Anda di halaman 1dari 7

BAHAN 1 Obat Anti Malaria

Terdiri dari 5 jenis Skizontizid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit: proguanil, pirimetamin Skizontizid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit: primakuin Skizontizid darah yang membasmi parasit fase eritrosit: kina, klorokuin, amodiakuin Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malariae, P.ovale adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin Sporontosid mencegah gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk anopheles: proguanil, primakuin. Penggunaan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya gejala klinis. Penyembuhan dengan pemberian terapi jenis ini pada infeksi malaria oleh P. falciparum karena parasit ini tidak mempunyai fase eksoreritrosit Pengobatan kuratif dapat dilakukan dengan obat malaria jenis skizontizid Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengaruhi sporogonik nyamuk. Obat yang dapat digunakan jenis gametosid atau sporontosid Plasmodium Vivax Prinsip dasar pengobatan malaria vivaks adalah pengobatan radikal yang ditujukan pada stadium hipnozoit di sel hati dan di eritrosit Tahun 1989, P. vivax resisten klorokuin. Sehingga dipakai pengobatan klorokuin selama 3 hari dilakukan bersamaan dengan primakuin selama 14 hari. Dengan cara ini, primakuin bersifat sebagai skizontizid darah selain membunuh hipnozoit dalam hati. Jika dengan pengobatan promakuin masih belum terjadi relaps, bisa ditambahkan dosisprimakuin sampai 30 mg/hari Obat alternatif lain: artesunat-amodiakuin, dihidroartemisinin-piperakuin, atau nonaltemisin (meflokuin, atovaquone-proguanil) Plasmodium Falciparum P. falciparum resisten pada golongan aminokuinolon (klorokuin, amodiakuin).

Tanpa komplikasi, bisa diberikan drug of choice kombinasi artemisin (artesunatamodiakuin) selama 3 hari. Kombinasi artemisin lainnya adalah artemeter-lumefantrin dan dihidroartemisininpiperakuin. Bila terjadi kegagalan dapat diberikan kombinasi kina dan doksisiklin Pada malaria berat, dapat diberikan suntikan sodium artesunat (im, iv) atau artemeter(im). Pengobatan dengan kombinasi kina-doksisiklin dapat dipertimbangkan bila dikuatirkan terjadi rekrudesensi Catatan Golongan Artemisin : Artemeter dan Artesunat Plasmodium malariae Dapat diobati dengan klorokuin basa selama 5 hari dengan dosis total 35 mg/kgBB, meskipun begitu, P. malariae dilaporkan sudah resisten terhadap klorokuin Pengobatan lain, P. malariae sensitif terhadap artemisinin dan pinoranidin Plasmodium Ovale Merupakan penyakit ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Referensi Mansjoer A dkk., 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Sutanto Inge dkk., 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

BAHAN 2 Lima jenis obat anti malaria Skizontizid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit yaitu progvanil Skizontiasid jaringan sekunder yang membasmi parasit fase eritrosit Skifzonfisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina. Gamefosid yang menghancurkan bentuk seksual Sporonfosid mencegah gamefosid dalam darah untuk membentuk ookista. BAHAN 3

PEMBERANTASAN Badan Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan program baru pada malam perayaan Hari Malaria Dunia 2012, Selasa, untuk mendorong para donor dan negara endemis malaria menuju akses dunia dalam melakukan pemeriksaan diagnosis, pengobatan anti malaria dan pengawasan penyakit malaria. Itu dimaksudkan untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa masyarakat dunia dari keterjangkitan penyakit malaria. Menurut pedoman terkait yang diumumkan Selasa, negara dengan endemis malaria mesti menjamin untuk memeriksa setiap kasus dugaan malaria, mengobati setiap kasus malaria dengan obat anti malaria berkualitas, dan melacak penyakit malaria dengan menggunakan sistem pengawasan yang akurat dan tepat. Selama negara belum dapat menguji, merawat dan melaporkan setiap kasus malaria, kita tidak akan pernah bisa memberantas penyakit tersebut, kata Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan. Kita perlu komitmen politik yang tegas dan berkelanjutan dari seluruh negara endemis malaria dan komunitas kesehatan global, untuk memerangi penyakit tersebut hingga tuntas, tambahnya. Data statistik WHO menunjukkan separuh negara endemis malaria berada di Afrika dan lebih dari 80 persen kasus malaria masih ditangani tanpa melakukan uji diagnosis. Uji diagnosis secara keseluruhan akan menjamin pasien penderita demam mendapat perawatan yang paling tepat. Selain itu, uji diagnosis dapat menjamin pemberian obat anti malaria secara masuk akal dan benar.

