Anda di halaman 1dari 4

RIDING THE EMOTIONAL ROLLER COASTER

Studi Kasus Dalam kesehariannya, pekerjaan Louise Damiani adalah sebagai seorang emosional roller coaster. Ia merawat pasien yang memiliki penyakit kanker dengan cara membawa pasien untuk memerangi penyakitnya sehingga terjadi penurunan. Hal yang kurang mengenakkan adalah ketika pasien diberikan berita buruk tentang kankernya. Dia juga memerangi frustasi dari masalah politik kantornya. Namun demikian, bahkan setelah bekerja dalam shift yang panjang, Damiani tidak membiarkan emosi2 negatifnya muncul sampai dia masuk kedalam mobil dan pulang ke rumah. Anda harus mempelajari bagaimana memilih dan menyeleksi dan tidak membawa emosi yang naik. Nasehatnya. Anda berkata, OK, saya dapat setuju dengan ini. Saya dapat focus pada prioritas, dan prioritasnya adalah pasien. Sebaik pengelolaan emosinya, Damiani telah menguasai keterampilan menciptakan emosi positif ke orang lain. Dia baru saja memperoleh sebuah penghargaan dalam perannya atas sensitivitasnya yang luar biasa kepada kebutuhan dan pertimbangan pasien. Sebagai contoh, pasien Damiani menginginkan untuk pulang ke kampung halamannya di Meksiko, tetapi dengan tingkat penyakitnya yang sangat parah, perjalanan tersebut tidak mungkin dilakukan. Sebagai penggantinya, Damiani membawa nuansa Meksiko ke RS dengan mengubah ruang tamu kedalam sebuah setting pesta dan mengundang keluarga pasien, teman2nya dan staf RS untuk mengikuti kegiatan special. Lisa Salvatore, seorang perawat di Leon S. Peters Burn Center di Fresno California, juga menghargai tugasnya menyangkut dukungannya terhadap kebutuhan pasien, tidak hanya masalah fisiknya saja. Dengan luka bakar, anda tidak hanya merawat sesuatu pada sisi luarnya, Dia berkata anda merawat sesuatu pada sisi bagian dalam yang tidak dapat terlihat. Salvatore juga mengalami rentang emosi yang penuh, menyangkut pentingya mendorong pasien luka bakar keluar dari kondisi darurat dengan rasa hormat untuk memperbaiki harapan mereka untuk sembuh. Saya menyukai stress yang tinggi. Saya menyukai trauma, Katanya. Namun, dia mengakui tantangan emosi pada pasien anak2 dengan luka bakar. Saya setuju dengan ini dan kemudian saya menangis sepanjang jalan pulang ke rumah. Saya terisak sepanjang jalan pulang. Anil Shandil, seorang paramedis tentara. Dia menyaksikan banyak kejadian luka bakar dan cedera dibandingkan dengan banyak paramedic lainnya. Selama 2 tahun di Landstuhl Army Regional Medical Center Jerman, dia membantu tentara-tentara yang terluka di Irak atau Afganistan. Tugasnya benarbenar sangat melelahkan dan emosional. Anda mendapatkan banyak anggota badan yang terpotong, luka pikiran yang tarumatis, dan banyak kematian dan kesekaratan. Kata Shandil. Sehingga kelelahan rasa iba agak tinggi. Orang yang bekerja sangat dekat dengan korban-korban trauma sering menderita kelelahan rasa iba, juga dikenal sebagai secondary traumatic stress disorder. Gejala utamanya adalah sebuah penurunan kemampuan untuk merasakan rasa iba untuk orang lain.

Walaupun memiliki risiko dari kelelahan rasa iba, Shandil telah menjadi sukarela untuk kegiatan penugasan yang lebih menantang. Dia dan 85 tentara lainnya saat ini berada di Irak untuk memberikan perawatan medis untuk tawanan Irak yang tertawan oleh tentara Amerika. Jadi, sesuai pengalamannya mengelola emosi dari eksposur kasus-kaus trauma, paramedic ini harus juga menunjukkan rasa iba dengan respek kepada mereka yang berjuang memusuhi tentara Amerika. Shandil mengetahui bahwa ini sangat berat. Ya, mereka adalah orang-orang yang tidak baik ke kami. Tetapi sebagai paramedic, ini adalah tugas kami untuk merawat mereka, tidak perduli mereka kawan atau musuh.

