Anda di halaman 1dari 29

Ebook

Mempelajari Marah
Kumpulan artikel tentang satu tema yaitu MARAH

disusun oleh : Edy Pekalongan 2009

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Memahami Marah oleh : Edy Pekalongan 2007 sore itu saya sedang mendengarkan keluhan shinta, seorang permpuan 21 tahun, sebagai karyawan rental film , dia merasa hari itu tidak menyenangkan karena perkataan seorang pelanggan yang tidak mengenakkan hatinya. "resiko kerja bagian pelayanan ya seperti ini " sambil menghela nafas panjang. dia meneruskan perkataannya " tidak boleh marah sama pelanggan, tapi kalau memendam marah terus lama lama saya bisa mati berdiri, apa yang sebaiknya saya lakukan ? ". pembicaraan itu berlanjut dengan saran yang saya berikan tentang bagimana menyalurkan marah dengan cara aman. marah merupakan sebuah bentuk emosi yang dimiliki manusia. lalu bagimana kita bisa memahami emosi ini, anda bisa menyimak uraian di bawah ini . Terjadinya Marah Daniel Goleman, penulis buku emotional Intelegence (1995) menjelaskan pemicu marah yang paling umum adalah perasaan bahaya atau terancam. Ancaman yang dimaksud bukan saja berupa ancaman fisik langsung, melainkan seperti yang sering terjadi, berupa ancaman simbolik yang menyinggung harga diri atau martabat, misalnya diperlakukan tidak adil, dikasari, dicacimaki, diremehkan, frustrasi setelah mengejar target penting. Pada kasus orang marah atau cemas, hormon ikut berperan di dalamnya.Menurut buku Accelerated learning karya Colin Rose and Malcolm JN , Ketika anda cemas berlebihan, maka sistem limbik di otak anda akan bereaksi. Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, Komponen limbik antara lain hippotalamus dan amigdala. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi, mengendalikan hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang. Saat dalam kondisi bahaya Hippothalamus melepaskan hormon CRF (Corticotrophin Releasing Factor). CRF tersebut lantas meluncur menuju hipofise di bagian bawah Hippothalamus, dan memancing keluarnya hormon lain, ACTH (Adrenocorticotrophin Hormone). edy_pekalongan @yahoo.co.uk

ACTH ini lantas masuk ke dalam aliran darah, dan kemudian menuju kelenjar anak ginjal. Di sana ACTH melepaskan hormon Cortisol yang merangsang saraf simpatis mengeluarkan adrenalin. Saat itulah anda akan merasakan jantung anda berdebar-debar, berkeringat dingin, gemetaran, sampai ingin kencing. Jenis Marah beberapa jenis marah dikemukakan oleh Mark Gorkin (2001) seorang konsultan pencegahan stres dan kekerasan untuk US Postal Service, , dalam situs stressdoc.com membagi marah dalam empat macam.yaitu purposeful, spontaneity, constructive dan destructive. Dikatakan purposeful ketika ekspresi marahnya disengaja, dengan kadar pertimbangan atau perhitungan yang cukup; juga dengan kadar pengendalian diri yang berarti. Dikatakan spontan, ketika ekspresi marah dilakukan secara tiba-tiba dengan sedikit pemikiran atau perencanaan; dengan kadar pengendalian diri yang sedikit moderat. Dikatakan konstruktif ketika ekspresi marah tegas serta menyatakan integritas dan batas privasi seseorang tanpa secara objektif bermaksud untuk mengancam atau melanggar integritas dan batas pribadi orang lain. Dan dikatakan destruktif ketika ekspresi marah ditumpahkan tanpa rasa bersalah dan secara kokoh mempertahankan identitas dan batas privasi seseorang dengan maksud untuk mengancam atau melanggar integritas dan batas pribadi orang lain. Menyikapi Marah cara orang menyikapi marah berbeda beda, diantara sikap yang diambil oleh sebagian orang adalah memendam marah tersebut untuk sementara, ada sebagian orang berfikir dengan memendam marah bisa mengunci marah tersebut agar tidak meledak. tindakan itu mungkin membantu pada saat tertentu,namun Charlotte Sanborn, Ph.D., dari Dartmouth College, berpendapat jika kita memendam marah untuk meredakannya hal itu tidak bermanfaat untuk masa depan. karena tindakan itu cuma menunda ekspresi marah. pada akhirnya marah yang kita pendam itu akan mengarah pada penyakit yang berhubungan dengan stess atau ledakan amarah Marah dan kesehatan " gara gara marah kesehatan anda bisa terganggu " kalimat itu terus terngiang di dalam kepala saya. setelah saya membaca beberapa artikel kesehatan tentang dampak marah bagi edy_pekalongan @yahoo.co.uk

kesehatan. apa mungkin marah bisa ikut mempengaruhi kesehatan ? tentu saja. Dr. Elaine Eaker, pimpinan peneliti dan presiden Eaker Epidemiology Enterprises, menuturkan bahwa marah membantu percepatan pembentukan atrial fibrillation yang berpengaruh pada percepatan denyut jantung. Atrial fibrillation dapat memicu timbulnya stroke karena dua ruang dalam jantung menjadi kewalahan memompa darah keluar.Studi Eaker melibatkan tak kurang 3.000 orang beragam usia di Framingham, Massachusetts- Amerika Serikat. penelitian Dr Rosalind Wright dari Harvard School of Public Health di Boston, Massachusetts, AS kemarahan dan permusuhan mengakibatkan penurunan fungsi paru-paru pada lelaki dewasa Profesor Edward Suarez dari Duke University di North Caroline , dalam jurnal Brain Behaviour and Immunity yang diulas oleh Reuters Health edisi 30 Maret 2007 . mengatakan bahwa Pria yang bertemperamen buruk dan mengalami depresi mempunyai risiko penyakit jantung, diabetes, atau hipertensi yang lebih tinggi. Namun, bila perilaku tersebut dapat mereka perbaiki, maka risiko untuk terkena berbagai penyakit tersebut pun dapat dikurangi Selama kurun waktu 20 tahun, Prof. Suarez dan timnya melakukan pengujian terhadap 313 pria veteran perang Vietnam. Penelitian berakhir pada tahun 2002. Bagaimana dengan kaum hawa? Menurut Prof. Sandra P. Thomas, dosen ilmu keperawatan dari Universitas Tennesse di Norkfils, AS, dan penulis buku Women and Anger, marah akan menjadi masalah bagi wanita bila sering muncul dan mengekspresikan marah tersebut dengan meledak-ledak akan beresiko terkena penyakit jantung. disisi lain marah itu juga sehat, terbukti dari. Hasil penelitian Institute for Mental Health Initiatives mengungkapkan bahwa marah bisa berarti sehat. Bahkan, lebih sehat ketimbang memendam perasaan jengkel. penyaluran emosi yang positif bisa dilakukan antara lain dengan melakukan rileksasi, olah raga , curhat dalam bentuk tertulis/bicara/menggambar, tertawa, berdoa. berpikir positif, atau anda memilih mengunjungi pusat konseling/terapi untuk mendapatkan bimbingan. edy_pekalongan @yahoo.co.uk

