Anda di halaman 1dari 27

BAB I PENDAHULUAN

Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sejauh ini adalah termasuk gangguan berhubungan dengan zat yang paling sering dijumpai. Biaya langsung dan tidak langsung bagi masyarakat Amerika Serikat untuk gangguan yang berhubungan dengan alkohol (alkohol-related disorder) diperkirakan lebih dari 150 milyar dolar, kira-kira 600 dolar perkapita.1 Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sering disebut sebagai alkoholisme, tetapi karena alkoholisme tidak mempunyai definisi yang persis, maka istilah ini tidak digunakan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSN-IV) atau pada sistem diagnostik lain yang dikenal secara resmi.1 Setelah penyakit jantung dan kanker, gangguan berhubungan dengan alkohol merupakan masalah kesehatan nomor 3 terbesar di Amerika Serikat sekarang ini. Kira-kira 35-45% dari semua orang dewasa di Amerika Serikat sekurang-kurangnya pernah mengalami episode masalah yang berhubungan dengan alkohol yang bersifat sementara, biasanya berupa suatu episode amnestik akibat alkohol ( misalnya tidak sadar), mengendarai kendaraan bermotor saat terintoksikasi, atau bolos kerja atau kurang belajar karena minum yang berlebihan.1

Page 1 of 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA GANGGUAN TERKAIT ALKOHOL

2.1. DEFINISI Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini meluas untuk berbagai hasil pertukaran yang bereaksi netral dan mengandung satu atau lebih gugus alkohol.

2.2 EPIDEMIOLOGI Kira-kira 85% dari semua penduduk Amerika Serikat pernah

menggunakan minuman yang mengandung alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam hidupnya. Dan kira-kira 51% dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merupakan pengguna alkohol saat ini.1

2.3 ETIOLOGI 2.3.1 Riwayat Masa Kanak-kanak Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanak-kanak dari seseorang yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol. Anak-anak beresiko yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol yaitu jika satu atau lebih orang tuanya adalah pengguna alkohol.1 Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat gangguan defisit-atensi /

hiperaktivitas atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan resiko anak untuk memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol pada masa

Page 2 of 27

dewasanya. Gangguan kepribadian khususnya gangguan kepribadian antisosial juga merupakan predisposisi seseorang kepada suatu gangguan berhubungan dengan alkohol.1 2.3.2 Faktor Psikoanalisis Teori psikoanalisis tentang gangguan berhubungan dengan alkohol telah dipusatkan pada hipotesis superego yang sangat bersifat menghukum dan fiksasi pada stadium oral dari perkembangan psikoseksual.1 Menurut teori psikoanalisis, orang dengan superego yang keras yang bersifat menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai cara menghilangkan stres bawah sadar mereka. Kecemasan pada orang yang terfiksasi pada stadium oral mungkin diturunkan dengan menggunakan zat seperti alkohol melalui mulutnya. Beberapa dokter psikiatrik psikodinamika menggambarkan kepribadian umum dari seseorang dengan gangguan berhubungan dengan alkohol adalah pemalu, terisolasi, tidak sabar, iritabel, penuh kecemasan, hipersensitif, dan terrepresi secara seksual.1 Aforisme psikoanalisis yang umum adalah bahwa superego dapat larut dalam alkohol. Pada tingkat yang kurang teoritis, alkohol dapat disalahgunakan oleh beberapa orang sebagai cara untuk menurunkan ketegangan, kecemasan, dan berbagai jenis penyakit psikis. Konsumsi alkohol pada beberapa orang juga menyebabkan rasa kekuatan dan meningkatnya harga diri.1 2.3.3 Faktor Sosial dan Kultural Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum yang berlebihan. Asrama perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh lingkungan dimana minum berlebihan dipandang normal dan prilaku yang diharapkan secara sosial. Sekarang ini, perguruan tinggi dan universitas mencoba mendidik mahasiswanya tentang resiko kesehatan dari minum alkohol yang berlebihan.1 2.3.4 Faktor Prilaku dan Pelajaran Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga dapat mempengaruhi kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan didalam keluarga,

Page 3 of 27

khususnya kebiasaan minum pada orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa, walaupun kebiasaan minum pada keluarga memang mempengaruhi kebiasaan minum pada anak-anaknya, kebiasaan minum pada keluarga kurang langsung berhubungan dengan perkembangan gangguan berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap sebelumnya, walaupun hal tersebut memang memiliki peranan penting.1 Dari sudut pandang prilaku, ditekankan pada aspek pendorong positif dari alkohol, alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan euforia pada seseorang. Selain itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan rasa takut dan kecemasan yang dapat mendorong seseorang untuk minum lebih lanjut.1 2.3.5 Faktor Genetika dan Biologi Lainnya Data yang kuat menyatakan adanya suatu komponen genetika pada sekurangnya suatu bentuk gangguan berhubungan dengan alkohol. Laki-laki lebih banyak menggunakan alkohol daripada wanita. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh oleh gangguan berhubungan dengan alkohol adalah 3-4 kali lebih mungkin memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol daripada orang yang tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh dengan alkohol.1 Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gangguan terkait alkohol lebih tinggi resikonya pada kembar monizygot daripada dizygot.3

