Anda di halaman 1dari 49

MATERI INTI

ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU


DENGAN TUBERKULOSIS PARU
DALAM KONTEKS KELUARGA
DI RUMAH

1
PENDAHULUAN

 TB merupakan masalah utama kesehatan


masyarakat, menyerang sebagian besar
kelompok usia produktif (usia kerja), kelompok
ekonomi lemah dan tingkat pendidikan yang
rendah Departemen Kesehatan R.I (2000),
 WHO (1999) ........Indonesia penyumbang
penderita TB terbesar nomor 3 (tiga) di dunia
sesudah India dan Cina
2
Lanjutan

 Setiap100.000 penduduk Indonesia diperkirakan


terdapat 130 penderita baru tuberculosis paru
dengan sputum mengandung BTA positif (DepKes,
2002).
 Perawat kesehatan komunitas di puskesmas
dituntut:
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF
MENINGKATKAN KETRAMPILAN TEKNIS
3
MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERHUBUNGAN
SECARA INTERPERSONAL

MENINGKATKAN KUALITAS ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH

KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN
BERMUTU
 Modul ini menggambarkan secara singkat materi
asuhan keperawatan klien dengan tuberkulosis paru
dalam konteks keluarga di rumah.
4
TUJUAN PEMBELAJARAN

 Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah sesi ini, peserta mampu memberikan
gambaran tentang asuhan keperawatan kepada
klien dengan tuberkulosis paru dalam konteks
keluarga di rumah.

5
Lanjutan

 Tujuan Pembelajaran Khusus :


Setelah mengikuti sesi pembelajaran ini, peserta
mampu:
Menyebutkan pengetahuan dasar tuberkulosis
paru:
 Pengertian, tanda dan gejala tuberkulosis
paru.
 Patofisiologi terjadinya tuberkulosis paru.
 Penularan, faktor-faktor resiko dan komplikasi
6
Lanjutan

Melakukan asuhan keperawatan dan terapi


keperawatan pada klien tuberkulosis paru di
rumah.
 Tahapan asuhan keperawatan (pengkajian dan
diagnosa keperawatan; perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian).
 Terapi keperawatan kepada klien tuberkulosis
paru.
 Penatalaksanaan medis.
7
POKOK BAHASAN

 Pokok Bahasan 1 (PB – 01):


Pengetahuan dasar tuberkulosis paru
 Pokok Bahasan 2 (PB – 02) :
Asuhan keperawatan dan terapi keperawatan pada
klien tuberkulosis paru di rumah

8
BAHAN BELAJAR

 LeMone P and Burke K.M, 2000, Medical Surgical


Nursing, Critical Thinking in Client Care, second
edition, Prentice-Hall,Inc, New Jersey
 Departemen Kesehatan RI,(2002), Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, cetakan ke 8, Jakarta
 Doenges, Marilynn E, at all, (2002), Nursing Care Plans:
guidelines for individualizing patient care, by F.A. Davis
Company, USA

9
Lanjutan

 Modul Komunikasi
 Brunner & Suddarth.(2002).Buku Ajar Keperawatan
Medikal, Vol.1.E/8EGC, Jakarta.
 Modul Pelatihan Keperawatan Keluarga
 Perry and Potter (2000), Buku Saku Ketrampilan
dan Prosedur Dasar. EGC,Jakarta

11-16 April 2011 10


METODE PELATIHAN

 Ceramah dan tanya jawab


 Praktik laboratorium
 Praktik lapangan

11
PB - 01:
PENGETAHUAN DASAR TUBERKULOSIS
PARU
Pengertian Tuberkulosis :
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, menular yang
disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
Tuberculosis) sebagian besar kuman TBC menyerang
parenkhim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke
bagian tubuh lainnya, termasuk meningen, ginjal,
tulang dan nodus limfe.

