Anda di halaman 1dari 17

BAB IV PERCOBAAN 4 WATTMETER

4.1. Tujuan 1. 2. 3. 4.2. Mengenal dan mengetahui penggunaan wattmeter serta fungsinya Memahami cara kerja wattmeter Memahami pengukuran daya menggunakan wattmeter Dasar Teori Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam satuan watt dimana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter. Dalam pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk yang ada pada manual book atau tabel yang tertera pada wattmeter. Demikian juga dalam hal pembacaannya harus mengacu pada manual book yang ada. Pengukuran daya listrik secara langsung adalah dengan menggunakan wattmeter, ada beberapa jenis wattmeter, antara lain wattmeter elektrodinamik, wattmeter induksi, wattmeter elektrostatik dan sebagainya. Yang paling banyak digunakan adalah wattmeter elektrodinamik, karena sesuai dengan karakteristiknya.

4.2.1 Wattmeter eletrodinamik atau elektrodinamometer wattmeter Instrumen ini cukup familiar dalam desain dan konstruksi elektrodinamometer tipe ammeter dan voltmeter analog. Kedua koilnya dihubungkan dengan sirkuit yang berbeda dalam pengukuran power. Koil yang tetap atau field coil dihubungkan secara seri dengan rangkaian, koil bergerak dihubungkan paralel dengan tegangan dan membawa arus yang proporsional dengan tegangan. Sebuah tahanan non-induktif dihubungkan secara seri dengan koil bergerak supaya dapat membatasi arus menuju nilai yang kecil. Karena koil bergerak membawa arus proposional dengan tegangan maka disebut pressure coil atau voltage coil dari wattmeter.

Error pada wattmeter 1. Error pada akibat hubungan berbeda. 2. Error akibat induktansi kumparan tegangan. 3. Error akibat kapasistansi pada rangkain kumparan tegangan. 4. Error karena medan liar. 5. Error karena arus Eddy . 4.2.2 Wattmeter Induksi Prinsip kerja wattmeter induksi sama dengan prinsip kerja amperemeter dan voltmeter induksi. Perbedaan dengan wattmeter jenis dinamometer adalah wattmeter induksi hanya dapat dipakai dengan suplai listrik bolak balik sedangkan wattmeter jenis dinamometer dapat dipakai baik dengan suplai listrik bolak balik atau searah. Kelebihan dan keterbatasan wattmeter induksi yaitu wattmeter induksi mempunyai skala lebar, bebas pengaruh medan liar, serta mempunyai peredaman bagus. Selain itu, alat ukur ini juga bebas dari error akibat frekuensi. Kelemahannya adalah timbulnya error yang kadang-kadang serius yang diakibatkan oleh pengaruh suhu sebab suhu ini berpengaruh pada tahanan lintasan arus eddy. Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat ukur wattmeter. Didalam instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan kumparan tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan tersebut berbanding lurus dari hasil perkalian arus dan tegangan. Daya listrik dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok sesuai dengan catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC. Daya listrik DC dirumuskan sebagai P = V.I Dimana : P = daya (Watt) V = tegangan (Volt) I = arus (Ampere)

Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu phase dan daya untuk tiga phase. Pada sistem satu phase dirumuskan sebagai berikut P = V.I. cos f Dimana: V I = tegangan kerja (Volt) = arus yang mengalir ke beban (Ampere)

cos f = faktor daya Pada sistem tiga phase dirumuskan sebagai P = 3 V.I cos f Dimana : V I = tegangan phase netral (Volt) = arus yang mengalir ke beban (Ampere)

cos f = faktor daya

4.2.3 Pengukuran daya satu fasa dengan menggunakan wattmeter. Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya dia dapat dipakai untuk menunjukkan daya searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk setiap bentuk gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus saja. Elektrodinamometer yang digunakan sebagai voltmeter atau kumparankumparan yang diam dihubungkan seri dengan tahanan penbatas arus dan membawa arus kecil (IP). Arus sesaat didalam kumparan yang berputar adalah IP = e/RP dimana e adalah tegangan sesaat pada jala-jala dan RP adalah tahanan total, kumparan berputar beserta tahanan serinya.

