Anda di halaman 1dari 7

Syarat-syarat pembetulan SPT

Bagaimanakah tata cara pembetulan SPT Tahunan? Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2007 Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana diatas menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan dan Surat Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Jika Dirjen Pajak telah melakukan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak baik karena kealpaannya sehingga dapat mengakibatkan kerugian negara , maka atas perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar. Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan : Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar. Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil. Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil. Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran diatas harus dilumasi oleh Wajib Pajak beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yang kurang dibayar. Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

Dapat di ringkas

No Jenis Pembetulan 1. Belum dilakukan pemeriksaan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, Tahun Pajak.

Prosedur Pembetulan WP menyampaikan pernyataan tertulis disertai dengan SPT Pembetulan.

Sanksi Bunga 2% perbulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar dihitung sejak saat penyampaian SPT sampai tanggal pembayaran karena adanya pembetulan SPT tersebut. Denda sebesar 2 (dua) kali jumlah pajak yang kurang dibayar.

2.

Setelah dilakukan pemeriksaan tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan, sepanjang berkaitan dengan pasal 38 KUP

WP mengungkapkan ketidakbenaran SPT disertai SPT Pembetulan dan pelunasan pembayaran pajak yang sebenarnya terutang.

3.

Lewat 2 (dua) tahun belum WP mengungkapkan Kenaikan 50 % dari diterbitkan skp dengan ketidakbenaran pengisian jumlah pajak yang syarat: SPT disertai SPT kurang dibayar. Pembetulan dan 1. Pajak yang harus pelunasan pajak sebelum dibayar menjadi lebih pengungkapan tersebut besar disampaikan.

2. Rugi menjadi lebih kecil

3. Jumlah harta menjadi lebih besar

4. Modal menjadi lebih besar

4.

Lewat 2 (dua) tahun tetapi belum dilakukan pemeriksaan dalam hal adanya Keputusan Keberatan, Putusan Banding mengenai skp Tahun Pajak sebelumnya yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan ketetapan pajak yang diajukan keberatan/banding

WP mengajukan pembetulan SPT dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah keputusan keberatan atau banding diterima.

Batas Waktu Pembetulan SPT Masih Dapat Dilakukan


Published By Dudi Wahyudi On September 25th, 2012 02:33 AM | PPh Badan, PPh Orang Pribadi, PPh Pasal 21, PPN, SPT Masa, SPT Tahunan

Powered by Max Banner Ads

Seperti sudah saya sampaikan di tulisan sebelumnya,Dapatkah Membetulkan SPT?, Wajib Pajak memiliki hak untuk membetulkan SPT yang telah disampaikan apabila ternyata terdapat kekeliruan atau kesalahan pada SPT tersebut. Nah, pada tulisan singkat ini saya ingin menyampaikan jawaban atas pertanyaan : sampai kapankah Wajib Pajak masih dapat melakukan pembetulan SPT? Sebelum Dilakukan Pemeriksaan, Verifikasi, dan Pemeriksaan Bukti Permulaan Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang KUP, pembetulan SPT ternyata ada batas waktunya yaitu sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan oleh Direktur Jenderal Pajak. Dengan kata lain, jika tindakan pemeriksaan sudah dilakukan, hak Wajib Pajak untuk membetulkan SPT sudah tertutup.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 (PP 74), kemudian memberikan penegasan lagi tentang batas waktu Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT. Ya, PP 74 menegaskan bahwa pembetulan SPT dapat dilakukan oleh Wajib Pajak sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan, verifikasi dalam rangka menerbitkan surat ketetapan pajak, dan pemeriksaan bukti pemulaan. Adapun yang dimaksud dengan mulai melakukan tindakan pemeriksaan adalah pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak. Kesempatan untuk melakukan pembetulan SPT juga masih dapat dilakukan oleh Wajib Pajak apabila Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka, yaitu pada saat surat pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak. (penjelasan Pasal 5 ayat (1) PP 74) Tindakan Pemeriksaan pada prinsipnya dilaksanakan dalam rangka menerbitkan surat ketetapan pajak. Oleh karena itu, meskipun Direktur Jenderal Pajak belum melakukan Pemeriksaan atau Pemeriksaan Bukti Permulaan, namun Direktur Jenderal Pajak telah menyampaikan surat pemberitahuan hasil Verifikasi maka Wajib Pajak tidak memiliki kesempatan lagi untuk melakukan pembetulan Surat Pemberitahuannya. (penjelasan Pasal 5 ayat (1) PP 74) SPT Lebih Bayar dan Rugi Khusus untuk pembetulan atas SPT yang menyatakan lebih bayar dan rugi, terdapat batas waktu tambahan seperti dinyatakan dalam Pasal 8 ayat (1a) UU KUP. Wajib Pajak yang melakukan pembetulan SPT di mana pembetulan SPT tersebut menyatakan rugi atau lebih bayar, maka pembetulan SPT tersebut dapat dilakukan paling lama dua tahun sebelum daluarsa penetapan. Yang dimaksud dengan daluwarsa penetapan adalah jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) UU KUP. Dengan ketentuan ini, misalnya Tuan Ali menyampaikan pembetulan SPT Tahunan PPh tahun 2011 di mana hasil pembetulannya menyatakan lebih bayar, maka pembetulan dapat dilakukan sampai dengan 31 Desember 2014. Kesimpulan Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT sepanjang terhadap SPT yang akan dibetulkan tersebut belum dilakukan tindakan pemeriksaan, tindakan verifikasi dalam rangka menerbitkan surat ketetapan pajak dan tindakan pemeriksaan bukti permulaan terbuka. Khusus untuk SPT pembetulan yang menyatakan lebih bayar atau rugi, pembetulan SPT dapat dilakukan paling lambat dua tahun sebelum daluarsa penetapan. Pada tulisan berikutnya saya akan sampaikan tentang sanksi administrasi berupa bunga sebagai konsekuensi dari pembetulan SPT.