salah satu alternatif penyaluran marah secara positif adalah menjalani terapi marah dengan menggambar. yang memadukan berbagai metode untuk menghapus kemarahan terpendam anda di masa lalu dan menanamkan nilai nilai kesabaran. penting sekali menyembuhkan "Luka marah" yang tinggal dalam diri kita Jika kita tidak hapus secara keseluruhan, Sampah kemarahan akan terbawa terus, sampai akhirnya membusuk dalam hati kita selamanya. Daftar Pustaka Daniel Goleman (http://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_Goleman , diakses 30 September 2007 ) Colin Rose and Malcolm JN (sumber :http://hil4ry.wordpress.com/2007/07/26/pembagian-otak-manusia/ diakses 30 September 2007 ) Mark Gorkin (sumber : Majalah Intisari Edisi Oktober 2001, diakses 28 September 2007) Charlotte Sanborn, Ph.D. (dikutip dari situs http : //fsap.harvard.edu/managinganger.htm , diakses 28 September 2007) Dr. Elaine Eaker ( sumber :http://www.jaist.ac.jp/~rac/pub/kanigara/id/Home/amarah.htm Diakses 28 september 2007 ) DR. Rosaline W (sumber:http://www.conectique.com/get_updated/article.php?article_id=4114 Diakses 28 september 2007 ) Prof . Suarez (sumber :sumber :http://www.kalbe.co.id/index.php? mn=news&tipe=detail&detail=18902, diakses 29 sept ember 2007 )

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Kumpulan Artikel tentang marah


artikel pertama:

Pilih Marah !!! Atau Marah?


Asal-Muasal Marah memang menimbulkan situasi serba salah. Kalau kita melampiaskan begitu saja, beberapa jenis penyakit menunggu kita. Sebaliknya, bila kita memendamnya penyakit lain bakal mengadang. Tapi jangan khawatir, ada cara jitu untuk mengelolanya secara sehat. Setiap orang pasti pernah mengalami marah, kendati cuma sekali sepanjang hidupnya. Entah diungkapkan atau cuma dipendam dalam hati. Kalaupun kemarahan dikeluarkan, caranya tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya. Seseorang bisa marah secara meledak-ledak atau meluap-luap, yang lain cukup dengan pasang muka "ditekuk" atau melakukan aksi tutup mulut. Dalam hal ini, kaum wanita biasanya menangis sebagai pengungkapan kemarahan yang tak tertahan. Banyak hal yang bisa membuat kita marah. Namun, umumnya kita marah bila hak-hak atau nilai-nilai yang kita junjung diinjak-injak orang lain, harga diri kita dijatuhkan, atau jengkel bercampur kecewa terhadap keadaan yang dihadapi. Marah bisa pula disebabkan oleh ketidakadilan, kekurangbebasan, rasa iri hati, atau perasaan tidak aman. Dalam "bergaul" dengan marah kita acap kali berada dalam keadaan terjepit. Maju kena, mundur pun kena. Pengekangan kuat terhadap keinginan untuk "meledak" mengakibatkan depresi serta mengurangi motivasi dan kreativitas. Sebaliknya, kalau amarah dan kemarahan tidak dikelola secara benar, korbannya adalah hubungan kita dengan orang lain sebagai pribadi maupun mitra kerja. Siksaan dalam rumah tangga, amuk massa, kekerasan di tempat kerja, perceraian, dan kecanduan (obat terlarang) hanyalah sedikit contoh dari apa yang bakal terjadi ketika kita salah dalam mengelola amarah. Yang lebih mengerikan, pengelolaan amarah yang salah ternyata menjadi salah satu biang keladi lahirnya beberapa penyakit. Begitu pun, marah juga mengandung manfaat. Hasil penelitian Institute for Mental Health Initiatives mengungkapkan bahwa marah bisa berarti sehat. Bahkan, lebih sehat ketimbang memendam perasaan jengkel. Kuncinya, pengelolaan secara sehat.

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Mengundang Penyakit Kendati marah tergolong manusiawi dan tidak selalu negatif, lembaga tadi menganjurkan untuk marah tidak secara sembarangan. Kunci untuk marah yang sehat adalah pengendalian, tepat waktu, dan dengan porsi tidak berlebihan. Tanpa itu semua, marah justru menjadi bumerang. Suatu penelitian belum lama ini mengungkapkan, orang yang marahnya tak terkendali berpeluang menderita stroke dua kali lebih besar ketimbang mereka yang menunjukkan kemarahannya secara kalem. Keseringan menahan amarah pun tidak dianjurkan, karena justru berisiko terserang hipertensi. Marah yang lepas kendali juga mendorong orang bersangkutan melakukan tindakan fisik dan batiniah. Tindakan batiniah yang dimaksud adalah menghilangkan atau mengganggu ketenangan orang yang menyebabkan kita marah, apalagi kalau orang itu sampai mengeluarkan kata-kata menyakitkan. Bahkan, marah bisa membunuh diri kita sendiri, terutama kalau kita mengidap penyakit jantung atau berisiko terserang penyakit jantung. Proses bunuh diri yang tidak disadari ini bisa berlangsung cepat, bisa pula lambat, tergantung ketahanan fisik dan mental yang bersangkutan. Penelitian lain menunjukkan, emosi tak terkendali atau tak tersalurkan juga akan merusak fungsi organ, mudah terserang penyakit, dan menderita ketegangan otot atau kekacauan metabolisme. Selain itu, bisa menghentikan proses pencernaan, meningkatkan denyut jantung, dan menjadikan napas terengah-engah. Di dalam darah orang marah terkandung banyak hormon adrenalin. Hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini akan dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibat berikutnya, denyut jantung bertambah cepat dan tekanan darah meninggi. Kalau keadaan ini sering terjadi, hipertensi, serangan jantung, dan penyakit lain akan mudah datang. Dr. Ernest H., seorang pakar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan, Amerika Serikat, menyatakan, seseorang yang mudah marah, yang selalu mengungkapkan kemarahannya dengan meledak- ledak, banyak yang menderita penyakit hipertensi. Suatu studi yang dilakukan oleh sebuah tim di Boston, AS, juga telah membuktikannya. Dalam penelitian itu, para pakar melibatkan 1.305 orang pria berusia 40 90 tahun. Mereka, di antaranya pemarah yang bisa mengendalikan kemarahannya, dicatat kesehatannya sejak 1986. Di awal penelitian tak satu pun menderita penyakit jantung. Bagaimana di akhir penelitian? Ternyata 20 orang mengalami gangguan jantung fatal, 30 orang mengalami gangguan jantung biasa, dan 60 orang terkena gejala nyeri dada. Sebuah bukti yang menunjukkan adanya korelasi antara marah dan risiko terkena serangan jantung dan edy_pekalongan @yahoo.co.uk

