Anda di halaman 1dari 166

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

(LKPP)

MEKANIKA FLUIDA

OLEH: IR.SYERLY KLARA, MT.


Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin tahun 2011 sesuai SK. Rektor Unhas No: 20875/H4.2/K.U.10

Tanggal 29 Nopember 2011


PROGRAM STUDI TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

HALAMAN PENGESAHAN HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Judul Buku Ajar Nama Lengkap Nip Pangkat/Golongan Program Studi Fakultas/Universitas Alamat Email Biaya : Mekanika Fluida : Ir. Syerly Klara, MT : 196405011990022001 : Pembina/IV-A : Teknik Sistem Perkapalan : Teknik/Universitas Hasanuddin : syerlyklara@yahoo.co.id : Rp. 5.000.000,-(lima juta rupiah) Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin tahun 2011 sesuai SK. Rektor Unhas No: 20875/H4.2/K.U.10 Tanggal 29 Nopember 2011 Makassar, 30 Nopember 2011 Dekan Fakultas Teknik, Dr-Ing.Ir.Wahyu H. Piarah, MSME Nip. 19600302 198609 1 001 Penulis, Ir. Syerly Klara, MT Nip. 19640501 199002 2 001

Mengetahui: Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP) Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc Nip. 19630501 198803 1 004

HALAMAN PENGESAHAN

ii

KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan taufiqnya sehingga bahan ajar ini dapat kami susun sesuai wujud yang ada sekarang ini. Pembuatan bahan ajar ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari dan memahami pembelajaran Mekanika Fluida, yang mana mata kuliah ini merupakan dasar ilmu keteknikan jurusan Teknik Perkapalan khususnya program studi Teknik Sistem Perkapalan. Pembuatan bahan ajar ini diselenggarakan oleh Lembaga Kajian dan Hibah Penulisan Pengembangan Pendidikan (LKPP) Universitas Hasanuddin, Buku Ajar Universitas Hasanuddin 2011. Materi pembelajaran ini terdiri atas enam Bab yaitu; Konsep dan Besaran Fluida, Distribusi Tekanan dalam Aliran Fluida, Hukum Dasar Mekanika Fluida, Analisis Dimensi dan Keserupaan, dan Aliran kental dalam pipa. Pembuatan materi pembelajaran ini sesuai dengan rancangan pembelajaran yang proses pembelajarannya menggunakan pedekatan Student Centre Learning (SCL). Akhir kata penulis dengan senang hati menerima koreksi dari pembaca dalam penyempurnaan bahan pembelajaran ini. melalui

Penulis

iii

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI SENARAI KATA PENTING BAB I . PENDAHULUAN A. B. C. D. Profil Lulusan Program Studi Kompetensi Lulusan Analisis Kebutuhan Pembelajaran Garis Besar Rencana Pembelajaran ii iii iv vi 1 1 1 2 3 7 7 7 8 10 20 25 28 28 28 30 34 38 43 44 58 63 63 63 64 73 78 84 iv

BAB II. KONSEP DAN BESARAN FLUIDA A. Pendahuluan B. Materi Pembelajaran I. Konsep Fluida II. Sifat-sifat Fluida III. Dasar dasar Aliran Fluida C. Penutup BAB III. DISTRIBUSI TEKANAN DALAM ALIRAN FLUIDA A. Pendahuluan B. Materi Pembelajaran I. Distribusi Tekanan Hidrostatik II. Penerapan dalam Manometri III. Gaya Hidrostatik pada Sebuah Bidang IV. Tekanan Hidrostatik pada Permukaan Lengkung V. Mengapung dan Kestabilan C. Penutup BAB IV. HUKUM DASAR MEKANIKA FLUIDA A. Pendahuluan B. Materi Pembelajaran I. Kekekalan Massa Persamaan Kontinuitas II. Hukum Kedua Newton Persamaan-persamaan Momentum Linier III. Hukum Pertama Termodinamika Persamaan Energi C. Penutup

