Anda di halaman 1dari 15

BATU SALURAN KEMIH

I. DEFINISI Ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan biasa menyebabkan nyeri, pendarahan aliran kemih atau infeksi. Atau juga batu yang terletak di sepanjang saluran kemih yaitu, ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).(3) II.ETIOLOGI Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.(3) Selain itu terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa factor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah factor intrinstik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan factor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya.(2) Faktor intrinsik itu antara lain adalah: 1. Hereditair (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. 2. Umur: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. 3. Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah: 1. geografi: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu). 2. Iklim dan temperature: Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D3 (memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden batu saluran kemih akan meningkat. 3. Asupan air: Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. 4. Diet: Obat sitostatik untuk penderita kanker juga memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, karena obat sitostatik bersifat meningkatkan asam urat dalam tubuh. Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih. 5. Pekerjaan: Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitasnya (sedentary life).(2) Bakteri juga dapat menimbulkan pembentukan batu ginjal. Saluran urine yang terinfeksi bakteri pemecah urea pada urin akan menstimulasi pembentukan batu pada kandung kemih. Jika kurang minum ,maka kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat), sehingga mempermudah pembentukan batu. Lantas air minum jenuh mineral, terutama kalsium, bepengaruh besar terhadap pembentukan batu.(1) III. GEJALA Batu, terutama yang kecil, bias tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa menyababkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menybabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).

Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.(3) Ada beberapa gejala batu saluran kemih lainnya diantaranya yaitu: pegal-pegal/nyeri pada pinggang yang dapat menjalar keperut bagian depan, lipat paha hingga kemaluan. Buang air kecil berpasir. Buang air kecil berdarah. Nyeri pada saat buang air kecil. Kadang-kadang disertai demam.(1) Batu saluran kemih dapat ditangani secara minimal invasive (PNCL, URS, lithoclast) hingga operasi terbuka atau secara non invasive (konservatif atau ESWL).(4) IV.PROSES TERJADINYA PEMBENTUKAN BATU SALURAN KEMIH Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tampat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada system kalises ginjal ata buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostate benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas Kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap

berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membumtu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh pH larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupan dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu diatas hamper sama, tetapi suasana didalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa.(2) Ada beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih Teori yang menerangkan pembentukan batu di saluran kemih adalah: 1. Teori inti /nucleus kristal dan benda asing di dalam urine merupakan media pengendapan partikel-partikel yang berada dalam urine yang sangat jenuh (supersaturated) sehingga terbentuk batu. 2. Teori matriks Matriks organic yang berupa serum /protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) di urine menjadi kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal di urine. 3. Penghambat kristalisasi beberapa substansi dalam urine (seperti: magnesium, sitrat, pirofosfat, dan mukoprotein) bersifat menghambat terjadinya

kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau tidak adanya substansi ini akan memungkinkan terjadinya kristalisasi. Selain teori di atas, masih banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih. Masih belum jelas teori mana yang paling benar, akan tatapi hingga kini, ketiga teori yang di atas dianggap yang paling benar. Jadi belum jelas teori mana yang paling benar.(2) Adapun jenis-jenis batu ginjal/kandung kemih dan proses terbentuknya : Batu metabolik a. Batu metabolic primer Timbulnya dari ekskresi bahan-bahan tak larut yang berlebihan, seperti urat dan sistin. - Batu Urat Terjadinya pada penderita gout (sejenis rematik), pemakaian urikosurik (missal probenesid atau aspirin), dan penderita diare kronis (karena kehilangan cairan, dan peningkatan konsentrasi urine), serta asidosis (pH urin menjadi asam, sehingga terjadi pengendapan asam urat). - Batu Sistin Sistin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. Kelarutannya semakin kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut akan berpresipitasi (mengendap) dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal/saluran kemih membentuk batu. b. Batu metabolic sekunder Timbulnya karena benda-benda asing, obstruksi, refluks atau posisi berbaring yang terlalu lama. Batu infeksi disebut juga batu struvit. Timbulnya batu ini dikarenakan adanya infeksi di saluran kemih. Kuman yang berperan dalam hal ini adalah kuman golongan pemecah urea atau splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa dengan cara hidrolisis urea menjadi amoniak. Contoh kuman-kuman yang termasuk pemecah urea tersebut adalah : Proteus spp, Klebsiella, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. Suasana basa di urine mempermudah garam-garam magnesium, ammonium, fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP) (Mg NH4 PO4 H20) dan karbonat apatit.

