Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN BLOK HENATOIMMUNOLOGY PEMERIKSAAN FRAGILITAS ERITROSIT

Disusun Oleh : Nama NIM Kelompok Asisten : : : : Afif Iman Hidayat G1A009046 VIII Dimas Gatra D

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN PURWOKERTO 2010

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh : Afif Iman Hidayat G1A009046 VIII

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum Biokimia Kedokteran Blok CHEM II pada Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Diterima dan disahkan Purwokerto, September 2010

Asisten

Dimas Gatra D. G1A007021

BAB I PENDAHULUAN I. Judul Praktikum Pemeriksaan Fragilitas Eritrosit

II.

Tanggal Praktikum Selasa, 21 september 2010

III. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa akan dapat mengukur fragilitas eritrosit metode daya tahan osmotik secara visual. 2. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan fragilitas eritrosit dalam darah pada saat praktikum setelah

membandingkannya dengan nilai normal. 3. Mahasiswa akan dapat melakukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosa dengan bantuan hasil praktikum yang dilakukan.

BAB II DASAR TEORI

Darah membentuk sekitr 8 % dari berat tubuh total dan memiliki ratarata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis unsur sel khusus, yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit yang terendam dalam darah. (sheerwod, 2001) Setiap milimeter darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah merah). Eritrosit adalah sel gepeng berbentuk piringan yang di bagian tengah di kedua sisinya mencengkung atau berbentuk bikonkaf dengna garis tengah 8 m, tepi luar tebalnya 2 m dan bagian tengah tebalnya 1 m. Eritrosit adalah sel yang tidak mempunyai inti dan sitoplasmanya berwarna keunguan. Memiliki central pallor yang lebarnya adalah sepertiga dari diameter eritrosit. Membran eritrosit terdiri dari lipid bilayer, protein membran, dan rangka membran. Rangka membran dibentuk oleh spektrin dan , ankirin, protein dan juga aktin. (sherwood, 2010). Membran eritrositn bersifat pemeabel selektif yang dapat ditembus oleh H+, OH-, NH4+, PO4 , HCO3-,Cl- dan juga substansi lain seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik dan juga substansi lain seperti hemoglobin dan protein plasma. (Ascallbias, 2010). Eritrosit akan mengerut dalam larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar daripada tekanan osmotik dalam sel. Sebaliknya akan membengkak jika berada dalam larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah, kemudian sel ini akan kehilangan hemoglobinnya atau disebut dengan hemolisis.

(Ganong,2003). Hemolisa dibagi menjadi 2 yaitu hemolisa osmotik yaitu hemolisa yang terjadi akibat adanya perbedaan yang besar antara cairan di dalam sel darah merah dengan cairan di sekitar sel darah merah dan hemolisa kimiwi yaitu hemolisa yang terjadi akibat membran sel darah merah dirusak oleh substansi kimia yang dapat melarutkan lemak. (Asscalbias, 2010). Fragilitas adalah kelemahan atau kurangnya (kerapuhan) daya tahan yang terhadap faktor yang dapat menyebabkan pecahnya kesinambungan atau integritas. Fragilitas eritrosit adalah kurangnya daya tahan eritrosit terhadap hemolisis bila terpajan pada larutan garam yang semakin hipotonik atau bila terkena trauma (dorland, 1998). Seperti yang disebutkan di atas eritrosit akan membengkak bila berada pada larutan hipotonis (larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah dari tekanan osmotik eritrosit) dan akan mengkerut bila berada pada larutan hipertonik (larutan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi dari tekanan osmotik eritrosit) seperti pada larutan dextrose, yang nantinya akan terjadi hemolisis. Namun eritrosit tidak akan rusak dan tetap utuh jika berada pada larutan isotonis (larutan yang tekanan osmotiknya sama dengan tekanan osmotik eritrosit). Tekanan osmotik sel darah merah sama dengan tenanan osmotik larutan NaCl 0,9 %. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,8 %, belum terlihat adanya hemolisa, tetapi akan mengalami hemolisa pada larutan NaCl 0,4 %, dan akan mengalami hemolisa sempurna pada NaCl 0,3 %. Nilai normal untuk permulaan lisis adalah pada NaCl 0,42 % - 0,46 % dan 0,32 % 0,34% untuk hemolisa sempurna. Fragilitas eritrosit bisa meningkat ataupun menurun pada keadaan tertentu. Peningkatan fragilitas bisa terjadi karena sel kekurangan ATP, sehingga

