Anda di halaman 1dari 4

Artikel oleh Titian Berkat Gea* Dominasi Tekanan Teman Sebaya

Tekanan teman sebaya saat ini sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian seseorang khususnya remaja. Sebenarnya tekanan teman sebaya dapat menimpa siapa saja, bahkan orang dewasa sekalipun. Tetapi mengapa dikalangan remaja saja yang paling heboh dan sangat rentan pengaruhnya? Tentu karena efeknya lebih mengkhawatirkan jika remaja yang menjadi korbannya. Berbeda dengan orang dewasa yang lebih kritis dalam menerima sebuah pengaruh atau ajakan, sedangkan remaja merupakan makhluk yang masih berada pada tahap pencarian jati diri, terkenal dengan sifat labil yang masih sangat dominan. Hal ini memberi peluang besar terhadap pengaruhpengaruh luar untuk masuk dan menguasai kepribadian dan sikap seorang remaja. Sebagian besar remaja menganggap teman adalah segalanya, atau sahabat adalah segalanya. Jadi, bukan sebuah hal ini aneh jika di dalamnya terjadi hubungan saling mempengaruhi satu sama lain. Kuatnya pengaruh teman sebaya memang tidak bisa dipungkiri bahkan akan sangat terasa saat temannya semakin bertambah dan intesitas hubungan semakin meluas. Contohnya, dalam menjalin persahabatan, seperti dalam pemahaman remaja, sahabat adalah segalanya maka di mana pun dan apapun yang dilakukan seorang sahabat akan didukung dan ditemani oleh sahabatnya yang lain. Inilah hukum yang tersirat dalam hubungan persahabatan mereka. Memang disisi lain remaja akan terlatih untuk menjadi sosok setia kawan, dan saling peduli serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Tapi, bagaimana jika persahabatan itu malah semakin menjurus ke sebuah lembah curam. Karena pada kenyataannya, semakin sering menghabiskan waktu bersama, makin kuat juga tuntutan agar kita dapat menyesuaikan diri dengannya dan makin banyak orang terdekat kita maka semakin banyak yang harus disesuaikan. Tapi, demi diterima dengan baik dalam sebuah hubungan pertemanan atau sebuah kelompok yang selama ini diidam-idamkannnya , maka bukan menjadi sebuah masalah bagi sebagian besar remaja untuk melakukan apapun. Namun yang paling mengkhawatirkan adalah pertemanan dalam sebuah kelompok tertentu, sebagaimana kita tahu bahwa kelompok-kelompok remaja yang paling eksis dan populer di kota-kota saat ini lebih menjurus pada

pengekploitasi diri. Hingga saat dia masuk menjadi anggota didalamnya dia melakukan segala sesuatu bahkan tanpa melihat apa untungnya pada dirinya sendiri. Remaja memang sering tidak menyadari telah menjadi korban tekanan teman sebayanya. Bahkan karena terlalu nyamannya bergaul dan bangga telah menjadi anggota dalam kelompok idamannya hinggal hal yang tidak bagus sekalipun akan tetap terasa nyaman dilakukan. Padahal dominasi tekanan teman sebayanya ini sangat berdampak serius, bukan hanya sekedar mempengaruhi selera musik, hobi, ataupun cara berpakaian tetapi juga kepribadian seseorang. Berbagai dampak negatif yang dapat dilihat dalam kenyataanya. Tidak bisa menjadi diri sendiri Hal ini terjadi karena remaja tersebut terlalu peduli dengan pendapat teman. Saat telah menjalin hubungan dalam sebuah pertemanan maka seorang remaja mau tidak mau harus mengikuti kebiasaan teman-teman kelompoknya karena hal itulah yang akan membuat temannya lebih dekat dan menyukainya. Dia tidak mungkin menolak ajakan kelompoknya. Selain itu juga setelah sudah masuk ke dalam sebuah kelompok maka apapun yang kita lakukan juga harus diketahui dan sesuai persetujuan teman-teman. Bahkan hal terkecil sekalipun misalnya, saat akan menghadiri sebuah pesta dan menginginkan gaun tertentu untuk dikenakan tapi, teman-temannya tidak setuju jika dia mengenakan gaun tersebut, dan mereka akan mengatakan gaun itu tidak cocok dengan warna kulitmu, gaunnya tidak sesuai dengan tema pestanya, kurang seksi, dll. Mungkin itu beberapa contoh kata-kata yang akan mereka lontarkan untuk menolak penampilannya.Maka saat itu juga penampilannya berubah sesuai dengan selera mereka. Bukankah hal ini membuat seorang remaja menjadi tidak PD (percaya Diri) dengan diri dan keputusannya sendiri, hingga lama kelamaan dia akan lebih memilih melakukan segala sesuatunya berdasarkan pendapat teman kelompoknya saja. Bergantung pada keberadaan teman Karena tingkah dan perilaku terlalu dikuasai oleh teman maka remaja itupun semakin tergantung pada keberadaan temannya. Dia takkan mampu bertindak sendiri, bahkan untuk urusannya sendiri dia akan berpedoman pada keputusan sahabat/temannya. Hal ini tentu membuat remaja tidak bisa mandiri dan berkembang. Dia hanya mampu berada di dalam lingkungan itu-itu saja, tidak mampu membuka matanya lebar-lebar menatap dunia yang bebas karena temannya terlalu mendominasi pikirannya.