BAB V . ANALISIS DIMENSI DAN KESERUPAAN A. Pendahuluan B. Materi Pembelajaran I. Analisis Dimensi II. Asas Keserbasamaan Dimensi III. Tak Berdimensian Persamaan-persamaan Dasar IV. Teorema Pi V. Pembangunan Model dan Hal-hal yang Perlu Diperhatikan C. Penutup BAB VI . ALIRAN KENTAL DALAM PIPA A. Pendahuluan B. Materi Pembelajaran I. Sifat Aliran menurut Bilangan Reynolds II. Aliran Kental Dalam versus Aliran Kental Luar III. Aliran di Dalam Pipa Bundar IV. Aliran di Dalam Pipa Tak Bundar V. Sistem Pipa Majemuk C. Penutup LAMPIRAN

90 90 90 90 92 99 103 106 118 121 121 121 121 126 130 142 144 147 151

SENARAI KATA PENTING


Mekanika Fluida (Fluid Mechanics) Kerapatan (Density) Kekentalan fluida (Fluid Viscosity) Kekentalan Kinematik (Kinematic Viscosity) Kekentalan Dinamik (Dinamics viscosity) Koefisien kekentalan kinematik (Kinematic Viscosity coefisien) Fluida Newton (Newton Fluid) Tekanan uap (vapor Pressure) Tegangan Muka (Surface tension) Koefisien Tegangan muka (Surface tension coefisien) Kavitasi (cavitasion) Bilangan peronggaan (Cavitasion Number) Berat jenis (Spesicic weight) Gravitasi jenis (Spesific Gravity) Dimensi-dimensi dasar (Basic dimension) Tekanan Fluida (Fluid pressure) Fluida mampu-mampat (Compressible fluid) Fluida tak mampu-mampat (Incompressible fluid) Gaya pada permukaan melengkung (Force on a curved surface) Manometer (manometer) Gaya hidrostatik (hydrostatic force) Gaya apung (Bouyancy force) Kestabilan benda terapung (Stability of floating bodies) Head tekanan (Pressure head) Distribusi tekanan hidrostatik (Hydrostatic pressure distribution) Hukum Pascal (Pascal Law) Kekekalan massa (Conservation of mass) Persamaan kontinuitas (Continuity equation) Volume atur (Control volume) Persamaan Energi (Energy equation)

vi

Persamaan momentum linier (Linear momentum equation) Laju aliran massa (mass flowrate) Laju aliran volume (volume flowrate) Analisis dimensi (Dimension analysis) Teorema pi Buckingham (Buckingham pi theorem) Bilangan Reynolds (Reynolds number) Bilangan Froude (Froude number) Bilangan Mach (Mach number) Bilangan Weber (Weber number) Bilangan Euler (Euler number) Keserupaan Geometri (Geometric Similary) Keserupaan kinematik (Kinematic Similary) Keserupaan dinamik (Dinamic Similary) Skala Model (scales of models) Aliran tunak (Steady flow) Aliran tak- tunak (Unsteady flow) Aliran berlapis (Laminar Flow) Aliran bergolak (Turbulent Flow) Aliran di dalam pipa bundar (Flow in a circular pipe) Aliran di dalam pipa tak-bundar (Flow in a non-circular duct) Garis Tengah Hidraulik (The Hydraulic Diameter)

vii

BAB I PENDAHULUAN
A. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI
1. Mengamalkan nilai moral dan etika yang sesuai norma agama dan masyarakat dalam melakukan perancangan sistem permesinan kapal yang mencakup konstruksi, instalasi perpipaan, kelistrikan dan instrumentasi 2. Melakukan penilaian secara teknis terhadap hasil pekerjaan konstruksi dan memiliki keahlian dalam perawatan sistem permesinan kapal B. KOMPETENSI LULUSAN I. KOMPETENSI UTAMA efektif dan efisien. 2. Mampu dan terampil merancang sistem instalasi perpipaan dan instrumentasi di kapal dan bangunan kelautan lainnya yang ramah lingkungan. 3. Mampu merancang sistem pemeliharaan dan perawatan permesinan kapal dan sistem perlengkapan kapal serta bangunan kelautan lainnya. II. KOMPETENSI PENDUKUNG 1. Mampu merancang kapal dan bangunan kelautan lainnya yang ergonomis dan andal. 2. Mampu merancang sistem permesinan, kelistrikan dan perpipaan dalam pekerjaan teknik yang relevan 3. Menjunjung tinggi norma, tata-nilai, moral, agama, etika dan tanggung jawab profesional dalam bidang pekerjaan teknik sistem perkapalan dan bangunan kelautan. 1. Mampu merancang sistem penggerak dan permesinan serta kendali kapal secara

