DISUSUN
OLEH
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umun
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan konsep teori
yang didapat selama pendidikan dan mampu mensintesa ilmu
pengetahuan,menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai
bentuk pelayanan keperawatan profesional kepada individu dan keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
a.Mampu melakukan tahap pengkajian asuhan keperawatan
b Mampu menetapkan diagnosa keperawatan
c.Mampu menetapkan rencana intervensi asuhan keperawatan
d.Mampu melaksanakan implementasi keperawatan
e.Mampu melakukan evaluasi
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan mampu mencapai kompetensi utama perawat profesional yaitu
mengelola manajemen asuhan keperawatan pada klien secara individu dan
pengelola pelayanan keperawatan dengan menggunakan metode asuhan
keperawatan yang profesional.
1.3.2 Institusi Pendidikan
Meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir
dalam bentuk evidance based nurse (EBN) dalam bentuk terapi modlitas perawat
sehingga meningkatkan kemandirian perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang efektif.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Paru kanan dibagi oleh dua buah incisura interlobaris. Fissura oblik
memisahkan lobus inferior dengan lobus medius dan lobus superior. Fissura
minor memisahkan lobus superior dengan lobus medius, terletak horisontal, ujung
dorsal bertemu dengan fissura oblik, ujung ventral terletak setinggi pars
6
cartilaginis costa IV. Pada facies mediastinalis fissura horisontalis (fissura minor)
melampaui bagian dorsal hilus paru. Lobus medius adalah lobus yang terkecil dari
lobus lainnya, dan berada di bagian ventrocaudal, bentuk paru kanan bentuknya
lebih kecil tetapi lebih berat dan total kapasitasnya lebih besar.
Paru kiri terdiri atas dua lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior yang
dipisahkan oleh fissura oblik (incisura interlobaris) yang meluas dari facies
costalis sampai pada facies mediastinalis, baik di sebelah kranial atau di sebelah
kaudal hilus paru. Fissura oblik dapat diikuti mulai dari hilus, berjalan ke
dorsokranial, menyilang margo posterior kira-kira 6 cm dari apeks pulmonis, lalu
berjalan ke arah caudoventral, pada facies costalis menyilang margo inferior, dan
kembali menuju hilus pulmonis. Dengan demikian lobus superior meliputi apeks
pulmonis, margo inferior, sebagian dari facies costalis dan sebagian besar dari
facies mediastinalis. Lobus inferior lebih besar dari lobus superior, dan meliputi
sebagian besar dari facies costalis, hampir seluruh facies diphragmatica dan
sebagian dari facies mediastinalis (bagian dorsal).
Sirkulasi darah ada hubungannya dengan fungsi respirasi. Sirkulasi
pulmonal adalah aliran darah dari ventrikulus dekstra, melalui arteri pulmonalis,
berakhir pada atrium dekstra. Pada sirkulasi pulmonal terjadi pergantian
karbondioksida dengan oksigen, yang berlangsung melalui dinding alveolus,
disebut respirasi eksterna. Respirasi interna adalah penggunaan oksigen di
jaringan, yang menghasilkan karbondioksida. Peredaran darah yang berkaitan
dengan nutrisi parenkim paru dilakukan oleh arteri dan vena bronkialis.
(Muhamad Ardiansyah, 2012).
2.1.4 Etiologi
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang
berbentuk batang dan tahan asam. Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis
bentuk batang panjang 1-4 / µm dengan tebal 0,3-0,5 µm. Selain itu juga kuman
lain yang member infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M.
Intracellutare. (Padila, 2013)
2.1.5 Patofisiologi
M.bovis
M.tuberkulosis
Demam, Anoreksia,Malaise,
BB turun Erosi pembuluh darah
ekspirasi
8
2.1.6 Komplikasi
A. Komplikasi Dini
1. Pleuritis
2. Efusi pleura
3. Empiema
4. Laringitis
5. TB usus
B. Komplikasi lanjut
1. Obstruksi jalan nafas
2. Kor pulmonale
3. Amiloidosis
4. Karsinoma paru
5. Sindrom gagal nafas. (Muhamad Ardiansyah, 2012)
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Kategori I : 2 HRZE
Diberikan untuk:
-Penderita baru TB paru dengan BTA (+).
-Penderita TB paru dengan BTA (-), RO(+) yang sakit berat
-Penderita TB paru extra berat
2. Kategori II:2HRZES
Diberikan Untuk: Penderita kambuh (relaps), penderita gagal,dan
penderita dengan pengobatan setelah lalai
3. Kategori III:2HRZ
Diberikan untuk:
- Penderita BTA(-) RO(+) sakit ringan
b. Pemeriksaan fisik
1) Sistem kardiovaskuler
Tidak ada kelainan.
2) Sistem pernapasan
Batuk produktif atau tidak produktif, Nafas pendek, Peningkatan frekuensi
pernafasan (penyakit luas atau fibrosis parenkin paru dan fleura), Pengembangan
pernafasan tak simetris (effuse pleural), Perkusi pekak dan penurunan fremitus (
cairan pleural atau penebalan pleular). Bunyi nafas: Menurun/tak ada secara
bilateral atau unilateral (efusi fleural/pneumotorak). Krekels tercatat diatas aspek
paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek(krekels posttusik). Karakteristik
sputum: Hijau /purulen, mukoid kuning, atau bercak darah.