- Batu Oksalat/kalsium oksalat Asam oksalat didalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan asam askorbat (vitamin C). Asam askorbat merupakan precursor okalat yang cukup besar, sejumlah 30%-50% dikeluarkan sebagai oksalat urine. Manusia tidak dapat melakukan metabolisme oksalat, sehingga dikeluarkan melalui ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal dan asupan oksalat berlebih di tubuh (misalkan banyak mengkonsumsi nanas), maka terjadi akumulasi oksalat yang memicu terbentuknya batu oksalat di ginjal/ kandung kemih. - Batu Struvit Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium karbonat. Batu tersebut terbentuk di pelvis dan kalik bila produksi ammonia bertamah dan pH urin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal ini terjadi akibat infeksi bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies proteus dan providencia, pseudomonas eratia, semua spesies Klesiella, Hemophilus. Staphylococus, dan Coryne bacterium) pada saluran urin. Enzim urease yang dihasilkan bakteri diatas menguraikan urin menjadi ammonia dan karbonat. Amonia bergabung dengan air membentuk ammonium sehingga pH urine makin tinggi. - Batu kalium fosfat Terjadi pada penderita hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urine tinggi) atau berlebih asupan kalsium (missal susu dan keju) ke dalam tubuh.(1) Faktor terjadinya batu kalsium adalah : 1. Hiperkalsiuri : yaitu kadar kalsium di dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/24 jam. Menurut pak (1976) terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain: Hiperkalsiuri absobtif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal

Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.

2. Hiperoksaluri : yaitu ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan oksalalat, diantaranya adalah : teh, kopi instant, minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam. 3. Hiperurikosuria : yaitu kadar asam urat di dalam urine yang melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan dalam urine bertindak sebagai inti batu/nidus untuk terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan yang mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolisme endogen. 4. Hipositraturia: Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut dari pada kalsium oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sbg penghambat pembentukan batu kalsium. Hipositaturi dapat terjadi pada: penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal tubular acidosis, sindrom malabsobsi, atau pemakaian diuretic golongan thiazide dalam jangka waktu lama. 5. Hipomagnesuria. Seperti halnya pada sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat. Penyebab terserang hipomagnesuria ialah penyakit inflamasi usus (inflammatory bowel disease) yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi.(2)

V.DIAGNOSA Batu yang tidak menimbulkan gejala, mungkin akan diketahui secara tidak sengaja pada pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis). Batu yang menyebabkan nyeri biasanya didiagnosis berdasarkan gejala kolik renalis, disertai dengan adanya nyeri tekan di punggung dan selangkangan atau nyeri di daerah kemaluan tanpa penyebab yang jelas. Analisa air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal batu yang kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya, kecuali jika nyeri menetep lebih dari beberapa jam atau diagnisisnya belum pasti. Pemeriksaan tambahan yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah pengumpulan air kemih 24 jam dan pengambilan contoh darah untuk menilai kadar kalsium, sistin, asam urat dan bahan lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya batu. Rontgen perut bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit. Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena dan orgrafi retrograde.(3) VI.TERAPI Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala, penyumbatan atau infeksi, biasanya tidak perlu diobati. Minum banyak cairan akan meningkatkan pembentukan air kemih dan membantu membuang beberapa batu; jika batu telah terbuang, maka tidak perlu lagi dilakukan pengobatan segera. Kolik renalis bisa dikurangi denan obat pereda nyeri golongan narkotik. Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas berukuran 1 sentimeter atau kurang seringkali bisa dipecahan oleh gelombang ultrasonic (extracorporeal shock wave lithotripsy, EWSL). Pecahan batu selanjutnya akan dibuang dalam air kemih. Kadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit (percutaneous nephrolithotomy, nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti dengan pengobatan ultrasonic. Batu kecil di dalam ureter baian bawah bisa diangkat dengan endoskopi yang dimasukkan melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih. Batu asam urat kadang akan larut secara bertahap pada suasana air kemih

yang basa (misalnya dengan memberikan kalium sitrat), tetapi batu lainnya tidak dapat diatasi dengan cara ini. Batu asam urat yang lebih besar, yang menyebabkan penyumbatan, perlu diangkat melalui pembedahan. Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu diberikan antibiotik. Dapat diobati dengan Calcium 1+ Cordyceps dengan cara pemakaian: 3 x 2 -4 kapsul Cordyceps sehari (tergantung kondisi, pada beberapa kasus diminum dalam jumlah besar hingga 20 kapsul sehari) 4 x sachet Calcium 1 sehari. (3) Jika batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih hrus cepat dibuang ada beberapa indikasi untuk melakukan terapi selain terapi diatas tetapi terapi ini dilakukan jika batu telah menimbulkan: obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi social. Obstruksi karena batu saluran kamih yang telah menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan. Kadangkala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas tetapi diderita oleh seseorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) mempunyai resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang menjalankan profesinya; dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari sauran kemih. Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah laparoskopi, atau pembedahan terbuka. Medikamentosa : terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.(2) ESWL: prosedur memecahkan batu gunjal atau dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut sehingga menjadi pecahan halus yang dapat keluar bersama air seni.(4) Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa pembisuan. Batu dipecah

menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.(2) Keunggulan ESWL : Prosedur dilakukan tanpa membuat luka sayatan. Bisa rawat jalan (batu kecil) Hanya menggunakan obat penghilang rasa nyeri yang dimasukkan lewat dubur.(4) Persyaratan Batu Saluran Kemih Yang Dapat Ditangani Dengan ESWL : Batu ginjal berukuran mulai dari 5 mm hingga 20 mm. Batu yang berukuran lebih besar kadang memerlukan pemasangan stent sebelum tindakan ESWL untuk memperlancar aliran air seni Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10 mm. Fungsi ginjal masih baik, Tidak ada sumbatan distal dari batu.(4)

Endourologi Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsumg ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi itu adalah: 1. PNL (percutaneous Nephro Litholapaxy): yaitu mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke system kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. 2. Litotripsi : yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) kedalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.