III. KOMPETENSI LAINNYA 1. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang lain baik dalam lingkungan pekerjaan maupun dengan masyarakat 2. Mampu dan terampil menangani aplikasi statistik dalam pemecahan masalah analisis data dari suatu penelitian 3. Mampu menangani rekayasa nilai suatu fungsi hasil produk/jasa dan meningkatkannya semaksimal mungkin atas dasar efektifitas fungsi

C. ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN

Mekanika

merupakan matakuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK) pada harus

jurusan Teknik Perkapalan, yang disajikan pada semester dua pada kurikulum 2011 program studi Teknik Sistem Perkapalan. Materi pembelajaran matakuliah ini dimengerti dan dipahami, untuk memudahkan mahasiswa mempelajari mata kuliah selanjutnya seperti; Disain kapal I, Tahanan dan Propulsi kapal, Pengaturan udara, Sistem Instalasi Perpipaan, Perpindahan Panas, Mesin Fluida dan lain-lain. Jumlah peserta matakuliah ini pada dua semester terakhir (Gazal 2009/2010 dan 2010/2011) rata-rata 59 peserta. Peserta mata kuliah ini terdiri dari mahasiswa baru dan beberapa mahasiswa lama yang mengulang karena belum lulus. Nilai rata-rata tingkat kelulusan yang diperoleh adalah C+ dan B- (70 61), hanya 3% tingkat kelulusan yang memperoleh nilai A dan A- (81 87). Dan paling memprihatinkan, pada dua semester terakhir rata-irata 27 % atau sekitar 16 peserta yang memperoleh nilai E (< 45). Hal inilah yang membuat sehingga kami ingin membuat bahan ajar Mekanika Fluida. Dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran dijelaskan dengan menggunakan metode Student Centered Learning (SCL). Setiap materi pembelajaran dijelaskan, kemudian mahasiswa diberi tugas, baik mandiri maupun kelompok (small group discussion) yang mana tugas tersebut harus dipresentasikan didepan

kelas pada pertemuan berikutnya. Materi pembelajaran yang akan diuraikan pada

bahan ajar ini adalah mata kuliah dasar keahlian yang membahas distribusi mengetahui dalam pipa.

konsep fluida ,

tekanan, hukum dasar , analisa dimensi dan kesamaan serta aliran kental Untuk memudahkan memahami matakuliah ini mahasiswa sudah Persamaan Dasar Bernoulli dan Hukum Archimedes. Materi

pembelajaran disajikan dengan enam belas kali pertemuan, yang mana setiap materi pembelajaran dijelaskan dua atau tiga kali pertemuan. Sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Adapun kompetensi yang diharapkan dari mahasiswa setelah mengikuti matakuliah ini adalah mampu menerapkan pengetahuan prinsip fluida pada masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran ini. untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Penguasaan materi Mekanika fluida akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan masalah pada matakuliah lanjutan, sehingga dituntut kemampuan Untuk mencapai kemampuan Selain itu juga mampu bekerja sama dalam suatu tim kerja dan berkomunikasi dalam lingkungan kerja serta mampu

menyelesaikan masalah-masalah Mekanika fluida. bernuansa learning.

mahasiswa yang efektif/efisien akan dirancang proses pembelajaran yang inovatif

GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP) Mata Kuliah Semester/SKS Kompetensi Sasaran : Mekanika Fluida : Semester II / 2 kredit : Kompetensi Utama 1. Mampu menerapkan pengetahuan prinsip mekanika fluida. : Kompetensi Pendukung 1. Mampu bekerja sama dalam suatu tim kerja laut. 2. Mampu berkomunikasi dalam lingkungan kerja. : Kompetensi Lainnya 1. Mampu untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat

MINGGU KE

SASARAN PEMBELAJARAN (Kompetensi)

MATERI PEMBELAJARAN Informasi kontrak dan rencana pembelajaran

STRATEGI PEMBELAJARAN

KRITERIA PENILAIAN (Indikator)