12
Lanjutan

Tanda dan gejala tuberkulosis paru:


Gejala umum:
 Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga)
minggu atau lebih.
Gejala lain yang sering dijumpai:
 Dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas
dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan
menurun, berat badan turun, rasa kurang enak
badan (malaise), berkeringat malam walaupun
tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
13
Patofisiologi terjadinya tuberkulosis paru
Mycobacterium tuberkulosis

Kuman dalam bentuk droplet di udara

Masuk ke saluran nafas (inhalasi)

Basil tuberkel mencapai alveolus


Jumlah total jaringan
demam,berkeringat,lemah terjadi reaksi peradangan
paru menurun
tidak nafsu makan
sel T mengaktifkan macrofrag
Menurunkan luas total
permukaan membran PMN mempagosit kuman
katabolisme
respirasi Leukosit diganti macrofag

alveoli mengalami konsolidasi cadangan energi


kapasitas difusi 0-C0 berkurang
(pemadatan)

jaringan granulosit mengalami Metabolisme di


sesak nafas
otot tidak kuat
nekrosis padat spt keju (perkejuan)

Membentuk parut & kapsul


ATP, ADF
mengelilingi tuberkel berkurang

terjadi reaksi pencairan


Kelemahan
bahan cair dibuang ke bronkhus dan dikeluarkan
otot
ketika batuk di daerah tsb timbul Kaverne

bentuk jaringan baru

lumen bronkhus menyempit, kavitas penuh dengan perkejuan 14


Lanjutan

Penularan, faktor-faktor resiko dan komplikasi


 Ditularkan melalui udara ( berbicara, batuk, bersin,
tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet (percikan
dahak).
 Seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi
droplet per volume udara dan lamanya menghirup udara
tersebut
 Daya penularan ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif
hasil pemeriksaan dahak, semakin menular klien
tersebut.
11-16 April 2011 15
Lanjutan

Individu yang berisiko tinggi untuk tertular


tuberkulosis :
 Kontak erat dengan penderita TB aktif; individ
imunosupresif (lansia, klien kanker, klien dalam terapi
kortikosteroid, dan klien yang terinfeksi HIV); klien
yang memiliki gangguan medis sebelumnya (diabetes,
gagal ginjal kronis, silikosis penyimpangan gizi, bypass
gastrektomi atau yeyunoileal); klien tanpa perawatan yang
adekuat (tunawisma, tahanan); klien yang tinggal di
daerah kumuh; klien yang tinggal di institusi (tahanan,
perawatan jangka panjang dan RS jiwa) dan petugas
kesehatan.
16
Lanjutan

Komplikasi:
 Batuk darah berat (Hemoptisis)
 Kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru
(Pneumotorak Spontan)
 Bronkhiektasi dan fibrosis paru
 Insufisiensi kardio pulmoner
 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang, persendian dan ginjal
17
POKOK BAHASAN 2:
ASUHAN KEPERAWATAN DAN
TERAPI KEPERAWATAN

 Asuhan keperawatan tuberkulosis paru


mencakup:
 Pengkajian
 Perencanaan
 Pelaksanaan
 Penilaian

18
Lanjutan

 Terapi keperawatan:
 Batuk efektif
 Latihan pernafasan diafragma
 Penatalaksanaan Medis:
 Berkolaborasi dengan medis dan mengacu
paduan OAT di Indonesia ( Depkes, 2002)

19
 LEMBAR KERJA 1

HARAPAN SAYA PADA SESI INI:


................................................................................................
................................................................................................
.
................................................................................................
..
................................................................................................
..

...........................................................................................
.......
................................................................................................
..

20
LEMBAR KERJA 2

Soal:
 Apakah pengertian dari tuberkulosis paru (TB
paru) ?
 Bagaimanakah tanda dan gejalanya ?.
 Bagaimana cara penularannya dan siapa saja yang
beresiko untuk terjadinya TB paru ?
 Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada klien
TB paru ?
21
Jawaban :

 Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, menular


yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
Tuberculosis) dan sebagian besar kuman TBC
menyerang parenkhim paru.
 Gejala umum:
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga)
minggu atau lebih.
Gejala lain yang sering dijumpai:
22
Lanjutan

 dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas


dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan
menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
 TB paru ditularkan dari orang ke orang lain oleh
transmisi melalui udara. Individu dapat terinfeksi melalui
berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,
melepaskan droplet (percikan dahak).
23
Lanjutan :

