Aliran Fluida
Aliran Fluida
I. TUJUAN Menentukan koefisien orifice, venturi, dan elbow pada rejim aliran turbulen dan laminer. Menentukan hubungan antara pressure drop dan .laju alir fluida. Membuat kurva Co, Cv terhadap NRe. II. DASAR TEORI Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara permanen. Bila bentuk suatu massa fluida diubah, maka di dalam fluida itu akan terbentuk lapisan dimana lapisan yang satu meluncur di atas yang lain, sehingga mencapai bentuk yang baru. Sifat dasar dari setiap fluida static ialah tekanan. Tekanan dikenal sebagai gaya permukaan yang diberikan oleh fluida terhadap dinding bejana. Tekanan terdapat pada setiap titik di dalam volume fluida. Pada ketinggian yang sama, tekanan pada fluida adalah sama. Fluida terdiri dari 2 jenis yaitu fluida cair dan fluida gas. Ciri fluida cair: Tidak kompresibel, yaitu volume fluida akan tetap walaupun dikenai tekanan tertentu. Mengisi volume tertentu. Mempunyai permukaan bebas. Daya kohesi besar, jarak antar molekul rapat. Kompresibel Mengisi seluruh bagian wadah. Jarak antar molekul besar, daya kohesi dapat diabaikan.
Dalam aliran kondisi mantap (steady state) dikenal 2 rejim aliran atau pola aliran yang tergantung kepada kecepatan rata-rata aliran (v), densitas (), viskositas fluida () dan diameter pipa (D). kedua rejim aliran tersebut diatur oleh hokum-hukum yang berbeda sehingga perlu dipelajari secara keseluruhan. Rejim aliran Laminer Rejim aliran laminar mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: Terjadi pada kecepatan rendah. Fluida cenderung mengalir tanpa adanya pencampuran lateral. Berlapis-lapis seperti kartu. 1
Tidak ada arus tegak lurus arah aliran. Tidak ada pusaran (arus eddy).
Rejim aliran Turbulen Rejim aliran turbulaen mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: Terbentuk arus eddy. Terjadi lateral mixing. Secara keseluruhan arah aliran tetap sama. Distribusi kecepatan lebih uniform atau seragam.
Rejim aliran Transisi Rejim aliran yang terbentuk di antara rejim laminer dan turbulen adalah rejim transisi.Penentuan rejim aliran dilakukan dengan menentukan bilangan tak berdimensi yaitu bilangan Reynolds (Reynolds Number/NRe). Bilangan Reynolds merupakan perbandingan antara gaya dinamis dari aliran massa terhadap tegangan geser yang disebabkan oleh viskositas cairan. NRe =
vD
Untuk pipa circular lurus; NRe < 2100 NRe > 4000 2100 < NRe > 4000 : rejim laminar. : rejim turbulen. : rejim transisi.
Kecepatan kritis: Kecepatan pada saat NRe = 200. Prinsip kerja alat ukur fluida adalah mengganggu aliran dengan penambahan alat tertentu sehingga menyebabkan terjadinya pressure drop yang dapat diukur. Nilai pressure drop ini berhubungan dengan debit dari aliran tersebut. Adanya pressure drop bias disebabkan Karena adanya perubahan energi kinetik (karena laju alir berubah), skin friction, dan form friction. Berdasarkan persamaan Bernoulli, persamaan neraca energi dapat ditentukan yaitu:
P2 P v2 2 v12 1 + + F = 0 2 gc
digabung dengan persamaan kontinuitas: v1 x A1 x 1 = v2 x A2 x 2 karena fluida inkompresibel (khusus bahasan fluida cair), maka: v2 =
v1 A1 A2
Ada beberapa jenis alat untuk mengukur laju suatu fluida. Beberapa alat yang biasa digunakan diantaranya: Venturi Meteran ini terbentuk dari bagian masuk yang mempunyai flens, yang terdiri dari bagian pendek berbentuk silinder dan kerucut terpotong. Bagian leher berflens dan bagian keluar juga berflens yang terdiri dari kerucut terpotong yang panjang. Dalam venturimeter, kecepatan fluida bertambah dan tekanannya berkurang di dalam kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu itu lalu dimanfaatkan untuk mengukur laju aliran melalui instrument itu. Kecepatan fluida kemudian berkurang lagi dan sebagian besar tekanan awalnya kembali pulih di dalam kerucut sebelah hilir. Agar pemulihan lapisan batas dapat dicegah dan gesekan minimum. Oleh karena itu pada bagian penampungnya mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut hulu dapat dibuat lebih pendek daripada kerucut hilir. Gesekannya pun di sini kecil juga. Dengan demikian ruang dan bahan pun dapat dihemat. Walaupun meteran venturi dapat digunakan untuk mengukur gas, namun alat ini biasanya digunakan juga untuk mengukur zat cair terutama air.
