Memimpin dan Mengelola Perubahan

Melalui Masa Transisi dengan Pola Pikir Baru

Teori perubahan menunjukkan bahwa untuk berubah diperlukan 3 proses penting yaitu meninggalka status quo, lakukan proses perubahan (transisi), lalu stabilkan intervensi perubahan menjadi standar baru. Dari ketiga proses tersebut, kebanyakan para pemimpin dan pengelola perubahan mengalami masalah besar dan bahkan kegagalan ketika membawa organisasi yang dipimpinnya melalui masa transisi. Oleh karena itu, inti terbesar dalam mengelola perubahan adalah mengelola masa transisi. Bridges dan Mitchell (2002) mengatakan bahwa memahami proses transisi adalah keharusan bagi semua pemimpin. Faktanya, ketika organisasi berada dalam masa transisi, seringkali pemimpinlah yang mendapatkan tantangan dan kesulitan. Ada beberapa alasan yang mendasarinya yaitu: a. Pemimpin memerlukan waktu untuk memahami dan menerima perubahan. Demikian pula dengan pengikutnya, mereka pun membutuhkan waktu yang sama untuk memahami dan menerima perubahan. b. Memahami alasan setiap orang tidak mau menerima perubahan, dan percaya bahwa para pengikut mereka tidak peduli atau bahkan langsung memusuhi arah yang baru. c. Melihat bahwa fase transisi-lah, bukan perubahan itu sendiri, yang menahan orang dan mengancam untuk membuat perubahan mereka tidak berhasil. Oleh karena keterampilan dan kemampuan mengelola masa transisi terkait dengan realitas seorang pemimpin aktual dalam situasi aktual, maka hal yang harus difokuskan adalah bukan mengubah organisasi itu sendiri, namun mengembangkan keahlian dan perilaku baru yang dituntut untuk melalui masa transisi tersebut. Mengembangkan keahlian dan perilaku baru harus diawali dengan mengembangkan pola pikir baru. Seorang pakar manajemen modern, Peter Drucker, mengingatkan bahwa bukan teknologi yang membuat era baru dalam sejarah, melainkan pola pikir yang baru. Teknologi dapat mengubah dunia, bergantung sungguh pada cara kita memikirkan dan menggunakan teknologi tersebut. Sebagai konklusi, fokus dari memimpin dan mengelola perubahan adalah mengelola masa transisi dan diawali dengan mengembangkan pola pikir baru untuk menyongsong era perubahan yang lebih baik di masa mendatang.