Bobot Nilai

Kuliah + Diskusi Memilih ketua secara demokrasi

2 s/d 3

Mampu berfikir kritis dalam menjelaskan sifat fluida Membedakan aliran fluida

Konsep dan Besaran Fluida

Kuliah + Diskusi

Keterlibatan dan ke aktifan, kejelasan uraian sifat dan aliran fluida

15 4

MINGGU KE

4 s/d 6

SASARAN PEMBELAJARAN (Kompetensi) Mampu mengaktualisasikan dengan contoh Mampu mengukur tekanan Mampu menjabarkan dan mengkomunikasikan hukum dasar fluida Menyusun poster yang memuat jenis-jenis hukum dasar fluida Mampu meng hitung dan menganalisa dimensi prototype Memaparkan kesamaan model dan prototype secara selektif Mampu menjelaskan dan menganalisa aliran kental dalam vs luar Mampu menghitung debit aliran fluida pada penerapannya di kapal

MATERI PEMBELAJARAN Distribusi tekanan dalam aliran fluida

STRATEGI PEMBELAJARAN Kuliah + tugas mandiri

KRITERIA PENILAIAN (Indikator) Penguasaan materi dan terampil dalam pengu kuran, ketelitian Kreativitas dan kerja sama tim pada presentasi , kejelasan uraian HDF, keaktifan Penyelesaian problem set, penguasaan bentuk kesamaan, kreativitas & kedisiplinan presentasi Kejelasan analisa type aliran, keaktifan

Bobot Nilai

20

7 s/d 9

Hukum dasar mekanika fluida

Kuliah + tugas kelompok + presentasi

25

10 s/d 12

Analisa dimensi dan kesamaan

Kuliah + tugas individu + presentasi

20

13 s/d 16

Aliran kental dalam Pipa

Diskusi + tugas kelompok +

20

DAFTAR PUSTAKA 1. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-Hill, New York 2. Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New York 3. Munson Bruce, 2002, Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition, John Willey and Sons, Inc 4. Fox,W Robert, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition, John Willey and Sons, Inc

BAB II KONSEP DAN BESARAN FLUIDA


A. PENDAHULUAN Materi pembelajaran pada bab ini menguraikan tentang konsep fluida dan besaran fluida . Materi ini menjelaskan fluida bergerak atau diam dan akibat yang ditimbulkan fluida tersebut pada lingkungannya. Pada Konsep fluida, tegangan geser yang terjadi membedakan antara fluida dan zat padat. Sifat-sifat fluida seperti; Kerapatan, kekentalan dinamik dan kinematik, tegangan muka, tekanan uap dan dimensi dan satuan merupakan besaran fluida. Penguasaan materi Mekanika fluida akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan masalah pada matakuliah lanjutan, sehingga dituntut kemampuan menyelesaikan masalahmasalah Mekanika fluida . Untuk mencapai kemampuan mahasiswa yang efektif/efisien akan dirancang proses pembelajaran yang inovatif bernuansa learning. Sasaran pembelajaran pada bab ini , mahasiswa mampu berfikir kritis dalam menjelaskan sifat fluida dan membedakan aliran fluida . Bentuk pembelajaran dalam bentuk kuliah fluida agar sasaran pembelajaran secara dibarengi dengan diskusi, di mana sebagai pendahuluan mahasiswa perlu dijelaskan materi pembelajaran tentang Konsep dan besaran keseluruhan tercapai setelah mempelajari matakuliah ini.

B. MATERI PEMBELAJARAN
Mekanika Fluida merupakan telaah tentang fluida yang bergerak atau diam dan akibat yang ditimbulkan oleh fluida tersebut pada batasnya. Pelajaran tentang aliran berintikan penarikan kompromi yang jitu antara teori dan eksperimen. Karena aliran merupakan cabang ilmu mekanika, yang memenuhi seperangkat asas kekekalan yang telah dikenal dengan baik sehingga penelaahan teoritisnyapun telah banyak dilakukan. Namun teorinya sering mengecewakan, sebab teori terutama hanya berlaku untuk situasi-situasi ideal tertentu yang berbeda dengan kenyataan (praktis). Dua hal yang menjadi penghalang utama bagi penggunaan teori yang berlaku dalam praktek ialah Geometri dan Kekentalan. Teori gerak