2 gc ( P )
D1 ; D1<D0 D0
lbm ft = 1kg m N-1 det2 lb f sec 2
Orifice Venturimeter memiliki beberapa kekurangan pada kenyataannya. Untuk meteran tertentu dengan sistem tertentu pula, laju alir maksimum yang dapat terukur terbatas, sehingga apabila laju alir berubah, diameterleher menjadi terlalu besar untuk memberikan bacaan yang teliti , atau terlalu kecil untuk dapat menampung laju aliran maksimum yang baru. Meteran orifice dapat mengatasi kekurangan-kekurangan venturimeter, tetapi konsumsi dayanya cukup tinggi. Prinsip meteran orifice identik dengan meteran venturi. Penurunan penampang arus aliran melalui orifice menyebabkan tinggi tekan kecepatan menjadi meningkat tetapi tinggi tekan akan menurun, dan penurunan antara kedua titik dapat diukur dengan manometer. Persamaan Bernoulli memberikan dasar untuk mengkolerasikan peningkatan tinggi tekan kecepatan dengan penurunan tinggi tekanan. Persamaan yang berlaku untuk orificemeter adalah: Q = v1 x A1 v1 = keterangan: Co : koefisien orifice. Rotameter Laju alir fluida akan menyebabkan perbedaan tinggi float pada rotameter digunakan pada perbedaan tekanan konstan.
Co 1
4
2 gc ( P )
v = Cr
2 gc V f ( f ) Af
keterangan: v : kecepatan alir di daerah pelampung (annulus area) f : densitas pelampung Vf : volume pelampung Af : luas maksimum pelampung Cr : koefisien rotameter yang dapat dilihat di kurva. Fluida cair yang mengalir dalam sistem perpipaan akan mengalami banyak kehilangan energi karena adanya friksi selama fluida mengalir. Kehilangan energi ini akan berakibat penurunan tekanan aliran aliran yang dikenal sebagai pressure drop (P). Friksi (kehilangan energi) dapat ditimbulkan antara lain: Faktor Gesekan Fanning (f) Faktor gesekan fanning (f) didifinisikan sebagai perbandingan drag force per luas permukaan terbasahi dengan perkalian densitas dan velocity head. Nilai f sangat penting untuk menghitung energi yang hilang karena friksi di sistem perpipaan baik untuk laminar maupun turbulen. Nilai faktor gesekan fanning f banyak di temui di buku pustaka dalam bentuk kurva-kurva.
Pf = 4 f L v 2 2D
= 4 f
L v 2 2D
keterangan: P : pressure drop karena gesekan. L : panjang pipa lurus. f : koefisien fanning. : massa jenis fluida D : diameter pipa v : laju alir fluida. Ff : friction loss.
Faktor Fitting dan Kerangan Fitting dan kerangan akan mengganggu aliran normal yang akan menyebabkan penambahan friksi. h f =K f keterangan: hf : friction loss karena fitting dan kerangan. Kf : koefisien fitting dan kerangan. Table friction loss karena fitting dan kerangan untuk aliran turbulen No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jenis kerangan dan fitting Elbow 450 Elbow 900 Tee Coupling Union Gate valve: Wide open Half open Globe valve: Wide open Half open Check valve: Ball Swing Water meter, disk Kf 0,35 0,75 1 0,04 0,04 0,17 4,5 6,0 9,5 70,0 2 7,0 17 35 50 2 2 9 225 300 475 3500 100 350 Le/D v2 2
Table friction loss karena fitting dan kerangan untuk aliran laminar Jenis fitting dan 50 100 Turbulen kerangan Elbow 900 17 7 2,5 1,2 0,85 0,75 Tee 9 4,8 3,0 2,0 1,4 1,0 Globe valve 28 22 17 14 10 6,0 Check valve swing 55 17 9 5,8 3,2 2,0 Friksi yang dialami fluida dalam sistem perpipaan merupakan gabungan friksi dalam pipa lurus ditambah friksi-friksi yang lain sehingga: Total friksi = friksi pipa lurus + perbesaran + pengecilan + fitting dan kerangan
III.
Alat-alat Yang Digunakan Peralatan yang digunakan adalah: - Seperangkat alat aliran fluida. - Orificemeter
- Venturimeter. - Stopwatch IV. Langkah Percobaan Menentukan koefisien alat ukur fluida: 1. 2. 3. 4. Memasang orificemeter dan dihubungkan dengan manometer air raksa atau Pipa diisi dengan air lalu dibuka katup pengontrol untuk mengalirkan air. Setelah pipa terisi oleh air secara penuh, tutup kran pengontrol agar fluida Atur kecepatan fluida hingga 4 kali percobaan, untuk: manometer minyak.
diam, kemudian catat kondisi awal tekanan. - rejim aliran turbulen - rejim aliran laminer untuk perubahan tekanan yang kecil (rejim aliran laminar) digunakan manometer minyak. 5. 6. 1. 2. 3. 4. Catat perubahan tekanan untuk masingmasing debit, kemudian hitung debit Lakukan langkah percobaan 1-5 untuk venturimeter. Memasang orificemeter dan dihubungkan dengan manometer air raksa dan Pipa diisi dengan air lalu dibuka katup pengontrol untuk mengalirkan air. Setelah pipa terisi oleh air secara penuh, tutup kran pengontrol agar fluida diam, Atur kecepatan fluida hingga terbentuk: air dengan menggunakan bak pengatur. Menentukan friction loss: manometer minyak.
kemudian catat kondisi awal tekanan. - rejim aliran turbulen - rejim aliran laminar (hanya menggunakan manometer minyak). 5. Catat perubahan tekanan di titik P1-P4, P2-P3 dan di elbow, untuk setiap debit, kemudian hitung debit air dengan menggunakan bak pengatur.
V. DATA PENGAMATAN
1. Orificemeter Turbulent 1 mmHg = 1,33224 x 102 N/m2 7
P0 = 4 mmHg = 532.896 N/m2 P1 (mmHg) 229 234 240 244 250 P1 (mmHg) 86 75 62 54 40 u 662 660 658 661 v 578 580 576 580 P2 (mmHg) 315 309 302 298 290 P1 (N/m2)
45829.056 39967.200 33039.552 28776.384 21315.840
V (Lt) 10 10 10 10 10 P=P1P0
45,429 39,568 32,640 28,377 20,916
No 1 2 3 4 5
Volume (L) 10 10 10 10 10
Waktu (detik) t1 t2 Rata 7.52 7.48 7.500 8.44 8.30 8.370 9.30 9.17 9.235 9.23 9.26 9.245 10.5 10.7 8 7 10.675
Laminer w 659 659 658 660 x 594 593 592 593 V1 (Lt) 245 260 430 380 V2 (Lt) 240 255 420 390 t (second) 15 15 15 15
Karena memakai manometer minyak maka; Po = m g (hm) + a g (hair) hm = 649 645 = 4 hair = 580 568 = 12 P0 = 971 (9,8) (0.004) + 998.8 (9.8) (0.012) = 155.522 N/m2 No 1 2 3 P1 (mmHg)
1.389
P=P1P0
29.637
1.027 1.176
255 420
15 15
1.027
2 136.76 3 Transien v 579 575 578 578 w 658 654 659 657 P1 (N/m2) 156.33 9 146.55 1 156.33 9 156.06 7 P=P1P0 0.817 18.759
380
390
385
15
25.66667
t (second) 15 15 15 15
No 1 2 3 4
520
515.0
15
34.33333
850
840.0
15
56.00000
575
572.5
15
38.16667
2. Pipa H1 (mmHg) 305 300 296 292 289 Turbulent H2 (mmHg) 238 242 247 250 253 V (Lt) 10 10 10 10 10 t1 (second) 7.47 8.38 8.55 9.69 10.09 t2 (second) 7.37 8.31 8.69 9.69 10.06
