Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Histologi berasal dari bahasa Yunani yaituhist os yang berarti jaringan dan logos yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan struktur dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur

pengorganisasian sel dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan. Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas dirinya (Bavelander, 1998). Menurut Wikipedia (2009), histologi adalah bidang biologi yang

mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis. Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu. Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas memiliki beberapa nama sebutan yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu: 1. Mengetahui prosedur/metode dalam pembuatan preparat histologi 2. Mengamati preparat histologi ikan mas (Cyprinus carpio) 3. Mengetahui dan membandingkan jaringan insang, ginjal (ren), hati (liver), dan usus (intestinum) hewan uji normal dan abnormal dari sudut histologi,

1.3 Manfaat praktikum


Manfaat dari diadakannya praktikum histologi ini ialah agar mahasiswa dapatmengetahui pakah suatu jaringan yang telah terkena pathogen ataupun toksik yang berada ada suatu lingkunan perairan akan sama dengan yang tidak terkena pencemaran dan dapat membedakan ciri-ciri dari jaringan yang masih normal dengan jaringan yang abnormal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Analisis Histologi dan Histopatologi


Histologi adalah ilmu yang menguraikan struktur dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur pengorganisasian sel dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan. Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas dirinya (Bavelander, 1998). Histologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang jaringan. Sedangkan analisis histologi adalah analisa tentang sel jaringan mahluk hidup (Wikipedia Indonesia). Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu (Wikipedia Indonesia). Analisa organ ikan yang dilakukan pada praktikum adalah menganalisa bagian tubuh ikan dan membandingkan organ yang normal dengan organ yang terkena kontaminasi, baik kondisi lingkungan yang terkena pecemar seperti logam berat (patologi). Perbedaan-perbaedaan antara organ kontrol (sehat/tidak terkontaminasi) dan ogan patologi sangat jelas sekali dengan analisa histologi ini. Organ yang terkena pencemar telah mengalami perubahan-perubahan atau kerusakan-karusakna pada jaringan organ tersebut dilihat secara kasat mata melalui mikroskop. Organ Ikan yang digunakan untuk analisis histologi pada

praktikum ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Organ-ogan yang dianalisa adalah ren (ginjal), insang, intestinum, dan hepar (hati). 2.1.1 Hepar

B
Gambar 7 : a. Hepar kontrol, b. Hepar patologi

Hepar (hati) antara yang kontrol dengan patologi sangat berbeda jelas, dari segi warna, kenampakan, bentuk dan ukurannya. Warna hepar kontrol terlihan cerah, sedangkan yang patologi warnanya terlihat gelap atau merah tua. Pada jarinagn hepar yang patologi terdapat bercak hitam (necrosis) itu menandakan bahwa jaringan tersebut rusak atau terkena bahan pencemar. Perbandingan ukuran ,antara hepar yang tidak terkontaminasi logam berat (kontrol) dengan patologi, hepar patologi lebih besar atau dengan kata lain mengalami pembengkakan jarinagn karena kontaminasi tersebut. Karakteristik lain dari hepar patologo adalah, adanya benjolan-benjolan pada jaringan. 2.1.2 Insang

B
Gambar 8 : a. Insang kontrol, b. Insang patologi

Dari gambar diatas, nampak jelas antara organ insang ikan mas yang patologi atau terkontaminasi oleh bahan pencemar denagn yang tidak. Gambar insang normal/kontrol warnanya merah (cerah) sedangkan yang patologi berwarna gelap, itu menunjukan insang terkena bahana pencemar. Pada organ insang yang patologi, ukurannya lebih besar atau dengan kata lain insang mengalami pembengkakan akibat kontaminasi dari lingkungan. Selain itu, ciri dari insang yang terkena kontaminasi adanya bercak hitam pada bagian lamelanya. Hal lain yang membedakan antara kontrol dengan patologi adalah dari susunan lamela, susunan lamela insang kontrol terlihat lebih rapih, sedangkan patologi tidak. 2.1.3 Intestinum

B
Gambar 9 : a. Intestinum kontrol, b. Intestinum patologi

Organ intestinum yang terkontaminasi baham pencemar seperti logam berat, mengalami perubahan ukuran. Ukiuran intestinum normal (kontrol) berbentuk bulat tidak rata, sedangkan yang patologi atau yang terkena kontaminasi berbentuk oval. Rongga-rongga dalam intestinum kontrol terlihat lebih renggang, sedangkan yang patologi rapat, dan hampir tidak ada rongga antara satu dengan yang lainnya. Warna intestinum kontrol nampak lebih cerah sedangkan yang terkontaminasi/patologi terlihat lebih kusam. Nampak tidak ada bercak hitam (necrosis) pada jaringan baik yang kontrol maupun patologi.