Pertanyaan : 1. Sampai sejauh mana ketiga orang yang disebutkan dalam studi kasus mengelola emosi diri mereka sendiri pada pekerjaannya? Bagaimana mereka melakukannya? Sampai sejauh mana anda berpikir mereka secara efektif mengelola emosinya dibawah situasi2 tersebut? 2. Studi kasus ini menyatakan bahwa perawat dan staf paramedic lainnya membutukan untuk mengelola emosi pasien mereka. Mengapa pengelolaan emosi penting dalam pekerjaan ini? Sampai sejauhmana staf paramedic mengubah emosi dari pasien-pasien mereka? 3. Stres yang disebutkan melalui kasus ini. Bagaimana stress ini terjadi? Sejauhmana stress terjadi pada jenis pekerjaan ini? Bagaimana orang-orang ini dapat mencoba meminimasi tingginya tingkat stress?

Jawaban : 1. Ketiga orang dalam contoh kasus tersebut memiliki tantangan dan cara masing-masing untuk mengelola emosi mereka. Damiani telah secara matang mengelola emosinya sehingga dapat mengontrol emosinya dengan baik. Hal ini timbul karena kesadaran akan perannya dalam pekerjaan yang terkait tuntutan tugas, peran dan interpersonalnya. Damiani telah menetapkan goal dalam pekerjaannya untuk mengurangi tingkat stessnya bahwa prioritasnya adalah pasien. Sehingga dengan demikian apa yang dilakukannya memiliki orientasi hasil yang jelas. Damiani memilih dan menyeleksi emosi yang sesuai sehingga tidak terbawa pada emosi negative yang muncul. Damiani memiliki tingkat resilience (kelenturan) yang tinggi dan mampu menghasilkan emosi positif yang dapat ditangkap oleh pasiennya. Selain itu Damiani memiliki kemampuan inter personal yang ditunjukan dengan kemampuannya dalam berempati pada pasiennya. Damiani mungkin memiliki pengalaman yang luas untuk menghadapi situasi-situasi tersebut sehingga lebih kebal terhadap stress. Dengan demikian Damiani dapat lebih berhasil dalam mengelola stresnya. Lisa Salvatore mengelola emosinya dengan membiarkan dirinya merasakan stress dengan cara menumpahkannya dengan menangis setelah selesai melakukan tugasnya. Dengan cara ini Lisa dapat

lebih tersalurkan himpitan kesedihan dan frustasi pasiennya yang merupakan bentuk dari empatinya kepada pasien. Untuk membesarkan hatinya, Lisa menempatkan persepsinya bahwa dia menyukai pekerjaan tersebut. Dalam jangka panjang mungkin Lisa tidak dapat bertahan dengan cara pengelolaan stresnya seperti itu karena Lisa mungkin tipe orang dengan external locus of control yang menyalahkan nasib pada factor eksternal. Shandil mengelola stresnya dengan memandang bahwa situasi-situasi tersebut memang seharusnya terjadi dalam sebuah peperangan sehingga merasa kebal terhadap rasa iba (menjadi terbiasa). Shandil menyalurkan kelelahan rasa iba ini dengan mencoba tugas yang lebih menantang yang menuntut rasa iba yang lebih pada pasien yang tidak disukainya dan menetapkan peran yang harus dilakukannya sebagai paramedic. Jika kondisi ini dibiarkan, maka kelelahan yang amat sangat akan menjadikan Shandil dalam jangka panjang bersikap tidak peduli dengan lingkungannya. Shandil mungkin tipe orang workaholic yang merasa ingin keterlibatan yang lebih dalam dengan pekerjaannya disebabkan dorongan dari dalam dan memiliki kenikmatan yang rendah dalam bekerja. Dalam jangka panjang hal ini akan menyebabkan depresi, kecemasan dan kemarahan.