nyeri dada, meskipun marahnya masih terkendali. Yang lebih konkret lagi, hasil penelitian yang dipimpin Dr. Ichiro Kawachi itu juga menunjukkan pria yang skor marahnya 5 14 berisiko tiga kali lipat terkena penyakit jantung dibandingkan dengan pria dengan skor 0 atau 1. Pria yang marahnya meledak-ledak risikonya lebih tinggi lagi. Bagaimana dengan kaum hawa? Menurut Prof. Sandra P. Thomas, dosen ilmu keperawatan dari Universitas Tennesse di Norkfils, AS, dan penulis buku Women and Anger, marah akan menjadi masalah bagi wanita bila sering muncul dengan intensitas tinggi, artinya marah banget, dan terlalu lama, meski tak dijelaskan secara persis seberapa lamakah yang disebutnya "terlalu lama" itu. Namun, mengekspresikan marah dengan meluap-luap, meledakledak, atau memendam saja hasilnya sami mawon bagi kesehatan, sama-sama tidak baiknya. Mengelola dengan Cara Sehat Kalau pandangan mata kita alihkan ke sosok yang disebut marah tadi, sebenarnya marah banyak macamnya. Mark Gorkin, seorang konsultan pencegahan stres dan kekerasan untuk US Postal Service, layanan pos di AS, dalam situs stressdoc.com membagi marah dalam empat macam. Ada marah dengan maksud tertentu (purposeful), spontan, konstruktif, dan destruktif. Dikatakan purposeful ketika ekspresi marahnya disengaja, dengan kadar pertimbangan atau perhitungan yang cukup; juga dengan kadar pengendalian diri yang berarti. Dikatakan spontan, ketika ekspresi marah dilakukan secara tiba-tiba dengan sedikit pemikiran atau perencanaan; dengan kadar pengendalian diri yang sedikit moderat. Dikatakan konstruktif ketika ekspresi marah tegas serta menyatakan integritas dan batas privasi seseorang tanpa secara objektif bermaksud untuk mengancam atau melanggar integritas dan batas pribadi orang lain. Dan dikatakan destruktif ketika ekspresi marah ditumpahkan tanpa rasa bersalah dan secara kokoh mempertahankan identitas dan batas privasi seseorang dengan maksud untuk mengancam atau melanggar integritas dan batas pribadi orang lain. Namun, problem sebenarnya bukan pada amarahnya. Sebab bukankah itu manusiawi? Masalahnya, terletak pada kesalahkelolaan marah itu sendiri. Karena itu, kita perlu mengelola marah itu secara sehat dan hati-hati. Dalam situs angermgmt.com disebutkan ada empat langkah nyata untuk mengelola amarah. Pertama, mengidentifikasi kesalahan sikap dan pendirian yang mempengaruhi kita untuk marah secara berkelebihan. Begitu kesalahan ini diperbaiki, kita bakal lebih mudah mengendalikan marah. Kedua adalah mengidentifikasi faktor-faktor dari masa kecil kita yang edy_pekalongan @yahoo.co.uk

menghambat kemampuan kita mengekspresikan amarah. Faktor- faktor ini termasuk ketakutan, penolakan, ketidaktahuan, dan seterusnya. Ketiga adalah mempelajari cara tepat untuk mengekspresikan kemarahan sehingga kita tetap dapat menguasai situasi yang menimbulkan kemarahan itu, bahkan secara lebih efektif. Rasa cemas dan depresi, sering kali merupakan dampak dari kemarahan yang ditekan. Masalahnya adalah kalau kita menekan kemarahan itu begitu dalamnya sampai-sampai kita sendiri tidak tahu! Lalu yang kita rasakan hanya "sampah"-nya, yaitu kecemasan atau depresi. Lebih repot lagi, ketika kita mengalami depresi, kita juga sangat sering marah pada diri kita sendiri tanpa menyadarinya. Keempat, menutup luka-luka yang mungkin tertinggal oleh pengaruh emosional dari kemarahan yang menghancurkan. "Luka amarah" yang tinggal dalam diri kita itu adalah terhadap mereka yang telah berbuat salah terhadap kita. Jika kita tidak menuntaskan langkah terakhir ini, rasa kesal dan jengkel karena merasa telah diperlakukan tidak adil akan melekat terus. Sampah amarah dan kemarahan kita itu pun bakal terbawa terus, sampai akhirnya membusuk dalam hati kita selamanya. Selain keempat langkah tersebut, Charlotte Sanborn, Ph.D., dari Dartmouth College, juga menyodorkan empat langkah pendekatan dalam menangani amarah, seperti dikutip dari situs fsap.harvard.edu/managinganger.html. Keempat pendekatan tersebut adalah Terimalah. Bila di masa mendatang kita merasa marah, terima saja. Jangan mengingkari perasaan marah atau mencoba untuk menutupinya. Galilah. Dapatkan sumber emosinya. Jika sumbernya adalah sesuatu yang dikatakan orang kepada kita, tanya pada diri kita sendiri mengapa kata-kata itu membuat kita marah. Jika sumbernya sesuatu yang dilakukan atau tidak dilakukan orang, cari alasan mengapa kita sampai marah? Ekspresikan. Jika kita yakin pengekspresian kemarahan kita itu bakal meledakledak sehingga mungkin menimbulkan rasa permusuhan, pertama- tama tenangkan diri dulu. Ambil napas dalam-dalam, tahan selama sepuluh detik, dan keluarkan. Atau, berjalan-jalanlah sejenak. Ketika kita merasakan bahwa kita sudah dapat mendiskusikan masalah yang mengganjal tanpa meledakkannya, lakukan. Lupakan. Langkah terakhir ini mungkin paling susah. Namun juga paling penting. Begitu kita sudah menyampaikan perasaan kita kepada orang yang membuat kita marah, lupakan masalah itu. Berubah atau tidak sikap dia, tak jadi soal. Yang penting kita telah mengekspresikan kemarahan secara sehat. Menggunakan empat langkah di atas dapat membantu kita untuk mengelola amarah dengan lebih baik. Namun, penelitian juga menemukan empat cara lain, untuk merespons perasaan marah, meskipun masing- masing memiliki kekurangan. Cara-cara tersebut adalah jangan melakukan: edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Pengelakan (evasion), yakni mengingkari bahwa kita marah - atau tidak dapat untuk mengenali bahwa kita marah. Mengingkari marah cuma menambah stres dan mungkin menggiring kita ke arah penyakit yang berhubungan dengan stres tersebut, seperti sakit kepala dan depresi. Pemendaman (containment), yakni memendam marah meskipun kita tahu bahwa kita sedang marah. Ini bukan mengurung amarah, cuma menunda ekspresinya. Akhirnya, marah mengarah kepada stres atau penyakit yang berhubungan dengan stres atau ledakan amarah. Pengalihan (displacement), terjadi ketika kita menumpahkan kemarahan pada sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan sasaran amarah kita. Misalnya, istri memberikan tongkat golf suaminya kepada orang lain lantaran kesal pada ucapan sang suami. Atau, seorang bawahan yang ogah-ogahan bekerja karena fasilitas kerja yang tidak sesuai dengan tuntutannya. Pengekspresian tak langsung (indirect _expression), terjadi jika kita marah karena alasan tertentu, tapi menumpahkan kemarahan kita pada sesuatu yang lain. Sebagai contoh, kita mungkin marah pada anak kita karena perilaku belajarnya yang kurang baik, tapi daripada mengalamatkan sumber kemarahan kita pada kemampuan belajarnya, kita memarahi dia karena ia berlama-lama menggunakan telepon. Jadi, marah sebenarnya masih bisa dikelola agar tak berdampak buruk. Semuanya tergantung pada diri kita sendiri, mau atau tidak mengelola kemarahan dengan cara sehat. (Wildan/Gde) Sumber: Disadur dari Majalah Intisari Edisi Oktober 2001 naskah 10 Juli 2007 sumber :http://sad-ewing.staff.ugm.ac.id/hikmahdetail.php?id=53 diakses 28 sept 07

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Artikel kedua : KIAT SEHAT ALAMI Jangan Main-main dengan Amarah Puasa melatih Muslim mengendalikan emosinya, termasuk amarah. Sederet 'daftar rugi' amarah berikut barangkali layak dijadikan rem saat 'asap' mulai keluar dari kepala! Menurut survey terbaru, pria 'berkepala panas' mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke. Hal yang sama juga bisa terjadi para perempuan. Hanya saja, seperti ditulis di The American Heart Association Journal Circulation, persentasenya tidak separah yang terjadi pada pria. Studi itu juga menunjukkan, pria yang biasa marah secara ekspres mempunyai risiko 10 persen lebih tinggi terkena stroke ketimbang mereka yang 'pikir-pikir' dulu sebelum menyemprotkan amarah. Marah, menurut Dr. Elaine Eaker, pimpinan peneliti dan presiden Eaker Epidemiology Enterprises, membantu percepatan pembentukan atrial fibrillation yang berpengaruh pada percepatan denyut jantung. Atrial fibrillation dapat memicu timbulnya stroke karena dua ruang dalam jantung menjadi kewalahan memompa darah keluar. ''Bila tidak ditangani, maka stroke (pendarahan dalam otak) menjadi hal yang tak terelakkan,'' ujarnya. Studinya juga menunjukkan, orang yang gampang marah dan penuh kebencian terhadap orang lain 30 persen berisiko ketidakteraturan irama jantung. Untuk yang ini, bukan hal baru, karena Dr. John Osborne, kardiolog di Baylor University Medical Centre di Grapevine, Texas, juga pernah melakukan studi tersebut. Saat itu, ia meneliti kaitan antara ketidakstabilan emosi, tekanan darah tinggi, kolesterol, dan umur dengan ketidakteraturan denyut jantung. Studi Eaker melibatkan tak kurang 3.000 orang beragam usia di Framingham, Massachusetts. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang pertama kali digagas tahun 1948 ini. Responden sebanyak 1.769 pria dan 1.913 wanita ini diseleksi dengan parameter antara lain dalam 10 tahun terakhir menjelang penelitian tidak menunjukkan indikasi sakit jantung. Marah yang merupakan manifestasi dari emosi negatif juga pernah dikupas jurnal ilmiah popular, Newscientist. Richard Davidson, pimpinan riset di University of Wisconsin, Madison, Amerika Serikat, menemukan bukti, aktivitas otak yang berkaitan dengan emosi negatif akan memperlemah respon imun tubuh melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh pertama kali. Temuan ini memang tidak begitu mengejutkan. Penelitian sebelumnya pun telah menyebut, emosi dan stress berefek pada system imunitas tubuh. ''Yang membedakan, mereka tidak melihat aktivitas otak prefrontal cortex (PFC) dan kaitannya dengan depresi,'' ujar Davidson. edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Orang dengan aktivitas terbesar di PFC kanan saat diwawancara dalam jangka waktu lama mengenai episode paling menyebalkan dalam hidupnya menunjukkan penurunan tingkat antibodi setelah sebelumnya disuntik vaksin influenza. Sebaliknya, terlihat aktivitas yang harmoni dalam PFC kiri saat ia diminta menceritakan kejadian membahagiakan dalam hidupnya. Dan ajaib, tingkat antibodi dalam tubuhnya pun mengalami peningkatan. Berdasarkan penelitiannya itu, Davidson menyatakan emosi sangat berperan dalam sistem regulasi tubuh yang berpengaruh bagi kesehatan. ''Penelitian membuktikan, orang dengan aktivitas otak yang berkaitan dengan emosi positif menunjukkan respon terbaik terhadap vaksin flu,'' tambahnya. Janice Kiecolt-Glaser, pakar kajian stress dan imunitas dari Ohio State University mengakui temuan Davidson. ''Memang begitulah adanya,'' ujarnya, seperti diungkapkannya pada koran New York Times.

Menurut Dr. Shahid Athar, Presiden Islamic Medical Association of North America, rasa marah merupakan hal alami. Namun, amarah akan menjadi masalah jika diekspresikan secara salah. Rasa marah menyebabkan seseorang tak stabil dalam berpikir, mengabaikan pertimbangan logis, dan seringkali berujung pada depresi serta melakukan tindakan yang seringkali keliru, bahkan membahayakan. Secara fisik maupun verbal orang yang dikuasai oleh rasa marah akan melakukan hal buruk. Ia bisa menyakiti - baik fisik maupun psikis - orang lain. Bisa juga, selama fase kemarahan itu seseorang bisa saja mengungkapkannya dengan menyakiti dirinya sendiri, bahkan sampai bunuh diri. Tatkala rasa marah merasuki diri sekelompok orang, memungkinkan mereka melakukan tindakan yang efek merusaknya lebih besar lagi. Ini kemudian termanifestasikan dalam perilaku yang menyerang kelompok orang yang memiliki keyakinan dan kebangsaan yang berbeda dengan dirinya. Shahid menyatakan bahwa ada sejumlah bahan kimia maupun hormon yang kerap digunakan dan memberikan efek pada mood dan perilaku seseorang. Sebut saja hypoglycemia dan hyperthyroidism yang mampu mengendalikan rasa marah. Bahkan ada orang yang menyatakan agar keseimbangan hormon selalu dijaga demi perkembangan kondisi spiritual. Sumber: Republika, 22 Oktober 2004 sumber :http://www.jaist.ac.jp/~rac/pub/kanigara/id/Home/amarah.htm edy_pekalongan @yahoo.co.uk

diakses 28 sept 07

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Artikel ketiga

Mengelola Marah
Jumat, 06 April 2007 02:06:22 tabloit gaya hidupsehat Tahun lalu masyarakat dihebohkan dengan operasi bedah face-off di RS Dr. Sutomo, Surabaya, terhadap wanita yang merupakan korban siraman air keras yang dilakukan oleh suaminya. Minggu ini, Harian Kompas mengungkapkan kisah suami yang memotong dan memakan puting susu istrinya sendiri karena yakin bahwa istrinya selingkuh. Kisah-kisah kekerasan dalam rumah tangga seperti itu dapat dibayangkan tentu diawali dengan pertengkaran. Belum lagi bila menengok data perceraian secara nasional (yang pada tahun-tahun terakhir ini terus meningkat jumlahnya), penyebab yang tertinggi adalah pertengkaran terus-menerus. Pertengkaran tentu saja berlangsung karena adanya amarah. Di luar kejadian dalam rumah tangga, kita juga menemukan konflik-konflik disertai kekerasan antarindividu maupun antarkelompok di dalam masyarakat. Bahkan, ada masyarakat tertentu yang di dalamnya sangat sering terjadi amuk massa. Dalam kejadian-kejadian tersebut hampir pasti selalu dipicu oleh perasaan marah. Marah adalah salah satu bentuk emosi negatif. Disebut negatif bukan karena emosi ini sering melahirkan tindakan agresi atau kekerasan, melainkan karena adanya rasa tidak senang dalam diri orang yang mengalaminya. Bentuk-bentuk emosi negatif yang lain di antaranya adalah kecewa, sedih, takut, jijik. Yang termasuk emosi positif (menimbulkan rasa senang) antara lain bahagia, cinta, kagum/terpesona. Marah merupakan emosi yang memiliki daya dorong sangat kuat untuk bertindak sesuai dengan emosi tersebut, yakni tindakan agresif. Oleh sebab itu, tidak mudah untuk mengelola marah agar tidak berdampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain. Aristoteles telah menyatakannya dalam ungkapan seperti di atas semasa hidupnya pada abad ke-5. Manfaat Positif Paul Ekman, tokoh yang terkenal dengan penelitiannya mengenai emosi menyatakan: Amarah adalah emosi yang paling berbahaya. Berbagai masalah yang menghancurkan kehidupan masyarakat dewasa ini melibatkan gejolak amarah. Amarah adalah emosi yang paling sulit untuk diajak menyesuaikan diri karena justru mendorong untuk bertikai. Meskipun disebut sebagai emosi berbahaya, marah juga memiliki manfaat edy_pekalongan @yahoo.co.uk

positif bagi manusia. Kita dapat membayangkan, bagaimana keadaan dalam keluarga, di sekolah, di lingkungan kerja, bila tidak pernah ada kemarahan di dalamnya. Siapa saja mungkin dapat melanggar asas keadilan, kejujuran, keindahan, tanpa pernah mendapatkan respon untuk menghentikannya. Dengan demikian, jangan ada anggapan bahwa marah itu selalu berbahaya. Marah sangat bermanfaat terutama untuk kepentingan pendidikan, yaitu untuk menghentikan perilaku yang bertentangan dengan norma secara universal. Meski demikian, seperti pendapat Aristoteles, marah sebaiknya hanya dilakukan pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik. Contoh amarah yang positif dapat kita lihat pada sosok Mahatma Gandhi yang memimpin gerakan massal, Ahimsa. Ahimsa merupakan gerakan perlawanan tanpa kekerasan oleh bangsa India pada waktu itu terhadap kekuatan Inggris (yang menguasai India). Meskipun Gandhi terbunuh, gerakan itu bagaimanapun telah menggentarkan pemerintah Inggris. Nelson Mandela adalah sosok lain yang juga menyatakan kemarahannya tanpa melakukan kekerasan atas pemerintahan Apartheid di Afrika Selatan yang sangat rasis pada waktu itu. Nyatanya setelah dipenjara 27 tahun Nelson Mandela berhasil mengubah Afrika Selatan menjadi negara yang menganut prinsip egalitarian. Guru atau orang tua yang mendapati murid atau anaknya melakukan tindakan yang tercela (misalnya mencuri), sangat layak untuk marah. Agar anak dengan suka rela benar-benar mau menghentikan perilakunya yang tercela tanpa disertai sakit hati, anak itu dimarahi di dalam ruang tertutup (tidak dipermalukan di depan orang lain) dengan terlebih dahulu ditanyai alasannya mencuri, dan diberi kesempatan untuk menilai perilakunya sendiri. Setelah itu sanksi tegas tetap diberikan, tetapi tanpa ungkapan kekerasan. Beberapa pendekatan (sudut pandang) dapat kita jadikan acuan untuk memahami tentang proses amarah dan untuk hidup damai tanpa kemarahan yang destruktif. Berikut ini terlebih dahulu kita mengupasnya dari sudut pandang konsep kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Daniel Goleman. Terjadinya Marah Mengikuti hasil-hasil penelitian Zillmann mengenai marah, Goleman menjelaskan pemicu marah yang paling umum (universal) adalah perasaan bahaya. Ancaman yang dimaksud bukan saja berupa ancaman fisik langsung, melainkan seperti yang sering terjadi, berupa ancaman simbolik yang menyinggung harga diri atau martabat, misalnya diperlakukan tidak adil, dikasari, dicacimaki, diremehkan, frustrasi setelah mengejar target penting. Persepsi seseorang bahwa dirinya terancam ini merupakan pemicu awal bagi edy_pekalongan @yahoo.co.uk

lonjakan pada bagian otak yang disebut sistem limbik, yang berakibat ganda terhadap otak. Lonjakan pertama adalah dikeluarkannya zat katekolamin, yang membangkitkan gelombang energi cepat sesaat, sebagai mekanisme spontan untuk berkelahi atau kabur (fight or flight). Keadaan ini berlangsung beberapa menit dan menyiagakan tubuh untuk siap tempur atau segera kabur. Lonjakan kedua, ditimbulkan oleh amigdala melalui cabang adrenokorteks dalam sistem saraf, menciptakan suatu kondisi umum tubuh yang siap bertindak. Hal ini berlangsung lebih lama daripada lonjakan energi katekolamin, bahkan dapat berlangsung berhari-hari. Kondisi ini dapat menjelaskan mengapa pada umumnya orang menjadi begitu mudah marah bila mereka telah distimulasi oleh suatu hal. Berbagai macam jenis tekanan (pekerjaan, penyakit, dsb) menciptakan rangsangan terhadap adrenokorteks. Keadaan-keadaan seperti anak rewel, yang dalam kondisi biasa tidak cukup kuat untuk memicu keadaan emosi yang tak terkendali (pembajakan emosi), ketika orang yang bersangkutan sedang lelah bekerja, dapat sangat mudah memancing amarah. Salah satu eksperimen lain yang dilakukan oleh Zillmann menemukan bahwa dalam keadaan tidak sabar ada sesuatu yang memicu pembajakan emosi, sehingga emosi berikutnya intensitasnya akan sangat tinggi. Hal ini menjelaskan keadaan orang yang mengamuk. Suatu pikiran atau persepsi yang muncul belakangan dalam rangkaian emosi marah ini memicu intensitas marah lebih hebat daripada pikiran atau persepsi yang muncul sebelumnya. Amarah dibangun oleh amarah; otak emosional memanas. Dalam keadaan seperti itu amarah yang tak terkendalikan lagi oleh nalar dengan mudah meletus menjadi tindakan kekerasan. Orang menjadi tak mudah memaafkan dan tak dapat berpikir jernih. Yang mereka pikirkan hanyalah seputar balas dendam, lupa akan akibat yang dapat muncul belakangan. Tahap arousal (lonjakan fisiologis) yang tinggi seperti ini menurut Zillmann menimbulkan ilusi kekuasaan dan kekebalan yang mungkin mengilhami dan memudahkan terjadinya agresi. Perlu Pelepasan? Banyak orang beranggapan bahwa marah itu perlu dilampiaskan. Asumsinya, katarsis (pelampiasan marah) akan membuat orang yang marah merasa lebih enak. Itulah sebabnya mereka yang frustrasi seringkali melampiaskan amarahnya dengan melakukan aksi kekerasan. Mereka mengira bahwa dengan melampiaskan kemarahan seperti itu akan meredakan rasa frustrasinya. Sebuah panti sosial yang menangani pecandu Napza yang dikunjungi oleh penulis rupanya juga memegang asumsi tersebut. Salah satu sesi terapi yang rutin dijalankan adalah memberi kesempatan anggotanya untuk berteriak-teriak edy_pekalongan @yahoo.co.uk

mengungkapkan amarah. Mereka yang tampak kurang bersemangat mengekspresikan emosinya dengan cara tersebut akan mendapatkan teriakan cemooh dari para pendamping maupun rekanrekannya. Terapi itu dimaksudkan untuk meringankan tekanan emosi. Namun, ternyata berdasarkan temuan Zillmann dan para ahli psikologi yang telah berulang-ulang menguji efek katarsis sejak tahun 1950-an, katarsis tidak meredakan marah. Tokoh lain, Tice menegaskan bahwa katarsis merupakan cara terburuk untuk meredakan marah. Mengapa? Ledakan marah biasanya memompa otak emosional, sehingga orang yang mengalaminya menjadi lebih marah dan memperpanjang suasana marah. sumber:http://www.gayahidupsehatonline.com/mod.php? mod=publisher&op=viewarticle&cid=4&artid=89&PHPSESSID=e68e0eb51e66a00b86 56f0c98430861b diakses 28 sept 07