10

3. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: yaitu memasukkan alat ureteroskopi peruretram guna melihat keadaan ureter atau system pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun system pelvikalises dapat di pecah malalui tuntuna ureteroskopi/ureterorenoskopi. 4. Ekstrasi Dormia : yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia. Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter. Bedah terbuka Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah : pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus mengalami tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun. (2) Selain terapi diatas ada juga beberapa terapi batu sauran kemih diantaranya ialah: Observasi konservatif Dissolution Agents (bahan penghancur batu) Relief of Obstruction (mengurangi gejala sumbatan) Extracorporeal Stone Wave Lithotripsy (penghancur batu dengan bantuan teropong melalui saluran kencing) Ureteroscopic Stone Exstraction (pengeluaran batu dengan bantuan teropong melalui saluran kencing) Percutaneous Nephrolithotomy (pengeluaran batu melalui kulit), atau Open Stone Surgery (operasi terbuka). (3)

11

VII.PENCEGAHAN Tindakan pencegahan pembentukan batu tergantung kepada komposisi batu yang ditemukan pada penderita. Batu tersebut dianalisa dan dilakukan pengukuran kadar bahan yang bisa menyebabkan terjadinya batu di dalam air kemih.( 3) Pada umumnya pencegahan itu berupa : 1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter perhari 2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu, 3. Aktivitas harian yang cukup, dan 4. Pemberian medikamentosa. Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah: 1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam, 2. Rendah oksalat, 3. Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri, dan 4. Rendah purin. Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita hiperkalsiuri absorbtif tipe ll. (2) Upaya lain dalam pengobatan batu ginjal/kandung kemih umumnya dengan pembedahan/operasi, minum obat atau pengobatan tradisional. Pembedahan dilakukan jika ukuran batu besar dan tidak dapat dikeluarkan bersama urine. Pembedahan dapat menghilangkan batu ginjal secara tuntas, namun ada kemungkinan kerusakan pada jaringan. Dengan perkembangan teknologi, dapat dilakukan pembedahan endoskopi atau penghancuran batu dengan gelombang kejut. Timbulnya batu kembali sangat mungkin terjadi. Upaya lain dengan minum obat yang tergantung dari jenis batu ginjal/kandung kemih yang diderita. Contohnya Hidroklorotiazid untuk mengobati batu kalsium. Sementara cara tradisional sebagai cara yang paling banyak ditempuh penderita. Dari berbagai ramuan/macam-macam tanaman, yang paling banyak dan terbukti manjur digunakan antara lain dengan minum air rebusan daun kumis kucing, daun tempuyung dan herba meniran (seluruh bagian tanaman kecuali akar) masingmasing kurang lebih 2 gram kering dari ketiga tanaman di atas direbus dngan dua

12

gelas air. Rebus selama kurang lebih 10-15 menit hingga air tersisa satu gelas. Minum air rebusan tersebut satu gelas sehari. Banyak penelitian mengenai masing-masing tanaman tersebut, baik uji diuretic (meningkatkan urin) maupun anti batu ginjal/kandung kemih. Dan penelitian terbaru menyatakan, kombinasi dari ketiga tanaman tersebut dapat mencegah dan mengobati penyakit batu ginjal/kandung kemih. Disimpulkan pula dalam penelitan tersebut, efek mencegah pembentukan batu ternyata lebih besar.(1) Pada umumnya 50% penderita batu saluran kemih tanpa pencegahan akan kambuh dalam jangka waktu 5 tahun. Oleh karena itu diperlukan tindakan pencegahan timbulnya kembali penyakit batu saluran kemih. Macam tindakan pencegahan timbulnya atau kambuhnya batu di saluran kemih adalah: 1. Evaluasi metabolic (pemeriksaan laboratorium) 2. Peningkatan konsumsi cairan 3. Mengurangi konsumsi garam yang berlebihan 4. Pemberian obat-obatan oral yang dapat diberikan tergantung dari jenis gangguan metabolic dan jenis batu, atau 5. Perubahan pola makan. (3)

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Mariani, R. Mencegah Batu Ginjal Dan Batu Empedu, http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0704/08/cakrawala/lain02.htm 2. Purnomo, Basuki B. Dasar-dasar Urologi ke-2. Malang: Sagung Seto, 2003. 3. URL:http://www.id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal 4. URL:http://www.pluit-hospital.com,2006

14

PENUGASAN BLOK KBTI ARTIKEL ILMIAH

URINARY TRACT STONES

DISUSUN OLEH : NAMA NIM : NUR RAHMAWATI :O7711143

KEL.TUTORIAL : 18

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


YOGYAKARTA 2007

15

Anda mungkin juga menyukai