2.4 EFEK FISIOLOGI DARI ALKOHOL Istilah "alkohol" ditunjukkan pada sebagian besar molekul organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang melekat pada atom karbon jenuh. Etil alkohol juga disebut sebagai etanol merupakan bentuk alkohol yang umum, sering kali disebut alkohol minuman, etil alkohol digunakan dalam minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH3-CH2-OH.1 Karakteristik rasa dan bau berbagai muniman yang mengandung alkohol tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan berbagai senyawa

Page 4 of 27

dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk metanol, butanol, aldehida, fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai logam. Walaupun senyawa ini dapat menyebabkan suatu efek psikoaktif yang berbeda pada berbagai minuman yang mengandung alkohol, perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal dibandingkan dengan efek etanol itu sendiri.1 Absorpsi Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung, dan sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah dicapai dalam waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung apakah alkohol diminum saat lambung kosong, yang meningkatkan absorbsi atau diminum bersama makanan yang memperlambat absorbsi.1 Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga merupakan suatu faktor selama mana alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat menurunkan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling cepat 15-30% (kemurnian -30 sampai -60).1 Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol. Sebagai contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam lambung, mukus akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut akan memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus kecil. Jadi, sejumlah besar alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam lambung selama berjam-jam. Selain itu, pilorospasme sering kali menyebabkan mual dan muntah.1 Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung proporsi air yang tinggi memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol didalam darah tinggi.1 Metabolisme Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati, sisanya dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan oksidasi di hati konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh. Tubuh mampu

Page 5 of 27

memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan rentan berkisar antara 10-34 mg/dl per jamnya.1 Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol

dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi konversi alkohol menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik. Aldehida dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi asam asetat. Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( An-tabuse), yang sering digunakan dalam pengobatan gangguan terkait alkohol.1 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki ADH yang lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan wanita cenderung menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah minum alkohol dalam jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang memetabolisme alkohol akan menyebabkan mudahnya seseorang terjadi intoksikasi alkohol dan gejala toksik.1 Efek pada otak Biokimiawi Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol terjadi pada membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol akan menimbulkan efek karena ikatannya dengan membran yang menyebabkan meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka pendek. Tetapi, pada penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa membran akan menjadi kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat berfungsi sebagai reseptor, saluran ion, dan protein fungsional pada membran lainnya secara normal. Secara spesifik, suatu penelitian menunjukkan bahwa efektivitas berhubungan dengan reseptor asetilkolin saluran alkohol serotonin yang (5-

nikotinik,

hydroxytryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A (GABA A) diperkuat oleh alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang berhubungan dengan reseptor glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi (voltage-gated calcium channel) yang yang akan di inhibisi.1

Page 6 of 27

Efek prilaku Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi depresan yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol prilaku emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang biasanya mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,4-0,5% dapat terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif diotak yang mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan terpengaruhi dan dapat terjadi kematian.1 Efek fisiologis lain Hati Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya kerusakan hati. Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang pendek dapat menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat menimbulkan perlemakan hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran hati.1 Sistem gastrointestinal Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung. Perkembangan menjadi varises esofagus dapat menyertai pada seseorang dengan penyalahgunaan alkohol yang berat, pecahnya varises esofagus merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan kematian. Kadang-kadang juga dapat terjadi gangguan pada usus, pankreatitis, insufisiensi pankreas, dan kanker pankreas. Asupan alkohol yang banyak dapat mengganggu proses pencernaan dan absorbsi makanan yang normal. Sebagai akibatnya makanan yang dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi tidak adekuat.1

Page 7 of 27

Sistem tubuh lain Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan terjadinya infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus, lambung, hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian mendadak pada orang yang terintoksikasi.1 Tes laboratorium Kadar gamma-glutamiyl transpeptidase meningkat pada kira-kira 80% dari semua pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol, dan volume korpuskular rata-rata (MCV; mean corpuscular volume) meningkat kira-kira 60%. Hasil tes laboratorium lain yang mungkin berhubungan dengan gangguan berhubungan dengan alkohol adalah asam urat, trigliserida, glutamat oksaloasetat transaminase serum (SGOT) atau aspartat aminotransferase (AST), dan glutamatpiruvat transaminase (SGPT) atau alanin aminotransferase (ALT).1

2.5 MANIFESTASI KETERGANTUNGAN DAN MASALAH ALKOHOLISME a. Manifestasi sosial Mungkin merupakan manifestasi yang paling sering, meliputi; Permintaan surat keterangan medis Masalah perkawinan, perceraian, dan kekerasan domestik Masalah keuangan, terkucilkan, kecelakaan kerja Penyerangan publik atau mabuk dimuka publik Penuntutan untuk prilaku kekerasan atau pelanggaran mengemudi, pelecehan dan penganiayaan seksual atau pengangguran

