Anda di halaman 1dari 15

POLIOMYELITIS

SKDI 3B

Victoria Berliani
2361008020067
Kepaniteraan umum
Kelompok B
Definisi
Infeksi oleh enterovirus dari famili Piconarviridae yang bermanifestassi
dalam 4 bentuk : inapparent infection, abort / illness, poliomyelitis
nonparalitik, poliomyelitis paralitik.

Etiologi
Poliovirus (RNA virus) ditransmisi melalui fecal oral atau droplet dari
bersin/batuk penderita.
Epidemiologi
1. Polio (poliomyelitis) terutama menyerang anak usia kurang dari 5 tahun.

2. Frekuensi laki laki dan perempuan sama banyak

3. 1 dari 200 infeksi mengalami paralisis ireversibel (terutama pada tungkai)

4. Sejak tahun 1988 kasus menurun >99% daro estimasi 350.000 kasus.

5. November 2023 ditemukan kasus baru Polio di Aceh Indonesia


Patofisiologi
Virus masuk melalui jalur fecal-oral , kemudian berkembang biak di mukosa dan saluran
cerna bagian bawah. Virus ini disekresikan melalui air liur dan kotoran, yang kemudian dapat
menular ke orang lain. Virus kemudian memasuki kelenjar getah bening dan mesenterika.
Viremia primer (minor) terjadi setelah penyebaran virus ke sistem retikuloendotelial. Infeksi
mungkin dapat diatasi pada saat ini, atau virus dapat berkembang biak lebih lanjut dan
menyebabkan viremia sekunder selama beberapa hari, yang berpuncak pada
perkembangan gejala dan antibodi.

Pada infeksi paralitik, virus polio memasuki sistem saraf pusat—baik melalui viremia
sekunder atau melalui migrasi ke saraf tepi masih belum jelas. Kerusakan yang signifikan
hanya terjadi pada sumsum tulang belakang dan otak, khususnya pada saraf yang
mengendalikan fungsi motorik dan otonom. Peradangan memperparah kerusakan yang
diakibatkan oleh invasi virus primer.
DIAGNOSIS
Poliomyelitis Poliomyelitis
Poliomyelitis Paralitik
Abortif (minor Nonparalitik
illness) (meningitis aseptik)
• Demam, • Demam (37,8-39,5˚C), •Gejala sama dengan
• anoreksia, • nyeri kepala dan poliomyelitis nonparalitik.
• muntah, otot, •Demam lebih tinggi,
• nyeri perut, • hiperestesia dan •mimik wajah gelisah,
• Hiperemis parestesia, •flushing,
orofaring, selama • anoreksia, •selalu terjaga,
< 5 hari • nausea, •tampak sakit berat,
• muntah, •nyeri otot hebat
• konstipasi, atau
diare.
DIAGNOSIS
Poliomyelitis Poliomyelitis
Poliomyelitis Paralitik
Abortif Nonparalitik
(minor (meningitis
illness) aseptik)
Ditemukan rigiditas •Bentuk spinal :
nuchal dan spinal •Kelemahan otot leher, dada, abdomen, diafragma,
yang tampak sebagai atau ekstremitas
kesulitan untuk
duduk dari posisi •Bentuk bulbar:
tidur dan tampak •Kelemahan otot motoric tanpa/ dengan disfungsi
tanda head-drop. respirasi dan sirkulasi. Dapat terjadi penurunan
Kemudian kesadaran dan mengenai N.X sehingga terjadi paralisis
kelemahan pada > 1 faring, palatum mole, atau pita suara.
kelompok otot
skeletal atau kranial Bentuk bulbospinal : Merupakan bentuk enfesalitis
dari poliomyelitis paralitik
DIAGNOSIS

Poliomyelitis Poliomyelitis
poliomyelitis Paralitik
Abortif (minor Nonparalitik (meningitis
illness) aseptik)

•Sembuh 3-10 Rigiditas Nuchal dan Spinal •Beberapa hari pasien tak
hari bergejala, kemudian timbul
kelemahan otot yang di awali
dengan hilangnya refleks
superfisial dan dalam
Pemeriksaan
Penunjang
Darah LCS
Leukosit normal/ 20-300 sel,
sedikit meningkat predominan
limfosit
PCR

Peningkatan titer Kultur


IgG4x lipat atau
Dilakukan
IgM (+) pada stase
pemeriksaan
akut
kultur virus dari
feses dan apus
tenggorok
Tatalaksana
Medikamentosa Tidak ada antivirus polio

• Pemberian antipiretik / analgetik bila demam,


nyeri kepala, atau nyeri otot
• Ventilasi mekanik pada pasien paralisis bulbar
Suportif • Rehabilitasi medis pada kondisi paralisis untuk
mencegah terjadinya dekubitus dan kontraktur
• Konstipasi diatasi dengan pemberian laksatif dan
pemasangan kateter urin
Tatalaksana
Diit
• Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat
diperlukan, bilamana memungkinkan diet tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
• Hindari terjadinya aspirasi

Pemantauan • Pasien poliomyelitis nonparalitik harus terus


dipantau unutuk kemungkinan berkembang ke
arah paralitik dengan pemeriksaan refleks perifer
dan dalam secara rutin
• Pasien yang terbaring lama, imobilasis, terpasang
kateter vena , urin, dan endotracheal tube (ETT)
dipantau untuk mengetahui kemungkinan infeksi
Prognosis

Poliomyelitis tipe bulbar memiliki komplikasi tertinggi dan angka


kematiannya mencapai 60% diikuti poliomyelitis spinal.
Pencegahan

OPV IPV
Oral polio vaccine Inactivated polio
vaccine
Diberikan via oral
Diberikan Injeksi
IM
Vaksin Polio

• Vaksin polio tetes (OPV) diberikan


4x, di usia 1, 2, 3, 4 bulan
• Vaksin polio suntik (IPV) diberikan
minimal 2x di usia 4 dan 9 bulan
• Anak yang belum pernah atau
terlambat mendapatkan imunisasi
polio, harus segera dilengkapi
status imunisasinya.
• Imunisasi polio lengkap dapat
diberikan hingga usia 5 tahun.
Daftar Pustaka
IDAI., (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jilid 1 cetakan pertama. Jakarta. Badan Penerbit
IDAI

WHO.2023.Pencanangan Nasional, Perluasan Imunisasi


Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV) Dosis kedua

Tesini Brenda.2023. Postpoliomyelitis Syndrome (Postpolio


Syndrome). University of Rochester School of Medicine and
Dentistry
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai