INFEKSI JAMUR

PADA KULIT
Apt. Risyda Komaliya, M.Farm
Jurusan Farmasin
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
 Dermatomikosis

Biasanya disebabkan
Penggolongan infeksi
oleh 3 genus jamur,
jamur dapat
Trichophyton,
berdasarkan lokasi
Microsporum, dan
infeksi
Epidermophyton.
Tinea Versicolor (panu)

infeksi jamur Malassezia

Tandal dan Gejala 
yang mengganggu
bercak berwarna pucat,
pigmentasi pada warna
merah muda atau
kulit sehingga memicu
kecoklatan, gatal, kering
munculnya bercak atau
bersisik
perbedaan warna.
Penggolongan Tinea atau Kurap

Capitis/ Corporis/ Cruris/

kulit kepala badan lipatan paha

Pedis Unguium/
/ kuku
kaki
Tinea Capatis dan
Ungium
◦ Tidak diperbolehkan untuk menjalani swamedikasi.
◦ Pada pasien tinea unguium, pasien harus menjalani terapi
sistemik (terbinafin atau itrakonazol) atau pengangkatan
melalui b e d a h
Tinea Pedis

Tinea Corporis

Tinea Cruris
Epidemiologi
◦ G e n d e r tidak b e r p e n g aruh terhadap a n gka kejadian.

◦ Tinea pedis merupakan infeksi jamur ya n g paling sering terjadi, orang ya n g tinggal di

daerah tropis lebih rentan terkena tinea p e di s.

◦ Tinea korporis lebih sering terjadi pada seseorang ya n g tinggal dalam kondisi

l e mba p dan panas.

◦ Lipatan paha/tubuh lain yang berkeringat dalam keadaan tertutup pakaian basah akan

semakin meningkatkan resiko terjadinya tinea cruris.

◦Banyak pasien abai akan tinea pedis.

◦ Penutup ra m but ya n g terlalu ketat dan perawatan rambut ya n g tidak sesuai dapat

menyebabkan tinea capitis.

Etiologi
◦ Infeksi terjadi akibat penularan, kontak dengan orang
lain, hewan peliharaan, barang yang telah terinfeksi,
pemandian umum, dst.
◦ Pakaian terlalu ketat menyebabkan lembap dan
keringat sehingga menyebabkan infeksi
jamur/kurap.
◦Penyakit kronik dan obat yang menekan sistem
imun dapat meningkatkan resiko kurap.
Tanda & Gejala
Tanda Timbul disertai bau, basah,
ruam dan.bersisik
Gejala Gatal, rasa terbakar, kulit
lunak atau berair
Penyebaran infeksi Dapat menyebar keseluruh
tubuh
Waktu penyembuhan Variatif
Terapi Non Farmakologi
◦ Pasien harus membersihkan kulit dengan sabun dan air, serta
mengeringkannya dengan benar.
◦ Gunakan handuk yang berbeda untuk membersihkan
daerah yang terinfeksi.
◦ Cuci pakaian/handuk yang terkontaminasi dengan air
panas.
◦ Pasien harus menggunakan alas kaki menuju area publik.
◦ Hindari pakaian ketat dan tebal, atau yang dapat
menyebabkan keringat.
◦ Ja ga bagian tubuh tetap kering dengan bedak.
Terapi Farmakologi
◦ Terbinafin Mengganggu pembentukan sterol pada jamur. Sterol merupakan
komponen penting yang berperan dalam menjaga keutuhan membran sel jamur. Tanpa sterol,
dinding sel akan melemah dan jamur akan mati.
◦ Efek Samping  Ruam pada kulit
◦ Contoh Obat 
Terapi Farmakologi
◦ Klotrimazol, Ketoconazol, Mikonazol golongan azol yang bekerja merusak
struktur membran sel jamur sehingga pertumbuhan jamur bisa dihentikan.
◦ Efek Samping --> ruam pada kulit
◦ Contoh obat 
Terapi Farmakologi
◦ Tornaftat  menghambat kerja enzim squalene epoxidase yang berperan dalam
pembentukan dinding sel jamur
◦ Efek samping  ruam pada kulit
◦ Contoh obat 
Terapi Farmakologi
◦ Undesilenat  cara menghambat pembentukan membran sel jamur yang
dibutuhkan untuk memperbanyak diri dan bertahan hidup
◦ Efek samping  ruam pda kulit
◦ Contoh obat
Terapi Farmakologi
◦ Anti jamur topikal digunakan 2 kali sehari, pagi dan
malam, dioleskan tipis.
◦ Pengobatan anti jamur topikal harus diteruskan selama
(minimal) 2-4 minggu, tergantung gejala yang timbul.
◦ Seb elum menggunakan anti jamur, pasien dapat
merendam daerah infeksi yang terdapat inflamasi dengan
alumunium asetat (pengenceran 1:40) terlebih dahulu.
◦ Alumunium asetat tidak diperkenankan bila terdapat
pecahan kulit yang dalam.
Alur Swamedikasi
Alur Swamedikasi
Alur Swamedikasi
Monitoring
◦ Evaluasi pengobatan dalam 1 minggu.
◦ Jika infeksi tidak membaik atau memburuk, pasien
dapat dirujuk ke dokter untuk mendapatkan diagnosis
yang tepat.
◦ Waspada infeksi yang berulang dalam waktu dekat.
Kemungkinan besar akibat penyakit sistemik.