Anda di halaman 1dari 4

1. Penyakit apa saja yang memiliki gejala banyak kencing (Polyuria) dan banyak minum (Polydipsia)? I.

Dengan gejala Polydipsia 1. Diabetes Melitus a. Merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah (GD) yang tinggi (hiperglikemia). Kadar GD tinggi biasanya disebabkan oleh jumlah hormon insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadangkadang lebih, tetapi kurang efektif (resistensi insulin). b. Prevalensi: 40 % pada tahun 1995, dan diperkirakan akan naik sampai 5,4 % pada tahun 2025. c. Klasifikasi: DM tipe I Diabetes Melitus yang tergantung insulin [Insulin dependent mellitus/IDDM] adalah gangguan autoimun dimana terjadi penghancuran sel pankreas penghasil insulin. Biasanya pasien berusia kurang dari 30 tahun. DM tipe II Merupakan bentuk yang sering dijumpai, meliputi sekitar 90% pasien yang menyandang diabetes. Biasanya, penyebabnya ialah insensitivitas jaringan terhadap insulin (resistensi insulin) dan tidak adekuatnya respons sel pankreas terhadap glukosa plasma yang khas, sehingga menyebabkan produksi glukosa hati berlebihan dan penggunaannya yang terlalu rendah oleh jaringan. Diabetes gestasional Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes saat hamil memiliki homeostasis glukosa yang normal pada paruh pertama kehamilan dan berkembang menjadi defisiensi insulin relatif selama paruh kedua, sehingga terjadi hiperglikemia. 2. Diabetes Insipidus Merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan poliuria dan polidipsi yang disebabkan oleh defisiensi ADH. Biasanya terjadi akibat trauma atau tumor yang mengenai hipofisis posterior dan merupakan idiopatik. (Hamcock, 1999). Dibagi menjadi dua jenis, yaitu diabetes insipidus sentral (Central Diabetes Insipidus-CDI) yang biasanya disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormon

antidiuretik (ADH) yang secara fisiologis dapat menybeabkan kegagalan sintesis (penyimpanan) dan gangguan pengangkutan ADH yang disimpan untuk sewaktuwaktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan (diakibatkan oleh kerusakan osmoreseptor yang terdapat pada hipotalamus anterior dan disebut Kerneys osmoreceptor cells yang berada diluar sawar darah otak) dan diabetes insipidus netrogenik (Netrogenic Diabetes Insipidus-NDI) yang merupakan diabetes insipidus yang tidak responsif terhadap ADH eksogen yang biasanya disebabkan oleh kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradien osmosis dalam medula renalis dan kegagalan utilisasi gradien pada keadaan dimana ADH berada dalam jumlah yang cukup dan berfungsi normal. 3. Hiperkalsemia Merupakan keadaan kadar kalsium darah yang tinggi. Hiperkalsemia dapat menyebabkan alkalosis, penimbunan kalsium dalam jaringan lunak (soft tissues) seperti yang terjadi pada penderita penyakit gagal ginjal. Iodopatik hiperkalsemia adalah keadaan pada bayi berkaitan dengan intoksikasi vitamin D yang ditandai dengan meningkatnya kadar kalsium serum, peningkatan densitas tulang rangka. Tanda-tanda dan gejala-gejala hiperkalsemia adalah otot yang kendor, nyeri sekitar daerah yang bertulang, dan batu ginjal dengan komposisi kalsium. 4. Pshycogenic polydipsia 5. Sjogrens syndrome Merupakan sebuah kelainan otoimun di mana sel imun menyerang dan menghancurkan kelenjar eksokrin yang memproduksi air mata dan liur. Sindrom ini dinamakan dari seorang ahli penyakit mata Henrik Sjgren (1899-1986) dari Swedia, yang pertama kali memaparkan penyakit ini. Sindrom Sjgren selalu dihubungkan dengan kelainan rheumatik seperti arthritis rheumatoid, dan terdapat faktor rheumatoid positif pada 90 persen dari jumlah kasus. Gejala-gejala utama pada sindrom ini adalah kekeringan mulut dan mata. Selain itu, sindrom Sjgren juga dapat menyebabkan kekeringan pada kulit, hidung, dan vagina. Sindrom ini juga dapat memengaruhi organ lainnya seperti ginjal, pembuluh darah, paru-paru, hati, pankreas, dan otak. Sembilan dari sepuluh pasien Sjgren adalah wanita dan usia rata-rata pada akhir 40-an. Selebihnya penyakit ini dapat timbul pada pria dan wanita segala umur. 6. Anticholinergics 7. Primary hyperaldosteronism (Sindrom Conn)

Penyakit yang sangat jarang terjadi akibat adenoma soliter jinak atau hiperplasia zona glomerulosa yang menghasilkan aldosteron berlebih. Salah satu presentasi klinisnya ialah hipokalemia yang dapat menyebabkan kelemahan, dan seringkali dalam bentuk serangan. Poliuria dan polidipsia terjadi sekunder akibat hipokalemia. Selain itu retensi natrium sering menyebabkan hipertensi, namun biasanya tidak disertai edema.

II.

Dengan gejala Polyuria 1. Diabetes melitus 2. Diabetes insipidus 3. Hiperkalsemia 4. Hipokalemia Merupakan keadaan kekurangan kadar kalium serum yang dapat disebabkan oleh kekurangan masukan, penggunaan diuretik pembung-kalium, prosedur beda gastrointestinal mayor dengan pengisapan nasogastrik dan penggantian yang tidak tepat, sekresi gastrointestinal berlebihan, hiperaldosteronisme, malnutrisi, dan trauma atau luka bakar. Hipokalemia mempengaruhi berbagai sistem, misalnya pada gastrointestinal yang dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah, dan ilius paralitik dapat terjadi. 5. Sindrom Cushing Sindrom ini timbul akibat kortikosteroid berlebih, namun sejauh ini, penyebab terseringnya adalah pengobatan lama dengan dosis kortikosteroid oral yang relatif besar. Penyebab lainnya ialah hiperplasia basofil atau kromofob atau adenoma kelenjar hipofisis, dengan kelebihan produksi kortikotropin (60%). Sehingga menyebabkan hiperplasia adrenal bilateral dan disebut dengan Sindrom Cushing yang tergantung pada hipofisis namun biasanya disebut penyakit Cushing. 6. Primary hiperaldosteronism 7. Pshycogenic polydipsia (contohnya Schizophrenia) Schizophrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, emosional dan tingkah laku. 8. Gagal ginjal kronik Merupakan kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel karena suatu penyakit. Fokus terapi gizinya adalah untuk menghindari asupan elektrolit yang berlebihan

dari makanan karena kadar elektrolit bisa meninggi akibat klirens. Asupan kalori yang dianjurkan sebesar 30-35 kal/kg BB/hari. 9. Anxiety (Kecemasan)

Davi Rubenstein, et;al. 2005. Kedokteran Klinis edisi enam. Jakarta : Erlangga. B. Batticaca, Fransisca. 2008. Asuhan keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta : Kompas.

Anda mungkin juga menyukai