GUGATAN

Pasal 27 RV : perubahan gugatan diperbolehkan asal


saja tidak merubah atau menambah atau menyangkut
petitum/pokok perkara
MENCABUT GUGATAN

• Tindakan untuk menarik kembali suatu gugatan yang telah didaftarkan di


kepaniteraan Pengadilan Negeri.
• Pencabutan gugatan dapat dilakukan :
1. Sebelum gugatan diperiksa dipersidangan;
2. Sebelum Tergugat memberikan jawabannya;
3. Sesudah diberikan jawaban oleh Tergugat.
GUGATAN • Adalah suatu gugatan untuk memperoleh tindakan
sementara selama proses perkara masih
PROVISIONAL berlangsung;
• Gugatan provisional ditetapkan dengan putusan
sela;
• Dimohonkan terhadap hal-hal atau tindakan-
tindakan yang dapat merugikan kepentingan
Penggugat.
• Gugatan provisional bersama-sama gugatan pokok
• Suatu permohonan untuk memasukkan
pihak ketiga ke dalam perkara gugatan
GUGATAN yang sedang berjalan;
• Gugatan insidentil terjadi karena adanya :
INSIDENTIL 1. Vrijwaring/garantie;
2. interventie;.
VRIJWARING/GARANTIE

Dasar hukum : Pasal 70-76 RV;

Apabila dalam suatu perkara yang sedang diperiksa oleh Pengadilan, di luar kedua belah
pihak yang berperkara ada pihak ketiga yang ditarik masuk ke dalam perkara tersebut;

Tergugat dalam jawabannya secara lisan/tertulis mohon kepada majelis hakim, agar
diperkenankan untuk memanggil seorang sebagai pihak yang turut berperkara dalam
perkara yang sedang diperiksa majelis tersebut untuk melindungi Tergugat.
Dalam
pokok Penggugat tetap sebagai Penggugat dan
perkara; Tergugat tetap sebagai Tergugat

Dalam Tergugat asal menjadi Penggugat dalam


gugatan vrijwaring dan pihak ketiga yang ditarik sebagai
insidentil. piak menjadi Tergugat dalam vrijwaring
Macam vrijwaring/garantie

1. vrijwaring/garantie formal;
Apabila seseorang diwajibkan untuk menjamin orang lain menikmati suatu
hak atas benda terhadap tuntutan yang bersifat kebendaan.
2. vrijwaring/garantie sederhana
Apabila Tergugat dikalahkan dalam sengketa yang sedang berlangsung,
mempunyai hak untuk menagih kepada pihak lain (pihak ketiga), yakni
penanggung (borg) dengan melunasi hutang, mempunya hak tagih kepada
debitur
• Adalah masuknya pihak ketiga
INTERVENTIE ke dalam perkara yang sedang
berjalan.
MACAM INTERVENTIE

1. Tussenkomst (menengah);
Masuknya pihak ketiga atas kemauan sendiri ke dalam perkara gugatan yang sedang
berlangsung, tidak memihak salah satu pihak (Penggugat/Tergugat), hanya
memperjuangkan kepentingannya sendiri.
2. Voeging (menyertai)
Percampuran pihak ketiga dalam proses perkara gugatan & menggabungkan diri kepada
salah satu pihak (Penggugat/Tergugat).
Dasar hukum : Pasal 132 (a) HIR/Pasal
157 RBG, Pasal 132 (b) HIR/Pasal 158
RBG

GUGAT Gugatan balasan dari Tergugat


REKONVENSI terhadap Penggugat;

Diajukan bersama dengan jawaban


Tergugat dapat mengajukan gugat rekonvensi dalam
segala perkara, kecuali :

Semula dalam perkara itu bukan bertindak untuk dirinya


sendiri, sedang gugat rekonvensi ditujukan kepada
Pasal 132 (a) dirinya;

HIR/Pasal Apabila PN tidak mempunyai wewenang mutlak;


157 RBG
Dalam hal perselisihan tentang pelaksanaan putusan
hakim

Jika dalam pemeriksaan tingkat pertama tidak diajukan


gugat rekonvensi, maka dalam tingkat banding tidak
dapat diajukan lagi.
Pasal 132 (b) HIR/Pasal 158 RBG
1. Tergugat harus mengajukan gugat rekonpensi bersama-sama dengan
jawabannya, baik dengan tertulis maupun lisan;
2. Tentang gugat rekonvensi berlaku juga peraturan lain;
3. Ke 2 perkara itu diperiksa bersama-sama dan diputuskan dalam 1
keputusan;
4. Dapat memohon banding;
5. Apabila kedua pemeriksaan dipisahkan & diputuskan satu per satu,
maka harus diturut peraturan biasa tentang naik banding
• Adalah penggabungan beberapa masalah dalam
KOMULASI satu gugatan, baik menyangkut subyek ataupun
GUGATAN obyek.
(SAMEN • Komulasi gugatan terdiri dari :
VOEGING) 1. Komulasi obyektif;
2. Komulasi subyektif
Beberapa obyek digabung dalam 1 gugatan;

Masalah-masalah yang digabungkan hanyalah yang ada hubungan


erat satu sama lain;
KOMULASI
OBYEKTIF Masalah yang tidak ada hubungannya satu dengan lain, harus
digugat tersendiri, tidak dapat disatukan dalam 1 surat gugatan.