fluida umum terlalu sulit untuk dipakai dalam pemecahan masalah dengan konfigurasi geometris sembarang, sehingga pembahasan hanya pada lempeng datar, pipa lurus dan bentuk geometris lainnya yang mudah. Kekentalan hanya dapat diabaikan dalam aliran-aliran ideal tertentu, yang mana kekentalan meningkatkan kerumitan persamaan-persamaan dasar dan mengawantapkan semua , pada kecepatan rendah menimbulkan gejala acak yang tak teratur yang disebut golakan. I. KONSEP FLUIDA Semua bahan terdiri atas dua keadaan yaitu fluida dan zat padat. Secara teknis perbedaannya terletak pada reaksi kedua zat tersebut terhadap tegangan geser yang dialaminya. Zat padat dapat menahan tegangan geser dengan deformasi statik sedangkan zat cair tidak. Setiap tegangan geser yang dikenakan pada fluida betapapun kecilnya, akan menyebabkan fluida itu bergerak. Fluida tersebut bergerak dan berubah bentuk terus menerus selama tegangan itu bekerja. Sehingga dikatakan bahwa fluida yang diam harus berada dalam tegangan geser nol. Dalam analisis struktur keadaan ini disebut kondisi tegangan hidrostatik. Pada kondisi ini lingkaran mohr untuk tegangan menjadi t itik dan tak ada tegangan geser pada sebarang bidang irisan dari bagian yang mengalami tegangan itu. Ada dua macam macam fluida yaitu zat cair dan gas, perbedaan antara keduanya bersifat teknis dengan adanya gaya kohesif. Karena terdiri atas molekul-molekul tetap dimensi rapat dengan gaya kohesif yang relatif kuat, zat cair cenderung mempertahankan volumenya dan akan membentuk permukaan bebas dalam medan gravitasi jika tidak tertutup dari atas. Aliran muka bebas sangat dipengaruhi efek gravitasi, karena jarak antara molekul-molekulnya besar dan gaya kohesifnya terabaikan, gas akan memuai dengan bebas sampai tertahan oleh dinding yang mengungkungnya. Volume gas tidak tertentu, dan tanpa wadah yang mengungkungnya, gas tersebut akan membentuk atmosfir yang pada hakekatnya bersifat hidrostatik. Gas tidak dapat membentuk permukaan bebas, karena itu aliran gas jarang dikaitkan dengan efek gravitasi selain apungan. Gambar 2.1 menunjukkan sebuah balok pejal yang terletak diatas bidang datar yang tegar. Balok tertekan oleh beratnya sendiri. Peregangannya kearah defleksi statik, yang ditunjukkan dengan garis putus-putus, menahan geseran tanpa mengalir. Diagram benda

bebas untuk unsur A yang terletak disisi balok menunjukkan adanya geseran dalam balok itu di sepanjang bidang irisan yang memotongnya melalui A dengan sudut . Karena balok atas dan bawahnya mendapat tegangan tekan = -p. Lingkaran mohr tidak tereduksi menjadi titik, dan di dalam balok ada tegangan geser yang tidak nol. tidak dipegang, unsur A tidak mengalami tegangan pada sisi kiri dan kanannya, sedang sisi

Gambar 2.1 : Zat padat diam dapat menahan geseran. (a) Defleksi Statik zat padat; (b) Keseimbangan dan lingkaran Mohr untuk unsur zat padat A Sebaliknya zat cair dan gas dalam keadaan diam (gambar 2.2) memerlukan dinding penahan untuk menghilangkan tegangan geser. Dinding tersebut memberikan tegangan tekan -p dan mereduksi lingkaran Mohr menjadi sebuah titik dengan geseran nol dimana-mana, dengan kata lain terjadi kondisi hidrostatik. Zat cair mempertahankan volumenya dan membentuk permukaan bebas di dalam bejananya. Jika dinding bejana diambil, terjadi geseran dalam zat cair dan melampiaslah ia. Jika bejana dimiringkan, timbul geseran terjadilah gelombang dan permukaan bebas itu mencari tempat datar. Sementara gas memuai keluar dari bejananya, mengisi seluruh ruang yang ada. Unsur A dalam gas juga hidrostatik dan memberikan tegangan tekan -p pada dinding-dinding bejananya.

