Anda di halaman 1dari 14

Suatu perusahaan seringkali memiliki instrumen utang dari perusahaan afiliasi.

Aktivitas pinjam meminjam antar perusahaan dibenarkan dengan adanya pemikiran untuk kepentingan keamanan, efisiensi, dan fleksibilitas. Walaupun masing-masing afiliasi adalah entitas hukum yang berdiri sendiri, manajemen dari perusahaan induk memiliki posisi untuk menegosiasikan semua pinjaman yang terjadi diantara perusahaan-perusahaan afiliasi, dan keputusan untuk meminjam dari atau meminjamkan secara langsung kepada perusahaan afiliasi benar-benar merupakan keputusan untuk mengalihkan dana diantara perusahaan afiliasi. Pinjam meminjam langsung antara perusahaan afiliasi menghasilkan akun resiprokal piutang dan utang baik pokok maupun bunganya, begitupula dengan akun resiprokal pendapatan dan beban. Akun-akun resiprokal ini dieliminasi dalam penyiapan laporan keuangan konsolidasi karena piutang dan utang antar perusahaan tidak merefleksikan aktiva atau kewajiban dari suatu entitas yang dikonsolidasikan. Masalah khusus dalam akuntansi obligasi dan wesel antar perusahaan timbul ketika suatu perusahaan membeli instrumen hutang afiliasinya dari pihak luar. Pembelian semacam ini merupakan penarikan hutang dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan walupun hutang-hutang tersebut tetap beredar jika dilihat dari sudut pandang debitur sebagai entitas hukum yang berdiri sendiri. Jadi, afiliasi penerbit (perusahaan debitur)

mempertanggungjawabkan kewajiban hutangnya seolah-olah kewajiban hutangnya tersebut dimiliki oleh entitas yang tidak terafiliasi, dan afiliasi pembeli mempertanggungjawabkan investasinya pada kewajiban pihak afiliasi seolah-olah kewajiban tersebut adalah kewajiban dari entitas yang tidak terafiliasi. Selanjutnya, laporan konsolidasi disiapkan untuk menunjukkan posisi keuangan dan hasil-hasil operasi yang akan dihasilkan apabila perusahaan penerbit telah membeli dan menarik hutangnya.

TRANSAKSI OBLIGASI ANTAR PERUSAHAAN Transaksi obligasi langsung antar perusahaan terjadi jika aktivitas pinjam meminjam antar perusahaan dilakukan tanpa partisipasi pihak lain di luar perusahaan induk dan perusahaan anak. Transaksi obligasi tidak langsung antar perusahaan terjadi jika salah satu perusahaan afiliasi mengeluarkan obligasi ke pihak lain yang tidak terkait dan berikutnya terjadi pembelian obligasi tersebut oleh perusahaan afiliasi lain dari pihak yang tidak terkait tersebut. Keuntungan maupun kerugian atas obligasi yang beredar dari afiliasi yang timbul namun

tidak diakui ini, dapat diakui dengan cara menarik obligasi yang beredar. Perusahaan induk, yang mengatur seluruh penarikan utang dan keputusan lainnya bagi entitas yang dikonsolidasi, memiliki pilihan sebagai berikut : 1. Perusahaan penerbit (induk ataupun anak) dapat mempergunakan sumber-sumber yang ada untuk membeli dan menarik obligasinya sendiri. 2. Perusahaan penerbit (induk ataupun anak) dapat meminjam uang dari entitas

yang bukan afiliasinya dengan tingkat bunga pasar dan menggunakan dana tersebut untuk menarik obligasinya sendiri. (Pilihan ini merupakan pembayaran kembali). 3. Perusahaan penerbit dapat meminjam uang dari perusahaan afiliasi dan

menggunakan dana tersebut untuk menarik obligasinya sendiri. 4. Suara perusahaan afiliasi (induk atau anak) dapat membeli obligasi dari perusahaan penerbit di mana obligasinya ditarik secara konstruktif. Tiga pilihan yang pertama mengakibatkan penarikan yang sesungguhnya dari obligasi. Keuntungan atau kerugian yang tidak diakui sebelumnya, dalam tiga keadaan ini diakui oleh perusahaan penerbit dan diperhitungkan dalam mengukur pendapatan bersih konsolidasi. Pilihan yang keempat mengakibatkan penarikan konstruktif. Hal ini berarti bahwa obligasi tersebut ditarik untuk tujuan laporan konsolidasi karena investasi obligasi dan hutang obligasi dari perusahaan induk dan perusahaan anak adalah resiprokal yang harus dieliminasi dalam proses konsolidasi.

