Anda di halaman 1dari 27

ALIRAN FLUIDA

I. TUJUAN Menentukan koefisien orifice, venturi, dan elbow pada rejim aliran turbulen dan laminer. Menentukan hubungan antara pressure drop dan .laju alir fluida. Membuat kurva Co, Cv terhadap NRe. II. DASAR TEORI Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara permanen. Bila bentuk suatu massa fluida diubah, maka di dalam fluida itu akan terbentuk lapisan dimana lapisan yang satu meluncur di atas yang lain, sehingga mencapai bentuk yang baru. Sifat dasar dari setiap fluida static ialah tekanan. Tekanan dikenal sebagai gaya permukaan yang diberikan oleh fluida terhadap dinding bejana. Tekanan terdapat pada setiap titik di dalam volume fluida. Pada ketinggian yang sama, tekanan pada fluida adalah sama. Fluida terdiri dari 2 jenis yaitu fluida cair dan fluida gas. Ciri fluida cair: Tidak kompresibel, yaitu volume fluida akan tetap walaupun dikenai tekanan tertentu. Mengisi volume tertentu. Mempunyai permukaan bebas. Daya kohesi besar, jarak antar molekul rapat. Kompresibel Mengisi seluruh bagian wadah. Jarak antar molekul besar, daya kohesi dapat diabaikan.

Ciri fluida gas:

Dalam aliran kondisi mantap (steady state) dikenal 2 rejim aliran atau pola aliran yang tergantung kepada kecepatan rata-rata aliran (v), densitas (), viskositas fluida () dan diameter pipa (D). kedua rejim aliran tersebut diatur oleh hokum-hukum yang berbeda sehingga perlu dipelajari secara keseluruhan. Rejim aliran Laminer Rejim aliran laminar mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: Terjadi pada kecepatan rendah. Fluida cenderung mengalir tanpa adanya pencampuran lateral. Berlapis-lapis seperti kartu. 1

Tidak ada arus tegak lurus arah aliran. Tidak ada pusaran (arus eddy).

Rejim aliran Turbulen Rejim aliran turbulaen mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: Terbentuk arus eddy. Terjadi lateral mixing. Secara keseluruhan arah aliran tetap sama. Distribusi kecepatan lebih uniform atau seragam.

Rejim aliran Transisi Rejim aliran yang terbentuk di antara rejim laminer dan turbulen adalah rejim transisi.Penentuan rejim aliran dilakukan dengan menentukan bilangan tak berdimensi yaitu bilangan Reynolds (Reynolds Number/NRe). Bilangan Reynolds merupakan perbandingan antara gaya dinamis dari aliran massa terhadap tegangan geser yang disebabkan oleh viskositas cairan. NRe =

vD

Keterangan: : massa jenis fluida.

v : kecepatan fluida. : viskositas fluida.


D : diameter pipa dalam.

Untuk pipa circular lurus; NRe < 2100 NRe > 4000 2100 < NRe > 4000 : rejim laminar. : rejim turbulen. : rejim transisi.

Kecepatan kritis: Kecepatan pada saat NRe = 200. Prinsip kerja alat ukur fluida adalah mengganggu aliran dengan penambahan alat tertentu sehingga menyebabkan terjadinya pressure drop yang dapat diukur. Nilai pressure drop ini berhubungan dengan debit dari aliran tersebut. Adanya pressure drop bias disebabkan Karena adanya perubahan energi kinetik (karena laju alir berubah), skin friction, dan form friction. Berdasarkan persamaan Bernoulli, persamaan neraca energi dapat ditentukan yaitu:

P2 P v2 2 v12 1 + + F = 0 2 gc

disusun ulang menjadi:


P P 2 2 v2 v1 = 2 gc. 2 1 + F

digabung dengan persamaan kontinuitas: v1 x A1 x 1 = v2 x A2 x 2 karena fluida inkompresibel (khusus bahasan fluida cair), maka: v2 =
v1 A1 A2

sehingga dimasukan ke persamaan neraca energi menjadi: v1 =


P 2 g c + F 2 A1 1 2 A2

dimana: gc : 32,174 lbm ft = 1kg m N-1 det-2 lb f sec 2

: jumlah energi yang hilang.

