Anda di halaman 1dari 6

Abstract: Gingival crevicular fluid (GCF) is an inflammatory exudate that is passed through the junctional epithelium to the gingival

sulcus. The component and volume of GCF can be used as potential diagnostic and prognostic markers of the periodontium in health and disease. The aim of this experiment is to help the students in understanding how to collect and measure the volume of gingival crevicular fluid. The volume of gingival crevicular fluid can be measured by many methods. This experiment using intrasulcular method. This method include the use of absorbing paper strips (length 10 mm, width 2 mm, and thick of 0.1 mm) into the sulcus of anterior teeth during 3 minutes. Then dropped by 2% ninhydrin solution. The stained areas measured with sliding calipers. Gingival crevicular fluid volume can be measured by multiply length, width, and thickness. This data explain that mouth condition of the subjects are normal.

Keywords: Gingival crevicular fluid (GCF), intrasulcular method, volume

PENDAHULUAN

Di dalam sulkus gingiva terdapat cairan gingiva atau sering disebut gingiva clevicular fluid (GCF). Cairan ini berfungsi untuk membersihkan sulkus, mengandung protein plasma yang dapat meningkatkan daya adhesi epitel terhadap gigi, serta proses partahanan terhadap mikroba (Grbic, 1995). GCF mempunyai sifat; (1) membersihkan material dari sulkus, (2) mengandung protein plasma yang lengket sehingga meningkatan adhesi atau perlekatan epitel ke gigi, (3) memiliki sifat antimikrobial, (4) menggunakan aktivitas antibodi untuk pertahanan gingival (Glickman, 1972).

Cairan krevikular gingiva (GCF) merupakan eksudat inflamasi (Kavadia, 2002) yang masuk ke dalam sulkus gingiva setelah melewati junctional epithelium (Allen, 1980). Beberapa peneliti menyatakan bahwa GCF pada manusia merupakan transudat yang terbentuk secara alami tetapi penelitian lainnya menunjukkan bahwa GCF merupakan eksudat inflamasi (Carranza, 1990). Adanya GCF pada jaringan gingiva normal bisa disebabkan karena meningkatnya permeabilitas kapiler yang rusak saat kertas saring dimasukkan ke sulkus gingiva. Jumlah GCF meningkat seiring adanya inflamasi (tergantung derajat inflamasi) atau juga meningkat dengan mengunyah makanan yang kasar, menyikat gigi, memijat gingiva, ovulasi dan kontrasepsi hormonal. (Glickman, 1972).

Komposisi dari GCF sama dengan serum darah tetapi berbeda dalam proporsi komponennya. GCF mengandung elektrolit (K+, Na+, Ca2+), asam amino, protein plasma, faktor pembekuan darah, Ig A, Ig G dan Ig M, albumin, lisozim, fibrinogen, asam fosfat (Glickman, 1972). Cairan gingiva juga mengandung

elemen seluler seperti bakteri, sel epitel yang terdeskuamasi, sel-sel PMN, limfosit, dan makrofag (Carranza, 2002). Pengukuran CGF dapat dilakukan menggunakan tiga metode dasar yaitu dengan gingival washing methods, menggunakan tube kapiler atau micropipettes, serta penyerapan menggunakan kertas saring. Sedangkan metode pengumpulan cairan sulkus gingiva dapat dibedakan menjadi teknik intrasulkular dan ekstrasulkular (Griffiths, 2003). Pada metode intrasulkular, kertas saring dimasukkan ke dalam sulkus sampai ke dasar. Metode ini dapat menyebabkan iritasi ringan pada epitel sulkus sehingga memacu aliran cairan gingiva. Untuk meminimalkan iritasi ini dilakukan metode ekstrasulkular, dimana kertas saring hanya dimasukkan sedikit dan tidak sampai ke dasar sulkus (Carranza, 2002).

Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengukuran volume cairan krevikuler gingiva (GCF) dengan menggunakan metode intrasulkuler.

BAHAN DAN CARA

Alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur cairan krevikular gingiva (GCF) yaitu kaca pembesar, kertas saring (panjang 10 mm, lebar 2 mm, tebal 0,1 mm), jangka sorong, plastik kecil, kapas, cotton roll, larutan ninhidrin 2%, dan alkohol 70%. Sebelum dilakukan pengambilan GCF, rongga mulut diisolasi dengan menggunakan cotton roll dan gingiva dikeringkan dengan kapas. Setelah itu, kertas saring disisipkan ke dalam sulkus gingiva pada gigi anterior rahang atas (2 1 | 1 2) sampai dirasa menyentuh ke dasar sulkus. Kertas saring dibiarkan pada sulkus gingiva selama 3 menit lalu diambil dan ditetesi dengan larutan ninhidrin 2%. Bagian kertas saring yang menyerap GCF akan berubah warna menjadi biru keunguan karena asam amino alfa dari cairan tersebut akan bereaksi dengan larutan ninhidrin. Volume GCF diukur dengan menghitung panjang daerah yang terwarnai oleh larutan ninhidrin 2% tersebut (dalam mm) dengan menggunakan jangka sorong dan dengan bantuan kaca pembesar. Pengukuran dilakukan pada kertas saring yang telah dimasukkan ke dalam sulkus masing-masing gigi yang telah ditentukan. Hasil pengukuran panjang dikalikan dengan lebar dan tebal kertas saring sehingga diperoleh volume GCF (mm3). PEMBAHASAN