KEUNTUNGAN PERUSAHAAN

DAN

KERUGIAN

KONTRUKTIF

ATAS

OBLIGASI

ANTAR-

Jika harga yang dibayar oleh suatu perusahaan afilliasi untuk memperoleh utang dari pihak lainnya lebih besar daripada nilai buku dan kewajiban (nilai nominal ditambah dengan agio yang belum diamortisasi atau dikurangi dengan disagio yang belum diamortisasi dan biaya penerbitan), maka terjadi kerugian konstruktif atas penarikan utang. Jika harga yang dibayar lebih kecil daripada nilai buku utang tersebut, maka keuntungan konstruktiflah yang terjadi. Keuntungan atau kerugian ini disebut konstruktif karena keuntungan atau kerugian ini merupakan keuntungan atau kerugian yang direalisasi dan diakui dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan, tetapi tidak dicatat dalam buku terpisah dari perusahaanperusahaan afiliasi pada saat pembelian.

Keuntungan atau kerugian konstruktif atas obligasi adalah: (1) keuntungan dan kerugian yang direalisasi dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan, (2) yang timbul pada saat suatu perusahaan membeli obligasi suatu afiliasi, (3) dari entitas-entitas non-afiliasi, (4) pada harga selain dari pada nilai buku obligasi tersebut. Tidak akan ada keuntungan atau kerugian yang terjadi akibat pembelian obligasi perusahaan afiliasi pada nilai buku atau pinjammeminjam secara langsung di antara perusahaan-perusahaan afiliasi. Beberapa ahli akuntansi berpendapat bahwa keuntungan dan kerugian konstruktif pada transaksi-transaksi obligasi antar perusahaan seharusnya dialokasikan diantara pihak afiliasi pembeli dan penerbit sesuai dengan nilai nominal obligasi tersebut. Alternatif untuk teori nilai nominal ini adalah teori keagenan, dimana afiliasi yang membeli obligasi antar perusahaan berindak sebagai agen bagi perusahaan penerbit, berdasarkan perintah dari manajemen perusahaan induknya. Perolehan Obligasi Perusahaan Induk Diasumsikan bahwa PT. Papan memiliki 80% kepemilikan PT. Sejahtera. PT. Papan menjual obligasi kepada publik dengan nilai nominal Rp1.000.000.000, tingkat bunga 10%, jangka waktu 10 tahun, pada nilai nominal pada tanggal 2 Januari 20X6. Satu tahun kemudian, pada tanggal 31 Desember 20X6, PT Sejahtera membeli obligasi dengan nilai nominal Rp100.000.000 dari obligasi-obligasi yang beredar tersebut dengan harga Rp 104.500.000 melalui pasar obligasi. Pembelian oleh PT. Sejahtera tersebut mengakibatkan penarikan konstruktif atas obligasi PT. Papan yang bernilai nominal Rp100.000.000 dan kerugian konstruktif sebesar Rp4.500.000 (Rp104.500.000 dibayar obligasi dengan nilai buku Rp100.000.000). PT. Papan menyesuaikan akun pendapatan investasi dan investasinya pada tanggal 31 Desember 20X6 untuk mencatat kerugian kontruktif berdasarkan metode ekuitas. Ayat jurnal pada buku PT. Papan adalah :
Pendapatan dari PT Sejahtera Investasi pada PT Sejahtera Rp4.500.000 Rp4.500.000

oleh PT. Sejahtera untuk menarik

(Untuk menyesuaikan pendapatan dari PT Sejahtera untuk kerugian kontruktif atas obligasi).