Berdasarkan Pasal 8 UU KUP, terdapat empat jenis pembetulan SPT, yaitu: 1. Belum dilakukan pemeriksaan 2. Sedang dilakukan pemeriksasan 3. Sudah dilakukan pemeriksasan 4. Terkait dengan Rugi tahun sebelumnya A. Belum dilakukan Pemeriksaan Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Khusus untuk pembetulan yang mengakibatkan rugi atau lebih bayar, pembetulan disampaikan maksimal 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan berakhir. Pembatasan ini dilakukan agar Dirjen Pajak mempunyai ruang waktu untuk melakukan pemeriksaan terhadap SPT yang dibetulkan tersebut. Apabila dengan pembetulan ini mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka kepada Wajib Pajak dikenakan bunga 2% sebulan yang dihitung: 1. sejak tanggal penyampaian SPT Tahunan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran akibat pembetulan dan bagian bulan dihitung penuh satu bulan. 2. sejak jatuh tempo pembayaran masa sampai dengan tanggal pembayaran akibat pembetulan SPT Masa dan bagian bulan dihitung penuh satu bulan. B. Sedang Dilakukan Pemeriksaan Walaupun Dirjen Pajak telah melakukan pemeriksaan, tetapi belum menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (sedang melakukan pemeriksaan), Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan sesuai keadaan sebenarnya, yang dapat mengakibatkan: 1. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil 2. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar 3. jumlah harta menjadi lebih kecil atau lebih besar, atau 4. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil Laporan tersendiri secara tertulis tersebut harus disampaikan sebelum Pemeriksa menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP), ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dilampiri dengan:

1. penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam format Surat Pemberitahuan; 2. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan pajak yang kurang dibayar; dan 3. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen). Untuk membuktikan kebenaran pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan tersebut, pemeriksaan tetap dilanjutkan dan atas hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan surat ketetapan pajak dengan mempertimbangkan laporan tersendiri tersebut beserta pelunasan pajak yang telah dibayar. Jika pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang dilakukan oleh Wajib Pajak ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, surat ketetapan pajak diterbitkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tersebut. Apabila diterbitkan SKPKB, pajak yang telah disetor dan sanksi kenaikan 50% tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak oleh pemeriksa, tetapi pembayaran tersebut dapat diperhitungkan sebagai pembayaran atas SKPKB berdasarkan permohonan Wajib Pajak. C. Sudah Dilakukan Pemeriksaan Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan (sudah diterbitkan SKP), tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak, terhadap ketidakbenaran tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut disertai dengan pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi denda sebesar 150%. Yang dimaksud dengan ketidakbenaran di sini adalah menyampaikan SPT, ettapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan kedua dan seterusnya (setelah perbuatan pertama). D. Terkait dengan Rugi Tahun sebelumnya Wajib Pajak dapat membetulkan SPT Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima SKP, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali tahun pajak sebelumnya atau beberapa tahun pajak sebelumnya yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPt Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu 3 bulan setelah menerima SKP, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali, dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

Contohnya, Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2008 pada tanggal 25 April 2009 dengan memperhitungkan adanya kompensasi kerugian dari tahun pajak 2007 sebesar Rp500 juta. Atas kerugian tahun pajak 2007 dilakukan pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB pada tanggal 12 April 2010. Wajib Pajak mengajukan keberatan tanggal 10 Juni 2010 dan dikabulkan seluruhnya, bahkan kerugian tahun 2007 menjadi Rp600 juta. SK Keberatan terbit tanggal 20 Mei 2011. Oleh karena itu, Wajib Pajak dapat menyampaikan pembetulan SPT untuk tahun pajak 2008 paling lambat tanggal 19 Agustus 2011.

Anda mungkin juga menyukai