Anda di halaman 1dari 11

Makalah hadist 7

GAIRAH MENUNTUT ILMU






Penyusun : Makhroji
Dosen pembimbing : Ust. Moch. Shodiq Lc,

SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN (STIU) DARUL HIKMAH


1




PENDAHULUAN
Ki hadjar dewantoro sebagai bapak pendidikan seringkali menegaskan bahwa
pendidikan merupakan unsur terpenting dalam pembangunan sebuah komunitas, atau
negara. Hal yang sama sebenarnya ditekankan juga oleh syariat kita (sayariat islam),
keberadaanya dalam bentuk apapun sangat amat dibutuhkan, pesantren, kampus,
sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan yang lain.
Di tengah-tengah masyarakat kita sekarang ini tak jarang kita melihat orang berlomba-
lomba dengan semangat yang tinnggi menuntut ilmu dengan alasan agar mendapatkan
pekerjaan yang layak nantinya. Tetapi jika hal itu tidak sesuai dengan harapan, tak
jarang pula dari mereka akan mengatakan seperti ini: Buat apa sekolah tinggi-tinggi
jika hasilnya hanya duduk diam di rumah? padahal ulama-ulama zaman dahulu
cukup untuk dijadikan ukuran betapa mereka mencari ilmu tak kenal waktu dan tak
kenal lelah.
Banyak ragam ilmu pengetahuan yang berkembang dewasa ini, hal ini akan
mendatangkan kebaikan bagi yang menekuninya dengan sungguh-sungguh disertai
keimanan kepada allah yang sangat mendalam.
Mudah-mudahan hadirnya makalah ini dapat sedikit memberikan pencerahan kepada
kita tentang pentingnya menuntut ilmu..








PEMBAHASAN
2
3




I. AYAT DAN HADIST
Allah swt berfirman :
;7O4C +.- 4g~-.- W-ONL4`-47
7Lg` 4g~-.-4 W-O>q
=Ug^- eE_4OE1 _ +.-4 E)
4pOUEu> OO)lE= ^
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
Hadist nabi dari sahabat muadz :
) (
Keutamaan orang alim atas hamba yang lainya adalah seperti kelebihan bulan
purnama atas bintang-bintang (HR. abu daud, turmudzi, nasaI, dan ibnu hibban.)
dalam salah satu hadist riwayat Bukhari-Muslim dari Abdullah bin amr bin Ash;

. " : . :
.

. .


"

Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya Alloh tidak akan
mencabut ilmu langsung dari hati hamba, tetapi tercabutnya ilmu dengan matinya
Ulama, sehingga bila tidak ada orang alim, lalu orang-orang mengangkat pemimpin
bodoh agama, kemudian jika ditanya agama, lalu menjawab tanpa ilmu, sehingga
mereka sesat dan menyesatkan
(al-lulu walmarjan, juz 2:1040)
II. REALITAS
Dalam al-Quran Surat Al-Mujadalah ayat 11 dikemukakan: Allah akan mengangkat
derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat ayat ini
memberikan inspirasi kita untuk serius dan konsisten kembali dalam memperdalam
dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Beberapa tokoh penting (ilmuwan) dalam
sejarah Islam jelaslah menjadi bukti janji Allah s.w.t akan terangkatnya derajat
mereka baik dihadapan Allah maupun sesama manusia.




Nama-nama besar seperti Abu Hasan Alasyari (873-935), al Jubai (w.303 H) al
Maturidi (w.944) dalam lapangan theology Islam; Imam AlBukhari (w.870), Imam
Muslim (w.875), al Turmudzi (w.892) dan al NasaI (w.915) dalam lapangan Hadist;
AlKhuwarizmi (800-847) ilmuwan Muslim perintis ilmu pasti, dll. Dalam lapangan
kedokteran ilmuwan Muslim yang sangat terkenal, antara lain Abu ali Al Husain bin
Abdullah bin Sina (Ibn Sina) atau Avicenna (980-1037)
Penjelasan al Quran , Hadist maupun fakta di atas memberikan gambaran yang jelas
bahwa kedudukan ilmu dan orang yang memilikinya begitu tinggi dan mulya di
hadapan Allah dan hamba-hambaNya. Jika umat Islam menyadari dan memegang
teguh ajaran agamanya untuk menjunjung tingi ilmu pengetahuan, maka pasti dapat di
raih kembali puncak kejayaan Islam sebagaimana catatan sejarah di abad awal Hijrah
hingga abad ke dua belas Hijrah, dimana umat dan Negara- negara Islam menjadi
pusat peradaban dunia.
Sepertinya konsep islam tentang ilmu pengetahuan dalam Islam, ilmu bermula dari
keinginan untuk memahami wahyu yang terkandung dalam al-Quran dan bimbingan
Nabi Muhammad s.a.w mengenai wahyu tersebut. Dapat diterima karena alQuran dan
As-sunnah merupakan pedoman Umat Islam dalam kehidupan beragama, berilmu dan
beramal.
DEFINISI
Dalam Ensiklopedi (1997:2001). dijelaskan Kata ilmu berasal dari bahasa Arab
yang berarti pengetahuan, merupakan lawan dari kata yang berarti
ketidaktahuan atau kebodohan. Sumber lain mengatakan bahwa kata adalah bentuk
masdar dari , , . Menurut Ibn Manzur ilmu adalah antonym dari tidak tahu
(al-jahl), sedangkan menurut al-asfahani dan al-anbari, ilmu adalah mengetahui
hakikat sesuatu ( ).
(Ensiklopedi AlQuran, 1997:150)
Kata ilmu biasa disepadankan dengan kata Arab lainnya, yaitu marifah
(pengetahuan),fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan), Marifah adalah padanan
kata yang paling sering digunakan.
Ada dua jenis pengetahuan: Pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiyah. Pengetahuan
4