2.1.4 Ren

A
Gambar 10 : a. Ren kontrol, b. Ren patologi

Pada organ ini perbedaan antara paologi denagn kontrol, dimana warna ren kontrol terlihan lebih cerah dibandingkan dengan patologi. Warna ren patologi nampak gelap, itu dikarenakan akibat dari kontaminasi bahan pencemar seperti logam berat yang mempengaruhi ren. Ukuran ren patologi lebih besar atau ren mengalami pembengkakan akibat dari kontamisnasi bahan pencemar

dibandingkan dengan ren kontrol. Selain itu, bercak hitam yang ada pada ren patologi menunjukan ren tersebut terkoena kontaminasi bahan pencemar, sedangkan yang kontrol tidak nampak atau tidak ada bercak hitam.

2.2 Tinjauan Umum Kerusakan Jaringan/ Organ Akibat Bahan Toksik


2.2.1 Hiperplasia Hiperplasia adalah bertambahnya jumlah sel dalam suatu jaringan atau organ sehingga jaringan atau organ menjadi lebih besar ukurannya dari normal. Hiperplasia dapat dikelompokkan menjadi fisiologik dan patologik. Hiperplasia fisiologis terjadi karena sebab yang fisiologi atau normal dalam tubuh, seperti hormonal dan kompensatorik (pengangkatan jarinagan atau

penyakit). Contohnya saat hati disekresi sebagian, aktivitas mitotic pada sel yang tersisa berlangsung paling cepat 12 jam berikutnya. Hiperplasia patologik disebabkan oleh stimulus hormonal yang berlebihan atau efek berlebihan dari hormone pertumbuhan pada sel sasaran dan dapat juga disebabkan oleh virus. Hiperplasia patologik dapat berkembang menjadi tumor ganas. Pada hiperplasia, Sel-sel otot tidak mampu membelah secara mitosis, tetapi bukti-bukti eksperimental mengisyaratkan bahwa serat yang sangat membesar dapat terputus menjadi dua di tengahnya, sehingga terjadi peningkatan jumlah serat (splitting).contoh Hiperplasia nodul pada hati. penyebab Hiperplasia karena radiasi, zat-zat kimia berbahaya. 2.2.2 Hipoplasia Hipoplasia adalah sebuah kelainan yang mengindikasikan sebuah perkembangan/pertumbuhan yang terhambat, sehingga organ yang terkena kelainan tersebut berukuran lebih kecil/mengecil dari ukuran normalnya. Hipoplasia adalah terhambatnya perkembangan atau pertumbuhan sebagian atau seluruh jaringan tumbuhan akibat serangan patogen (Abdul Fatah Alu, Rabu, 8 April 2009). Hipoplasia merupakan perkembangan yang tidak sempurna dari suatu organ. Suatu organ yang mengalami hipoplasia terbentuk normal. Namun, ukuran organ terlalu kecil jika dibandingkan dengan ukuran normal. Pada atrofi, alat tubuh pernah mencapai ukuran normal dan selanjutnya menjadi lebih kecil, sedangkan pada hipoplasia, dari awal organ tersebut memang berukuran kecil dan tidak akan mencapai ukuran yang normal (littleaboutme, 19 July 2009). 2.2.3 Necrosis Nekrosis (dari Yunani, mati) adalah kematian dini sel dan jaringan hidup. Nekrosis disebabkan oleh faktor eksternal ke sel atau jaringan,

seperti kerusakan sel akut atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, penyumbatan aliran darah ke jaringan otot, dan cedera mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Ciri- ciri nekrosis: melibatkan sekelompok sel. mengalami kehilangan integritas membrane, pada sel yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk kemudian mengalami lisis, terjadi kebocoran lisosom, kromatinnya bergerombol dan terjadi agregasi. Sel yang mengalami nekrosis akan dimakan oleh makrofag. Pada pemeriksaan histology terlihat respon peradangan yang nyata di sekitar sel-sel yang mengalami Nekrosis. tidak disertai proses sintesis makromolekul baru. pada Nekrosis, fragmentasi terjadi secara random sehingga pada agarose setelah elektrophoresis akan terlihat menyebar tidak jelas sepanjang alurnya (DNA smear). Salah satu cara untuk mengamati keberadaan fragmen DNA di dalam sel yang mengalami apoptosis adalah dengan menggunakan Uji Tunel. Sel yang mati karena nekrosis biasanya tidak mengirimkan sinyal-sinyal kimia yang sama dengan sistem kekebalan. Hal ini mencegah fagosit terdekat dari lokasi dan menyelimuti sel-sel mati, yang mengarah ke membangun jaringan mati dan puing-puing sel pada atau dekat lokasi kematian sel. Nekrosis biasanya dimulai dengan pembengkakan sel, kromatin

pencernaan, gangguan dari membran plasma dan membran organel. Akhir nekrosis ditandai oleh hidrolisis DNA luas, vacuolation dari retikulum

endoplasma, kerusakan organel, dan lisis sel. Pelepasan konten intraselular setelah pecahnya membran plasma merupakan penyebab peradangan di nekrosis Perubahan Mikroskopis Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organelorganel sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan menghilang (kariolisis).

Beberapa pola morfologi khas nekrosis: 1. Nekrosis Coagulative biasanya terlihat pada hipoksia (oksigen rendah) lingkungan, seperti infark sebuah. Menguraikan sel tetap setelah kematian sel dan dapat diamati dengan mikroskop cahaya. 2. Liquefactive nekrosis (atau nekrosis colliquative) biasanya berhubungan dengan seluler penghancuran dan pembentukan nanah (radang paru-paru misalnya). Ini adalah khas dari bakteri atau, kadang-kadang, infeksi jamur karena kemampuan mereka untuk merangsang reaksi inflamasi. Anehnya, iskemia (pembatasan suplai darah) di otak menghasilkan liquefactive, daripada coagulative, nekrosis, karena tidak adanya stroma mendukung substansial.

3.

Nekrosis Berdarah disebabkan penyumbatan drainase vena dari suatu organ atau jaringan (misalnya pada torsi testis).

4.

Nekrosis lemak hasil dari aksi lipase pada jaringan lemak (misalnya pankreas akut).

5.

Nekrosis Fibrinoid disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun. Hal ini ditandai oleh pengendapan fibrin-bahan protein seperti di dinding arteri, yang tampak kotor dan eosinofilik pada mikroskop cahaya.

2.3 Pembuatan Preparat Histologi


Analisis histologis merupakan teknik pengamatan sel serta jaringan tubuh ikan yang sering digunakan. Analisis ini bertujuan untuk menghasilkan sediaan histologis yang dapat diwarnai dengan pewarna khusus sehingga dapat diamati secara langsung dengan menggunakan mikroskop cahaya. Tahapan analisis histologis pada ikan meliputi : Pengambilan jaringan ikan. Pada sampel ikan yang masih kecil dapat langsung fiksasi tanpa dipotong. Pada ikan yang berukuran besar diambil jaringan tertentu yang akan diamati dan dimasukkan ke dalam larutan fiksasi. Fiksasi. Larva atau ikan berukukan kecil difiksasi dengan larutan PFA 4% dalam medium Phosphate buffered saline (PBS). Sampel dimasukkan ke dalam botol yang sudah berisi larutan fiksatif dengan perbandingan antara sampel dengan larutan adalah 1:20. Kemudian disimpan selama 24 jam dalam refrigerator. Setelah 24 jam kemudian sampel diambil dan dicuci dengan PBS selama 5 menit sebanyak 3 kali untuk menghilangkan sisa-sisa PFA sebelum ke tahap selanjutnya. Ikan yang berukuran relatif besar difiksasi dengan larutan Bouins selama 1 minggu dalam suhu kamar. Selanjutnya sampel dicuci dalam larutan alkohol 70% hingga warna kuning hilang, kemudian sampel disimpan dalam alkohol 70% hingga pemrosesan lebih lanjut. Sampel yang berukuran besar harus

