Anda di halaman 1dari 14

Sari Kepustakaan Divisi AI

Non Allergic Drug Induced Angioedema

Putra Basmayus

Pembimbing : dr. T. Mamfaluti, M.Kes, SP.PD

Program Pendidikan Dokter Spesialis-1


Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Bagian/Ksm Ilmu Penyakit Dalam Rsudza
Banda Aceh 2024
Pendahuluan
Angioedema (AE) : pembengkakan Manifestasi yang muncul akibat proses yang
subkutan atau submukosa sementara yang melibatkan pelepasan mediator vasoaktif : Histamin
tidak terpengaruh saat diberikan tekanan. atau Bradikinin (BK).

Penting untuk dibedakan : pendekatan pengobatan


Berbeda dari edema oleh akumulasi berbeda dan AE-BK lebih sering mengancam jiwa.
cairan di interstitium

• Episode akut AE tanpa disertai urtikaria


Angioedema -BK • tidak respons terhadap pengobatan konvensional (antihistamin H1
sistemik, kortikosteroid, atau adrenalin)

Herediter Tujuan tinjauan Pustaka


Induksi Obat • meningkatkan kesadaran tenaga medis,
• meningkatkan ketepatan diagnosis,
• memfasilitasi komunikasi risiko dengan pasien
ACE • memungkinkan pengambilan keputusan yang penting
serta tindakan pencegahan.
Inhibitors
Mekanisme Patofisiologi AE
Fitur ACEI-AE HAE
Onset umur Dewasa Biasanya 2-13 tahun

Lokasi serangan AE Bibir, lidah, wajah Wajah, laring, abdomen

Onset serangan AE Perlahan, dalam beberapa Perlahan, dalam beberapa


jam jam / onset cepat <1 jam

Durasi serangan AE 24-48 jam 3-5 hari


Urtikaria Tidak ada Tidak ada
Nyeri abdomen Ada Biasanya tidak ada
Epidemiologi
ACEI penyebab utama AE yang diinduksi
Insiden AE oleh ACEI (ACEI-AE) > 1% obat, terhitung hingga 40% dari
kunjungan ruang gawat darurat

Masalah bagi penyedia layanan kesehatan dan pasien


ACEI-AE terjadi dalam waktu bervariasi.
Setelah pengobatan, 6 minggu dan bahkan hingga 23
tahun.
Rata-rata penggunaan ACEI pada pasien dengan
AE melebihi dua tahun Bagi dokter : Bagi pasien :
Kesulitan diagnosis salah diagnosis, penundaan
penanganan berpotensi
membahayakan
Pendekatan Diagnosa

Saat ini, diagnosis AE diinduksi obat yang dimediasi oleh BK


Menyulitkan Tenaga
bersifat klinis. Tidak ada tes laboratorium yang tersedia untuk
Medis
mendiagnosis

Resolusi terjadi setelah penghentian obat menegaskan diagnosis Mirip dengan Alergi
obat pada umumnya

Pruritus dan urtikaria tidak ada, organ yang paling sering


Ciri khas Utama AE
terdampak yaitu kepala, leher, wajah, bibir, lidah, dan laring.
dengan BK
Jarang organ visceral

Edema saluran napas bagian atas yang mengancam jiwa terjadi


Potensi tertunda
pada sekitar 25-40% kasus dan dapat mengancam jiwa.
penanganan
Metabolisme Bradikinin dan RAAS
Obat Obat yang Menginduksi AE oleh BK
 ACE Inhibitors

Faktor Resiko Terkait


Diklasifikasikan menjadi zat yang mengandung:
 sulfhidril (kaptopril, zofenopril)
 dikarboksilat (enalapril, ramipril, lisinopril, imidapril)
 zat yang mengandung fosfonat (fosinopril) Komposisi Genetik :
Perempuan hamil,
mens, kontrasepsi keturunan Afrika
resiko 5x
ACEI yang mengandung sulfhidril mungkin terlibat dalam efek
samping seperti erupsi kulit.
Estrogen ↑ Polimorfisme  ↓ enzim
pendegradasi BK

Tidak ada data yang menunjukkan perbedaan signifikan antara


ACEI mengenai risiko AE. Bradikinin ↑
Bradikinin ↑

ACEI-AE harus diuji untuk angioedema herediter, karena serangan AE


dengan ACEI dapat mengungkap penyakit yang sebelumnya tidak
menunjukkan gejala
Obat Obat yang Menginduksi AE oleh BK
NSAID Agen Trombolitik
• Penggunaan NSAID berpotensi terjadinya AE yang • Risikonya enam kali lebih tinggi pada pasien yang
dimediasi BK serta memperburuknya diobati bersamaan dengan ACEI, dan tiga kali lebih
tinggi pada wanita.
• Namun, tidak ada alasan yang jelas untuk
menghindari NSAID kecuali jika AE terus terjadi • Mengaktifkan jalur kinin dengan mengubah Faktor
setelah sekitar enam bulan penghentian ACEI XII menjadi Faktor XIIa,  peningkatan produksi
BK. AE yang biasanya muncul beberapa jam setelah
pengobatan trombolitik.
mTORIs
Sirolimus (rapamycin) atau everolimus Statin
• Statin jarang menginduksi AE yang dimediasi BK
• Pasien transplantasi ginjal, merupakan predisposisi
pada pasien yang tidak menerima obat lain dengan
individu terhadap AE ketika diberikan dengan ACEI
risiko AE yang disebutkan sebelumnya
• mTORIs  Gangguan relaksasi endotelium sebagai • Namun Kombinasi statin CCB dapat mempercepat
respons terhadap BK, mTORI mengganggu jalur BK.
timbulnya AE
Obat Obat yang Menginduksi AE oleh BK
Immunosupressan
ARB
Pasien transplantasi jantung dan ginjal mempunyai peningkatan ARB tidak menghambat katabolisme BK, namun ARB
risiko ACEI-AE, kemungkinan disebabkan oleh efek siklosporin dikaitkan dengan AE. Namun risikonya tampaknya jauh lebih
dan imunosupresan lain pada BK rendah dibandingkan dengan ACEI