1




biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan seperti perasaan, pikiran,
pengalaman, pancaindra, dan instuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan
obyek, cara dan kegunaannya. Dalam bahasa inggris, jenis pengetahuan ini di sebut
knowledge.
Pengetahuan ilmiyah juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk
mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan obyek yang ditelaah, cara yang
digunakan, dan kegunaan pengetahuan tersebut. (Abuddin Nata, 2008:156)
Secara epistimologis (pengembangan), al Ghazali membagi ilmu menjadi dua,
1. ilmu syariat ialah ilmu yang diperoleh dari para Nabi seperti AlQuran, Hadist,
maupun dari para sahabat seperti ijma.
2. ghairu syarI ialah ilmu-ilmu yang bersifat duniawi seperti ilmu kedokteran,
matematika, geografi, astrologi dll.

melalui pendekatan hukum al Ghazali menjelaskan bahwa ilmu yang berhubungan
dengan tugas dan tujuan hidup manusia itu ada 2 yaitu:
1. Ada yang bersifat fardlu ain yaitu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-
tugas akhirat dengan baik seperti ilmu tauhid dan ilmu syariat maupun
tasawwuf.
2. Bersifat fardlu kifayah yakni ilmu-ilmu yang berkaitan dengan urusan
keduniaan yang perlu diketahui manusia, seperti ilmu-ilmu arsitektur Islam,
bahasa satra, filsafat, psychology, antropologi, kedokteran dll.

Adapun pendekatan (pemanfaatan ilmu),ini digunakan untuk menilai jenis ilmu. Ilmu-
ilmu syariyyah bersifat terpuji secara keseluruhan, sedangkan ilmu ghairu syariyyah
ada yang terpuji dan ada yang tercela dan ada pula yang mubah. Tetapi dalam hal
pembagian ilmu ini Al Ghazali menjelaskan lebih lanjut, bahwa ilmu itu tercela
maupun tidak bukan karena ilmu itu sendiri melainkan lebih berkaitan dengan factor
manusianya. (Ibnu Rusn: 44-49).
Dalam hal ilmu pengetahuan ini, Al Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad
AlGhazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin juz I berpendapat bahwa banyak sekali
ayat-ayat AlQuran yang mengandung kata ilm, hal 15 yaitu Q.S Ali Imran; 18 (ulul
ilm), Al Mujadalah: 11, al-ankabut: 49 (utul ilm), Az zumar: 9 (yalamun), Fathir:28
(ulama), An naml: 40, ar-Rad:43, al-araf: 52 (ilm), al-ankabut 43: (alim), Ar
5
6




Rahman: 14(allama).
Dan di dalam AlQuran, kata ilm dan turunannya (tidak termasuk al-alam, al-alamin
dan alamat yang disebut sebanyak 76 kali) disebut sebanyak 778 kali. (Ensiklopedi
alQuran:150)

Sekian banyak ayat alQuran yang menjelaskan kata ilmu menunjukkan betapa
besarnya perhatian Islam (lewat firmanNya) terhadap ilmu pengetahuan.

URGENSI MENUNTUT ILMU DALAM ISLAM

Realitas kehidupan kita saat ini membuktikan,bahwa bangsa yang berperadaban maju,
memiliki kemandirian dan bermartabat di hadapan bangsa lainnya adalah bangsa yang
paling maju ilmu pengetahuannya, demikian pula sebaliknya.