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Artikel keempat

Tips Marah Soraya


Marah itu sehat dan manusiawi. Tuhan menciptakan kita dengan berbagai perkakas, termasuk marah, ujar Soraya Haque, di acara talk show Hidup Sehat di Jakarta awal Maret lalu. Jika kita tak marah, justru tak sehat, katanya. " Jika kita memendam marah terus menerus, kalau meledak, jadinya malah stroke, katanya lagi. "Kalau aku punya kebiasaan, kalau marah dengan cara diam. Aku kuat loh diam, bisa 2-3 hari, ujarnya. Seluruh anggota keluarganya mengerti, kalau dia sedang diam, artinya sedang marah. Kalau sudah begini, suami dan anak-anak takut. Meski sedang marah, Soraya selalu menjalankan kewajiban. Dia tetap menyediakan makanan, bila waktu makan tiba. Aksi diamnya untuk sesaat berhenti. Karena dia mengajak anak-anak dan suaminya makan bersama. Saat kita marah, tubuh akan bereaksi untuk fight atau flight. Kedua reaksi ini muncul karena adanya hormon adrenalin. Pada saat marah, darah akan mengandung hormon adrenalin, yang mengakibatkan jantung berdenyut lebih cepat. Seluruh otot tubuh pun tegang, hati melepaskan gula lebih banyak untuk bahan bakar otot. Tekanan darah meninggi untuk menyediakan oksigen ke otot tubuh, keringat bercucuran, keseimbangan natrium dan kalium juga berubah. Inilah yang menyebabkan manusia mudah terkena berbagai penyakit. Karena bagi mereka yang mudah marah, kekebalan tubuhnya turun drastis. Mengontrol Resiko Sebuah penelitian di AS menunjukkan, orang yang bertemperamen keras lebih sering mengalami sakit jantung dini dibanding pria yang lebih kalem. Studi ini melibatkan lebih dari seribu responden. Hasil penelitian juga menyebutkan, orang yang selalu dalam situasi marah, mudah tersinggung, tertekan, akan mengalami peningkatan resiko gangguan jantung sampai tiga kali lipat. Orang dengan kondisi ini juga lebih mudah terkena serangan jantung di bawah usia 55 tahun. Tak hanya itu, marah akan meningkatkan risiko depresi dan kecemasan. Ini terkait dengan risiko stroke. Karena marah mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Namun, bila orang dengan kondisi ini sadar dan melakukan kontrol , risiko serangan jantung pada usia muda bisa diturunkan, kata dr. Patricia Chang salah satu peneliti dari Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Maryland. Maka itu, bila kita termasuk tipe orang yang pemarah, sebaiknya segera cari pertolongan untuk mengontrol temperamen ini. 4 Macam Marah Jika sudah mengetahui hal di atas, mungkin Anda jadi serba salah. Bila ingin memperlihatkan marah,takut terserang penyakit. Namun bila dipendam , bukan berarti tak ada penyakit lain yang lebih parah membayangi. Mark Gorkin, konsultan pencegah stres dan kekerasan dari US Postal Service, layanan pos di Amerika Serikat, mengatakan ada 4 kategori marah, yakni : 1. Spontan (marah yg dilakukan secara tiba-tiba), 2. Purposeful (marah yang disengaja), 3. Destruktif (marah yang ditumpahkan tanpa rasa bersalah) 4. Konstruktif (marah yang disertai ancaman terhadap orang lain) dan. Mark mengatakan , yang jadi masalah bukan pada marahnya. Namun bagaimana kita mengelola marah, sehingga lebih sehat, ucapnya.

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Marah meningkatkan risiko penyakit jantung

Kalbe.co.id - Pria yang bertemperamen buruk dan mengalami depresi mempunyai risiko penyakit jantung, diabetes, atau hipertensi yang lebih tinggi. Namun, bila perilaku tersebut dapat mereka perbaiki, maka risiko untuk terkena berbagai penyakit tersebut pun dapat dikurangi. Demikian menurut sebuah penelitian yang diungkapkan dalam sebuah jurnal yang diulas oleh Reuters Health edisi 30 Maret 2007 yang lalu. Profesor Edward Suarez dari Duke University di North Caroline mangatakan,Orang yang bertemperamen kasar, mengalami depresi, dan sering marah memandang dunia di sekelilingnya dengan cara yang berbeda, bahkan terkadang mereka melihatnya bagaikan dirinya versus dunia. Kehidupan sepertinitu sering mengakibatkan stres yang lebih berat dan kemungkinan terjadinya perubahan fungsi tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Walaupun penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Brain Behaviour and Immunity tersebut berfokus pada pria, Prof. Suarez mengatakan bahwa wanita mempunyai juga mempunyai kecendurangan menghadapi faktor risiko yang sama. Selama kurun waktu 20 tahun, Prof. Suarez dan timnya melakukan pengujian terhadap 313 pria veteran perang Vietnam yang sebagian terlibat dalam penelitian mengenai dampak Agent Orange. Penelitian berakhir pada tahun 2002. Dalam satu dekade, hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kasar, marah dan depresi meningkatkan peradangan yang diukur dengan meningkatnya protein C3 yang berkaitan dengan penyakit jantung dan diabetes. Prof. Suarez mengatakan bahwa pria yang merokok dan gemuk mempunyai risiko yang lebih tinggi lagi untuk mengalami peradangan. Risko terhadap berbagai penyakit tersebut mungkin dapat dikurangi dengan mengurangi variabel psikologis ini, yang akan menurunkan risiko peradangan, ujar Prof. Suarez. sumber :http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=18902 (02-Apr-2007) Oleh: INS diakses 29 sept 07

