Anda di halaman 1dari 11

PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL KAITANNYA DENGAN PENILAIAN PEMBELAJARAN BIOLOGI

Zeni Qurotu Ayuni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145.Telp/Fax.(0343)562180 E-mail :zeniqurotu@yahoo.com

Abstrak Pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang berutujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan terhadap kompetensi tertentu. Pembelajaran tuntas merupakan pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntatasan secara individual. pembelajaran yang dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Berdasarkan tujuan mata pelajaran biologi tersebut, pembelajaran biologi hendaknya menekankan pada pengembangan kompetensi menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Pembelajaran biologi merupakan pembelajaran yang menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung kepada peserta didik untuk memahami konsep dan proses sains. Pemberian pengalaman langsung dilakukan dengan mengembangkan keterampilan proses sains. Penilaian pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk landasan pengambilan keputusan tentang peserta didik baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Pembelajaran remedial adalah suatu bentuk pembelajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau pembelajaran yang membuat baik. Keywords: pembelajaran tuntas, pembelajaran biologi, penilaian, pembelajaran remedial

A. Pendahuluan Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan sekolah sebagai lembaga formal yang dituntut untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran secara optimal dalam semua mata pelajaran. Pembelajaran yang optimal berdampak pada pemilihan materi, metode dan media pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam menanggapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan proses pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif untuk memberikan pengalaman belajar sehingga dapat mengantarkan peserta didik untuk memahami konsep. Pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang berutujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan terhadap kompetensi tertentu. Pembelajaran tuntas merupakan pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntatasan secara individual. Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran yang dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.

Pembelajaran IPA (Biologi) berperan dalam mengembangkan keterampilan proses sains peserta didik. Hal ini berakaitan dengan hakikat pembelajarn IPA itu sendiri yang merupakan proses perolehan dan pemahaman fakta serta prinsip. Konsep-konsep dalam pembelajaran IPA (biologi) yang abstrak akan menyulitkan pemahaman peserta didik dalam kegiatan pembelajaran jika hanya disampaikan secara verbal tanpa adanya pengalaman langsung yang dialami oleh peserta didik. Penerapan pembelajaran IPA (biologi) di sekolah masih menekankan penyampaian informasi secara verbal yang berlangsung terusmenerus sehingga menyebabkan tidak semua konsep dan prinsip yang terdapat dalam gejalagejala alam dapat dipahami oleh peserta didik dengan baik. Hal ini berkaitan dengan pengalaman belajar peserta didik yang kurang dimana peserta didik hanya menerima informasi dari guru dan buku pelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran. Peserta didik akan cenderung merasa kesulitan untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep dan prinsipprinsip yang telah mereka pelajari akibat kegiatan pembelajaran yang berlangsung kurang memberikan pengalaman secara nyata bagi peserta didik. Kesulitan pemahaman dan penguasaan konsep akan berakibat pada menurunnya hasil belajar peserta didik.