Kerugian konstruktif sebesar Rp4.500.000 dibebankan terhadap bagian PT. Papan atas pendapatan yang dilaporkan oleh PT. Sejahtera karena PT. Papan adalah perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut. Berdasarkan teori keagenan, seluruh jumlah keuntungan atau kerugian konstruktif atas obligasi di alokasikan pada afiliasi penerbitnya. Karena perusahaan

induk adalah afiliasi penerbit, analisa tersebut mirip dengan analisa untuk penjualan arus-kebawah, dan seluruh jumlah dibebankan pada PT. Papan dan pada laba bersih konsolidasi. Kerugian konstruktif sebesar Rp4.500.000 tersebut, tampak dalam laporan laba rugi konsolidasi PT. Papan dan perusahaan anak untuk tahun 20X6, dan obligasi dengan tingkat bunga 10% dilaporkan sebesar Rp900.000.000 dalam neraca konsolidasi pada tanggal 31 Desember 20X6. Hal ini terjadi melalui penyesuaian kertas kerja berikut ini:
Kerugian atas penarikan konstruktif obligasi Hutang obligasi 10% Investasi pada obligasi Rp 4.500.000 Rp100.000.000 Rp104.500.000

(Untuk mencatat kerugian dan mengeliminasi jumlah resiprokal investasi pada obligasi dan kewajiban)

Perolehan Obligasi Perusahaan Anak Diasumsikan bahwa PT. Sejahtera menjual obligasi kepada publik dengan nilai nominal Rp1.000.000.000, tingkat bunga 10%, jangka waktu 10 tahun, pada tanggal 2

Januari 20X6 dan bahwa PT. Papan memperoleh obligasi dengan nilai nominal Rp100.000.000 dari obligasi-obligasi ini dengan harga Rp104.500.000 pada tanggal 31 Desember 20X6 di pasar obligasi. Pembelian oleh PT. Papan mengakibatkan penarikan konstruktif atas obligasi PT. Sejahtera yang bernilai nominal Rp100.000.000 dan kerugian konstruktif sebesar Rp4.500.000 bagi entitas yang dikonsolidasikan. Hanya 80% dari kerugian konstruktif tersebut yang dibebankan kepada pemegang saham mayoritas karena pembelian atas obligasi perusahaan anak sama halnya dengan penjualan arus-ke-atas, dimana

transaksi-transaksi antar perusahaan mempengaruhi pendapatan hak minoritas. Dalam mempertanggungjawabkan investasinya pada PT. Sejahtera berdasarkan metode ekuitas, PT. Papan mengakui 80% dari kerugian konstruktif tersebut dengan ayat jurnal berikut ini :
Pendapatan dari PT Sejahtera Investasi pada PT Sejahtera Rp3.600.000 Rp3.600.000

Penyesuaian kertas kerja konsolidasi pada tahun tersebut atas pembelian obligasi antar perusahaan adalah sama seperti yang diilustrasikan untuk pembelian antar perusahaan atas obligasi PT. Papan. Tetapi pemurunan pada laba bersih konsolidasi sebesar Rp3.600.000 (untuk menyamakan laba bersih konsolidasi dengan pengaruh konsolidasi satu baris) terdiri dari kerugian konstuktif sebesar Rp4.500.000 dikurangi dengan bagian hak minoritas atas kerugian

tersebut sebesar Rp900.000, yang mengurangi pendapatan hak minoritas dan karenanya meningkatkan laba bersih konsolidasi. OBLIGASI PERUSAHAAN INDUK DIBELI OLEH PERUSAHAAN ANAK