jika seseorang dengan glukosa yang rendah fragilitasnya meningkat karena glukosa nantinya akan menjadi energi (ATP bagi sel). Seseorang dengan defisiensi asam folat dan besi akan terjadi gangguan pada hematopoesis, karena asam folat dan besi termasuk bahan dasar pembentuk eritrosit. Jika demikian eritrosit yang terbentuk akan mudah rapuh dan pecah sehingga terjadi hemolisa. Kemudian ada juga paparan terhadap zat-zat toksik seperti arsen dan timbal, hal ini juga berpengaruh pada fragilitas eritrosit yang meningkat. (sherwood, 2001).

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Alat dan Bahan a. Alat 1. 12 tabung reaksi 2. Rak tabung reaksi 3. Spuit 4. Kapas 5. Alkohol b. Bahan 1. 3 cc sample darah vena 2. Larutan NaCl 0,5 % 3. Akuadest

2. Cara Kerja 1. Menyusun sebanyak 24 tabung reaksi pada rak dan dibagi menjadi 2 baris, masing-masing berisi 6 tabung. 2. Memberi nomor pada masing-masing tabung dari kiri ke kanan dengan nomor dari 25 sampai 14. 3. Meneteskan NaCl 0,5 % dengan pipet kapiler yang banyaknya sesuai dengan nomor tabung. 4. Meneteskan akuadest pada tiap tabung sampai volumenya berjumlah 25 tetes tiap tabung.

5. Sehingga konsentrasi masing-masing larutan menjadi 0,5%; 0,48%; 0,46%; 0,44%; 0,42%; 0,40%; 0,38%; 0,36%; 0,34%; 0,32%; 0,30%; 0,28%. 6. Mengambil 3 cc darah vena kemudian menuangkan pada tabung yang sudh diberi EDTA. Lalu memasukkan 1 tetes darah tersebut pada masingmasing tabung kemudian diamkan selama 1 jam. 7. Mengamati hasil perubahan setelah 1 jam. Melihat tabung mana yang terjadi permulaan hemolisis dan tabung mana yang terjadi hemolisis sempurna.

3. Nilai Normal Permulaan lisis Hemolisis sempurna 4. Hasil dan Pembahasan Probandus Umur Jenis kelamin : Saddam Husein Saputra : 19 tahun : Laki-laki : Pada NaCl 0,44 % (0,44 0,02 %) : Pada NaCl 0,34 % (0,34 % 0,02 %)

Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh : Permulaan lisis Hemolisis sempurna : Pada NaCl 0,42 %; 0,44 %; 0,46 % : Pada NaCl 0,32 %; 0,34 %; 0,36 %

Hasil yang diperoleh seperti yang tertulis di atas, diinterpretasikan bahwa sample darah yang digunakan berada dalam keadaan normal. Pengamatan ini juga bukan pengamatan yang pasti benar karena ada beberapa kekurangan yang terjadi seperti kurang telitinya pengamat, tabung gelas yang

digunakan sudah buram, penetesan akuadest dan larutan NaCl yang kurang tepat. Namun tetap bisa diinterpretasikan hasilnya normal. Kisaran permulaan lisis yang normal adalah dari NaCl 0,42 % 0,46 %. Namun jika pada pengamatan permulaan lisis yang terjadi ada pada NaCl 0,48 % dan 0,50 % maka terdapat peningkatan fragilitas, dan jika permulaan lisis terjadi pada 0,40 %; 0, 38 %; dan seterusnya maka terjadi penurunan fragilitas. Peningkatan fragilitas bisa terjadi pada beberapa penyakit seperti Anemia Hemolitik, sferositosis, leukemia limfositik kronis, dll. Sedangkan penurunan fragilitas bisa terjadi pada penyakit thalasemia, polisitemiavera, nekrosis hepar, dll. 5. Aplikasi Klinis 1. Peningkatan fragilitas a. Anemia Hemolitik Autoimun Anemia Hemolitik Autoimun (AIHA) merupakan suatu kelainan di mana terdapat antibody terhadap sel-sel eritrosit sehingga umur eritrosit memendek. Perusakan sel-sel eritrosit yang diperantrai antibody ini terjadi melalui system komplemen, aktivasi mekanisme selular, atau kombinasi keduanya. Pada aktivasi komplemen akan menyebabkan hancurnya membrane sel eritrosit dan terjadi hemolisis intavaskular. Sedangkan pada aktivasi selular, sel darah merah akan mengalami hemolisis ekstravaskuler. (IPD, 2006) b. Sferositosis Herediter Sferositosis Herediter (HS) adalah anemia hemolitik herediter. HS biasanya disebabkan oleh defek protein yang terlibat dalam