Defleksi kumparan putar sebanding dengan perkalian IC dan IP dan untuk defleksi rata-rata selama satu perioda dapat dituliskan :

rata-rata = K.IC IP dt dimana: rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan K IC IP = konstanta instrumen = arus seasaat dalam kumparan medan = arus sesaat di dalam kumparan-kumparan potensial Dengan menganggap sementara IC sama dengan arus beban I (secara aktual IC = IP + I) dan menggunakan nilai IP = e/RP kita bisa dapatkan : rata-rata = K.I.e/RP dt = K.1/T.eI dt (*) Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah : Prata-rata = eI dt Jika dan I adalah besaran sinus dengan bentuk e = Em sin wt dan I = Im sin (wt +

) maka persamaan (*) berubah menjadi : rata-rata = K. EI cos dimana E dan I menyatakan nilai-nilai rms tegangan dan arus fasa antara tegangan dan arus. Wattmeter elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk menyatakan sudut

mempertahankan medan magnetnya, tetapi ini biasanya begitu kecil dibandingkan daya beban sehingga dapat diabaikan, Jika diperlukan pembacaan daya yang tepat, kumparan arus harus persis membawa arus beban, dan kumparan potensial harus dihubungkan diantara terminal beban. Dengan menghubungkan kumparan potensial ke titik A, tegangan beban terukur dengan tepat. Tetapi arus yang melalui kumparankumparan medan lebih besar sebanyak IP. Berarti wattneter membaca lebih tinggi

sebesar kehilangan daya daya tambahan didalam rangkaian potensial. Tetapi, jika rangkaian potensial dihubungkan ke titik B, kumparan medan mencatat arus yang tepat, tetapi tegangan pada kumparan potensial akan lebih besar sebanyak penurunan tegangan pada kumparan-kumparan medan. Juga wattmeter akan mencatat lebih tinggi, tetapi dengan kehilangan sebesar I.R di dalam kumparan medan. Cara penyambungan yang tepat tergantung pada situasi. Umumnya, sambungan kumparan potensial pada titik A lebih diinginkan untuk beban-beban arus tinggi, tegangan rendah, sedang sambungan kumparan potensial pada titik B lebih diinginkan untuk beban-beban arus rendah, dan tegangan tinggi. Kesulitan dalam menempatkan sambungan kumparan potensi diatasi dengan wattmeter yang terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan, masingmasing mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu kumparan menggunakan kawat besaran yang membawa arus beban ditambah arus untuk kumparan potensial. Gulungan lain menggunakan kawat kecil (tipis) dan hanya membawa arus ke kumparan tegangan. Tetapi arus ini berlawanan dengan arus didalam gulungan besar, menyebabkan fluks yang berlawanan dengan fluks utama. Berarti efek I dihilangkan dan wattmeter menunjukkan daya yang sesuai. Pengukuran daya tiga fasa dengan menggunakan wattmeter. Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak memerlukan pemakaian dua atau lebih wattmeter. Kemudian daya nyata total diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan masing-masing wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa daya nyata dapat diukur dengan mengurangi satu elemen wattmeter dan sejumlah kawat-kawat dalam setiap fasa banyak, dengan persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat common terhadap semua rangkaian potensial. Sambungan dua wattmeter untuk pengukuran konsumsi daya oleh sebuah beban tiga fasa yang setimbang yang dihubungkan secara delta. Kumparan arus wattmeter I dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan tegangan dihubungkan antara (jala-jala line) A dan C. Kumparan arus wattmeter 2 dihubungkan dalam antaran B , dan kumparan tegangannya antara antaran B dan C.