Penarikan konstruktif atas obligasi perusahaan induk terjadi apabila obligasi-obligasi yang beredar dari perusahaan induk dibeli oleh perusahaan afiliasi. Perusahaan anak pembeli mencatat jumlah yang dibayar sebagai investasi pada obligasi. Hanya ayat jurnal ini yang dibuat baik oleh afiliasi pembeli maupun oleh afiliasi penerbit pada saat pembelian antar perusahaan. Maka, setiap keuntungan atau kerugian yang diakibatkan oleh penarikan konsruktif tidak dicatat pada akun terpisah perusahaan-perusahaan afiliasi, tetapi direfleksikan pada perbedaan antara akun kewajiban obligasi dan investasi obligasi pada buku perusahaan induk dan perusahaan anak. Sebagai ilustrasi diasumsikan bahwa PT. Prima memperoleh 70% kepemilikan PT. Sarana pada nilai bukunya Rp56.000.000, pada tanggal 31 Desember 20X2 ketika PT. sarana mempunyai modal saham sebesar Rp50.000.000 dan saldo laba sebesar Rp30.000.000. Pada tanggal 1 Januari 20X4, PT. Prima mempunyai obligasi dengan nilai nominal Rp100.000.000, tingkat bunga 10 tahun yang beredar dengan agio yang belum diamortisasi sebesar Rp1.000.000. Pada tanggal yang sama, PT. Sarana membeli obligasi dengan nilai nominal Rp10.000.000 dari obligasi-obligasi tersebut, dengan harga Rp9.500.000 dari pialang investasi. Pembelian ini mengakibatkan penarikan konstruktif atas obligasi PT. Prima yang bertingkat bunga 10% dan keuntungan konstruktif sebesar Rp600.000, yang dihitung sebagai berikut :
Nilai buku obligasi yg dibeli : (10% x (nominal Rp 100.000.000+ agio Rp 1.000.000) Harga beli Keuntungan konstruktif atas penarikan obligasi Rp10.100.000 9.500.000 Rp 600.000

Satu satunya ayat jurnal yang dibuat oleh PT. Sarana pada saat obligasi PT. Prima tersebut dibeli adalah :
Investasi pada obligasi PT Prima Kas Rp 9.500.000 Rp 9.500.000

(Untuk mencatat akuisisi obligasi PT Prima dengan kurs 95)

Metode Ekuitas Jika laporan keuangan konsolidasi disiapkan sesaat setelah penarikan konstruktif tersebut, ayat jurnal kertas kerja untuk mengeliminasi saldo investasi obligasi dan kewajiban obligasi antar-perusahaan akan mencangkup keuntungan sebesar Rp600.000, adalah

sebagai berikut:
1 Januari 20X4 Hutang obligasi 10% Agio obligasi Investasi pada obligasi PT Prima Keuntungan atas penarikan obligasi Rp 10.000.000 100.000 Rp 9.500.000 600.000

Akibat ayat jurnal kertas kerja ini, laporan laba rugi konsolidasi merefleksikan keuntungan tersebut, akun investasi obligasi PT. Prima dieliminasi dan neraca konsolidasi menunjukkan kewajiban obligasi kepada pemegang obligasi diluar entitas yang

dikonsolidasikan sebesar Rp90.900.000 (nilai nominal Rp90.000.000 ditambah dengan agio yang belum diamortisasi sebesar Rp900.000). Selama tahun 20X4 PT. Prima akan mengamortisasi agio obligasi tersebut kepada bukunya terpisah dan PT. Sarana akan mengamortisasi disagio atas investasi obligasinya. Diasumsikan bahwa bunga dibayar pada tanggal 1 Januari dan 1 Juli, bahwa obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 1 Januari 20X9 (lima tahun setelah pembelian), dan bahwa metode amortisasi yang digunakan adalah garis lurus. PT. Prima akan mengamortisasi sebesar 20% dari agio obligasi dan PT. Sarana akan mengamortisasi 20% dari disagio sebagai berikut:
BUKU PT. PRIMA 1 Juli Beban bunga Kas (Nilai nominal Rp100.000.000 x 10% x tahun) 31 Desember Beban bunga Utang bunga (Nilai nominal Rp100.000.000 x 10% x tahun) 31 Desember Agio obligasi Beban bunga (Agio sebesar Rp1.000.000 / 5 tahun) Rp 200.000 Rp 200.000 Rp5.000.000 Rp5.000.000 Rp5.000.000 Rp5.000.000