Gambar 2.2 : Zat cair diam

menahan geseran. (a) Defleksi Statik zat cair;

(b) Keseimbangan dan lingkaran Mohr untuk unsur zat cair

II. SIFAT-SIFAT FLUIDA


1. KERAPATAN () Kerapatan suatu zat adalah massa fluida dari volume satuan tersebut. Untuk cairan Kerapatannya dianggap tetap untuk perubahan-perubahan tekanan praktis. Kerapatan air adalah 1000 kg/m3 pada 40C. Lihat lampiran Kerapatan gas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan keadaan gas; (Hukum Boyle dan Hukum Charles) ............ (2-1) Dimana; p adalah tekanan mutlak dalam pascal, vs volume spesifik persatuan massa m3/kg, T suhu mutlak dalam derajat Kelvin (273 + 0C) dan R tetapan gas dalam J/kg K. Karena = 1/vs persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut: ......................................................................... (2-2)

10

Pada peristiwa-peristiwa khususnya yang berkenaan dengan cairan digunakan hasil kali g = berat spesifik yang diberi simbol w. Dimana g merupakan percepatan grafitasi yang besarnya 9,81 m/dtk2 Kerapatan dengan () lainnya. dan volume spesifik (vs) tertentu adalah invers dari satu

Kerapatan dan volume spesifik tergantung pada suhu dan suhu cairan meningkat, maka densitas menurun dan

tekanan fluida. Dimana bila

volume spesifik meningkat. Karena cairan dianggap tak termampatkan (incompressible), peningkatan tekanan akan mengakibatkan tidak ada perubahan pada kerapatan atau volume spesifik dari zat cair. Pada kenyataannya, zat cair dapat sedikit dikompresi pada tekanan tinggi, sehingga sedikit peningkatan kerapatan dan sedikit penurunan volume dari zat cair. 2. KEKENTALAN (VISCOSITY) Kekentalan fluida adalah sifat yang menentukan besar daya tahan terhadap gaya geser. Kekentalan terutama diakibatkan oleh saling pengaruh antara molekul-molekul fluida.

Gambar 2.3 : Dua lempeng sejajar terpisah pada jarak y Pada gambar 1.3, selidikilah dua lempeng sejajar, terpisah pada jarak y yang kecil, ruang antara lempengan diisi dengan suatu fluida. Andaikan lempengan bagian atas digerakkan oleh suatu gaya tetap F dan karenanya bergerak dengan kecepatan tetap U . Fluida yang bersentuhan dengan lempengan sebelah atas akan melekat kepadanya dan akan bergerak dengan kecepatan U, dan fluida yang bersentuhan dengan lempengan diam akan mempunyai kecepatan nol. Jika jarak y dan kecepatan U tidak terlalu besar, gradient kecepatan akan merupakan suatu garis lurus. Percobaan telah menunjukkan bahwa gaya 11

F berubah-ubah bersama dengan luas lempengan, dengan kecepatan U, dan berlawanan dengan jarak y. Akibat segitiga yang sebangun, U/y = dV/dy, kita mempunyai

Dimana = F/A = tegangan geser. Jika suatu tetapan kesebandingan disebut kekentalan dinamik, dimasukkan;

(mu) yang

Satuan adalah Pa dtk atau Psi sec. Fluida yang mengikuti hubungan persamaan (2-4) disebut Fluida Newton. Koefisien kekentalan yang lain, yakni Koefisien kekentalan kinematik didefenisikan sebagai;

Dalam buku pegangan (handbooks) dengan satuan poise dan stoke atau saybolt detik. Beberapa nilai kekentalan diberikan dalam table 2.1. Kekentalan cairan berkurang dengan bertambahnya suhu tetapi tak cukup banyak

dipengaruhi oleh perubahan tekanan. Karena rapat gas-gas berubah bersama perubahan tekanan (suhu tetap), kekentalan kinematik berubah-ubah bersama tekanan secara berlawanan.

12

Tabel 2.1 : Kekentalan dan kekentalan kinematik delapan fluida pada 1 atm dan 200