Page 8 of 27

b. Manifestasi klinis Sekitar 80% pasien yang dirujuk akibat ketergantungan alkohol memiliki masalah medis yang serius. Gejala putus obat umumnya timbul saat pasien sadar. Gambaran komplikasi spesifik sangat bervariasi; Gastrointestinal : hepatitis, sirosis, gastritis, perdarahan

gastrointestinal, pankreatitis Kardiovaskuler : hipertensi ( menyebabkan meningkatkan kejadian penyakit kanker mulut, esophagus, hati bahkan payudara) Obstetri :sindrom alkohol fetus Neurologis : sinkope, kejang, neuropati, status konfusional akut, perdarahan subdural, ensefalopati Muskuloskeletal : gout

c. Manifestasi psikiatrik Depresi : semua bentuk depresi dapat dicetuskan oleh alkohol. Depresi sendiri dapat menyebabkan alkoholisme dengan memacu orang untuk minum sebagai usaha untuk mengurangi gejala-gejala depresi. Ansietas : gejala sering muncul pada saat putus obat parsial. Seperti halnya depresi, ansietas atau gangguan panik merupakan predisposisi konsumsi alkohol secara berlebihan sebagai usaha mengurangi gejala Perubahan kepribadian : penurunan standar kepekaan sosial dan perawatan diri sendiri Disfungsi seksual : impotensi, ejakulasi lama Halusinasi : baik auditorik maupun visual biasanya selama putus obat tetapi dapat pula terjadi tanpa gambaran delirium lainnya Halusinasi alkoholik : halusinasi auditorik yang mengganggu tapi jarang dan terjadi saat sadar.2 Menurut Jellinek membagi progresifitas alkoholisme dalam 3 fase; 1. Fase pertama atau fase dini ditandai dengan bertambahnya toleransi terhadap alkohol, amnesia, secara diam-diam menggak sekaligus meminum alkohol, merasa bersalah karena meminum minuman beralkohol dan terhadap prilaku yang diakibatkannya.

Page 9 of 27

2. Fase kedua atau fase krusial ditandai dengan hilangnya kendali terhadap kebiasaan minum-minuman keras, perubahan kepribadian, kehilangan teman dan pekerjaan, dan preokupasi untuk menjamin tersedianya minuman beralkohol. 3. Fase ketiga atau fase kronis ditandai dengan minum minuman beralkohol pada pagi hari, pelanggaran terhadap standar etika, tremor atau gemetar dan halusinasi.5 Progresifitas penyakit ini bergantung kepada banyak faktor diantaranya usia, zat psikoaktif pilihannya, gender, dan predisposisi faali (Royce, 1989). Progresifitas adiksi lebih cepat pada remaja daripada orang dewasa. Progresifitas pada perempuan lebih cepat daripada pada laki-laki. Kemungkinan anak seorang alkoholik untuk menjadi alkoholik adalah sekitar 3-5 kali dari pada anak seorang nonalkoholik (Sher, 1991)5

2.6 GANGGUAN-GANGGUAN DSN-IV menuliskan gangguan berhubungan dengan alkohol dan menyebutkan kriteria diagnostik untuk intoksikasi alkohol dan putus alkohol.1 Gangguan berhubungan alkohol Gangguan penggunaan alkohol Ketergantungan alkohol Penyalahgunaan alkohol Gangguan akibat alkohol Intoksikasi alkohol Putus alkohol Sebutkan jika dengan gangguan persepsi

Page 10 of 27

Delirium intoksikasi alkohol Delirium putus alkohol Demensia menetap akibat alkohol Gangguan psikotik akibat alkohol, dengan waham Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi Dengan onset selama putus Gangguan psikotik akibat alkohol, dengan halusinasi Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi Dengan onset selama putus Gangguan mood akibat alkohol Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi Dengan onset selama putus Gangguan kecemasan akibat alkohol Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi Dengan onset selama putus Disfungsi seksual akibat alkohol Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi

Page 11 of 27

Gangguan tidur akibat alkohol Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi ?? Gangguan berhubungan alkohol yang tidak ditentukan Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.3

2.6.1 Ketergantungan Alkohol dan Penyalahgunaan Alkohol Diagnosis dan gambaran klinis: Pola penggunaan alkohol sering kali disertai dengan prilaku berikut ini: a. Ketidakmampuan memutuskan atau berhenti minum b. Usaha berulang untuk mengontrol atau menurunkan minum yang berlebihan dengan tidak minum minuman keras (periode abstinensia temporer) atau membatasi minum pada waktu tertentu c. Pesta minuman keras (tetap terintoksikasi sepanjang hari untuk sekurangnya dua hari) d. Mengkonsumsi kadang-kadang 5 takaran minuman keras (atau

ekuivalennya pada bir atau anggur) e. Periode amnestik untuk peristiwa yang terjadi selama terintoksikasi (blackout) f. Terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik serius yang telah diketahuinya dieksaserbasi oleh penggunaan alkohol g. Minum alkohol yang bukan minuman, seperti bahan bakar atau produk komersial yang mengandung alkohol Disamping itu orang dengan ketergantungan alkohol dan penyalahgunaan alkohol menunjukkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan karena penggunaan

Page 12 of 27

alkohol, seperti kekerasan saat terintoksikasi, tidak hadir kerja, kehilangan pekerjaan, masalah hukum (contoh: ditahan karena prilaku terintoksikasi atau kecelakaan lalu lintas saat terintoksikasi), dan perdebatan atau kesulitan dengan keluarga atau teman karena penggunaan alkohol yang berlebihan.1

2.6.2 Intoksikasi Alkohol Diagnosis dan gambaran klinis: DSM-IV mempunyai kriteria resmi tentang diagnosis intoksikasi alkohol. Kriteria menekakan sejumlah cukup konsumsi alkohol, perubahan prilaku maladaptif spesifik, tanda gangguan neurologis, dan tidak adanya diagnosis atau kondisi lain yang membaur.1 Intoksikasi alkohol bukan merupakan kondisi yang ringan. Intoksikasi alkohol yang parah dapat menyebabkan koma, depresi pernapasan dan kematian, baik karena henti pernapasan atau karena aspirasi muntah.pengobatan untuk intoksikasi berat berupa bantuan pernapasan mekanik diunit perawatan intensif, dengan perhatian pada keseimbangan asam basa pasien, elektrolit, dan temperatur. Beberapa penelitian aliran darah serebral selama intoksikasi alkohol mengalami peningkatan tetapi akan menurun pada minum alkohol selanjutnya.1 Beratnya gejala intoksikasi alkohol berhubungan secara kasar dengan konsentrasi alkohol dalam darah, yang mencerminkan intoksikasi alkohol didalam otak. Pada onset intoksikasi, beberapa orang menjadi suka bicara dan suka berkelompok, beberapa menjadi menarik diri dan cemberut, yang lainnya menjadi suka berkelahi. Beberapa pasien menunjukkan labilitas mood, dengan episode tertawa dan menangis yang saling bergantian (intermiten). Toleransi jangka pendek terhadap alkohol dapat terjadi, orang tersebut tampak kurang terintoksikasi setelah berjam-jam minum daripada setelah hanya beberapa jam.1 Komplikasi medis intoksikasi alkohol sering disebabkan karena terjatuh yang dapat menimbulkan hematoma subdural dan fraktur. Tanda yang menggambarkan intoksikasi akibat sering bertanding minum adalah hematoma

Page 13 of 27

wajah, khususnya disekitar mata, yang disebabkan terjatuh atau berkelahi saat mabuk.1 Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Alkohol A. Baru saja menggunakan alkohol B. Prilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya, prilaku seksual atau agresif yang tidak tepat, labilitas mood, gangguan pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol C. Satu (atau lebih) tanda berikut ini, yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian alkohol 1) Bicara cadel 2) Inkoordinasi 3) Gaya berjalan tidak mantap 4) Nistagmus 5) Gangguan atensi atau daya ingat 6) Stupor atau koma D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.3

2.6.3 Putus Alkohol Diagnosis dan gambaran klinis: Diagnosis putus alkohol disebut putus alkohol tanpa komplikasi di dalam DSM-III-R untuk membedakannya dengan delirium putus alkohol. Kata tanpa komplikasi (uncomplicated) dikeluarkan dari DSM-IV karena putus alkohol, walaupun tanpa delirium, dapat bersifat serius dan dapat termasuk kejang dan hiperaktifitas otonomik. Keadaan yang dapat mempredisposisikan atau

Page 14 of 27

memperberat gejala putus alkohol adalah kelelahan, malnutrisi, penyakit fisik, dan depresi.1 Kriteria DSM-IV untuk putus alkohol memerlukan dihentikannya atau penurunan penggunaan alkohol yang sebelumnya berat dan lama, dan juga adanya gejala fisik atau neuropsikiatrik spesifik.1 Diagnosis DSM-IV juga memungkinkan menentukan dengan gangguan persepsi. Suatu penelitian dengan Tomografi Emisi Positron (PET; positron emission tomographic) terhadap aliran darah selama putus alkohol pada seseorang dengan ketergantungan alkohol dengan keadaan lain yang sehat, menemukan kecepatan aktivitas metabolik yang rendah secara menyeluruh. Dengan penelitian dan pengamatan selanjutnya aktivitas tersebut menurun pada daerah parietal kiri dan frontalis kanan.1 Tanda klasik dari putus alkohol adalah gemetar,kejang, dan gejala delirium tremens (DTs), sekarang disebut delirium putus alkohol dalam DSM-IV. Gemetar muncul 6-8 jam setelah dihentikannya minum, gejala psikotik dan persepsi muncul dalam 8-12 jam, kejang dalam 12-24 jam, DTs dalam 72 jam. Tremor pada putus alkohol dapat mirip dengan tremor fisiologis, dengan suatu tremor kontinyu dan amplitudo yang besar dan lebih dari 8 Hz, atau dengan tremor familisl, dengan ledakan aktivitas tremor yang lebih lambat dari 8 Hz. 1 Gejala lain putus alkohol adalah iritabilitas umum, gejala gastrointestinal (mual dan muntah) dan hiperaktivitas otonomik simpatik, termasuk kecemasan, kesiagaan, berkeringat, kemerahan pada wajah, midriasis, takikardia, dan hipertensi ringan. Pasien dengan putus alkohol biasanya sadar tetapi mudah dikagetkan.1 Kejang putus alkohol Kejang yang berhubungan dengan putus alkohol adalah kejang strereotipik, menyeluruh, dan tonik klonik. Pasien sering kali mengalami lebih dari satu kejang dalam 3-6 jam setelah kejang pertama. Status epileptikus relatif jarang pada pasien putus alkohol, terjadi pada kurang dari 3% dari seluruh pasien.

