Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATANDENGAN

GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI:OTITIS MEDIA

MATA KULIAH : KEPERAWATAN


DEWASA
Oleh :
KELOMPOK
F.B NYANGKO
Eksatika Ayu Putriani

PROGRAM STUDI NERS


TAHAP AKADEMIK
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
2024
BAB 1 LATAR BELAKANG
Otitis media akut (OMA) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya inflamasi yang
terdapat pada sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba eustachii dan sel-sel
mastoid yang terletak di belakang membran timpani. Peradangan yang terjadi bersifat akut, pada
anak-anak akan mengeluhkan sakit telinga, telinga berdengung, keluar cairan keruh dari telinga
dan dapat disertai demam.
Penderita OMA pada anak sangat berhubungan dengan kejadian penyakit infeksi saluran
pernapasan atas akut (ISPA). Penyakit ISPA di Indonesia masih sangat tinggi, terutama pada
anak-anak. Kejadian ISPA pada anak dapat menyebabkan peningkatan kejadian OMA pada anak

Paparan asap rokok juga dapat menyebabkan peningkatan kejadian ISPA yang akan
mengakibatkan peningkatan kejadian OMA pada anak. Anak yang tinggal serumah dengan
perokok memiliki resiko dua kali lebih mudah terjadi OMA.
PENGERTIAN
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan pada telinga bagian
tengah yang terjadi secara cepat dan singkat dalam waktu kurang dari 3
minggu disertai dengan gejala lokal seperti demam, nyeri, pendengaran
berkurang, dan keluarnya cairan (Tesfa et.al, 2020).
Otitis Media Akut disebabkan oleh bakteri dan virus yang paling sering
ditemukan pada penderita OMA yaitu bakteri Streptococcus pneumaniae,
diikuti oleh virus Haemophilus influenza (Buku Ajar Penyakit THT, 2015).
Apabila penderita OMA kurang mendapatkan penanganan yang adekuat
maka akan mengalami komplikasi lanjutan yaitu Otitis Media Supuratif
Kronik (OMSK) yaitu peradangan pada mukosa telinga tengah yang
disertai keluarnya cairan melalui perforasi membran timpani selama lebih
dari 2 bulan.
ANATOMI FISIOLOGI

Telinga terdiri dari beberapa bagian, antara lain :

Telinga bagian luar : Aurikula ( daun telinga) , Meatus akustikus eksterna ( liang telinga) , Membran
timpani
Telinga bagian tengah : Kavum timpani , Antrum timpani , Tuba auditiva eustaki
Telinga bagian dalam : Labirin osseus (Serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan ,Vestibulum,
Koklea, kanalis semi sirkuler), Labirintus membranosus Utrikulus, sakulus, duktud semi sirkularis.
penyebab otitis media akut antara lain :
 Faktor pertahanan tubuh terganggu
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba dinasofaring dan
faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim penghasil mukus
(misalnya muramidase) dan antibodi.
 Obstruksi tuba eusthachius
Merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media akut, karena fungsi
tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga
terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi
peradangan. Pada bayi terjadinya otitis media akut dipermudah karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar, dan agak horisontal letaknya.
 Infeksi saluran pernafasan atas
Terutama disebabkan oleh virus, pada anak makin sering terserang infeksi
saluran pernafasan atas makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut.
 Bakteri piogeik
Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisma penyebab adalah
streptococcus pneumoniae, hemophylus influenzae, streptococcus beta-
hemolitikus dan moraxella catarrhalis
Manifestasi Klinis
 Gejala otitis media akut dapat bervariasi antara lain :
 Nyeri telinga (otalgia)
 Keluarnya cairan dari telinga
 Demam
 Kehilangan pendengaran
 Tinitus
 Membran timpani tampak merah dan menggelembung

Berdasarkan gejala yang muncul, otitis media dibedakan menjadi tiga


jenis, di antaranya yaitu:
 Otitis media akut: Kondisi ini muncul secara tiba-tiba dan ditandai dengan telinga
memerah serta bengkak. Penderitanya juga bisa mengalami demam dan nyeri di
telinga akibat cairan dan lendir yang terperangkap di dalam telinga.
 Otitis media efusi: Kondisi ini terjadi karena cairan dan lendir menumpuk di telinga
bagian tengah saat infeksi mereda. Jenis otitis media ini dapat menyebabkan
gangguan pendengaran dan telinga terasa penuh. Namun, bisa juga tidak disertai
gejala.
 Otitis media kronis dengan efusi (cairan): Kondisi ini ditandai dengan cairan yang
muncul berulang pada telinga tengah meski tidak ada infeksi. Jika tidak ditangani,
kondisi ini dapat memicu infeksi baru yang sulit ditangani dan gangguan pendengaran
.
.