BUKU PT. SARANA 1 Juli Kas Pendapatan bunga (Nilai nominal Rp10.000.000 x 10% x tahun) 31 Desember Piutang bunga Pendapatan bunga (Nilai nominal Rp10.000.000 x 10% x tahun) 31 Desember Investasi pada obligasi PT. Prima Pendapatan bunga (Disagio sebesar Rp500.000/5 tahun) Rp100.000 Rp100.000 Rp500.000 Rp500.000 Rp500.000 Rp500.000

Pada tanggal 31 Desember 20X4, setelah ayat-ayat jurnal yang terdahulu diposting, buku besar PT. Prima dan PT. Sarana akan menunjukkan saldo-saldo sebagai berikut:
Buku PT. Prima Hutang obligasi-10% Agio obligasi Beban bunga Buku PT. Sarana Investasi pada obligasi PT. Prima Pendapatan bunga Rp 9.800.000 1.100.000 Rp100.000.000 800.000 9.800.000

OBLIGASI-OBLIGASI PERUSAHAAN ANAK DIBELI OLEH PERUSAHAAN INDUK Apabila obligasi perusahaan anak dibeli oleh induk, maka pengaruhnya adalah dalam mengakui pendapatan anak oleh induk. Keuntungan atau kerugian konstruktif yang diakui hanya sebesar kepemilikannya saja. PT. Perkasa memiliki 90% kepemilikan pada saham biasa berhak suara PT. Satria. Kepemilikan PT. Perkasa pada PT. Satria tersebut diperoleh beberapa tahun yang lalu, pada nilai bukunya dengan harga Rp92.250.000 ketika modal saham PT. Satria sebesar Rp 100.000.000 dan saldo labanya sebesar Rp2.500.000. Pada tanggal 31 Desember 20X3 PT Satria mempunyai obligasi dengan nilai nominal Rp100.000.000, tingkat bunga 10%, yang beredar dengan disagio yang belum diamortisasi sebesar Rp3.000.000. Obligasi ini mempunyai tanggal pembayaran bunga 1 Januari dan 1 Juli, dan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun, pada tanggal 1 Januari 20X9. Metode Ekuitas PT. Satria melaporkan laba bersih sebesar Rp 7.500.000 pada tahun 20X4, dan PT Perkasa menghitung pendapatannya dari PT Satria sebesar Rp 4.590.000 sebagai berikut :
90% dari Rp 7.500.000 pendapatannya yang dilaporkan oleh PT Satria Kurang : Kerugian konstruktif sebesar Rp 3.000.000 x 90% Tambah : Pengakuan atas kerugian konstruktif sebesar Rp 600.000 x 90% Pendapatan investasi dari PT Satria Rp6.750.000 (2.700.000) 540.000 Rp4.590.000

Ayat-ayat jurnal yang dibuat oleh PT Perkasa untuk mempertanggungjawabkan investasinya pada PT Satria selama tahun 20X4 adalah :
31 Desember 20X4 Investasinya pada PT Satria Pendapatan dari PT Satria Rp 6.750.000 Rp 6.750.000

(Untuk mencatat 90% dari pendapatan yang dilaporkan PT Satria untuk tahun 20X4) 31 Desember 20X4 Pendapatan dari PT Satria Investasi pada PT Satria Rp 2.700.000 Rp 2.700.000

(Untuk menyesuaikan pendapatan investasi dari PT Satria terhadap 90% kerugian atas penarikan konstruktif obligasi PT Satria (Ayat jurnal ini dapat dibuat pada tanggal 2 Januari 20X4)
31 Desember 20X4 Investasi pada PT Satria Pendapatan dari PT Satria Rp 540.000 Rp 540.000