Daya total yang dipakai oleh beban setimbang tiga fasa sama dengan penjumlahan aljabar dari kedua pembacaan wattmeter. Diagram fasor menunjukkan tegangan tiga fasa VAC, VCB,VBA dan arus tiga fasa IAC, ICB dan IBA. Beban yang dihubungkan secara delta dan dihubungkan secara induktif dan arus fasa ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut . Kumparan arus wattmeter I membawa arus antara IAA yang merupakan penjumlahan vector dan arus-arus fasa IAC dan IAB. Kumparan potensial wattmeter 1 dihubungkan ke tegangan antara VAC. Dengan cara sama kumparan arus wattmeter 2 membawa arus antara IBB yang merupakan penjumlahan vector dari arus-arus fasa IBA dan IBC, sedang tegangan pada kumparan potensialnya adalah tegangan antara VBC. Karena beban adalah setimbang, tegangan fasa dan arus-arus fasa sama besarnya dan dituliskan : VAC = VBC = V dan IAC = ICB =IBA = I Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan masing-masing wattmeter adalah: W1 = VAC.IAA Cos (30- ) = V.I Cos (30- ) W2 = VBC.IBB Cos (30+ ) = V.I Cos (30+ ) Dan W1+W2 = V.I Cos (30- ) + VI Cos (30+ ) = V.I Cos 30Cos +Sin0Sin +Cos30Cos .Sin30sin ) = 3 V.I Cos Persamaan merupakan pernyataan daya total dalam sebuah rangkaian tiga fasa, dan karena itu kedua wattmeter pada gambar secara tepat mengukur daya total tersebut. Dapat ditunjukkan bahwa penjumlahan aljabar dari pembacaan kedua wattmeter akan memberikan nilai daya yang benar untuk setiap kondisi yang tidak setimbang, factor daya atau bentuk gelombang. Jika kawat netral dari system tiga fasa juga tersedia seperti halnya pada beban yang tersambung dalam hubungan bintang 4 kawat, sesuai dengan teorema Blondel, diperlukan tiga wattmeter untuk melakukan daya nyata total.

Daya reaktif yang disuplai ke sebuah rangkaian arus bolak-balik sebagai satuan yang disebut VAR (Volt-Ampere-Reaktif), karena itu memberikan perbedaan antara daya nyata dan daya oleh komponen reaktif. Merupakan dua fasor E dan I yang menyatakan tegangan dan arus pada sudut fasa . Daya nyata adalah perkalian komponen-komponen sefasa dari tegangan dan arus (E.I cos ), sedang daya reaktif adalah perkalian komponen-komponen reaktif yaitu E.I sin atau EI cos ( -90). Jika

tegangan bergeser sebesar 90 dari nilai sebenarnya, komponen sefasa yang bergeser akan menjadi E cos ( -90) sehingga perkalian komponen-komponen sefasa menjadi E.I cos ( -90), yang mana adalah daya reaktif. Setiap wattmeter biasa bersama-dama dengan sebuah jaringan penggeser fasa yang sesuai dapat digunakan untuk mengukur daya reaktif. Dalam sebuah rangkaian satu fasa, pergeseran fasa 90 dapat dihasilkan oleh komponen R, L dan C yang berimbang. Namun pemakaian umum dari pengukuran VAR ditemukan dalam sistem tiga fasa dimana pergeseran fasa yang diinginkan dilakukan dengan menggunakan dua autotransformator yang dihubungkan dalam konfigurasi delta terbuka. Seperti biasanya kumparan-kumparan arus dari wattmeter dihubungkan seri dengan jala-jala. Kumparan-kumparan potensial dihubungkan ke kedua autotransformator dalam cara yangditunjukkan pada gambar. Antara fasa B dihubungkan ke terminal bersama kedua common kedua transformator dan fasa antara fasa A dan C dihubungkan ke percabangan (tap) 100% kedua transformator tersebut. Kedua transformator akan menghasilkan 115,4% tegangan antara pada gulungan total. Kumparan potensial wattmeter 1 dihubungkan dari percabangan (tap) 57,7% transformator 1 ke pencabangan 115,4% transformator 2 menghasilkan tegangan yang sama dengan teegangan antara tetapi bergeser sebesar 90 ini ditunukan dalam diagram fasor kumparan tegangan wattmeter 2 dihubungkan dengan cara yang serupa. Karena sekarang kedua kumparan tegangan menerima gaya gerak listrik (ggl) yang sama dengan tegangan antaran tetapi bergeser sejauh 90. Kedua wattmeter akan membaca daya reaktif yang dipakai oleh beban penjumlahan aljabar dan pembacaan kedua wattmeter menyatakan daya reaktif total yang