PATOFISIOLOGIS
BAB 2 Perjalanan penyakit otitis media akut berhubungan dengan anatomi dan fungsi
dari tuba eusthachius.
Pada anak, tuba eustachius yang lebih pendek dan datar menjadi alasan lebih
mudahnya terjadi otitis media.
Bakteri yang menjalani kolonisasi pada telinga tengah membentuk sebuah
biofilm, yaitu kumpulan bakteri yang diselubungi matriks protektif
eksopolisakarida dan menempel pada permukaan. Matriks yang membungkus
bakteri tersebut melindungi bakteri dari respon imun host dan menjadi alasan
berkurangnya laju metabolik bateri dalam biofilm yang kemudian memicu
resistensi terhadap antibiotik. Bakteri yang mengkolonisasi mukosa nasofaring
awalnya tidak menimbulkan penyakit namun virus yang menginfeksi kemudian
menginisiasi proses inflamasi lokal. Infeksi virus menginduksi aktivitas sitokin dan
pengeluaran mediator – mediator pro inflamasi serta meningkatkan kolonisasi
serta perlekatan bakteri melalui peningkatan regulasi antigen permukaaan sel
host yang berperan sebagai tempat reseptor bakteri. Virus juga mengubah sifat
dari mukus dan mengganggu fungsi pembersihan mukosilier normal oleh sel – sel
mukosa pada nasofaring dan tuba eustachius. Hal ini mengakibatkan gangguan
pada tuba eustachius yang kemudian terbentuknya tekanan negatif pada telinga
tengah kemudian terjadi influks virus dan bakteri ke dalamnya.
2. KEPALA RUANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga). Namun
pemeriksaan ini tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain OMA pada bayi
berumur dibawah 6 minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan
tubuh, anak yang tidak member respon pada beberapa pemberian antibiotik atau dengan gejala sangat berat dan
komplikasi. Untuk menilai keadaan adanya cairan di telinga tengah jug diperlukan pemeriksaan timpanometeri pada
pasien
KOMPLIKASI
Kehilangan pendengaran, Perforasi Membran Timpani (MT), Mastoiditis, Meningitis, Hidrosefalus Otitis
FAKTOR RESIKO
Otitis media akut (OMA) dapat mengenai seluruh kelompok usia. Keadaan ini lebih umum dijumpai pada anak usia
kurang dari 7 tahun, hal ini dipengaruhi oleh faktor anatomi dari tuba eusthachius pada anak yang lebih pendek, lebar
dan lebih horizontal posisinya. Keadaan anatomis tersebut memfasilitasi transmisi patogen dari nasofaring ke telinga
tengah sehingga meningkatkan risiko OMA
Penatalaksanaan

