Anda di halaman 1dari 19

Biaya Sosial Korupsi

&
Delik Tindak Pidana
Korupsi
Pemalang, 30 Agustus 2021,
Citra Dewi F –PAK Pertama
Pada Th 2019, Kepala Desa “Jujur” Kabupaten “Adil” memperoleh Dana Desa sebesar Rp 1
Milyar. Sesuai dengan APBDesa “Jujur” TA 2019, sebesar Rp400 jt digunakan untuk
membangun jembatan yang menghubungkan dusun terpencil dengan dusun terdekat. Selama
ini, warga dusun harus memutar sejauh 5 km untuk menuju dusun terdekat.
Setelah Dana Desa tersebut diterima, Kepala Desa menghubungi Pak Sohib, seorang kontraktor
yang kemarin menjadi timsesnya saat Pilkades, dan menyerahkan pekerjaan pembangunan
jembatan tersebut kepada Pak Sohib. Hal tsb Pak Kades lakukan sebagai pembayaran janji
politiknya kepada Pak Sohib, apalagi Pak Sohib juga menjanjikan bahwa pekerjaan akan
dilakukan dengan baik sehingga tidak akan menjadi masalah di kemudian hari. Dengan dalih
agar pekerjaan tersebut cepat selesai, Pak Sohib meminta Kepala Desa untuk menyerahkan
50% sebagai uang muka. Kepala Desa menyanggupinya karena sudah ditagih oleh warga dusun
terpencil agar sgera membangun jembatan.
Pada saat pelunasan, Pak Sohib memberikan uang kepada Kepala Desa sebesar Rp20 jt.
Awalnya Kepala Desa menolak, namun akhirnya menerima uang tsb setelah dipaksa oleh Pak
Sohib dan beralasan bahwa uang tsb adalah uang terima kasih dan merupakan sebagian dari
keuntungan Pak Sohib.
Pada Th 2020, jembatan yang baru dibangun setahun tsb ternyata runtuh hingga memakan 1
korban jiwa dan tidak bisa digunakan lagi. Masyarakat dusun terpencil mengadukan hal
tersebut ke pihak berwajib dan setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata diketahui bahwa
Pertanyaan :

1. Apakah perbuatan Kepala Desa dan Pak Sohib termasuk korupsi?


2. Jika iya, berapa kerugian yang ditimbulkan akibat korupsi tersebut?
3. Jika terbukti bersalah, apakah kerugian tersebut harus diganti oleh
Kepala Desa dan Pak Sohib?
4. Berapa besar kerugian yang harus diganti oleh Kepala Desa dan Pak
Sohib?
Tujuan :
1. Peserta diharapkan mampu memahami konsep
“Biaya Sosial Korupsi”
2. Peserta diharapkan mampu memahami jenis-jenis
“Delik Tindak Pidana Korupsi”
 Terbukti menerima uang
suap Rp 32,5 M
 Vonis 12 th dan denda
Rp500 jt (subsider 6 bln
penjara)
 Membayar uang pengganti
Rp14,5 M

Sumber : republika.co.id
Rita Widyasari
(Bupati Kutai Kartanegara)

 Terbukti menerima gratifikasi


Rp110 M dan suap 6 M
 Vonis 10 th dan denda Rp600 jt
(subsider 6 bln penjara)

Sumber : nasional.tempo.co
 Nilai suap Rp7 M
 Vonis 5 th dan denda
Rp200 jt (subsider 4 bln
penjara)

Sumber : nasional.tempo.co
Perbandingan antara Kerugian Keuangan Negara dengan Hukuman
Finansial Koruptor

Semester I 2019 Semester I 2020


45000
2500
40000
39,2 T
2,13 T
35000
2000
30000

1500 25000

20000
1000
15000

10000
500
5000
2,3 T
183 M
0 0
Series1 Category 1

Kerugian Keuangan Negara Hukuman Finansial Kerugian Keuangan Negara Hukuman Finansial

Sumber: ICW
Biaya Sosial Korupsi

Biaya Eksplisit

Biaya Implisit

 Dampak korupsi terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat menimbulkan biaya yang disebut sebagai
biaya sosial korupsi.
 Dalam konsep Biaya Sosial Korupsi, biaya yang dihitung tidak hanya kerugian yang ditimbulkan dan biaya yang
dikeluarkan untuk menangani korupsi (biaya eksplisit), namun juga menghitung biaya implisit;
 Biaya implisit ini merupakan dampak tindakan korupsi yang dilakukan para koruptor dan multiplier ekonomi
yang hilang akibat alokasi sumber daya yang tidak tepat.
 Apa saja dampak implisit yang ditimbulkan oleh Kepala
Desa dan Pak Sohib?
 Berapa besar kerugian yang harus diganti oleh Kepala
Desa dan Pak Sohib?
 Jika Konsep Biaya Sosial Korupsi dibebankan pada para
koruptor, akankah lebih menimbulkan efek jera?
Delik Tindak Pidana Korupsi dan pengelompokannya
Ada tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dirumuskan dari 13 Pasal dalam UU Nomor 31 tahun
1999 jo. UU Nomor 20 tahun 2001. Kemudian ketiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi
dikelompokkan menjadi 7 kelompok

Suap
Penggelapan dalam
Merugikan Keuangan Negara Jabatan Pemerasan

Perbuatan
Curang

Benturan Kepentingan Gratifikasi


dalam Pengadaan
Merugikan
Keuangan Negara

“segala sesuatu yang merugikan


negara baik langsung maupun tidak
langsung termasuk kategori
perbuatan korupsi”
Pemberian oleh korporasi
atau swasta dalam bentuk
SUAP uang, janji atau bentuk
lainnya untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan
Penggelapan dalam Jabatan

menggelapkan atau
membantu orang lain
menggelapkan uang atau
surat berharga milik
negara sehingga
menguntungkan dirinya
atau orang lain
Pemerasan
keterlibatan aktif
penyelenggara negara
kepada pihak yang
membutuhkan
pelayanan
Perbuatan Curang
Misalnya:
kecurangan proyek bangunan yang melibatkan pemborong (kontraktor), tukang,
ataupun toko bahan bangunan
Benturan Kepentingan

Benturan kepentingan ini terkait dengan jabatan atau kedudukan seseorang yang di
satu sisi ia dihadapkan pada peluang menguntungkan dirinya sendiri, keluarganya,
ataupun kroni-kroninya
GRATIFIKASI

Pemberian dalam arti luas (uang, barang, fasilitas dsb)


dengan tujuan untuk pemberian hadiah.

Anda mungkin juga menyukai