Anda di halaman 1dari 11

Solid Insulating Material (Material Insulasi Padat) Rangkuman, Interpretasi, dan (sebagian) Terjemahan Bebas dari Buku : High

h Voltage Engineering Theory and Practice 2nd Revised Edition M. Abdel Salam, et al. (Marcel-Dekker, 2000)

Disusun Oleh: Dito Wijanarko (18010054) Dwicahya Linggawastu P. (18010005) Teknik Tenaga Listrik, Institut Teknologi Bandung, 2010

Isolasi listrik, selain dalam bentuk fluida, juga dijumpai dalam bentuk zat padat. Material ini biasanya tidak dalam bentuk suatu zat yang murni, melainkan dalam bentuk senyawa. Properti elektrik nya adalah kekuatan dielektriknya, tahanan (elektrik dan material), dan rugi-ruginya. Salah satu rugi-rugi yang ada antara lain adalah rugi-rugi Histeresis. 1. Permitivitas Relatif Kebanyakan dielektrik adalah senyawa kimia yang terdiri dari ion positif dan negatif. Di bawah pengaruh medan listrik, ion-ion ini kemudian akan terpolarisasi menjadi kutub yang sebaliknya. Polarisasi yang semacam ini kemudian menginduksi muatan batas pada elektroda. Kerapatan flux listrik diberikan sebagai :

Dari sini, karena dielektrik relatif adalah dielektrik / diekeltrik 0, maka...

2. Polarisasi Dielektrik

3. Konduksi Elektrik

Material Insulasi padat memiliki tahanan yang cukup tinggi, tetapi tetap saja memiliki nilai (terbatas).Misalkan, untuk kayu, marbel, dan asbes, memiliki resistansi dalam jangkauan 106 108 . Akan tetapi, semakin tinggi suhu pada suatu material, maka tahanannya akan berkurang. 4. Rugi-Rugi Dielektrik 4.1. Efek Suhu Ada dua faktor yang perlu dipertimbangkan. Pertama, pada dielektrik homogen, konduktivitasnya dipengaruhi oleh lompatan ion dari satu tempat ke tempat lain yang masih dipengaruhi oleh medan elektrik, dan ini dipermudah bila ion ini diberi energi getaran seperti pada suhu tinggi (ion-ion semakin tidak stabil). Pada PVC contohnya, tahanannya akan turun dan rugi-rugi nya meningkat 10 lipatan bila suhunya dinaikkan dari 80C ke 120C. 4.2 Efek Stress Elektrik Contohnya adalah ionisasi yang terjadi pada void (ruang hampa) gas pada material. Rugi-rugi daya yang terjadi adalah sebanding dengan rugi-rugi korona. Hal ini menyebabkan kenaikan yang perlu diperhitungkan pada rugi-rugi ; diatas onset discharge voltage. Pada tegangan yang lebih tinggi, lebih banyak void yang terionisasi.

5. Properti Thermal, Mekanik, dan Kimiawi 5.1 Properti Thermal

Berikut adalah pembagian kelas-kelasnya : Kelas A : Kertas, kapas, dan sutra alami (ditendam dengan minyak, pernis, atau resin) Kelas E : Plastik yang dilaminasi / dilebur dengan pelapis thermal / pernis epoksi, atau pernis dengan ketahanan termal lainnya. Kelas B : Benang inorganik, material fleksibel yang digabungkan dengan pelapis organik seperti alkyd, atau rosin, dengan filter mineral. Kelas F : Material kelas B tetapi digabungkan dengan resin atau lapisan thermal lainnya. Kelas H : Material kelas B tetapi ditambahkan lapisan resin anorganik (silikon resin). Kelas C : Material anorganik (dengan atau tanpa tambahan lapisan)

5.2 Efek Kelembaban Kekuatan resistansinya akan melemah bila direndam dalam air, atau kelembabannya meningkat.

6. Pengujian 6.1 Pengujian Intrinsic Breakdown Intrinsic Breakdown hanya dapat terjadi untuk material kristaline (ideal). Supaya Intrinsic Breakdown dapat terjadi, energy gainharus dapat melewati kurva rugirugi (S) seperti pada gambar berikut :

Sehingga, medan kritisnya adalah medan pada garis 2. Perlu perlakuan yang sangat hati-hati supaya intrinsic breakdown dapat terjadi, hanya akibat perilaku dielektrik saja (tanpa akibat yang lain-lain ; ambient effect atau efek suhu).

