Anda di halaman 1dari 5

Saponin merupakan senyawa berbentuk glikosida, tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi.

Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari glikon (glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan alam lainya). Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbrone,1996). Saponin umumnya berasa pahit. Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas diantaranya meliputi: immunomodulator, anti tumor, anti inflamasi, antivirus, anti jamur, dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemik, dan efek hypokholesterol. Selain itu juga bersifat beracun untuk beberapa hewan berdarah dingin (Burger et.al,1998). Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin. Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin. Masing-masing senyawa ini banyak dihasilkan di dalam tumbuhan. Tipe dan macam saponin berbeda tergantung banyak faktor, misalnya spesies, umur tanaman, dan bagian tanaman. Selain itu juga bisa dipengarui oleh cuaca, macam tanah, sinar matahari, tempat bercocok tanam dan banyak lagi. Dalam satu spesies mungkin mengandung lebih dari satu macam Saponin. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui diduga sebagai penyimpan karbohidrat atau merupakan weste product dan metabolism tumbuh-tumbuhan kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga. Peran fisiologi saponin pada tanaman belum sepenuhnya dipahami meskipun ada sejumlah publikasi menggambarkan identifikasi saponin dan beberapa efek pada sel hewan, jamur dan bakteri. Hanya sedikit yang diketahui fungsi saponin untuk tumbuhan itu sendiri. Banyak saponin diketahui bersifat antimikroba untuk menghambat jamur dan untuk melindungi tanaman dari serangga. Saponin dianggap sebagai dari sistim pertahanan tanaman dan dengan demikian dimasukan dalam kelompok besar mol pelindung pada sel tumbuhan (Morrisey & Osboun,1999). Sifat-sifat Saponin : a. b. c. Mempunyai rasa pahit Dalam larutan air membentuk busa stabil Menghemolisa eritrosit

d. e. f. g.

Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi Berat molekul relative tinggi dan analisi hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati

Klasifikasi Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Saponin tritetpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine. Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatosida. Senyawa ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik (Amirt Pal,2002).

Biosintesis Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini hampir sama baik saponin dengan steroid maupun triterpen. Semua senyawa ini melalui jalur asam mevalonat yang diperoleh dari asetil CoA . Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk senyawa squalen yang merupakan jenis triterpen yang merupakan gabungan Dari dua farnesil piroposfat. Setelah membentuk squalen, maka terjadi reaksi oksidasi pada atom C nomor 3 sehingga terbentuk OH, setelah itu terjadi pembentukan epoksidasqualen. Senyawa ini akan terjadi siklisasai menjadi lanosterol yang merupakan bentuk dasar dari senyawa steroid. Sedangkan perbedaannya dengan triterpen adalah pada jumlah cincin dan bentuk cincin keempat dan kelima, pada triterpen masing-masing cincin tersebut memiliki 5 atom karbon.

Macam Saponin

Tumbuhan-tumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin, berbeda sekali komponen kimianya, yaitu berbeda pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya. a. b. c. Quilage saponin, Campuran dari 3 atau 4 saponin Alfafa saponin, Campuran dari paling sedikit 5 saponin Soy Bean saponin, terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dengan sapogenin atau karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.

Aktivitas Biologi Saponin mempunyai aktivitas biologi yang beragam. Aktivitas biologi ini dipengaruhi oleh kelas aglikon, gugus polar pada aglikon, macam karbohidrat yang terikat pada aglikon, posisi terikatnya pada aglikon, bahkan orientasi saponin setelah mengikat membran sel juga ikut mempengaruhinya. a. Aktivitas Hemolisis Saponin dapat menyebabkan sel darah merah pecah (lisis). Ini disebabkan karena Saponin dapat berikatan dengan kolesterol dari membran sel. Aktivitas ini berkurang kalau aglikon dibuang. Makin banyak karbohidrat yang terikat pada aglikon makin kecil daya hemolisisnya. Kecepatan hemolisis saponin steroid lebih besar dari saponin triterpenoid. Karbohidrat yang terikat pada C3 OH mempunyai daya hemolisis makin tinggi apabila jumlah unit monosakaridanya makin besar (kalau diurut daya hemolisis paling rendah meningkat ke urutan lebih tinggi adalah mono, di, tri, tetra, penta dan heksa sakarida). Makin banyak gugus polar pada aglikon makin rendah daya hemolisisnya. Interaksi antara saponin dan membran, sehingga saponin dapat membentuk porus atau merusak membran perlu ditelaah lebih lanjut. Sepertinya beberapa mekanisme dan keadaan ikut terlibat, seperti: pembentukan saponin kolesterol kompleks, perubahan organisasi atau susunan membran fosfolipid, pemecahan fosfo lipida dan hasil senyawa yang terbentuk (DAG), saponin struktur dan orientasinya dengan sel membran. Contoh Saponin yang dapat menyebabkan hemolisis: sebagian ginsenosides,

Gypsophilasaponins. b. Mempengaruhi sistem imun Telah dilaporkan bahwa saponin dapat menginduksi produksi dari cytokine seperti interleukin dan interferon yang mungkin dapat memediasi efek immunostimulan. Seponin juga telah dibuktikan dapat meningkatkan respon immun melalui immunisasi

oral. Hal ini disebabkan saponin dapat meningkatkan pengambilan (up take) antigen oleh usus dan sel mukosa yang lain (misalnya hidung). c. Sebagai anti kanker Saponin ginsenosides, dammaranes, mempunyai efek anti tumor dengan menghambat penyebaran melalui pembuluh darah dengan mekanisme supresi inducer dalam sel endotel sehingga mencegah pelekatan (adhering), invasi, dan metastasis. Dioscin, suatu saponin steroid dan aglikon diosgenin mempunyai efek anti tumor dengan menghentikan siklus sel (cell cycle arrest) dan apoptosis. Platycodon D, salah satu platycodigenin, potensial sebagai khemoterapi mempunyai efek apoptosis melalui jalur caspase-3 dependent PARP, pemecahan lamin A dan Egr-1 aktivasi akibat induksi ROS. Deltonin, suatu Saponin steroida yang diisolasi dari Dioscorea zingiberensis Wright (DZW), dengan struktur kimia diosgenin-3-O-E-D-glucopyranosyl (1o4)-[D-L-rhamnopyranosyl (1o2)]-E-D- gluco-pyranoside mempunyai efek anti kanker dengan menghentikan pembelahan sel melalui fase G2-M8. Tubeimoside II mempunyai aktivitas anti kanker lebih besar dibandingkan dengan tubeimoside I. Ini karena tubeimoside II mempunyai gugus OH pada C 16, sedangkan tubeimoside I tidak punya. Lain dari pada itu tubeimoside II mempunyai efek samping yang lebih ringan. d. Efek anti oksidan Satu kelas saponin yang terdapat dalam soya (group B soya Saponin) mempunyai efek anti oksidan dan radikal scavenger dengan membentuk hidroperoxida sebagai senyawa antara. e. Efek anti rematik Yang termasuk kelas Kalopanax saponin A misalnya Hederagenin glycoside dari kalopanax pictus dapat menghambat LPS-induced iNOS, menhambat COX-2 protein expression dan menghambat produksi NO, PG E2 dan TNF-. Secara klinik dapat menghambat timbulnya edem, proses aglutinasi dan permiabilitas vaskuler. f. Menurunkan glukosa darah Dengan menghambat pengosongan lambung (escins a and b, calendasaponins, momordin Ic). Mempunyai aktivitas seperti insulin, dapat menghambat lipolisis, meningkatkan glukosa up take oleh sel adipose (Assamicins and ). g. Mempunyai aktivitas anti virus

Menghambat replikasi virus HIV-1, dengan menghambat aktivitas protease ( triterpenoid sapogenin asam oleonolat). Dengan membunuh virus (virucidal) (Maesasaponins dengan 21,22 diacylasi, Saikosaponin buddlejasponin ). h. Pengaruhnya terhadap metabolisme kholesterol (cholesterol) Saponin yang berasal dari soyabean, lucerne dan chickpea dapat menurunkan kholesterol darah dengan jalan mengikat asam empedu dalam usus. Asam empedu dibuat dari kholesterol. Biasanya 98% asam empedu diserap kembali oleh usus (sirkulasi enterohepatik). Dengan menghambat penyerapan kembali asam empedu dan dibuang maka asam empedu dibuat lagi dari kholesterrol demikian seterusnya sehingga khoeterol darah menurun. Pemberian Quillaja saponin pada binatang coba tilapia (sampai dengan 300 mg/kg) tidak menurunkan serum kholesterol.Jadi tidak semua Saponin dapat menurunkan kholesterol darah Efek Samping Pemakaian herbal yang mengandung Saponin harus berhati-hati, terutama orang hamil sebaiknya tidak menkonsumsinya. Sebagian saponin dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Orang dengan gagal ginjal sebaiknya menghindarinya, karena sebagian saponin dapat menyebabkan retensi air dan kalium. Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (Surface tenstn) dengan hidrolisis lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (heksosa, pentose, dan Saccharic acid) (Kim Nio,1989).

Sumber: Amirth,Pal,Singh, 2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd. Burger,I.,Burger,B,V.Albrecht,C.F.Spicies,H.S.C. and Sandor.P.,1998. Triterpenoid saponin From Bacium gradivlona Var. Obovatum Phytochemistry.49. 2087-2089. Harbrone.J.B.,1987.Metode Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menaganalisis Tumbuhan, Terbitan Kedua,ITB : Bandung Kim Nio, Ocy.,1989. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada tumbuhan nabati. Cermin Dunia Kedokteran, No.58. Morrisey JP dan Ousbon AE, 1999. Fungal Resistence to Plant Antibiotic as a Mechanism of Phatogenesis. Mikrobiologi and molecular biologi. Reviw 63, 708-729

Anda mungkin juga menyukai