Mudah tertular kebiasaan buruk Bukan hal mustahil seorang remaja tiba-tiba merubah kesukaan dan kebiasaannya saat telah bergabung dengan teman-temannya. Remaja terlebih cowok sangat mengagungagungkan harga diri, sehingga dia akan melakukan segala hal agar harga dirinya tidak dilecehkan misalnya, saat teman kelompoknya mengajak dia untuk merokok padahal dia tidak biasa merokok, tapi mau tidak mau dia akan merokok juga mengikuti kemauan teman-temannya untuk menghindari ledekan dari teman kelompoknya. Memiliki banyak beban dalam menjalani hidup Keinginan untuk menjadi sosok yang sangat diperhatikan dan disayangi akan semakin kuat. Segala hal pun akan dilakukan, misalkan menghamburkan uang untuk menyenangkan teman, atau meniru kebiasaan teman agar sebanding dengan lainnya. Pikiran semakin terbebani, setiap saat hanya memikirkan cara-cara untuk membuat teman kelompok menerimanya dengan baik, sehingga hal lain pun yang berkaitan dengan kepentingannya dan masa depan sendiri akan semakin jauh di pikirannya, dia akan semakin terbebani dengan keberadaannya di dalam kelompok bergaulnya. Hal di atas hanya sebagian kecil pengaruh negatif dari dominasi tekanan teman sebaya untuk sang korban. Sebenarnya masih banyak dampak negatif yang sangat berpengaruh, misalnya; berkurangnya kedekatan dan komunikasi dengan keluarga, bertambahnya beban pengeluaran orang tua karena keuangan remaja yang meningkat untuk kebutuhan bergaul dalam kelompok, dan anjloknya prestasi akademik. Selain remaja, orang tua secara tidak langsung telah menjadi korban tekanan teman sebaya anaknya karena orang tua akan semakin terbebani pikirannya terhadap tingkah laku anak yang sudah jelas ada perubahan dari biasanya. Oleh karena itu, seharusnya remaja menanamkan rasa percaya diri dan menjadi diri sendiri. Siapapun dirinya memang sudah seharusnya menerima setiap kelebihan dan kekurangannya. Tidak harus menjadi pribadi orang lain, menginginkan pribadi yang sempurna, apalagi memalsukan diri akibat dari tuntutan teman-teman. Remaja seharusnya harus lebih bersikap dewasa, memang remaja masih berada pada tahap-tahap pubertas, masa pencarian jati diri tetapi remaja masa kini sudah tentu memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas, jadi sudah mampu membedakan yang baik dan buruk. Remaja sudah sepatutnya mampu memiliki prinsip dan harus mempertahankannya, harus

berani menjadi diri sendiri serta tahan akan olokan-olokan dari teman sekitar. Karena setiap manusia itu tidak ada yang sempurna dan pasti memiliki kepribadian yang berbeda-beda, jadi, tanamkan dalam diri untuk tidak malu menjadi diri sendiri, jadilah sebuah pribadi yang unik. Remaja tidak perlu takut akan kehilangan teman, cobalah untuk mempertahankan pendapat sendiri jika menurut anda benar. Karena menjadi diri sendiri pun anda pasti akan memiliki teman, pasti banyak yang akan tertarik dengan kepribadian anda dan ingin berteman dengan anda. Mendominasi teman dengan teladan yang baik bukan menjadi sebuah masalah, tetapi malah menjadi dampak positif terhadap orang lain. Dan hal ini menjadi kesempatan anda untuk mempengaruhi orang lain ke dalam hal positif. Sebagian besar remaja memang masih merasa sulit untuk menghindari tekanan sebaya, oleh karena itu ada beberapa cara untuk melepas diri dari pengaruh buruk teman yaitu : -Komunikasi, termasuk berani menolak dan mengatakan tidak, jika memang anda anggap itu tidak benar. Apalagi jika berakibat buruk terhadap diri sendiri, cobalah jangan melakukan sesuatu hal karena terpaksa dan berani mengambil tindakan sendiri. - Menambah teman, tidak perlu terpaku pada teman tertentu apalagi membentuk geng atau kelompok. Cobalah netral dan bergaul dengan siapa saja. Hal ini lebih memungkinkan remaja terlepas dari tekanan teman sebaya. -Menyibukan diri dengan kegiatan yang bermanfaat. Dengan kesibukan akibat banyak kegitan akan membuat remaja tidak terus memikirkan teman dan lebih memikirkan perkembangan diri sendiri. - Kenalilah diri sendiri. Semakin remaja mengenal dirinya sendiri maka semakin sulit juga remaja terpengaruh pada hal negatif. Karena dia akan lebih tahu bagaimana dirinya, dan standar kemampuan dirinya hingga tidak ingin memaksakan diri jika memang dia tidak mampu. Sketsa Kontan, Mei 2011 **penulis adalah mahasiswa Unimed, jurusan sastra Indonesia, bergiat di Komunitas Tanpa Nama (Kontan)

Anda mungkin juga menyukai