 Daya penularan ditentukan :

banyaknya kuman yang dikeluarkan dari


parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, semakin tinggi risiko
penularan. Jika hasil pemeriksaan negatif (tidak
terlihat kuman TB), maka klien tersebut
dianggap tidak menular.
24
Lanjutan
 Individu yang berisiko tinggi untuk tertular
tuberkulosis adalah:
 Kontak erat dengan seseorang yang menderita
TB aktif;
 Individu imunosupresif (lansia, klien kanker,
klien dalam terapi kortikosteroid, dan klien yang
terinfeksi HIV);
 Klien yang memiliki gangguan medis sebelumnya
(diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, kurang
gizi, bypass gastrektomi atau yeyunoileal);
25
Lanjutan

 Klien tanpa perawatan yang adekuat


(tunawisma, tahanan);
 Klien yang tinggal di daerah kumuh; klien yang
tinggal di institusi (tahanan, perawatan jangka
panjang dan dirawat di RS jiwa) dan petugas
kesehatan.

26
Lanjutan

 Komplikasi yang sering terjadi pada klien stadium


lanjut :
 Batuk darah berat (Hemoptisis)
 Kolaps paru spontan karena kerusakan jaringan
paru (Pneumotorak Spontan)
 Bronkhiektasi dan fibrosis paru
 Insufisiensi Kardio Pulmoner
 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang, persendian dan ginjal.
27
LEMBAR KERJA 3

Soal:
 Ada berapa tahapkah asuhan keperawatan itu ?
 Hal- hal apa saja yang harus di kaji pada klien TB
paru ?
 Kemungkinan rumusan diagnosa keperawatan yang
ada pada klien TB paru ?

28
Lanjutan

 Diagnosa keperawatan :
”Bersihan jalan nafas tidak efektif”, Rencana dan
tindakan keperawatan apa saja yang dapat
dilakukan oleh perawat komunitas ?
 Bagaimana evaluasi hasil tindakan keperawatan?
 Terapi keperawatan apa saja yang dapat dilakukan
kepada klien tuberkulosis paru ?
 Bagaimana melakukan teknik nafas diagragma ?
29
Jawaban

 Pengkajian – perencanaan – pelaksanaan – evaluasi


 Pengkajian terhadap klien tuberkulosis paru
tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang
terkena meliputi :
 Riwayat TB paru pada keluarga
 Aktivitas/istirahat
 Integritas ego
30
Lanjutan

 Makanan/ cairan
 Nyeri/ kenyamanan
 Pernafasan
 Keamanan
 Interaksi sosial
 Penyuluhan/ pembelajaran

31
Lanjutan

Pemeriksaan diagnostik meliputi:


 Kultur sputum
 Ziehl Neelsen (pemeriksaan BTA)
 Test kulit (Protein Purified Derivate/PPD atau
Mantoux test)
 Foto torak
 Pemeriksaan fungsi paru.
32
Lanjutan

 Kemungkinan rumusan diagnosa keperawatan yang


muncul pada klien TB paru:
– Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
berhubungan dengan:
sekret kental atau sekret darah, (b) kelemahan,
upaya batuk buruk, (c) edema trakheal/
faringeal.
– Gangguan pertukaran gas
33
Lanjutan

– Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan: (a) kelemahan, (b) sering
batuk/produksi sputum; dispnea, (c) anoreksia,
(d) ketidakcukupan sumber keuangan.
– Ketidakpatuhan terhadap program pengobatan
– Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
keletihan, perubahan status nutrisi dan demam.
34
Lanjutan

– Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)


mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan berhubungan dengan: (a) kurang
terpajang informasi/ salah interpretasi informasi,
(b) keterbatasan kognitif,(c) informasi yang ada
tidak akurat/tidak lengkap.
– Resiko tinggi penyebaran/ aktivasi ulang infeksi
TB.
35
Lanjutan

 Tindakan keperawatan
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
rencana dan libatkan anggota keluarga di dalam
setiap melakukan tindakan keperawatan.
– Mandiri Perawat
 Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas,
kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori).
36
Lanjutan

 Catat kemampuan untuk mengeluarkan


dahak melalui batuk efektif (catat karakter
dahak, jumlah sputum dan adanya
hemoptisis).
 Berikan klien posisi semi fowler atau fowler.
Bantu klien untuk batuk efektif dan latihan
nafas dalam.
 Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea;
lakukan penghisapan sesuai indikasi.
37
Lanjutan

 Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500


ml/hari sesuai indikasi.
– Kolaborasi
 Lembabkan udara/ oksigen inspirasi.
 Berikan obat –obatan sesuai indikasi seperti
agen mukolitik bronkhodilator,kortikosteroid
 Persiapkan untuk membantu intubasi darurat.
38
Lanjutan