Ada beberapa jenis alat untuk mengukur laju suatu fluida. Beberapa alat yang biasa digunakan diantaranya: Venturi Meteran ini terbentuk dari bagian masuk yang mempunyai flens, yang terdiri dari bagian pendek berbentuk silinder dan kerucut terpotong. Bagian leher berflens dan bagian keluar juga berflens yang terdiri dari kerucut terpotong yang panjang. Dalam venturimeter, kecepatan fluida bertambah dan tekanannya berkurang di dalam kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu itu lalu dimanfaatkan untuk mengukur laju aliran melalui instrument itu. Kecepatan fluida kemudian berkurang lagi dan sebagian besar tekanan awalnya kembali pulih di dalam kerucut sebelah hilir. Agar pemulihan lapisan batas dapat dicegah dan gesekan minimum. Oleh karena itu pada bagian penampungnya mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut hulu dapat dibuat lebih pendek daripada kerucut hilir. Gesekannya pun di sini kecil juga. Dengan demikian ruang dan bahan pun dapat dihemat. Walaupun meteran venturi dapat digunakan untuk mengukur gas, namun alat ini biasanya digunakan juga untuk mengukur zat cair terutama air.

Persamaan yang digunakan dalam venturimeter: Q = v1 x A1 v= keterangan: Cv : koefisien venturi :


Cv 1
4

2 gc ( P )

D1 ; D1<D0 D0
lbm ft = 1kg m N-1 det2 lb f sec 2

: massa jenis fluida gc : 32,174

Orifice Venturimeter memiliki beberapa kekurangan pada kenyataannya. Untuk meteran tertentu dengan sistem tertentu pula, laju alir maksimum yang dapat terukur terbatas, sehingga apabila laju alir berubah, diameterleher menjadi terlalu besar untuk memberikan bacaan yang teliti , atau terlalu kecil untuk dapat menampung laju aliran maksimum yang baru. Meteran orifice dapat mengatasi kekurangan-kekurangan venturimeter, tetapi konsumsi dayanya cukup tinggi. Prinsip meteran orifice identik dengan meteran venturi. Penurunan penampang arus aliran melalui orifice menyebabkan tinggi tekan kecepatan menjadi meningkat tetapi tinggi tekan akan menurun, dan penurunan antara kedua titik dapat diukur dengan manometer. Persamaan Bernoulli memberikan dasar untuk mengkolerasikan peningkatan tinggi tekan kecepatan dengan penurunan tinggi tekanan. Persamaan yang berlaku untuk orificemeter adalah: Q = v1 x A1 v1 = keterangan: Co : koefisien orifice. Rotameter Laju alir fluida akan menyebabkan perbedaan tinggi float pada rotameter digunakan pada perbedaan tekanan konstan.
Co 1
4

2 gc ( P )

v = Cr

2 gc V f ( f ) Af

keterangan: v : kecepatan alir di daerah pelampung (annulus area) f : densitas pelampung Vf : volume pelampung Af : luas maksimum pelampung Cr : koefisien rotameter yang dapat dilihat di kurva. Fluida cair yang mengalir dalam sistem perpipaan akan mengalami banyak kehilangan energi karena adanya friksi selama fluida mengalir. Kehilangan energi ini akan berakibat penurunan tekanan aliran aliran yang dikenal sebagai pressure drop (P). Friksi (kehilangan energi) dapat ditimbulkan antara lain: Faktor Gesekan Fanning (f) Faktor gesekan fanning (f) didifinisikan sebagai perbandingan drag force per luas permukaan terbasahi dengan perkalian densitas dan velocity head. Nilai f sangat penting untuk menghitung energi yang hilang karena friksi di sistem perpipaan baik untuk laminar maupun turbulen. Nilai faktor gesekan fanning f banyak di temui di buku pustaka dalam bentuk kurva-kurva.
Pf = 4 f L v 2 2D

energi yang hilang karena gesekan (friction loss = Ff) adalah:


Ff = Pf

= 4 f

L v 2 2D

keterangan: P : pressure drop karena gesekan. L : panjang pipa lurus. f : koefisien fanning. : massa jenis fluida D : diameter pipa v : laju alir fluida. Ff : friction loss.