disalurkan ke beban. Dalam sebuah paket instrumen tunggal, gabungan wattmeter dan transfomator penggeser fasa disebut VAR meter.

4.3.

Alat dan Bahan 1. Digital Multi Power Meter 2. Tiga buah lampu 100 watt 3. Sumber tegangan

4.4.

Gambar Rangkaian

SOURCE AC 1 PHASE

LOAD

P1

P2

P3

P4

power supplay

DIGITAL MULTI POWER METER

Gambar 4.1 Rangkaian Wattmeter

I1

I2

I3

Gambar 4.2 Rangkaian beban

4.5.

Langkah Percobaan 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Merangkai rangkaian sesuai gambar rangkaian 3. Mengukur daya, tegangan dan arus dengan menggunakan wattmeter. 4. Membuat kesimpulan

4.6.

Data Percobaan

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Menggunakan Wattmeter Beban (Watt) 40 60 100 40+60 60+100 40+100 40+60+100 Tegangan (Volt) 217 217 217 217 217 216 215 Arus (Ampere) 0,16 0,25 0,42 0,42 0,68 0,59 0,85 Daya (Watt) 37 55 92 92 150 131 184

4.7.

Analisa dan Pembahasan

4.7.1. Pengolahan data Rumus: P = V.I cos Data 1 dengan jumlah lampu yang menyala 1 dengan beban 40 Watt P1 = V1.I1 cos = 217Volt. 0,16 Ampere. 1 = 34,72 Watt Data 2 dengan jumlah lampu yang menyala 1 dengan beban 60 Watt P2 = V2.I2 cos = 217 Volt. 0,25 Ampere. 1 = 54,25 Watt Data 3 dengan jumlah lampu yang menyala 1 dengan beban 100 Watt P3 = V3.I3 cos = 217 Volt. 0,42 Ampere. 1 = 91,14 Watt Data 4 dengan jumlah lampu yang menyala 2 dengan beban 40 Watt + 60 Watt P4 = V4.I4 cos = 217 Volt. 0,42 Ampere. 1 = 91,14 Watt Data 5 dengan jumlah lampu yang menyala 2 dengan beban 60 Watt + 100 Watt P5 = V5.I5 cos = 217 Volt. 0,68 Ampere. 1 = 147,56 Watt Data 6 dengan jumlah lampu yang menyala 2 dengan beban 40 Watt +100 Watt P6 = V6.I6 cos = 216 Volt. 0,59 Ampere. 1 = 127,44 Watt

Data 7 dengan jumlah lampu yang menyala 3 dengan beban 40 Watt + 60 Watt + 100 Watt P7 = V7.I7 cos = 215 Volt. 0,85 Ampere. 1 = 128,75 Watt 4.7.2. Analisa Wattmeter pada prinsip dasarnya, besarnya nilai daya didapat yaitu dari hasil perkalian antara nilai tegangan dengan nilai arus yang terhitung. Untuk menampilkan nilai daya yang didapat secara digital, maka dibuat aplikasi sederhana yaitu wattmeter digital, dimana pada dasarnya menggunakan rumus dasar dari daya untuk menyusun programnya agar bisa ditampilkan di LCD. Untuk membuat aplikasi wattmeter ini, cukup dengan menggabungkan dua aplikasi yang pernah dibuat, yaitu voltmeter dan amperemeter digital. Dari kedua aplikasi tersebut, akan didapatkan sebuah aplikasi wattmeter. Setelah didapatkan data pengukuran dan data perhitungan, kemudian dibandingkan, hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Pengukuran Daya dengan Perhitungan Daya Ppengukuran (watt) 37 55 92 92 150 131 185 Pperhitungan(watt) 34,72 54,25 91,14 91,14 147,56 127,44 128,75