Pengukuran penguasaan kompetensi perlu dikembangkan suatu penilaian yang mencakup seluruh kompetensi dasar dnegan menggunakan indikator yang telah ditetapkan oleh pendidik. Penilaian terhadap hasil pembelajaran menggunakan sistem penilaian berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang yang telah dikuasai dan belum dikuasai serta mngetahui kesulitan belajar peserta didik. Apabila peserta didik belum menguasai suatu kompetensi dasar yang telah dikuasai dan belum dikuasai serta mengetahui kesulitan belajar peserta didik. Apabila peserta didik belum menguasi seluruh indikator suatu kompetensi dasar harus mengikuti proses pembelajaran ulang (remedial) kemudian dilakukan penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi. Sedangkan peserta didik yang telah menguasai kompetensi dasar diberikan pengayaan. Proses pembelajaran di kelas di awali dengan merancang kegiatan pembelajaran. Salah satu aspek yang harus ada salam perencanaan tersebut adalah tujuan pengajaran sebagai target yang diharapkan dari proses belajar mengajar dan bagaimana tujuan dan proses belajar mengajar tersebut dapat dicapain dengan efektif. Berdasarkan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan kemudian telah dilaksanakan selalu memunculkan kegiatan yang bertujuan untuk mengukur penguasaan materi yang telah disampaikan dan proses belajar mengajar di kelas secara efektif dan efisien. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah penilaian pembelajaran. Penilaian diperlukan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk yang dapat digunakan sebagai dasaar pengambilan keputuas tentang peserta didik baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Keputusan tentang peserta didik ini termasuk bagaimana guru mengelola pembeljaran di kelas, bagaimana guru menempatkan peserta didik pada program-program pembelajaran yang berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk peserta didik yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan saran untuk studi lanjut. Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah termasuk pengambilan keputusan tentang efektifitas program dan langkahlangkah untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik dengan pengajaran remedi (remedial teaching). Pada proses pembelajaran proses penilaian atau penilaian sering menitik beratkan melalui segi kognitif saja, sedangkan faktor non-kognitif kurang diperhatikan. Penilaian hasil belajar hanya diperoleh melalui tes sedangkan penilaian bagaimana perilaku peserta didik dalam mengikuti pelajaran belum pernah dilakukan secara seksama karena dianggap pemborosan waktu dan tenaga, serta banyaknya target kurikulum yang harus diselesaikan dalam batas waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam pelayanan proses pembelajaran yang terkait dengan kondisi peserta didik (Poerwanti, 2012). Jika semua acuan yang digunakan berdasarkan penilaian hasil belajar berupa segi kognitif maka tindakan lanjut yang akan diambil oleh seorang guru kepada peserta didik sebatas membantu dalam hal kesulitan memahami materi sehingga dapat menjawab soal-soal tes yang diberikan dan akhirnya akan mendapatkan nilai yang telah ditetapkan. Padahal dalam proses belajar mengajar seorang guru tidak dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran hanya dengan segi kognitifnya saja, tetapi juga harus dari segi afektif dan psikomotorik. Pada proses pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang merupakan satu kesatuan yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. masing-masing komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling bergantung sehingga ketiga komponen harus senantiasa sesuai satu sama lainnya. Komponen pertama yaitu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan pedoman kemana arah pembelajaran itu akan dibawa oleh guru. Di dalam tujuan pembelajaran tersurat kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada akhir pembelajaran. Tujuan juga tercermin target kurikulum yang harus dicapai dalam pembelajaran. Komponen kedua, yaitu proses pembelajaran. Dalam komponen ini tersurat pemilihan startegi, alat, bahan, sumber belajar dan penerapannya dalam kelas untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Komponen ketiga yaitu evaluasi. Evaluasi ini untuk mengukur apakah tujuan yang telah dirumuskan dan diajarkan melalui pembelajaran sudah tercapai atau belum. Dengan demikian evaluasi merupakan alat ketercapaian tujuan. Komponen

evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan karena mencerminkan perkembangan atau kemajuan pendidikan dari satu waktu ke waktu yang lain. Perkembangan atau kemajuan pendidikan ini mencerminkan juga mutu pendidikan. Oleh karena itu guru harus menguasai bagaimana cara-cara memperoleh data pengukuran yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan (Herliani, 2009). Kegiatan evaluasi hasil belajar terdiri dari kegiatan pengukuran dan penilaian. Penilaian didahului oleh pengukuran, dan pengukuran tidak berarti apa-apa jika tidak ditindak lanjuti dengan penilaian. Untuk dapat melakukan penilaian yang tepat hendaknya didasari hasil pengukuran yang tepat pula. Kegiatan pengukuran memerlukan alat ukur dalam hal ini adalah tes hasil belajar. hasil evaluasi belajar yang diperoleh ini dapat dipakai sekolah untuk melihat sejauh mana kondisi belajar yang diciptakannya terlaksana dengan baik, tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tujuan pembelajaran yang dietrima peserta didik, sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Penilaian terhadap pembelajaran IPA di kelas dapat dilaksanakan dengan baik apabila setiap pihak yang peduli terhadap kualitas sekolah dan peserta didik di negeri ini harus berjuang bersama-sama untuk mengembangkan kemampuan menilai. Kemampuan menilai adalah kuncinya. Orang yang mampu melakukan penilaian adalah mereka yang memahami prinsip dasar penilaian. Pemahaman akan bermakna penilaian yang baik saja tidak cukup, tetapi juga harus memahami bagaimana penilaian menghubungkan kualitas pembelajaran dengan upaya untuk mempertahankan alternatif penilaian yang seimbang (Rustaman, 2004). Menurut Burton (1952) peserta didik yang dalam batas waktu tertentu tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu Seperti yang telah ditetapkan oleh guru dikatakan gagal mencapai tujuan pembelajaran dan dapat diduga mengalami kesulitan belajar. Untuk peserta didik yang gagal mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan atau mengalami kesulitan belajar haruslah mendapatkan tindakan supaya peserta didik yang gagal tersebut dapat mencapai

