Anda di halaman 1dari 1

Pulang Paksa, atau yang sering disebut juga sebagai Pulang Atas Permintaan Sendiri.

Tentu PAPS juga merupakan hak otonomi pasien. Jadi ketika pasien pulang pasien harus paham diagnosis daan rencana pelayanan medis yang akan dikerjakan oleh dokter. Setelah mendapat penjelasan dan memahami penjelasan tersebut, keputusan pasien untuk menerima rencana pelayanan atau tidak (pulang) dapat dibuat dengan tepat. Standar Prosedur harus dibuat untuk membedakan apakah pasien PAPS (pulang atas permintaan sendiri setelah memahami rencana pelayanan) atau kabur (pulang begitu saja sebelum mendapat penjelasan dokter) atau memang dokternya yang lalai tidak memberikan penjelasan dan pemahaman. Pulang paksa adalah istilah para dokter untuk pasien yang tidak mau diopname lebih lama dan meminta untuk dipulangkan, tetapi secara medis pasien belum cukup stabil untuk dirawat di rumah. Pulang paksa adalah fenomena yang memprihatinkan, karena itu tandanya pasien tidak percaya lagi dengan rumah sakit atau puskesmas yang merawat. Ada macam-macam penyebab pulang paksa, antara lain: Pasien tidak mengerti mengapa saat/sesudah diopname, tetapi belum sembuh juga. Mungkin dokternya gagal menjelaskan bahwa penyakit itu tidak bisa sembuh secara instan, tetapi harus perlahan. Pasien merasa tidak betah dengan fasilitas yang ada di tempat rawat inap. Pasien memiliki keinginan untuk dirawat di tempat yang lebih bagus. Apapun alasannya, keinginan pasien untuk dirawat di rumah harus dihargai. Yang terpenting, sebelum pulang, pasien harus tanda tangan surat pernyataan bahwa ia ingin pulang atas keinginannya sendiri, bukan lantaran atas permintaan dari rumah sakit atau puskesmas. Jika kondisi pasien bertambah buruk setelah dipulangkan, keluarga pasien tidak boleh menuntut dokter, apalagi menyuruh dokter datang untuk memeriksa pasien di rumah.

Anda mungkin juga menyukai