Anda di halaman 1dari 18

ABAD MUHAMMADIYAH

A. BERDIRINYA MUHAMMADIYAH 1. Kolonialisasi dan masyakat pribumi Pada akhir abad XIX yang berkuasa di indonesia dalah kolonialis belanda, kekuasaanya semakin mantap sehingga berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan di dalam masyakat, baik secara politik, kontrol pemerintah kolonialis terhadap wilayah,pengusa lokal, dan masyarakat secara umum berjalan sesuai dengan birokrasi kolonialis. Dalam sektor ekonomi juga di pengaruhi oleh kolonialis belanda dengan kebijakan ekonomi liberal yang berlaku secara formal sejak tahun 1870, sementara itu perluasan aktivitas ekonomi yang didasarkan pada sistem pasar dan penggunaan uang sebagai standar dalam setiap hubungan ekonomi telah merangsang ekonomi masyakat secara umum, semua itu mempunyai dampak positif terhadap ekonomi penduduk pribumi. Akan tetapi pada saat yang sama.tekanan ekonomi terhadap masyarakat semakin kuat akibat dari klenaikan biaya hidup, penarikan pajak tunai,pendapatan yang rendah, dan petani yang teralienasi dari tanah sebagai faktor produksi utama sehingga tingkat kehidupan masyarakat semakin rendah. Namun, di tengah-tengah kondisi ekonomi penduduk pribumi yang tidak menetu itu , sekelompok masyarakat pribumi muncul sebagai pengusaha industri pedagang yang kuat seperti pengusaha industri batik, rokok, kerajinan,pedagang keliling, ini terjadi d berbagai daerah seperti pekalongan, yogyakarta,surakarta, kudus, palembang, dan banjarmasin. Mereka ini

adalahpedagang pribumi yang mampu bersaing dengan pengusaha asing seperti eropa, china, arab, dan india Para pengusaha dan pedagang pribumi ini mempnyai latar belakang agama islam dan ikatan sosial yang kuat, misalanya di jawa,mereka tinggal di kawasan tertentu yang dikenal dengan sebutab kauman atau sudagaran sebagian besar penduduknya dalah pedagang dan pengusaha. Ekonomi mereka dalam keadaan yang baik sehingga membuka kesempatan padamereka untuk bisa merasakan menunaikan ibadah haji ke mekah, atau mengirim anak-anak mereka ke berbagai pesantren atau lembaga pendidikan isalam lainya baik di indonesia maupun di luar negeri, seperti timur tengah dan mesir, sehingga terjadilah intraksi kelompok pedagang dan pengusaha baik itu di lokal maupun di luar indonesia, itu semua membuka kesempatan masuknya unsur-unsur baru ke dalam masyarakat indonesia Begitu juga dengan pendidikan para kolonalis memperkenalkan pendidikan barat kepada

masyarakat pribumi secara terbatas ternyata telah menciptakan kelompok inteletual dan profesional yang mampu melakukan perubahan mau munculkan ide-ide baru di dalam masyarakat,yaitu dengan membentuk organisasi modren sebagai realisasi perubahan ide-ide baru tersebut. Pada tahun 1908 budi utomo di dirikan oleh para mahasiswa sekolah kedokteran di jakarta, walaupun dasar, tujuan, dan aktivitas budi utomo sebagai suatu organisasi masih terikat pada

unsur-unsur primordial dan terbatas, keberadan budi utomo secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap bentuk baru dari perjuangan kebangsaan melawan kondindisi yang di ciptakan oleh kolonialis belanda, sebagai organisasi baru sebagai perlawanan terhadap kekuasaan kolonialis yang berkonsentrasi di pedesaan dan perkotaan. 2. Dunia islam dan masyakat muslim indonesia Perkembangan dunia islam pada akhir abad XIX dan awal abad XX di tandai oleh usaha untuk melawan dominasi barat setelah sebagian besar negara penduduknya beragama islam secara politik, sosial,ekonomi maupun budaya, setelah kehilangan kemerdekaan dari kekuasan kolonialis dan imperialis barat yang terjadi abad sebelumnya. Dalam masyarakat islam sendiri muncul kesadaran untuk mengatasi krisis internal dalam proses sosialisasi ajaran islam, akidah maupun pemikiran sebagian besar masyarakat, Dalam kehidupan beragama terjadi kemerosotan ruhul islam, dimana orang islam seharusnya sumber ajaranya al-quran dan sunah rasulullah, tetapi dalam pengamalan ajaran islam banyak sekali dikalangan masyarakat islam yang bercampur dengan bidah, khurafat, dan syirik. Begitu juga dengan pemikiran islam yang selalu terbelenggu oleh otoritas suatu mazhab dan taklid kepada salah satu ulama sehingga ijtihad tidak dilakukan lagi dalam permasalahan ajaran agama yang murni ini. 3. Ahmad Dahlan dan Pembentukan Muhammadiyah Di tengah-tengah kondisi yang tidak menentu seperti yang digambarkan di atas, pada waktu itu pula Ahmad Dahlan muncul sebagai salah seorang yang peduli terhadap kondisi yang sedang dihadapi masyarakat pribumi secara umum dan masyarakat muslim secara khusus, Ahmad Dahlan lahir di kampung Kauman, Yogyakarta, tahun 1868dengan nama Muhammad Darwis. Ayahnya, K.H. Abu Bakar, adalah iman dan khatib masjid besar kauman yogyakarta, sementara Ibunya Aminah, adalah anak K.H. Ibrahim, penghulu besar di yogyakarta.menurut salah satu silsilah, keluarga Muhammad Darwis dapat di hubungkan dengan maulana malik Ibrahim, merupakan salah satu wali penyebar agama islam di pulau jawa, Muhammad Darwis mempunyai lima orang saudara perempuan dan satu saudara laki-laki. B. MUHAMMADIYAH PERIODE TAHUN 1912-1923 Keberadaan dan aktivitas Muhammadiyah sejak didirikan pada tahun 1912 sampai tahun 1923 tidak dapat dipisahkan dari peran langsung Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi. Pada 20 bulan pertama sejak didirikan, Muhammadiyah masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah Hindia Belanda. Walaupun begitu, Muhmmadiyah yang dipimpin Ahmad dahlan tetap melakukan kegiatan sosial-keagamaan. Periode delapan tahun pertama dapat dikategorikan sebagai mas membangun dasar gerakan dengan menentukan prioritas atau fokus kegiatan 0rganisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi seperti yang tertulis dalam anggaran dasar. Akan tetapi semua aktifitas formal Muhammadiyah sepanjang priode ini masih terkonsentrasi pada pribadi Ahmad Dahlan,tanpa ada pembagian kerja yang jelas antar pengurus,strukur organisasi yang masih sederhana,jumlah anggota yang

relatif sedikit,dan pembentukan cabang yang tersendat-sendat. Muhammadiyah identik dengan ahmad dahlan, atau ahmad Dahlan identik dengan Muhammadiyah Sebagai suatu organisasi, Muhammadiyah mulai mengalami perkembanganan yang penting pada tahun 1920, ketika struktur organisasi ditata menjadi lebih jelas, peran para kader yang semakin besar, serta dilakukan perubahan anggaran dasar untuk memeperluas lingkup geohrafis kegiatan, lingkup dan jenis kegiatan organisasi menjadi lebih luas lagi sejak anggaran dasar organisasi diubah lebih lanjut pada tahun 1921. Muhammadiyah priode pertama ini berakhir pada tahun 1923 ketika ahmad dahlan meninggal dunia. 1. Mencari Kekuatan Hukum Walaupun Muhammadiyah telah didirikan pada tanggal 18 November 1912, tidak berarti bahwa secara resmi organisasi ini sudah diakui sebagai suatubadan hukum oleh pemerintah Hindia Belanda. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, Muhammadiayah dengan bantuan Budi Utomo Cabang Yogyakarta mengajukan permohonana resmi kepada pemerintah Hindia-Belanda agar Muhammadiyah mendapat pengakuan sebagai organisasi yang memepunyai kekuatan hukum pada tanggal 20 desembar 1912, akan tetapi, usaha intuk mendapat pengakuan resmi ini tidak berjalan dengan lancar dan harus melalui peroses yang panjang karena adanya sikap hatihati dari penguasa kolonialais maupun ketiak pahaman serta kecurigagan beberapa elit agama lokalyang ikut dalam prorses penetuan pemberian izin ini. Setalah menerima semua saran dan pertimbangan dari semua pihak, Gubenur Jenderal secara resmi meminta muhammadiyah mengganti kata jawa dan madura pada anggaran dasar menjadi Residensi Yogyakarta setelah melakukan rapat anggota pada tanggal 15 Juni 1914, permintatan perubahan itu dipenuhi oleh muhammadiyah. Akhirnya, berdasarkan

besluitpemerintah nomor 81 tanggal 22 Agustus 1914, pemerintah Hindia-Belanda mengakui Muhammadiayah sebagai sebuah badan hukum yang melaksanakan kegiatan di kalangan umat islam di wilayah Residensi Yogyakarta. 2. Membangun dasar gerakan Sebagi sutu organisasi yang baru didirikan dan diakui secara resmi, Muhammadiyah yang masih bergantung pada ahmad dahlan mulai membangaun dasar gerakan untuk mewujudkan tujuan organisasi, yang terfokus pada penyebaran pengajaran agama kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putra di ersidensi Yogyakarta dan memajukan hal agama para anggotanya. Tujuan organisasi dipengaruhi oleh ide-ide pembaharuan islam selain itu juga dilatar belakangi kondidsi sosisal budaya,ekonomi, maupun politik yang dihadapi masyarakat muslim pribumi di indonesia pada masa itu. Berdasarkan tujuan Muhammadiyah berusaha untuk menyebarkan ajaran agama islam seperti yang diajarakan kanjeng Nabi Muhammad SAW, bukan agama islam uangbtelah bercampur dengan paham animisme, dinamisme, dan unsur-unsur sejenis lainya. Namun Muhammadiyah menyebarkan ajaran agama islam yang murni, yang bersumber dari Al-Quran dan Sunah shohih.

Sebagai upaya penyebaran ajaran agama islam yang murni maupun ide-ide pembaharuan lain, secara umum kegiatan utama Muhammadiyah dapat dibedakan dalam empat hal: 1. Menyelenggarakan sekolah sendiri yang mengajarkan ilmu umum ditambah ilmu agama islam. 2. Mengadakan kursus agama islam dan propaganda dalam bentuk pertemuan-pertemuan informal. 3. Mendidrikan, memelihara,membantu penyelenggaran tempat berkumpul dan masjid yang dipergunakan untuk berbagai kegiatan yang berhubungan dengan agama islam. 4. Melalui tulisan sesuai dengan perkembangan dalam bidang pendidikandan penerbitan 3. Perluasan lingkup organisasi dan kegiatan Muhammadiyah memperluas daerah-daerah di luar wilayah yogyakarta terjadi setelah tahun 1920,perluasan Muhammadiyah terjadi secara cepat,demikian juga penyempurnaan gerakan Muhammadiyah melalui berbagai perlengkapan organisasi di dalam persyarikatan

Muhammadiyah. Perluasan tersebut dapat dwujudkan karena adanya kekompakan antara ide-ide pembaharuan K.H Ahmad Dahlan dengan para pengurus dan anggota Muhammadiyah pada masa awal tersebut. a. Menata kelembagan gerakan:pendirian bagian-bagian Kegiatan para kader Muhammadiyah itu segera diketahui oleh hoofdbestuur Muhammadiyah, khusunya oleh Ahmad Dahlan. Sebagai upaya untuk mengatasi pembenturan, persaingan yang tidak sehat, serta dapat diarahkan menjadi suatu kegianatan yang teratur dan efektif, Ahmad Dahlan mengusulkan agar kegiatan para pemuda itu dimasukan menjadi satu dengan kegiatan hoofdbestuur Muhammadiyah. Usulan tersebut segera diterima oleh hoofdbesturr dalam sidangpada bulan april 1920 karena kegitan tersebut sama dengan kegiatan yang selama ini dilakukan oleh hhofdbestuur. Berdasarkan rapat anggota tanggal 17 juni 1920, kegiatan parakader Muhammadiyah itu secara resmi dijadikan bagian dalam kepengurusan hoofdbestuur Muhammadiyah. Sejak itu Hoofdbestuur Muhammadiyah dilengkapi oleh empat bagian 1. Bagian sekolah, merupakan kegiatan muhammadiyah yang berkaitan dengan pendidikan dan sekolah Muhammadiyah. 2. Bagian tablig, merupakan kegiatan muhammadiyah yang menyangkut masal penyiaran dan pengajaran agama islam. 3. Bagian taman pustaka, merupakan kegiatan Muhammadiyah yang berhubungan dengan karangan,penerbitan, dan penyiaran berita berkala paham Muhammadiyah tentang islam dan kemajuanya. 4. Bagian penolongan kesengsaraan umum, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan urusan penyatunan anak yatim, fakir miskin, dan kesengsaran umumlainya. Setelah pembentukan empat bagian itu, pekerjaan hoofdbestuur yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan bersama delapan anggota lain terbagi menjadi dua. Pertama, memimpin dan mengawasi semua bagian persyarikatan. Kedua, menangani langsung pekerjaan yang harus dilakukan ahmad