Saat ini Negara-negara Asia yang sangat sungguh-sungguh menghargai ilmu
pengetahuan terbukti sekarang menjadi negara maju seperti Jepang, Korea dan
Taiwan, disusul kemudian Singapura dan Malaysia. Cina dan India yang sangat getol
mendidik generasi mudanya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, diperkirakan
seseorang itu bakat terhadap satu fan ilmu maka mereka benar-benar mengarahkanya
ke fan tersebut, sampai ia tumbuh menjadi pakar dibidang tersebutmereka
mendukung dengan spenuhnya bahkan menyanggupi biayannya sekaligus, hal ini
mereka perkirakan akan menjadi kekuatan ekonomi kedua setelah Amerika pada tahun
2015, disusul kemudian India pada tahun 2020. (Tobroni, 2008:38),
Dalam sebuah kitab nadzom zubad menyebutkan:
#
Seseorang yang beramal dengan tanpa ilmu maka amalnya ditolak

KIAT SUKSES MENUNTUT ILMU

dalam kitab yang dikarang oleh imam azzarnujiy menyebutkan ,bahwa konsep dan
ajaran Islam selalu memotivasi umatnya untuk maju dan beradab. Seperti ajarannya
tentang kewajiban menuntut ilmu dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
7




Dalam syair yang banyak dihapal santriwan satriwati disuatu pondok pesantren
merupakan kutipan dari kitab Talimul mutaalim
#


Ingatlah, engkau tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat kecuali dengan 6
syarat yaitu : cerdas, semangat, sabar, biaya, memuliakan ustadz, dan waktu yang
lama.
1. Cerdas
Dalam mencari ilmu sesorang haruslah berpikir kritis / cerdas dalam menuntut ilmu.
Kecerdasan sangatlah dibutuhkan agar ilmu dapat diterima dengan baik dan optimal.
2. Semangat
Seorang murid seyogyanya bersungguh-sungguh, optimis, memiliki semangat dalam
belajar. Karena rasa optimisme inilah ada suatu keinginan yang kuat dalam dirinya
untuk mencapai ilmu yang ia inginkan.
3. Sabar
Butuh kesabaran bagi seseorang yang menuntut ilmu. Ilmu tidak dapat diperoleh
secara langsung ke otak, semua tergantung otak dalam menyerap ilmu yang
dipelajarinya.
4. Biaya
Finansial merupakan faktor dasar dalam pendidikan saat ini. Untuk memasuki
sekolahan, pesantren, kampus maupun yang lainnya sangatlah membutuhkan biaya
yang bahkan tidak kecil nominalnya.
5. Memuliakan Ustadz / Guru
Tadzim atau menghormati ustadz sangatlah penting karena melalui perantara
beliaulah seorang murid bisa memperoleh ilmu.
8




6. Waktu yang Lama
Memang membutuhkan waktu yang lama bahkan tidak ada batas dalam mencari ilmu.
Bahkan sering kita dengar kata-kata mutiara ( / tuntutlah ilmu
sejak dini hingga mati).
III. ANALISA

Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina
hadist ini terbilang hadist yang bathil. diriwayatkan oleh; imam Ibnu Abdil Barr
dalam Jami Bayanil Ilmi (1/7-8) dari jalan Hasan bin Athiyah, menceritakan Abu
Atikah Tharif bin Sulaiman dari Anas secara marfu (sampai kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam).
Kecacatan hadits ini terletak pada Abu Atikah. Dia telah disepakati kelemahannya.

Bukhori berkata: hadist ini termasuk kedalam Munkarul hadits.
Nasai berkata: Tidak terpercaya.
Abu Hatim berkata: Haditsnya hancur.
Al-Marwazi bercerita: Hadits ini pernah disebut di sisi Imam Ahmad, maka
beliau mengingkarinya dengan keras.
Ibnul Jauzi mencantumkan hadits ini dalam al-Maudhuat (1/215)
Ibnu Hibban berkata: Hadits bathil, tidak ada asalnya. Dan disetujui as-
Sakhawi
Kesimpulannya, hadits ini adalah hadits batil, dan tidak ada jalan lain yang
menguatkannya
Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata setelah menjelaskan lemahnya hadits ini:
Seandainya hadits ini shahih, maka tidaklah menunjukkan tentang keutamaan negeri
Cina dan penduduknya, karena maksud hadits ini -kalaulah memang shahih- adalah
anjuran untuk menuntut ilmu sekalipun harus menempuh perjalanan yang sangat jauh,
sebab menuntut ilmu merupakan perkara yang sangat penting sekali, karena ilmu
merupakan sebab kebaikan dunia dan akherat bagi orang yang mengamalkannya. Jadi,
9




bukanlah maksud hadits ini adalah negeri Cina itu sendiri, tetapi karena Cina adalah
negeri yang jauh dari tanah Arab, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam
menjadikannya sebagai permisalan. Hal ini sangat jelas sekali bagi orang yang mau
memperhatikan hadits ini.
Sungguhpun demikian (hadist ini lemah) akan tetapi kita tidak memungkiri motifasi
yang muncul darinya, memang harus muncul dihati seorang muslim suatu keyakinan
bahwa dengan ilmu akan ia raih kebahagian dunia dan akhirat.sesuai ungkapan yang
masyhur

