Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA TAHUN 2002-2012

Ario Wicaksono
Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, FEB, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Email: airoario@yahoo.co.id Pembimbing Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si ABSTRACT
Inflation and unemployment are the two important variables to see the economic condition in the country, inflation and unemployment have a negative relationship, when inflation rate has increases the unemployment rate will be decrease (phillip curve). Inflation rate always increasing every year and if the government cant handle the inflation growth its possibly the economic crisis will happen again. This research aims how the inflation rate influence the unemployment rate during 2002-2012, The methods that is used in this study is the simple regression According to this research result, the analysis shows that there is at least the inflation and unemployment have the unsignificant influence. Keywords: Inflation, Unemployment, 1111084000052

I. PENDAHULUAN
nflasi dan pengangguran tidak dipungkiri lagi adalah indikator perekonomian suatu negara . beberapa alasan yang menguatkan kedua faktor tersebut adalah bagaimana inflasi dan pengangguran menunjukkan kemakmuran dan kondisi perekonomian dalam suatu negara, Walaupun inflasi dan pengangguran sampai sekarang masih menjadi masalah ekonomi setiap negara di dunia. Inflasi menunjukkan stabil tidaknya kondisi perekonomian dalam suatu negara, inflasi biasanya ditandai dengan naiknya hargaharga barang pokok secara umum yang disebabkan oleh faktor ekonomi yang lain, misalnya perang dan kelangkaan, di Indonesia sendiri juga pernah mengalami inflasi yang sangat tinggi yaitu pada zaman pemerintahan Ir. Soekarno atau Orde Lama dimana inflasi

mencapai 650% dan berefek pada banyaknya jumlah uang beredar dalam masyarakat. Pada masa ini pemerintah mengambil keputusan untuk untuk pertama kalinya melakukan Sanering atau menurunkan nilai rill uang. Faktor pemicu yang utama dari inflasi pada saat itu adalah kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil karena Indonesia baru merdeka pada saat itu ditambah lagi agresi militer yang dilancarkan tentara sekutu di Indonesia. Seiring waktu berjalan kini kondisi perekonomian di Indonesia semakin stabil walaupun sempat terkena krisis juga pada tahun 1998 dan 2008 tetapi Indonesia mampu bertahan walaupun pada tahun 2008 tingkat inflasi di Indonesia mencapai 11% (data : Bps). Sedangkan pengangguran memperlihatkan bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Semakin

banyak warga masyarakat yang menganggur maka semakin rendah juga tingkat kesejahteraan ekonomi dalam suatu negara. Indonesia termasuk kedalam salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar dengan itu maka jumlah tenaga kerja dan pengangguran Indonesia juga besar, semakin meningkatnya jumlah penduduk yang tidak disertai dengan penambahan lapangan pekerjaan membuat semakin tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Pemerintah sudah melakukan berbagai cara untuk menekan jumlah pengangguran lewat job fair dan penarikan investor asing untuk mau berinvestasi di Indonesia sehingga dapat menarik tenaga kerja dalam negeri. Tetapi satu hal yang pasti pengangguran dan inflasi memiliki hubungan yang negatif, itu berarti jika pemerintah ingin menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia maka pemerintah harus bersiap untuk tingginya tingkat inflasi yang akan terjadi. Begitu pun sebaliknya pemerintah tidak dapat menekan inflasi menjadi nol persen ataupun pengangguran menjadi nol persen. Jadi keduanya memiliki efek yang berbeda satu sama lain jika dipaksakan untuk ditekan dengan kebijakan apapun.

Menurut Keynes juga sama, yaitu pertumbuhan jumlah uang beredar yang pesat akan menyebabkan tingkat harga meningkat secara terus-menerus dengan laju yang tinggi. Menurut para ekonom sisi penawaran juga sama, memandang inflasi sebagai fenomena moneter. Menurut kaum strukturalis mengatakan bahwa inflasi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan oleh pere-konomian yang sedang berkembang. Ada 3 komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatan telah terjadi inflasi:

Kenaikan Harga Bersifat Umum Berlangsung terus-menerus Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut : Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa Tuntutan kenaikan upah dari pekerja. Kenaikan harga barang impor Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%. Teori Tentang Inflasi

2. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Tentang Inflasi Inflasi pada dasarnya adalah kecen-derungan meningkatnya harga barang secara terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi., kecuali jika kenaikkan harga barang tersebut mempengaruhi harga barang lain untuk naik.

Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) teori tentang inflasi, yaitu :


A.Teori Kuantitas, yaitu teori yang menganalisis peranan dari i). Jumlah uang beredar, dan ii).ekspektasi masyarakat mengenai kemungkinan kenaikan harga (peranan psikologis). Jumlah uang beredar. Menurut teori ini, pertambaham volume uang yang beredar sangat dominan terhadap kemungkinan timbulnya inflasi. Kenaikan harga yang tidak dibarengi dengan pertambahan jumlah uang beredar sifatnya hanya sementara. Dengan demikian menurut teori ini, apabila jmlah uang tidak

Menurut kaum klasik inflasi merupakan fenomena moneter, dimana penyebab utamanya karena kenaikan atau partumbuhan jumlah uang beredar. Menurut kaum moneteris sama dengan klasik, yaitu inflasi merupakan fenomena moneter, bedanya pada pertumbuhan uang beredar juga berpengaruh terhadap output dan kesempatan kerja.

ditambah, kenaikan harga akan berhenti dengan sendirinya. Ekspektasi. Berdasarkan teori ini, walaupun jumlah uang bertambah tetapi masyarakat belum menduga adanya kenaikan, maka pertambahan uang beredar hanya akan menambah simpanan atau uang kas karena belum dibelanjakan. Dengan demikian harga barang-barang tidak naik. Jika masyarakat menduga bahwa besok bahwa dalam waktu dekat harga barang akan naik, masyarakat cenderung membelanjakan uangnya karena khawatir akan penurunan nilai uang, sehingga akan memicu inflasi. B.Teori Inflasi Keyness Menurut Keynes, inflasi pada dasarnya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan masyarakat (demand) terhadap barang-barang dagangan (stock), dimana permintaan lebih banyak dibandingkan dengan barang yang tersedia, sehingga terdapat gap yang disebut inflationaty gap. C.Teori Struktural Teori ini berlandaskan kepada struktur perekonomian dari suatu negara (umumnya negara berkembang). Menurut teori ini, inflasi disebabkan oleh : Ketidak-elastisan penerimaan eksport. Hasil ekspor meningkat namun lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya. Peningkatan hasil eksport yang lambat antara lain disebabkan karena harga barang yang dieksport kurang menguntungkan diban-dingkan dengan kebutuhan barang-barang import yang harus dibayar. Dengan kata lain daya tukar barang-barang negera tersebut semakin memburuk. Ketidak-elastisan Supply produksi bahan makanan. Terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan produksi bahan makanan dengan jumlah penduduk, sehingga mengakibatkan kelonjakan kenaikan harga bahan makanan. Hal ini dapat menimbulkan tuntutan kenaikan upah dari kalangan buruh / pegawai tetap akibat

kenaikan biaya hidup. Kenaikan upah selanjutnya akan meningkatkan biaya produksi dan mendorong terjadinya inflasi. 2.2 Teori Tentang Pengangguran Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerjacontohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang Karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. Menurut Sadono Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan ker-ja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Menurut Payman J. Simanjuntak Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan. Menurut Menakertrans Pengangguran adalah orang yang tidak bek-erja, sedang mencari pekerjaan, mempersiap-kan suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapa-tkan pekerjaan. 2.3 Kerangka Pemikiran

X Inflasi dengan Teori Keynes

Y Penganggur an dengan Teori Sadono Sukirno

2.4 Hipotesis H0 : = 0 tidak terdapat hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Tingkat pengangguran di Indonesia. H1 : 0 terdapat hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Tingkat Pengangguran di Indonesia.

Model fungsi Unemployment = f (INF) Persamaan UNM = 0 + 1 INF + ; = 5%


N o 1 Vari abel Infl asi (Infl atio n) Konsep Skala

3.1. METODOLOGI PENELITIAN


Sumber data dari penelitian ini adalah dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik , adapun objek penelitian yang diteliti adalah Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Inflasi di Indonesia pada tahun 2002 - 2012 Tabel Tingkat Inflasi dan Pengangguran di Indonesia tahun 2002-2012 (dalam %) Tahun inflasi Pengangguran 2002 10.03 9.06 2003 5.1 9.5 2004 6.06 9.86 2005 10.43 10.26 2006 6.6 10.28 2007 7.4 9.11 2008 11.1 8.39 2009 2.8 7.87 2010 7 7.14 2011 3.8 6.56 2012 4.3 6.14
Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik diolah Kembali

Menurut Keynes, inflasi Rasio pada dasarnya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan masyarakat (demand) terhadap barang-barang dagangan (stock), dimana permintaan lebih banyak dibandingkan dengan barang yang tersedia, sehingga terdapat gap yang disebut inflationaty gap.

Pen gan ggur an (Un emp loy men t)

Menurut Sadono Sukirno Rasio Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari data yang diambil dari Pusat Riset Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik pada tahun 2002 2012 tentang Tingkat inflasi dan pengangguran, maka yang terjadi adalah:
Descriptive Statistics Std. N Tingkat Inflasi Tingkat Pengangguran Valid N (listwise) 11 11 11 Mean 6.7836 8.5609 Deviation 2.77893 1.46124

Metodologi penelitian yang digunakan adalah Regresi Sederhana.Analisis Regresi adalah salah satu metode yang sangat popular dalam mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih. Variabelvariabel yang dikomputasi selanjutnya dikelompokkan menjadi variabel dependen yang biasanya dinotasikan dengan huruf Y dan variabel independen yang biasanya dinotasikan dengan huruf X.Variabel dependen yang selanjutnya dinotasikan Y juga dikenal sebagai variabel tak bebas, tergantung, respon ataupun outcome, sedangkan variabel independen yang dinotasikan sebagai X dikenal sebagai variabel bebas, tak tergantung atau prediktor.

Berdasarkan tabel deskriptif diatas maka; rata-rata Tingkat inflasi dari tahun 2002-2012 adalah sebesar 6.7836 dengan Standar Deviasi 2.77893, dan rata-rata Tingkat Pengangguran sebesar 8.5609 dengan Standar deviasi 1.46124.

Dari tabel Variables Entered/Removedb, menunjukkan bahwa variabel yang dimasukkan adalah tingkat inflasi, sedangkan yang dikeluarkan tidak ada.
Model Summary R Adjusted R Square .132
b

Std. Error of the Estimate 1.36113

Correlations Tingkat Pengangguran Pearson Tingkat 1.000 .468 . .073 11 11 Tingkat Inflasi

Model 1

R .468
a

Square .219

a. Predictors: (Constant), Tingkat Correlation Pengangguran Tingkat Inflasi Sig. (1tailed) Tingkat Pengangguran Tingkat Inflasi N Tingkat Pengangguran Tingkat Inflasi .468 1.000 .073 . 11 11 Inflasi b. Dependent Variable: Tingkat Pengangguran

Dari tabel Model Summary angka R square adalah 0.219 yaitu hasil kuadrat dari koefisien korelasi (0.468x0.468= 0.219). nilai standar error of Estimate adalah 1.36113. pada standar deviasi tingkat pengangguran 1.46124, lebih besar dari standar error. Maka model regresi bagus dalam bertindak sebagai predictor tingkat pengangguran.
ANOVA Sum of Model 1 Regression Residual Total Squares df
b

Berdasarkan tabel Correlations diatas, dapat diketahui bahwa dari metode Pearson yaitu ketika variabel Tingkat Inflasi naik 1 unit maka variabel pengangguran akan dipengaruhi 0.468 unit. Demikian juga dengan kenaikan 1 unit pengangguran maka akan mempengaruhi tingkat inflasi sebesar 0.468 unit.
Variables Entered/Removed Variables Model 1 Entered Tingkat Inflasi
a b

