Anda di halaman 1dari 48

OBAT-OBAT

ANESTESI

Bag. Farmakoterapi Fakultas Kedokteran Universitas Batam


Anestesi
 Tidak ada rasa sakit
Anastetika (yunani an = tanpa, aisthesis = perasaan)
Yakni suatu keadaan depresi umum dari pelbagai pusat di SSP
yg bersifat reversibel, dimana seluruh persaan dan
kesadaran ditiadakan, shg agak mirip keadaan pingsan.
Digunakan pd pembedahan dgn maksud mencapai kedaan
pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia),
memblokir reaksi refleks thd manipulasi pembedahan
serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi)

1. Anestesi Umum
Menghilangkan rasa sakit disertai hilang kesadaran

2. Anestesi Lokal
Menghilangkan rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
Tujuan dasar anestesi

 Untuk menciptakan keadaan nyaman,


tenang, dan stabilitas fisiologis yg
reversibel pada pasien sebelum, selama,
dan sesudah pelaksanaan suatu prosedur,
yg tanpa terciptanya keadaan tersebut,
prosedur akan menyakitkan, menakutkan,
atau membahayakan.

Anestesi untuk pembedahan umumnya


digunakan kombinasi hipnotika,
analgetika dan relaksansia otot.
Ada 4 taraf anestesia / narkosa
1. Analgesia : kesadaran berkurang, rasa nyeri
hilang dan terjadi euforia (rasa nyaman) yg
disertai impian yg mirip halusinasi.
2. Eksitasi, kesadaran hilang dan timbul
kegelisahan. Kedua taraf ini juga disebut taraf
induksi.
3. Anestesia : pernapasan menjadi dangkal,
cepat, dan teratur, spt keadaan tidur
(pernapasan perut), gerakan mata dan refleks
mata hilang, sedangkan otot mejadi lemas.
4. Kelumpuhan sumsum tulang, kegiatan
jantung dan pernapasan terhenti. Taraf ini
sedapat mungkin dihindari.
Untuk mengurangi bbrp efek samping, maka 1 jam sbl induksi
psien diberi zat premedikasi, dgn tujuan :
1. Meniadakan kegelisahan ; morfin atau petidin,
klorpromazine, diazepam atau tiopental.
2. Menghentikan sekresi ludah dan dahak yg dpt
mengakibatkan kejang-kejang berbahaya di tenggorok ;
atropin, skopolamin (bersama morfin)
3. Memperkuat efek anestesi, shg ansetetikum bekerja lebih
dalam dan atau dosisnya dpt diturunkan.
4. Memperkuat relaksasi otot selama narkosa dapt dicapai
dgn pemberian relaksia otot, spt : tubokurarin dan
galamin (Flaxedil)
Obat Anestesi
Obat Anestesi Umum
= Obat yang menghambat SSP

Obat Anestesi Lokal


= Obat yang menghambat hantaran saraf
bila dikenakan secara lokal pada jaringan
saraf dengan kadar cukup
ANESTESI UMUM (AU)
Berdasarkan bentuk fisiknya AU 3 golongan,
yakni :
1. Anestesi gas
2. Anestesi yg menguap
3. Anestesi parenteral.

Berdasarkan cara pemberian


1. AU cara inhalasi
2. AU dengan iv
Anestesi gas
Potensinya rendah, hanya digunakan utk
induksi dan operasi ringan.
1. Nitrous oksida (N2O)
2. Siklopropan