Stadium Oklusi: bertujuan untuk membuka tuba eustachius sehingga tekanan negatif ditelinga tengah
hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dan pemberian antibiotik apabila
penyebab penyakit adalah kuman, bukan virus atau alergi.
Stadium Presupurasi: analgetika, antibiotika yang dianjurkan biasanya golongan ampicillin atau
penicilin.
Stadium Supurasi: diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat dilakukan miringotomi bila
membran menonjol dan masih utuh untuk mencegah perforasi.
Stadium Perforasi: sering terlihat sekret banyak yang keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret secara
berdenyut (pulsasi). Pengobatannya adalah obat pencuci telinga H2O2 3% selama 35 hari dan diberikan
antibiotika yang adekuat.
Stadium Resolusi: maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi da perforasi
membran timpani menutup.
KONSEP ASUHAN
Pengkajian KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Kaji Data klien secara lengkap yang mencakup ; nama, umur, jenis kelamin, Data
penanggung jawab DLL.
2. Keluhan
Klien dengan Otitis Media Akut datang dengan keluhan nyeri pada telinga bagian
tengah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, seperti
penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran
(kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana kebiasaan
membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerahpolusi).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat alergi
pada keluarga.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
6. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum klien, Telinga : Lakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan di daerah telinga
dengan menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang keluar dari
telinga, bagaimana warna, bau, dan jumlahnya. Apakah ada tanda-tanda radang.
- Kaji adanya nyeri pada telinga
- Leher : Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
- Dada / thorak, jantung, perut / abdomen, genitourinaria, ekstremitas, sistem integumen, sistem
neurologi
• Data pola kebiasaan sehari-hari
- Nutrisi : Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit.
- Eliminasi : Kaji miksi,dan defekasi klien
- Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri : Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,
agak susah untuk berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya
sehingga ia kurang mendengar/ kurang nyambung tentang apa yang di bicarakan orang lain.
Pemeriksaan diagnostic
a. Otoskopi
- Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
- Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan ruptur pada membran
tympani
- Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
b. Tes bisik
- Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik, pada klien
dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga yang sakit.
c. Tes garpu tala
d. Tes Rinne didapatkan hasil negatif
e. Tes Weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit
f. Tes Audiometri : AC menurun
g. Xray : terhadap kondisi patologi
Diagnosa keperawatan pada pasien Otitis Media yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
dibuktikan dengan mengeluh nyeri, meringis, gelisah, sulit tidur,
diaforesis.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah,
kulit terasa hangat.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
gangguan pendengaran dibuktikan dengan tidak mampu
mendengar, menunjukkan respon tidak sesuai, sulit memahami
komunikasi.
4. Defisit pengetahuan berhubungan
CREDITS: This presentation template wasdengan kurang
created by Slidesgo, and
terpapar informasi dibuktikan dengan menunjukkan perilaku
includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

tidak sesuai anjuran.


• RENPRA 1
Dx: Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik dibuktikan dengan mengeluh nyeri, meringis
kesakitan, sulit tidur
tujuan dan kriteria hasil (SLKI)
Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jamdiharapkan tingkat nyeri menurun dengankriteria hasil :
Keluhan nyeri menurun,Meringis menurun, Gelisah menurun, Kesulitan tidur menurun.
Intervensi keperawatan
manajemen nyeri
observasi
1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
RENPRA 2
DX : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai
normal, kulit merah, kulit terasa hangat
tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam diharapkan
termoregulasi membaik dengan kriteria hasil dengan kriteria hasil Suhu kulit membaik Suhu tubuh
membaik
Intervensi keperawatan
Manajemen hipertermia
observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor haluaran urine
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
3. Berikan cairan oral
Edukasi : anjurkan tirah baring
kolaborasi: Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
RENPRA 3
DX: Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran dibuktikan dengan tidak
mampu mendengar, menunjukkan respon tidak sesuai, sulit memahami komunikasi.
tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam diharapkan
komunikasi verbal meningkat dengan kriteria hasil Kemampuan berbicara Meningkat, Kemampuan
mendengar meningkat, Kesesuaian ekspresi wajah/ tubuh meningkat, kontak mata meningkat
Intervensi keperawatan
promosi komunikasi: defisit pendengaran
observasi
1. Periksa kemampuan pendengaran
2. Monitor akumulasi serumen berlebihan
Terapeutik
1. Gunakan bahasa sederhana
2. Gunakan bahasa isyarat, jika perlu
3. Berhadapan dengan pasien secara langsung selama berkomunikasi
4. Lakukan irigasi telinga, jika perlu.
Edukasi 1. Anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat, Ajarkan cara membersihkan serumen dengan
tepat
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap pelaksanaan,
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien
EVALUASI
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya,
klien akan masuk kembali kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang
PENUTUP
Kesimpulan

Otitis Media akut (OMA) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya inflamasi yang terdapat pada sebagian atau
seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba eustachii dan sel-sel mastoid yang terletak di belakang membran timpani.
Perjalanan OMA terdiri dari beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah yang berkembang menjadi pus oleh karena adanya
infeksi oleh mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut serta munculnya gejala iritabilitas dan demam.
Otitis media merupakan penyakit yang berulang dan kebanyakan terjadi pada anak- anak. Dengan perawatan yang baik
penderita OMA dapat diatasi dengan baik.

Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar masalah kesehatan khususnya otitis media teratasi dengan baik, pola
hidup sehat bisa lebih diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Dan semoga makalah ini bermanfaat dapat menambah
ilmu pengetahuan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai