Anda di halaman 1dari 10

BAB 220

AGEN SITOTOKSIK TOPIKAL DAN INTRALESIONAL

SEKILAS TENTANG AGEN SITOTOKSIK TOPIKAL


 Agen sitotoksik topikal dan intralesi efektif dalam pengobatan kanker kulit dan kondisi
dermatologi inflamasi dan infeksi.
 Mereka ditujukan untuk efisiensi yang maksimal terhadap target kulit dan tidak mengenai
jaringan normal dan meminimalisir toksisitas sistemik.
 Mereka terdiri dari 5-fluorouracil, nitrogen mustard, carmustine, vinblastine, bleomycin,
methotrexate, podophyllin, dan miltefosine.
______________________________________________________________________________

5-FLUOROURACIL

MEKANISME AKSI DAN FORMULASI


5-fluorouracil (5-FU) topikal telah digunakan dalam praktek klinis sejak 1960-an. Zat ini adalah
analog struktural timin yang menghalangi sintesis DNA dengan cara menghambat timidilat
sintetase (Tabel 220-1). Topikal 5-FU tersedia secara komersial dalam krim 0,5% yang dibawa
dalam vehikulum microsphere, sebagai solusio 1% atau krim1%, sebagai solusio 2% atau 5%,
dan sebagai krim 5%. Solusi ini juga dapat digunakan untuk injeksi intralesi.

INDIKASI
5-FU krim 5% telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat sejak
tahun 1970 untuk pengobatan actinic keratosis di lokasi manapun dan karsinoma sel basal
superfisial, 5-FU krim 0,5% disetujui FDA untuk pengobatan actinic keratosis pada wajah dan
kulit kepala bagian anterior. 5-FU digunakan dua kali sehari sampai respon inflamasi terlihat,
biasanya 2-4 minggu. Krim 0,5% dapat digunakan sekali sehari. 5-FU juga dapat menjadi
tambahan yang berguna sebelum cryosurgery dari actinic keratoses. Ptretreatment dengan agen
keratolitik, terapi berkepanjangan, pemberian yang lebih sering, atau penggunaan dressing yang
oklusif dapat meningkatkan respon terapi.

PERTIMBANGAN TERAPI
Iritasi selama perawatan kadang-kadang membutuhkan pengurangan atau penghentian
pengobatan dan penambahan emolien atau kortikosteroid topikal dapat membantu memadamkan
peradangan secara cepat. Sejumlah pendekatan untuk mengurangi iritasi telah dibuat, apakah
efeknya nampak atau tidak masih dalam perdebatan. Dosis berkala secara mingguan yang
dilakukan secara penerapan obat selama 1-2 hari per minggu selama 6-7 minggu. Penggunaan 5-
FU krim 0,5% dengan vehikulum microsphere memungkinkan iritasi lebih dapat ditoleransi.

Selama pengobatan 5-FU, keratosis actinic, karsinoma sel basal, dan karsinoma sel skuamosa
yang sebelumnya subklinis dapat menjadi jelas dan bereaksi terhadap pengobatan. Peninjauan
sistematis dari 13 percobaan yang terkontrol acak untuk efektivitas dari 5-FU untuk pengobatan
actinic keratosis menunjukkan bahwa sekitar 50% pasien mengalami penyembuhan lengkap
setelah pengobatan dan dapat diperkirakan terjadi pengurangan 80% dari jumlah lesi
keseluruhan. Namun, sekitar dua-pertiga dari pasien akan memerlukan terapi ulang setelah 1
tahun. Tingkat kesembuhan secara histologis untuk karsinoma sel basal superfisial setelah
pengobatan 5-FU adalah antara 90% sampai 93%, namun tidak dianjurkan pada tipe nodular dan
yang berisiko tinggi, karena obat ini tampaknya tidak dapat mengendalikan pertumbuhan tumor
karsinoma sel basal pada lokasi yang lebih dalam, dan ada kemungkinan bahwa pengobatan
dapat menutupi persistensi atau kekambuhan kanker sel basal.
Verrucae vulgaris, verrucae plana, kutil plantar, dan kondiloma acuminata telah diobati dengan
hasil yang berbagai tingkat respons menggunakan 5-FU topikal dan intralesi. Selain itu, actinic
cheilitis, leukoplakia mukosa, radiodermatitis, penyakit Bowen, papulosis Bowenoid, dan
erythroplasia dari Queyrat semuanya telah dilaporkan memberikan respon terhadap pengobatan
topikal 5-FU. Selanjutnya, ada laporan dari keberhasilan dalam perawatan baik untuk psoriasis
dan keratoacanthomas dengan 5-FU topikal dan intralesi, dan fibromatosis digital infantil diobati
dengan menggunakan 5-FU intralesi. Kombinasi laser ablatif Er: Yag dan 5-FU topikal adalah
pilihan pengobatan yang efektif untuk keratoacanthomas raksasa jika operasi
dikontraindikasikan. 5-FU intralesi juga telah dilaporkan efektif dalam pengobatan keloid dan
skar hipertrofik. Hasil kontroversial diamati pada pengobatan psoriasis kuku dengan 5-FU: satu
percobaan menunjukkan penurunan 25% pada pitting dan hiperkeratosis pada dua puluh pasien
dengan psoriasis kuku yang diobati dengan 5-FU solusio 1% selama 6 bulan, sementara, studi
kedua dengan random double-blind gagal untuk menunjukkan perbedaan antara kelompok
perlakuan dan plasebo. Pasien vitiligo dapat diterapi dengan kombinasi dermabrasi dan 5-FU
krim 5%, atau 5-FU sendirian dalam dressing yang oklusif.
Penyerapan sistemik dari pengolesan 5-FU bersifat terbatas, dengan penyerapan secara selektif
lebih besar pada kulit yang abnormal dibandingkan dengan kulit normal sekitarnya. Formulasi
berbasis microsphere dapat mempertahankan 5-FU di situs target, dengan hanya sedikit obat
yang mampu mencapai sirkulasi sistemik. Efek sistemik dari 5-FU seperti mual dan anoreksia,
stomatitis, diare, myelosupresi, alopecia, dan toksisitas jantung dan neurologis jarang terjadi.
Efek samping dari persiapan topikal adalah iritasi lokal, eritema, nyeri, bengkak, gatal-gatal,
dispigmentasi, dermatitis kontak alergi, dan fotosensitifitas. Reaksi yang tidak umum yang dapat
terjadi adalah onycholysis, onychodystrophy, dan munculnya telangiectasia. Penggunaan sediaan
injeksi dapat diperberat dengan nyeri, ulserasi lokal, erosi, deskuamasi, dan dispigmentasi.
MECHLORETHAMINE (NITROGEN MUSTARD)