(Untuk menyesuaikan pendapatan investasi dari PT Satria terhadap 90% dari Rp600.000, pengakuan bagian-per-bagian dari kerugian konstruktif atas obligasi PT Satria selama tahun 20X4) Metode ekuitas Tidak Lengkap dan Metode Biaya Jika PT Perkasa menggunakan metode ekuitas tidak lengkap atau metode biaya dalam mempertanggungjawabkan investasinya pada PT Satria, maka laporan keuangan terpisah PT Perkasa untuk tahun 20X4 akan mempunyai saldo-saldo yang berbeda jumlahnya dari saldo berdasarkan metode ekuitas:
Metode Ekuitas Laporan Laba Rugi Pendapatan dari PT Satria Laba bersih PT Perkasa Saldo Laba Saldo laba 1 Januari Laba bersih Saldo laba 31 Desember Neraca Investasi pada PT Satria Saldo laba 31 Desember 105.840.000 180.000.000 108.000.000 182.160.000 92.250.000 166.410.000 130.000.000 50.000.000 180.000.000 130.000.000 52.160.000 182.160.000 121.000.000 45.410.000 166.410.000 Rp4.590.000 50.000.000 Rp 6.750.000 52.160.000 Rp 45.410.000 Metode Ekuitas Tdk Lengkap Metode Biaya

Ayat jurnal pada kertas kerja konsolidasi untuk mengkonversi metode ekuitas tidak lengkap menjadi metode ekuitas untuk tahun 20X4 adalah sebagai berikut : Pendapatan dari PT Satria Investasi pada PT Satria Rp 2.160.000 Rp 2.160.000

Karena perbedaan antara metode ekuitas tidak lengkap den metode ekuitas lengkap hanya terletak pada keuntungan konstruktif, maka ayat jurnal konversi hanya

mempengaruhi tahun 20X4. Jumlah ayat jurnal konversi adalah 90% dari kerugian

konstruktif Rp3.000.000 dikurangi dengan Rp600.000.

90% dari pengakuan bertahap kerugian

Jika metode biaya yang digunakan oleh PT. Perkasa, mka ayat jurnal kertas kerja konversi dari metode biaya menjadi ekuitas tahun 2004 adalah : Investasi pada PT. Satria Pendapatan dari PT.Satria Saldo laba 1 januari Rp 13.590.000 Rp 4.590.000 Rp 9.000.000

Jika ayat jurnal koreksi berdasarkan metode ekuitas tidak lengkap atau metode biaya telah dicatat dalam kertas kerja, maka jumlah yang disesuaikan oleh PT.Perkasa akan merefleksikan metode ekuitas sebagai konsolidasi satu baris.

KONSOLIDASI PADA TAHUN SETELAH PEMBELIAN OBLIGASI ANTARPERUSAHAAN BERDASARKAN ASUMSI YANG BERBEDA Bagian ini mengilustrasikan prosedur konsolidasi pada tahun pemberian obligasi antarperusahaan berdasarkan beberapa asumsi akuntansi perusahaan induk yang berbeda. Sebagai contoh, PT Primer memperoleh 80% kepemilikan PT Sekunder pada tanggal 1 Januari 20X4, pada nilai bukunya, dengan harga Rp120.000 ketika ekuitas pemegang saham PT Sekunder terdiri dari saham biasa sebesar Rp100.000.000 dan laba ditahan sebesar Rp50.000.000. Satu-satunya transaksi antar perusahaan antara kedua perusahaan tersebut terjadi pada tanggal 31 Desember 20X4 ketika PT Sekunder membeli 75% dari nilai nominal obligasi yang beredar PT Primer Rp10.000.000 tingkat bunga 10% dengan harga Rp7.000.000. Obligasi ini diterbitkan pada nilai nominal dan jatuh tempo dalam waktu lima tahun, pada tanggal 31 Desember 20X9. Selama tahun 20X4, PT Sekunder melaporkan laba bersih sebesar Rp25.000.000 dan membayar dividen sebesar Rp20.000.000. perbandingan antara pendapatan PT Primer dan PT Sekunder tahun 20X4 dan investasinya pada PT Sekunder pada tanggal 31 Desember 20X4 berdasarkan metode ekuitas, ekuitas tidak lengkap, dan metode biaya adalah sebagai berikut: Metode Metode Ekuitas Ekuitas Tidak Lengkap Rp20.500.000 Rp 20.000.000 124.500.000 124.000.000 Metode Biaya Rp 16.000.000 120.000.000