1 mmHg = 1,33224 x 102 N/m2 P0 = 0 mmHg = 0 N/m2 No 1 2 3 4 5 P1 (mmHg) 67 58 49 42 36 P1 (N/m2) 8926.008 7726.992 6527.976 5595.408 4796.064 P=P1P0 8926.008 7726.992 6527.976 5595.408 4796.064 Volume (L) 10 10 10 10 10 Waktu (detik) t1 t2 Rata 7.47 7.37 7.420 8.38 8.31 8.345 8.55 8.69 8.620 9.69 9.69 9.690 10.0 10.0 9 6 10.075 Q (L/detik) 1.347709 1.198322 1.160093 1.031992 0.992556 9
Laminer w 657 656 657 656 x 592 591 593 592 V1 (Lt) 230 190 230 280 V2 (Lt) 250 200 240 290 t (second) 10 10 10 10
Karena memakai manometer minyak maka; Po = m g (hm) + a g (hair) hm = 658 657 = 1 hair = 592 576 = 20 P0 = 971 (9,8) (0.001) + 998.8 (9.8) (0.020) = 243.344 N/m2 P1 (mmHg) 1.247 1.171 1.171 1.316 P1 (N/m2) 166.128 156.067 156.339 175.371 P=P1P0 77.216 87.277 87.005 67.973 Volume (L) Waktu Q V1 V2 Rata (detik) (L/detik) 230 250 10 130 13.0 190 200 10 105 10.5 230 240 10 125 12.5 280 290 10 150 15.0
No 1 2 3 4
Transien v 578 578 575 577 P1 (mmHg) 1.100 1.245 1.249 1.102 P1 (N/m2) 146.55 1 165.85 5 166.40 0 146.82 4 w 659 657 657 656 P=P1P0 96.793 670 77.489 600 76.944 800 96.52 810
805
t (second) 10 10 10 10
No 1 2 3 4
680
675
10
67.5
600
600
10
60.0
10
80.5
10
3. Elbowmeter u 595 596 594 598 602 Turbulent v 514 513 512 516 520 w 690 690 691 682 674 x 626 626 625 620 610 t1 (second) 7.90 8.40 8.40 8.30 10.10 t2 (second) 8.00 8.20 8.60 8.20 10.40 V (Lt) 10 10 10 10 10
Karena memakai manometer minyak maka; Po = m g (hm) + a g (hair) hm = 700 591 = 109 hair = 620 - 527 = 93 P0 = 971 (9,8) (0.109) + 998.8 (9.8) (0.093) = 1947.529 N/m2
No 1 2 3 4 5
Waktu (detik) Volume t1 t2 Rata (L) 7.90 8.00 10 7.95 8.40 8.20 10 8.30 8.40 8.60 10 8.50 8.30 8.20 10 8.25 10.1 10.4 10 0 0 10.25
11
Laminer v 577 576 576 575 P1 P1 (N/m2) 165.03 8 165.85 5 156.06 7 165.85 5 w 652 654 653 653 P=P1P0 1782.491 290 1781.674 380 1791.462 430 1781.674 430
430
t (second) 10 10 10 10
No 1 2 3 4
300
295
10
29.5
370
375
10
37.5
10
43.0
Transien v 576 575 575 575 w 654 654 653 653 x 591 592 590 589 V1 (Lt) 560 750 820 800 V2 (Lt) 560 760 830 810 t (second) 10 10 10 10
No 1 2 3 4
P=P1P0 1791.190
760
755
10
75.5
830
825
10
82.5
810
805
10
80.5
12
4. Venturimeter Turbulent H1 (mmHg) 310 305 300 295 288 H2 (mmHg) 233 236 242 248 254 V (Lt) 10 10 10 10 10 t1 (second) 8.72 9.18 9.50 10.75 12.64 t2 (second) 8.97 9.11 9.75 10.96 12.76
1 mmHg = 1,33224 x 102 N/m2 P0 = 10 mmHg = 1332.24 N/m2 No 1 2 3 4 5 P1 (mmHg) 77 69 58 47 34 P1 (N/m2) 10258.248 9192.456 7726.992 6261.528 4529.616 Laminer v 575 573 573 573 P=P1P0 8926.01 7860.22 6394.75 4929.29 3197.38 Volume (L) 10 10 10 10 10 Waktu (detik) t1 t2 Rata 8.72 8.97 8.845 9.18 9.11 9.145 9.50 9.75 9.625 10.7 10.9 5 12.6 4 6 12.7 6
10.855 12.700
Q (L/detik)
1.130582 1.093494 1.038961 0.921234 0.787402
t (second) 10 10 10 10