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

KAJIAN MARAH DALAM DUNIA SPIRITUAL

Berpraktek dengan kemarahan


oleh : Ezra Bayra Ezra Bayra, seorang praktisi meditasi zen dan salah satu bukunya berjudul " Being Zen " . tulisan ini di sarikan dari salah satu bab di dalam buku tersebut. selamat menyimak. sebenarnya kemarahan itu apa ? apabila kehidupan ini tidak berjalan sebagaimana kita menginginkannya, kita melakukan reaksi. jika kita punya harapan harapan, kita mengharapkan semua harapan itu bisa terpenuhi. jika kita punya hasrat hasrat yang kuat, kita tidak akan puas kecuali jika hasrat hasrat itu terpenuhi. meskipun kehidupan ini netral, kita tetap saja percaya bahwa kehidupan harus berjalan sebagaimana kita menginginkannya. dan apabila tidak, maka akibatnya sering berupa kemarahan dalam satu atau lain bentuk. saya bukannya sedang berbicara tentang ledakan ledakan kemarahan yang besar. Bahkan pada hari hari lembut, kita membocorkan energi melalui kemarahan. dengan cara cara halus, mulai dari pagi sampai malam. kita bisa marah dalam bentuk ketidaksabaran kitaketika menunggu di tengah lalu lintas lampu merah.kita bisa marah dalam bentuk kejengkelan jika alat remote pesawat tv kita tidak jalan. kita bisa marah karena merasa benar jika seseorang datang terlambat, jika bisa marah dalam bentuk frustasi jika regu kita kalah. KIta bisa marah dalam bentuk kesal jika kita merasa bahwa kita tidak diindahkan atau di hargai. seringkali kita bahkan tidak melihat bagaimana kita membocorkan energi melalui kemarahan, bagaimana kita menyempitkan hidup kita atau bagaimana kita melestarikan penderitaan kita melalui keterikatan kepada cara berjalannya kehidupan. kebanyakn waktu kita sekedar mengikuti salah satu dari dua jalan yang karakteristik yang diajarkan kepada kita untuk menangani kemarahan apabila kemarahan itu timbul. pertama, jika pengkondisian kita memberitahu kita bahwakeadaan tidak oke untuk marah, kita akan menekan perasaan perasaan kita. bahkan apabila kita mengetahui pendekatan ini tidak baik untuk kesehatan fisik atau emosional kita, jika pengkondisiannya kuat, kita masih akan cenderung menyimpan kemarahan kita.. Menariknya ialah bahwa kita meneruskan ini bahkan dalam praktek spiritual. Tidaklah jarang bagi para praktisi meditasi menekan kemarahan mereka secara tidak terampil dalam sebuah upaya untuk memenuhi gambar ideal mengenai bagaimana seharusnya gambar gambar itu. tetapi entah kita menggunakan jalan pintas meditasi atau edy_pekalongan @yahoo.co.uk

mengalihkan perhatian kita ke arah lain seperti makanan atau televisi, menolak kemarahan kita jeluar dari kesadaran tidak membebaskan kita darinya. kemarahan itu akan terus meninggalkan bekas dalam diri kitta, meradang dalam diri kita sebagai rasa sakit yang tidak pernah sembuh. entah kemarahan itu mengunjungi kita sebagai penyakit, depresi, agresi pasif, atau sebuah ledakan kemarahan, cepat atau lambat kemarahan itu akan muncul. yang kedua, yang lebih umum, cara menghadapi kemarahan adalah dengan mengungkapkannya. kita mengungkapkannya di dalam batin dengan merenungkan kemarahan itu, atau kita berkubang di dalamnya, kita mengungkapkannya secara lahiriyahmelalui menyalahkan. Tujuannya ialah bahwa pengungkapan kita selalu membuat kita percaya kepada reaksi kita, dengan semua pembenaran diri yang diakibatkannya. Kita punya tekat yang kuat untuk ingin benar dan bertahan, bahkan jika hanya di dalam pikiran anda sendiri. Entah kita menekan atau menyatakan kemarahan kita, dalam kedua kasus kita tidak pernah menjernihkannya, kitapun tidak pernah sesungguhnya mengalaminya dengan sadar. bahkan jika kita sibuk mengutarakan kemarahan kita, kita jarang berhubungan dengan energinya. kita begitu sesat dalam kenikmatan mempercayai pikiran pikiran kita dan dalam mempersalahkan sehingga kita tidak mengalami kemarahan itu. sesungguhnya, salah satu fungsi kemarahan rupanya adalah kemarahan memungkinkan kita mencegah menghadapi apa yang sesungguhnya terjadi. Kita bisa menghindari menghadapi inti ketakutan yang hampir selalu mendasari kemarahan kita. Jauh lebih mudah untuk marah - apalagi kalau sedang bete, sebal , jengkel - daripada mengalami rasa sakit ataupun duka. Tidak mengherankan kita menghabiskan begitu banyak waktu dengan mengikuti keinginan marah .bahkan jika kita merasa kuat dan senang setelah marah, kita masih menyingkirkan kehidupan dan menutup hati kita. Bagaimana kita berpraktek dengan kemarahan ? pertama tama tentu saja kita harus menyadari bahwa justru terjadinya kemarahan itu adalah jalan kita. Kemarahan yang timbul adalah sebuah sinyal bagi kita untuk menunjuk anak panah perhatian kita ke dalam. Inilah suatu kesempatan bagi kita untuk melihat cara cara kita membiarakan diri kita terbungkus dalam cangkang pelindung dimana kemarahan itu lahir. Inilah sebuah petunjuk untuk melihat ke cara cara kita menghendaki kehidupan memenuhi harapan harapan kita, kebutuhan kebutuhan kita, dan hasrat hasrat kita. Supaya bisa menjernihkan gambar gambar ini, kita harus introspeksi tanpa membenarkan dan mempersalahkan diri sendiri. Ada satu praktek tertentu yang bertalian dengan kemarahan. "jangan menyatakan emosi emosi negatif". perintah perintah ini sering menyebabkan reaksi dan kebingungan. Ini kemungkinan kelihatan sebagai sebuah ketentuan, satu cara lain menekan perasaan perasaan yang kita nilai sebagai jahat. penting untuk mengerti bahwa tidak mengungkapkan emosi emosi negatif sangatlah berbeda dengan menekan emosi edy_pekalongan @yahoo.co.uk

itu. Apabila kita menekan, kita tidak merasakannya. Sesungguhnya, bahkan apabila kita secara fisik atau secara verbal mengungkapkan emosi emosi negatif sebagai kemarahan, kita jarang mengalami apa yang kita rasakan. Tetapi apabila kita tidak menyatakan kemarahan kita, kita bisa benar benar bisa mengalaminya dengan sadar. mengalami dengan sadar adalah mengenai perasaan dan menjernihkan reaktivitas emosional. Bahkan jika kita menghindari marah atau menyalurkan marah dengan memukul bantal , sesungguhnya yang demikian itu masih menghindari pengalaman yang nyata. supaya bisa mengalami marah dengan sadar, kita harus menjauhkan diri dari menilai apakah itu salah atau benar, penilai benar dan salah itulah yang merupakan alasan pelindung kita untuk menghindar dari merasakan kepedihan dalam kemarahan. Ketika kita sedang marah dan kita sadar bahwa " saya sedang marah " ini adalah praktek mengamati pikiran dan reaksi emosi kita sendiri , kita menjadi pengamat dan bisa menertawakan diri sendiri. Lama lama kita bisa menyadari kemarahan kita dan mengalami marah dengan sadar. ketika itu terjadi kita bisa marah secara alami dan kecenderungan ketika kita menyadari bahwa kita ini seorang pemarah , kita tidak akan marah secara meledak ledak. dan kita bisa melihat keadaan dengan pikiran yang jernih. Jadi perhatikan kemarahan anda kapan saja kemarahan itu muncul. anggap hal itu sebagai jalan anda menuju kebangkitan kesadaran diri. lihat bagaimana kemarahan itu timbul dari gambar gambar anda yang tidak menjadi kenyataan. Perhatikan apakah anda menyimpannya atau mengutarakannya. Jika anda mengutarakannya, perhatikan cara anda melakukannya, apakah anda menyatakannya dengan meradang dalam batin atau apakah anda mengeluarkannya, bahkan dengan cara cara yang halus? lihat apakah anda bisa mengenali pikiran pikiran anda yang sedang anda alami. Bersikaplah terbuka untuk mengalami ketakutan dari dalam diri anda. ingat anda bisa melakukan ini hanya apabila anda memilih untuk berhenti mempersalahkan. perlu keberanian besar untuk mau merasakan kepedihan dan kekecewaan di dalam diri kita.