dahlan. Seperti berhubungan dengan pemerintah, dengan organisasi atau lembaga lain, atau daerah binaan baru. Selain itu muhammadiyah juga mengadakan perluasan aktivitas dan sasaran daerah atau wilayah dengan cara melakukan perubahan anggaran dasar, perluasan ini pada dasarnya dilatarbelakangi beberapa hal : 1. Munculnya keinginan orang-orang yang tinggal di luar wilayah Residensi Yogyakarta, membentuk kelompok pengajian di tempat mereka tinggal atau bertugas, serta para anggota Muhammadiyah yang harus meninggalkan Yogyakarta karena alasan keluarga maupun pekerjaan, tetepi tetap ingin menjadi anggota Muhammadiyah. 2. Banyaknya permintaan orang dari beberapa daerah di pulau jawa untuk menjadi anggota Muhammadiyah setalah mendengar ceramah Ahmad dahlan dalam rapat Budi utomo, serta peranan Ahmad Dahlan sebagai komosaris penasihat urusan agama di dalam organisasi sarekat islam. b. Perluasan gerakan dan pendirian cabang Perkembangan jumlah anggota ini berhubungan langsung dengan penammabahan jumlah cabang, setelah kegagalan pembentukan cabang sampai tahun 1920 cabang-cabang baru muncul pada tahun berikutnya, terutama sejak perubahan anggaran dasar pada pertengahan tahun 1921. Sebelum terjadi perubahan anggaran dasar, aktivitas cabang Muhammadiyahdidaerah lain dilakukan oleh organisasi yang mempunyai nama berbeda, Pada tahun 1921 tercata ada 5 cabang Muhammadiyah, pada tahun berikutnya, dari 6 cabang baru yang dibentuk, semuanya berada di luar wilayah residensi Yogyakarta, keadaan yang sama terjadi pada tahun 1923 ketika 3 cabang baru di bentuk di wilayag jawa tengah, kemudian pada akhir tahun 1923 jumlah cabang Muhammadiyah yang tercatat secara resmi ada 14 cabang. Perluasan kegiatan Muhammadiyah semakin terasa jika dihubungkan dengan amal usaha yang dilakukan, terutama dalam bidang pendidikan melalui sekolah. Setelah pembentukan dasar pada peeriode sebelumnya melalaui penyelenggaran sekolah angka 2 dan sekolah calon guru, sekolah-sekolah Muhammadiyah trus berkembang pada periode berikutnya. Kegiatan muhammadiyah makin tahun semakin membaik, baik secara aktivitas organisasi maupun kelembagaan seperti tersebarnya cabang-cabang Muhammadiyah di berbagai daerah, pada waktu itulah juga Ahmad dahlan dipanggil sang kuasa pada tanggal 23 Februari 1923, bertepatan dengan tanggal 7 Rajab 1340 Hijriyah. Ia meninggalkan organisasi Muhammadiyah yang sedang berkembang pesat, perluasan cakupan geografis dan bentuk kegiatan, struktur organisasi yang teratur, pembagian kerja yang jelas, serta adanya kontribusi yang besar dari para kader dalam sebagian besar kegiatan organisasi pada masa-masa akhir kepemimpinan Ahmad Dahlan.

4. Keagamaan muhammadiyah 1924-1937 Saat Ahmad Dahlan meningal dunia Pada tahun 1923 M telah meninggalkan warisan yang sangat berharga yakni ide pembaharuaan , Muhammadiyah di lihat dari organisasi modern sudah memiliki infrastruktur yang yang baik. Pada saat itu telah mencapai tujuan pendirian Muhammadiyah. adapun generasi selanjutnya masih memeihara peninggalan Ahmad dahlan a. Warisan Intelektual Ahmad Dahlan Ahmad dahlan meniggal dunia setelah kurag lebih 12 tahun mendirikan Muhammadiyah. Beliau meninggalkan Muhammadiyah dalam keadaan yang sudah mapan dan memilki dasardasar yan sudah cukup kokoh. Dibawah Ahmad Dahlan muhammadiah mengalami masa pembentukan dan peletakan dasa-dasar orgaisasi.infra sruktur yang di bangun pada Masanya atara lain, (1). Bagian Tabligh/dakwah; (2).bagian sekolahan;( 3) Bagian Aisyiyah; (4) bagian penolong kesengaraan umum ( PKU ); (5) bagian Hizbul Wathan; dan (6 )bagian penolong haji. Bagian tabligh/ dakwah adalah yang paling menonjol kegiatannya.pada tahun 1923, Muhammadiyah 84 mubaligh, 31 di antaranya terdapat di Yogyakarta, 14 d Surabaya,11 di solo dan 8 di Jakarta, 7 di purwekerto,8 di pekajangan dan 5 di purbolinggo,di samping juga memilki 35 mubalighoh di Yogyakarta dan 2 di purwekerto. bagian sekolahan juga memperlihatkan kegiatan yang sana berarti.bibit sistem pendidikan modern muhammadiyah sudah ada sejak satu tahun sebelum di dirikan Muhammadiyah dengan di dirikannya StandaardschoolI di suronatan pada tahun 1911. Dan Pada tahun 1919 didirikan juga Kweekschool Islam yang bertempat di Notoprajan bagi murid laki-laki, dan sebagian lagi di kauman untuk perempuan. Bagian Aisyiyah di dirikan pada tahun 1918, sebagai penjelmaan dari suatu perkumpulan yang disebut Sopo Tresno-asa bahasa jawa berarti siapa Cinta yang para anggotanya terdiri dri wanita pembatik. Aisyiyah menitik beratkan kegiatannya pada kegiatan-kegiatan sosial keagamaan dan pendidikan di kalangan para wanita. K.H.Ahmad dahlan tidak hanya tertarik kepada kegiatan anak-anak dan pemuda seperti hzbul wathan yang didirikan pada tahun 1918 tetapi juga memperhatikan nasib kaum miskin, anak-anak yatim dan orang-orang sakit.berangkat dari keprihatinan inilah bagian penolong kesengsaraan umum ( PKU ). pada tahun 1922 bagian ini sudah berhasil mendirikan panti asuhan,sebuah kelinik dan sebuah poliklinik. Pada tahun ini pula didirikan suara Muhammadiah Di antara ucapan-ucapan K.H, Ahmad dahlan yang selalu di ingat para pengikutnya adalah, saya mesti bekerja keras untuk meletakan batu pertama dari pada awal yng besar ini ( Muhammadiyah ). Kalau saya lambatkan dan saya hentikan karena sakitku ini, tidak ada orang yang sanggup meletakan dasar itu. Saya merasa baha umr saya tidak akan lama lagi, maka, jika saya kerjakan lekas yang tinggal sedikit ini, mudahlah yang dataang kemudian menyempurnakannya, b. Gagasan Keagamaan dan Praksis Gerakan Muhammadiyah Pada masa kepemimpinan K.H. Ibrahim, Muhammadiyah mengalami perkembangan yang pesat di lihat dari perluasan organisasi. Muhammadiyah sudah tersebar luas di hampir seluruh

kepulauan Indonesia.dari 15 cabang di jawa pada tahun 1923 menjadi 51 cabang pada tahu 1926, dan menjadi 153 I tahu 1932. 1. Perkembangan Muhammadiyah di Jawa

tabel perkemabangan Muhammadiyah selama Kurun waktu 1924 - 1933 Tahun Jawa Barat Jawa Tengah 1923 1926 1932 2 4 7 12 24 112 Jawa Timur 1 18 26 0 5 8 15 51 15 Madura Jumlah

Perbedaan angka dalam tabel di atas menunjukan beberapa hal penting yang menggambarkan latar belakang perkembangan Muhammadiyah di Jawa. Pertama, peningkatan jumlah tersebut terutama terjadi ketika Muhammadiyah dua peristiwa penting ;timbulnya pemberontakan PKI 1926/1927 dan keputusan Sarekat Islam Yang melakukan disipin dan beakibat pmisahan anatara Muhammadiyah dan Sarekat Islam. Kedua, perkembangan tersebut terjadi di tempat muhammadiyah yang sudah berkembang pada masa-masa sebelumnya. Ketiga, kelambanan perkembagan muhamaiyah di jawa barat dan jawa timur berkaitan dengan adanya organisasi-organisasi keagamaan seperti Persis dan PUI.dan di jawa timur oleh banyaknya Nahlaul Ulama. 2. Perubahan dalam Organisasi Salah satu perubahan penting dalam oganisasi pada kurun kepemimpinan K.H. Ibrahim di tandai dengan majlis tarjih di tetapkan dalam kongres ke -16 Muhammmadiyah tahun 1927 di mempersatukan jalan hokum islam dalam kalangan Muhammadiyah (2)Mengamat-amati jalan persyarikatan Muhamadiyyah berkaitan dengan Hukum islam. Cukup banyak keputusan yang telah di ambil oleh majlis tarjih, baik berupa tuntunan yang menyangkut pelaksaan ibadah mahdah maupun pemecahan terhadap berbagai masalah yang di hadapi oleh dan dalam masyrakat. Semua keputusan tersebut menjadi pedoman yang sangat bagi para anggota Muhammadiyah pada umumnya dalam melaksanakan kewajiban agama. Hingga tahun 1933 , anggaran dasar Muhammadiyah sudah mengalami perubahan sebanyak tiga kali , dua kali di masa K.H. Ahmad dahlan dan sekali di masa K.H. Ibrahim, sampai suatu persyarikatan,Muhammadiyah memperoleh pengakuan dari pemerintah

berdasarkan Keputusan pemerintah RI tangal 22 Agustus 1914. Menurut artikel 2 anggaran dasar pada waktu itu tujuan Muhammadiy adalah (a) mengajarkan pengajaran agama kanjeng nabi Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putri di alam residensi Yogyakarta (b) memajukan hal agama kepada anggot-anggotanya.tujun tersebut kemudia di rubah berdasarkan keputusan pemerintah no 40 tanggal 16 agustus 1920 menjadi (a) memajukan dan

menggembirakan kehidupan ( cara hidup ) spanjang kemauan agama islam kepada lid-lidnya ( para anggotanya) Berdasarkan persidangan umum yang di selenggarakan pada tanggal 27 februari 1921, artikel 4 ( tentang anggota )dan artikel 7 ( pendirian cabang )juga mengalami perubahan seperti tabel berikut :

Artikel no 4

LAMA

BARU

Sekut biasa itu hanyalah Sekutu biasa itu hanyalah orangorang-orang yang beragama orang beragama islam di Hindiaisa di residen Yogyakarta Orang menjadi donator jika ia suka menolong Berapa itu degan peberiannya banyaknya donator sekutu caranya uang dan dan Nederland saja.

perhimpunan

memberi derma setahunnya kontribusinya sekrang-kurangnya ,f2,50 bagaimana

memungut

atau di bayar sama skali segala uang itu banyaknya f25 undang-undang

di atur dalam kecil

(haishoadelijk reglement (anggaran Rumah tangga. 5 Maka pemeritah persarikan Jalannya pekerjaan persarikatan itu itu ada di tangannya satu ada di tangan hoodbestuur, yang bananya sekurang-kurangnya ada 9 orang terpilih dari sekutu

hoofdbestuur,

Sembilan anggota yang di lidnya, pilih dar

anggautanya persarikatan itu.

pesarikatan itu , jalur satu presiden, sau vice

puesidente satu sekretaris nomer dua,satu benahara satu dan nomr Hofdbestuur ( bayaknya boleh lidnya menambahi itu menurut

tehasurier )dan

empat keperuannya.hal ini akan di sahkan mulai dalam perkmpulan umum tahunan. daari

komisaris.yang menjad anggauta

hoofdbestuur, adalah : 1.M. ketibbamin , haji

Ahmad Dahlan 2.M.Penghulu, Sirat Abdullah

3. R.Ketib Cendana, Haji Ahmad 4. Haji Abdul Rahman 5. R.Haji Sarkawi 6. M.Gebayan, Haji

Mohammad 7. R.haji Djaelani 8. Haji Akis (Anis ) 9.M.carik, haji Mohammad Fqih 7 Jikalau daam sebuah tempat Jikalau daam sebuah tempat di di Residen-yogyakarta ada Hindia-Nederland ada sekutu

sekutu persarikatan ini lebih persarikatan ini lebih 10 orang 10 orang ..dan sterusnya Keputusan di atas di sahkan melaui keputusan ..dan sterusnya Pemerintah nomor 36 tanggal 2

september1921. Selanjutnya, kongres ke 22, yang di selenggaraka di semarang pada 21-28 juni 1933, telah pua mengubah beberapa artikel anngaran Dasar .perubahan ersebut kemudian di sahkan oleh kongres ke 23, 19-35 juli 1934 di Yogyakarta. Perubahan-perubahan terakhir itu menyangkut penambahan ayat tenatanf usaha organisasi ,jenis anggota, donator, pemilihan masa kerja hoofdbestuur p, perubahan anggaran dasar dan tentang hak milik persarikatan. 3. Perkembangan Muhammadiyah di Luar Jawa Perkembangan Muhammadiyah di luar jawa adalah di Sumatra. Mulai masuk Sumatra pada tahun 1925 di minangkabau melalui haji Abdul Karim Amrullah, yang di kenal juga dengan haji Rasul, Bagi Muhammadiyah, minangkabau adalah sperti Yogyakarta bgi Jawa. Di sana muhammadiya berkembang pesat. Penyebabnya adalah. 1. sejak awal tahun 1920-an sudah muncul aum modernis islam yang di pelopori kaum muda, sehinga muhammadiyah mudah d terima. 2. para pemimpin Muhammadiyah minangkabau adalah ulama minangkabau asli dan mereka memperoleh dukungan yang kuat dai masyarakat. 3. para peimpi tersebut umumnya memilki hubungan kekeluargaan yang sangat akrab satu sama lainnya, baik karena daeah maupun perkawinan. Di kalimatan , perkembanagn Muhammadiah terjadi melalui keluarga haji Djapri Yang tinggal di teluk Betung, Dekat Amuntai. Secara diam-dia dia mejadi pengagum.dan pada tahu 1923 ia menirimka dua putrannya ntuk belajar di Kweekschool Muhammadiyah Yogyakarta, di Sulawesi selatan, muhammadiyah berkembang melalui pedagang asal Jawa.Muhammadiyah di smatra slatan di dirikan pada 17 Ramadhan 1345 H, berteaan dengan 4 April 1926 dengan ketua pertamanya H.Jusuf Dg.Mattiro,di Batonaga

5. Perkembangan dan dinamikagerakan muhammadiyah 1934-1937 Setelah K.H Ibrahim Wafat, Jabatan Pimpinan Muhammadiyah di serahkan kepada K.H Hasyim yag di pilih pada Kongres ke 23 di Yogyakarta tahun 1934. K.H Hasym di lukiskan sebagai orang yang memilki dua macam keahlian:bidang administrasi da management menurut ukuran zamannya dan terutama di idang syariat Islam.minatnya yang pokok tertuju pada pendidikan dan pengajaran. Karena jasanya memajukan masyarakat melalui bidang pendidikan dan pengajaran itu . beliau mendapatkan anugrah binang Ridder orde Van Oranje Nassau dari Ratu Keajaan Belanda. a. Pertumbuhan Organisasi dan Lembaga Pendidikan Muhammadiayah di bawah pimpinan K.H Hisyam tamapak menonjol , baik dari kualitasdan kuantitas. Dalam kepemimpinannya Muhammadiyah masuk dalam masa yang di sebut sebagai The Years Of Prominence.tahun-tahun kepeloporan dalam sejarah Muhammadiyah berlangsug tahun1934-1942.baik sebagai gerakan perubahan social maupun pembaruan keagamaan. Dari Segi pertambahan jumlah cabang dan ranting, pada tahun 1937 tampak adanya perkembangan pesat di seluruh inonesia. Pada tahun 1932 jumlah cabang dan ranting baru mencapai 283 buah, atau 437 buah menurut sumber lainnya. Lima tahhun kemudian jmlah tersebut menigkat menjadi 921 buah dengan 112.850 anggota, sejalan dengan bertambahnya jumlah cabang dan ranting Muhammadiyah, kegiatan di bidang sosialpengajaran juga megalami peningkatan dan perkembaangan. b. Ide-ide Keagamaan Cara yang di perlukan mencapai apa yang disebut sebagai hajat atau tujuan muhammadiyahdi tentukan dalam anggaran dasar pasal 3 : 1. Mendirikan dan memelihara atau membantu sekolah-sekola yang diberi pengajaran hal pemulaan ajaran islam juga, lain dari pada ilmu ilmu yag biasa di ajarkan di sekolah. 2. Mengadakan perkumpulan sekutu- sekutunyadan orang-orang yang suka dating, di situlah di bicarakan perkara-perkara agama Islam 3. Mendirikan dan memlihara atau membantu tempat sembahyang masjid ), yang di pakai melakukan agama islam buat orang banyak 4. Menerbitkan serta membantu terbitnya kitab-kitab, kita khotbah, kitab sebaran, urat kabar, semuanya itu yang memuat perkara ilmu agama islam, lmu ketertiban cara islam, dan Itikad cara islam 5. Menolong kesengsaran serta memelihara orang-orang miskin da anak-anak yatim yan terlantar; dan 6. Mendidik anak-anak an pemuda-pemuda supaya kelak menjadi orang islam yang berari ( rumah-rumah wakf dan

6. Aktivitas muhammadiyah

Secara umum muhammadiyah bergerak pada bidang pendidikan , social kemasyarakatan, ketarjihan, keanggotaan, dan peluasan wilayah serta oranisasi otonom.badan tersebt sebagai instrument untuk menggerakan ide dan gagasan keagamaannya dalam rangka memajukan kehidupan umat dan bangsa. a. Pendidikan Muhammadiyah adalah salah satu organisasi islam yang menekankan perbaikn hidup beragama dan menggiatkan amal-amal pendidikan dan social. Dengan adanya kegiata di bidang tersebut, di harapkan akan lahir intelektual ulama, Sebagai realisasinya, pada tahun 1924 di dirkanlah madrasah mualimat . sebetulnya sekolah tersebut adalah Kweekschool Muhammadiyah Dari sistim perguran yang ada, muhammadiyah mempunyai dua system pendidikan .pertama . mengikuti system sekolah pemerintah yang sudah ada dengan menambah roh dan agama. Kedua, mendirikan lemabaga penddikan yang berdirikan muhammadiyah, yang mutu, sifat, dan cara-cara mengajarnya menpunyai corak tersendiri. Pada tahun 1932 Muhammadiyah sudah mengpoprasikan 316 sekolah di Jawa dan

Madura, dan 207 di antaranya memakai system barat, 88 sekolah agama, dan 21 sekolah memakai system lain. b. Sosial Kemasyarakatan Di bidang social muhammadiyh mendirikan rumah sakit, poliklnik, dan rumah yatim, gerak Muhammadiyah dalam bidang social sudah mulai tampak pada tahin 1920-1930. Seperti halnya penolng kesengsaraan umat (PKU) c. Ketarjihan Majlis tarjih di dirikan atas dasar keputusan kongres organisasi di pekaongan pada tahun 1927. Fungsi majlis ini adalah mengeluarkan fatwa atau memastikan hukum tentang masalahmasaah tertentu , misalnya; adalah malah yang berkaitan dengan system bank, upacara-upacara yang di lakuka oleh gerakan kepanduan dan menhadapi api unggun, soal pakain dan sebagainya. Diantara keputusan yang di ambil oleh majlis tarjih adalah pada tahun 1932 yaitu ; wanita idak boleh bepergian untuk sehari atau lebih lamanya kecuali jika I temni oleh seorang muhrim. d. Keanggotaan dan Perluasan Wilayah Perluasan wilayah dan keanggotaan Muhammadiyah berlangsung secara cepat di bawah kekuasaan dua tokoh; K.H Hisyam yang menjabat pada tahun 192-1936 dan K.H Mas Mansur yang menjadi ketua pada tahun 1936-1942. Hal itu dapat di lihat dari jumlah cabang dan ranting yang ada pada tahun1933, yang mencapai 599 buah. e. Organisasi Otonom

Bagian organisasi ini adalah Aisyiyah, Nasyiatul aisyiyah, dan Hizbul Wathan. 1. Aisyiyah Beberapa kegiatan Aisyiyah pada wktu itu ; 1. Gerakan pemberantasan Buta huruf ( PBH ), baik berupa huruf arab maupun latin

2. Menerbitkan majalah wanita suara Aisyiyah (192) 3. Bersama-sama dengan organisasi wanita lain, pengurus membentuk badan Federasi dengan nama kongres perempuan Indonesia ( sekarang Kowani), berjuang untuk membebaskan bangsanya dari kebodohan. 4. Mengadakan kursus bahasa idonesia 5. Mengadakan Babi Show dalam rangka perhatiannya tentang kesehatan ibu dan anak (1934) 6. Dalam kongres yang ke 27 di Medan di putuskan agar Aisyiyah menambah usahanya, yaitu menyantuni anak yatim dan fakir miskin yang terkena musibah. Usaha yang lain adalah pendirian taman kanak-kanak ( 1939) 2. Nasyiatul Asyiyah Organisasi ini merupakan kelanjutan dari perkumpula Siswa Praya Wanita ( SPW). Dalam kongresnya yang ke 18 (1929) muhammadiyah mengharuskan semua cabang di Indonesia mendirikan Nasyiatul Aisyiyah. Pada tahun 1935 Nasyiatul Aisyiyah mengadakan Shalat Jumat bersama, tabligh ke luar kota dan kampung-kampung, mengadakan kursus administrasi, dan ikut memasyarakatka organisasi Muhammadiyah. 3. Hizbul Wathan Hizbul Wathan merupakan Bagian dari Muhammadiyah yang diserahi tugas untuk menangani pergerakan anak-anak dan pemuda dengan jalan memberikan pelajaran keagamaan dan pengetahuan yang lain, sehingga anak-anak dan pemuda Muhammadiyah mempunyai idenditas khas dan siap menggantikan alih tugas kepemimpinan di lingkungan muhammadiyah. 7. Muhammadiyah pada masa pendudukan jepang Muhammadiyah melalui K.H Mas Mansur mempunyai interaksi yang khas dengan Jepang. Di satu sisi Muhammadiyah memilki wakil dan peran penting dalam Pusat Tenaga Rakyat (Putera) namun melalui tokoh lain, Ki Bagus HadiKusumo tetap dapat menunjukan sikap yang kritis, terkait penolakan penghormatan Tenno Haika dengan Membungkukan badan kearah matahari terbit. a. Penduduk Jepang dan eksistensi Muhammadiyah pada priode Muhammadiyah di bawah K.H Mas Mansur, Jepang Menyerbu Indonesia. Dengan maksud untuk mendapat simpati umat Islam, setelah berkuasa jepang bersikak lunak terhadap muhammadiyah. Gerakan dakwah yan di lakukan Muhammadiyah berjalan biasa. Jepang berusaha menghlangka kean bahwa kehadiran mereka tidak untuk menjajah, dengan jalan.Pertama, mengikut sertakan tokoh-tokoh kebangsaan organisasi atau lembaga dalam pemerintahan Jepang. Kedua, menggunakan Bahasa Indonesia di amping bahasa jepang sebagai bahasa resmi dalam lembaga-lembaga pemerintahan. Setelah pemerintahan jepang berjalan sekitar tiga bulan, tekanan kepada bangsa Indonesia mulai di rasakan. Jepang mulai menerapkna peraturan-peratuaran yang di buatnya; menyanyikan lagu kimagayo,seikerei ( pengh9 penghormatan kearah matahri). Seikerei badi umat islam di

ibaratkan ruku.seikerei inilah yang merisauan umat islam. Maka, di pimpin Muhammadiyah, rakyat Indonesia melakukan protes.bagi muhammadiyah, umat islam tidak di benarkan melakukan seikerei.oleh sebab itu Ki Bagus Hadikusumo terus beruding dengan pengurus Muhammadiyah lainnya. Selanjutnya di putuskan bahwa seikerei di larang bagi umat slam. b. Dilema Hubungan dengan penguasa Pada 10 september 1943 mengumumkan status Muhammadiyah dan Nahdlatul ulama. Meskipun Status Muhammadiyah aman, pemerintah mengharapkan agar pimpinan mengajukan permohonan pendirian pekmplan agama. Pada 6 april 1943 Ki Bagu Haikusumo memohon izin dengan mengubah tujuan agar sesuai dengan misi pemerintah. Permohonan Ki bagus Hadikusumo tersebut memperoleh tangapan dari Gunseika dengan memberikan izin atas berdirinya Muhammadiyah. Pengabulan permohonan tersebut membuka kesempaan bagi Muhammadiyah untuk mnyelenggarakan kegiatan, membangun kembali komunikasi, dengan cabang-cabang yang telah terhenti selam dua tahun. Konsolidasi dan penataan kembali organisasi yang suadah rusak menjadi agenda penting setelah memperoleh status badab hukum. Dalam kondisi politik yang tidak menentu, dimana posisi organisasi social pribumi sangat memugkinkan sikp-sikap polotik ormasseperti Muhammadiyah hanya formalitas, mereka mengakui kekuasaan pemeritah, tetapi bersifat simbolik belaka, siakap anti terhadap Dai Nippon tidak di tunjukan secara terbuka, tetapi membingkai kegiatan Muhammadiyah dan membangun kesadaran bahwa tata cara member hormat kepada jepang seperti orang ruku merupakan suatau tingkah laku menyimpang dari ajaran islam.

C.

DINAMIKA SOSIAL, POLITIK, DAN KEAGAMAAN TAHUN 1945-1965

MUHAMMADIYAH PERIODE

1. Pergulatan di PPKI dan mukadimah Pada 22 Juni 1945 elit-elit politik yang diwakili oleh berbagai aliran (nasionalis religius dan kebangsaan) menyepakati bahwa umat islam diatur secara khusus dalam konstitusi dengan diktum kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Ini merupakan kompromi politik maksimal yang dapat dilakukan pada waktu itu, tetapi kompromi politik sebagai jalan tengah tersebut diprotes oleh opsir Kaigun Angkatan Laut Jepang. Protes tersebut disampaikan melalui Hatta pada sore hari tanggal 17 Agustus 1945. Menurut dia, kalau tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu diteruskan, Indonesia bagian timur akan memisahkan diri dari Indonesia. Sebelum dimulai sidang PPKI pada 18 Agustus 1945, Hatta menyampaikan kepada wakil-wakil islam perihal keberatan Opsir Kaigun Jepang tersebut. Semula wakil-wakil Islam, Khususnya Ki Bagus Hadikusumo (ketua Umum PP Muhammadiyah), menolak penghapusan tujuh kata yang telah disepakati tersebut, tetapi karena desakan dan ancaman disintegrasi, Ki Bagus akhirnya menerima dengan menegaskan bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa adalah

Tauhid. Penerimaan itu sebagai manifestasi bahwa kalangan Islam mementingkan Keutuhan Bangsa daripada Kepentingan golongan dan Agama. 2. Perjuangan kemerdekaan dan pembentukan masyumi Pendirian partai politik tidak semata-mata berorientasi pada kekuasaan, tetapi partai dibentuk dan didukung dalam rangka merealisasikan misi amar makruf nahi mungkar. Oleh karena itu, partai harus menjadi sarana untuk mewujudkan dan memajukan kehidupan umat, merekatkan ukhuwah Islamiyah, dan mendorong demokratisasi bangsa. Penguatan integrasi bangsa, demokrasi, pencapaian kesejahteraan sosial warga merupakan pesan penting dari proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Warga Muhammadiyah menganggap bahwa perjuangan mempertahankan negara merupakan salah satu bagian dari cita-cita yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peran aktif dalam perjuangan mempertahankan negara pada hakekatnya sejalan dengan ide perjuangan Muhammadiyah sendiri. Ketika sebagian umat islam ikut ambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan, Sukiman tampil sebagai sponsor berdirinya Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi). Berdirinya partai Masyumi ini sangat erat dengan sikap politik luar negri Indonesia yang dituangkan dalam Maklumat Politik tanggal 1 November 1945. Pada tanggal 7 November 1945 partai politik dan organisasi Islam seperti Nahdatul Ulama, PII, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah secara bersama-sama bergabung dalam wadah, yaitu Partai Masyumi. Tujuan Masyumi, seperti dirumuskan dalam anggaran dasarnya antara lain untuk melaksanakan ajaran dan hukum islam di dalam kehidupan individu, masyarakat, dan negara menuju keridaan Allah dan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Kesepakatan bahwa Masyumi merupakan satu-satunya partai politik bagi umat Islam mempunyai arti bahwa keberadaan partai Islam lain tidak diakui. Masyumi memperoleh sambutan luas, baik nasionalmaupun lokal, organisasi politik maupun sosial keagamaan, modernis maupun tradisionalis. Menurut Syafii Maarif, hanya Perti yang berpusat di Bukittinggi, Sumatera Barat, yang tidak ikut dalam Masyumi, disebabkan oleh dominannya kelompok modernis dalam Masyumi, Sementara kelahiran Perti sebagai reaksi atas kelompok modernis. Keadaan ini berbeda dengan kalangan tradisional Jawa. Mereka tetap turut serta dalam Masyumi. Ini dapat dimungkinkan karena antara kalangan modernis dan tradisionalis di Jawa telah saling berkomunikasi sejak MIAI 3. Membenahi program baru dan menata langkah pengabdian Program kemanusiaan Muhammadiyah digalakan pada bidang social budaya, pendidikan, dan social politik. Program tersebut dapat dilakukan dengan baik apabila diorganisasi dengan tata administras yang professional. Penataan kelembagaan dan pembebahan program yang didukung dengan administrasi kelembagaan akan membawa dampak pada upaya pembaruan dalam rangka memengaruhi berbagai kebijakan pemerintahan, melakukan advokasi pada masalah pendidikan, kemanusiaan, dan masalah agama Islam secara umum. Selain itu,

modernisasi di berbagai bidang kehidupan memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk pemerintahan, sesame ormas islam, dan pihak-pihak lain yang memiliki visi kemanusiaan dan visi kebijakan yang mendorong kea rah terwujudnya kehidupan social yang adil dan sejahtera. Muktamar ke-30 Muhammadiyah yang akan dilaksanakan diPurwokerto pada tahun 1941 terpaksa tidak dapat dilaksanakan karena berkecamuknya PD II. Sebagai jalan keluarnya dan untuk mempertemukan kembali para pemimpin Muhammadiyah, diadakan pertemuan antarcabang se-jawa tahun 1941 di Yogyakarta. Kongres I, yang kemudian disepakati sebagai Muktamar Ke-31, berlangsung di Kota kelahiran Muhammadiyah, Yogyakarta, tanggal 21-26 Desember 1950. Kongres ini ditandai beberapa peristiwa penting yang mendahuluinya, yakni proklamasi kemerdekaan, Kongres muslim Indonesia I yang sekaligus merupakan hari kelahiran partai Masyumi tanggal 7 November 1945, pemberontakan PKI Madiun yang dimulai tanggal 18 September 1945, berlangsungnya KongresMuslim Indonesia di Yogyakarta 20-25 desember 1949 yang ditandai oleh pemantapan persatuan dan kesatuan umat islam, munculnya gerakan DI/TII dengan Negara Islamnya tanggal 7 Agustus 1949 penyerahan kedaulatan Negara Indonesia menjadi Negara kesatuan dengan prakarsa Muhammad Natsir melalui mosi Integralnya tanggal 17 Agustus 1950. Dalam Muktamar ke-31 telah diputuskan beberapa program, antara lain yang menyangkut bidang sosial budaya, pendidikan, dan sosial politik sebagai berikut : mendorong dan bekerja sama dengan pemerintah untuk memperbaiki kerusakan akhlak, meningkatkan kesehatan rakyat; membentuk kapal haji dalam organisasi muhammadiyah; menggiatkan badan perekonomian Muhammadiyah; mendesak Menteri Agama tentang pelaksanaan tunjangan kepada madrasah, pemberi pelajaran adama di sekolah umum, dan bantuan kepada organisasi agama; masalah warisan menjadi tanggung jawab raad agama; menyediakan studiefonds untuk membiayai para pelajar yang sekolah di luar negeri; mendirikan Universitas Muhammadiyah; Upaya Penoong Kesengsaraan Umum (PKU) menitik beratkan usaha dalam perawatan anak yatim piatu; membentuk badan amal pembagian zakat; memperbaiki cara pemeliharaan yatim piatu; supaya semua guru Muhammadiyah mendapat syarat pengangkatan dari pengurus besar; memperkuat hubungan Muhammadiyah dengan pengurus besar; memperkuat hubungan Muhammadiyah dengan umat Islam Indonesia dan luar Negeri; mengajukan usul kepada Badan Kongres Muslimin Indonesia dan pemerintahan supayamengadakan Kongres Umat Islam Sedunia dan persyarikatan blok-blok (kelompok-kelompok) Islam; mendesak pemerintahan Indonesia supanya mengambil harta wakaf yang dirampas oleh jepang yang masih dipakai oleh pemerintah ; Muhammadiyah, baik sebagai organisasi maupun perorangan, diperkenankan menjadi anggota DPR; Muhammadiyah tetap menjadi anggota istimewa agama dan kementrian PPK diserahkan kepada kebijaksanaan Pengurus Besar Muhammadiyah. Mengembalikan roh Muhammadiyah sama halnya menanamkan kembali suatu nilai yang tidak mudah dievalusai dalam waktu yang singkat. Dengan demikan penanaman