1. N2O
Merupakan gas tdk berwarna, tdk berbau, tdk berasa dan lebih berat
dari udara. Selalu digunakan dlm campuran dgn O2.
Stadium induksi N2O : O2 (85:15), untuk mempertahankan anestesi
70% N2O : 30% O2.
Gas ini sering digunakan pd partus 100% N2O pd waktu kontraksi
uterus shg rasa sakit hilang tanpa mengurangi kekuatan
kontraksi. 100% O2 pd waktu relaksasi utk mencegah terjadinya
hipoksia.
Untuk mendapatkan efek analgesik digunakan N2O : O2 (20:80) untuk
induksi N2O : O2 (80:20) dan utk penunjang N2O : O2 (70:30)
sedangkan utk partus digunakan berganti-ganti N2O : O2
(100:100)
2. Siklopropan
Gas yg kuat, berbau spesifik, tidak berwarna, lebih berat drpd udara.
Siklopropan relatif tdk larut dlm darah shg menginduksi dgn cepat
(2-3 menit).
Stadium tk 1 dpt dicapai kdr 7-10 vol %
Stadium tk 2 dpt dicapai kdr 10-20 vol %
Stadium tk 3 dpt dicapai kdr 20-35 vol %
Stadium tk 4 dpt dicapai kdr 35-50 vol %
Sedangkan pemberian dg kadar 1 vol % dpt menimbulkan analgesia
tanpa hilangnya kesadaran.
Absorpsi dan ekskresi siklopropan melalui paru. Hanya 0,5%
dimetabolisme dlm badan dan diekskresi dlm bentuk CO2 dan air.
Siklopropan dpt digunakan pd setiap macam operasi. Untuk efek
analgesik digunakan 1-2% siklopropan dgn oksigen.
Utk mencapai induksi siklopropan digunakan 25-50% dgn oksigen
sedangkan utk dosis penunjang digunakan 10-20% dgn oksigen
Anestesi yang meguap
Sifat : anestesi menguap (volatil anesthetic)
- Berbentuk cairan pd suhu kamar
- Mempunyai sifat anestetik kuat pd konsentrasi rendah
- Relatif mudah larut dlm lemak, darah dan jaringan

Ada 2 golongan, yakni :


1. Golongan eter : dietil eter (eter)
2. Golongan hidrokarbon halogen ;
a. Enfluran
b. Isofluran
c. Halotan
d. Metoksi fluran
e. Etilklorida
f. Trikoretilen
g. Fluroksen
1. Eter (dietil eter)
Cairan tidak berwarna, mudah menguap, barbau,
mengiritasi saluran napas, mudah terbakar dan
mudah meledak.
Eter merupakan anestetik yg sgt kuat (kadar
minimal utk anestesi = 1,9 vol %).
Eter diabsorpsi dan diekskresi melalui paru,
sebagian kecil melalui urin, air susu, keringat,
dan difusi melalui kulit utuh.
Untuk induksi digunakan 10-30% uap eter dalam
oksigen atau campuran oksigen dan N2O. Untuk
dosis penunjang, stadium III membutuhkan 5-
15% uap eter.
2. Enfluran
Enfluran cepat melewati stadium induksi tanpa atau sedikit
menyebabkan eksitasi. Kecepatan induksi terhambat bila
penderita menahan nafas atau batuk.
Pemberian enfluran 1% bersama N2O dan O2 dgn
pengawasan thd ventilasi, akan menurunkan tekanan
intraokular dan berguna utk operasi mata.
Efek samping : ssdh pemulihan menggigil, krn hipotermi,
gelisah, delirium, mual atau muntah.
Sebagian besar Enfluran diekskresi dlm btk utuh dan hanya
sedikit (2-5%) yg dimetabolisme menjadi ion F.
Untuk induksi enfluran 2-4,5% dikombinasi dgn O2 atau
campuran N2O, O2, sedangkan utk mempertahankan
anestesia diperlukan 0,5-3%.
3. Isofluran (Forane)
Eter berhalogen yg tdk mudah terbakar, berbau
tajam. Belum pernah dilaporkan adanya
gangguan fungsi ginjal dan hati sesudah
penggunaan isofluran. Keamanan pada wanita
hamil atau waktu partus belum terbukti.
Penurunan kewaspadaan mental terjadi 2-3 jam
sesudah anestesia, tetapi tdk terjadi mual,
muntah, atau eksitasi sesudah operasi.
Isofluran 3-3,5% dalam O2 atau kombinasi NO2-O2
biasaya digunakan utk induksi, sedangkan kadara
0,5-3% cukup memuaskan utk mempertahankan
anetsesia.
4. Halotan (Fluotan)
Cairan tidak berwarna, berbau enak, tdk mudah terbakar, dan
tidak mudah meledak meskipun dicampur dgn oksigen.
Efek analgesik halotan lemah tetapi relaksasi otot yg
ditimbulkan ditimbulkannya baik.Diperlukan 10 menit utk
induksi shg utk mempercepatnya digunakan kadar tinggi
(3-4 volume %). Kadar minimal utk anestesi 0,76 vol%.
Halotan dpt mencegah spasme laring, bronkus, batuk dan
menghambat salivasi.
Penggunaan halotan berulang dapat menimbulkan kerusakan
hati.
Absorbsi dan ekskresi halotan melalui paru, hanya 20%
dimetabolisasi dlm tubuh dan diekskresi melalui urin dlm
bentuk asam trifluoroasetat, trifluoroetanol dan bromida.
Untuk induksi halotan diberikan dg kadar 1-4% dlm campuran
dgn O2 atau N2O sedangkan utk dosis penunjang 0,5-2%.
Halotan diberikan dgn alat khusus dan penetuan kadar hrs
dpt dilakukan dg tepat
5. Metoksifluran
Merpk cairan jernih, tdk berwarna, bau manis spt buah, tdk
mudah meledak, tdk mudah terbakar di udara atau dlm
oksigen. Pd kadar anestetik, metoksifluran mudah larut dlm
darah.
Metoksifluran anestetik kuat, kadar minimal 0,16 vol% sdh
dpt menyebabkan anestesia dalam tanpa hipoksia.
Metoksifluran bersifat hepatotoksik, shg sebaiknya tdk
diberikan pd penderita kelainan hati.
Untuk mendapatkan efek analgesik cukup diberikan 0,5%
metoksifluran dlm udara. Untuk induksi diperlukan kadar
1,5-3% dgn campuran O2 : N2O ; 1:1 yg kmd dilanjutkan
dg dosis penunjang 0,5%. Obat ini dpt diberikan dgn closed
method atau semiclosed, sedangkan pada bayi dan anak
cara open drop.
6. Etilklorida
Cairan tdk berwarna, sgt mudah menguap, mudah
terbakar dan td 12-13OC. Bila disemprotkan ke
kulit segera menguap dan menimbulkan
pembekuan shg rasa saki hilang. Induksi dicapai
dlm 0,5-2 menit dgn waktu pemulihan 2-3 menit
ssd anestesi dihentikan. Utk anestesi umum tdk
dianjurkan lagi, hanya digunakan utk induksi dg
memberikan 20-30 tetes pd masker selama 30
detik.
Etilklorida juga digunakan sebagai anestesi lokal.
7. Trikloretilen
Cairan jernih tdk berwarna, mudah menguap,
berbau khas spt chloroform, tdk mudah terbakar
dan tdk mudah meledak. Digunakan pd operasi
ringan dlm kombinasi dgn N2O. Untuk
mendapatkan efek analgesik, cukup digunakan
0,25-0,75% trikoloroetilen dlm udara. Utk
anestesi umum, kadar trikloretilen tdk boleh lebih
dari 1% dalam campuran 2:1 N2O dan O2.
Trikloretilen menimbulkan sensitisasi jantung
terhadap katekolamin dan sensitisasi pernapasan
pd stretch receptor. Sifat lain trikloretilen ialah
tdk mengiritasi saluran napas.
8. Fluroksen
Sifat spt eter mudah terbakar, ttp tdk
mudah meledak. Fluroksen menimbulkan
analgesia yang baik, ttp relaksasi otot
sangat kurang. Untuk mencapai analgesia
diperlukan fluroksen 1,5-2%, utk induksi
6-12% dan utk dosis penunjang 3-12%.
Bila dikombinasi dgn N2O dan O2,
fluroksen cukup diberikan dgn kadar 1-2%
Anestesi parenteral
1. Barbiturat
2. Ketamin
3. Droperidol
4. Fentanil
5. Diazepam
6. Etomidat
1. Barbiturat
Menghilangkan kesadaran dgn bokade sistem stimulasi (perangsang) di
formasio retkularis. Barbiturat menghambat pusat pernapasan di medula
oblongata. Tidal volume nenurun dan kecepatan napas meninggi sewaktu
anestesia.
Barbiturat yg digunakan utk anestesia adalah barbiturat kerja singkat, yaitu :
- Natrium tiopental
Utk induksi pd dewasa 2-4 ml larutan 2,5% secara intermiten setiap 30-60
detik sampai tercapai efek yg diinginkan
Untuk anak digunakan larutan pentotal 2% dgn interval 30 detik dg dosis 1,5
ml utk bb 15 kg, 3 ml utk bb 30 kg, 4 ml utk bb 40 kg, 5 ml utk bb 50
kg.
Untuk mempertahankan anestesia dewasa diberikan pentotal 0,5-2 ml larutan
2,5%, sedang pd anak 2 ml larutan 2%
Untuk anestesia basal pada anak, biasa digunakan pentotal per rektal sebagai
suspensi 40% dg dosis 30mg/kg bb.
- Natrium tiamilal
Dosis utk induksi pd dewasa 2-4 ml larutan 2,5%, diberikan i.v. secara
intermiten setiap 30-60 detik sampai efek yg diinginkan tercapai, dosis
penunjang 0,5-2 ml laruatan 2,5% atau digunakan larutan 0,3% yg
diberikan secara terus menerus (drip)
- Natrium metoheksital
Dosis induksi dewasa 5-12 ml laruata 1% diberikan secara i.v. dengan
kecepatan 1 ml/5detik ; dosis penunjang 2-4 ml larutan 1% atau bila
akan diberiakn secara terus menerus dpt digunakan larutan 0,2%.
2. Ketamin
Larutan tidak berwarna, stabil pd suhu kamar dan relatif
aman. Ketamin punya sifat analgesik, anestetik, dan
kataleptik dgn kerja singkat.
Ketamin akan meningkatkan tekanan darah, sering
menimbulkan halusinasi terutama pd org dewasa.
Sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi dan hidrolisis
dlm hati, kmd diekskresi terutama dlm bentuk metabolit
dan sedikit dlm btk utuh.
Utk induksi ketamin diberikan i.v dosis 2 mg/kg bb (1-
4,5mg/kgbb) dalam waktu 60 detik, stadium operasi
dicapai dlm waktu 5-10 menit.
Untuk mempertahankan anestesi dpt diberikan dosis ulangan
stengah dari semula.
Ketamin i.m utk induksi diberikan 10 mg/kg bb (6,5-13
mg/kgbb), stadium operasi terjadi dlm 12-25 menit.
3. Droperidol dan Fentanil
Tersedia dlm kombinasi tetap, dgunakan utk menimbulkan analgesia
neuroleptik dan anestesi neuroleptik, pada anestesia neurileptik
kedua obat ini digunakan bersama N2O.
Induksi dosis 1 ml/9-15kg bb diberikan perlahan i.v (1ml tiap 1-2 menit),
diikuti pemberian N2O atau O2 bila sudah timbul kantuk. Dosis
penunjang digunakan N2O atau fentanil saja (0,05-0,1 mg tiap 30-60
menit) bila anestesia kurang dalam.
Pada analgesia neuroleptik tdk digunakan N2O dan kesadaran penderita
tetap baik, sering digunakan pd tindakan bronkoskopi, sitoskopi,
kateterisasi jantung dan penggantian pembalut pd luka bakar.
Droperidol merupakan obat dgn masa kerja lama dan mula kerja lambat
(10-15 menit) sedangkan fentanil masa kerja pendek tetapi mula
kerja cepat (2 menit).
Bisa jg dilakukan pemberian obat terpisah, induksi dimulai dosis tunggal
droperidol (0,15 mg/kg bb) dan 6-8 menit kemudian fentanil (0,002-
0,003 mg/kg bb) yg dpt diulangi 6-8 menit. N2O diberikan bila
penderita mulai mengantuk dan anestesia dipertahankan dgn cara
seperti diatas.
Sediaan kombinasi terdpt dlm botol 2 dan 5 ml larutan yg mgd fentanil
sitrat 0,05 mg dan droperidol 2,5 mg per ml.
4. Diazepam
Digunakan utk menimbulkan sedasi basal pd anestesia
regional, endoskopi dan prosedur dental, juga utk induksi
anestesia terutama pd penderita dg penyakit
kardiovaskular.
Diazepam jg digunakan utk medikasi preanestetik (sebagai
neurolepanalgesia) dan utk mengatasi konvulsi yg
disebabkan obat anestesi lokal.
Farmakokinetik: dimetabolisme jd metabolit aktif. Waktu
paruh tgt usia, 20 tahun 20 jam, 80 th 90 jam.
Karena diazepam tdk punya efek analgesik, pemberian
anestesi lokal akan membantu prosedur anestesia pd bbrp
penderita (misalnya sblm endoskopi)
Dosis : induksi 0,1-0,5 mg/kg bb. Pd org sehat dosis
diazepam 0,2 mg/kg bb utk medikasi preanestetik yg
diberikan bersama narkotik analgesik sdh menyebabkan
tidur.
5. Etomidat
Anestetik non barbiturat yg digunakan utk induksi anestesia.
Obat ini tdk berefek analgesik ttp dpt digunakan utk
anestesia dgn teknik infus terus menerus bersama fentanil
atau secara intermiten.
Etomidat menurunkan aliran darah otak (35-50%), kecepatan
metabolisme otak, dan tekanan intrakranial, shg anestetik
ini mungkin berguan pd bedah saraf.
Efek samping : rasa nyeru di temoat suntik yg dpt diatasi dg
menyuntikan cepat pd vena besar, atau diberikan bersama
medikasi preanestetik seperti meperidin.
Selama induksi dg etomidat tanpa medikasi preanestetik dpt
terjadi gerakan otot spontan pd 60% penderita. Efek ini
dihilangkan dg pemberian narkotik, shg narkotik dianjurkan
utk diberikan sbg medikasi preanestetik.
Dosis : induksi etomidat 0,3 mg/kg bb dan dalam waktu satu
menit penderita sdh tidak sadar.
Pemilihan preparat
Berdasarkan beberapa pertimbangan, yakni :
1. Keadaan penderita
2. Sifat anestesi umum
3. Jenis operasi yang dilakukan
4. Jenis peralatan yang digunakan
5. Obat yang tersedia
6. Mudah didapat
7. Murah
8. Cepat melampaui stadium II
9. Tidak menimbulkan efek samping terhadap alat
vital
10. Tidak mudah terbakar & stabil
11. Cepat dieliminasi
12. Sifat analgesiknya cukup baik
13. Relaksasi otot cukup baik
14. Kesadaran cepat kembali
15. Tanpa efek yg tidak diinginkan.

Sayangnya tidak ada satu obat yg memenuhi


semua sifat diatas.
- Pd operasi ringan spt ekstraksi gigi dan insisi
abses tdk diperlukan relaksasi otot yg sempurna,
oleh sebab itu cukup dipilih anestesi umum yg
bersifat analgesik baik spt N2O dan trikloretilen.
Juga dpt digunakan neurolep analgesia.
- Pd operasi besar spt laparatomi diperlukan
anestesi yg menimbulkan relaksasi otot cukup
baik, misalnya eter, atau dikombinasi dg
diazepam.
- Untuk tindakan kauterisasi sebaiknya digunakan
halotan yg tdk mudah terbakar.
ANESTESI LOKAL (AL)
 Obat yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan saraf
dengan kadar cukup.

Obat ini bekerja pd tiap bagian susunan saraf.


Pemberian anestesi lokal pd batang saraf
menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di
daerah yg dipersarafinya.
Paralisis oleh obat anestesi lokal bersifat reversibel,
tanpa merusak serabut atau sel saraf.
Sifat Anestesi Lokal

1. Tidak mengiritasi
2. Tidak merusak jaringan saraf secara permanen
3. Batas keamanan lebar
4. Mula kerja hrs sesingkat mungkin
5. Masa kerja hrs cukup lama, cukup waktu utk
melakukan tindakan operasi
6. Zat anestesi lokal hrs larut dlm air
7. Stabil dlm larutan
8. Dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan
Anestesi lokal
Ada dua golongan
1. Golongan amida
contoh : lidokain
2. Golongan ester
contoh : prokain

Untuk pasien yang peka prokain dapat


digunakan lidokain, begitu juga sebaliknya.
Penggunaan Anestesi Lokal
1. Anestesi Infiltrasi
2. Anestesi epidura
3. Anestesi spinal
4. Anestesi permukaan
5. Anestesi blok

Anestesi lokal tdk boleh disuntikkan pada jaringan yg


meradang atau terinfeksi dan trauma uretra.
Mekanisme Kerja
1. Mencegah konduksi dan timbulnya
impuls saraf.
2. Tempat kerjanya terutama di membran
sel
3. Efeknya pada aksoplasma hanya sedikit
sekali
4. Mengurangi permeabilitas membran bagi
ion K dan Na dalam keadaan istirahat.
Perpanjangan efek oleh vasokonstriktor
Masa kerja anestesi lokal berbanding langsung
dengan waktu kontak aktifnya dgn saraf.

Penambahan epineprin pada anestesi lokal akan


memperpanjang dan memperkuat kerja
anestesi lokal

Dlm klinik epineprin 1 : 200000


Norepineprin: 1 : 100000
Farmakodinamik
SSP
Semua anestesi lokal merangsang SSP, menyebabkan
kegelisahan dan tremor yg mungkin berubah menjadi
kejang klonik, makin kuat suatu anestesi makin mudah
menimbulkan kejang.

Sambungan saraf-otot dan ganglion.


Anestesi lokal dapt mempengaruhi transmisi di sambungan
saraf-otot, yaitu menyebabkan berkurangnya respon otot
atas rangsangan saraf atau suntikan asetilkolin intra-arteri;
sedangkan perangsangan listrik langsung pd otot masih
menyebabkan kontraksi. Prokain dpt mengurangi produksi
asetil kolin pd ujung saraf motorik. Khasiat prokain dan
fisostigmin berlawanan
Sistem kardiovaskular
Pengaruh utama anestesi lokal pd miokard ialah
menyebabkan penurunan eksitabilitas, kecepatan konduksi
dan kekuatan kontraksi. Anestesi lokal sintetik juga
menyebabkan vasodilatasi arteriol.

Otot polos
Baik invitro maupun invivo, anestesi lokal berkhasiat
spasmolitik yg tdk berhubungan dg efek anestetik.

Alergi
Kadang-kadang dpt timbul reaksi hipersensitivitas thd
anestetik lokal seperti dermatitis alergik, serangan asma
atau reaksi anafilaktik yg fatal, alergi lebih sering terjadi pd
penggunaan anestesi lokal bentuk ester.
Anestesi lokal DOEN
- Lidokain
- Prokain
- Etilklorida
- Bipivakain
1. Lidokain (xilokain)
Anestesi lokal kuat digunakan sec topikal dan
suntikan.
Anestesia terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama,
dan lebih ekstensif drpd prokain.
Larutan lidokain 0,5% utk anestesia infiltrasi,
sedangkan larutan 1-2% utk anestesia blok dan
topikal.
Lidokain obat terpilih bagi yg hipersensitif thd
prokain dan epinefrin. Lidokain dapat
menimbulkan kantuk.
Preparatnya : larutan 0,5-5% dgn atau tanpa
epinefrin (1:50.000 sampai 1:200.000)
Farmakokinetik : Lidokain mudah diserap dari tempat
suntikan dan dapat melewati sawar darah otak.
Indikasi : lidokain banyak digunakan secara suntikan utk
anestesia infiltrasi, blokade saraf, anestesia epidural,
ataupun anestesia kaudal dan anestesia selaput lendir.
Pd anestesia infiltrasi digunakan larutan 0,25-0,50% dg atau
tanpa adrenalin. Tanpa adrenalin dosis total tidak boleh
melebihi 200 mg dlm waktu 24 jam, dgn adrenalin tdk
boleh lebih dari 500 mg.
Pd kedokteran gigi digunakan larutan 1-2% dgn adrenalin.
Utk anestesia infiltrasi dg mula kerja 5 menit dan lama kerja 1
jam dibutuhkan dosis 0,5-1,0 ml.
Untuk blokade saraf digunakan 1-2 ml
2. Prokain
Farmakodinamik : Pd penyuntikan s.c dosis 100-800 mg,
terjadi analgesia umum ringan. Efek maksimal berlangsung
10-20 menit, dan menghilang sesudah 60 menit.

Farmakokinetik : absorbsi cepat dr tempat suntikan dan utk


memperlambat absorbsi perlu ditambahkan
vasokonstriktor, ssdh diabsorbsi cepat dihidrolisis oleh
esterase dlm plasma menjadi PABA dan dietilaminoetanol.

Indikasi : secara suntikan utk anestesi infiltrasi, blokade


saraf, epidural, kaudal, dan spinal.

Sediaan : Prokain HCl mrp kristal putih yg mudah larut dalam


air. Sediaan suntik ada dg kadar 1-2% dg atau tanpa
epinefrin untuk anestesi infiltrasi dan blokade saraf dan 5-
20% utk anestesia spinal.
Anestesi Lokal Sintetik
- Butetamid
- Dibukain
- Heksilkain HCl
- Mepivakain HCl
- Piperokain HCl
- Tetrakain
- Prilokain HCl

Anestesi lokal topikal


- Benzokain
- Butil aminobenzoat
- Ortoform
- Butetamid
Sifat farmakologi sama dg prokain, tetapi lebih kuat dan lebih
toksik. Digunakan utk anestesia spinal atau blokade saraf
dgn kadar 1,0;1,5 dan 2%. Sediaannya berupa garam HCl
dicampur dgn epinefrin.

- Dibukain
Derivat kuinolin, mrp anestesi lokal yg paling kuat, paling
toksik, dan masa kerja panjang. Kekuatan kira-kira 15x
prokain dan masa kerja 3x lebih panjang. Anestesi suntikan
dg kadar 0,05-0,1% ; utk anestesia topikal kornea 0,10%,
hidung dan tenggorok 0,5-2%; uretra 0,05-0,2% dan utk
kulit berupa salep 0,5-1%. Dosis total dibukain pada
anestesi spinal adalah 7,5-10 mg.
- Heksilkain HCl
Digunakan utk anestesia infiltrasi, spinal, topikal, dan blokade
saraf. Kekuatannya kira-kira 2x prokain

- Mepivakain HCl
Golongan amida mirip dgn lidokain. Digunakan utk anestesi
infiltrasi, blokade saraf regional dan anestesia spinal.
Sediaan utk suntikan mrp larutan 1,0;1,5 dan 2%

- Piperokain HCl
Pemberian i.v toksisitasnya 3x prokain, ttp pd s.c
toksisitasnya sama. Kekuatan anaestesi hampir sam dgn
prokain. Utk pemakaian topikal larutan 2% utk kornea,
salep 4% utk mata, larutan 2 dan 10% utk hidung dan
tenggorok, larutan 1-4% utk saluran kemih. Utk blokade
saraf digunakan larutan piperokain 0,5-1%
- Tetrakain
Derv.PABA, pemberian i.v 10x lebih aktif dan lebih toksik drpd
prokain. Digunakan utk segala macam anestesi, topikal pd
mata digunakan larutan tetrakain 0,5%, utk hidung dan
tenggorok larutan 2%. Pada anestesia spinal, dosis total
10-20 mg.

- Prilokain HCl
Efek farmakologinya mirip lidokain, tetapi mula kerja dan
masa kerjanya lebih lama dari lidokain, juga menimbulkan
kantuk. Sifatnya unik bisa menimbulkan
methemoglobinemia. Digunakan utk berbagai macam
anestesia suntikan dg sediaan kadar 1,0;2,0 dan 3,0%

- Benzokain, Butilaminobenzoat, dan ortoform


dapat digunakan langsung pada luka dgn ulserasi, dan
menimbulkan anestesia cukup lama, sdiaan berupa salep,
suppositoria dan bedak.
Teknik Pemberian Anestesi Lokal
1. Anestesi Permukaan
2. Anestesi Infiltrasi
3. Anestesi Blok
4. Anestesi Epidural
5. Anestesi Kaudal
1. Anestesi Permukaan
Utk pengguanaan topikal, dipermukan kulit atau organ luar.
Misal : larutan lidokain 2% dlm CMC digunakan utk
menghilangkan rasa sakit di selaput lendir mulut, faring
dan esofagus. Rasa sakit pada luka, ulkus dan luka bakar.
Sediaan ini aman pd kadar yg tepat tdk akan
mengganggu proses penyembuhan luka.

2. Anestesi Infiltrasi
Menimbulkan anestesi ujung saraf melalui kontak langsung
dgn obat. Larutan obat disuntikan secara intradermal atau
s.c.
Cara infiltrasi yg sering digunakan yaitu ring block
3. Anestesi Blok
- Anestesia Spinal

blokade subarakhnoid atau intratekal mrpk


anestesi blok yg luas.
sesudah penyuntikan intatekal, yg dipengaruhi
lebih dahulu yaitu saraf simpatis dan
parasimpatis, diikuti dg saraf utk rasa dingin,
panas, raba, dan tekanan dalam.
Anestesia spinal berguna pd operasi tungkai
bawah, daerah rektum, perianal, dan operasi
prostat.
4. Anestesia Epidural
Dengan jalan menyuntikan zat anastesi lokal ke
dalam ruang epidural.

5. Anestesi Kaudal
Bentuk anestesi epidural yang larutan anestetiknya
disuntikan ke dalam kanalis sakralis melalui
hiatus sakralis.
Biasanya digunakan lidokain, mevikain, atau
piperokain 1-1,5% di dalam larutan garam faal
sebanyak 30 ml. Untuk menghambat absorbsi
sistemik sering ditambahkan larutan epinefrin
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai