Anda di halaman 1dari 14

Dakwah Tasawuf di Dunia Modern (Bag.

1) 01 Sep 2008 Cetak Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah untuk semua ummat dan segala zaman, oleh karena itu relevansi agama Islam dengan perkembangan zaman harus selalu dapat diupayakan melalui amaliah nyata dan penafsiran yang kontekstual terhadap ajaran tersebut setidaknya hal tersebut tampil menjadi perhatian semua orang tentang fleksibilitas dan universalitasnya. Hal ini tanpa terkecuali, termasuk aspek tasawuf yang menjadi bagian dari disiplin kajian ilmu-ilmu Islam, baik dalam hal teori maupun prakteknya, baik yang dilaksanakan di dunia muslim ataupun oleh mereka yang berdiam di dunia non muslim (di dunia Barat misalnya). Kecenderungan terhadap spiritualitas Islam, baik yang terikat secara formal dalam konteks tarekat misalnya, maupun yang non-formal, masih akan terus berlangsung, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, baik oleh rakyat biasa ataupun oleh pejabat dan petinggi negara. Apalagi ketika masyarakat sudah mulai merasa jenuh dengan kehidupan hedonistis di satu sisi, ataupun kehampaan dan kegersangan hati dari ketergantungan kepada yang transenden menjadikan keperluan terhadap dunia spiritual menjadi semakin kuat. Tulisan ini akan membatasi pembahasan hanya yang berkaitan dengan perkembangan dakwah tasawuf melalui amaliah dan penyebaran tarekat di dunia modern, khususnya di negara maju/Barat yang relatif berkonotasi modern, tanpa menyertai pembahasan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana modern yang digunakan dalam tabligh tasawuf. Di negara berkembang seperti Indonesia, yang di dalamnya bermacam-macam agama dianut, kehidupan spiritualitas dalam masing-masing agama tersebut mendapat tempat di masing-masing pemeluknya. Sebagai negara yang mempunyai bermacam-macam budaya, bahasa dan adat istiadat, keragaman ini juga hidup dan diakui keberadaannya. Agama (Islam) sebagai suatu pedoman yang diciptakan Allah, disebut sebagai agama wahyu; sementara yang bukan dari wahyu dapat disebut sebagai budaya. Budaya adalah sesuatu yang diciptakan akal budi manusia berdasarkan akal dan fikirannya melalui upaya-upaya yang kreatif dan imajinatif, kemudian dapat berkembang menjadi peradaban (sivilisasi). Peradaban dan interpretasi agama selalu berkembang dari waktu ke waktu, dan manusia pantas menghormati keduanya. Secara normatif agama dan budaya telah mengawal dan membimbing manusia, walaupun begitu perubahan global di seluruh negara menjadikan keberadaan dan status mereka bergeser dan mendapat tantangan baru. Agama, terutama Islam telah menetapkan ajaran-ajarannya yang universal, hal ini dikarenakan selain bahwa ia adalah agama wahyu, Islam dibawa oleh Nabi

terakhir yaitu Muhammad SAW. Islam menghargai dan menerima perbedaanperbedaan, dan karena ia sebagai rahmatan lil alamin tentu ajarannya dapat menawarkan nilai-nilai yang dapat memecahkan masalah-masalah global secara umum, dan masalah-masalah Muslim pada khususnya. Allah SWT telah berfirman dalam surat QS. al-Anbiya (21:107) Dan tidaklah Kami utus engkau (Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam. Tampaknya tiap insan akan menghadapi tantangan global, termasuk insan beragama. Islam yang mengajarkan persamaan dan kesetaraan, keadilan, penghargaan dan toleransi mendapat tantangan yang besar karena di lain pihak, praktek masyarakat Muslim dan tradisi di dunia Islam terkadang tidak sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki Islam. Keterbelakangan di negara Muslim termasuk di Indonesia, (misalnya dalam hal pendidikan, tindak kriminal dan kasus maraknya korupsi) sering berhubungan dengan tradisi tertentu atau budaya yang tidak selaras bahkan dapat pula bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri, situasi seperti ini tentu tak dapat diatribusikan kepada ajaran Islam. Walaupun demikian umat Islam tak perlu merasa takut untuk memberi jawaban terhadap tantangan global dengan formulasi interpretasi ajaran agama yang lebih dapat menjawab tantangan zaman, lebih terbuka menerima kritik dan yang penting adalah tetap dalam koridor al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Bagi kaum muslimin tak ada jalan lain kecuali memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, pada saat godaan begitu besar dalam hal mempertahankan nilai-nilai dengan tidak menghalalkan segala cara sekalipun dalam keadaan krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan krisis spiritual. Bukan hanya itu, di negara maju dan modern sekalipun yang situasi ekonomi, pendidikan dan kesejahteraannya dalam keadaan sebaliknya dibanding dengan dunia Muslim, justru kecendrungan terhadap spiritual terutama spiritual Islam/sufistik nampak menguat dari waktu ke waktu. Pada awalnya pengenalan diskursus tasawuf di Barat, sebagian terselenggara melalui informasi akademis, melalui buku-buku yang ditulis, hasil penelitian lapangan, ataupun terjemahan karya-karya para sufi dari bahasa-bahasa Muslim (yakni bahasa Arab, Persia, Turki, Urdu dsb), kedalam bahasa Barat (yaitu bahasa Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dsb). Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Syaikh Abd al-Qadil al-Jilani (w. 561/1166), hingga saat ini riwayat hidup dan karamahnya terutama yang dimuat dalam manqabah masih dibaca orang untuk mendapatkan barakahnya. Kekhasan tarekat ini masih survive sebagai tarekat pelopor, yaitu pengucapan dzikir jahar bahkan menjadi dasar dari sebagian tarekat yang lahir kemudian, misalnya bagian dari dzikir Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN), selain dzikir khafi. Tarekat Qadiriyah telah masuk ke Indonesia pada masa Hamzah Fansuri pada pertengahan abad ke-16 Masehi. Tarekat Qadiriyah menurut Trimingham masih menjadi salah

satu tarekat yang terbesar di dunia Islam dengan berjuta-juta pengikutnya di Yaman, Turki, Syria, Mesir, India, Afrika Utara dan Albania. Tarekat Syadziliyah tak dapat dilepaskan hubungannya dengan nama Ali bin Abdullah bin Abd al-Jabbar Abu Hasan al-Syadzili (w.1258). Silsilah keturunannya mempunyai hubungan dengan Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan Siti Fatimah binti Rasulullah SAW. Tidak diketahui secara persis kapan Tarekat Syadziliyah masuk ke Indonesia dan hingga kini masih ada di Jawa Tengah khususnya di Kudus dan kelihatan banyak juga pengikutnya. Secara khusus mereka juga aktif dalam hal pengembangan ekonomi. Saya dan keluarga kebetulan pernah mengunjungi sebuah pesantren yang kiyainya mempraktekkan dan mengajarkan Syadziliyah di Magelang, Jawa Tengah. Ciri utama tarekat ini masih diamalkan hingga saat ini dengan variasi hizbnya dan terutama hizb al-bahr yang dikenal cukup memberi pengaruh yang kuat bagi pengamalnya. Tokoh terkenal Syadziliyah lainnya yaitu Taj al-Din Ibn Athaillah al-Iskandari (w.709/1309) pengarang Al-Hikam dan Mifth al-Falh wa Mishbh al-Arwh dan tokoh utama lainnya yaitu Abd al-Wahhab al-Syarani pengarang al-Anwr al-Qudsiyyah fi Marifat Qawid al-Shfiyyah dan kitab al-Minah alSaniyyah al al-Washiyyah al-Matbliyyah. Mengenai Tarekat Naqsyabandiyah dan beberapa cabangnya antara lain Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah, bersama dengan Naqsyabandiyah Khalidiyah, termasuk tarekat yang cukup progresif di Indonesia pada akhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh. Kedua cabang tarekat ini berkembang dengan cepat dan di antara khalifahnya ada yang terlibat dengan kegiatan politik lokal. Tarekat Naqsyabandiyah Mujaddidiyah di India, dikenal sebagai pelopornya Syaikh Ahmad Faruqi Sirhindi. Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah mempunyai anggota bukan hanya di Indonesia tapi juga di Asia Tengah, beberapa Negara Timur Tengah seperti Libanon dan Syria, sebagian Afrika Utara dan Afrika Barat, bahkan Eropah dan Amerika Utara. Pengikutnya di Indonesia, sebagaimana penganut Naqsyabandiyah lainnya mempelajari buku-buku yang dibawa oleh jamaah haji antara lain Jmi al-Ushl f al-Awliy wa Anwihim wa Awshfihim wa Ushl Kulli Tharq wa Muhimmt al-Murd wa Syurth al-Syaikh wa Kalimt al-Shfiyyah Washthilhihim wa Anw al-Tashawwuf wa Alf Maqm, ditulis oleh seorang syaikh berkebangsaan Turki, Ahmad bin Mustafa Diya al-Din Gumushani al-Naqshbandi al-Khalidi (w. 1311/1893). Beberapa penjelasan dalam Fath al-rifn karya Syaikh Ahmad Khatib Sambas ada yang merujuk kepada kitab ini. Juga kitab Jmi Karmt alAwliy, karya Yusuf Nabhani dan kitab-kitab lainnya yang populer di Indonesia termasuk Bahjat al-Saniyya fi db al-Tharqah karya Muhammad bin Abdullah al-Khani, Tanwr al-Qulb f Mumalat Allm al-Ghuyb karya Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili (w. 1322/1914), Majmat al-Rasil al Ushl alKhlidiyyah karya Sulayman al-Zuhdi, Khaznat al-Asrr Jallat al-Adhkr

tulisan Muhammad Haqqi al-Nazili (w. 1301/1884 di Makkah), dan Kayfiyyat alDhikr al al-Tharqa al-Naqshbandiyya karya Muhammad Salih al-Zawawi. Tarekat Naqsyabandiyah Mazhariyah di sisi lain disebarkan di Indonesia oleh dua khalifah dari Muhammad Salih al-Zawawi, yang beliau sendiri adalah seorang khalifah dari Muhammad Mazhar al-Ahmadi (w. 1301/1884 di Madinah): Abd al-Azhim al-Manduri dari Madura, Jawa Timur, dan Ismail Jabal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Tarekat Naqsyabandiyah (Haqqaniyah) yang berpusat di Cyprus, tempat kelahiran Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani dan khalifah beliau Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani dengan gigih telah berhasil mempunyai banyak cabang di Syria, Amerika Serikat (Michigan, Chicago dan California dan terdapat di 18 tempat lainnya), serta cabang-cabangnya di Kanada (Montreal, Toronto, Vancouver, dsb), Inggris (London dan Birmingham), Perancis, Spanyol (3 tempat), Swedia, Switzerland, Mesir, Jerusalem, Lebanon, Kenya, Jerman, Belanda, Italia, Argentina (4 tempat), Guadeloup, Australia, Pakistan, Sri Lanka, Mauritius dan Afrika Selatan, juga di Indonesia, Malaysia, Jepang (4 tempat), serta Brunei Darussalam. Karya-karya Syaikh Nazim, baik yang berbahasa Turki, Arab atau berbahasa Inggris, sebagian sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya, di seluruh Indonesia telah terdapat cabang-cabangnya, juga telah merambah ke manca negara termasuk Malaysia, Singapura and Brunei Darussalam. Ciri utama tarekat ini dzikir jahar dan dzikir khafi sebagaimana yang menjadi ciri utama kedua tarekat asalnya, telah menjadikan tarekat ini dinamis, lebih-lebih lagi TQN Suryalaya melalui Syaikh Mursyid K.H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin (Abah Anom) telah mendisain secara khusus kurikulum bagi rehabilitasi anak penyalahguna obat, bahan narkotika dan kenakalan remaja lainnya. Banyak pengunjung, mulai rakyat biasa hingga pejabat tinggi negara dan sarjana dari dalam negeri dan dari manca negara datang ke Suryalaya, untuk bertemu dengan Pangersa Abah Anom dan juga ada yang melakukan penelitian. TQN Suryalaya juga mempunyai pengikut di Amerika Serikat (Washington D.C.) dan di Inggris (London). Cabang lainnya dari TQN di Jawa Tengah yaitu di Pondok Pesantren alFutuhiyyah Mranggen, asuhan K.H. Lutfil Hakim bin Muslih bin Abdurrahman dan di Jawa Timur, Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang yang sekarang diasuh oleh K.H. Dimyati Romly, anak cabangnya yang lain terdapat di Pondok Pesantren al-Fithrah, asuhan K.H. Asrori Usman. Bersambung ... Sumber : DR. Sri Mulyati (Dosen Pasca Sarjana UIN Jakarta) Disampaikan pada Pelatihan Muballigh Tasawuf V di Jakarta 17 - 19 Agustus 2007

Dakwah Tasawuf di Dunia Modern (Bag. 2) 03 Sep 2008 Cetak Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lombard, Tarekat Khalwatiyah didirikan di Khurasan oleh Zahir al-Din Umar al-Khalwati di akhir abad keempatbelas masehi, dan diperkenalkan ke Sulawesi Selatan (Makassar) oleh Syaikh Yusuf (b.1626). Setelah menunaikan haji di Mekkah pada 1644, Syaikh Yusuf pergi ke Aceh melalui Banten pada 1645. Beliau ikut Tarekat Qadiriyyah bersama Nur al-Din al-Raniri di Aceh (sebuah sumber lain menerangkan bahwa beliau diinisiasi dalam Tarekat Qadiriyyah oleh seorang imigran dari Gujarat yang mengajar di Aceh, Muhammad Jilani bin Hasan ibn Muhammad al-Hamid, paman dari Nur al-Din al-Raniri). Yusuf lalu ikut Tarekat Naqsyabandiyah dengan Syaikh Abu Abd Allah Abd alBaqi Billah, dan masuk Tarekat al-Saada al-Baalawiyyah dengan Sayyid Ali ketika ia berada di Yaman. Pada saat ia berada di Madinah, Syaikh Yusuf ikut Tarekat Syaththariyah melalui Syaikh Ibrahim al-Kurani dan akhirnya masuk Tarekat Khalwatiyah melalui Abd al-Barakat Ayyub bin Ahmad ibn Ayyub alKhalwati al-Qurashi di Damaskus. Kemudian ia pulang ke Sulawesi untuk melawan Belanda disana. Ketika Makassar diduduki Belanda pada 1667, Syaikh Yusuf kembali ke Banten dan juga melawan tentara kolonial disana. Beliau tertangkap pada 1683, dideportasi ke Ceylon dan kemudian ke Capstad (Afrika Selatan) pada 1693, dan beliau wafat pada 1699. Beliau meminta Karaeng Abd alJalil untuk meneruskan Khalwatiyah di Makassar. Abd al-Rauf Singkel (w.1699) seorang yang aktif menulis dan menterjemah buku-buku tasawuf. Seperti Hamza Fansuri, dia juga melakukan banyak perjalanan ke Timur Tengah untuk mencari ilmu. Al-Attas menjelaskan bahwa Abd al-Rauf adalah murid Ahmad al-Qusyasyi (d.1660), seorang syaikh Tarekat Syaththariyah, pengarang Al-Simt al-Majd, ketika Abd al-Rauf belajar di Madinah, namanya muncul dalam silsilah dan menjadi orang pertama yang memperkenalkan Syaththariyah ke Indonesia. Nama Abd al-Rauf juga dihubungkan dengan terjemahan dan tafsir Quran bahasa Melayu yang berdasarkan atas karya al-Baydhawi berjudul Anwr al-Tanzl wa Asrr al-Tawl, dan pertama kali diterbitkan di Istanbul pada 1884. Murid utama Abd al-Rauf Singkel adalah Burhanuddin dan Abd al-Muhyi. Nama yang disebut pertama adalah mempunyai tanggung jawab untuk islamisasi di Sumatera Barat dan Syaikh Abd al-Muhyi bertanggung jawab untuk daerah Jawa Barat terutama di daerah pegunungan sebelah selatan Tasikmalaya Makam Syaikh Abd al-Muhyi terletak di Pamijahan, Karangnunggal (Jawa Barat), tidak jauh dari sebuah Goa tempat beliau dan teman-temannya mempunyai komunikasi dengan Makkah. Ketika beliau berusia sembilan belas tahun, Abd al-Muhyi pergi