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Kemarahan
Oleh : Vijay Eswaran Penulis buku in the sphere of silence Berjuanglah menguasai pikiranmu yang tidak jernih sebelum pikiran itu menguasaimu. Manfaatkan pikiran itu, sebelum ia memanfaatkanmu, karena jika engkau membiarkannya begitu saja, ia akan tertanam kuat dan tumbuh, ketahuilah, pikiran itu akan menguasai dan membunuhmu. Waspadalah wahai sang murit, janganlah engkau menderita, meski bayangannya mendekatimu. karena bayangan itu akan tumbuh, semakin besar dalam ukuran dan kekuatan, dan kemudian mahluk kegelapan itu akan berubah menjadi nyata sebelum engkau menyadari kehadiran monster hitam dan jahat tersebut. - The Voice of the Silence

"Jika perang terbesar adalah perang melawan diri sendiri, musuh terbesar adalah kemarahan." "ada orang orang yang menjalani hidup dalam ketakutan abadi terhadap kemarahan mereka." " dalam sekejap, kerja keras selama sepuluh tahun bisa lenyap oleh kemarahan "
Kemarahan adalah setetes tinta di dalam segelas susu. Begitu anda marah, tidak ada titik balik. begitu tinta itu larut di dalam susu, susu itu lenyap selamanya.

" kemarahan tidak akan pergi bila anda menyerah kepadanya. Ia akan memangsa dan menghasilkan kemarahan yang jauh lebih besar. Maka, siklus itu tidak pernah berakhir. " " kemarahan ada gunanya juga. di dalam kitab suci, tuhan juga marah, tetapi hanya sebagai perwujudan cinta kasihNya "
edy_pekalongan @yahoo.co.uk

"kemarahan sebagai bentuk kasih adalah pelepasan diri. kemarahan bagi seorang yang mengalami keterikatan bagaikan sebilah pedang atau sepucuk senjata api dan jika orang itu lepas kendali, kemarahan itu akan menjadi sebuah senjata yang bisa membunuh atau menghancurkan."
"kemarahan tidak pernah menjadi sebuah cara efektif untuk menyelesaikan konflik. Pada akhirnya,kemarahan akan menurunkan kita semua " " kemarahan sama berbahayanya baik bagi kita maupun orang lain. ia menghancurkan kehidupan, hubungan, keluarga dan masyarakat. Ia bisa menguraikan kain sosial dan menghancurkan negara negara dalam perjalanannya. "

" pemusnahan suku bangsa tertentu sebagian disebabkan oleh amarah yang begitu berakar dan tidak pada tempatnya "
" permainan hidup adalah sebuah permainan bumerang. pikiran pikiran , perbuatan perbuatan, dan kata kata kita kembali lagi kepada kita cepat ata lambat, dengan tingkat akurasi yang mengagumkan. - Florence Shinn " " kita harus terus menerus bertanya kepada diri sendiri: apakah kemarahan kita benar benar berarti ? karena apa yang kita lakukan dalam kemarahan, jarang sekali berarti "

" sang ego "


kemarahan itu dikendalikan oleh ego. ego kita merupakan bagian terbesar dari diri kita karena kita telah mengeluarkan begitu banyak tenaga dalam membangunnya seperti halnya jika kita membangun sebuah rumah atau menggosok sebuah mobil. kita umumnya mencari tempat perlindungan dalam kecongkakan, yang dipicu oleh ego, dan mengira itu adalah sebuah kekuatan. Pada kenyataannya, ego adalah sebuah kelemahan yang menutupi perasaan rendah diri yang bersemayam dalam hati. hal itu pada gilirannya, akan membawa kita pada kehancuran diri. Ego kependekan dari Edging God Out ( menyingkirkan Tuhan ) sebagai mahluk holistik, anda menghancurkan ilusi keterpisahan diri dan mengungkapkan hubungan dengan segala hal. Hal tersebut memberdayakan diri anda sedemikian rupa sehingga jati diri yang dikuasai oleh ego tidak pernah bisa melakukan perenungan - Wayne Dyer. edy_pekalongan @yahoo.co.uk

kita meluncur di atas gelombang kemarahan kita dan bertengger di puncak gelombang itu alih alih mempertanyakan penyebabnya.

" kita tidak pernah bertanya mengapa ? karena kita takut pada jawaban jawabannya. mengetahui penyebabnya seringkali hampir secara langsung menghentikan kemarahan itu sendiri."
kemarahan tumbuh subur di atas keterikatan diri bencana mengajari kita bahwa kita tidak punya apa apa di dunia ini. Kita sesungguhnya sekedar numpang lewat saja. dengan menyadari bahwa kita sekedar numpang lewat, maka kemarahan menjadi sesuatu yang berlebihan. segala sesuatu yang kita punyai adalah pinjaman, termasuk hidup kita, yang dalam lingkaran kehidupan, harus kita kembalikan kepada sumbernya.

segala hal bersifat sementara saja, milik kita hanyalah untuk dimiliki dan digenggam sementara saja waktu saja
sebelum kau berdamai dengan jati dirimu, kau tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang kau miliki
" akhirnya kita semua berada di tengah tengah sebuah perang yang bagaikan epik, dengan ego sebagai musuh kita. setiap hari membawa kepada kita sebuah pertempuran baru. dan padang pertempuran itu adalah di dalam diri sendiri. " dengan mengenali hal itu, kita melakukan yang tebaik untuk melawannya, sehingga yang terbaik dalam diri kita dapat berkembang pesat. " sisi terburuk dari diri kita adalah membiarkan yang terburuk dalam diri kita itu di kendalikan olehnya " " didalam pelepasan diri, kemarahan, dalam sisi terbaiknya, adalah sebuah alat dan banyak tokoh tokoh besar telah menggunakannya untuk
edy_pekalongan @yahoo.co.uk

menciptakan sebuah pengaruh

Melalui perwujudan dunia keheningan, kita bisa terlepas dari segalanya dan hal itu, pada gilirannya,mengizinkan kita untuk mengarahkan kembali kemarahan kita tanpa mengubahnya menjadi apa yang seharusnya, yakni sebuah hasrat. sebuah hasrat yang mendorong kita untuk berprestasi.

Akan tetapi, kemarahan jahat di dalam dirilah yang menjadi inti dendam, kebencian dan kecemburuan. kemarahan itu, akan senantiasa, mengahancurkan.
semakin kita berhasrad melepaskan diri dari keterikatan kita, semakin kuatlah diri kita. - Eva Gregory. jika dirimu terlepas, kemarahan adalah sebuah alat. jika dirimu terikat, kau adalah alatnya. alih alih marah, undurkan diri anda dalam keheningan dan analisis mengapa. Saat beralih dari ketidaktahuan menuju pengetahuan, sang ego dan kemarahannya itu akan di hancurkan.

pikiran yang paling menghancurkan diri sendiri yang bisa dimiliki oleh setiap orang adalah bahwa dia tidak memegang kendali atas hidupnya sendiri. - roger dawson.

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Penutup
Semoga kumpulan artikel ini ada manfaatnya. Komentar silahkan melalui email: edy_pekalongan@yahoo.co.uk salam, Edy Pekalongan

edy_pekalongan @yahoo.co.uk

Anda mungkin juga menyukai