keberhasilan pembelajaran, dan salah satu tindakan yang mungkin dilakukan yaitu melalui remedial kalau masalahnya pada aspek kognitif (Makmun, 2004). Bentuk remedial yang dilakukan banyak sekali jenisnya, diantaranya remedial tes, dengan pemberian tugas pekerjaan rumah, dan pengajaran remedial. Program remedial merupakan suatu rancangan pembelajaran ulang yang dikarenakan bagi peserta didik yang gagal menguasai kompetensi dasar yang ditargetkan. Sebagai suatu rancangan pembelajaran, maka diperlukan adanya pemikiran apakah program itu akan dikenakan secara klasikal atau hanya dikenakan pada sebagai peserta didik yang mengalami kegagalan. Secara teoritik program remedial klasikal seharusnya alangkah kecil peluangnya untuk terjadi apabila guru dalam menyusun RPP sudah memperhatikan dan mempertimbangkan strategi yang akan digunakan, demikian pula dalam merancang pengalaman yang harus dialami oleh peserta didik selama berlangsungnya proses pembelajaran guru sudah terlebih dahulu memilih media dan sumebr belajar yang diharapkan dapat untuk mendukung pencapain target agar peserta didik menguasai KD yang bersangkutan (Subali, 2010). Sementara program remedial bagi sebagian kecil atau beberapa peserta didik berpeluang terjadi mengingat faktor aktualisasi pembelajaran bukan sekedar ditentukan oleh faktor guru. Terlebih dari faktor peserta didik banyak yang mengalami kegagalan akibat mereka tidak berada pada lingkungan yang kondusif untuk belajar. lingkungan itu dapat berasal dari lingkungan informal di rumah juga faktor non-fomral akibat peserta didik banyak berinterkasi dengan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan tuags utamanya sebagai pelajar (Subali, 2010). A. Pembelajaran Biologi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kurikulum tingkat satuan pendidikan menjelaskan bahwa Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inkuiri) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah menengah

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar. Mata pelajaran biologi sebagai salah satu cabang IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut, antara lain: (1) membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; (2) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain; (3) mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji melalui percobaan, serta mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; (4) mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi; (5) mengembangkan penguasaan konsep dan hipotesis prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri; (6) meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan; (7) membekali pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap lingkungan alam dan sekitarnya; (8) menerapkan pengetahuan dan keterampilan menganalisis lingkungan dan alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari; (9) mengembangkan pemahaman dan kemampuan untuk menunjang kompetensi produktif (BSNP, 2006). Berdasarkan tujuan mata pelajaran biologi tersebut, pembelajaran biologi hendaknya menekankan pada pengembangan kompetensi menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh peserta didik untuk pembelajaran bermakna mengenai alam sekitar dengan menerapkan metode ilmiah dalam pembelajaran biologi adalah melaksanakan kegiatan praktikum. Pembelajaran biologi diarahkan pada inkuiri sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih bermakna tentang alam sekitar. Pembelajaran biologi merupakan pembelajaran yang menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung kepada peserta didik untuk memahami konsep dan proses sains. Pemberian pengalaman langsung dilakukan dengan mengembangkan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains dalam kegiatan belajar mengajar dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan. Pembelajaran biologi memerlukan penerapan metode ilmiah sehingga peserta didik akan memiliki sikap ilmiah dalam bidang biologi. Pengembangan pembelajaran biologi seharusnya bukan hanya pada kumpulan fakta dan konsep, melainkan kumpulan proses sains dan nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Peserta didik diarahkan untuk terbiasa membangun pengetahuannya melalui suatu proses sehingga menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep. B. Konsep Dasar Penilaian Pembelajaran Penilaian pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk landasan pengambilan keputusan tentang peserta didik baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Penilaian pembelajaran berkaitan kompetensi sehingga berhubungan juga dengan bagaimana cara guru untuk mengumpulkan semua informasi untuk memabntu peserta didik dalam mencapai target pembelajaran, sehingga teknik-teknik penilaian yang digunakan baik bersifat formal maupun non-formal dengan mengamati perilaku peserta didik, unjuk kerja peserta didik dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di laboratorium maupun keaktifan diskusi selama proses pembelajaran. Semua informasi tersebut dianalisis sebagai laporan kemajuan peserta didik. Pada pelaksanaanya penilaian memerlukan kegiatan pengukuran. Pengukuran dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Angka yang diberikan belum dapat memberikan makna kualitas dari suatu kondisi hasil dan proses belajar peserta didik. Angka tersebut akan bermakna jika sudah

dibandingkan dengan kriteria atau patokan tertentu. Secara umum pengukuran dalam proses pembelajaran dilakukan dengan pemberian tes. Tes merupakan seperangkat tugas yang harus diekrjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Ketepatan prosedur dan kualitas alat ukur menentukan kualitas informasi yang diperoleh. Oleh karena itu perlu berhati-hati dalam menentukan, memilih, dan mneyusun alat ukur yang akan digunakan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan. Kegiatan tindak lanjut dari pengukuran yaitu evaluasi. Evaluasi merupakan proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. kriteria dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan atau batas keberhasilan, dapat pula juga berupa rata-rata hasil kerja kelompok. Selain itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatifalternatif keputusan (Purwanto, 2002). Dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi, pengukuran, dan tes sering dilakukan secara simultan. Waktu melaksanakan penilaian guru pasti sudah menciptakan alat ukur berupa tes maupun non-tes seperti soal ujian, observasi proses pembelajaran dan sebagainya. Melakukan pengukuran yaitu mengukur atau memberi angka terhadap proses pembelajaran ataupun pekerjaan peserta didik sebagai hasil belajar yang merupakan cerminan tingkat penguasaan terhadap materi yang dipersyaratkan kemudian membandingkan angka tersebut dengan kriteria tertentu berupa batas penguasaan minimum ataupun berupa kemampuan umum kelompok sehingga munculah nilai yang mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Hasilnya diambil keputusan oleh guru tentang kualitas proses dan hasil belajar. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa penilaian pembelajaran bermanfaat untuk (1) memberi penjelasan secara lengkap tentang target pembelajaran yang telah dijelaskan, informasi yang dibutuhkan tentang pengetahuan, keterampilan,