Barang siapa yang menghendaki (kebahagian) dunia maka raihlah dengan ilmu,
barang siapa yang menghendaki (kebahagian) akhirat maka raihlah dengan ilmu,
menghendaki keduanya maka raihlah dengan ilmu
Sayangnya di sana tidak sedikit orang tua yang masih enggan mengarahkan anaknya
menuntut ilmu di sekolah, pesantren, kampus dan lain sebagainya, mereka berfikiran
bahwa menuntut ilmu hanya menghabiskan biaya saja, mereka lebih memilih
mempekerjakan anaknya keluar negri menjadi TKW atau TKI tanpa memikirkan apa
akibat yang akan dirasakan anaknya,
Hal yang sama juga dilakukan oleh orang yang terbilang berilmu disana, mereka
hanya puas dengan ilmu yang dimilikinya saat itu hanya dengan bekal lulusan
pesantren, merasa bangga tanpa ada keinginan untuk menggali ilmu-ilmu allah yang
sangat luas.
Hadist ini cukup menjadi jawaban untuk orang-orang yang beranggapan bahwa yang
penting kerja nyata, teori (ilmu) tidak penting, juga cambuk bagi mereka yang merasa
cukup dengan ilmunya saat ini.
IV. PENUTUP.
10




Pertama, Islam adalah agama yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan. Penghargaan ini dapat dibuktikan dalam ajarannya yang memerintahkan
seluruh umatnya untuk menuntut ilm
Kedua, Allah s.w.t dalam Firmannya berjanji akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman dan berilmu pengetahuan jauh lebih tinggi di banding orang-orang yang
tidak beriman dan berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat kemuliaan baik di
dunia maupun di akhirat
Ketiga, Kunci utama meraih kesuksesan di dunia dan akhirat adalah iman dan ilmu
pengetahuan. Kemajuan dan bahkan martabat bangsa dan Negara sangat ditentukan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan manusianya.
Keempat, Iman dan ilmu pengetahuan adalah dua hak yang tidak terpisahkan. Dalam
sejarah kita saksikan banyak sekali bangsa yang terhormat dan berjaya tetapi
mengesampingkan factor keimanan dan sedikit ilmu pengetahuan, terbukti tidak
mampu menolongnya dari kehancuran karena konflik yang berkepanjangan. Namun
sebaliknya yang beriman dan berilmu pengetahuan akan memperoleh jaminan dari
Allah s.w.t dengan meraih kehidupan berbangsa yang baldatun thoyyibatun wa rabbun
ghofuur. Allah Maha menepati janji, tinggal umat Islam yang mestinya kensekwen
dan konsisten dengan ajaran agamanya.

DAFTAR PUSTAKA

Al ghazali, Abi Hamid Muhammad bin Muhammad. Ihya Ulum Ad-Diin. Jilid I, tt
Ahmad Al Hasyimiy, Sayyid. Mukhtarul Ahadist An-Nabawiyyah wal Hikam Al
Muhammadiyyah, Beirut Libanon: Darul Fikr 1414 H / 1994 M

Abdul Baqi, Muhammad Fuad. Al Lulu Wal Marjan (Terj.) juz II. Surabaya : P.T
Bina Ilmu. 2006

Az-Zuhaili, Wahbah. At-Tafsir Al- Munir Fil Aqidah wal Syariah wal Manhaj .Juz
28. Beirut- Libanon: Darul Fikr. 1411 H/1991 M

11




Ibn Rusn, Abidin. Pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta.: Pustaka
Pelajar . 1998

Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan Tafsir Ayat-Ayat Al- Tarbawiy. Jakarta:
P.T Rajawali Press, 2008

Quraisy Shihab,. Tafsir AL Mishbah. Volume 5

Tobroni, DR. Pendidikan Islam Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas.
Malang : UMM Press. 2008

Talimul mutalim karya imam azarnujiy

Ensiklopedi muslim 1997

Anda mungkin juga menyukai