2. Pekerjaan paramedic berkaitan dengan orang-orang yang rentan memiliki tingkat stress. Hal ini disebabkan adanya persepsi yang terbentuk pada pasien terhadap ancaman atas kondisi kesehatan mereka. Dengan demikian paramedic dituntut untuk dapat memahami kondisi psikologis pasien dari sudut pandang pasien sehingga dapat memberikan terapi emosi yang sesuai dengan persepsi pasien. Pengelolaan emosi yang keliru pada pasien, akan memperparah kondisi psikologis yang dampaknya pada penurunan fungsi-fungsi fisik tubuh sehingga akan memperparah sakit di pasien. Umumnya paramedic mengelola pasien mereka dengan menunjukkan sikap optimis sehingga memberikan emosi positif pada pasien. Setiap stress dan keluhan yang disampaikan pasien akan ditanggapi secara positif dengan melihat sisi baiknya sehingga menumbuhkan harapan akan kesembuhan pasien. Emosi positif ini juga mempengaruhi fungsi-fungsi fisik tubuh yang akan mempercepat proses penyembuhan.

3. Pada kasus ini stress terjadi akibat hubungan interaksi yang intens antara pelaku dengan pasien yang menderita stress akibat penyakitnya. Emosi negative yang ditunjukkan oleh pasien akan direspon oleh paramedic sebagai suatu tantangan atas kondisi baiknya untuk mengubah hal tersebut menjadi emosi yan positif. Proses terjadi stress ini awalnya emosi negative pasien akan direspon dengan kejadian shock yang menurunkan energy mereka. Kemudian pada tahap berikutnya direspon secara resisten yang ditunjukkan dengan upaya-upaya berbagai pengaruh biochemical, psikologis dan mekanisme perilaku dengan energy yang tinggi untuk berusaha mengatasi kondisi tersebut. Energi yang focus untuk menghadapi stress ini akan menurunkan tingkat kekebalan mereka sehingga mudah sakit.

Tahap selanjutnya, karena terjadi terus menerus, maka keterbatasan setiap individu mengakibatkan pada tahap kepenatan. Oleh sebab itu, orang-orang yang bergelut dalam bidang ini biasanya meminimasi tingkat stress mereka dengan berbagai cara antara lain : Menetapkan peran/goal setting yang mampu mereka capai misal sebagai menganggap perannya dalam tugas mulia yang akan memperoleh imbalan pahala Menetapkan persepsi yang positif terhadap pekerjaan Melakukan sharing dengan teman sejawat untuk menumpahkan emosinya dan membangun lingkungan social yang mendukung Bersikap menerima kondisi sebagai suatu yang sudah seharusnya terjadi Melakukan relaksasi termasuk dengan menangis Manajemen waktu untuk mengatasi tuntutan pekerjaan Melakukan latihan fisik non kompetitif Meningkatkan interpersonal realm menyangkut kemampuan untuk mengetahui dan mengelola diri sendiri: o Kesadaran diri (Kemampuan untuk mengenali bagaimana perasaan diri sendiri dan mengapa perasaan diri sendiri demikian serta pengaruh perilaku anda terhadap orang lain) o Assertiveness (Kemampuan untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaan dengan jelas. Tidak ragu, tidak pasif, dan tidak segan untuk menyampaikan pendapat secara jelas) o Kemandirian (Kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri serta bebas dari ketergantungan emosional. Percaya diri) o Respek dengan diri sendiri (Kemampuan untuk menghargai aspek positif dalam diri sendiri. Pada sisi lain, dapat menerima dengan lapang dada aspek negatif yang mungkin ada dalam diri sendiri, and still feel good about yourself) o Aktualisasi (Kemampuan untuk merealisasikan kapasitas potensial diri sendiri. Ini diwujudkan dalam pencarian ke arah kehidupan yang penuh makna, kaya dan full life)

Anda mungkin juga menyukai