10

melaui prosedur dekalsifikasi dalam larutan 5% trichloroacetid acid selama 24 jam untuk melunakkan struktur tulangnya. Dehidrasi. Sampel yang sudah difiksasi kemudian dimasukkan

berturutturut ke dalam larutan sebagai berikut: Alkohol 70%, Alkohol 80%, Alkohol 90%, Alkohol Absolut I, Alkohol Absolut II, masingmasing selama 45 menit, kemudian dilanjutkan ke proses penjernihan. Penjernihan (clearing). Sampel dari proses dehidrasi dimasukkan ke dalam larutan alkohol:xylol 1:1 dan 1:3 selama 30 menit. Kemudian Xylol I dan Xylol II masing-masing selama 30 menit. Infiltrasi. Sampel yang sudah dijernihkan dalam xylol diinfiltrasi secara bertahap dalam campuran xylol : paraffin 3:1 ; 1:1 dan 1:3 masingmasing selama 30 menit, dilanjutkan dengan paraffin murni sebanyak 2 x 60 menit. Seluruh rangkaian infiltrasi dilakukan dalam inkubator pada temperatur 58-60oC. Penanaman sampel (Embedding). Parafin dicairkan di dalam incubator pada temperatur 60oC. Cetakan berukuran 2x2x2 cm diisi dengan paraffin cair, bagian bawah cetakan didinginkan di atas blok es sehingga paraffin pada dasar cetakan agak memadat. Sampel diletakkan di atas paraffin yang agak memadat tersebut sesuai dengan orientasi irisan yang direncanakan, kemudian ditempelkan holder yang telah diberi label sesuai dengan kode sampel. Cetakan paraffin selanjutnya dibiarkan dalam temperatur ruang agar parafinnya memadat. Pengirisan (Sectioning) dan peletakan pada gelas obyek. Water bath disiapkan dengan suhu 40-50oC dan disiapkan wadah berisi air dingin. Kemudian blok yang sudah didinginkan dipasang di mikrotom yang sudah diatur pada ketebalan 4-7 m. Putaran mikrotom dibuat konstan sampai blok yang berisi sampel jaringan teriris. Setelah itu irisan dipindahkan ke dalam baskom yang berisi air dingin, kemudian ditempelkan pada gelas obyek yang sudah dilapisi gelatin dan diberi kode sama dengan blok yang di iris. Selanjutnya dicelupkan ke dalam air hangat dalam water bath agar irisan mengembang. Kemudian ditiriskan untuk dilakukan pewarnaan.
11

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum


Waktu : Rabu, 1 Desember 2010 Tempat : Laboratorium Akuakultur, Gedung Dekanat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

3.2 Alat Dan Bahan


1. alat yang digunakan: a. Kamera (Untuk dokumentasi) b. Mickroskop 2. bahan yang dipakai: a. Preparat Histologi Organ

3.3 Prosedur Kerja


1) Mengamati preparat histology organ insang, hati, usus hewan uji yang normal dan yang telah diberi pemaparan bahan toksik. 2) Membandingkan perbedaan diantara keduanya berdasarkan parameter warna, ukuran, ada tidaknya neukrosis/ tanda, dan karakter khusus lainnya. 3) Mendokumentasikan masing-masing preparat histology organ hewan uji (control dan pantogen).

12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabulasi Pengamatan Preparat Analisis Histologi Perkelompok Kelompok Preparat :4 : insang, ginjal, hati, dan usus

4.1.1 Organ Insang

B
Gambar 8 : a. Insang kontrol, b. Insang patologi

Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi (Organ: Insang) Parameter Warna Merah Kontrol Patologis Insang berwarna merah kehitam-hitaman Ukuran Normal Lebih mengkerut namun ada bagian-bagian yang membengkak Tanda Hitam (nekrosis) Tidak ada Ada

13

Karakter Khusus

Semua

lamella

mempunyai bentuk yang sama -

Banyak lamella yang patah/terputus Bagian tengah lamella menghitam Ada lamella yang membengkak

4.1.2 Organ Ginjal (Ren)

A
Gambar 10 : a. Ren kontrol, b. Ren patologi

Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi (Organ: Ginjal (ren)) Parameter Warna Ukuran Tanda Hitam (nekrosis) Merah Normal Tidak ada Kontrol Ungu Membesar Banyak Karakter Khusus Terlihat jelas tubulusnya Dalam tubulus terdapat banyak nekrosis Ada penggumpalan darah di bawah tubulus Patologis

14

4.1.3 Organ Hati (liver)

B
Gambar 7 : a. Hepar kontrol, b. Hepar patologi

Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi (Organ: Hati (liver)) Parameter Warna Ukuran Tanda Hitam (nekrosis) Karakter Khusus Kontrol Merah kecoklat-coklatan Normal Tidak ada Sel jelas hepatoksit Patologis Merah pucat Membengkak Ada terlihat Sel hepatoksit menempel

4.1.4 Organ Usus (Intestinum)

B
Gambar 9 : a. Intestinum kontrol, b. Intestinum patologi

Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi (Organ: Usus (Intestinum)) Parameter Warna Ukuran Kontrol Merah tua Normal Patologis Merah cerah Membesar dan menjadi

15

lebih elips Tanda Hitam (nekrosis) Karakter Khusus Tidak ada Bentuknya bulat Banyak Terdapat perenggangan di tengah-tengah sel usus yang menggumpal di satu tempat

4.2 Pembahasan
4.2.1 Organ Insang Efek bahan toksisitas memberikan efek yang sangat sinifikan pada organ insang. Lamela insang pada ikan normal terlihat panjang dan sususan sel seragam atau seukuran. Pada ikan yang terpapar oleh bahan toksik telihat terjadi pemendekan dari lamella lamella insang (hipoplasia) dan susunan sel terlihat ada yang sudah membengkak karena ukurannya membesar lebih bear dari sel lainya biasa disebut dengan hyperplasia. 4.2.2 Organ Ginjal (Ren) Pemapran bahan toksik yang terjadi mengakibatkan organ ginjal menjadi abnormal. Pada preparat ikan normal ginjalnya berwarna merah dan glomelurus berbentuk sempurna. Setelah terjadi pemaparan bahan toksik keabnormalan ginjal terlihat. Sel sel ginjal mulai renggang karena terjadi kematian (nekrosis), ginjal menjadi berwarna bening, dan glomelurus ikan menciut (hipoplsasia). 4.2.3 Organ Hati (liver) Preparat ikan normal atau preparat control terlihat sel sel hati ikan normal berwarna merah, sel besar, dan jarak antar sel rapat. Setelah terjadi pemaparan baha pencemar sel hati ikan mengalami ke abnormalan. Sel hati ikan

16

yang terkena bahan toksik terlihat sel sel menngecil (hipoplasia) dan jarak antara sel jauh, karena terjadi kematian sel (nekrosis). 4.2.4 Organ Usus (Intestinum) Kinerja bahan toksik yang terpapar pada tubuh ikan sangat terlihat pada organ pencernaan usus. Pada preparat control terlihat usu ikan normal berwarna merah, berukuran seragam, dan berbenduk bulat. Setelah bahan toksik yang ada dalam usus bekerja abnormal terjadi pada usus ikan. Pada preparat usus abnormal terlihat sel menjadi berwarna merah muda, terjadi pembesaran sel (hyperplasia), terdapat renggan antara sel (nekrosis), dan bentuknya menjadi lonjong.

17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Bahan toksik yang terpapar dalam perairan dalam konsentrasi sekecil apapun akan berpengaruh pada organism air yang hidup di dalamnya. Bahan bahan toksik ini mungkin tidak berakibat langsung pada kematian ikan. Namun bahan toksik ini akan terakumulasi dalam tubuh ikan terutama sel sel organ penting ikan. Setelah lama terakumulasi sel sel tersebut tidak sanggup lagi untuk menahan bahan toksik yang masuk ke dalam tubuh ikan. Sel akan menjadi abnormal karena metabolism sel terganggu dengan adanya bahan toksik, sel akan membesar atau membengkak (hyperplasia), sel akan mengecil (hipoplasia), dan sel akan mati muda (nekrosis). Karena keabnormalan sel tersebut organ akan bekerja tidak maksimal dan lama kelamaan akan menyebabkan kematian pada ikan.

5.2 saran
Praktikum Histopatologi di tambahn preparatnya dan tata cara pembuatan praparat di praktekan, untuk membuat keterampilan dan keahlian mahasiswa bertambah.

18

DAFTAR PUSTAKA

http://wworld.wordpress.com/2009/07/19/patologi-dan-histologi-gigi-sulungyang- resorbsi/+ciri-ciri+hiperplasia+jaringan&cd=14&hl=id&ct=clnk&gl=id http://susipurwati.blogspot.com http://arda-dinata-pplf.blogspot.com/2008/04/waspadai-pengaruh-toksisitaslogam-pada.html. http://afie.staff.uns.ac.id/2008/12/25/beda-apoptosis-dan-nekrosis/. http://littleaboutmyworld.wordpress.com/2009/07/19/patologi-dan-histologigigisulung-yang-resorbsi/ http://afie.staff.uns.ac.id/2008/12/25/beda-apoptosis-dan-nekrosis/

19

Anda mungkin juga menyukai