6.2 Thermal Breakdown Thermal Breakdown terjadi akibat gangguan pada titik kesetimbangan thermal pada dielektrik (laju pemanasan pada material melebihi kapasitas pendinginannya). Ini diakibatkan semakin tinggi suhunya, maka resistansi suatu material akan semakin rendah (semakin mudah terjadi breakdown).

Dapat dirumuskan :

Dengan Ti = suhu pada pusat dielektrik, dan Tcr = suhu kritis dimana dapat terjadi Thermal Breakdown.

6.3 Pemohonan pada plastik Pemohonan atau treeing adalah fenomena breakdown pada material (yang direndam/dilapisi oleh suatu fluida), yang bentuknya bercabang-cabang, dan menyerupai pohon Medan listrik yang terkonsentrasi pada ujung gelembung (gas) dielektrik, membentuk pulsa (pada gelombang AC), digabungkan dengan tekanan

hidrostatik yang diakibatkan oleh air di dalam dipanaskan oleh arus bocor yang tekonsentrasi, dan dekomposisi kimiawi. Hal ini menghasilkan gaya mekanik yang terpulsa pada ujung gelembung. Hal ini mengakibatkan perpanjangan dan percabangan pada ujung gelembung berbentuk seperti pohon.

Teori oksidasi pemohonan air menjelaskan laju pertumbuhan pohon-pohon air yang diakibatkan oleh oksidasi elektrik polimer. Sebagai konsekuensi oksidasi elektrik, ikatan polimer menjadi rusak, dan jalur pemohonan pun terbentuk.

6.3.1 Aspek Mekanik pada Pemohonan Elektrik di Insulasi Padat Sub aspek yang perlu diperhitungkan adalah initial strain. Initial Strain memengaruhi laju pemohonan. Kemudian, ketahanan terhadap retak juga memengaruhi laju pemohonan. Walau sulit membuat material yang benar-benar strain-free (diakibatkan kesulitan saat fabrikasinya), selalu diupayakan untuk membuat material yang mendekati strain-free, dikarenakan laju pemohonannya lambat, dan ketahanannya terhadap retak lebih tinggi, selain itu lebih mudah mengindari efek plastikisasi (yang dapat mengurangi umur lelah material, modulus elastisitas, dan ketahanan terhadap retak).

6.4 Penjejakan pada Insulasi Elektrik

Permukaan insulasi dapat dilindungi dari gejala overboltage bila suatu peralatan dipasang. Tetapi, seiring berjalanannya waktu, permukaan insulasi ini menjadi dipenuhi oleh kontaminan seperti garam, debu, atau zat-zat pengotor lainnya. Hal ini dapat menyebabkan keandalannya rusak dalam kondisi yang lembab, yang dapat dilihat dalam bentuk penjejakan di permukaan. Dapat terjadi di manamana, seperti di ujung belitan dari mesin listrik. Hal ini, lebih lanjut, dapat menyebabkan retak.

6.4.1 Mekanisme Kegagalan Lapisan kelembaban pada permukaan yang terkotori, baik dibentuk oleh kondensasi atau akibat hujan, akan menghantarkan arus bocor (dengan besar tertentu, terkandung polutan pengotor). Ketika arus bocor mengalir diantara bagian yang teraliri listrik, atau dari bagian tsb.ke tanah, lapisan konduktif ini akan memanas secara tak seragam, dan menguap secara tak seragam pula. Hal ini mengakibatkan distorsi pada penyebaran tegangan (stress elektrik) di atas permukaan. Secara partikular, dry-bands akan terbentuk, menghasilkan tahanan yang sanngat tinggi di antara ujung-ujung lapisan yang basah. Pada dry-bands ini akan muncul tegangan, sehingga di antara celah-celah (ujung-ujung) ini akan menghasilkan flashover. Hal ini akan menghasilkan arcing (kilatan), hingga celahnya melebar, dan kilatan ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini, lebih lanjut pada material organik, dapat menyebabkan dekomposisi material ; melepaskan karbon bebas.