Dari praktikum yang dilakukan diperoleh hasil bahwa rata-rata volume GCF tiap probandus berkisar antara 0,04 mm3 dan rata-rata volume GCF secara keseluruhan ialah 0,108 mm3. Didapatkan hasil yang berbeda-beda setiap probandusnya. Perbedaan volume dari cairan sulkus gingiva dari keempat probandus adalah normal, karena volume cairan jumlahnya tergantung pada kondisi hormonal dan serangan mikroba. Pada grafik rata-rata aliran volume GCF dan status klinis, diketahui bahwa aliran

volume GCF pada individu yang sehat berkisar antara 0,8 L/jam. Sedangkan untuk individu yang menderita gingivitis, aliran volume GCF berkisar antara 0,14L/jam, dan untuk individu yang menderita periodontitis, aliran volume GCF berkisar antara 0,29L/jam (Goodson, 2003). Hal tersebut menunjukkan volume GCF setiap subjek pada hasil praktikum lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai normal. Volume GCF yang lebih rendah tersebut kemungkinan disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam menyisipkan kertas saring, di mana kertas saring hanya sedikit masuk ke dalam sulkus gingival dan tidak mencapai dasar sulkus sehingga volume GCF yang terabsorpsi oleh kertas saring menjadi lebih sedikit atau tidak ada sama sekali. Namun berdasarkan beberapa penelitian, GCF merupakan eksudat inflamasi dan bukan merupakan transudat yang terbentuk secara alami, sehingga pada yang gingiva normal hanya terdapat sangat sedikit atau tidak ada GCF (Carranza, 1990).

Pada penelitian dengan kertas saring baik yang menggunakan metode ninhidrin maupun yang menggunakan periotron, aliran volume GCF meningkat dengan adanya peradangan seperti gingivitis (Hinrichs, 1984). Selain terjadi pada gingivitis, peningkatan aliran volume GCF juga terjadi pada periodontitis dan pembentukan pocket gingiva (Uitto, 2003).

Adanya hubungan antara inflamasi gingiva dengan volume GCF tidak dipengaruhi oleh umur. Jumlah cairan krevikuker gingiva antara pria dan wanita memiliki perbedaan dimana cairan krevikuler pada wanita lebih banyak dari pada pria. Hal ini dipengaruhi oleh faktor hormonal (Ganong, 1995). Namun berdasarkan jenis kelamin tidak dapat dibandingkan karena semua sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah wanita.

KESIMPULAN

Jumlah cairan sulkus gingiva setiap orang tidak sama karena dipengaruhi sistem hormonal dan mikroba. Rata-rata aliran volume GCF pada individu yang sehat berkisar antara 0,8 L/jam, pada individu yang menderita gingivitis berkisar antara 0,14L/jam, dan pada individu yang menderita periodontitis berkisar antara 0,29L/jam Volume GCF yang sangat sedikit atau bahkan tidak ada, termasuk normal

MENGUKUR VOLUME CAIRAN KREVIKULER GINGIVA DENGAN METODE INTRASULKULER

Posted by belindch in ABSTRACT

dentistry and tagged with oral biology 16 Juni 2010

Gingival fluid (crevicular fluid) is blood plasma transudate which found in gingival sulcus due to the leaky plasma from blood capilary at free gingival (Harty & Ogston, 1995). Increase in volume of gingival fluid indicated gingival diseases (Roth dan Calmes, 1981). The aims of this study were to make the students understand the procedure of taking and measuring the volume of gingival fluid by using intrasulcular procedure. The oral cavity were isolated by cotton roll and dried by cotton. Then put a tissue paper to the sulcus. Three minutes after, the tissue paper were taken and gave a drop of ninhydrin 2% liquid over it. The change of color of tissue paper were measured with sliding caliper and the data were analized. All of tissue paper werent gave any change color. It can be the result of healty gingiva, unstimulated gingival fluid, and uncorrect applying of tissue paper.

Kata Kunci : cairan gingiva, sulcus gingiva, intrasulkuler

PENDAHULUAN

Gingival fluid (crevicular fluid) adalah transudat plasma darah yang ditemukan di sulkus gingiva akibat kebocoran plasma dari kapiler-kapiler darah di gingiva bebas (Harty & Ogston, 1995). Selain IgG, IgA dan IgM, beberapa komponen komplemen C3, C4, C5 dan proaktivator C3 telah ditemukan dalam cairan sulkus gingiva. IgG dalam cairan krevikuler berisi antibodi spesifik terhadap sejumlah jasad renik oral (misalnya S. mutans dan B. gingivalis). Terdapat sejumlah komponen lainnya dalam cairan krevikuler, termasuk albumin, transferin, haptoglobin, glikoprotein dan lipoprotein yang fungsinya belum diketahui (Lehner, 1995). Sumber lain menjelaskan bahwa dalam cairan gingiva juga terdapat asam amino, protein plasma seperti 1, 2, dan globulin, elektrolit, sistem fibrinolitik, dan material sel (Humprey and Williamson, 2001).

Fungsi cairan krevikuler gingiva menurut Manson dan Eley (1933) adalah sebagai berikut:

mencuci daerah leher gingiva, mengeluarkan sel-sel epitelial yang terlepas, leukosit, bakteri, dan kotoran lainnya protein plasma dapat mempengaruhi perlekatan epitelial ke gigi mengandung agen antimikrobial misalnya lisosim Membawa leukosit PMN dan makrofag yang dapat membunuh bakteri. Juga menghantarkan IgG, IgA, IgM dan faktor-faktor lain dari sistem imun Jumlah cairan gingiva dapat diukur dan digunakan sebagai indeks dari inflamasi gingiva Pada gingiva normal, dimana vasa mikrosirkular menghalangi derajat normal permeabilitasnya, jumlah cairan yang memasuki sulkus gingiva adalah minimal. Peningkatan jumlah cairan gingiva dapat dipertimbangkan sebagai tanda-tanda adanya penyakit gingiva. Di sini cairan gingiva merupakan merupakan eksudat inflamasi (Roth dan Calmes, 1981). Namun cairan gingiva juga dapat dirangsang dengan cara: memasang sepotong kertas filter di dalam leher gingiva, mastikasi, dan penyikatan gigi (Moreira et al, 2009). Faktor lain yang mempengaruhi jumlah cairan gingiva yaitu stimulasi mekanik dan pemijatan gingiva, ritmik jantung, perubahan hormonal dan enzim (Macphee and Cowley, 1975).

Dalam praktikum digunakan cairan ninhidrin untuk menilai adanya cairan gingiva. Ninhidrin merupakan oksidator yang menyebabkan dekarboksilasi oksidatif dari asam amino yang menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid yang rantainya lebih pendek 1 C dari asam amino asalnya. Ninhidrin yang tereduksi akan bereaksi dengan NH3 sehingga membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan absorpsi warna maksimum pada panjang gelombang 570 nm. Pewarnaan dengan ninhidrin bertujuan untuk menunjukkan adanya asam amino (Anonim, 2008).

Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengukuran volume cairan krevikuler gingiva menggunakan prosedur intrasulkuler.

BAHAN DAN CARA

Praktikum ini menggunakan teknik intrasulkuler untuk mengukur volume cairan gingiva dan membutuhkan alat serta bahan seperti mikroskop, kertas saring ukuran 10 mm x 2 mm, larutan ninhidrin 2%, alkohol 70%, plastik kecil, sliding caliper, kapas dan cotton roll. Untuk mengambil cairan gingiva dilakukan dengan cara mengisolasi rongga mulut dengan cotton roll dan mengeringkan gingiva dengan kapas. Kertas saring yang sudah dipotong sesuai ukuran disisipkan ke dalam sulkus gingiva pada gigi anterior rahang atas (21 12) sampai dirasa menyentuh dasar sulkus. Setelah dibiarkan selama 3

menit, kertas saring diambil dan ditetesi dengan larutan ninhidrin 2%. Setelah terlihat perubahan warna (menjadi biri keunguan), panjang warna diukur dengan sliding caliper. Data yang didapat diinterpretasikan. PEMBAHASAN

Hasil percobaan tidak menunjukkan perubahan warna pada semua kertas saring. Adanya perubahan warna menunjukkan adanya asam amino yang berarti didapatkan cairan sulkus gingiva pada kertas saring (Anonim, 2008; Humprey and Williamson, 2001). Ketiadaan perubahan warna pada kertas saring probandus dapat mengindikasikan beberapa hal yaitu

Gingiva probandus sehat karena pada gingiva normal, dimana vasa mikrosirkular menghalangi derajat normal permeabilitasnya, jumlah cairan yang memasuki sulkus gingiva adalah minimal. Karena peningkatan jumlah cairan gingiva dapat dipertimbangkan sebagai tanda-tanda adanya penyakit gingiva (Roth dan Calmes, 1981). Cairan gingiva tidak terangsang untuk keluar. Cairan gingiva dapat dirangsang dengan cara: memasang sepotong kertas filter di dalam leher gingiva, mastikasi, dan penyikatan gigi (Moreira et al, 2009). Walaupun ke dalam sulkus disisipkan kertas saring yang seharusnya dapat merangsang keluarnya cairan sulkus (Moreira et al, 2009), namun bisa jadi pemasangan yang kurang teliti oleh praktikan atau pemasangan yang salah, misalnya kertas saring tidak betul-betul masuk ke dalam sulkus, dapat menjadi faktor lain mengapa tidak didapatkan perubahan warna pada kertas saring. KESIMPULAN

Warna kertas saring tidak berubah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gingiva probandus sehat, tidak terangsangnya cairan gingiva serta kemungkinan pemasangan kertas yang salah.

Anda mungkin juga menyukai