Pendapatan (dividen) dari PT Sekunder Investasi pada PT Sekunder-80%

Perbedaan sebesar Rp500.000 baik pada pendapatan PT Primer dan investasi pada PT Sekunder berdasarkan metode ekuitas dan metode ekuitas tidak lengkap terjadi karena adanya keuntungan

konstruktif atas pembelian obligasi antar perusahaan sebesar Rp500.000 [(Rp10.000.000x75%)Rp7.000.000]. Karena obligasi-obligasi PT Primer ditarik secara konstruktif, tidak ada bagian dari keuntungan tersebut yang dialokasikan kepada hak minoritas. Pendapatan dividen PT Primer berdasarkan metode biaya berbeda dari pendapatan dari PT Sekunder berdasarkan metode ekuitas tidak lengkap sebesar Rp4.000.000, atau 80% dari Rp5.000.000, pendapatan dari tahun 20X4 yang belum didistribusikan. Berdasarkan metode biaya, investasi PT Primer pada PT Sekunder tetap sebesar Rp120.000.000, yakni harga perolehannya pada 1 januari 20X4. Selama tahun 20X4 PT Sekunder melaporkan laba bersih sebesar Rp30.000.000 dan membayar dividen sebesar Rp20.000.000, dan satu-satunya transaksi antar perusahaan, antara PT Primer dan PT Sekunder, berhubungan dengan bunga sebesar Rp750.000 (nilai nominal Rp10.000.000 x tingkat bunga 10% x kepemilikan PT Sekunder 75%) yang dibayar oleh PT Primer kepada PT Sekunder dan dividen sebesar Rp16.000.000 yang dibayar PT Sekunder kepada PT Primer. Total beban bunga PT Primer untuk tahun 20X4 adalah Rp1.000.000. Pendapatan bunga PT Sekunder adalah Rp850.000, yang terdiri dari bunga nominal sebesar Rp750.000 ditambah dengan amortisasi disagio sebesar Rp100.000. Perubahan pada Akun Investasi PT Primer pada PT Sekunder dari saat akuisisi hingga 31 desember 20X5, dibandingkan berdasarkan akuntansi perusahaan induk metode ekuitas, metode ekuitas tidak lengkap dan metode biaya sebagai berikut :

Metode Ekuitas Saldo investasi 1 Januari 20X4 Pendapatan dari PT Sekunder-20X4 Dividen Saldo investasi 31 Desember 20X4 Pendapatan dari PT Sekunder-20X5: Ekuitas pada pendapatan PT Sekunder Pengkuan bagian-per-bagian keuntungan atas obligasi Dividen Saldo investasi 31 Desember 20X5 Rp120.000.000 20.500.000 (16.000.000) 124.500.000 24.000.000 (100.000) (16.000.000) Rp132.400.000

Metode Ekuitas Metode Biaya Tidak Lengkap Rp120.000.000 Rp120.000.000 20.000.000 (16.000.000) 124.000.000 120.000.000 24.000.000 -

(16.000.000) Rp132.000.000 Rp120.000.000

PT PRIMER DAN PERUSAHAAN ANAK KERTAS KERJA KONSOLIDASI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X5 (DALAM 000)
PT Primer 80% PTSekunder Penyesuaian dan Eliminasi Hak Minoritas Laporan Konsolidasi

Laporan Laba Rugi Penjualan Pendapatan dari PT Sekunder Pendapatan bunga Beban bunga Beban lainnya Pendapatan hak minoritas Laba bersih Laba ditahan Laba ditahan-PT Primer Laba ditahan-PT Sekunder Laba Bersih Dividen Laba Ditahan 31 Desember 20X5 Neraca Investasi pada PT Sekunder