6.4.2 Pencegahan Penjejakan Penjejakan ini dapat dihindari dengan menjaga permukaan tetap bersih dan kering. Instalasi pemanas dapat diletakkan untuk menjaga permukaan tetap kering. Akan tetapi, solusi terbaik adalah mengganti material insulasinya dengan material lain yang lebih tahan terhadap penjejakan, atau pelapisan, seperti glass reinforced polyester resinyang dilapisi oleh hydrated alumina

Model Tracking Breakdown

6.4.3 Uji Penjejakan Penting sekali untuk mengevaluasi ketahanan terhadap penjejakan (Tracking Resistance) suatu material pada High Temperature Vulcanized Rubber / Ethylene Vinyl Acetate (EVA), atau yang bersifat Room Temperature Vulcanized. Prosedur tes nya adalah mengambil sampel material (organik) insulasi dan membiarkannya pada lingkungan yang merepresntasikan tegangan stress yang tinggi, kontaminasi tinggi, dan kelembaban tinggi. Dari sini kemudian ditentukan material yang terkuat, atau jangkauan paparan pada masing-masing material.

6.4.4 Efek Lingkungan pada Penjejakan A. Sinar Ultraviolet : Sinar Ultraviolet adalah penyebab utama penuaan pada insulator polimer.

B. Tekanan Atmosferik Rendah : Tahanan penjejakan dari senyawa polikarbonat ternyata meningkat dengan penurunan tekanan atmosferik ; yaitu kondisi yang ditemukan pada ketinggian. Walau, beberapa material, seperti polyethylene terephthalate menunjukkan penurunan tahanan penjejakan ketika tekanan atmosferik menurun. C. Efek lingkungan lainnya seperti polimer yang terpapar radiasi gamma atau hujan asam ; tetap dapat berpengaruh pada tahanan penjejakan.

Efek Radiasi Ultraviolet terhadap Waktu Hingga Terjadi Tracking Breakdown

7. Material Insulasi Material Insulasi tradisional meliputi bahan-bahan selulosa seperti kertas dan kain organik. Selain itu juga mika, kaca, dan keramik termasuk pada jenis insulasi tradisional. Material selulosa seperti kertas memiliki efek higroskopisitas (efek dimana kertas mampu menyerap dan menahan fluida), sehingga mereka cenderung menyimpan void di dalamnya. Supaya material selulosa ini dapat digunakan sebagai insulasi yang baik, material ini harus direndam atau dilapisi dengan minyak atau pernis. Bahkan, lebih lanjut lagi, material selulosa ini dapat ditingkatkan kapasitasnya dengan mengombinasikannya (kertas) dengan polypropylene (PPP) (Samm, 1987; Schaible, 1987; Mark, 1984). Mika digunakan sebagai insulasi pada material yang digunakan pada suhu tinggi, dan ditemukan discharge pada permukaannya (Tabung Vakum, Pemanas, dan Komutator Mesin DC). Serbuk mika yang dicampur dengan kaca yang ditumbuk

halus, dan diproses dalam suhu tinggi, menghasilkan material dengan kualitas elektrik ; cocok untuk insulator tegangan tinggi atau peralatan frekuensi tinggi. Dahulu, porselen (keramik) dan kaca digunakan untuk menginsulasi tegangan tinggi pada saluran overhead (Saluran Udara), dan pada busbars. Tetapi, semenjak 1960, telah dikembangkan insulator yang lebih ringan dan lebih baik kualitasnya. Material ini dibuat dari bahan Epoxy Resins yang diperkuat dengan serat kaca (Fiber Glass). Tidak hanya insulator, material ini bisa dipakai untuk keperluan lain seperti magnet, atau semikonduktor.

Struktur Kristal Silikon Resin

8. Dielektrik Aktif Selain dielektrik pasif yang kita ketahui pada insulator elektrik, ada dielektrik lainnya yang memiliki penerapan lainnya. Kita menyebutnya sebagai dielektrik aktif ; dielektrik ini memiliki efek saling mengimbas antara medan listrik dan stress mekanik, fluksi panas, atau cahaya yang melewatinya. Dielektrik aktif ini digunakan pada devais piezoelektrik dan transduser piroelektrik, kapasitor nonlienar, devais memori non-linear, sensor tegangan berbasis opto-elektronika, lampu kilat elektrik, dan masih banyak lagi.

Anda mungkin juga menyukai