Putusan MARI tanggal 22 September 1976, Reg.No.1652


K/Sip/1975: komulasi dari beberapa gugatan yang berhubungan
erat satu sama lainnya tidak bertentangan dengan hukum acara.
• Masalah hutang piutang antara A dan B yang
CONTOH terjadi karena jual beli, tidak dapat
digabungkan dengan hutang piutang antara A
KOMULASI dan C, yang terjadi karena hal yang tidak ada
OBYEKTIF sangkut pautnya dengan jual beli antara A
dan B tadi.
1. Kalau untuk suatu gugatan tertentu diperlukan suatu acara
khusus;
LARANGAN
2. Apabila hakim tidak berwenang (kompetensi relatif) untuk
KOMULASI memeriksa salah satu gugatan dengan tuntutan yang lain, maka
OBYEKTIF kedua gugatan tidak boleh diajukan bersama-sama dalam satu
gugatan;
3. Tuntutan tentang bezit tidak boleh diajukan bersama-sama
dengan tuntutan tentang eigendom dalam suatu gugatan (Pasal
103 RV)
• Adalah beberapa subyek hukum disatukan/digabungkan dalam satu
golongan;
• Harus ada satu keterkaitan erat mengenai masalah hukum yang
dihadapi oleh para penggugat;

KOMULASI • Putusan MARI tanggal 20 Desember 1972 No.677 K/Sip/1972


mengatakan, bahwa penggabungan perkara yang tunduk pada
SUBYEKTIF hukum acara khusus tidak boleh dengan yang tunduk pada hukum
acara umum;
• Putusan MARI tanggal 17 Pebruari 1977,No.243
K/Sip/1975 :penggabungan antara tergugat-tergugat yang tidak ada
hubungannya satu sama lainnya, maka tidak tepat mereka digugat
sekaligus dalam satu surat gugatan.
• Pada satu lokasi tanah terdiri dari dua puluh kepala
CONTOH keluarga pemilik persil. Keluarga 1 sampai dengan
15 dibebaskan oleh PT.A dan lahan nomor 16
KOMULASI sampai 20 dilakukan oleh PT.B. Dalam hal demikian
SUBYEKTIF yang dapat dikomulasikan secara subyektif adalah
gugatan nomor 1 sampai 15 dalam satu gugatan, dan
gugatan nomor 16 sampai dengan 20 dalam gugatan
lainnya. Akan tetapi, tidak boleh disatukan dalam
satu gugatan nomor 1 sampai dengan 20.
• Tidak boleh suatu perkara yang sama, yang
sudah diputus, diperiksa dan diputus lagi
untuk kedua kalinya.

NEBIS IN IDEM
Obyek
tuntutan sama

NEBIS IN
Alasan sama
IDEM

Subyek
gugatan sama
DALUWARSA
(VERJARING)
Suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau dibebaskan
dari sesuatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu
tertentu & atas syarat-syarat yang ditentukan oleh
undang-undang.
Tergugat dapat menggunakan alasan daluwarsa untuk
mempertahankan haknya dari Penggugat.
MACAM DALUWARSA

1. Daluwarsa sebagai alat memperoleh sesuatu;


2. Daluwarsa sebagai alat dibebaskan dari suatu kewajiban.
Daluwarsa • Penguasaan atas benda 20 tahun;
sebagai alat • Penguasaan 30 tahun
memperoleh memperoleh hak milik;
sesuatu • Putusan MARI No.7 K/Sip/1973 :
“tidak ada batas waktu daluwarsa
dalam menggugat harta warisan”.
Daluwarsa
sebagai alat
dibebaskan
dari suatu • Hapusnya segala hak untuk mengajukan
tuntutan hokum, baik yang bersifat
kewajiban perseorangan setelah lewat 30 tahun.
a) Dibuatnya pengakuan tertulis oleh yang berhutang;
b) Kenikmatan atas bendanya selama 1 tahun direbut dari
tangannya si berkuasa;
c) Adanya peringatan-peringatan;
MENCEGAH • Putusan MARI No.70 K/Sip/1959 “ karena sebelum itu telah
DALUWARSA berulang kali Penggugat meminta penyerahan kembali
pekarangan dan rumah itu sehingga karenanya daluwarsa
telah tertahan.”
a) Adanya gugatan;
b) Adanya tuntutan hukum;
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai