Anda di halaman 1dari 14

ANALISA VEGETASI METODE KUARTER TITIK PUSAT

ELYA AGUSTINA (1210702021)

Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Pada praktikum kali ini menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuarter titik pusat. Praktikum ini dilaksanakan di Arboretum Universitas Padjadjaran Bandung, dimana tumbuhan yang dijumpai memiliki pohon, terna, semak yang tumbuh di darat (terrestrial) maupun di lahan basah atau berair (aquatik) yang ditujukan sebagai koleksi dan konservasi tumbuhan, terutama tumbuhan langka Jawa Barat. Arboretum

bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Dari hasil data ditemukan 20 pohon dengan 7 jenis pohon diantaranya kiacret,
bihbul, waru, bintaro, sawo walanda, kinari, dan jambu air. Data yang telah diperoleh dari kegiatan pengukuran lapangan kemudian diolah dengan menggunakan formulasi metode kuarter titik pusat untuk menghitung besarnya kerapatan (individu/m2), dominansi dan frekuensi, serta indeks nilai penting (INP). Hasil tabulasi data menunjukan bahwa tumbuhan yang mendominasi pada kawasan arboretum yaitu kiacret (Spathodea campulata) dengan nilai INP tertinggi 132,64%. Sedangkan INP terendah didapat sebesar 12,3 % yaitu pada pohon bintaro dan jambu air.

Kata Kunci : analisis vegetasi, arboretum, metode kuartener titik pusat, INP (Indeks Nilai Penting).

PENDAHULUAN Arboretum Unpad merupakan salah satu institusi internal yang turut mendukung proses belajar mengajar di kawasan kampus Unpad sesuai dengan pola ilmiah pokok Universitas Padjadjaran, yaitu Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan Nasional. Arboretum seluas 12,5 ha, terbagi ke dalam beberapa zona, diantaranya zona tanaman obat, tanaman langka, tanaman jati diri, tanaman bahan bangunan daan zona budidaya. Arboretum Universitas Padjadjaran (UNPAD) tidak hanya menanam pohon tetapi juga terna, semak yang tumbuh di darat (terrestrial) maupun di lahan basah atau berair (aquatik) yang ditujukan sebagai koleksi dan konservasi tumbuhan, terutama tumbuhan langka Jawa Barat (MIPA UNPAD, 2010). Maka untuk mengetahui keragaman tumbuhan serta jenis tumbuhan yang mendominasi pada arboretum tersebut dilakukan analisis vegetasi. Sehingga dapat dilihat korelasi tumbuhan terhadap kawasan kampus Unpad. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-

tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi duatu komunitas tumbuhan. Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan

mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi

dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983). Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990). Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984). Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter (Syafei, 1990). Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuarter titik pusat. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994). Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001). Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat memahami dan mempraktekan metode kuarter titik pusat dengan baik di lapangan, serta mendapatkan Nilai Indeks Penting (INP) dari setiap jenis tumbuhan yang ditemukan.

METODE Waktu dan Tempat Praktikum analisis vegetasi dengan metode kuarter titik pusat dilakukan pada hari Selasa tanggal 24 April 2012 pada pukul 07.30 sampai 11.00 WIB di Arboretum Universitas Padjadjaran Bandung. Metode Umum Metode yang digunakan yaitu metode kuarter titik pusat (point center of quarter method): analisa vegetasi tumbuhan dengan mengukur diameter batang pohon yang terdekat dengan titik pusat pengamatan. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan pada praktikum ini adalah teknik survey yaitu dengan mencari lokasi yang mewakili komposisi tumbuhan yang ada di suatu daerah, sedangkan pengumpulan data digunakan metode kuarter. Seperti metode kuadran titik pusat, dibuat dulu garis kompas. Pada titik pengamatan (pengukuran) dibuat garis-garis kuadran. Dari tiap kuadran didaftarkan dan diukur satu pohon yang

terdekat dengan titik pengukuran dan diukur jaraknya masing-masing ke titik pengukuran. Alat dan Bahan Alat bahan yang digunakan yaitu sebagai berikut: 1) patok, berfungsi untuk menandai daerah pengamatan. 2) tali rapia, berfungsi untuk membatasi garis transek. 3) kompas, berfungsi untuk menentukan arah garis transek. 4) meteran, berfungsi untuk mengukur leber plot, panjang garis transek dan mengukur keliling batang pohon. 5) alat tulis, berfungsi untuk mencatat data yang diperoleh. Prosedur Pengumpulan Data Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: Ditentukan terlebih dahulu daerah yang akan dijadikan objek pengamatan, lalu dibidik arah tertentu dengan menggunakan kompas untuk membuat transek. Garis transek dibuat sepanjang 100 meter untuk setiap kelompok kemudian ditentukan titik pusat pengamatan (garis bayangan) tiap 20 meter. Kemudian ditentukan pohon yang terdekat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan Arboretum Unpad diketahui jarak yang telah ditentukan yaitu 100 m, dengan metode yang digunakan yaitu metode kuarter titik pusat. Dimana metode ini terdapat 5 plot dan pada masng-masing plot dibuat 4 kuadrat. Tumbuhan yang ada pada kuadrat tersebut diidentifikasi serta diukur antara jarak dan diameter pohon. Pengambilan data tumbuhan harus memenuhi ketentuan, apakah tumbuhan tersebut termasuk pohon, pancang, tiang, atau semai. Akan tetapi pada praktikum dengan metode kuadrat titik pusat ini difokuskan pengukuran terhadap katagori pohon dan tiang. Untuk pohon dicirikan memiliki diameter batang lebih dari 20 cm, sedangkan tiang memiliki diameter antara 10 19 cm. Dalam melakukan analisis data tumbuhan, tumbuhan yang akan diformulasikan ke dalam data adalah tumbuhan yang mendekati titik garis pusat. Jenis tumbuhan yang terdapat pada kuadrat dilakukan pengukuran meliputi jarak tumbuhan terhadap garis dan diameter tumbuhan di atas dada. Kemudian hasil

data tersebut ditabulasikan ke dalam tabel untuk diketahui nilai kerapatan, dominansi dan frekuensi. Dari data tersebut dapat diperoleh INP, INP ini digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Menurut Muller (1974), Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR), dan Frekuensi Relatif (FR). FM merupakan jumlah petak ukur ditemukannya suatu jenis pohon dibagi jumlah total petak ukur yang dicacah. Ftotal adalah jumlah nilai frekuensi semua jenis pohon. KM adalah jumlah individu suatu jenis dibagi luas total petak ukur, sedangkan Ktotal adalah jumlah nilai kerapatan semua jenis pohon. DM merupakan luas basal area suatu jenis dibagi luas total petak ukur. Menurut Kusmana (1997), basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Kerapatan dapat diartikan banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung. Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat, kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat (Soerianegara, dkk, 1982). Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis, apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan. Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. Dari hasil data ditemukan 20 pohon dengan 7 jenis pohon diantaranya kiacret, bihbul, waru, bintaro, sawo walanda, kinari, dan jambu air. Data yang telah diperoleh dari kegiatan pengukuran lapangan kemudian diolah dengan menggunakan formulasi metode kuarter titik pusat untuk menghitung besarnya

kerapatan (individu/m2), dominansi dan frekuensi, serta indeks nilai penting (INP) dari masing-masing jenis pohon sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Pohon Pada Tiap Kuadrat Titik pusat Nama pohon Kiacret Kiacret Kiacret Bihbul Waru Kiacret Waru Waru Kiacret Bintaro Sawo walanda Kenari Kenari Bihbul Sawo walanda Kenari Kiacret Jambu air Bihbul Kenari Jarak titik pusat ke pohon (m) 7,4 9,12 5,3 1,9 6,45 4,65 9,15 2,7 5,95 6 4,17 4,75 2,34 1,96 6,15 4,55 6,89 1,71 2 10,6 5,187 Diameter pohon (cm) 53 27 20 18 65 75 28 15 75 21 20 22,5 24 25,2 18,5 22,3 37 21 24 22 31,675 Jari-jari pohon (cm) 26,5 13,5 10 9 32,5 37,5 14 7,5 37,5 10,5 10 11,25 12 12,6 9,25 11,25 18,5 10,5 12 11 15,8425 Basal area (m2) 0,22 0,05 0,03 0,02 0,03 0,04 0,06 0,017 0,44 0,03 0,03 0,03 0,04 0,05 0,026 0,04 0,1 0,03 0,045 0,03 0,0679

Kuadrat I II III IV I II III IV I II III IV I II

II

III

IV III IV I V II III IV Rata-rata

Tabel 2. Jumlah pohon tiap jenis dan rata-rata basal area No 1 2 3 Jenis pohon Kiacret Bihbul Waru Jumlah pohon (buah) 6 3 3 Rata-rata basal area (m2) 0,88/6 = 0,14 0,11/3 = 0,03 0,107/3 = 0,03

4 Bintaro 5 Sawo walanda 6 Kenari 7 Jambu air Perhitungan : Jarak rata-rata pohon = = Kerapatan seluruh jenis = = Kerapatan mutlak (Km) = 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kiacret Bihbul Waru Bintaro Sawo walanda Kenari Jambu air = = = = = =

1 2 4 1

0,03/1 = 0,03 0,05/2 = 0,02 0,14/4 = 0,03 0,03/1 = 0,03

= 5,187 m

= 3,717 m

1,115 ind/ m2 ind/ m2 ind/ m2 ind/ m2 ind/ m2 ind/ m2 ind/

Kerapatan relatif (Kr) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kiacret Bihbul Waru Bintaro Sawo walanda Kenari = = = = = =

= 30,16 % 14,94 % 14,94 % 4,89 % 10,05 % 20,1 %

7.

Jambu air

4,89 %

Dominansi mutlak (Dm) = 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kiacret Bihbul Waru Bintaro Sawo walanda Kenari Jambu air = 0,14 m2 x 1,115 ind/m2 = 0,15 ind/m2 = 0,03 m2x 0,55 ind/m2= 0,01 ind/m2 = 0,03 m2x 0,55 ind/m2 = 0,01 ind/m2 = 0,03 m2x 0,18 ind/m2 = 0,005 ind/m2 = 0,03 m2x 0,55 ind/m2 = 0,007 ind/m2 = 0,03 m2x 0,74 ind/m2 = 0,02 ind/m2 = 0,03 m2 x 0,18 ind/m2= 0,005 ind/m2

Dominansi relatif (Dr) = 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kiacret Bihbul Waru Bintaro Sawo walanda Kenari Jambu air = = = = = = = 72,46 % 4,83 % 4,83 % 2,41 % 3,38 % 9,66 % 2,41 %

Frekuensi mutlak (Fm) = 1. 2. 3. 4. 5. Kiacret Bihbul Waru Bintaro Sawo walanda = = = = = 0,3 ind = 0,15 ind = 0,15 ind = 0,05 ind = 0,1 ind

6. 7.

Kenari Jambu air

= =

= 0,2 ind = 0,05 ind

Frekuensi relatif (Fr) = 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kiacret Bihbul Waru Bintaro Sawo walanda Kenari Jambu air = = = = = = = 30% 15% 15% 5% 10% 20% 5%

INP (Index Nilai Penting) = Kr + Dr + Fr 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kiacret Bihbul Pohon Waru Bintaro Sawowalanda Pohon Kenari = 30,16 % + 72,46 % + 30 % = 132,62 % = 14,94 % + 4,83 % + 15 % = 34,77 % = 14,94 % + 4,83 % + 15 % = 34,77 % = 4,89 % + 2,41 % + 5 % = 12,3 % = 10,05 % + 3,38 % + 10 % = 23,43 % = 20,1 % + 9,66 % + 20 % = 49,76 %

Pohon Jambu air = 4,89 % + 2,41 % + 5 % = 132,62 %

Tabel 3. Hasil perhitungan analis kualitatif vegetasi pohon di arboretum No 1 2 3 4 5 6 Nama Pohon Kiacret Kinari Bihbul Waru Sawo walanda Bintaro Km 1,115 0,74 0,55 0,55 0,37 0,18 Kr (%) 30,16 20,1 14,94 14,94 10,05 4,89 Dm 0,15 0,02 0,01 0,01 0,007 0,005 Dr (%) 72,46 9,66 4,83 4,83 3,38 2,41 Fm 0,3 0,2 0,15 0,15 0,1 0,05 Fr (%) 30 20 15 15 10 5 INP (%) 132,62 49,76 34,77 34,77 23,43 12,3

Jambu air

0,18

4,89

0,005

2,41

0,05

12,3

Berdasarkan data diatas kita dapat melihat hasil tabulasi data tumbuhan yang mendominasi pada kawasan arboretum yaitu kiacret (Spathodea campulata) dengan nilai INP tertinggi 132,64%. Nilai KR terbesar yaitu pada kiacret

diperoleh dengan nilai 30,16%, nilai ini menunjukkan bahwa kiacret (Spathodea campulata) memiliki kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan spesies

yang lainnya. Sedangkan nilai DR yang diperoleh sebesar 72,46% %. Nilai ini menunjukkan penutupan tajuknya besar. Begitu juga pada nilai FR, Kiacret (Spathodea campulata) memiliki FR tertinggi yaitu sebesar 30%, nilai ini menunjukkan bahwa kiacret (Spathodea campulata) memiliki kehadiran yang

tinggi di tiap plot dibandingkan dengan spesies yang lainnya dimana kiacret di temukan di titik kuarter 1, 2, 3 dan 5. Dominansi vegetasi tertinggi selanjutnya terlihat pada pohon kinari, akan tetapi nilai INP kinari ini sangat jauh jika dibandingkan dengan INP kiacret begitu juga pada tumbuhan lainnya. INP yang diperoleh kinari sebesar 49,76 %, hasil data INP ini diperoleh dengan penjumlahan KR, DR, dan FR. Pada pohon bihbul dan pohon waru memiliki KR, DR, dan FR yang sama atau sebanding sehingga INP-nya pun sama yaitu sebesar 34,77%. Pada hasil pengukuran dan perhitungan pohon sawo walanda diperoleh INP 23,43%. Sawo walanda ditemukan pada 2 plot yaitu pada kuadran 3 dan 4. Sedangkan INP terendah ada pada pohon bintaro dan jambu air sebesar 12,3 %. Nilai ini menunjukan bahwa pohon bintaro dan jambu air sedikit ditemukan pada kuadrat. Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa pohon bintaro dan jambu air ditemukan hanya 1 pohon saja dari setiap kuadrat yang dipelajari. Dari hasil analisis vegetasi tumbuhan yang ada di kawasan arboretum Unpad dapat diperoleh informasi kuntitatif tentang struktur dan komposisi komunitas tumbuhan. Kiacret memiliki nilai keberadaan yang paling tinggi menunjukan bahwa kiacret mampu hidup pada kondisi lingkungan tersebut. Menurut Michael (1994), keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat

dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil. Selain itu, vegetasi tanah dan iklim sangat berhubungan erat dan pada tiaptiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi arboretum yang merupakan suatu kawasan yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Jika ditinjau berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu: 1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda. 2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal. 3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983). Akan tetapi pada pengamatan yang telah dilakukan di kawasan arboretum. Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya penanaman pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang akan diciptakan. Ternyata bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kompetisi antar species tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia) dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah. Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq, et al, 1988).

KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data tumbuhan di kawasan Arboretum dengan panjang kuadrat titik pusat 100m, ditemukan 20 pohon dengan 7 jenis pohon diantaranya kiacret, bihbul, waru, bintaro, sawo walanda, kinari, dan jambu air. tumbuhan mendominasi pada kawasan arboretum yaitu kiacret (Spathodea campulata) dengan nilai INP tertinggi 132,64%. INP yang diperoleh kinari sebesar 49,76 %, pohon bihbul dan pohon waru memiliki KR, DR, dan FR yang sama atau sebanding sehingga INP-nya pun sama yaitu sebesar 34,77%. Pada hasil pengukuran dan perhitungan pohon sawo walanda diperoleh INP 23,43%. Sedangkan INP terendah ada pada pohon bintaro dan jambu air sebesar 12,3 %. INP ini digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Dominansi keberadaan tumbuhan tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford: Blackwell Scientific Publications Kusman, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: penerbit Institut Teknologi Bandung Ludwig, J. A and J.F. Reynolds, 1988. Statistical ecology, primer on methods and computing. John Willey & Sons. Singapore, 338 p. Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia. MIPA UNPAD, 2010. Sekilas Arboretum

< http://www.biologi.unpad.ac.id/?p=68> [Diakses Pada 11 Mei 2012] Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA. Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA. Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati

Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Jurnal Ekologi. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB. Soerianegara, Ishamet dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor . Surasana, Eden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB\

Anda mungkin juga menyukai