200.000 23.900 1..000* 142.900* 80.000 100.000 80.000 60.000 120.000

99.150 b 23.900 850 a 850 a 750 70.000* 30.000

299.150

250* 212.900* 6.000* 80.000 100.000

55.000 30.000 20.000 65.000

c 55.000 b 16.000 80.000 60.000 120.000


a. 500 b. 7.900 c. 124.000

132.400 Investasi obligasi-PT Primer Aktiva lainnya Hutang obligasi 10% Kewajiban lainnya Modal saham Laba ditahan 367.600 500.000 10.000 170.000 200.000 120.000 500.000 7.100 172.900 180.000 a 7.500 15.000 100.000 65.000 180.000 c100.000

a. 7.100 540.500 540.500 2.500 185.000 200.000 120.000

Hak minoritas, 1 Januari 20X5 Hak minoritas, 31 Desember 20X5


*Dikurangkan

c 31.000

31.000 33.000

33.000 540.500

PT Primer dapat juga mengkonversi akun-akunnya sendiri menjadi metode ekuitas dengan mencatat jurnal ekuivalen sebelum menutup bukunya untuk tahun 20X5. Daftar konversi adalah sebagai berikut:

Laba Ditahan Awal PT Primer Pengaruh tahun-Tahun Sebelumnya 80% dari Rp5.000.000; pendapatan yang belum didistribusikan dari tahun 20X4 Keuntungan konstruktif 20X4 Pengaruh Tahun Sekarang Klasifikasi kembali pendapatan dividen karena penurunan investasi 80% dari Rp30.000.000 laba bersih PT Sekunder Pengakuan bagian-per-bagian keuntungan (Rp500.000/5 tahun, atau Rp850.000 pendapatan bunga Rp750.000 beban bunga) Jumlah ayat jurnal konversi

Investasi pada PT Sekunder

Pendapatan dari PT Sekunder

Pendapatan Dividen

Rp 4.000.000 500.000

Rp 4.000.000 500.000

(16.000.000) 24.000.000 24.000.000

(16.000.000)

(100.000) Rp 4.500.000 Rp12.400.000

(100.000) Rp23.900.000 Rp16.000.000

Pendekatan Tradisional Laporan keuangan PT Primer dan PT Sekunder dapat dikonsolidasikan tanpa konversi awal menjadi ekuitas. Jika PT Primer

mempertanggungjawabkan investasinya pada PT Sekunder menggunakan metode ekuitas tidak lengkap, maka laporan-laporan keuangan tersebut dapat dikonsolidasikan menggunakan seperangkat ayat-ayat jurnal kertas kerja berikut ini: a. Hutang obligasi-10% Investasi obligasi-PT Primer Laba ditahan-PT Primer 1 Januari
Laba Ditahan PT Primer awal periode untuk keuntungan konstruktif)

Rp7.500.000 Rp7.100.000 Rp 400.000

(untuk mengeliminasi jumlah investasi obligasi dan kewajiban obligasi antar perusahaan, dan memperbaiki

b. Pendapatan bunga Beban bunga Laba ditahan


bagian untuk keuntungan konstruktif)

Rp850.000 Rp750.000 Rp100.000

(untuk mengeliminasi pendapatan dan beban bunga antar perusahaan dan menyesuaikan pengakuan bagian-per-

c. Pendapatan dari PT Sekunder Dividen Investasi pada PT Sekunder

Rp24.000.000 Rp16.000.000 Rp 8.000.000

(untuk mengeliminasi pendapatan investasi (seperti yang dicatat oleh PT Primer) dan 80% dari dividen PT Sekunder, dan mengembalikan akun investasi menjadi saldo awal periodenya)

d. Laba ditahan-PT Sekunder

Rp 55.000.000

Modal saham-PT Sekunder Investasi pada PT Sekunder Hak minoritas 1 Januari

Rp100.000.000 Rp124.000.000 Rp 31.000.000

(untuk mengeliminasi jumlah resiprokal investasi dan ekuitas, dan mencatat hak minoritas awal periode)

Anda mungkin juga menyukai