Page 15 of 27

Walaupun medikasi antikonvulsan tidak diperlukan dalam penatalaksanaan kejang putus alkohol, penyebab kejang masih sulit untuk ditentukan jika pasien pertama kali diperiksa diruang gawat darurat; jadi banyak pasien dengan kejang putus alkohol mendapatkan terapi antikonvulsan, yang selanjutnya dihentikan jika penyebab kejang telah diketahui. Penyalahgunaan alkohol jangka panjang dapat menyebabkan hipoglikemia, hiponatremia, dan hipomagnesemia yang semuanya dapat juga menyebabkan terjadinya kejang.1 Kriteria Diagnostik untuk Putus Alkohol A. Penghentian (atau penurunan) pemakaian alkohol yang telah lama dan berat B. Dua (atau lebih) tanda berikut ini yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria A 1) Hiperaktivitas otonomik (misalnya, berkeringat atau kecepatan

denyut nadi lebih dari 100) 2) Peningkatan tremor tangan 3) Insomnia 4) Mual dan muntah 5) Halusinasi atau ilusi penglihatan, raba atau dengar yang transien 6) Agitasi psikomotor 7) Kecemasan 8) Kejang grand mal C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang serius secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oelh gangguan mental lain. Sebutkan jika: dengan gangguan persepsi Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.3 Pengobatan

Page 16 of 27

Medikasi utama untuk mengendalikan gejala putus alkohol adalah benzodiazepin. Penelitian menunjukkan bahwa benzodiazepin membantu

mengontrol aktivitas kejang, delirium, kecemasan, dan tremor yang berhubungan dengan putus alkohol. Benzodiazepin dapat diberikan peroral maupun parenteral. Diazepam (Valium) ataupun chlordiazepoxide (Librium) tidak boleh diberikan IM karena adanya absorbsi yang menentu dari obat jika diberikan dengan cara tersebut. Benzodiazepin dititrasi mulai dosis tinggi dan menurunkan dosis saat pasien pulih. Benzodiazepin dalam jumlah yang cukup harus digunakan untuk menjaga pasien tetap tenang dan tersedasi.1 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa carbamazepine (Tegretol) dalam dosis 800 mg sehari sama efektifnya dengan benzodiazepin dan mempunyai manfaat tambahan kemungkinan penyalahgunaan yang minimal.1 Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol
Masalah klinis Gemetaran dan agitasi ringan sampai sedang chlordiazepoxide Oral 25-100 mg tiap 4-6 jam Obat Jalur Dosis

Keterangan Dosis awal dapat diulangi tiap 2 jam sampai pasien tenang; dosis selanjutnya harus ditentukan secara individual dan dititrasi

Halusinosis Agitasi parah

Diazepam Lorazepam

Oral Oral

5-20 mg tiap 4-6 jam 2-10 mg tiap 4-6 jam 0,5 mg/kg pada 12,5 mg/mnt

Berikan sampai pasien tenang; dosis selanjutnya harus ditentukan secara indivisual dan dititrasi

chlordiazepoxide Intravena

Kejang putus

Diazepam

Intravena

0,15 mg/kg pada 2,5 mg/mnt

Page 17 of 27

Delirium tremens

Lorazepam

Intravena

0,1 mg/kg pada 2,0 mg/mnt

2.6.4 Delirium DSM-IV memiliki kriteria doagnostik untuk delirium intoksikasi alkohol dalam kategori delirium intoksikasi zat dan kriteria diagnostik untuk delirium putus alkohol dalam kategori delirium putus zat. Pasien dengan gejala putus alkohol harus dikenali dengan cermat untuk mencegah perkembangan ke delirium putus alkohol yang merupakan sindrom putus alkohol yang paling berat, disebut juga delirium tremens (DTs).1 Delirium putus alkohol merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas yang bermakna. Pasien delirium sangat berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain karena prilaku yang tidak dapat diperkirakan. Pasien mungkin akan menyerang atau bunuh diri. Delirium tremens yang tidak diobati, dapat meningkatkan mortalitas sekitar 20%, biasanya bersamaan dengan penyakit medis lainnya seperti pneumonia, penyakit ginjal, insufisiensi hati atau gagal jantung.1 Ciri penting dari sindroma delirium adalah terjadi dalam 1 minggu setelah seseorang menghentikan minum alkohol. Disamping itu terdapat ciri-ciri berupa : 1. Hiperaktifitas otonomik, seperti takikardia, diaforesis, demam, kecemasan, insomnia, dan hipertensi 2. Distorsi perseptual, yang paling sering adalah halusinasi visual atau taktil 3. Fluktuasi tingkat aktivitas psikomotor, rentangnya dari hipereksitabilitas sampai letargi.1 Kira-kira 5% dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit karena alkoholik mengalami DTs. Episode DTs biasanya mulai pada usia 30-40an setelah minum berat selama 5-15 tahun.

Page 18 of 27

Pengobatan Pengobatan terbaik untuk DTs adalah pencegahan. Pasien yang putus dari alkohol yang menunjukkan salah satu fenomena putus alkohol harus mendapatkan terapi benzodiazepin, seperti chlordiazepoxide 25-50 mg tiap 2-4 jam hingga pasien lepas dari bahaya. Tetapi jika tanda delirium terlihat, berikan chlordiazepoxide 50-100 mg tiap 4 jam peroral atau lorazepam intravena jika medikasi oral tidak memungkinkan.1 Pada pengobatan berikan diet tinggi kalori, tinggi karbohidrat, dan multivitamin. Pasien dengan DTs jika diikat fisiknya akan berbahaya karena pasien dapat berontak terhadap pengikatan sampai mengalami kelelahan yang berbahaya. Jika pasien tidak dapat dikendalikan maka pasien harus ditempatkan diruangan isolasi. Pasien dapat mengalami dehidrasi yang disebabkan diaforesis dan demam, hal ini dapat dikoreksi dengan pemberian cairan oral maupun intravena. Diare, muntah dan anoreksia sering terjadi selama putus alkohol.1

2.6.5 Demensia Menetap akibat Alkohol Keabsahan demensia akibat alkohol (alcohol-induced persisting dementia) masih kontroversial, karena beberapa klinisi dan peneliti masih sulit untuk membedakan antara efek toksik dari penyalahgunaan alkohol dengan kerusakan sistem saraf pusat akibat nutrisi yang buruk, trauma multipel, dan kerusakan sistem saraf pusat yang terjadi setelah malfungsi organ tubuh lainnya (hati, pankreas dan ginjal). Walaupun beberapa penelitian telah menemukan adanya pembesaran ventrikel dan atrofi kortikal pada seseorang dengan demensia dan riwayat ketergantungan alkohol, namun penelitian tersebut belum bisa menjelaskan apa sebenarnya penyebab demensia.1

Page 19 of 27

2.6.6 Gangguan Amnestik Menetap Akibat Alkohol Diagnosis dan gambaran klinis Kriteria diagnostik untuk gangguan amnestik menetap akibat alkohol (alcohol-induced persisting amnestic disorder) berada dalam kategori DSM-IV untuk gangguan amnestik menetap akibat zat.ciri penting gangguan amnestik menetap akibat alkohol adalah gangguan daya ingat jangka pendek yang diakibatkan penggunaan alkohol berat dalam jangka waktu yang lama. Gangguan ini jarang terjadi pada usia dibawah 35 tahun.1 Sindrom wernicke dan korsakoff Merupakan nama lain dari gangguan amnestik menetap akibat alkohol. Wernicke (suatu kumpulan gejala akut) dan korsakoff (suatu keadaan kronis). Apabila sindrom wernicke adalah reversibel dengan pengobatan, hanya 20 persen pasien dengan sindrom korsakoff yang pulih. Patofisiologi antara kedua sindrom tersebut adalah defisiensi tiamin, yang disebabkan oleh kebiasaan nutrisional yang buruk atau masalah malabsorbsi. Tiamin adalah kofaktor bagi beberapa enzim yang penting, dan juga terlibat dalam konduksi potensial akson disepanjang akson dan didalam transmisi sinaptik. Lesi neuropatologis adalah simetris dan para ventrikuler, menganai korpus mamilaris, talamus, hipotalamus, otak tengah, pons, medula, forniks, dan serebelum.1 Sindrom wernicke, juga disebut ensefalopati alkoholik, adalah suatu gangguan neurologis akut yang ditandai oleh ataksia (yang mengenai terutama gaya berjalan), disfungsi vestibuler, konfusi, dan berbagai kelainan pergerakan bola mata, termasuk nistagmus horizontal, palsi rektus lateralis, dan palsi pamdandangan mata. Biasaya pandangan okuler tersebut adalah bilateral, walaupun tidak selalu simetris. Tanda okuler okuler lainnya adalah reaksi terhadapa cahaya yang lambat dan anisokoria. Sindrom wernicke juga dapat menghilang secara sepontan dalam beberapa hari atau beberapa minggu, atau dapat berkembang menjadisindrom korsakoff.1

Page 20 of 27

Sindrom korsakoff adalah hilangnya kemampuan untuk mengingat ingatan yang baru yaitu hilangnya ingatan jangka pendek. Pasien berdiskusi untuk mengisi kekosongan tersebut. Ensefalopati wernick merupakan awitan akut (berjam-jam hingga berhari-hari) yang menyebabkan kebingungan global (apati, disorientasi dan ingatan terganggu), gangguan mata (nistagmus dan oftalmoplegia) dan ataksia.4 Pengobatan Stadium dini sindrom wernicke berespons dengan cepat terhadap dosis tinggi tiamin parentral, yang dianggap efektif dalam mencegah perkembangan menjadi sindrom korsakoff. Dosis tiamin biasanya dimulai dengan 100 mg peroral dua sampai tiga kali sehari dan dilanjutkan selama satu sampai dau minggu. Pada pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol yang sedang diberikan larutan glukosa intravena, adalah baik untuk memasukkan 100 mg tiamin dalam setiap liter larutan glukosa.1 Sindrom korasakoff adalah sindrom amnestik kronis yang dapat mengikuti sindrom wernicke, dan kedua sindrom tersebut dianggap berhubungan secara patofisiologi. Ciri utama dari sindrom korsakoff adalah sindrom gangguan mental (khususnya daya ingat belum lama) dan amnesia anterograd pada seorang pasien yang sadar dan responsif. Pasien mungkin memiliki atau tidak memiliki gejala konfabulasi. Pengobatan sindrom korsakoff juga tiamin yang diberikan 100 mg peroral dua sampai tiga kali sehari; pengobatan harus dilanjutkan selama 3 sampai 12 bulan. sedikit pasien yang berkembang menjadi sindrom korsakoff dapat pulih secara lengkap, walaupun cukup banyak yang mengalami suatu perbaikan dalam kemampuan kognitifnya dengan pemberian tiamin dan dukungan nutrisi.1

2.6.7 Gangguan Psikotik Akibat Alkohol Diagnostik dan gambaran klinis Kreteria diagnostik untuk gangguan psikotik akibat alkohol (alcoholinduced psycotik disorder) (sebagai contoh halusinasi dan waham) ditemukan di

Page 21 of 27

dalam kategori DSM-IV tentang gangguan psikotik akibat zat (subtance-induced psycotic disorder). DSM-IV memungkinkan lebih jauh untuk menentukan onset (selama intoksikasi atau putus alkohol) dan apakah halusinasi atau waham ditemukan. Istilah untuk halusinasi yang terjadi selama putus alkohol yang digunakan didalam DSM-III R tetapi tidak lagi digunakan dalam DSM-IV adalah halusinasi alkohol. Halusinasi yang paling sering adalah auditorik, biasanya berupa suara-suara, tetapi suara tersebut sering kali tedak terstruktur. Suara-suara karakteristiknya adalah memfitnah, mencela, atau mengancam. Walaupun beberapa pasien dilaporkan bahwa suara-suara itu adalah menyenangkan dan tidak menganggu. Halusinasi biasanya berlangsung selama kurang dari 1 minggu walaupun selama minggu tersebut gangguan test realitas adalah sering. Setelah episode, sebagian besar pasien menyadari sifat halusinasi dari gejalanya. 1 Halusinasi setelah putus alkohol dianggap merupakan gejala yang jarang, dan sindrom adalah beberapa dari delirium putus alkohol. Halusinasi dapat terjadi pada semua usia, tetapi biasanya berhubungan dengan orang yang telah melakukan penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama. Walaupun biasanya halusinasi menghilang dalam 1 minggu, tapi pada beberapa kasus dapat menetap. Halusinasi berhubungan dengan putus alkohol harus dibedakan dengan skizofren yang berhubungan dengan temporal dengan putus alkohol, tidak adanya riwayat klasik skizofrenia dan halusinasinya biasanya singkat. Halusinasi berhubungan dengan putus alkohol dibedakan dari DTs oleh karena adanya sensorium yang jernih pada pasien.1 Pengobatan Pengobatan halusinasi berhubungan dengan putus alkohol sama dengan DTs yaitu dengan benzodiazepin, nutrisi yang adekuat, dan cairan jika diperlukan. Jika regimen gagal dan pada kasus jangka panjang, antipsikotik dapat digunakan.1

Page 22 of 27

2.6.8 Gangguan Berhubungan dengan Alkohol Lainnya Gangguan mood akibat alkohol (alcohol-induced mood disorder). DSM-IV memungkinkan diagnosis gangguan mood akibat alkohol dengan ciri manik, depresif atau campuran.1 Gangguan kecemasan akibat alkohol (alcohol-induced anxiety disorder). DSM-IV memungkinkan diagnosis gangguan kecemasan akibat alkohol. DSM-IV selanjutnya menganjurkan agar diagnosis menyebutkan apakah gejala merupakan apakah gejala merupakan kecemasan menyeluruh, serangan panik, gejala obsesifkompulsif, atau gejala fobik dan apakah onset selama intoksikasi atau selama putus alkohol.1 Kriteria diagnostik untuk gangguan berhubungan Alkohol yang tidak ditentukan Kategori gangguan berhubungan alkohol yang tidak ditentukan adalah gangguan yang berhubungan dengan pemakaian alkohol yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai ketergantungan alkohol, penyalahgunaan alkohol, intoksikasi alkohol, putus alkohol, delirium putus alkohol, demensia menetap akibat alkohol, gangguan psikotik akibat alkohol, gangguan mood akibat alkohol, gangguan kecemasan akibat alkohol, disfungsi seksual akibat alkohol, atau gangguan tidur akibat alkohol Tabel didasarkan dari DSM-IV, Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.