EPIDEMIOLOGI DAN PEMBERANTASAN MALARIA EPIDEMIOLOGI MALARIA adalah pengetahuan yang menyangkut studi tentang kejadian (insidensi, prevalensi, kematian) karena malaria, penyebaran atau penularannya pada penduduk yang tinggal di suatu wialayah pada periode waktu tertentu, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan studi epidemiologi malaria adalah untuk menggunakannya sebagai dasar rasional dalam pemberantasan, pengendalian penularan dan pencegahannya. Materi studi epidemiologi malaria, secara garis besar, menyangkut 3 hal utama yang saling berkaitan: Inang (HOST): manusia sebagai inang antara, dan nyamuk vektor sebagai inang definitif parasit malaria. Penyebab penyakit (AGENT): parasit malaria (Plasmodium).

Lingkungan (ENVIRONMENT). MEKANISME EPIDEMIOLOGI Secara parasitologis, dalam daur hidup Plasmodium, manusia diketahui sebagai inang antara karenaPlasmodium, parasit malaria dalam tubuh manusia masih dalam stadium aseksual, maksimal sebagai mikrogametosit (jantan muda) dan makrogametosit (betina muda) yang belum mampu melakukan singami. Plasmodium, parasit malaria, pada manusia di Indonesia adalah: P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale. Parasit malaria dalam tubuh manusia berhabitat utama dalam sel darah merah (eritrosit) yang memakan hemoglobin. Pada P. vivax ada bentuk hepatik yaitu dalam sel-sel hati yang memungkinkan terjadi relaps atau kambuh. Vektor malaria adalah Nyamuk Anopheles betina, yang merupakan inang definitif. Dalam lambung nyamuk mikrogametosit dan makrogametosit Plasmodium, masing-masing telah menjadi mikrogamet dan makrogamet yang kemudian kawin (singami) zigot ookinet oosista (proses sprogoni) dalam dinding lambung nyamuk pecah keluar puluhan ribu ratusan ribu sporozoit yang akan menuju kelenjar liur nyamuk inangnya. Keberadaan, kelimpahan, umur dan mungkin perilaku vektor sangat dipengaruhi oleh lingkungan tanbiotik(fisik, kimia, hidrologis, klimatologis), biotik (tumbuhan, biota predator), dan kondisi sosial ekonomi penduduk di daerah endemik malaria. Spesies nyamuk yang berbeda segi genetiknya berbeda daya dukungnya terhadap kelangsungan hidup parasit malaria. Faktor lingkungan suhu udara geografis (ketinggian dari permukan laut, musim) bisa berpengaruh pada kemampuan hidup parasit dalam nyamuk vektor. Plasmodium tidak bisa hidup dan berkembang pada suhu < 16 derajat Celsius. Kelembaban udara 60-80% optimal untuk hidup nyamuk dengan umur panjang. Jika nyamuk vektor semakin padat (misalnya hitungan jumlah nyamuk vektor rata-rata yang menggigit orang per jam), semakin antropofilik (lebih suka menggigit dan mengisap darah manusia), semakin panjang umurnya (> 2 minggu), dan semakin rentan terhadap infeksi dengan parasit malaria setempat, maka semakin besar potensinya terjadi KLB malaria, mungkin pada musim tertentu. MEKANISME PENULARAN Manusia tertulari malaria jika kemasukan sporozoit Plasmodium (P. falciparum, P. vivax, P. malariae, atau P. ovale) lewat gigitan nyamuk Anopheles betina yang infeksius. Nyamuk vektor terkena infeksi parasit malaria stadium gametosit yang berhasil mengalami gametogoni, singami dan sporogoni.

Penularan malaria ke manusia bisa bermacam-macam: 1) Alami secara inokulatif, sporozoit masuk tubuh manusia lewat gigitan nyamuk vektor. 2) Aksidental lewat transfusi darah, atau jarum suntik yang terkontaminasi darah berparasit malaria yang hidup trofozoit langsung ke darah. 3) Secara sengaja dengan suntikan intravena atau transfusi untuk tujuan terapi layuh saraf (paresis). INDIKATOR BIOLOGIS PENULARAN MALARIA Kasus malaria di suatu daerah atau tempat adalah salah satu indikator biologis malaria. Ada kasus, berarti ada orang dengan infeksi parasit malaria, Plasmodium, salah satu spesies atau campuran (mixed). Ada kasus malaria berarti ada nyamuk vektornya, Anopheles sp., spesiesnya apa perlu diteliti / dibuktikan adanya dan kepadatannya, dsb. Adanya vektor yang positif sporozoit (dengan pembedahan kelenjar liur atau reaksi imunologis) menunjukkan bahwa lingkungan setempat cocok untuk kelangsungan hidup vektor, umurt vektor cukup panjang untuk mendukung dilampauinya masa inkubasi ekstrinsik Plasmodium dalam nyamuk vektor, yang berarti pula kelembaban dan suhu udara optimal untuk nyamuk dan parasit malaria. PEMBERANTASAN MALARIA Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria, terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria. Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada epidemiologinya; sarannya: manusia / penduduk, parasit malaria, vektor dan lingkungannya. Program pemberantasan malaria dilaksanakan dengan sasaran: Kasus atau penderita yang diagnostik terbukti positif gejala klinis dan parasitnya dalam darah diberi pengobatan dan perawatan menurut SOP atau protokol bakunya di puskesmas atau rumah sakit; Penduduk daerah endemik diberikan penyuluhan kesehatan dan dibagikan kelambu berinsektisida. Nyamuk vektornya dengan pengendalian vektor cara kimia, hayati atau manajemen lingkungan, atau secara terpadu. Lingkungan dengan memodifiksi atau memanipulasi lingkungan supaya tidak cocok lagi jadi habitat vektor vektor pindah tempat atau berkurang kepadatannya secara nyata.

PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA DAN DATA ENTOMOLOGIS Pengendalian vektor adalah salah satu cara atau strategi memutus rantai penularan malaria, mengurangi laju penularan dari vektor ke manusia, dengan mencegah dan atau mengurangi jumlah kontak nyamuk vektor-parasit-manusia. Sebagai data dasar (data base) dan parameter keberhasilan pengendalian vektor dengan berkurangnya laju penularan malaria (malaria transmission rate), diperlukan data entomologis. Data entomologis ini mencakup: Nama spesies nyamuk vektor dilakukan identifikasi nyamuk stadium dewasa (imago) dan jentik. Kepadatan nyamuk: a) MBR (Man biting rate). b) MHD (Man hour density). c) Parity rate, lebih untuk mengetahui umur nyamuk vektor. NYAMUK VEKTOR MALARIA Nyamuk di seluruh dunia diketahui sekitar 3453 spesies, subspesies dan strain, 400 spesies di antara jumlah itu adalah Anopheles. Dari jumlah itu, 90 spesies Anopheles ada di Indonesia, dan 18 spesies dipastikan sebagai vektor malaria yang tersebar di banyak pulau. Di antara 18 spesies itu, ada 7 spesies yang diketahui paling efisien sebagai vektor malartia yaitu: An. sundaicus, An, aconitus, An. barbirostris, An. sinensis, An. farauti, An. subpictus, dan An. balabacensis, TUGAS ASISTEN EPIEMIOLOGIS Mengumpulkan data atau informasi tentang nyamuk yang diduga atau dikonfirmasi sebagai vektor penyakit dengan cara survei. Memahami tugasnya dengan bekal pengetahuan minimal tentang Entomologi, khususnya tentang morfologi nyamuk dan jentik di wilayah tugasnya, mampu dan mahir mengidentifikasi dengan kunci identifikasi yang baku. Melaporkan hasil survei tersebut ke atasan / petugas entomologi di tingkat kabupaten/propinsi. BAHAN 4 Pencegahan dan Pengobatan Malaria

indosiar.com, Jakarta - Meski penyakit malaria merupakan penyakit yang biasa terjadi di daerah tropis seperti Indonesia, namun masih banyak orang yang belum tahu tentang apa dan bagaimana gejala malaria, serta pencegahannya. Malaria biasanya berjangkit dilingkungan yang tidak bersih dan memiliki genangan air sebagai tempat berkembangnya nyamuk anopheles. Gejala penyakit malaria hampir serupa dengan penyakit flu. Sipenderita akan merasa demam, panas dingin, serta sakit kepala, kadang-kadang gejala itu juga diikuti dengan muntah serta diare. Sebelum penyakit ini timbul, sebaiknya dilakukan upaya pencegahan. Bagi yang tinggal didaerah endemis malaria, melakukan pemeriksaan darahnya dan menjaga kebersihan lingkungan. Namun yang akan bepergian ke daerah endemis malaria pun harus waspada. Penyebaran malaria sangat cepat. Karena nyamuk yang membawa parasit malaria bisa menggigit mulai pukul 18.00 sore hingga pukul 06.00 pagi, dalam radius sekitar 5 KM. Parasit malaria biasanya hidup dalam tubuh nyamuk selama seminggu, untuk siap ditularkan kebanyak orang. Ditubuh manusia, parasit itu akan berkembang di hati dan dalam kurun sekitar 2 minggu, barulah seseorang akan merasakan gejala-gelaja terserang malaria. Jika sudah terinfeksi parasit malaria, sebaiknya segera mencari tenaga medis agar diobati secara tepat. Pengobatan yang sembarang bisa berakibat fatal hingga orang tersebut meninggal dunia. Karena parasit akan menimbulkan komplikasi dengan menyerang organ ginjal, hati, paru hingga keotak.(Fitri Diani dan Warsam Aji/Idh)

Anda mungkin juga menyukai