DPP IV Inhibitor
DRI
Risiko ACEI-AE lebih rendah pada DM yang tidak menggunakan Aliskiren harusnya tidak menimbulkan risiko AE namun
gliptin  peningkatan aktivitas DPP-IV. Namun diabetes dan dapat meningkatkan BK  berhubungan dengan peningkatan
obesitas terbukti meningkatkan keparahan kejadian AE. ekspresi gen kallikrein jaringan.

 Neprylisin Inhibitor

Neprylisin terlibat dalam degradasi BK, sehingga Inhibitornya


meningkatkan BK. Riwayat AE terkait terapi ACEI atau ARB
sebelumnya merupakan suatu kontraindikasi pemberian
Neprysilin Inhibitor.
Obat Obat yang Menginduksi AE oleh BK

Jenis Obat Pengaruh pada Bradikinin


ACE terlibat dalam degradasi bradikinin menjadi bradikinin 1–7 dan
ACE inhibitors
bradikinin1–5
Penghambat renin langsung; patofisiologi pasti dari angioedema
Aliskiren belum dipahami
Berkurangnya metabolisme bradikinin oleh ACE dan Neprilysin,
Angiotensin II Receptor Blockers mekanisme molekuler masih belum jelas

DPP-4 selanjutnya mendegradasi bradikinin setelah pembelahan oleh


Direct DPP-4 inhibitors aminopeptidase P menjadi bradikinin 2–9 yang tidak efektif

Mekanisme perkembangan angioedema masih belum jelas.


m-TOR inhibitors
Neprilysin terlibat dalam degradasi bradikinin.
Neprilysin inhibitors
Mengkatalisis konversi plasminogen menjadi plasmin; plasmin
Tissue plasminogen activator mempunyai pengaruh terhadap produksi bradikinin
Pilihan Tatalaksana
 Menghentikan Penggunaan ACE Inhibitors

• Standar perawatan untuk ACEI-AE tidak spesifik, dan Pada pasien dengan AE yang tidak dimediasi histamin, ACEI
terdiri dari penghentian ACEI, pemantauan saluran harus segera dihentikan. ACEI-AE hilang dalam waktu 24
napas, dan manajemen saluran napas akut jika hingga 72 jam (biasanya 48 jam) setelah obat dihentikan
diperlukan.

Jika ACEI dilanjutkan, kekambuhan AE akan tidak dapat


• Antihistamin H1 sistemik, kortikosteroid, dan diprediksi, dan dapat menjadi lebih parah atau mengancam
adrenalin sering diberikan tetapi tidak efektif pada jiwa.
bentuk AE non-alergi ini.
50% mungkin mengalami kekambuhan AE, biasanya terjadi
dalam 1-6 bulan

jika penyebab AE pasien dianggap tidak jelas, tetap disarankan


untuk menghentikan ACEI.
 C1-INH  Icatibant

C1-INH (pengobatan HAE) mungkin efektif dalam mengobati  Antagonis reseptor bradikinin B2 sintetik, di unit gawat
ACEI-AE, dan hal ini dapat mencegah perlunya intervensi darurat untuk ACEI-AE.
invasif pada banyak pasien.
 Pada Laporan kasus, icatibant untuk ACEI-AE, menunjukkan
perbaikan klinis dan waktu regresi gejala 0,5-7 jam setelah
 Ecallantide terapi.

Ecallantide meniru efek fisiologis C1-INH, efektif pada  Namun, dua penelitian terkontrol acak yang lebih luas yang
serangan HAE akut, namun tidak mencapai signifikansi statistik melaporkan tidak ada perbedaan dalam waktu keluar dari
pada ACEI-AE. rumah sakit atau waktu penyelesaian gejala.

 Antifibrinolitik
Asam traneksamat  mengurangi produksi BK melalui blokade
konversi plasminogen menjadi plasmin dan, selanjutnya, pra-
kallikrein menjadi kalikrein. Ini mungkin merupakan pilihan
pengobatan yang aman dan efektif.
Kesimpulan
 Angioedema (AE) akibat obat adalah skenario yang sering terjadi di IGD dan berpotensi
mengancam nyawa. Namun masih banyak dokter menganggapnya sebagai reaksi alergi.

 Sehingga perlu untuk meningkatkan kesadaran akan adanya AE non-alergi yang disebabkan oleh
obat karena penatalaksanaannya berbeda dengan AE alergi.

 AE oleh bradykinin(BK) relatif jarang terjadi, namun sering disepelekan. AE oleh BK yang dipicu
oleh penggunaan obat-obatan seperti ACE-inhibitor masih sulit didiagnosis.

 Banyak obat kardiovaskular dan antidiabetik dapat menyebabkan AE oleh BK. Selain itu, agen
trombolitik dan statin juga dapat menginduksi AE oleh BK.
 Penelitian lebih lanjut untuk penentuan terapi yang tepat pada kasus AE akibat obat oleh BK
masih harus terus di lakukan, sehingga dapat dicegah terjadinya mortalitas pada keadaan ini.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai