Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK INDUSTRI KHUSUS: PERHOTELAN, RETAILING, DAN PERBANKAN

A. Perhotelan 1. Laporan Laba Rugi Komparatif


Periode Tahun 2011 Penjualan Biaya-biaya: Gaji dan upah Kesejahteraan Supplies operasi Pemasaran Listrik dan energi Adminstrasi umum Pemeliharaan Total Biaya Laba (sebelum beban tetap) Rp 550,000 Periode Tahun 2012 Rp 546,500 Rp Perubahan Rupiah (3,500)

% (0.6)

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

287,690 25,900 20,000 9,000 12,000 10,000 7,890 372,480 177,520

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

298,070 35,000 25,000 12,000 20,000 15,500 9,200 414,770 131,730

Rp 10,380 Rp 9,100 Rp 5,000 Rp 3,000 Rp 8,000 Rp 5,500 Rp 1,310 Rp 42,290 Rp (45,790)

3.6 35.1 25.0 33.3 66.7 55.0 16.6 11.4 (25.8)

Dengan melihat laporan laba-rugi komparatif ini maka kita dapat melihat, meskipun penurunan total penjualan relatif kecil, akan tetapi laba (sebelum beban tetap) mengalami penurunan sebesar Rp. 45,790 atau 25.8 %. 2. Laporan Laba-Rugi Common-Size Dengan analisis ini, semua pos laporan laba rugi dinyatakan dalam presentase (atas dasar penghasilan). Berikut ini disajikan laporan laba rugi di muka, yang dinyatakan dalam presentase perkomponen:
Periode Tahun 2011 Penjualan Biaya-biaya: Gaji dan upah Kesejahteraan Supplies operasi Pemasaran Listrik dan energi Adminstrasi umum Pemeliharaan Total Biaya Laba (sebelum beban tetap) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 287,690 25,900 20,000 9,000 12,000 10,000 7,890 372,480 177,520 Rp 298,070 Rp 35,000 Rp 25,000 Rp 12,000 Rp 20,000 Rp 15,500 Rp 9,200 Rp 414,770 Rp 131,730 52.3% 4.7% 3.6% 1.6% 2.2% 1.8% 1.4% 67.7% 32.3% 55% 6% 5% 2% 4% 3% 2% 76% 24% Rp 550,000 Periode Tahun 2012 Rp 546,500 Common size 2011 2012 100% 100%

3. Penjualan dan biaya per kamar tersedia (sales and cost per room available)
Periode Analisis Laporan Keuangan | Periode 31 Desember Hal.1

Tahun 2011 Penjualan Biaya-biaya: Gaji dan upah Kesejahteraan Supplies operasi Pemasaran Listrik dan energi Adminstrasi umum Pemeliharaan Total Biaya Laba (sebelum beban tetap) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 550,000 287,690 25,900 20,000 9,000 12,000 10,000 7,890 372,480 177,520

Tahun 2012 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 546,500 298,070 35,000 25,000 12,000 20,000 15,500 9,200 414,770 131,730 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

2011 44.09 23.90 2.54 3.01 0.57 0.49 0.89 0.43 31.83 12.26 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

2012 44.02 25.00 2.90 2.99 0.65 0.67 0.97 0.67 33.85 10.17

Di asumsikan Hotel ini memiliki 50 kamar, maka jumlah hari kamar tersedia untuk satu tahun adalah sebagai berikut: Jumlah kamar x jumlah hari per tahun 50 kamar x 365 hari = 18. 250 hari kamar Setiap penjualan dan biaya untuk dua periode (2011 dan 2012) dibagi dengan 18.250. 4. Penjualan dan biaya per kamar terjual (Sales and cost per room occupied) Bila diasumsikan bahwa tingkat hunian tahun 2011 adalah 64% dan tahun 2012 adalah 65%, maka jumlah hari kamar terjual adalah sebagai berikut: Jumlah kamar tersedia x Occupancy rate tahun 2011 18. 250 hari kamar x 64% = 11. 680 hari kamar. Jumlah kamar tersedia x Occupancy rate tahun 2012 18. 250 hari kamar x 65% = 11.862.5 hari kamar. Berikut ini adalah penjualan dan biaya tahunan atas dasar per kamar terjual; Penjualan dan biaya per kamar terjual
Periode Tahun 2011 Penjualan Biaya-biaya: Gaji dan upah Kesejahteraan Supplies operasi Pemasaran Listrik dan energi Adminstrasi umum Pemeliharaan Total Biaya Laba (sebelum beban tetap) Analisis Laporan Keuangan | Rp 550,000 Periode Tahun 2012 Rp 546,500 31 Desember 2011 2012 Rp 65.68 Rp 66.99

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

87,690 25,900 20,000 9,000 12,000 10,000 7,890 72,480

Rp 98,070 Rp 35,000 Rp 25,000 Rp 12,000 Rp 20,000 Rp 15,500 Rp 9,200 Rp 414,770 Rp 31,730

Rp 34.78 Rp 3.09 Rp 3.78 Rp 1.56 Rp 1.93 Rp 0.45 Rp 0.56 Rp 46.15 Rp 19.53

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

37.78 5.00 4.90 1.45 1.78 0.89 0.66 52.46 14.53 Hal.2

Rp 177,520

5. Ratio Operasi (Operating Ratio) Berikut ini sejumlah ratio operasi yang berguna untuk menganalisa kinerja hotel. a) Occupancy Percentage Dihitung dengan membagi jumlah kamar yang dipakai selama periode tertentu dengan jumlah kamar yang tersedia selama periode yang sama dan dikalikan dengan 100% Apabila sebuah hotel memiliki 105 kamar, dimana 75 kamar diantaranya dihuni semalam, maka occupncy percentage (persentase hunian) malam tersebut adalah: x 100% = 71.43% b) Double Occupancy Percentage Adalah persentase kamar terjual yang dihuni oleh lebih dari satu orang. Apabila Apabila 37 kamar dari 75 kamar yang terjual satu malam tersebut dihuni oleh lebih dari satu orang (per kamar), maka Double Occupancy Percentage adalah:

Double Occupancy Percentage juga dapat dinyatakan dengan menghitung jumlah ratarata orang perkamar terhuni dengan cara membagi jumlah tamu selama periode tertentu dengan total kamar yang dihuni selama periode tersebut. Misalnya, 75 kamar terjual tersebut dihuni oleh sebanyak 102 tamu, maka Double Occupancy Percentage adalah:

c) Avarage Rate per room Occupied Tarif rata-rata per kamar yang dihuni dapat dihitung harian dengan membagi total penghasilan dengan total kamar yang dihuni. Misalnya, bila total penghasilan yang diperoleh adalah Rp 1.234.000 dari 75 kamar yang terjual, maka Avarage Rate per room Occupied adalah;

d) Avarage Rate per Guest Ratio ini diperoleh dengan cara membagi total penghasilan (kamar) selama periode tertentu dengan jumlah tamu yang menginap selama periode tersebut. Misalnya selama satu malam 75 kamar dihuni oleh sebanyak 100 tamu (yang berarti 25 kamar double occupied), maka Avarage Rate per Guest adalah:

Analisis Laporan Keuangan |

Hal.3

e) Avarage Length Of Stay Dihitung dengan membagi jumlah kamar yang dihuni selama periode tertentu dengan jumlah tamu yang terdaftar selama periode tersebut. Misalnya bila jumlah kamar yang dihuni selama satu bulan adalah 1500 kamar dan jumlah tamu yang terdaftar adalah 850 orang, maka avarage length of stay adalah:

6. Analisis Trend Misalnya, berikut ini ditunjukkan data penjualan selama 6 bulan:
Penjualan Rp Rp Rp Rp Rp Rp 20,000 30,000 32,000 37,000 40,000 40,000 Perubahan (Rupiah) + Rp + Rp + Rp + Rp Rp 10,000 2,000 2,000 1,000 0 Perubahan (%) + 50% + 7% + 6% + 3% 0%