2.6.9 Sindrom Alkohol Fetal Data yang jelas menyatakan bahwa wanita hamil atau yang menyusui tidak boleh minum alkohol. Sindrom alkohol fetal (fetal alcohol syndrome) adalah akibat terpaparnya janin dengan intoksikasi alkohol in utero saat ibunya minum alkohol. Sindrom alkohol fetal merupakan penyebab utama retardasi mental di Amerika Serikat. Adanya alkohol menghambat pertumbuhan intrauterin dan perkembangan setelah kelahiran. Mikrosefali, malformasi kraniofasial dan defek tungkai dan jantung sering pada bayi yang terkena intoksikasi alkohol dari ibunya.

Page 23 of 27

Perawakan yang pendek saat dewasa dan perkembangan suatu rentan prilaku maladaptif dewasa juga dihubungkan dengan sindrom alkohol fetal.1 Resiko wanita alkoholik mempunyai anak yang cacat sekitar 35%. Walaupun kerusakan yang pasti pada janin tidak diketahui, kerusakan tampaknya sebagai akibat pemaparan intoksikasi utero dengan alkohol atau metabolitnya. Alkohol mungkin menyebabkan ketidakseimbangan hormonal yang meningkatkan resiko abnormalitas.1

2.7 PENGOBATAN 2.7.1 Psikoterapi Psikoterapi memusatkan pada alasan seseorang mengapa minum. Fokus spesifik adalah dimana pasien minum, dorongan premotivasi dibelakang minum, hasil yang diharapkan dari minum, dan cara alternatif untuk mengatasi situasi tersebut. Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapi bersama (conjoint therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif.1

2.7.2 Medikasi Disulfiram Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak boleh dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalam kesehatan yang baik, sangat termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harus memberitahukan pasien akibat meminum alkohol saat menggunakan obat dan selama 2 minggu setelahnya.1 Merekan yang menggunakan alkohol sambil meminum disulfiram 250 mg setiap harinya akan mengalami kemerahan dan perasaan panas pada wajah, sklera,

Page 24 of 27

anggota gerak atas dan dada. Mereka akan menjadi pucat, hipotensif dan mual juga mengalami malaise yang serius. Pasien juga akan mengalami rasa pusing, pandangan kabur, palpitasi, sesak dan mati rasa pada anggota gerak. Dengan dosis lebih dari 250 mg maka dapat terjadi gangguan daya ingat dan konfusi.1 Psikotropika Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan pada pasien dengan gangguan terkait alkohol.

2.7.3 Terapi Prilaku Terapi prilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk menurunkan kecemasan. Latihan ditekankan pada latihan relaksasi, latihan ketegasan, keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk menguasai lingkungan. Sejumlah program pembiasaan prilaku (operant

conditioning) membiasakan orang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk memodifikasi prilaku minum mereka atau untuk berhenti minum. Dorongan berupa hadiah keuangan, kesempatan untuk tinggal dalam lingkungan rawat inap yang baik, dan jalur untuk memasuki interaksi sosial yang menyenangkan.1

2.7.4 Halfway House Pemulangan seorang pasien dari rumah sakit sering kali memiliki masalah penempatan yang serius. Rumah dan lingkungan keluarga lainnya mungkin menghalangi, tidak mendukung, atau terlalu tidak berstruktur. Halfway house adalah suatu sarana pengobatan yang penting yang memberikan bantuan emosional, konseling, dan pengembalian progresif ke dalam masyarakat.1

Page 25 of 27

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama. Kira-kira 85% dari semua penduduk Amerika Serikat pernah

menggunakan minuman yang mengandung alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam hidupnya. Penggunaan alkohol memiliki efek terhadap prilaku, efek terhadap otak dan efek terhadap organ tubuh lain seperti hati, gastrointestinal, muskuloskeletal, neurologis, obstetri dan kardiovaskular. Menurut Jellinek membagi progresifitas alkoholisme dalam 3 fase; 1. fase dini 2. fase krusial 3. fase kronis Pengobatan pada gangguan terkait alkohol meliputi pengobatan sikoterapi Medikasi yaitu dengan disulfiram yang menghambat secara kompetitif enzim aldehida dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pengobatan juga diberikan psikotropika yakni obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan pada pasien dengan gangguan terkait alkohol. Terapi Prilaku dan Halfway House juga dapat membantu dalam pengobatan gangguan terkait alkohol.

Page 26 of 27

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ.Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry 10th ed. Lippincott Williams and Wilkins: Philadelphia. 2007 2. ABC of Mental Health by Teifion Davies and TKJ Craig : alih bahasa, Alifa Dimanti, Editor Edisi bahasa Indonesia Husny Muttaqin, Jakarta: EGC, 2009. 3. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision, 4th edition. Division and Publication and Marketing, Washington DC: 2005. 4. Rujukan Cepat Psikiatri by Hibbert Allison, dkk: alih bahasa Rini Candika, Editor Edisi bahasa Indonesia Husny Muttaqin, Jakarta: EGC, 2009 5. Joewana, Satya, MD. Gangguan Mental dan Prilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif. EGC. Jakarta. 2005.

Page 27 of 27

Anda mungkin juga menyukai