kembali suatu nilai, baik di kalangan anggota maupun pemimpi, merupakan pekerjaan besar sepanjanperserikatan itu ada. Dua program yang dicanangkan itu tampaknya sangat sederhana , tetapi pelaksanaannya sulit. Dalam sebuah tajuk rencana majalah Suara Muhammadiyah, tahun XXVII, bulan April 1952 dengan judul Sebesar Mulut Berkata, Masih Berat Bahu Memikul, tampaknya diakui keadaan sulit: memelihara jauh lebih sulit daripada membentuknya atau semangat tidak lagi sehebat waktu mendirikannya. Pada edisi berikutnya majalah Suara Muhammadiyah menurunkan tajuk rencana yang berjudul memelihara dan menambahkan amal, yang lebih mengakui realitas. Tajuk rencana itu diturunkan untuk memberikan pengertian kepada para anggota dan pimpinan Muhammadiyah setelah megalami pancaroba agar terus memelihara Muhammadiyah dan menambah amal Kebajikan pada masa akan datang. a. Penerbitan Administrasi Menyadari akan pentingnya tertib administrasi tersebut, menurut komentar Hasyim, seorang pembantu Ahmad Dahlan dalam usaha pendirian Sekolah Agama Islam di Kepanjen, timbang terima dengan cara tertulis merupakan contoh yang perlu dilanjutkan dan peristiwa itu baru terjadi pertama kali, sedangkan masa yang sudah-sudah cukup dengan cara lisan. Karena anggota Muhammadiyah dari waktu ke waktu terus bertambah, kebutuhan akan kartu anggota semakin banyak. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut kemudian muncul gagasan agar setiap daerah atau wilayah mencetak sendiri kartu anggotanya. Untuk memudahkan pengurusan anggota di seluruh Indonesia, sebelumnya telah dibuat formulir yang sifatnya nasional. Sejak tahun 1951 penomoran anggota dipusatkan di pengurus besar Muhammadiyah. Tahun 1954 penyusunan surat telah menggunakann system administrasi modern dengan napas islam. Selain telah digunakan penomoran yang jelas, pernyataan hal, tanggal, juga ditambahkan pencantuman tanggal hijrah, pencantuman ayat Quran dan ucapan salam. Masalah pembukuan keuangan mulai semakin ditertibkan. Hal ini terlihat dalam laporan-laporan daerah, terutama dalam pengumpulan dana muktamar, sampai soal yang kecil-kecil sejak dari masukan perseorangan, ranting, hingga pusat. Saat yang tepat untuk melakukan perubahan kendali organisasi adalah forum muktamar. Penyelenggaraannya biasanya melewati tahap persiapan, tahap muktamar itu sendiri, dan tahap pascamuktamar pada tahap persiapan dibentuk panitia yang diberi nama Panitia Pusat Muktamar Muhammadiyah (PPMM), yang anggotanya diambil dari pusat maupun daerah tempat muktamar berlangsung. Untuk menyakinkan panitia agar seorang anggota atau pengurus dapat hadir dalam suatu muktamar, ia harus membawa surat perwakilan atau mandate yang sah. b. Realisasi program dan interksi yang Terjadi Salah satu program yang diamanatkan oleh muktamar ke-31 itu adalah mendorong dan bekerja sama dengan pemerintah untuk memperbaiki akhlak. Keluarnya peraturan bersama yang isinya adlaah pelaksanaan pendidikan agama sejak sekolah rakyat hingga sekolah lanjutan pertama dan atas. Menanggapi peraturan tersebut, pimpinan Pusat Muhammadiyah menyerukan

kepada pimpinan cabang dan ranting supanya ikut memikirkan langkah selanjutnya dalam melaksanakan peraturan itu. Dalam siding Tanwir tahun 1951 juga berhasil dirumuskan konsepsi tentang MAjelis Ekonomi yang bertujuan antara lain mengatur kesempurnaan keluarga muhammadiyah dalam menjalankanekonomi, mendirikan badan-badan ekonomi, menghimpun keterangan dan laporan dari keluarga Muhammadiyah, dan menjadi bahan kontak diantara keluarga Muhammadiyah dal;am bidang ekonomi. Undang-Undang Perkawinan juga dibahas dalam SIdang Tanwir tahun 1951. Menurut Muhammdiyah, agaknya terlalu dini diadakan Undang-Undang Perkawinan untuk umum, tetapi khusus umat islam masih memungkinkan. Untuk itu dibentuk suatu panitia kecil yang terdiri dari Mr. Kasmat sebagai ahli hokum dan ahmad Badawi sebagai ulama. Dibidang pendidikan telah dibangun kembali Madrasah Mualimin Muhammadiyah pada tanggal 10 Desember 1951. Sebagai realisasi Tanwir itu juga telah diputuskan pembentukan badan Pemusatan Urusan Subsidi. Badan ini bertugas memberikan keterangan , tuntutan , dan saran Kepada Muhammdiyah mengenai usaha meminta subsidi dan sokongan kepada pemerintah dan instansi lain. Sebagai realisasi putusan Muktamar ke -31, Pengurus Besar Muhammadiyah berhasil memutuskan Qaidah MAjelis Hikmah yang bertujuan memperhatikan dan mempelajari hal ihwal Muhammadiyah yang berkaitan dengan soal politik. Adapun tugas utamanya adalah menghimpun keseimbangan politik mengenai agama dan umat islam pada umumnya serta Muhammadiyah sendiri. Untuk mengatasi krisis di tanah air, salah seorang anggota parlemen dan juga ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo, berpendapat bahwa dengan agamalah krisis akhlak dan polotik dapat diatasi. Seseorang yang senantiasa berpedoman pada agama tidak akan menjalankan suatu kebijakan politik yang hanya akan menimbulkan krisis, baik krisis akhlak maupun politik. Hubungan Muhammadiyah dengan Masyumi di daerah-daerah diatur berdasarkan konvensi. Satu organisasi akan dikeluarkan dari keanggotaan istimewa Masyumi apabila menyalahi haluan politik Masyumi, sesudah diberikan kesempatan untuk membela diri, atau keluar atas permintaan sendiri.Adapun hak dan kewajiban anggota istimewa adalah memberikan pertimbangan dalam menentukan haluan partai, mengajukan gagasan kepada pimpinan partai untuk diperjuangkan menjadi kenyataan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan salah satu anggota istimewa, dan wajib ikut melaksanakan rencana politik Masyumi yang termasuk dalam lingkungan pekerjaan. Dalam Rapat anggota istimewa, banyak terdapat perbedaan pendapat diantara anggota, yang mengakibatkan Nahdatul Ulama salah satu anggota istimewa memisahkan diri dari Masyumi dan berdiri sendiri sebagai partai politik. Beberapa pengamat mengatakan bahwa keluarnya Nahdatul Ulama dari Masyumi karena jabatan Menteri Agama dalam cabinet Wilopo-

D. PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH TAHUN 1965-1985 Dalam kurun waktu 20 tahun muhamdiyyah telah melangsungkan 5 kali mukhtamar yaitu mukhtamar ke 37 (1968) di Yogyakarta, mukhtamar ke 38 ( 1971) di ujung pandang , mukhtamar ke 39 (1974) di padang , mukhtamar ke 40 (1978) di Surabaya, dan mukhtamar ke 41 (1985) di Surakarta. Periode 1962-1965 dan periode 1968 adalah periode dimana organisasi muhammadiyyah menghadapi masalah yang pelik,masalah yang akan menentukan hidup matinya muhammadiyah sebagai organisasi dan pada periode ini juga terjadi keruntuhan orde lama yang selama ini memegang kekuasaan secara mutlak. Diantara rumusan hasil mukhtamar dan tanwir untuk di catat adalah 1. di tetapkannya partai politik sebagai proyek amal usaha muhammadiyyah serta di susunnya Pandangan dan sikap politik muhammadiyyah 2. penyusunan program pembangunan masyarakat desa yang kemudian di sempurnakan dalam dakwah jemaah dan gerakat jamaah serta sistem pembinaan kader 3. konsepsi pendidikan islam menurut muhammadiyyah 4. di susunnya paham agama dan metodologi memahami islam 5. di tetapkannya pancasila sebagai asas persyarikatan

Anda mungkin juga menyukai