interaksi vertical antara rangka membrane dan lapisan lemak dua lapis eritrosit. Hilangnya membrane dapat terjadi akibat terlepasnya bagianbagian lemak dua lapis yang tidak ditunjang oleh rangka. Sumsum tulang memproduksi eritrosit berbentuk bikonkaf normal, tetapi eritrosit tersebut kehilangan membrannya dan menjadi semakin sferis (kehilangan luas permukaan relative terhadap volume) selama bersikulasi melaui limpa dan system RE lainnya. Akhirnya sferosit tidak mampu melewati mikrosirkulasi limpa, sehingga lisis secara premature. (Hoffbrand, 2005)

2. Penurunan fragilitas a. Thalasemia Thalasemia merupakan kelompok kelainan genetic heterogen, yang timbul akibat berkurangnya kecepatan sintesis rantai dan . Sindrom thalasemia @ biasanya disebabkan oleh delesi gen. Secara normal trdapat 4 buah globin @, beratny penyakit secara klinis digolongkan menurut jumlah gen yang tidak ada atau tidak aktif. Tidak adanya keempat gen akan mensintesis rantai esensial. Keadaan ini tidak sesuai sehingga menyebabkan kematian in utero (hidrops fetalis). Sindrom thalasemia karena tidak ada rantai atau sedikit rantai yang disintesis. Rantai yang berlebih berpresipitasi dalam eritroblas dan eritrosit matur, menyebabkan eritropoiesis inefektif dan hemolisis berat yang khas untuk penyakit ini. (Hoffbrand, 2005) b. Polisitemia vera

Polisitemia vera (PV) adalah suatu penyakit kelainan pada system mieloproliferatif yang melibatkan unsur-unsur hemopoietik dalam sumsum tulang mulainya diam-diam salah tetapi satu progresif. penelitian

Penyebabnya

belum

diketahui,

namun

sitogenetika menunjukkan sel induk hemopoisis pada pasien dengan polisitemia vera dimana tergantung dari stadium penyakit, rata-rata 20% pada pasien polisitemia vera saat terdiagnosis sedang meningkat 80 % setelah diikuti lebih dari 10 tahun. (IPD, 2006)

BAB III KESIMPULAN

1. Hasil pemeriksaan dari praktikum yang dilakukan didapatkan kadar HbCO probandus 0,31 %. Angka berada dalam kategori normal, yaitu < 1 %. 2. Karboksihemoglobin (HbCO) adalah hemoglobin yang bergabung dengan karbon monoksida, yang menempati daerah pada molekul yang

normalnya terikat dengan oksigen dan tidak mudah dilepaskan dari molekul tersebut. (Dorland, 1998) 3. Sumber-sumber CO dibagi menjdi 2 yaitu CO yang berasal dari luar tubuh manusia (CO eksogen) dan CO berasal dari dalam tubuh manusia (CO endogen). 4. Praktikum ini dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengakkan diagnosis penyakit yang berhubungan dengan CO. 5. Beberapa aplikasi klinis dari patologis HbCO adalah Asfiksia, bronchitis kronik, hipoksia sirkulari

DAFTAR PUSTAKA . Murray, Robert K. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: EGC. Dorland, W. A. Newman. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. 184. Sherwood, Lauralee. 2001. Sistem Pernapasan. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. 353. 444. 446.

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/karbonmonoksidadan-dampaknya-terhadap-kesehatan/ Lehninger, Albert L. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga, 1982. 213 http://www.forumsains.com/kimia/karbonmonoksida/30/

Anda mungkin juga menyukai