Faktor Fitting dan Kerangan Fitting dan kerangan akan mengganggu aliran normal yang akan menyebabkan penambahan friksi. h f =K f keterangan: hf : friction loss karena fitting dan kerangan. Kf : koefisien fitting dan kerangan. Table friction loss karena fitting dan kerangan untuk aliran turbulen No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jenis kerangan dan fitting Elbow 450 Elbow 900 Tee Coupling Union Gate valve: Wide open Half open Globe valve: Wide open Half open Check valve: Ball Swing Water meter, disk Kf 0,35 0,75 1 0,04 0,04 0,17 4,5 6,0 9,5 70,0 2 7,0 17 35 50 2 2 9 225 300 475 3500 100 350 Le/D v2 2

Table friction loss karena fitting dan kerangan untuk aliran laminar Jenis fitting dan 50 100 Turbulen kerangan Elbow 900 17 7 2,5 1,2 0,85 0,75 Tee 9 4,8 3,0 2,0 1,4 1,0 Globe valve 28 22 17 14 10 6,0 Check valve swing 55 17 9 5,8 3,2 2,0 Friksi yang dialami fluida dalam sistem perpipaan merupakan gabungan friksi dalam pipa lurus ditambah friksi-friksi yang lain sehingga: Total friksi = friksi pipa lurus + perbesaran + pengecilan + fitting dan kerangan
III.

Bilangan Reynolds 200 400 1000

Alat-alat Yang Digunakan Peralatan yang digunakan adalah: - Seperangkat alat aliran fluida. - Orificemeter

- Venturimeter. - Stopwatch IV. Langkah Percobaan Menentukan koefisien alat ukur fluida: 1. 2. 3. 4. Memasang orificemeter dan dihubungkan dengan manometer air raksa atau Pipa diisi dengan air lalu dibuka katup pengontrol untuk mengalirkan air. Setelah pipa terisi oleh air secara penuh, tutup kran pengontrol agar fluida Atur kecepatan fluida hingga 4 kali percobaan, untuk: manometer minyak.

diam, kemudian catat kondisi awal tekanan. - rejim aliran turbulen - rejim aliran laminer untuk perubahan tekanan yang kecil (rejim aliran laminar) digunakan manometer minyak. 5. 6. 1. 2. 3. 4. Catat perubahan tekanan untuk masingmasing debit, kemudian hitung debit Lakukan langkah percobaan 1-5 untuk venturimeter. Memasang orificemeter dan dihubungkan dengan manometer air raksa dan Pipa diisi dengan air lalu dibuka katup pengontrol untuk mengalirkan air. Setelah pipa terisi oleh air secara penuh, tutup kran pengontrol agar fluida diam, Atur kecepatan fluida hingga terbentuk: air dengan menggunakan bak pengatur. Menentukan friction loss: manometer minyak.

kemudian catat kondisi awal tekanan. - rejim aliran turbulen - rejim aliran laminar (hanya menggunakan manometer minyak). 5. Catat perubahan tekanan di titik P1-P4, P2-P3 dan di elbow, untuk setiap debit, kemudian hitung debit air dengan menggunakan bak pengatur.

V. DATA PENGAMATAN
1. Orificemeter Turbulent 1 mmHg = 1,33224 x 102 N/m2 7

P0 = 4 mmHg = 532.896 N/m2 P1 (mmHg) 229 234 240 244 250 P1 (mmHg) 86 75 62 54 40 u 662 660 658 661 v 578 580 576 580 P2 (mmHg) 315 309 302 298 290 P1 (N/m2)
45829.056 39967.200 33039.552 28776.384 21315.840

V (Lt) 10 10 10 10 10 P=P1P0
45,429 39,568 32,640 28,377 20,916

t1 (second) 7.52 8.44 9.30 9.23 10.58

t2 (second) 7.48 8.30 9.17 9.26 10.77 Q (L/detik)


1.333333 1.194743 1.082837 1.081666 0.936768

No 1 2 3 4 5

Volume (L) 10 10 10 10 10

Waktu (detik) t1 t2 Rata 7.52 7.48 7.500 8.44 8.30 8.370 9.30 9.17 9.235 9.23 9.26 9.245 10.5 10.7 8 7 10.675

Laminer w 659 659 658 660 x 594 593 592 593 V1 (Lt) 245 260 430 380 V2 (Lt) 240 255 420 390 t (second) 15 15 15 15

Karena memakai manometer minyak maka; Po = m g (hm) + a g (hair) hm = 649 645 = 4 hair = 580 568 = 12 P0 = 971 (9,8) (0.004) + 998.8 (9.8) (0.012) = 155.522 N/m2 No 1 2 3 P1 (mmHg)
1.389

P1 (N/m2) 185.15 9 136.76 3 156.61

P=P1P0
29.637

Volume (L) Waktu Q V1 V2 Rata (detik) (L/detik) 245 240 15


242.5 257.5 425

16.16667 17.16667 28.33333

1.027 1.176

260 18.759 1.090 430

255 420

15 15

1.027

2 136.76 3 Transien v 579 575 578 578 w 658 654 659 657 P1 (N/m2) 156.33 9 146.55 1 156.33 9 156.06 7 P=P1P0 0.817 18.759

380

390
385

15

25.66667

u 659 655 658 659 P1

x 594 589 593 592

V1 (Lt) 690 510 830 570

V2 (Lt) 680 520 850 575

t (second) 15 15 15 15

No 1 2 3 4

(mmHg) 1.174 1.100 1.174 1.171

Volume (L) Waktu Q V1 V2 Rata (detik) (L/detik) 690 680 15


685.0 45.66667

510 8.971 830 0.817 570 0.545

520
515.0

15
34.33333

850
840.0

15
56.00000

575
572.5

15
38.16667

2. Pipa H1 (mmHg) 305 300 296 292 289 Turbulent H2 (mmHg) 238 242 247 250 253 V (Lt) 10 10 10 10 10 t1 (second) 7.47 8.38 8.55 9.69 10.09 t2 (second) 7.37 8.31 8.69 9.69 10.06

1 mmHg = 1,33224 x 102 N/m2 P0 = 0 mmHg = 0 N/m2 No 1 2 3 4 5 P1 (mmHg) 67 58 49 42 36 P1 (N/m2) 8926.008 7726.992 6527.976 5595.408 4796.064 P=P1P0 8926.008 7726.992 6527.976 5595.408 4796.064 Volume (L) 10 10 10 10 10 Waktu (detik) t1 t2 Rata 7.47 7.37 7.420 8.38 8.31 8.345 8.55 8.69 8.620 9.69 9.69 9.690 10.0 10.0 9 6 10.075 Q (L/detik) 1.347709 1.198322 1.160093 1.031992 0.992556 9

u 658 658 658 659 v 576 577 578 577

Laminer w 657 656 657 656 x 592 591 593 592 V1 (Lt) 230 190 230 280 V2 (Lt) 250 200 240 290 t (second) 10 10 10 10

Karena memakai manometer minyak maka; Po = m g (hm) + a g (hair) hm = 658 657 = 1 hair = 592 576 = 20 P0 = 971 (9,8) (0.001) + 998.8 (9.8) (0.020) = 243.344 N/m2 P1 (mmHg) 1.247 1.171 1.171 1.316 P1 (N/m2) 166.128 156.067 156.339 175.371 P=P1P0 77.216 87.277 87.005 67.973 Volume (L) Waktu Q V1 V2 Rata (detik) (L/detik) 230 250 10 130 13.0 190 200 10 105 10.5 230 240 10 125 12.5 280 290 10 150 15.0

No 1 2 3 4

u 658 659 657 656

Transien v 578 578 575 577 P1 (mmHg) 1.100 1.245 1.249 1.102 P1 (N/m2) 146.55 1 165.85 5 166.40 0 146.82 4 w 659 657 657 656 P=P1P0 96.793 670 77.489 600 76.944 800 96.52 810
805

x 592 593 592 592

V1 (Lt) 790 670 600 800

V2 (Lt) 790 680 600 810

t (second) 10 10 10 10

No 1 2 3 4

Volume (L) Waktu Q V1 V2 Rata (detik) (L/detik) 790 790 10


790 79.0

680
675

10
67.5

600
600

10
60.0

10
80.5

10

3. Elbowmeter u 595 596 594 598 602 Turbulent v 514 513 512 516 520 w 690 690 691 682 674 x 626 626 625 620 610 t1 (second) 7.90 8.40 8.40 8.30 10.10 t2 (second) 8.00 8.20 8.60 8.20 10.40 V (Lt) 10 10 10 10 10

Karena memakai manometer minyak maka; Po = m g (hm) + a g (hair) hm = 700 591 = 109 hair = 620 - 527 = 93 P0 = 971 (9,8) (0.109) + 998.8 (9.8) (0.093) = 1947.529 N/m2

No 1 2 3 4 5

P1 (mmHg) 15.014 15.016 15.231 13.641 11.755

P1 (N/m2) 2000.28 4 2000.55 6 2029.10 4 1817.30 4 1566.07 9

P=P1P0 52.755 53.027 81.575 130.225 381.450

Waktu (detik) Volume t1 t2 Rata (L) 7.90 8.00 10 7.95 8.40 8.20 10 8.30 8.40 8.60 10 8.50 8.30 8.20 10 8.25 10.1 10.4 10 0 0 10.25

Q (L/detik) 1.257862 1.204819 1.176471 1.212121 0.975610

11

u 657 656 655 655

Laminer v 577 576 576 575 P1 P1 (N/m2) 165.03 8 165.85 5 156.06 7 165.85 5 w 652 654 653 653 P=P1P0 1782.491 290 1781.674 380 1791.462 430 1781.674 430
430

x 589 591 590 590

V1 (Lt) 410 290 380 430

V2 (Lt) 400 300 370 430

t (second) 10 10 10 10

No 1 2 3 4

(mmHg) 1.239 1.245 1.171 1.245

Volume (L) Waktu Q V1 V2 Rata (detik) (L/detik) 410 400 10


405 40.5

300
295

10
29.5

370
375

10
37.5

10
43.0

u 653 655 656 655

Transien v 576 575 575 575 w 654 654 653 653 x 591 592 590 589 V1 (Lt) 560 750 820 800 V2 (Lt) 560 760 830 810 t (second) 10 10 10 10

No 1 2 3 4

P1 (mmHg) 1.174 1.320 1.316 1.171

P1 (N/m2) 156.33 9 175.91 6 175.37 1 156.06 7

P=P1P0 1791.190

Volume (L) Waktu Q V1 V2 Rata (detik) (L/detik) 560 560 10


560 56.0

750 1771.613 820 1772.158 800 1791.462

760
755

10
75.5

830
825

10
82.5

810
805

10
80.5

12

4. Venturimeter Turbulent H1 (mmHg) 310 305 300 295 288 H2 (mmHg) 233 236 242 248 254 V (Lt) 10 10 10 10 10 t1 (second) 8.72 9.18 9.50 10.75 12.64 t2 (second) 8.97 9.11 9.75 10.96 12.76

1 mmHg = 1,33224 x 102 N/m2 P0 = 10 mmHg = 1332.24 N/m2 No 1 2 3 4 5 P1 (mmHg) 77 69 58 47 34 P1 (N/m2) 10258.248 9192.456 7726.992 6261.528 4529.616 Laminer v 575 573 573 573 P=P1P0 8926.01 7860.22 6394.75 4929.29 3197.38 Volume (L) 10 10 10 10 10 Waktu (detik) t1 t2 Rata 8.72 8.97 8.845 9.18 9.11 9.145 9.50 9.75 9.625 10.7 10.9 5 12.6 4 6 12.7 6
10.855 12.700

Q (L/detik)
1.130582 1.093494 1.038961 0.921234 0.787402

u 654 654 653 653

w 653 652 653 653

x 588 588 588 588

V1 (Lt) 390 360 540 460

V2 (Lt) 390 370 540 470

t (second) 10 10 10 10

Karena memakai manometer minyak maka; Po = m g (hm) + a g (hair) hm = 644 620 = 24 hair = 564 - 556 = 8 P0 = 971 (9,8) (0.024) + 998.8 (9.8) (0.008) = 306.685 N/m2 P1 (mmHg) 1.027 1.245 1.102 P1 (N/m2) 136.763 165.855 146.824 P=P1P0 169.922 140.830 159.861 Volume (L) Waktu Q V1 V2 Rata (detik) (L/detik) 390 390 10 390 39.0 360 370 10 365 36.5 540 540 10 540 54.0

No 1 2 3

13

1.102 u 652 651 652 650

146.824

159.861

460

470

465

10

46.5

Transien v 572 571 572 570 P1 P1 (N/m2) 175.91 6 214.52 4 195.21 9 243.34 4

w 653 654 654 655 P=P1P0 130.769

x 589 590 590 590

V1 (Lt) 650 740 690 890

V2 (Lt) 660 750 680 880

t (second) 10 10 10 10

No 1 2 3 4

(mmHg) 1.320 1.610 1.465 1.827

Volume (L) Waktu Q V1 V2 Rata (detik) (L/detik) 650 660 10


655 65.5

740 92.161 690 111.466 890 63.341

750
745

10
74.5

680
685

10
68.5

880
885

10
88.5

VI. PENGOLAHAN DATA Perhitungan Konstanta Orificemeter


air = 998,8 kg/m3 Do = Dor = 0.022 m D1 = Dpipa = 0,039 m = 0,0009 kg/ms A = 0,00038 m2 raksa = 13600 kg/m3