ke Aceh dan belajar di bawah bimbingan Syaikh Abd al-Rauf Singkel selama delapan tahun (1669-1677). Tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh Syaikh Abd al-Karim al-Sammani (1719-1775) dengan ratibnya yang terkenal ratib Samman, dibaca banyak orang di Indonesia. Baik kitab Manaqib Syaikh al-Waliy al-Syahir Muhammad Samman maupun Hikayat Syekh Muhammad Samman, keduanya mengungkap siapa sosok Syaikh Samman, terutama karamah beliau. Syaikh Abd Samad al-Palimbani (w. 1800) dikenal sebagai penyebar tarekat ini di Indonesia, dan khususnya di daerah Sumatra Selatan. Daerah Palembang terkenal selama abad ke delapan belas masehi sebagai tempat berkumpulnya para sarjana dan penulis. Tarekat Tijaniyah yang didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani (w.1815), walaupun sebagian orang menganggap tarekat ini eksklusif namun dewasa ini masih banyak pengikutnya. Tarekat ini diperkenalkan ke Cirebon pada tahun 1928, dan cepat berkembang ke Tasikmalaya, Brebes dan Banyumas. Pada mulanya di bawah asuhan Kiyai Buntet dan Kiyai Madrais, tetapi setelah PD II atas pengaruh Kyai Madrais dinamai Agama Sunda, dan tidak lagi sebagai tarekat dan masuk kategori Kebatinan atau Kejawen. Namun begitu Tijaniyah yang benar berkembang terus sampai ke Pulau Madura bersama-sama dengan berkembangnya Naqsyabandiyah dan TQN. Sebagai tambahan selain Tijaniyah, Tarekat Syaththariyah juga berkembang di Pesantren Buntet, dan disebarkan oleh Kiyai Abbas, seorang saudara laki-laki dari Kiyai Anas. Beliau berdua setuju bahwa kedua tarekat membentuk bagiannya dalam Pondok Pesantren Buntet, Cirebon. Tarekat Tijaniyah tersebar luas di seluruh Indonesia. Menurut sebagian peneliti, daerah Cirebon dan Garut sebagi basis wilayah Jawa Barat; Brebes dan Pekalongan sebagai basis wilayah Jawa Tengah sementara Surabaya, Probolinggo dan Madura sebagai basis wilayah Jawa Timur. Tarekat Chisytiyah sebuah tarekat kelahiran India yang di dirikan oleh Syaikh Muin al-Din Chisyti (w.1236) telah berhasil mempopulerkan tarekat ini ke luar India. Di awal pendiriannya tarekat ini berideologi Sunni. Hal ini terbukti bahwa para sufi awal Chisyti di India menjadikan Awrif al-Marif karya Syaikh Syihab al-Din Abu Hafs Umar Suhrawardi (539-632 H/1145-1234 M) sebagai pegangan mereka. Kitab ini juga menjadi dasar bagi mereka para guru Chisytiyah dalam mengajar murid-muridnya. Selain Awrif, Kasyf al-Mahjb karya alHujwiri juga sangat populer di gunakan kaum Chisyti. Selain kedua kitab itu, Malfuzhat Syaikh Nizam al-Din Auliya, Syaikh Nashir al-Din Chiragi Dihli, Syaikh Burhan al-Din Gharib, Khwajah Bandah Nawaz Gizu Daraz, juga menjadi gagasan-gagasan yang kuat dan akurat bagi pembentukan ajaran Tarekat Chisytiyah. Hingga sekarang ini cabang Tarekat Chisytiyah juga terdapat di Amerika Serikat misalnya di Philadelphia, dibawa dan dikembangkan oleh seorang Syaikh Chisytiyah dari Sri Lanka, bernama Bawa Muhayiddin. Seorang orientalis yang telah sangat berjasa dalam memperkenalkan pendiri Tarekat Mawlawiyah misalnya, yaitu Mawlana Jalaludin Rumi ke dunia Barat

adalah Reynold A. Nicholson yang telah bukan hanya mengedit secara kritis semua naskah matsnawi, tetapi juga menterjemahkan dengan baik seluruh naskah tersebut (sebanyak 6 buku) ke dalam bahasa Inggris. Demikian juga ia telah menerjemahkan dan menseleksi dari Divan-i Syams-i Tabriz. Sedangkan karya Rumi yang lain Fihi Ma Fihi telah diterjemahkan oleh Arberry dengan judul Discourse of Rumi. Tokoh lain yang sangat berjasa dalam memperkenalkan Rumi ke dunia Barat adalah Prof. Annemarie Schimmel (w. 2003), yang telah menulis dengan penuh penghargaan dan kebanggaan tentang karya-karya Rumi, seperti I am Wind You Are Fire: The Life and Work of Rumi, dan The Triumphal Sun: A Study of the Works of Jalaludin Rumi. Meskipun begitu, tokoh Barat yang pada saat ini yang rajin mengembangkan dan mempromosikan Rumi dan tarekatnya adalah Syaikh Kabir Edmund Helminski (dan istrinya Cemille Helminski). Saya pernah dua kali bertemu beliau ketika ke Indonesia pada tahun 2003. Berbeda dengan sarjana-sarjana sebelumnya, Kabir Helminski menulis dan memperkenalkan Rumi dan tarekatnya dari dalam tradisi Mawlawi sendiri, kepada audiens internasional, karena ia sendiri adalah anggota Tarekat Mawlawiyah. Lebih dari itu, ia kini telah menjadi salah seorang spiritual guide terkemuka dari tarekat tersebut, setelah berpindah agama dan bahkan dianggap sebagai wakil (representative) dari Tarekat Mawlawiyah. Pada saat ini, Syaikh Kabir Edmund Helminski, dan istrinya Cemille Helminski, adalah co-direktur dari masyarakat Threshold sebuah organisasi non-profit yang dipersembahkan untuk berbagi pengetahuan dan praktek tasawwuf. Pada saat ini Threshold Society, beralamat di RD 4 Box 400, Putrey, Vermont USA, 05346, atau 139 Main Street, Brattleboro, Vermont 05301. Ini merupakan pusat kajian Rumi internasional, dan yang bertanggung jawab secara luas untuk membuat Rumi menjadi salah satu penyair masa kini yang paling luas dibaca orang. Kabir Helmiski menulis banyak buku dalam literatur sufisme, terutama tasawuf Jalaluddin Rumi, dengan cara menerjemahkan berbagai buku-buku tersebut. Ia adalah pengarang dari Living Presence: A Sufi Way to Mindfulness and Essential Self, yang dikomentari oleh Jack Kornfield sebagai iluminasi modern yang menaruh perasaan terhadap jalan sufi yang sarat dengan aroma kuno. Bukunya yang lain adalah The Knowing heart: A Sufi Path of Transformation, karya ini dipandang sebagai sebuah pengantar yang jelas dan baik bagi tasawuf, yang dengan kreatif dibumbui oleh wawasan-wawasan batin dari al-Quran dan tulisan-tulisan Rumi. Bukunya yang juga sangat populer dan bahkan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh H. B. Yasin adalah Rumi Day Light: A Daybook of Spiritual Guidance. Buku ini dinilai oleh Camille Adams Helminski, istri Syaikh

Kabir Helminski, sebagai sebuah sumber wawasan dan penyegaran, yang dapat mendukung dan memberikan semangat. Dia juga beserta istrinya telah menulis sebuah buku kecil dan sangat cantik, yang didisain sebagai hadiah" (gift), dengan dilengkapi beberapa kartu indah dengan lukisan-lukisan kuno Persia, sebagai tafsir bagi syair-syair Rumi, yang berjudul Rumi: The Path of Love. Buku kecil ini meliputi sejarah kehidupan Rumi, penjelasan tentang jalan sufi dari cinta dan 50 puisi pilihan dan penafsirannya dalam kartu-kartu yang indah terhadap semua puisi yang terkandung di dalamnya. Tetapi ada satu buku lagi yang sangat dekat dengan Tarekat Mawlawiyah, yaitu berupa wirid-wirid Mawlawi, yang disajikan secara lengkap dengan terjemahannya oleh Cemille dan Kabir Helminski sendiri, sebagai seorang Syaikh dan wakil Tarekat Mawlawiyah saat ini. Syaikh Kabir Helminski juga adalah guru dari beberapa penulis dan sarjana yang terkemuka, termasuk di dalamnya adalah Brian Hines, seorang ahli fisika baru, dan pengarang buku God, Whisper, Creations Thunder, yang telah menjadikan Rumi sebagai pembimbing dan inspirator utama dalam menafsirkan fenomenafenomena fisik yang ditemukan di laboratorium fisika modern. Dalam buku ini, Brian Hines tidak dapat menyembunyikan hutang budinya yang besar dalam pengenalannnya terhadap Rumi kepada Syaikh Kabir Helminski ini. Tentang Tarekat Nimatullahi yang dikenal di kalangan Muslim Syiah misalnya, tokoh kontemporernya sesudah Mnis Al Syh (w. 1373 H/ 1953 M) adalah Javad Nurbakhsy, seorang psikiatris. Beliau berhasil merekrut banyak anggota kelas atas di Teheran, ketika profesi suatu jenis tertentu dari sufisme menjadi model modern; beliau juga membangun serangkaian khnqh (zawiyah, rumah suluk) baru diseluruh negeri; dan menerbitkan dalam jumlah besar literatur tentang Nimatullh, termasuk karya-karya pribadinya. Ketika revolusi Islam Iran pada tahun 1978-1979 hampir memperoleh kemenangan, Nurbakhsy meninggalkan negeri itu, dan dia sekarang mengurus para pengikut campuran dari orang-orang imigran dari Iran dan orang-orang Barat yang memeluk agama Islam yang hidup di kota-kota besar di Eropa dan Amerika Utara. Javad Nurbakhsy dilahirkan di Kirman, Iran. Dia menyelesaikan sekolah dasarnya di kota itu, sering mengalami loncat-loncat dan selalu menjadi murid paling top di kelasnya. Pada umur enam belas tahun, dia dibaiat sebagai anggota Tarekat Nimatullh oleh Aq Mursyidi, salah seorang syaikh dari Mnis Al Syh. Setelah menyelesaikan sekolah lanjutan, dia pindah ke Teheran untuk menyelesaikan studinya di Universitas Teheran, menyertai gurunya, Mnish Al Syh, selama waktu senggangnya. Pada usia dua puluh tahun dia ditunjuk oleh Mnish untuk menempati posisi syaikh dan dua tahun berikutnya menyusun tiga jilid buku tipis untuk menghormati gurunya dengan judul Gulzr-i Mnis, mengenai pelbagai aspek teoritis dan praktik tasawuf. Jilid terakhir dari karyanya ini diterbitkan pada tahun 1949 M. Pada 1952 M, dia meraih gelar dokter (kesehatan) dan pindah ke Bam, sebelah barat Kirman, tempat dia ditunjuk sebagai kepala balai pengobatan tersebut. Di

sana, pada 15 Juni 1953, ketika Mnish Al Syh wafat di Teheran, Javad Nurbakhsy menerima berita tentang pelantikan anumerta beliau sebagai quthb dalam Tarekat Nimatullh. Selama 34 tahun terakhir, Javad Nurbakhsy (Nr Al Syh II) telah memimpin dan mengelola Tarekat Nimatullh, yang selama rentang waktu ini dia telah mengawasi pembangunan lebih dari seratus pondok sufi atau khnqh di kota metropolitan dan kota madya utama di seluruh Persia. Javad Nurbakhsy adalah penulis atau penyunting lebih dari sembilan puluh karya terbitan Persia, yang dicetak di Teheran oleh penerbit Khaniqahi Nimatullahi (Intisyrt-i Khnqh-i Nematullh). Publikasi-publikasi ini pada dasarnya dibagi dalam dua kategori: (1) Karya asli Javad Nurbakhsy; dan (2) Edisi kritis atas karya prosa dan puisi yang ditulis oleh para penulis sufi klasik. Namun Javad Nurbakhsy juga telah menerbitkan banyak artikel tentang psikologi. Mesti juga disebutkan bahwa Perpustakaan Nurbakhsy di Teheran menyimpan salah satu koleksi terbesar pelbagai manuskrip dan buku kuno tentang mistisisme Islam di Iran, yang indeks lengkapnya telah diterbitkan pada 1973 M oleh Ibrhm Dibj. Sejak 1962 M hingga 1977 M Javad Nurbakhsy mempraktikkan ilmu psikiatrinya sebagai profesor di Universitas Teheran dan kepala salah satu rumah sakit psikiatri terkemuka di kota itu. Dia juga menghabiskan waktunya mempelajari dan melakukan penelitian di bidang ini di Sorbornne (Paris). Dia adalah salah seorang tokoh sufi pertama yang menguasai ilmu jiwa tradisional sekaligus psikiatri modern. Javad Nurbakhsy pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat pada 1974 M, dan menanggapi banyaknya permintaan dari para pengikutnya di Amerika yang jumlahnya semakin meningkat, pada 1975 M dia mendirikan pondok sufi (khnqh) pertama di Amerika Serikat di kota New York. Tindakan ini diikuti oleh pelbagai pusat [tarekat itu] di kota-kota Amerika lainnya. Selama dasawarsa terakhir, jumlah khnqh terus meningkat dan bertambah banyak di Amerika, dan sebuah khnqh penting di London telah menjadi pusat tarekat ini di Barat. Javad Nurbakhsy telah bermukim di London sejak 1983 M dan memprakarsai serangkaian penerbitan dalam bahasa Persia. Dua seri dari karya-karya ini pantas disebutkan secara khusus, karena menjadi bagian kontemporer penting dalam tradisi literatur sufi kuno: (1) Marif-i Shfiyyah, sebuah uraian ringkas tentang konsep-konsep teosofis dasar dari para penulis sufi klasik dalam tujuh jilid (empat jilid di antaranya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris); dan (2) Farhang-e Nrbakhsy, lima belas jilid ensiklopedi tentang terminologi sufi yang membahas secara detail makna esoteris simbolisme puisi dalam leksikon sufi (tiga jilid telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Sufi Symbolism). Selanjutnya, sebuah jurnal ilmiah, Sufi, yang dikhususkan untuk mengkaji sastra, filsafat, dan praktik tasawuf, baru-baru ini mulai diterbitkan di London dalam bahasa Persia dan Inggris, yang menegaskan kembali ajaran-ajaran dasar dan abadi, landasan metafisika, dan kebenaran-kebenaran puitis spiritualitas Islam.

Tarekat Sanusiyah yang didirikan oleh Muhammad bin li al-Sanusi (1787-1859), sejak berdirinya hingga sekarang masih mendapat banyak pengikut terutama di kawasan Afrika Utara. Karangan beliau yang masih dibaca orang dan dijadikan sebagai bagian dari kutub al-mutabarah yaitu al-Salsabil al-Man f al-Thariq al-Arban dan al-Masil al-Asyar J.C Trimingham mencatat bahwa beliau telah mendirikan sebuah zawiyah di Abu Qubais Makkah, dan meninggalkan kota itu pada tahun 1840 dan kemudian tinggal di bukit yang bernama Jabal Akhdhar di daerah Cyrenaica. Dapat kita amati disini bahwa di sisi lain kegiatan spiritual Islam secara praktek di masjid atau sufi center di Barat ikut menjadi semarak karena kedahagaan mereka terhadap kehidupan spiritual. Hal ini dapat diamati dalam kegiatan-kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah dengan cabang-cabangnya, Tarekat Chisytiyah, Tarekat Mawlawiyah dan tarekat-tarekat lainnya seperti yang telah dijelaskan diatas. Perkembangan tarekat tidak selalu sama baik di Barat maupun di Timur, namun begitu hingga saat ini tarekat masih eksis dan berkembang dengan baik. Dari penjelasan tentang perkembangan kehidupan spiritual Islam yang disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa universalitas ajaran Islam dapat di fahami dan dipraktekkan sejak awal kehadirannya hingga akhir zaman, kealamiahan ajaran Islam yang relatif kompatibel dengan keperluan kehidupan manusia, menjadikan agama ini senantiasa menarik perhatian sarjana manapun untuk menjadikannya sebagai bahan penelitian yang tak pernah kering dan habis. Data historis dan kajian akademik telah membuktikan bahwa kehadiran tarekat semakin berkembang di Indonesia, dan juga di manca negara sebagai yang dijelaskan di depan. Asumsi Geertz juga terpatahkan yang mengatakan bahwa tarekat menghilang di daerah perkotaan, sebaliknya data Dhofier dan Julia Howell menunjukkan sebaliknya, bahkan tarekat bukan hanya dipertahankan oleh lakilaki bahkan kaum perempuan pun banyak yang menjadi pengikutnya. Hubungan antara tingkat ekonomi yang membaik dan menjadi Muslim yang salih menjadikan studi tentang bagaimana menjadi Muslim yang modern semakin menarik, lebih-lebih pada saat dunia (sebagian negara/orang Barat) sedang membuat opini lewat media terhadap wajah Islam/Muslim dari sisi yang kurang menguntungkan (kekerasan, kemiskinan, korupsi dsb. terjadi di negara ketiga yang sebagian besar penduduknya Muslim) pada saat yang bersamaan. Namun harus disadari bahwa pada kasus-kasus tertentu praktek yang ada di kalangan kaum muslimin belum sepenuhnya mencerminkan ajaran Islam, apabila self koreksi ini diterima, jalan yang lebih baik akan terbentang di masa yang akan datang, biawnillah insya Allah. Tamat

Sumber: DR. Sri Mulyati (Dosen Pasca Sarjana UIN Jakarta) Disampaikan pada Pelatihan Muballigh Tasawuf V di Jakarta 17 - 19 Agustus 2007 Daftar Pustaka Abdullah, Hawash. Perkembangan Ilmu Tasawwuf dan Tokoh-tokohnya di Nusantara. Surabaya: Al-Ikhlas, 1930. Abdurrahman, Moeslim. Tijaniyyah, Tarekat yang Dipersoalkan? dalam Pesantren P3M No.4/vol.V/1998: 82. Aceh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat (Solo: Ramadhani, 1990). al-Attas, Syed Muhammad Naquib. Some Aspects of Sufism as Understood and Practised among the Malays, diedit oleh Shirley Gordon. Singapore : Malaysian Sociological Research Institute, 1963. Brockelmann, Carl. Geschichte der arabischen Litteratur. 2nd edition. 2 vols. 1943-1949. Supplement 3 vols. Leiden: E.J. Brill, 1937-1942. Bruinessen, Martin van Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Bandung: Mizan, 1992. , Tarekat and Tarekat Teachers in Madures Society, dalam Across Madura Strait The Dynamics of an Insular Society. Diedit oleh Kees van Dijk, Huub de Jonge dan Elly Touwen-Bouwsma. Leiden: KITLV press, 1995, 91-117. Camille dan Kabir Helminski. Rumi: The Path of Love. New York: Barnes & Noble Books, 2001. Daudy, Ahmad. Syaikh Nur al-Din al-Raniri. Jakarta: Bulan Bintang, 1978. Dhofier, Zamakhsyari. The Pesantren Tradition: A Study of the Role of the Kyai in the Maintenance of the Traditional Ideology of Islam in Java. Ph.D dissertation Australian National University, Canberra, 1980. . Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1982). Drewes, G.W.J. Directions for Travelers on the Mystic Path: Zakariyya alAnsaris Kitb al-Rahmn and its Indonesian Adaptations. The Hague: Martinus Nijhoff, 1977. . Further Data Concerning Abd al-Samad Al-Palimbani, Bijdragen 132. Feener, Michael. Yemeni Sources for the History of Islam in Indonesia: Abd al-Samad al-Palimbani in the Nafas al-Yamani, in La Transmission du savoir dans le monde musulman Peripherique. Paris: EHESS, December, 1999, 128-144.

Geertz, Clifford. The Religion of Java. Glencoe, III: Free Press, 1960. . Islam Observed. Chicago: University of Chicago Press, 1968. Hasyimi,Ibrahim. A Bibliography of Persian Books in Psychology and Education. Tehran: Intisyarat-i Khaniqah-i Nimat Allahi, 1971, jilid 2 dan 1973, jilid 1. Hines, Brian. Gods Whispher, Creations Thunder: Echoes of Ultimate Reality In the New Physics. Brattleboro, Vermont: Threshold Books, 1996. Helminski, Kabir Edmund. Living Presence: A sufi Way to Mindfullness & the Essential Self. New York: The Putnam Publishing Group, 1992. . The Knowing Heart: A Sufi Path of Transformation. Boston & London, Shambala, 2000. . Terang benderang: Renungan Spiritual Harian kutipan dari Matsnawi, diterjemahkan dari Rumi Daylight: A Daybook of Spiritual Guidance oleh H.B. Yasin. Bandung: Mizan, 2000. Howell, Julia Day, M.A. Subardi, dan Peter L. Nelson, New Faces of Indonesian Sufism: A Demographic Profile of Tarekat Qodiriyyah-NaqsyabandiyyahPesantren Suryalaya, in the 1990s,dalam Review of Indonesian and Malaysian Affairs 35, 2 March 2002 Johns, A.H. Islam in Southeast Asia: Reflections and New Directions dalam Indonesia. Cornell Modern Indonesia Project, no.19 April 1975. Khaerussalam, A.A. Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyullah Pamijahan. Pamijahan, 1997. Kraus, Werner. Some Notes on the Introduction of the NaqshbandiyyaKhalidiyya into Indonesia, dalam Naqshbandis Cheminements et situation actuelle dun ordre mystique musulman, ed. Marc Gaborieau, Alexandre Popovic and Thierry Zarcone. Istanbul: Isis, 1990. Kaptein ,N. Tarika. 8 di Indonesia, dalam The Encyclopaedia of Islam vol.X., 257. Lombard, Denys. Les tarkat en Insulinde, dalam Les Ordres Mystique dans lIslam, ed. Popovic dan G.Veinstein (Paris, 1986). Mulyati, Sri. The Educational Role of the Tariqa Qadiriyya wa Naqshbandiyya with Special Reference to Suryalaya, McGill University, Montreal, Canada, 2002. Mutasim, Radjasa. dan Abdul Munir Mulkhan. Baca Bisnis Kaum Sufi Studi Tarekat dalam Masyarakat Industri. Yogyakarata: Pustaka Pelajar, 1998.

Nurbakhsy, Javad. Tarekat Nimatullahi, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Manifestasi (ed. S.H. Nasr) Terj. Tim Mizan. Bandung: Mizan, 2003. Rinkes, D.A. Abdoerraoef van Singkel. Heerenven, 1909. Rumi, Divan-i Shams-i Tabriz. Seleksi dan terjemahan oleh R. A. Nicholson. London: Cambridge University Press, 1977. Rumi, Discourses of Rumi, sebuah terjemahan dari Fihi Ma Fihi oleh A. J. Arberry. New York: Samuel Weiser, 1977. Rumi, The Mathnawi of Jalal al-Din Rumi, terj. Nocholson, jilid I-VI. ondon: Luzac & Vco. Ltd., 1968. Schimmel, Annemarie. I am Wind you are Fire: The Life and Work of Rumi (Boston and London: Shambala, 1992). . The Triumphal Sun: A Study of the works of Jalaloddin Rumi (London: East-West Publication, 1980). Shaghir Abdullah, Wan Mohd. Syeikh Abdurrauf bin Ali al-Fansuri, dalam Tokoh-Tokoh Sastera Melayu Klasik ed. Mohd.D..Moh. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1987. . Syeikh Abdush Shamad Al-Falimbani. Al-Fathanah, 1983. Sunardjo, Unang. Pesantren Suryalaya dalam Perjalanan Sejarahnya. Tasikmalaya: Yayasan Serba Bhakti PP. Suryalaya, 1985. Taj al-Arifin, Shohibulwafa. Miftah al-Shudur. 2 jilid. Dalam Thoriqot Qodiriyyah Naqsabandiyyah Sejarah Asal-Usul dan Perkembangannya. Ed. Harun Nasution, 261-324. Tasikmalaya: Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah, 1990. . Kunci Pembuka Dada [Terjemahan Miftah al-Shudur] oleh Abubakar Atjeh. Jakarta, 1969. . Uqud al-Juman. Suryalaya: Yayasan Serba Bakti Pesantren Suryalaya, 1975. . Ibadah Sebagai Metoda Pembinaan Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Kenakalan Remaja. Tasikmalaya: Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, 1985. . Akhlaqul Karimah/Akhlaqul Mahmudah Berdasarkan Mudaawamatu Dzikrillah. Tasikmalaya: Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, 1983.

Trimingham, J.S. The Sufi Orders in Islam. London: Oxford University Press, 1973. Tudjimah, Asrar al-Insan fi Marifa al-Ruh wa al-Rahman Thesis., Universitas Indonesia, 1961.

Anda mungkin juga menyukai