Anda di halaman 1dari 6

Managemen Lichen Planus Oral Plak dan pelumpukan kalkulus secara signifikan berhubungan lebih tinggi dengan kejadian

eritema dan erosi gingiva lesi LP oral, sedangkan kebersihan mulut yang baik sangat penting dan dapat meningkatkan penyembuhan LP oral. Trauma mekanis akibat prosedur gigi, gesekan dari alatan yang berujung tajam, restorasi gigi yang kasar, dan prosthesis gigi yang buruk dapat munjadi faktor yang dapat memperburuk gejala LP oral dan perlu diberi perhatian. Selanjutnya, restorasi gigi dengan amalgam dapat menyebabkan lesi lichenoid oral yang semakin membaik selapas amalgam digantikan dengan bahan restoratif lainnya. Meskipun telah disarankan bahwa lesi yang terletak berdekatan secara anatomi dengan gigi yang diisi dengan amalgam dan positif tes patch dengan senyawa merkuri perlu diganti, resolusi daerah livhenoid tidak dapat dijamin meskipun restorasi dari komposit resin digunakan bahkan kadang-kadang dapat juga meyebabkan lesi lichenoid. Selain itu, penggunaan mahkota gigi dari bahan logam dan seramik tampaknya tidak dapat memfasilitasi penyembuhan lesi pada tingkat yang sama sebaik pada penggunaan mahkota emas, meskipun beberapa laporan ada juga yang menyoroti terjadinya banyak reaksi alergi terhadap garam emas. Berbagai rejimen pengobatan (Tabel 1) telah dirancang untuk memperbaiki manajemen gejala LP oral

STEROID TOPIKAL. Steroid topikal merupakan pilihan terapi lini pertama pada liken planus mukosa. Keberagaman glukokortikoid topikal telah terlihat efektif. Kortikosteroid topikal dalam pasta perekat, seperti betametason

asetonid valerat, klobetasol, flucinolon, fluocinonida, dan triamsinolon asetonid telah banyak digunakan. Triamsinolon asetonid umumnya digunakan dalam orabase atau lozeng. Steroid berfluorinasi dapat mempunyai efek yang lebih kuat dan sangat efektif, steroid berfluorinasi didalamnya termasuk fluocinonida 0,05% dan flucinolone asetonid 0,1%. Pada beberapa keadaan dimana iritasi sekunder dan inflamasi jaringan mulut muncul dan berkorelasi dengan kolonisasi candida di mulut, serangkaian terapi antijamur dapat diindikasikan. Pseudomembran kandidiasis akut adalah satu-satunya efek samping yang umum dijumpai akibat terapi kortikosteroid topikal. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian antijamur (gel miconazole) saja atau dengan obat kumur chlorhexidine. Anastesi topikal juga dilaporkan bermanfaat untuk pasien yang sulit makan dan mengunyah, dan yang sering digunakan adalah kortikosteroid topikal. Glukokortikoid yang mengandung suppositoria vaginal dan rektal biasanya bermanfaat Glukokortikoid dapat digunakan untuk injeksi intra lesi triamcinolone acetonide 40mg/mL atau larutan yang diencerkan diharapakan aman dan efektif untuk pengobatan lichen planus. GLUKOKORTIKOID SISTEMIK. Glukokortikoid sistemik

memperlihatkan keefektifan dalam pengobatan liken planus erosif oral dan vulvovaginal. Dosis sistemik dapat digunakan secara tunggal, atau, yang tersering, digabungkan dengan kortikosteroid topikal. Dosisnya mulai 30-80 mg/hari, diturunkan setelah 3 sampai 6 minggu setelah menunjukkan perbaikan. Relaps sering terjadi setelah pengurangan dosis atau penghentian obat. Dosis yang lebih besar selalu diperlukan untuk liken planus esofageal. Candidiasis oral merupakan komplikasi yang sering terjadi.

RETINOID (LP Oral). Asam retinoid topikal (gel tretinoin) menunjukkan keefektifan dalam pengobatan liken planus oral. Iritasi sering membuat

pendekatan terapi pada lokasi ini menjadi kurang bermakna. Isotretinoin gel juga efektif, terutama pada lesi oral non erosif. Perbaikan biasanya dilaporkan setelah 2 bulan, walaupun rekurensi sering terjadi setelah penghentian terapi. Retinoid topikal sering digunakan bersama kortikosteroid topikal. Walaupun tidak ada bukti dalam uji klinis, terapi ini dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi efek samping pengobatan. Etretinate oral telah digunakan sebanyak 75mg/hari (0,6 sampai 1,0 mg/kgBB/hari) untuk likenplanus erosif oral dengan perbaikan yang signifikan pada sebagian besar pasien. Relaps sering terjadi setelah penghentian pengobatan.

SIKLOSPORIN, TACROLIMUS, DAN PIMECROLIMUS. Penggunaan terapi siklosporin topikal 100mg/mL, 5mL 3 kali sehari menunjukkan hasil yang memuaskan dalam pengobatan liken planus oral. Pencuci mulut siklosporin topikal memperlihatkan keefektifan terhadap liken planus oral, terutama untuk bentuk erosif yang berat, tetapi hasilnya tidak lebih baik dari glukokortikoid topikal. Ketersediaan imunosupresan agen topikal alternatif, tacrolimus dan pimecrolimus, berguna untuk mengganti siklosporin topikal. Tacrolimus, golongan imunosupresan makrolide, yang menekan aktivasi sel T pada penyakit mukosa erosif, memberikan penyembuhan yang cepat dari nyeri dan rasa terbakar dengan efek samping minimal. Siklosporin oral diberikan dalam rejimen dosis 310 mg/kgBB/hari telah digunakan untuk penyakit ulseratif berat. LAIN-LAIN. Antijamur poliene, griseofulvin, telah digunakan secara empiris untuk terapi liken planus oral dan kutaneus; bagaimanapun kurang begitu efektif. Antijamur yang lebih baru (fluconazole, itraconazole) mungkin berguna dalam pengobatan liken planus dengan pertumbuhan candida yang berlebihan, terutama yang bersamaan pemberiannya dengan glukokortikod topikal. Pada sebuah studi,hydroxychloroquine 200-400mg/hari selama minimal 6 bulan menghasilkan penyembuhah sempurna liken planus oral. Perlu kehati-hatian dalam penggunaan hydroxychloroquine karena antimalaria mungkin merupakan penginduksi liken planus.

Thalidomide dapat digunakan untuk kasus-kasus rekalsitran terhadap obatobat lain. Dosis dapat dimulai dari 50mg/hari dan ditingkatkan bertahap sampai 200mg/hari. Dapsone dapat digunakan peroral dengan dosis 100-200 mg perhari dan terbukti efektif 2 dari 3 pasien dengan liken planus oral mauapun liken planus kulit. Extracorporeal Photochemotherapy (ECP) 2 kali seminggu selama 3 minggu lalu diturunkan memberikan hasil terapi yang baik. Pada sebuah studi, sebanyak 7 pasien yang diujicobakan memperlihatkan remisi yang sempurna.Azathioprine, cyclophosphamide, dan mycophenolate mofetil telah

memperlihatkan keuntungan dalam pengobatan liken planus, tetapi uji klinis secara acak menunjukkan hasil yang kurang baik.

CUTANEOUS LICHEN PLANUS

GLUKOKORTIKOID TOPIKAL. Terapi topikal dan sistemik bisa digunakan untuk liken planus di kulit, tetapi penggunaannya tergantung tingkat kroniknya penyakit, gejala-gejalanya, dan respon terhadap pengobatan. Glukokortikoid topikal hanya digunakan pada penyakit kulit tertentu. Glukokortikoid topikal yang poten dengan atau tanpa oklusi, adalah bermanfaat bagi liken planus di kulit. Triamcinolon asetonide (5-10 mg/roL) adalah efektif dalam mengobati liken planus di mulut dan kulit.Bisa juga digunakan pada liken planus yang terjadi di kuku dengan injeksi di lipatan proksimal kuku setiap 4 minggu. Regresi terjadi dalam 3-4 bulan. Untuk liken planus yang hipertrofi, konsentrasi glukokortikoid intralesi yang lebih tinggi diperlukan (10-20 mg/ml). Observasi yng ketat

diperlukan

untuk

mengelak

terjadinya

komplikasi

seperti

atrofi

atau

hipopigmentasi pada tempat tertentu. Jika adanya tanda-tanda komplikasi tersebut, pengobatan haruslah diberhentikan segera. Glukokortikoid sistemik sangat berguna dan efektif dengan penggunaan dosis lebih dari 20 mg/hari (30-80 mg prednisone) untuk 4-6 minggu dengan dilanjutkan dosis yang dikurangi selama 46 minggu juga. Pengobatan lain termasuklah prednisone 5-10 mg/hari selama 3-5 minggu. Gejala cenderung berkurang. Bagaimanapun, kadar relaps selepas berhenti pemakaian obat tidak diketahui. Pada liken planus tipe planopilaris, glukokortikoid topikal yang poten dikombinasi dengan glukokortikoid oral, 30-40 mg/hari, selama sekurangkurangnya 3 bulan, berjaya mengurangi gejala. Namun, jika berhenti dari pemakaian obat akan menyebabkan relaps. Efek jangka panjang bisa berisiko komplikasi.

RETINOID (LP di Kulit). Retinoid sistemik adalah sebagai antiinflamasi dan digunakan sebagai terapi untuk liken planus. Remisi dan perbaikan setelah pemakaian 30mg/hari asitretin selama 8 minggu. Tretinoin digunakan sebanyak 10-30 mg/hari untuk perbaikan dan efek samping yang ringan. Etretinat dosis rendah sebanyak 10-20 mg/hari selama 4-6 bulan bagus untuk remisi pada liken planus di kulit, mulut. Respon yag cepat didapatkan dengan penggunaan 75 mg/hari atretinat, tetapi efek samping penggunaan dosis. dari retinoid berkait erat dengan

FOTOKEMOTERAPI. Psoralen dan ultraviolet: Fotokemoterapi sangat berkesan pada liken planus di kulit yang bersifat seluruh tubuh. Penggunaan dikombinasi dengan glukokortikoid oral untuk mempercepat respon. P oralen bisa digunakan saat mandi dengan VVA terapi cahaya dengan menambahkan 50 mg triox alen ditambah ke dalam 150 L air bersih, kemudian pasien didedahkan pada UVA setelah 10 menit selesai mandi memberikan hasil yang baik. Berkesan pada liken

planus yang lanjut. VVB juga berkesan pada liken planus di kulit yang sudah meluas. IMUNOSUPRESSIF. Siklosporin sistemik mempunyai efek yang sangat baik pada liken planus yang resisten. Dosisnya sebanyak 3-10 mg/kg/hari. Gatal menghilang selepas 1-2minggu penggunaan obat. Ruam menghilang setelah 4-6 minggu. Dosis rendah (1.0-2.5 mg/kg/hari) cukup untuk memberikan efek remisi. Efek yang merugikan adalah terhadap fungsi ginjal, hipertensi, dan relaps. Azatioprin berguna pada liken planus yang sukar diobati, liken planus yang menyeluruh dan pemfigoid liken planus. Hasil yang sama didapatkan dengan pemakaian mikofenolat mofetil dengan dosis 1500 mg 2x/hari. Antimalaria, terutama hidroksikloroquin 200-400mg/hari, sangat berguna untuk mengobati planus. liken planus aktinik. IFN-a2b berguna pada liken planus menyeluruh.Tetapi respon biologik juga menyebabkan eksaserbasi dari liken

Anda mungkin juga menyukai