3) Sistem pencernaan
Tidak ada kelainan.
4) Sistem genitourinarius.
Tidak ada kelainan
5) Sistem saraf.
Tidak ada kelainan
6) Sistem muskuloskeletal.
Tidak ada kelainan.
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
8) Sistem integument
Tidak ada kelainan
9) Sistem pendengaran
Tidak ada kelainan.
10) Sistem penglihatan
Tidak ada kelainan.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental di tandai
dengan bunyi nafas tidak normal (rongki, mengi), stridor, dispnea.
instruksi merokok
6.Tekankan untuk tidak
minum alkohol
sementara minum INH.
albumin standar) - (kadar albumin saat ini) x BB aktual x 0,8 (konstanta Baxter)
100 gr putih telur mengandung 10,5 gr protein dan 95% albumin jadi tiap 100 gr
putih telur mengandung 10 gr albumin. Pemberian putih telur pada kelompok
perlakuan berdasarkan kebutuhan albumin pasien sebanyak 3 kali sehari (pagi,
siang dan sore) selama 14 hari. Kelompok kontrol diberikan ekstra berupa
campuran tahu putih dan tepung hunkwe dengan ukuran yang sama dengan
kelompok perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan putih telur efektif
meningkatkan kadar albumin dan menurunkan sitokin inflamasi IL-6. Putih telur
dapat digunakan sebagai bagian dari terapi untuk meningkatkan kadar serum
albumin dan menghambat inflamasi penderita TB dengan hipoalbumin.
16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
a. Nama : Tn. S
b. Jenis kelamin : laki - laki
c. Tempat / Tgl lahir : Sidikalang, 21-10-1970
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Petani
g. Alamat : Jl. Merdeka
h. Status perkawinan : Kawin
i. Suku / Kebangsaan : Aceh
j. Tgl. Masuk / Jam : 18 -09-2022
k. Ruangan : Paru
l. Diagnosa Medis : TB paru
3.1.2 Keluhan utama
Klien merasa sesak nafas, batuk dan berkeringat pada malam hari, berat
badan menurun dan nafsu makan menurun.
3.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke RSUD Sidikalang karena klien merasa sesak nafas dan
batuk selama 2 minggu, berkeringat pada malam hari(+), berat badan menurun
dan nafsu makan menurun.
3.1.4 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang Pernah Dialami
Penyakit yang pernah dialami klien adalah demam.
b. Pengobatan/ Tindakan yang Dilakukan
Berobat ke puskesmas.
c. Pernah Dirawat/ Dioperasi
Pernah dirawat
17
d. Alergi
Klien tidak memiliki alergi pada obat ataupun makanan
e. Status Imunisasi
Imunisasinya lengkap.
3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
Klien anak ketiga dari lima bersaudara, klien mempunyai tiga orang anak,
dua orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Keluarga tidak ada
yang menderita penyakit yang sama dengan klien baik dari pihak ibu maupun dari
pihak bapak klien.
3.1.6 Genogram Tn. S
Keterangan :
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien Laki-laki
3) Hidung
Hidung pesek dan simetris, tidak terdapat polip maupun peradangan dan
perdarahan. Klien bisa membedakan minyak wangi dan bau minyak kayu
putih, terpasang o2 2 liter serta tidak ada sekret dari hidung.
4) Telinga
Bentuk telinga normal, posisi simetris ka/ki, peradangan dan perdarahan
tidak ada.
5) Mulut dan gigi
Bibir lembab, mukosa dan lidah tidak ada kelainan, tonsil / faring tidak
ada peradangan perdarahan, fungsi pengecapan baik klien bisa
menbadakan rasa asin, manis, asam dan pahit.
d. Pemeriksaan Integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan
kulit baik.
f. Pemeriksaan abdomen
Bentuk abdomen simetris, turgor kulit kurang baik karena turgor kulit keadaan
kulit sudah mulai keriput.
Diet MB TKTP 2000 kal, nafsu makan kurang, porsi yang disajikan tidak
habis karena batuk (ada sekret), rasa mual / muntah: ada, karena pengaruh
obat oral.
b. Eliminasi
- Fekal : frekuensi dan banyaknya 1 x sehari dengan konsistensi dan warna
lunak, lembek berwarna kuning.
- Urine : terpasang kateter, urine ± 1500 cc, warna Kuning jernih.
c. Istiraht dan Tidur
Kebiasaan tidur malam ± 4 jam, ada kesulitan tidur karena sesak nafas.
d. Data Spiritual
Baik, klien selalu berdoa agar penyakitnya cepat sembuh.
0,9%
Batuk produktif
Penumpukan sekret
3. DS: Klien mengatakan susah Invasi bakteri tuberculosis via Gangguan pola
tidur dan sering terbangun pada inhalasi tidur
malam hari
DO:Klien tampak gelisah Penyebaran bakteri secara
- Batuk pada malam hari hematogen
- Tidur malam 3-4 jam
- Sesak pada malam hari Infeksi primer
- Mata cekung
Reaksi infeksi/ inflamasi
membentuk kavitas dan merusak
parenkim paru
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas dan ditandai dengan
klien gelisah, tidur malam 3-4 jam dan sesak napas pada malam hari.