MEKANISME KERJA DAN FORMULASI


Mechlorethamine [metil-bis (2-kloroetil) amina hidroklorida] adalah nitrogen mustard pertama
(NM) yang digunakan dalam pengobatan klinis. Mechlorethamine bertindak sebagai agen
alkylating dan penghenti siklus sel pada fase tertentu, namun efeknya terbesar adalah pada di G1
akhir atau fase S. Target utama dari mustard adalah atom nitrogen ke-7 pada guanin. Peran utama
dari NM topikal dalam dermatologi adalah dalam pengobatan limfoma T-sel kulit (CTCL) tipe
patch dan plak. Pemanfaatan NM dalam mengobati mikosis fungoides (MF), jenis yang paling
umum dari CTCL, yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1959. Kegiatan topikal NM
telah dikaitkan tidak hanya untuk aktivitas alkilasi, tetapi juga potensinya untuk menstimulasi
kekebalan tubuh. Reaksi hipersensitivitas lambat yang diinduksi oleh nitrogen mustard dimediasi
oleh respon Th1, sedangkan sel T malignan di MF diekspresikan oleh sitokin tipe Th2. Reaksi
hipersensitivitas kontak dapat berpotensi dapat merangsang sel T ganas untuk beralih dari Th2 ke
ekspresi sitokin Th1 dan aktivitas yang mengarah ke apoptosis sel T ganas danregresi tumor.
Mechlorethamine hidroklorida (Mustargen) tersedia dalam bentuk bubuk, 10 mg per vial. NM
topikal dipersiapkan sebagai larutan dengan air atau sediaan salep. Berbagai basis salep dapat
digunakan, termasuk Aquabase ®, Aquaphor ®, hidrofilik petrolatum, 50/50 campuran parafin
cair-parafin putih lembut, dan paraffin putih. Solusio dengan air dapat dibuat sesuai konsentrasi
yang diinginkan dengan melarutkan NM bubuk dalam air keran (satu botol bubuk 10 mg
dilarutkan dalam air 100 mL untuk menghasilkan konsentrasi 10 mg%). Solusio ini bersifat
tidak stabil dan harus segera digunakan pada kulit menggunakan spons atau kain. Persiapan salep
dapat dilakukan oleh farmasist. Formulasi nitrogen mustard yang dicampur dengan Aquaphor ®
menunjukkan stabilitas yang lebih tinggi daripada dengan larutan Transcutol ®, Labrasol ®, dan
Aquaphilic®. Namun, peningkatan yang signifikan dalam stabilitas dapat diperoleh bila inhibitor
radikal bebas BHT (butylated hydroxytoluene) ditambahkan ke formulasi Transcutol ® atau
Labrasol®.
Dengan persiapan di atas, konsentrasi 10-20 mg % yang paling umum digunakan dan diterapkan
sehari-hari, dengan peningkatan konsentrasi dan frekuensi aplikasi ditunda berdasar respon
klinis. Satu pendekatan lain adalah dengan memberikan persiapan ke seluruh tubuh (kecuali ke
bagian intertriginosa, dan termasuk alat kelamin) untuk menghindari tidak terpaparnya daerah
yang secara subklinis tak terlibat dan dengan demikian secara teoritis meningkatkan potensi
penyembuhan. Atau, pengobatan mungkin dibatasi hanya pada daerah yang secara klinis terkena.
Perawatan harus dilanjutkan setiap hari sampai respon lengkap tercapai. Manfaat dari masa
pemeliharaan yang berkepanjangan untuk mencegah kekambuhan penyakit belum dapat
dibuktikan. Dengan pemberian yang tepat, kontaminasi bersifat minimal untuk lingkungan
sekitarnya, tetapi orang yang membantu dalam memberikan obat harus membatasi paparan
terhadap mereka dengan memakai sarung tangan pelindung. Upaya harus dilakukan dalam
pembuangan botol kosong atau solusio yang tidak terpakai sesuai dengan pedoman Badan
Perlindungan Lingkungan.

INDIKASI
Banyak rangkaian penelitian retrospektif besar yang mendukung penggunaan NM topikal untuk
MF. NM telah dilaporkan untuk memberikan respons lengkap 67%-80% untuk pasien MF
dengan patch terbatas / penyakit plak (stadium IA) dan 35% -68% untuk pasien dengan umum
patch / plak (stadium IB) disease. Relaps umum terjadi bahkan dengan terapi yang berkelanjutan.
Kemanjuran larutan dan salep sama. NM topikal sebagai monoterapi primer memiliki
penggunaan yang terbatas pada pasien dengan stadium tumor atau penyakit eritroderma. NM
topikal juga telah digunakan dalam pengobatan psoriasis, alopesia areata, dan histiocytosis X.

PERTIMBANGAN TERAPI
Berbeda dengan preparasi sistemik, tidak ada laporan efek samping sistemik setelah pemberian
NM topikal. Selanjutnya, NM topikal telah digunakan secara aman untuk pasien anak. Efek
samping lokal adalah iritasi atau dermatitis alergi kontak, hipersensitivitas tipe cepat, keganasan
kulit sekunder, dan dispigmentasi. Dermatitis kontak iritan umumnya ringan dan sembuh dengan
penurunan konsentrasi dan / atau frekuensi, atau dengan pengobatan steroid topikal. Dermatitis
kontak alergi telah dilaporkan muncul pada hingga 35% -66% pasien pada pengobatan jangka
panjang dengan larutan NM dan kurang dari 10% dari mereka yang menggunakan salep. Jika
hipersensitivitas terjadi, pasien dapat diobati dengan pengenceran di bawah ambang batas hingga
dermatitis kontak klinis tidak teramati. Namun, hipersensitivitas tipe lambat dapat memberikan
manfaat terapeutik. Dosis dua kali mingguan NM topikal dikombinasikan dengan betametason
krim dapat menawarkan keseimbangan antara tolerabilitas dan efikasi. Hingga 8% pasien dapat
memberikan hipersensitivitas tipe cepat urtikaria akibat NM topikal, dimana sering diperlukan
penghentian pengobatan. Perubahan pigmentasi juga dapat terjadi secara sekunder pada
penggunaan mechlorethamine topikal. Hiper- dan hipopigmentasi rentan untuk terjadi di daerah
bekas CTCL dan cenderung untuk menghilang secara spontan, meskipun perlahan-lahan.
Ada laporan dari keganasan kulit sekunder yang muncul pada pasien yang diobati dengan NM,
termasuk karsinoma basal dan sel skuamosa, keratoacanthomas, dan beberapa laporan terisolir
lentigo maligna dan melanoma primer. Sulit untuk menentukan kausalitas dalam kasus ini,
karena banyak dari pasien ini diobati dengan beberapa terapi, termasuk terapi yang diketahui
bersifat karsinogenik seperti psoralen dan fototerapi dan radiasi ultraviolet A.
BLEOMYCIN

MEKANISME KERJA DAN FORMULASI


Bleomycin adalah antibiotik sitotoksik yang dihasilkan oleh Streptomyces verticillatus.
Bleomycin mengganggu sintesis DNA dan menyebabkan pemotongan untai DNA melalui
kerusakan oksidatif pada deoksiribosa dari timidilat dan nukleotida lainnya. Hasilnya adalah
penghentian siklus sel dengan disusul apoptosis dan kebocoran komponen intraseluler, memicu
respon imun. Keratinosit eosinofilik dengan inti kecil gelap pyknotic, perdarahan subepidermal
dan intraepidermal, dan akumulasi neutrofil dengan pembentukan microabcesses pada lapisan
granular semua dapat diamati setelah injeksi bleomycin. Bleomycin juga memiliki efek
sclerosant terhadap sel endotel. Dalam dermatologi, bleomycin intralesi digunakan secara jamak
dalam pengobatan kutil akibat virus yang membandel.
Bleomycin tersedia dalam sediaan bubuk (Blenoxane). Sediaan ini harus dilarutkan dengan
garam steril sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan, umumnya larutan 1 U / mL. Stabilitas
dalam formulasi ini bertahan sampai 6-8 minggu jika preparasi sudah didinginkan pada suhu 4
°C (39,2 °F), dan selama beberapa bulan jika disimpan pada suhu -20 °C (-4 °F). Penyerapan
obat dapat sangat meningkat jika dikombinasikan dengan anestesi lokal seperti lidokain, prokain,
dibucaine, butacaine, dan tetrakain, karena anestesi lokal dapat mengganggu struktur membran
sel. Injeksi yang sesuai ditunjukkan untuk blanching kulit.

INDIKASI
Hingga saat ini belum ada studi terkontrol plasebo yang besar, acak, double-blind, untuk
bleomycin intralesi dalam pengobatan kutil virus, namun studi yang lebih kecil telah
menunjukkan kemanjurannya. Sebuah studi yang membandingkan bleomycin intralesi dengan
cryotherapy menunjukkan tingkat clearance yang jauh lebih tinggi untuk pasien yang diobati
dengan bleomycin injeksi (94,9%) bila dibandingkan dengan cryotherapy (76,5%). Sebuah studi
terkontrol paired dimana bleomycin intralesi 1 U/mL disuntikkan intralesional sampai blanching
pada kutil resisten pada 38 pasien dilaporkan angka kesembuhan 77% untuk kutil pada
ekstremitas, namun, angkanya menurun menjadi sekitar 48% untuk kutil pada plantar. Untuk
mengatasi masalah agar infiltrasi obat dapat memadai pada kutil tanpa terjadi infiltrasi yang
tidak diinginkan pada kulit normal, berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya penusukan
berulang pada kutil, penggunaan jarum bercabang, dan preterapi dengan laser berwarna
berpulsasi, telah dilakukan. Sebuah penelitian yang tidak terkontrol dari 70 pasien dengan kutil
plantar, palmar, mosaik, dan periungual diterapi bulanan dengan "menusukkan" 1 U/mL solusio
bleomycin menggunakan jarum Monolet melaporkan angka kesuksesan 92%.
Berbagai studi prospektif dari malformasi pembuluh darah dan hemangioma yang diterapi
dengan bleomycin intralesi memberikan hasil penurunan signifikan ukuran lesi di sekitar tiga-
perempat pasien. Gambaran dari MRI untuk mengevaluasi sejauh mana jaringan lunak dan
keterlibatan tulang diindikasikan sebelum suntikan apapun dilakukan. Pengurangan dosis
bleomycin harus dilakukan untuk anak-anak: 0,2-0,4 mg/kg diencerkan dalam normal saline.
Keberhasilan dalam pengobatan keloid dan skar hipertrofik telah dilaporkan di beberapa serial
kasus, dengan regresi lengkap pada setengah sampai tiga perempat kasus. Sebuah percobaan
terkontrol kecil, acak, dan studi prospektif yang open-label menggambarkan manfaat bleomycin
topikal 1% dalam dimethylsulfoxyde dalam mengobati leukoplakiaoral. Laporan kasus yang
terisolir dan seri kecil melaporkan manfaat dari bleomycin topikal dalam mengobati penyakit
Paget rekuren pada vulva dan bleomycin intralesi dalam mengobati keratoacanthomas.

PERTIMBANGAN TERAPI
Bleomycin memiliki toksisitas yang relatif rendah. Gejala seperti flu telah dilaporkan setelah
penggunaan intralesi, tetapi toksisitas sistemik yang signifikan jarang dilaporkan. Fibrosis paru
telah dijelaskan dengan gamblang dalam hubungannya dengan kemoterapi bleomycin sistemik
tetapi terkait dengan dosis. Efek samping lokal berupa rasa sakit dan pembengkakan adalah
umum dengan penggunaan intralesi. Kombinasi bleomycin dan lidokain dapat mengurangi rasa
sakit yang terkait dengan injeksi, tetapi anak-anak mungkin memerlukan anestesi umum untuk
pengobatan. Suntikan lokal untuk kutil periungual dapat mengakibatkan kehilangan kuku
permanen atau distrofi. Raynaud fenomena, dispigmentasi, ulserasi, selulitis, dan jaringan parut
superfisial dapat terjadi. Ada laporan kasus hiperpigmentasi flagellate setelah injeksi intralesi
dari bleomycin. Kontraindikasinya adalah fenomena Raynaud, penyakit pembuluh darah perifer,
kehamilan, dan menyusui.

METHOTREXATE

MEKANISME KERJA DAN FORMULASI


Methotrexate (MTX) adalah sebuah antimetabolit yang mengganggu sintesis DNA melalui
penghambatan reduktase dihydrofolate. MTX juga mengubah metabolisme adenosin, sebuah
mediator anti-inflamasi endogen.

INDIKASI
Dalam berbagai laporan kasus dan seri kasus kecil, methotrexate intralesi telah digunakan untuk
secara efektif untuk mengobati keratoacanthomas soliter, raksasa, dan eruptif, memberikan
respon lengkap hingga 92%. Diduga mekanisme kerjanya adalah penghentian sintesis timidilat
melalui penghambatan reduktase dihydrofolate di dalam sel tumor yang cepat membagi,
sehingga menyebabkan penghentian sintesis DNA. MTX intralesi harus dipertimbangkan
penggunaanya sebagai pilihan terapi untuk keratoacanthomas yang dikonfirmasi dengan biopsi,
yang terletak di daerah estetik yang penting atau pada keadaan dimana operasi
dikontraindikasikan. Parameter injeksi telah memasukkan total dosis 5-75 mg, dalam 1 sampai 5
suntikan, dengan dosis tunggal berkisar 5-50 mg, dengan interval 1-2 minggu antar suntikan.
Kebocoran hingga sekitar 50% dari dosis injeksi diperkirakan karena buruknya kohesi antara sel-
sel tumor. Dalam tinjauan dari 38 kasus yang diobati dengan MTX, tingkat klirensnya adalah
83% dengan rata-rata kumulatif dosis 38,2 mg dan jarak antar suntikan 12-38 hari.

PERTIMBANGAN TERAPI
Methotrexate telah dipelajari dengan baik terhadap efek sampingnya, termasuk toksisitas
hematologis, hepatotoksisitas, mual, nyeri perut, aphthae oral, dan alopecia reversibel.
Pansitopenia telah dilaporkan pada dua pasien setelah menerima 25-mg dosis MTX intralesi.
Kedua pasien mengalami gagal ginjal dan hemodialisis dependent. Perhatian khusus diberikan
bila menggunakan methotrexate pada pasien dengan insufisiensi ginjal, usia lanjut, penyakit hati,
atau penggunaan bersama dengan obat yang dapat mengganggu ekskresinya. Pasien hamil atau
menyusui tidak boleh diberikan. Pemberian injeksi telah dilaporkan dapat ditoleransi secara
umum dengan baik, dengan nyeri sedang dan jaringan parut minimal.

PODOPHYLLIN DAN PODOPHYLLOTOXIN

MEKANISME KERJA DAN FORMULASI


Podophyllin adalah resin sederhana yang berasa dari mandrake Amerika, Podophyllum peltatum,
atau podofilum India, P. emodi. Podophyllotoxin adalah ekstrak podophyllin dengan aktivitas
antineoplastik dan antivirus. Podophyllotoxin mengikat tubulin sehingga mengganggu
sitoskeleton selular, memblokir mitosis dan menghentikan siklus sel pada G2.
Podophyllin diproduksi sebagai 10% -40% etanol atau ekstrak kasar benzoin. Komposisinya
belum terstandarisasi, dan bahan aktif yang paling ampuh, podophyllotoxin, cepat mengkristal,
menyebabkan umur penyimpanan yang pendek.

INDIKASI
Dalam dermatologi, podophyllin topikal dan podophyllotoxin digunakan dalam pengobatan kutil
anogenital. Sebuah laporan terbaru menggambarkan keberhasilan penggunaan ekstrak
podophyllin 25% dalam tingtur benzoin untuk pengobatan angiofibromas wajah dari tuberous
sclerosis pada wanita berumur 27 tahun. Sebagian besar dari lesi regresi setelah penggunaan 3
bulan.

PERTIMBANGAN TERAPI
Podophyllin harus diberikan di bawah pengawasan medis dengan salep inert pelindung untuk
kulit di sekitarnya dan dicuci 4-6 jam setelah aplikasi. Pengobatan umumnya berinterval
mingguan. Podophyllotoxin, bahan aktif yang dimurnikan dari podophyllin, tersedia sebagai
etanol 0,5% dan formulasi krim 0,15%. Preparat tersebut digunakan untuk digunakan sendiri
dalam siklus satu atau beberapa 3 hari. Pengobatan mandiri dengan podophyllotoxin telah
terbukti lebih efektif dan lebih hemat biaya dibandingkan dengan podophyllin yang diberikan di
klinik, meskipun tingkat kekambuhan cukup tinggi pada kedua perlakuan. Toksisitas sistemik
seperti sistem saraf pusat dan pernafasan depresi dilaporkan terjadi setelah pengobatan
podophyllin yang berlebihan pada kutil anogenital yang besar, injeksi subdermal, atau tak
sengaja tertelan, dan podophyllin dilaporkan bersifat potensial mutagenik. Efek samping lokal,
seperti eritema, erosi, dan kelembutan, yang umum pada podophyllin dan podophyllotoxin.
Jaringan parut atau depigmentasi jarang terjadi. Mengingat laporan keberhasilan yang rendah,
toksisitas yang tinggi, dan profil mutagenisitas dari podophyllin, beberapa penulis mendesak zat
ini dihapuskan dari protokol pengobatan klinis dan digantikan oleh podophyllotoxin atau terapi
lainnya.

MILTEFOSINE (HEXADECYLPHOSPHOCHOLINE)

MEKANISME KERJA DAN FORMULASI


Miltefosine (hexadecylphosphocholine) adalah fosfokolin alkil sitotoksik yang memberikan efek
pada membran sel. Miltefosine meningkatkan turnover fosfolipid dan memodulasi transduksi
sinyal membran, termasuk menghambat protein kinase C. Miltefosine dianggap sebagai sebuah
prototipe modulator rakit lipid. Senyawa ini menghambat anti-IgE akibat dari pelepasan histamin
dari sel mast di kulit manusia. Selain itu, miltefosine secara signifikan melemahkan sensitisasi
alergi dalam model ovalbumin yang diinduksi hipersensitivitas tipe lambat pada tikus.
Miltefosine tersedia dalam solusio 6% dalam campuran tiga gliserol eter rantai pendek yang
meningkatkan penetrasi (MILTEX).

INDIKASI
Miltefosine menunjukkan potensi sebagai terapi untuk metastasis kulit dari kanker payudara dan
CTCL. Dalam uji coba tahap II dari milfetosine pada 12 pasien dengan CTCL, tingkat responnya
adalah 58% dengan median respon durasi 12 bulan. Namun, penetrasi kulit yang terbatas,
metabolisme lokal, dan klirens melalui pembuluh darah dermal dapat mengganggu efikasi. Ada
laporan terisolir dari keberhasilan penggunaan miltefosine dalam pengobatan metastasis kulit
dari karsinoma sel skuamosa. Milfetosine diketahui efektif dalam mengobati mastositosis kulit,
dengan penurunan yang signifikan jumlah sel mast di dermis bagian atas. Selain itu, senyawa ini
memodulasi fungsi sel T dalam model untuk aktivitas terkait Th1 dan Th2, menunjukkan bahwa
zat ini dapat digunakan untuk pengobatan penyakit alergi yang terkait sel T.

PERTIMBANGAN TERAPI
Pemberian obat dalam uji klinis dan serangkaian kasus umumnya dilakukan setiap hari selama
seminggu, kemudian dua kali sehari setelahnya. Miltefosine solusio 6% yang diberikan dengan
cara ini menunjukkan keampuhan yang moderat terhadap metastasis kulit dari kanker payudara
dalam uji acak, double-blind, placebo-controlled, multisenter.
Ketika diberikan secara sistemik, miltefosine menyebabkan toksisitas gastrointestinal yang
signifikan. Namun, efek samping sistemik, seperti mual, muntah, dan anoreksia, jarang diamati
pada pemberian topikal. Reaksi kulit lokal yang umum, termasuk rasa terbakar, eritema, dan
bersisik, tapi jarang memerlukan penghentian terapi.

Anda mungkin juga menyukai