 Evaluasi terhadap respon verbal dan non verbal


klien selama tindakan keperawatan yang dilakukan.
Pada hari pertama evaluasi pencapaian mengacu
pada tujuan khusus. Interaksi pada hari-hari
berikutnya dicatat pada catatan perkembangan
keperawatan dengan cara menuliskan data SOAPIE
(subjektif, objektif, assesment, planning,
implementation, evaluation).
39
Lanjutan

 Terdapat 2 terapi keperawatan:


– Batuk efektif
– Latihan nafas diagfragma
 Pelaksanaan latihan nafas diagfragma:
– Cuci tangan
– Awali interaksi dengan mengucapkan salam
– Tempatkan klien dengan posisi sit-up lurus
dengan ditopang oleh bahu dan kepala
menengadah.
40
Lanjutan

– Letakkan telapak tangan diatas perut, persis di


bawah tulang iga dan tangan yang lain pada
bagian tengah dada.
– Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan
lambat secara perlahan melalui hidung sampai
perut menonjol keatas setinggi mungkin. Perut
akan membesar selama inspirasi dan
mengempes selama ekspirasi.
41
Lanjutan

– Keluarkan nafas melalui ”pursed lip” sambil


menegangkan otot perut dengan kuat kearah
dalam. Rongga dada tidak bergerak, perhatian
ditujukan pada perut
– Lakukan latihan kira-kira satu menit dan istirahat
2 menit, lakukan selama 10 menit ( 4 kali
sehari).
42
Lanjutan

– Lakukan pernafasan diafragma pada saat


berbaring, duduk dan akhirnya saat berdiri dan
berjalan. Kordinasikan pernafasan diafragma
pada saat menaiki tangga dan lakukan aktifitas
selama masa ekspirasi yang panjang.
– Lakukan evaluasi respon klien sebelum, selama
dan setelah tindakan
43
Lanjutan

– Rapihkan alat-alat
– Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
– Cuci tangan
– Dokumentasikan hasil tindakan nafas dalam

44
LEMBAR KERJA 4

Tugas Kelompok:
Diskusikan bersama kelompok, penerapan langkah-
langkah asuhan keperawatan klien TB paru dalam
konteks keluarga di rumah berdasarkan studi kasus
dibawah ini:

45
Lanjutan

KASUS
Bapak S berumur 55 tahun sejak 6 bulan yang lalu
dinyatakan menderita tuberkulosis . Saat ini
mengeluh cepat lelah, kurang nafsu makan dan
kadang terasa nyeri di dada. Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital :TD: 130/70 mmHg, N: 82
X/menit, S: 38 C, R: 24 X/ menit. BB sekarang : 50
kg (BB bulan lalu: 55 kg), TB: 160 cm. Hasil
pemeriksaan sputum: BTA positif (3 bulan yang
lalu).
46
Lanjutan

Klien tampat pucat, keringat dingin dan sering


batuk-batuk produkif. Keluarga mengatakan sejak
dinyatakan menderita tuberkulosis sudah menelan
OAT selama 3 bulan, dan selanjutnya berhenti
minum obat karena selalu merasa mual. Bapak S
bekerja sebagai buruh angkut di pasar, pendapatan
sehari-hari tidak menentu.

47
Lanjutan

Keluarga bapak S tinggal di lingkungan kumuh dan


padat penduduk. Untuk menambah penghasilan
keluarga, istri bapak S (ibu B) bekerja sebagai
buruh cuci baju. Ibu B mengatakan, keluarga biasa
mengkonsumsi nasi dengan lauk tempe atau tahu.
Saat ini bapak S tidak bisa menghentikan kebiasan
merokok.

48
Lanjutan

Diskusi kasus mencakup:


 Pengkajian klien
 Rumusan masalah keperawatan sesuai hasil
pengkajian
 Rencana keperawatan , implementasi dan evaluasi
keperawatan
 Terapi keperawatan sesuai kebutuhan klien
 Pendokumentasian asuhan keperawatan
 Tuliskan rangkuman hasil diskusi dan persiapkan
untuk presentasi di depan kelompok lain.
49

Anda mungkin juga menyukai