Karena memakai manometer minyak maka; Po = m g (hm) + a g (hair) hm = 644 620 = 24 hair = 564 - 556 = 8 P0 = 971 (9,8) (0.024) + 998.8 (9.8) (0.008) = 306.685 N/m2 P1 (mmHg) 1.027 1.245 1.102 P1 (N/m2) 136.763 165.855 146.824 P=P1P0 169.922 140.830 159.861 Volume (L) Waktu Q V1 V2 Rata (detik) (L/detik) 390 390 10 390 39.0 360 370 10 365 36.5 540 540 10 540 54.0
No 1 2 3
13
146.824
159.861
460
470
465
10
46.5
Transien v 572 571 572 570 P1 P1 (N/m2) 175.91 6 214.52 4 195.21 9 243.34 4
t (second) 10 10 10 10
No 1 2 3 4
750
745
10
74.5
680
685
10
68.5
880
885
10
88.5
14
gc = 1 kgm/Ns2
Dan 4 = ( Do/ D1)4 P (N/m2) 45,429 39,568 32,640 28,377 20,916 Q (Lit/det) 1.333333 1.194743 1.082837 1.081666 0.936768 (m3/det) 0.00133333 0.00119474 0.00108284 0.00108167 0.00093677
15
A (m)
v (m/s)
NRe = vD/
0.101
Average
Grafik delta P vs v
delta P (N/m2) 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 0 1 2 v (m/s) 3 4 y = 24083x - 37968 2 R = 0.9628 Series1 Linear (Series1)
16
Grafik Co vs Nre
0.225 0.22 Co 0.215 0.21 0.205 0.2 0 50000 Nre
Perhitungan Koefisien Venturimeter
air = 998,8 kg/m3 Do = Dven = 0,033 m D1 = Dpipa = 0,039 m = 0,0009 kg/ms A = 0,000854 m2 raksa = 13600 kg/m3 gc = 1 kgm/Ns2 Untuk menghitung laju alir digunakan rumus : Q=A.v maka v =
100000
NRe =
17
V=
Co 1
4
Dan 4 = ( Do/ D1)4 P Q (Lit/det) (m3/det) (N/m2) 8926.01 1.130582 0.00113058 Q (m3/s) A (m) v (m/s) D 7860.22 1.093494 0.00109349 6394.75 1.038961 0.00103896 4929.29 0.00092123 998.8 0.033 0.0011305 0.000854 1.32386417 0.921234 0.0009 3197.38 0.787402 0.00078740 8 0.0010934 9 0.0010389 6 0.0009212 3 0.0007874 0
v
NRe = vD/
Cv
0.513
Average
18
Grafik delta P vs v
10000 Delta P (N/m2) 8000 6000 4000 2000 0 0 0.5 v (m/s) 1 1.5 Series1 Linear (Series1) y = 13687x - 9674.6 2 R = 0.9683
Grafik Cv vs Nre
0.26 0.25 Cv 0.24 0.23 0.22 0.21 0 20000 40000 60000 Nre Series1 Linear (Series1) y = -2E-06x + 0.3292 2 R = 0.9211
19
Perhitungan Elbow
air = 998,8 kg/m3 Do = Dven = 0,039 m D1 = Dpipa = 0,039 m = 0,0009 kg/ms A = 0,00119 m2 raksa = 13600 kg/m3 gc = 1 kgm/Ns2 Untuk menghitung laju alir digunakan rumus : Q=A.v maka v =
NRe = Untuk menghitung koefisien Elbow digunakan rumus berikut: h f =K f v2 2 P (N/m2) 52.755 53.027 81.575 130.225 381.450 (Lit/det) 1.257862 1.204819 1.176471 1.212121 0.975610 Q (m3/det) 0.00125786 0.00120482 0.00117647 0.00121212 0.00097561
20
Q (m3/s)
A (m)
v (m/s)
NRe = vD/
0,00119
1.11730 0.09443 1.02506 0.10346 0.97739 0.16692 1.03752 0.25103 0.67214 1.13503
0.350174
Grafik delta P vs v
500 Delta P (N/m2) 400 300 200 100 0 0 0.5 v (m/s) 1 1.5 y = -1435.6x + 1545.7 2 R = 0.9155 Series1 Linear (Series1)
21
Grafik Kf vs Nre
1.2 1 0.8 Kf 0.6 0.4 0.2 0 -0.2 0 20000 40000 60000 Nre
Perhitungan Pipa Lurus
air = 998,8 kg/m3 Dpipa = 0,039 m = 0,0009 kg/ms A = 0,00119 m2 raksa = 13600 kg/m3 gc = 1 kgm/Ns2 L = 0,875 m Untuk menghitung laju alir digunakan rumus : Q=A.v maka v =
NRe =
22