Mean Square F Sig.


a

4.678 1 16.674 9 21.352 10

4.678 2.525 .147 1.853

a. Predictors: (Constant), Tingkat Inflasi b. Dependent Variable: Tingkat Method Pengangguran

Variables Removed

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Tingkat Pengangguran

Berdasarkan pada tabel ANOVAb diatas diketahui besarnya signifikansi adalah 0.147 dan nilai F hitung 2.525 maka: F0 < F0.05 (k) (n-k-1) F0 < F0.05 (1) (9) 2.525 < 5.117 Karena F hitung lebih kecil dari F tabel maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh antara tingkat inflasi terhadap tingkat pengangguran. Tidak ada koefisien yang tidak nol atau koefisien berarti. Maka model regresi tidak dapat dipakai untuk memprediksi Tingkat Pengangguran.

pengangguran. Dan dari tabel Coefficient di atas, kolom B pada Constant (a) adalah 6.891 sedangkan Laju Inflasi (b) adalah 0.246. Sehingga persamaan Regresinya adalah: Y = a+bx Y = 6.891 + 0.246X

Coefficients Stan dard ized Unstandardi Coef zed Coefficients ficie nts

Correlation s Z er oor

Std. Model 1 (Const ant) Tingkat Inflasi B Error Beta t

de Parti Pa Sig. r al rt

V. KESIMPULAN DAN SARAN


6.891 1.128 6.109 .000 .4 68 .4 68

.246

.155 .468 1.589 .147

.468

a. Dependent Variable: Tingkat Pengangguran

Berdasarkan hasil penelitian diatas dan menurut teori yang telah dikemukakan maka dapat di ambil kesimpulan bahwa perubahan laju inflasi diimbangi dengan perubahan tingkat Pengangguran . Hal ini diketahui dari hasil persamaan regresi yaitu: Y = 6.891 + 0.246X Sehingga, jika terjadi kenaikan tingkat Pengangguran sebesar 1 unit, maka akan terjadi peningkatan tingkat Inflasi sebesar 0.468 unit. Dan, jika terjadi peningkatan laju inflasi sebesar 1 unit, maka akan terjadi peningkatan tingkat pengangguran sebesar 0.468 unit.

Berdasarkan tabel Coefficience, dapat diketahui bahwa besarnya nilai t test = 1.589 sedangkan besarnya signifikansi = 0.147 lebih besar dari 0.05. Dengan demikian diterima yang berarti tidak ada pengaruh variabel Inflasi terhadap

Sehingga pada tahun 2002-2012 inflasi secara positif mempengaruhi tingkat pengangguran dan hal ini menyebabkan tidak terbuktinya teori kurva Philips yang mengatakan bahwa hubungan antara tingkat Pengangguran dan Inflasi adalah negative. Maka, untuk ke depannya setelah melihat analisis diatas pemerintah harus bisa menekan atau menurunkan tingkat inflasi karena jika dibiarkan bukan tidak mungkin akan menyebabkan krisis ekonomi yang berat. Pemerintah bisa menekan inflasi dengan kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter. Karena dengan menurunkan tingkat inflasi pemerintah juga dapat menekan tingkat pengangguran. dengan kondisi perekonomian yang stabil akan menarik para pengusaha dan para investor untuk berinvestasi dan membuka lapangan pekerjaan baru di Indonesia. Dan hal tersebutlah yang bisa menekan jumlah pengangguran di Indonesia.

VI. REFERENSI
1. Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi

Teori Pengantar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2. Badan Pusat Statistik Indonesia 3. Perpustakaan Riset Bank Indonesia 4. Prathama Rahardja & Mandala

Manurung.2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (miroekonomi & makroekonomi). Ed. 3. LPFEUI. Jakarta 5. Ario Pratomo, Wahyu. 2006. Buku ajar teori ekonomi Makro. Departemen Ekonomi

Pembangunan FE-USU. Sumatera Utara 6. id.wikipedia.org/inflasi 7. id.wikipedia.org/pengangguran

Anda mungkin juga menyukai