24
3 17.30 1. Menciptakan lingkungan yang tenang S : - Klien mengatakan tidurnya mulai tenang dan jarang
dan jauh dari keramaian dan kebisingan terbangunpada malam hari.
21.30 2.Menjelaskan pada klien akan O:
pentingnya istirahat tidur. - Klien tidur malam 5 – 6 jam dan jarang terbangun
Menggantikan alat tenun yang kotor pada malam hari.
dengan yang bersih. A : - Masalah sebagian teratasi
22.30 3. Memberikan posisi yang nyaman bagi P : Intervensi dilanjutkan
klien saat tidur. - Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
- Jelaskan pada klien pentingnya istirahat tidur
- Ganti alat tenun
- Berikan posisi yang nyaman bagi klien
1 Rabu 08.30 1.Memantau tanda-tanda vital TD, HR, S : - Klien mengatakan sesak mulai berkurang.
20/09/22 RR / 8 jam untuk mengetahui kondisi O :
dan perubahan yang terjadi pada klien - Tanda-tanda vital : RR : 24 x/i, HR : 90 x/i, TD :
28
pentingnya istirahat tidur. - Klien tidur malam 5 – 6 jam dan jarang terbangun
Menggantikan alat tenun yang kotor pada malam hari.
dengan yang bersih. A : - Masalah sebagian teratasi
22.30 3. Memberikan posisi yang nyaman bagi P : Intervensi dilanjutkan
klien saat tidur. - Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
- Jelaskan pada klien pentingnya istirahat tidur
- Ganti alat tenun
- Berikan posisi yang nyaman bagi klien
38
BAB 4
PEMBAHASAN
A.Kesimpulan
a. Resiko terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja
silia, penurunan pertahanan/ tambahan infeksi.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental di tandai
dengan bunyi nafas tidak normal (rongki, mengi), stridor, dispnea.
c. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru, etelektasis, kerusaka membran alveolar
kapiler, sekret kental, edema bronkial.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering
batuk/produksi sputum, anoreksia, ditandai dengan berat badan di bawah normal
10%-20% ideal untuk bentuk tubuh dan berat.
e. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
berhubungan dengan kurangnya informasi, tak akurat/tidak lengkap informasi,
kesalahan konsep tentang status kesehatan, tidak akurat mengikuti instruksi.
39
B. Saran
Setelah membahas dan memperbaiki masalah-masalah yang dihadapi
dalam perawatan gangguan sistem pernafasan tuberculosis paru di Ruangan paru
RSU Sundari Medan, maka penulis memberikan saran :
Lampiran 1
RESUME I
a. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Ruangan : kasturi
b. Data Fokus
Keluhan utama
Klien merasa sesak nafas, batuk dan lemas, berat badan menurun dan nafsu
makan menurun.
41
Batuk produktif
3. Umur 45 Thn
4. L/P Laki-laki
6. NO.RM 18.XX.XX
9. Diagnosa Bronkopneumoni
10 Operasi -
11. Ringkasan Riwayat Dan klien merasa sesak nafas, batuk dan lemas
Pemeriksaan Fisik
12. Pemeriksaan yang sudah Lab/darah dan Foto rontgen
dilakukan
13. Terapi / Pengobatan IVFD:Dextrose 5% 20 Gtt/i, Ciprotaxim:
0,2 inj / 12 jam
Dexamethason : inj / 12 jam
Ranitidin : inj / 12 jam
OBH syirup : 3 x C1
14. Anjuran Berikan posisi yang nyaman semifowler
dan ortopnea
16. Hal-Hal Yang Perlu Bila klien merasa sesak nafas dan batuk
Diperhatikan Selama langsung berobat ke rumah sakit
Perawatan Dirumah
44
Lampiran 2
Waktu : 20 menit
Pertemuan :I
A. Tujuan
dapat mengerti dan memahami lebih jelas tentang cara mengenal, mengatasi
Tuberculosis paru.
B. Pokok Bahasan
Tuberkulosis paru
D. Kegiatan Pembelajaran
E. Metode
- Leaflet
G. Evaluasi
H. Referensi
46
I. Materi
Terlampir.
LAMPIRAN MATERI
A. PENGERTIAN TB PARU
B. PENYEBAB TB PARU
C. TANDA-TANDA TB PARU
4. Sesak Nafas : Pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana ifiltrasinya sudah
½ bagian paru- paru
D. KOMPLIKASI TB PARU
47
1.Komplikasi Dini :
- Pleuritis
- Efusi pleura
-Empiema
-Laringitis
-TB usus
2.Komplikasi lanjut :
-Kor pulmonale
-Amiloidosis
-Karsinoma paru
Leaflet TB Paru
DI SUSUN OLEH :
5. Nyeri dada
Mycobacterium Tuberculosis
.
6. Pleuritis
7. Efusi pleura
8. Empiema
9. Laringitis