Dari tabel perbandingan hasil pengukuran dan perhitungan daya dapat diketahui bahwa adanya perbedaan hasil. Perbedaan tersebut menyebabkan adanya kesalahan (error). Kesalahan (error) pada pengukuran daya (P) :

Data 1 dengan jumlah lampu yang menyala 1 dengan beban 40 Watt                 

Data 2 dengan jumlah lampu yang menyala1 dengan beban 60 Watt                

Data 3 dengan jumlah lampu yang menyala 1 dengan beban 100 Watt                

Data 4 dengan jumlah lampu yang menyala 2 dengan beban 40 Watt + 60 Watt               

Data 5 dengan jumlah lampu yang menyala 2 dengan beban 60 Watt + 100 Watt

           

   

Data 6 dengan jumlah lampu yang menyala 2 dengan beban 40 Watt + 100 Watt                

Data7 dengan jumlah lampu yang menyala 3 dengan beban 40 Watt + 60 Watt + 100 Watt                

4.7.3. Pembahasan Dalam mengukur tegangan, arus maupun daya menggunakan alat ukur memungkinkan terjadi kesalahan pengukuran (error). Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya kesalahan pengukuran diantaranya kesalahan umum (gross errors). Kesalahan ini semata-mata disebabkan oleh manusia antara lain meliputi, kesalahan pembacaan, kesalahan pencatatan dan penafsiran pembacaan,

ketidaktepatan penyetelan posisi nol dari jarum, kesalahan penempatan saklar pilih dan kesalahan dari hubungan atau pemasangan alat-ukur yang tidak baik. Ada pula yang disebut kesalahan yang tak disengaja (random errors atau residual errors). Kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab-penyebab yang tidak disadari atau tidak langsung diketahui. Perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak seperti perubahan kuantitas yang diukur dan perubahan kondisi sekitar. Kesalahan ini biasanya hanya kecil tapi menjadi penting pada kegiatan pengukuran yang memerlukan ketelitian. Kesalahan pada Wattmeter satu fasa antara lain adalah disebabkan oleh sifat induktif kumparan tegangan. Hal ini menyebabkan arus yang mengalir pada kumparan tegangan tidak sefasa dengan tegangan yang diukur.

4.8. 1.

Kesimpulan Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam satuan watt dimana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter.

2.

Wattmeter ada beberapa jenis antara lain wattmeter elektrodinamik, wattmeter induksi, dan wattmeter elektrostatik.

3.

Kesalahan pengukuran (error) pada wattmeter disebabkan oleh adanya asumsi bahwa cos sama dengan 1. Selain itu kesalahan pembacaan yang terdapat

pada CT dan PT.

DAFTAR PUSTAKA

Sahat Pakpahan. 1985. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Jakarta: Erlangga Soedjana Sapiie. 2000. Pengukuran Dan Alat-Alat Ukur Listrik. Jakarta: PT Pradnya Paramita Anomim.http://72.14.235.132/search?q=cache:_2oUTY9zevYJ:202.90.195.156/kapal /listrik_kapal/mengoperasikan_watt_meter.pdf+prinsip+kerja+wattmeter&cd= 7&hl=id&ct=clnk&gl=id Anonim.http://www.scribd.com/doc/4172562/alat-ukur-dan-teknik-pengukuran Anonim.http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.or g/wiki/Wattmeter&ei=9QwMSranNKb06gPm8IT9Bw&sa=X&oi=translate&r esnum=1&ct=result&prev=/search%3Fq%3Dwattmeter%26hl%3Did%26sa% 3D Anonim. http://www.ilmuku.com/mod/wiki/view.php?id=1834&page=wattmeter

Anda mungkin juga menyukai