dan performa peserta didik. Pengetahuan, keterampilan dan performas peserta didik dibutuhkan dalam pembelajaran dengan target atau hasil pembelajaran; (2) memilih teknik penilaian untuk kebutuhan masing-masing peserta didik, bila mungkin guru dapat menggunakan beberapa indikator keberhasilan untuk setiap target pembelajaran dan masingmasing target pembelajaran memerlukan pemilihan teknik penilaian yang berbeda; (3) memilih teknik penilaian untuk setiap target pembelajaran, pemilihan teknik penilaian harus didasarkan pada kebutuhan praktis di lapangan dan efesiensi. Teknik penilaian harus dapat mengungkap kemampuan khusus serta untuk mengembangkan kemampuan peserta didik sehingga ketika memilih teknik penilaian harus pula dipertimbangkan manfaatnya untuk umpan balik bagi peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut maka untuk memperoleh hasil penilaian yang maksimal yang dapat menggambarkan proses dan hasil yang sesungguhnya penilaian harus dilakukan sepanjang kegiatn pembelajaran yang ditujukan untuk memotivasi dan mengembangkan kegiatan belajar anak, kemampuan mengajar guru dan untuk kepentingan penyempurnaan program pengajaran. Selain itu terkait dengan evaluasi penilaian pada dasarnya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan sehingga penilaian merupakan sarana yang digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah peserta didik telah mencapai hasil belajar yang diharapkan serta untuk mengetahui apakah proses pembelajaran telah sesuai dengan tujuan atau masih memerlukan pengembangan dan perbaikan. C. Prinsip Penilaian Menurut BSNP Pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik didasarkan pada data yang dieproleh melalui prosedur dan instrumen yang memenuhi persyaratan dengan mendasari diri pada prinsip-prinsip sebagai berikut. 1. Mendidik artinya proses penilaian hasil belajar harus mempu memberikan sumbangan prositif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik, di mana hasil penilaian harus memberikan umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat belajar. 2. Terbuka atau transparan, artinya bahwa prosedur penilaian, kriteria penilaian ataupun dasar pengambilan keputusan harus disampaikan secara trnasparan ataupun dasar

pengambilan keputusan harus disampaikan secara transparan dan diketahui oleh pihakpihak terkait secara obyektif. 3. Menyeluruh artinya penilaian hasil belajar yang dilakukan hasru meliputi berbagai aspek kompetensi yang akan dinilai yang terdiri dari ranah pengathuan kognitif, keterampilan psikomotor, sikap, dan nilai efektif yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. 4. Terpadu dengan pembelajaran, artinya bahwa dalam melakukan penilaian kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kognitif, afektif, dan psikomotor sehingga penilaian tidak hanya dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan pokok bahasan tertentu, tetapi juga dalam proses pembelajaran. 5. Obeyektif artinya proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruhpengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai. 6. Sistemis yaitu penilaian harus dilakukan secara terencana bertahan serta berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik. 7. Berkesinambungan yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus menerus sepanjang rentang waktu pembelajaran. 8. Adil mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaian tidak ada peserta didik yang diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar belakang sosial, ekonomi, agama, budaya, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan gender. Menurut Stiggins (1994) prinsip-prinsip dalam melakukan penilaian sebagai berikut. 1. Berpikir Jernih dan Komunikasi yang Efektif Angka bukanlah satu-satunya cara untuk mengomunikasikan prestasi. Kita dapat menggunakan cara lain misalnya kata-kata untuk menyampaikan arti prestasi seorang peserta didik. Lambang komunikasi kita tentang prestasi peserta didik itu hanya akan berguna dan bermakna bila definisi hasil pencapaian prestasi dipahami dan kualitas penilaian digunakan untuk menghasilkan lambanglambang itu. Berdasarkan uraian tersebut maka penilaian memerlukan pemikiran yang jelas dan bersih, serta komunikasi yang efektif, tidak hanya mengandalkan sejumlah prestasi. 2. Guru sebagai Pemegang Otoritas

