Anda di halaman 1dari 22

Oleh Faruq Akbar Al Rosyad Ica Purnamasari Dian Ayu Indrianingsih NIM 072011101064 NIM 082011101011 NIM 082011101024

Dokter Pembimbing: dr. Alif Mardijana, Sp.KJ


SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA RSD DR. SOEBANDI JEMBER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2013

LANJUT USIA

risiko tinggi untuk mengalami gangguan neuropsikiatri

demensia an salah satu gangguan pada lansia yang sangat ditakuti.

BPSD (Behavioral And Psychological Symptoms Of Dementia)

ETIOLOGI BPSD
faktor yang dapat berkontribusi: 1. 2. 3. 4. faktor genetik, aspek neurobiologi, aspek psikologis, dan aspek sosial.

Gambaran singkat mengenai BPSD pada pasien lanjut usia 2. Pemeriksaan psikiatri yang diperlukan untuk dapat mendiagnosis gangguan tersebut pada pasien lanjut usia 3. penatalaksanaan yang akan direncanakan
1.

2. 1 Batasan Lanjut Usia lanjut usia (elderly) adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih. usia lebih dari 70 tahun dan lanjut usia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan seperti kecacatan akibat sakit disebut lanjut usia resiko tinggi. tahun 2005 tentang umur harapan hidup pada perempuan 68,2 tahun dan pada laki-laki 64,3 tahun. Diperkirakan pada akhir tahun 2030, populasi penduduk lanjut usia keseluruhan mencapai jumlah 70 juta dan pada tahun 2050 mencapai 82 juta.

2.2 DEFINISI BEHAVIORAL AND

PSYCHOLOGICAL SYMPTOMS OF DEMENTIA (BPSD)

Gejala gangguan persepsi, isi pikir, suasana hati, atau perilaku yang sering terjadi pada pasien dengan demensia

neorupsikiatrik symptom

2.3 EPIDEMIOLOGI BPSD Jumlah penduduk lansia di dunia

BPSD meningkat sampai hampir 80% untuk pasien

demensia yang berada di lingkungan perawatan sekitar 20% untuk BPSD pada orang dengan penyakit Alzheimer Pada tahun 1997-2000 di Negara berkembang peningkatan jumlah penderita BPSD sebesar 67 %, pada Negara yang kurang berkembang peningkatatan penderita BPSD sebesar 138% Proyeksi jumlah penderita BPSD untuk tahun 2025 akan meningkat sebanyak 34 juta

2.4 GEJALA BPSD 2.4.1 Gejala Perilaku A. Disinhibisi


berperilaku impulsif menjadi mudah terganggu, emosi tidak stabil, memiliki wawasan yang kurang sehingga sering

menghakimi, dan tidak mampu mempertahankan tingkat perilaku sosial

B. Agitasi
aktivitas yang tidak pantas, baik secara verbal, vokal, atau motor.
Perilaku fisik non agresif: Kegelisahan umum Mannerism berulang Mencoba mencapai tempat yang berbeda Menangani sesuatu secara tidak sesuai Menyembunyikan barang Berpakaian tidak sesuai atau tidak berpakaian Menghukum berulang Perilaku fisik agresif: Memukul Mendorong Menggaruk Merebut barang Kejam terhadap manusia Menendang dan menggigit Perilaku verbal non agresif: Negativism Tidak menyukai apapun Meminta perhatian Berkata-kata seperti bos Mengeluh/melolong Interupsi yang relevan Interupsi yang irelevan

Perilaku verbal agresif: Menjerit Mengutuk Perangai meledak-ledak Membuat suara aneh

C. Wandering
Memeriksa (berulang kali mencari keberadaan

caregiver) Menguntit Berjalan tanpa tujuan Berjalan waktu malam Aktivitas yang berlebihan Mengembara, tidak bisa menemukan jalan pulang Berulang kali mencoba untuk meninggalkan rumah.