14

gc = 1 kgm/Ns2

Untuk menghitung laju alir digunakan rumus : Q=A.v maka v =

Untuk menghitung NRe digunakan rumus berikut :

NRe = Untuk menghitung koefisien Orifice digunakan rumus berikut: V=


Co 1 4 2 gc ( P ) maka Co= v 1 4 2.gc.( P )

Dan 4 = ( Do/ D1)4 P (N/m2) 45,429 39,568 32,640 28,377 20,916 Q (Lit/det) 1.333333 1.194743 1.082837 1.081666 0.936768 (m3/det) 0.00133333 0.00119474 0.00108284 0.00108167 0.00093677

15

Q (m3/s) 0.0013333 3 0.0011947 4 0.0010828 4 0.0010816 7 0.0009367 7

A (m)

v (m/s)

NRe = vD/

3.50876316 3.14405263 0.00038 2.84957895 2.84650000 2.46518421


V
4

85666.84236 76762.39434 998,8 0,0009 0,022 69572.78662 69497.61378 60187.74641


P Co

3.50876316 3.14405263 2.84957895 2.84650000 2.46518421

0.101

45,429 39,568 32,640 28,377 20,916

0.34881 0.33491 0.33420 0.35804 0.36117


0.347426

Average

Grafik delta P vs v
delta P (N/m2) 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 0 1 2 v (m/s) 3 4 y = 24083x - 37968 2 R = 0.9628 Series1 Linear (Series1)

16

Grafik Co vs Nre
0.225 0.22 Co 0.215 0.21 0.205 0.2 0 50000 Nre
Perhitungan Koefisien Venturimeter
air = 998,8 kg/m3 Do = Dven = 0,033 m D1 = Dpipa = 0,039 m = 0,0009 kg/ms A = 0,000854 m2 raksa = 13600 kg/m3 gc = 1 kgm/Ns2 Untuk menghitung laju alir digunakan rumus : Q=A.v maka v =

y = -3E-07x + 0.2356 2 R = 0.1703 Series1 Linear (Series1)

100000

Untuk menghitung NRe digunakan rumus berikut :

NRe =

17

Untuk menghitung koefisien Venturi digunakan rumus berikut:

V=

Co 1
4

2 gc ( P ) maka Cv= v 1 4 2.gc.( P )

Dan 4 = ( Do/ D1)4 P Q (Lit/det) (m3/det) (N/m2) 8926.01 1.130582 0.00113058 Q (m3/s) A (m) v (m/s) D 7860.22 1.093494 0.00109349 6394.75 1.038961 0.00103896 4929.29 0.00092123 998.8 0.033 0.0011305 0.000854 1.32386417 0.921234 0.0009 3197.38 0.787402 0.00078740 8 0.0010934 9 0.0010389 6 0.0009212 3 0.0007874 0
v

NRe = vD/

48483.43616 46892.88030 44554.43297 39505.73678 33766.61327

1.28043326 1.21658080 1.07872365 0.92201405

Cv

1.32386417 1.28043326 1.21658080 1.07872365 0.92201405

0.513

8926.01 7860.22 6394.75 4929.29 3197.38

0.21853 0.22523 0.23726 0.23961 0.25429


0.234984

Average

18

Grafik delta P vs v
10000 Delta P (N/m2) 8000 6000 4000 2000 0 0 0.5 v (m/s) 1 1.5 Series1 Linear (Series1) y = 13687x - 9674.6 2 R = 0.9683

Grafik Cv vs Nre
0.26 0.25 Cv 0.24 0.23 0.22 0.21 0 20000 40000 60000 Nre Series1 Linear (Series1) y = -2E-06x + 0.3292 2 R = 0.9211

19

Perhitungan Elbow
air = 998,8 kg/m3 Do = Dven = 0,039 m D1 = Dpipa = 0,039 m = 0,0009 kg/ms A = 0,00119 m2 raksa = 13600 kg/m3 gc = 1 kgm/Ns2 Untuk menghitung laju alir digunakan rumus : Q=A.v maka v =

Untuk menghitung NRe digunakan rumus berikut :

NRe = Untuk menghitung koefisien Elbow digunakan rumus berikut: h f =K f v2 2 P (N/m2) 52.755 53.027 81.575 130.225 381.450 (Lit/det) 1.257862 1.204819 1.176471 1.212121 0.975610 Q (m3/det) 0.00125786 0.00120482 0.00117647 0.00121212 0.00097561

20

Q (m3/s)

A (m)

v (m/s)

NRe = vD/

0.0012578 6 0.0012048 2 0.0011764 7 0.0012121 2 0.0009756 1

0,00119

1.0570252 1 1.0124537 8 0.9886302 5 1.0185882 4 0.8198403 4

45749.46046 43820.34960 998,8 0,0009 0,039 42789.23548 44085.85694 35483.78287


hf v2 Kf

52.755 53.027 81.575 130.225 381.450

0.05275 5 0.05302 7 0.08157 998,8 5 0.13022 5 0.38145 0 Average

1.11730 0.09443 1.02506 0.10346 0.97739 0.16692 1.03752 0.25103 0.67214 1.13503
0.350174

Grafik delta P vs v
500 Delta P (N/m2) 400 300 200 100 0 0 0.5 v (m/s) 1 1.5 y = -1435.6x + 1545.7 2 R = 0.9155 Series1 Linear (Series1)

21

Grafik Kf vs Nre
1.2 1 0.8 Kf 0.6 0.4 0.2 0 -0.2 0 20000 40000 60000 Nre
Perhitungan Pipa Lurus
air = 998,8 kg/m3 Dpipa = 0,039 m = 0,0009 kg/ms A = 0,00119 m2 raksa = 13600 kg/m3 gc = 1 kgm/Ns2 L = 0,875 m Untuk menghitung laju alir digunakan rumus : Q=A.v maka v =

y = -0.0001x + 4.898 2 R = 0.9387

Series1 Linear (Series1)

Untuk menghitung NRe digunakan rumus berikut :

NRe =

22

Untuk menghitung koefisien Pipa Lurus digunakan rumus berikut : Ff = 4f Lv2 D.2 P (N/m2) 8926.01 7726.99 6527.98 5595.41 4796.06
Q (m3/s) A (m) v (m/s)

Q (Lit/det) 1.34771 1.19832 1.16009 1.03199 0.99256


(m3/det) 0.00134771 0.00119832 0.00116009 0.00103199 0.00099256


D NRe = vD/

0.0013477 1 0.0011983 2 0.0011600 9 0.0010319 9 0.0009925 6


P

1.1325294 1 1.0069916 0 0.0011 9 0.9748655 5 0.8672184 9 0.8340840 3


Ff L v D

49017.38298 43583.93896 998.8 0.0009 0.039 42193.48066 37534.37243 36100.26909


f

8926.01 7726.99 6527.98 5595.41 4796.06

998.8

8.92601 7.72699 0.875 6.52798 5.59541 4.79606 Average

1.28262 1.01403 0.95036 0.75207 0.69570

0.039

0.155090412 0.169818583 0.153079109 0.165806448 0.153635491


0.159486

23

Grafik delta P vs v
10000 Delta P (N/m2) 8000 6000 4000 2000 0 0 0.5 v (m/s) 1 1.5 Series1 Linear (Series1) y = 13633x - 6415.8 2 R = 0.9667

Grafik f vs Nre
0.175 0.17 0.165 f 0.16 0.155 0.15 0 20000 40000 60000 Nre Series1 Linear (Series1) y = -9E-08x + 0.1632 2 R = 0.0035

24

PEMBAHASAN ELIS ROSDIANA 08401040


Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan koefisien orifice, venturi, dan elbow pada aliran laminer turbulen, dan transient dengan mencari pressure drop dari masingmasing pipa dan aliran. Praktikan menggunakan dua buah manometer yaitu manometer raksa dan manometer minyak. Manometer raksa digunakan untuk mengukur pressure drop dari aliran turbulent karena aliran turbulent memiliki debit yang lebih besar dari pada aliran laminer dan transien. Sedangkan manometer minyak digunakan untuk mengukur pressure drop dari aliran laminer dan transient yang mempunyai debit yang kecil yang menghasilkan perubahan tekanan juga kecil sehingga tidak terbaca oleh manometer raksa. Selain itu terdapat kekecualian pada elbowmeter yaitu pengukuran aliran turbulent dengan menggunakan manometer minyak. Hal ini disebabkan karena pressure drop pada elbowmeter relatif kecil. Aliran turbulen memiliki nilai bilangan Reynold > 4000, aliran laminer memiliki nilai bilangan Reynold < 2100, dan transien memiliki nilai bilangan Reynold antara 2100-4100. Manometer harus terisi penuh oleh air sehingga memperoleh beda tekanan sama dengan nol. Aliran air harus mengisi penuh pipa (tidak boleh ada gelembung) karena akan menyebabkan perbedaan tekanan yang cukup tinggi, selain itu diameter pipa yang digunakan untuk perhitungan merupakan keadaan dimana air terisi penuh. Harus diperhatikan pula kekuatan selang pada masing-masing tube karena aliran yang digunakan cukup deras sehingga selang yang terpasang harus benar-benar kuat supaya udara dari luar tidak bisa masuk dan air di dalam selang tidak bocor. Setelah keadaan tersebut tercapai dilakukanlah perhitungan debit dan perubahan tekanan Perhitungan debit pada aliran turbulent dilakukan dengan menentukan jumlah volume yang tetap (konstan) dan kemudian dihitung waktu yang dicapai sehingga nilai debit dapat diketahui dan perubahan tekanan yang terjadi dapat diketahui dengan membaca pada manometer raksa. Variasi dilakukan dengan memperbesar aliran dengan cara memutar kran aliran by pass maka didapat data perubahan tekanan beserta debit yang berbeda-beda. Sedangkan untuk aliran laminar dan transient sebelum menentukan perubahan tekanan yang terjadi 25

harus menentukan debit yang sesuai dengan aliran laminar dan transien untuk masingmasing pipa.Perhitungan debit dilakukan dengan menentukan waktu tertentu dan setelah waktu tercapai diukur berapa volume air yang didapatkan. Untuk harga debit yang berbeda, nilai pressure dropnya pun berbeda. Pada percobaan pressure drop terbesar ada pada elbowmeter dibandingkan dengan yang lain. Semakin tinggi laju alir maka pressure drop yang terjadi akan semakin tinggi pula. Hal ini terjadi karena energi kinetik yang besar diperlukan penurunan tekanan yang besar pula dalam kata lain energi kinetik meningkat maka perbedaan tekananan pun meningkat. Nilai konstanta orifice yang didapat pada setiap data mendekati satu sama lain sehingga nilai konstanta hasil percobaan dapat diambil dari nilai rata-rata yaitu 0.347426. Untuk grafik perubahan tekanan dengan kecepatan dapat dilihat bahwa semakin tinggi harga perubahan tekanan maka semakin cepat aliran fluida yang terjadi. Begitu pula untuk pipa venturi nilai konstanta venturi yang didapat mendekati satu sama lain yaitu 0.234984 dan kurva perubahan tekanan vs kecepatan kelinieritasan sangat besar mendekati satu. Pada pipa elbow nilai konstanta yang didapat dari setiap data juga mendekati satu sama lain yaitu 0.350174. Grafik antara perubahan tekanan dan kecepatanpun mempunyai linieritas mendekati satu. Untuk perhitungan konstanta pipa lurus dilakukan pengambilan data menggunakan pipa orifice. Nilai konstanta yang didapat dari satu data dengan data yang lain hampir mendekati satu sama lain yaitu 0.159486.. Jika laju alir meningkat maka turbulensi, bilangan Reynold, koefisien pipa, perubahan tekanan, dan energy kinetik akan meningkat pula, namun untuk energy tekan akan menjadi kecil.

26

Kesimpulan Dari praktikum ini dapat diperoleh kesimpulan: 1. Nilai konstanta orifice (Co) adalah 0.159486 2. Nilai konstanta venturi (Cv) adalah 0.234984 3. Nilai konstanta pipa lurus (f) adalah 0.159486 4. Nilai konstanta elbow (Kf) adalah 0.350174 5. Semakin tinggi laju alir maka turbulensi, bilangan reynold, koefisien pipa,
perubahan tekanan, dan energy kinetik akan meningkat pula, namun untuk energy tekan akan menjadi kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Praktikum Rekayasa Proses-1, Unit Operasi, Jurusan Teknik Kimia. Mc. CABE and Werren L., Unit Operations of Chemical Engineering, 3rd, New York.

27

Anda mungkin juga menyukai