Untuk menghitung koefisien Pipa Lurus digunakan rumus berikut : Ff = 4f Lv2 D.2 P (N/m2) 8926.01 7726.99 6527.98 5595.41 4796.06
Q (m3/s) A (m) v (m/s)
998.8
0.039
23
Grafik delta P vs v
10000 Delta P (N/m2) 8000 6000 4000 2000 0 0 0.5 v (m/s) 1 1.5 Series1 Linear (Series1) y = 13633x - 6415.8 2 R = 0.9667
Grafik f vs Nre
0.175 0.17 0.165 f 0.16 0.155 0.15 0 20000 40000 60000 Nre Series1 Linear (Series1) y = -9E-08x + 0.1632 2 R = 0.0035
24
harus menentukan debit yang sesuai dengan aliran laminar dan transien untuk masingmasing pipa.Perhitungan debit dilakukan dengan menentukan waktu tertentu dan setelah waktu tercapai diukur berapa volume air yang didapatkan. Untuk harga debit yang berbeda, nilai pressure dropnya pun berbeda. Pada percobaan pressure drop terbesar ada pada elbowmeter dibandingkan dengan yang lain. Semakin tinggi laju alir maka pressure drop yang terjadi akan semakin tinggi pula. Hal ini terjadi karena energi kinetik yang besar diperlukan penurunan tekanan yang besar pula dalam kata lain energi kinetik meningkat maka perbedaan tekananan pun meningkat. Nilai konstanta orifice yang didapat pada setiap data mendekati satu sama lain sehingga nilai konstanta hasil percobaan dapat diambil dari nilai rata-rata yaitu 0.347426. Untuk grafik perubahan tekanan dengan kecepatan dapat dilihat bahwa semakin tinggi harga perubahan tekanan maka semakin cepat aliran fluida yang terjadi. Begitu pula untuk pipa venturi nilai konstanta venturi yang didapat mendekati satu sama lain yaitu 0.234984 dan kurva perubahan tekanan vs kecepatan kelinieritasan sangat besar mendekati satu. Pada pipa elbow nilai konstanta yang didapat dari setiap data juga mendekati satu sama lain yaitu 0.350174. Grafik antara perubahan tekanan dan kecepatanpun mempunyai linieritas mendekati satu. Untuk perhitungan konstanta pipa lurus dilakukan pengambilan data menggunakan pipa orifice. Nilai konstanta yang didapat dari satu data dengan data yang lain hampir mendekati satu sama lain yaitu 0.159486.. Jika laju alir meningkat maka turbulensi, bilangan Reynold, koefisien pipa, perubahan tekanan, dan energy kinetik akan meningkat pula, namun untuk energy tekan akan menjadi kecil.
26
Kesimpulan Dari praktikum ini dapat diperoleh kesimpulan: 1. Nilai konstanta orifice (Co) adalah 0.159486 2. Nilai konstanta venturi (Cv) adalah 0.234984 3. Nilai konstanta pipa lurus (f) adalah 0.159486 4. Nilai konstanta elbow (Kf) adalah 0.350174 5. Semakin tinggi laju alir maka turbulensi, bilangan reynold, koefisien pipa,
perubahan tekanan, dan energy kinetik akan meningkat pula, namun untuk energy tekan akan menjadi kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Praktikum Rekayasa Proses-1, Unit Operasi, Jurusan Teknik Kimia. Mc. CABE and Werren L., Unit Operations of Chemical Engineering, 3rd, New York.
27