D. Reaksi Ledakan Amarah / Katastrofik

meningkatnya aktivitas dan perilaku agresif


Tidak ada hubungan yang ditemukan antara

ledakan amarah dan penampilan sikap apati, depresi, atau kegelisahan Perilaku agresif memberikan kontribusi paling banyak terkait gejala nonkognitif dan ledakan marah tiba-tiba Reaksi bencana dapat dipicu oleh gejala kognitif dan non-kognitif, seperti : kesalahpahaman, halusinasi, dan delusi.3

A. Gejala Mood
1. Depresi

2. Apati
3. Kecemasan

B. Gejala Psikotik
1. Waham 2. Halusinasi 3. Misidentifikasi

2.5.1 Perubahan Neuropatologi


A. Gejala Psikotik B. Gejala Depresi C. Gejala Apati D. Gejala Agitasi dan Agresif E. Disinhibisi

2.5.2 Perubahan Neurotransmitter A. Peran Serotonin


Reseptor
5-HT1 1A 1D, 1E, 1F 5-HT2 2A 2B 2C 5-HT3 5-HT4 5-HT5,6,7 Anxietas Depresi, halusinasi, gangguan tidur Frontal, temporal, hipokampus, amigdala Tidak diketahui cingulated, Agresi, anxietas, depresi, perilaku Frontal, sexual amigdala Tidak diketahui Tidak diketahui temporal, hipokampus,

Gejala

Perubahan pada AD

Anxietas, depresi, gangguan belajar, Tidak diketahui psikosis Anxietas, psikosis Anxietas, kognitif, belajar, ggn tidur Tidak diketahui emosi, Amigdala, hipokampus defisit Tidak diketahui Tidak diketahui

B. Peran Norepinefrin / Noradrenergik


Komponen NA 1-post 2-tidak spesifik pre/post 1-post 2-post cerebellum, frontal, hipotalamus cerebellum cerebellum Temuan korteks Agresi Perilaku

Agresi Agresi Restlessness

Kadar 3-methoxy-4- CSF MHPG hydroxyphenylglycol (MHPG)

Jumlah sel di LC : meningkat : menurun

degenerasi / degenerasi / degenerasi

Agresi Depresi Psikosis

: tidak ada perubahan

C. Peran Dopamin Sistem dopaminergik telah terlibat dalam depresi, perilaku agitasi, dan psikotik pada pasien yang tidak demensia, dan dengan demikian sistem ini memiliki potensi secara langsung mempengaruhi BPSD
D. Peran GABA GABA adalah penghambat utama neurotransmitter pada SSP, penghambat interneuron lokal untuk neurotransmitter lain yang merupakan kunci dalam mengendalikan perilaku. GABA mempengaruhi fungsi perilaku melalui interaksi dengan serotonin.

E. Peran Asetilkolin
Defisit dalam sistem kolinergik terutama timbul pada

basal otak depan dan memproyeksikan ke korteks. Terdapat penurunan penanda kolinergik kolin asetiltransferase (CHAT) dan asetilkolinesterase (ACHE) pada korteks, khususnya korteks temporal; kehilangan bermakna dalam nukleus basalis Meynert; dan pengurangan densitas reseptor muskarinik 2 (M2) presinaptik

F. Peran Glutamat dalam BPSD

Glutamat adalah neurotransmitter excitatory di otak yang dominan. Pasien AD memiliki kehilangan glutamat yang cukup berat. Ketidakseimbangan antara glutamat dan sistem dopaminergik dapat menyebabkan disfungsi dalam sirkuit talamik kortikal neostriatal, yang dapat menyebabkan gejala psikotik G. Disfungsi Neuroendokrin Pada pasien AD, kadar somatostatin, vasopresin, corticotropin-releasing hormone (CRH), substansi P, dan neuropeptida Y secara bermakna berkurang di daerah kortikal dan sub kortikal otak, sedangkan kadar dari galanin peptida meningkat. Namun, di hipotalamus, kadar somatostatin, vasopresin, dan neuropeptida Y seperti galanin meningkat secara bermakna, dapat menyebabkan agitasi, gelisah, gangguan tidur dan gejala yang terkait dengan stres

2.6.1 Terapi farmakologis Anti psikotik Anti depresan Anti konvulsan dan mood stabilizer Kolinergik Inhibitor Benzodiazepine

2.6.2 Terapi Psikofarmakologis


Terapi Kognitif : reminiscence therapy, stimulation

prensence therapy, validation therapy. Stimulasi Sensorif : akupunture, aroma terapi, terapi sinar, terapi music, pijat, trancutaneus electrical nerve stimulation. Management Behavioral : Psikososial Intervensi

Anda mungkin juga menyukai