Guru secara langsung melakukan penilaian untuk mengukur apa yang dipelajari peserta didik dan apa yang dirasakan peserta didik. Guru adalah pengendali sistem penilaian yang dapat menentuka kefektifan sekolah 3. Peserta Didik sebagai Pemegang Kunci Peserta didik adalah pengguna yang utama hasil penilaian. Peserta didik menggunakan hasil penilaian guru mereka untuk menyusun harapan-harapan diri mereka. Mereka menaksir kemungkinan sukser berdasarkan pada penilaian sebelumnya. 4. Target yang Jelas dan Tepat Kualitas penilaian bergantung pada hal yang pertama dan utama, yakni kejelasan dan ketepatan definisi dari tujuan pencapaian yang akan dinilain. Seorang pendidik tidak bisa menilai secara efektif jika tidak mengetahui dan memahami apa keluaran nilai itu. 5. Penilaian Bermutu Tinggi Penilaian bermutu tinggi adalah hal yang mutlak di dalam setiap konteks penilaian. Penilaian mencakup lima satndar yaitu penilaian muncul dari pencapaian target atau tujuan yang jelas; mempertimbangkan tujuan atas penilaian yang dibuat; penilaian menggunakan satu metode penilaian yang mampu mencerminkan target yang dihargai; memberi prestasi kepada peserta didik sewajarnya; dan mengembangkan, mendesain, menggunakan penilaian dengan cara yang diizinkan untuk mengendalikan semua sumber yang menyebabkan persimpangan. 6. Memperhatikan Dampak Hubungan antar Pribadi Penilaian adalah suatu aktivitas antarpribadi yang sangat kompleks yang ahmpir selalu disertai oleh pribadi yang terdahulu dan konsekuensi-konsekuensi pribadi. Penilaian menghubungkan para peserta didik agar terusmenerus memunculkan konsep diri pribadi dan akademis 7. Penilaian sebagai Instruksi Potensi terbesar dari penilaian adalah kemampuannya untuk membuat peserta didik terkibat pebuh di dalam proses penilaian. D. Mekanisme dan Prosedur Penilaian menurut BSNP Standar penilaian adalah standar nasional bidang penididkan yang berkaitan dengan prosedur, mekanisme, dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. Secara umum BSNP mengemukakan bahwa penilaian pendidikan adalah proses rangkaian

kegiatan untuk menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga hasil penilaian tersebut dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Dalam pedoman penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP ditegaskan bahwa dalam proses penilaian perlu diperjatikan prinsip sebaga beirikut. 1. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kmpetensi. Untuk itu perlu dipahami bahwa proses penilaian merupakan bagian integral dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui tingkat pencapaian standar kompetensi lulusan. 2. Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni keputusan diambil berdasarkan apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Sesuai dengan penerapan dan kurikulum yang berbasis kompetensi, yaitu membandingkan hasil yang telah dicapai peserta didik dengan kriteria yang ditetapkan 3. Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Penilaian oleh pendidik bukan merupakan bagian terpisah dari proses pembelajaran sehingga proses penilaian dilakukan sepanjang rentang proses pembelajaran. Apabila peserta didik mencapai standar maka dapat dinayatakan lulus dalam mata pelajaran tertentu, tetapi belum mencapain standar maka harus mengikuti pengajaran remedi sampai dapat mencapai standar kompetensi minimal yang dipersyaratkan. 4. Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut, tindakan lanjutan dari penilaian dapat berupa perbaikan proses pembelajaran, program remidi bagi peserta didik yang pencapaian hasil belajarnya berada di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai ketuntasan, 5. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dengan proses pembelajaran. Hal ini terkait erat dengan pemahaman bahwa penilaian tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. E. Penilaian (Biologi) dalam Pembelajaran IPA

1. Penilaian terhadap hasil pembelajaran meliputi sasaran yang terarah terutama terhadap pemikiran, pemahaman atas materi IPA dan penerapannya; kebiasaan berpikir yang produktfif (berpikir kritis, berpikir kreatis, mengatur diri sendiri); kemampuan berpikir tinggi; karakter IPA. Sasaran pencapaian tersebut yaitu penguasaan peserta didik atas pengetahuan materi subjek inti; kemampuan peserta didik untuk menggunakan pengetahuaanya berpikir dan menyelesaikan masalah; kemampuan untuk menunjukkan keterampilan yang terkait dengan pencapaian tertentu; kemampuan membuat produk yang terkait dengan jenis pencapaian tertentu; pencapaian perasaan atau keadaan atau keadaan afektif. 2. Penilaian yang terarah pada Proses Pembelajaran IPA yang meliputi penilaian kinerja dan penilaian otentik; Proses IPA diturunkan dari data; Kooperatif dan kolaboratif; Hands-on dan minds-on; Keterampilan praktik dan komunikasi; Sikap ilmiah dan nilai yang terkandung dalam IPA. (Rustaman, 2004). F. Pengertian Pembelajaran Remedial Remedial berarti bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau membuat menjadi baik. Pembelajaran remedial adalah suatu bentuk pembelajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau pembelajaran yang membuat baik (Suryo dan Amin, 2006). Sementara itu Mc Ginnis dan Smith (Tanpa Tahun dalam Suharwanto, 2006) berpendapat bahwa remedial adalah tindakan melakukan diagnosis. Hal itu juga sependapat dengan Tarigan (2000 dalam suharwanto, 2006) menyatakan bahwa dalam kata remedial tercakup pengertian-pengertian diagnosisi, penanggulangan dan perbaikan. Secara umum pembelajaran remedial adalah bentuk khusus pembelajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan hambatan atau gangguan yang berkaitan dengan kesulitan belajar peserta didik, sehingga peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang sebaikbaiknya. Bentuk remedial yang dilakukan pada peserta didik menurut Makmun (2004) tidak selamanya harus melalui pendekatan pengajaran remedial (remedial teaching) tetapi dilakukan juga dengan pendekatan bimbingan dan konseling, psikoterapi, dan pendekatan lainnya. Pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang

belum mencapai ketuntasan pada kompetensi dasar tertentu menggunakan berbagai metode yang diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat ketuntasan belajar peserta didik. Pada hakikatnya peserta didik akan dapat mencapai standar kompetensi yang ditentukan hanya waktu pencapaian yang berbeda. Oleh karenanya perlu adanya program pembelajaran remedial (perbaikan). Prinsip pembelajaran remedial diantaranya adaptif, interaktif, fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian, pemberian umpan balik sesegara mungkin, dan pelayanan sepanjang waktu. Pengajaran remedial merupakan bentuk kasus pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau menyembuhkan. Untuk memahami remedial teaching maka terlebih dahulu dibahas pengertian remedial menurut para pakar pendidikan. 1. Menurut Rahman Natawijaya, remedial adalah bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau membuat menjadi baik. 2. Menurut Uzer Usman, dalam remedial teaching yang disembuhkan, yang diperbaiki atau yang dibetulkan adalah keseluruhan proses pembelajaran, meliputi cara mengajar, metode mengajar, materi mengajar, materi pelajaran, alat belajar dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses pembelajaran 3. Menurut Abin Syamsudin Makmun, remedial teaching adalah usaha guru untuk menciptakan suatu yang memungkinkan individu atau kelompok peserta didik tertentu mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin, sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan melalui suatu proses interaksi yang terencana, terorganisasi, terarah, terkoordinir dan terkontrol dengan lebih objektif individu dan kelompok peserta didik yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungan. 4. Ischak SW dan Warji R mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: Remedial adalah studi kasus tersendiri untuk mengatasi peserta didik yang lamban, mengalami kesulitan atau kegagalan belajar yang mencakup: a. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan atau kegagalan peserta didik dalam belajar.

b. Langkah-langkah perkiraan, mungkin tidaknya dilakukan kegiatan untuk mengatasi kesulitan atau kegagalan belajar. c. Alternatif penyembuhan yang mana dipakai untuk mengatasi kesulitan atau kegagalan itu. 5. M. Entang berpendapat bahwa: Pengajaran upaya untuk menemukan kelemahan yang dialami oleh seseorang dengan cara yang sistematis berdasarkan gejala yang nampak seperti nilai prestasi hasil belajar yang rendah, tidak bergairah dalam mengikuti pelajaran, kurang motivasi dalam mengerjakan tugas dan sebagainya. Studi tersebut hendaknya diarahkan kepada penemuan letak faktor penyebabnya, baik yang terletak pada diri peserta didik itu sendiri maupun yang berasal dari luar diri peserta didik yang bersangkutan. Bila hal tersebut telah ditemukan, haruslah direncanakan alternatif cara memberikan bantuan yang tepat atau merupakan segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor yang menyebabkannya serta cara menetapkan kemungkinankemungkinan untuk mengatasinya, baik secara pencagahan atau preventif, cara penyembuhan atau kuratif maupun secara pengembangan atau developmental berdasarkan informasi yang objektif dan selengkap mungkin (Anonim, 2012). G. Tujuan Pengajaran Remedial Secara umum tujuan pengajaran remedial tidak berbeda dengan tujuan pengajaran pada umumnya yaitu agar peserta didik dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Suryo dan Amin, (1984) secara khusus pengajaran remedial bertujuan agara muridmurid yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan atau perbaikan dalam proses belajarnya. Pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran reguler di kelas, hanya terhadap peserta didik yang masih memerlukan pembelajaran tambahan. Secara terperinsi tujuan pengajaran remedial adalah sebagai berikut. 1. Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi belajarnya yang

2.

3.

4. 5.

6.

meliputi segi kekuatannya, segi kelemahannya, jenis dan sifat kesulitannya. Dapat mengubah atau memperbaiki caracara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapinya. Dapat memeilih materi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya Dapat mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya Dapat mengembangkan siskap-sikap dan kebiasaan yang baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajat yang lebih baik Dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan

H. Strategi Pembelajaran Remedial Ross dan Stanley (Makbun, Abin S., 2000) menjelaskan bahwa tindakan strategis itu seyogyanya dapat dilakukan secara kuratif dan preventif. Tindakan pengajaran remedial dikatakan kuratif kalau dilakukan setelah PBM uatam selesai diselenggarakan. Tindakan ini didasarkan atas kenyataan empirik bahwa ada seseorang atau sejumlah peserta didik bahkan mungkin sebagian besar atau seluruh anggota kelompok atau kelas belajar dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan program PBM secara sempurna, sesaui dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Sasaran pokok dari tindakan ini agar peserta didik yang hasilnya jauh sekali ada di bawah atau sedikit masih kurang di bawah batar kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Sasaran pokok dati tindakan ini agar peserta didik yang hasilnya jauh sekali ada di bawah atau sedikit masih kurang di bawah batass kriteria keberhasilan minimal diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kriteria keberhasilan minimal tersebut. Makmun, Abin S (2000) menyatakan bahwa untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut di atas, teknik pendekatan yang dapat digunakan adalah pengulangan, pengayaan dan pnegukuhan, dan percepatan. Ketiga teknik pendekatan pengajaran remedial kuratif dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut. 1. Pengulangan ini ditujukan kepada peserta didik yang mempunyai kesulitan sangat mendasar, dan pelaksanaannya dapat dilakukan dengan berbagai tindakan sesuai dengan diagnosisnya. Untuk pelaksanaan pengajaran remedial dapat dilaksanakan (1) pada setiap akhir pertemuan, (2) pada setiap akhir unit (3) pada setiap satuan program

studi. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara individu kalau peserta didiknya sedikit, dan secara kelompok kalau sejumalh peserta didik mempunyai jenis kesulitan belajar yang sama. 2. Pengayaan dan pengukuhan ditujukan kepada peserta didik yang mempunyai kelemahan yang ringan bahkan secara akademik mungkin sangat kuat. Dengan jalan memberikan tugas (PR) atau memberikan tugas yang dikerjakan di kelas pada jam pelajaran berjalan, sementara yang lain mengikuti PBM utamanya. Alternatif tindakan yang ketiga adalah percepatan yang diberikan kepada peserta didik yang berbakat dengan jalan mengadakan akselerassi atau promosi yang leih tinggi kepada program PBM utama berikutnya I. Model Pembelajaran Remedial Beberapa model pembelajaran remedial intensif menurut Made Alit Mariana (2003) yaitu pembelajaran di luar jam pelajaran sekolah, pengambilan secara tertentu, dan penggunaan tim pengajar. 1. Model Pembelajaran Remedial di Luar Sekolah Model ini membuat pembelajaran remedial untuk membantu kesulitan belajar peserta didik terhadap satu atau beberapa materi subyek. Sebelum atau sesudah jam pelajarn dilaksanakan. 2. Model Pembelajaran Remedial Pemisahan Model pelaksanaan pembelajaran remedial ini dengan cara memisahkan peserta didik dari kelas biasa, ke dalam kelas remedial. Pemisahan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang materi subyek yang dibahas, model ini tidak digunakan untuk semua mata pelajaran, biasanya hanya topiktopik yang dianggap esensial sebagai fondasi pengetahuan yang lain dan lanjutan. 3. Model Pembelajaran Remedial Tim Model pelaksanaan pembelajaran remedial ini memerlukan tim pengajar, dapat terdiri atas dua atau lebih anggota, bekerja sama menyiapkan bahan-bahan, pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran yang mengacu kepada peningkatan kefektifan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan cara menyiapkan keberagaman kebutuhan peserta didik yang berbeda pada kelas yang sama. Sekolah dapat memilih beberapa materi remedial untuk model ini dalam konteks mengadopsi keseluruhan atau

sebagian jumlah jam pelajaran reguler yang ada di sekolah. J. Prosedur Pengajaran Remedial Prosedur pengajaran remedial harus dirancang dengan memperhatikan faktor penyebab peserta didik mengalami kegagalan. Bila kegagalab yang terjadi bersifat nonakademik, maka penanganannya harus melibatkan guru bimbingan dan konseling. Mereka diharapkan dapat menjambatani antara pihak sekolah dan pihak keluarga untuk menangani kegagalan peserta didik. Tanpa adanya pihak keluarga, akan sulit untuk mengatasi kegagalan peserta didik yang bersangkutan. Bagi peserta didik SMA yang masa remaja, problema remaja sering luput dari sepengatahuan orang tua sehingga penanganannya yang hati-hati agar peserta didik secara terbuka memaparkan penyebab kegagalannya (Subali, 2010). Bila kegagalan bersifat akdemik, maka berbagai metode dapat diterapkan tergantung pada tingkat kegagalannya. Bila kegagalannya tidak parah, maka peserta didik dapat diebrika kesempatan untuk belajar mandiri atau belajar dengan teman sebaya untuk mengatasi kegagalannya. Dengan memanfaatkan peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar, mereka diminta kerelaannya untuk membantu teman yang gagal. Bila dimungkinkan guru dapat menyusun modul untuk membantu peserta didik. Dengan modul yang baik maka dimungkinkan peserta didik dapat belajar mandiri. Pembelajaran ulang oleh guru juga dimungkinkan bila memang kegagalannya parah. Dalam keadaan yang demikian, dimungkinkan sekolah mengalokasikan waktu khusus bagi penyelenggaraan program remedial. Sebagai suatu program, kegiatan remedial juga harus diukur keberhasilannya. Oleh karena itu penilaian hasil belajar hasru dilakukan pada akhir program (Subali, 2010). Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan uatama dalam keseluruhan kerangka pola layanan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dan usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Menurut Makmun (2004) prosedur tersebut sebagai berikut. 1. Langkah Pertama yaitu Penelaahan Kasus dengan Permasalahannya. Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran remedial karena merupakan landasan pangkal tolok langkah-

langkah berikutnya. Kegiatan dalam langkah ini difokuskan kepada suatu analisa rasional atau hasil diagnostik yang telah dilakukan atau rekomendasikan yang diterima dari pihak atau ahli lain. 2. Langkah Kedua yaitu Menentukan Alternatif Pilihan Tindakan. Langkah ini merupakan lanjutan logis dari langkah pertama. Sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini ialah membuat keputusan pilihan alternatif mana yang ditempuh berdasarkan pertimbangan rasional yang seksama. Sebagai dasar pertimbangan yang fundamental dalam proses pengambilan keputusan ini antara lain beberapa prinsip yaitu efektifitas, efesien, dan keserasian. Efektifitas dalam arti lebih ampuh untuk menjamin tercapainya tujuan pengajaran remedial yang diharapkan, dan efesiensi maksudnya lebih memerlakukan usaha dan pengorbanan serta fasilitas seminimal mungkin dengan hasil yang diharapkan seoptimal mungkin sedangkan keseresaian dalam arti kesesuaian dengan sarana prasaranan yang ada. K. Kesimpulan 1. Pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang berutujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan terhadap kompetensi tertentu. Pembelajaran tuntas merupakan pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntatasan secara individual. pembelajaran yang dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. 2. Berdasarkan tujuan mata pelajaran biologi tersebut, pembelajaran biologi hendaknya menekankan pada pengembangan kompetensi menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Pembelajaran biologi merupakan pembelajaran yang menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung kepada peserta didik untuk memahami konsep dan proses sains. Pemberian pengalaman langsung dilakukan dengan mengembangkan keterampilan proses sains. 3. Penilaian pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk landasan pengambilan keputusan tentang peserta didik baik yang menyangkut

10

kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. 4. Pembelajaran remedial adalah suatu bentuk pembelajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau pembelajaran yang membuat baik L. Daftar Rujukan Anonim. 2012. Pengertian Remedial Teaching. (Online), (http://www.rumpunilmu.com/2012/05/ pengertian-remedial-teaching.html, diakses 08 September 2012) BSNP. 2006. Standar Isi. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Menengah. Jakarta: Depdiknas Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. jakarta: Rineka Cipta Herliani, Elly. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Makmun, A. S. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Poerwanti, Endang. 2012. Asesmen Pembelajaran. (online) (http://staff.unila.ac.id/ngadimunhd/file s/2012/03/1-Konsep-Dasar-AsesmenPembelajaran.pdf) diakses tanggal 14 Desember 2012 Rustaman, N. 2000. Pokok-Pokok Pengajaran Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud Rustaman, N. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud Rustaman, N. Y. 2004 Asesmen Pembelajaran IPA. Makalah Diklat NTTO4. (online) (http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRO DI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979 032NURYANI_RUSTAMAN/Asesme n_pendidikan_IPA.pdf) diakses tanggal 15 Desember 2012

Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud Stiggins, Richard J. 1994. Student-centered Classroom Assesment. New York: Merrue an Imprint of Macmillan College Publishing Co Subali, Bambang. 2010. Penilaian, Evaluasi dan remediasi pembelajaran Biologi. Yogyakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta . Sudrajat, Akhmad. 2008. Pembelajaran Remedial Dalam KTSP. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2 008/08/13/pembelajaran-remedialdalam-ktsp, diakses 08 September 2012) Suharwanto. 2006. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Diklat SMK pada Mata Diklat Pengetahuan Dasar Teknik Mesin melalui Pembelajaran Remedial. Bandung: tidak diterbitkan Suryo, Moh. Dan Amin, Moh. 1984. Pengajaran Remedial untuk SPG. Jakarta: Depdikbud

11

Anda mungkin juga menyukai