Bulan 1 2 3 4 5 6

Hasil trend menunjukkan arah perkembangan suatu hotel. Pada contoh ini, hasil trend menunjukkan bahwa meskipun kondisi usaha selama beberapa bulan meningkat, akan tetapi peningkatannya mengalami penurunan (Perubahannya menurun). Informasi seperti ini akan sangat bermanfaat bagi permalan atau pengaggaran. 7. Index Trend Adalah suatu metode yang digunakan untuk melihat trend dengan cara mengonversi jumlah rupiah ke dalam index.
Bulan 1 2 3 4 5 6 Penjualan Rp Rp Rp Rp Rp Rp 20,000 30,000 32,000 37,000 40,000 40,000 Biaya Gaji 65000 10200 10500 12000 13000 13100 Indeks Penjualan 100 150 160 185 200 200 Indeks Biaya Gaji 100 160 162 185 200 202

Setiap pos pada periode 1 (periode dasar atau basis) dinyatakan dengan nilai 100 (100%). Dari hasil analisis ini tampak bahwa selama enam bulan biaya gaji meningkat lebih cepat dibanding peningkatan penjualan. Dengan cara lain, selama enam bulan penjualan meningkat 100% (200-100), sedangkan biaya gaji meningkat dengan 102% (202-100). B. Retailing 1. GMROI-rate GMROI-rate (atau gross margin return on investment) adalah return on investment yang mengkombinasikan atau menggabungkan efek profit margin dan perputaran persediaan dalam
Analisis Laporan Keuangan | Hal.4

satu indikator pengukuran prestasi. GMROI-rate dihitung dengan cara mengalikan antara perputaran persediaan dan cost mark on rate. Cost mark on rate adalah suatu presentase yang menunjukkan berapa besar harga pokok suatu jenis persediaan harus dinaikkan untuk mencapai harga jualnya. Suatu jenis persediaan mempunyai volume penjualan tahunan sebesar 1000 unit. Ratarata investasi untuk persediaan ini adalah 200 unit. Harga pokok persediaan ini adalah Rp 80,00 per unit,sedangkan harga jualnya Rp 120,00 per unit. Perhitungan GMROI-rate untuk persediaan ini adlah sebagai berikut:
Penjualan : 1.000 unit Rata-rata persediaan = Perputaran persediaan 200 unit 5,0 kali

Perputaran persediaan x cost mark-on rate = GMROI-rate 5,0 kali 41% 2,05

2. GMROI-rate, alat pembanding investasi persediaan Berikut ini disajikan data tentang Gross margin dan GMROI-rate untuk tiga jenis persediaaan:
Jenis Persediaan A B C Gross Margin 45% 30% 20% Cost Mark-on 81.81% 42.86% 25.00% Perputaran Persediaan 2.0 3.0 8.0 GMROIrate

1.64 1.29 2.00

Dari data ini dapat dilihat bahwa untuk setiap Rp 1,00 dana yang diinvestasikan untuk jenis persediaan C akan menghasilkan Rp 2.00 (hasil paling besar,meskipun memiliki gross margin paling kecil), sementara untuk jenis persediaan A dan B masing-masing hanya Rp 1.64 dan 1.29, meskipun Gross margin-nya lebih besar dibanding jenis C. dengan demikian, jenis persediaan yang paling menguntungkan adalah jenis C, karena akan memberikan manfaat kembalian investasi. 3. GMROI-rate dan Pemanfaatan Ruang Penjualan Untuk menggambarkan tingkat pemanfaatan ruang penjualan, harus dihitung satu angka yang disebut Gross margin rupiah per meter persegi. Dengan cara sebagai berikut ini:

Penjualan

Gross Margin 45% 30% 20% Rp Rp Rp

Margin Rupiah 900,000 450,000 200,000

Luas Ruang (m) 2500 2000 1500

GM-Rupiah per m Rp Rp Rp 360.00 225.00 133.33 Hal.5

Rp 2.000.000 Rp 1.500.000 Rp 1.000.000

Analisis Laporan Keuangan |

Berikut disajikan data tentang GMROI-rate dan GM-rupiah untuk tiga jenis persediaan:

Jenis Persediaan

Return untuk setiap Rp 100 Investasi persediaan Rp 163.62 Rp 128.58

Return untuk setiap persegi dipakai Rp Rp 360.00 225.00 133.33

A B Rp C 200.00

Rp

Dari data perbandingan ini dapat dilihat bahwa untuk setiap meter persegi ruang penjualan yang digunakan,ternyata persediaan jenis A memberikan hasil yang paling besar, yaitu sebesar Rp. 360. Ini berati bahwa produktivitas persediaan A paling tinggi dibanding jenis persediaan B dan C. 4. Pengaruh Termin Pembayaran dari Pemasok Agar dapat diperoleh indikator pengukuran prestasi investasi persediaan yang dapat menggambarkan kebutuhan dana, perlu dihitung GMROI-rate yang disesuaikan dengan aliran kas (Cash-flow adjusted GMROI-rate). Angka ini dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Menghitung jumlah hari persediaan (Day on hand)
Jenis Persediaan A B C Jumlah hari per tahun 365 365 365 Perputaran Persediaan 3 5 9 Jumlah hari Persediaan 122 hari 73 hari 41 hari

b) Menghitung jumlah hari yang memerlukan dana


Jenis Persediaan A B C Jumlah hari persediaan 122 hari 73 hari 41 hari Perputaran Pemasok 100 hari 21hari 31 hari Jumlah hari Perlu dana 22 hari 52 hri 10 hari

c) Menghitung jumlah hari yang memerlukan dana per tahun


Jenis Persediaan A B Jumlah hari perlu dana 22 hari 52 hari Perputaran Persediaan 2 6 Jumlah hari Perlu dana/tahun 44 hari 312 hari Hal.6

Analisis Laporan Keuangan |

10 hari

80 hari

d) Menghitung penyesuaian biaya uang


Jenis Persediaan Jumlah hari perlu dana Hari per tahun 44/365 312/365 80/365 Tingkat Bunga per tahun 5% 5% 5% Penyesuaian Biaya uang

A B C

0.60% 4.27% 1.09%

e) Menghitung GMROI-rate setelah penyesuaian biaya uang


Jenis Persediaan Return untuk setiap Rp 100 Investasi persediaan 163.62 128.58 B 200.00 C 1.09 199 Penyesuaian Biaya Uang GMROI-rate 0.60 4.27 163 124

GMROI-rate yang sudah disesuaikan dengan aliran dana ini menunjukkan bahwa konstribusi laba masing-masing investasi persediaan dapat berubah apabila biaya uang atau dana yang diperlukan sebagai konsekuensi adanya perbedaan waktu pembayaran kepada pemasok dan pembayaran dari pelanggan dipertimbangkan. C. Perbankan 1. Return On Equity (ROE) Untuk mengukur profitabilitas bank biasanya digunakan ratio return on equity. Ratio ini membandingkan antara laba bersih dan investasi dari pemilik, dengan rumus sbb:
ROE = Net Income Owner Equity

Misalnya laba bersih tahun 2011 sebesar Rp. 54.000 dan total modal sebsar Rp 5.556.564, maka ROE adalah 0.9%. 2. Mengukur Capital Position Capital Position diukur dengan menggunakan ratio equity multiplier (EM),dengan rumus sbb:
EM = Total Asset Equity Capital

Misalnya bila total aktiva sebesar Rp.13.009.899 dan total modal sebesar Rp 5.556.564, maka EM adalah 2.34. Ratio ini mengukur efektivitas penggunaan financial leverage.
Analisis Laporan Keuangan | Hal.7

3. Mengukur Operational Profitability Analisis ini mendekomposisi manajemen biaya (cost manajemen) dan manajemen pendapatan ke dalam kategori biaya dan pendapatan yang lebih sempit sehingga dapat digunakan untuk melakukan evaluasi-evaluasi sumber laba. Untuk mengukurb profitabilitas operasional ini digunakan ratio return on asset (ROA),dengan rumus sbb:
ROA = Net income Total Assets

Misalnya apabila laba bersih tahun 2011 sebesar Rp. 54.000 dan total aktiva sebesar Rp.13.009.899, maka ROA adalah 0.4%. ratio ini mengukur kemampuan para manajer dan pegawai bank mengelola semua aspek dari fungsi-fungsi harian bank. 4. Assets Utilization Mengukur kemampuan aktiva bank dalam menghasilkan pendapatan,dan menggambarkan efektivitas manajemen pendapatan. Ratio Assets Utilization (AU) dihitung dengan rumus sbb:
ROA = Total Operating Revenue Total Assets

Misalnya apabila total pendapatan operasional tahun 2011 sebesar Rp. 550.000 dan total aktiva sebesar Rp.13.009.899., maka AU adalah 4.2%. 5. Net Profit Margin Adalah untuk mengukur kemampuan para manajer bank untuk mengendalikan biaya, menghasilkan pendapatan bunga dan non-bunga. Ratio net interest Margin (NPM) dihitung dengan rumus sbb:
NPM = Net Income Total Operating Revenue

Misalnya apabila laba bersih tahun 2011 sebesar Rp. 54.000 dan total pendapatan operasional sebesar Rp. 550.000, maka NPM adalah 9.8%. NPM dapat dipecah menjadi dua, yang dapat memberikan informasi tentang efisiensi, baik efisiensi pengelolaan pajak maupun efisiensi pengendalian biaya, masing-masing dengan formula perhitungan sbb: NPM = (Net Income[NI]/Pre-tax operating income[POI]) x (Pre-tax operating income/ total operating revenue[TOR]) Misalnya apabila total laba bersih sebesar Rp 54.000, total laba sebelum pajak sebesar Rp 65.890 dan total pendapatan operasinal sebesar Rp. 550.000, maka besarnya ratio NI/PO adalah 81.9% (45.890/54.000) dan POI/TOR adalah 11.98% (65.890/550.000). 6. Net Interest Margin dan Eficiency Ratio
Analisis Laporan Keuangan | Hal.8

Kedua ratio ini mengukur baik kemampuan mengendalikan biaya maupun kemampuan menghasilkan pendapatan ratio yang sama. Kedua ratio ini dipakai secara luas dalam industri perbankan. Net interest margin menggunakan rumus sbb:
Net Interest Margin = Net interest income Earning Assets

Misalnya apabila pendapatan bunga bersih (NII), yaitu selisih antara pendapatan bungan dan biaya bunga sebesar Rp 350.000 dan saldo kredit sebsesar Rp. 3.500.000, maka NIM adalah 10% (3.500.000/ 350.000). Salah satu alat untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola biaya-biayanya adalah ratio yang membandingkan antara biaya dan pendapatan yang disebut Efficiency ratio, dengan rumus sbb:
Efficiency Ratio = Non-interest Expense (Net interest Income + Non-ineterest income)

Besarnya non-interest expense dipengaruhi oleh biaya-biaya seperti biaya tenaga kerja atau biaya personil, occupancy expense dan biaya peralatan. 7. Net Non-interest Margin Sering disebut juga sebagai burden ratio. Burden adalah selisish antara non-interest expense dan non-interest income dan mengindikasikan jumlah biaya overhead yang harus ditutup oleh pendapatan bunga. Net non-interest margin dihitung dengn menggunakan rumus sbb:
Net Non-interest margin = (Non-interest expense - Non-interest Income) Total Assets

Ratio net non-interest margin yang tinggi mengindikasikan bahwa bank memiliki biaya overhead yang tinggi relatif terhadap jumlah aktiva yang dikelolanya.

Analisis Laporan Keuangan |

Hal.9

Anda mungkin juga menyukai