3. TEGANGAN MUKA Zat cair tidak dapat mengembang dengan bebas, akan membentuk permukaan batas atau antar muka dengan zat cair lainnya atau dengan gas. Molekul-molekul yang ada dibagian dalam suatu zat cair saling bertolakan karena kerapatannya. Molekul-molekul pada permukaan zat cair lebih rendah rapatnya dan tarik menarik dengan satu sama lain. Kita dapat memperhitungkan efek-efek permukaan dalam mekanika zat cair dengan konsep tegangan muka. Jika secarik permukaan yang panjangnya dL dibuat pada antar muka, gaya-gaya yang sama besarnya dan berlawanan arahnya, masing-masing sebesar dL, timbul pada arah tegak lurus pada potongan itu dan sejajar dengan permukaan tersebut. Koefisien tegangan muka. dimensi disebut adalah (F/L) dan satuannya dalam SI ialah Newton per meter (N/m) dalam system BG lbf/ft. Dua antar muka yang paling lazim ialah air udara dan raksa udara. Untuk permukaan yang bersih pada 200C = 680F, tegangan muka terukurnya adalah; = 0,0050 lbf/ft = 0,073 N/m udara air = 0,033 lbf/ft = 0,48 N/m udara raksa .. (2-6) Ini adalah hasil percobaan yang terkontrol, yang dapat berubah banyak kalau permukaan itu tercemar oleh deterjen atau ceceran minyak. Pada umumnya menurunnya suhu, dan nilainya nol pada titik genting. mengecil dengan

13

Jika antar muka melengkung, keseimbangan mekanika menunjukkkan bahwa ada perbedaan tekanan pada permukaan itu, dan tekanannya lebih tinggi pada bagian yang cekung. Ini dilukiskan pada gambar 2.4, pada gambar 2.4a meningkatnya tekanan pada bagian dalam suatu silinder zat cair diimbangi dengan dua gaya tegangan muka.

Dalam perhitungan ini tidak memperhitungan berat zat cair tersebut. Pada gambar 2.4b, bertambahnya tekanan dibagian dalam suatu cincin gaya tegangan muka

Kita dapat memakai hasil ini untuk meramalkan kenaikan tekanan di dalam suatu gelembung sabun yang mempunyai dua antar muka dengan udara, satu disebelah dalam dan satunya lagi disebelah luar, dengan radius R yang hampir sama.

Gambar

2.4c menunjukkan keadaan umum, berupa suatu antar muka yang

kelengkungannya sembarang, dengan jari kelengkungan R1 dan R2. Kesetimbangan gaya arah tegak lurus permukaan itu akan menunjukkan bahwa kenaikan tekanan pada bagian cekung adalah;

14

Gambar 2.4 : muka;

Perubahan tekanan melintasi antar muka lengkung karena tegangan

(a) bagian dalam suatu zat cair, (b) bagian dalam suatu permukaan bulat, (c) antar muka lengkung yang umum Efek permukaan penting yang kedua ialah sudut kontak yang terjadi bila suatu antar muka zat cair berpotongan dengan permukaan yang padat, seperti pada gambar 2.5. Keseimbangan gaya dalam hal ini menyangkut dan . Jika sudut kontak kurang dari 900, kita katakan zat cair membasahi permukaan zat padat, kalau > 900, kita katakan bahwa zat cair tak membasahi. Misalnya air membasahi sabun tapi tidak membasahi lilin. Air sangat membasahi permukaan kaca yang bersih, dengan 00

Gambar 2.5 : Pengarus sudut kontak pada antar muka zat cair-igas-izat padat. Jika < 900, zat cair membasahi zat padat; jika > 900, zat cair tak membasahi 15

4. TEKANAN UAP (VAPOR PRESSURE) Tekanan uap ialah tekanan pada waktu suatu zat cair mendidih dan dalam keseimbangan dengan uapnya sendiri. Misalnya, tekanan uap air pada 68 0F adalah 49 lbf/ft2, sedangkan tekanan uap raksa hanya 0,0035 lbf/ft2. Jika tekanan zat cair lebih besar dari tekanan uap, pertukaran antara zat cair dan uap hanya terjadi dalam penguapan pada antar mukanya. Tetapi jika tekanan zat cair itu menjadi lebih rendah daripada tekanan uapnya, gelembung-gelembung uap mulai muncul di dalam zat cair tersebut. Jika air dipanaskan sampai 212 0F, tekanan uapnya naik sampai 2116 lbf/ft2 sehingga pada tekanan atmosfir normal air itu akan mendidih. Jika tekanan zat cair turun dibawah tekanan uapnya, karena suatu gejala aliran, prosses tersebut dinamakan peronggaan atau kavitasi. Jika air dipercepat dari keadaan diam sampai kecepatannya 50 ft/s, tekanannya turun sebesar 15 lbf/in2 peronggaan. Parameter tak berdimensi yang memberikan pendidihan yang disebabkan oleh aliran adalah bilangan peronggaan atau 1 atm. Ini dapat menyebabkan

Dimana; pa = tekanan sekitar Pv = tekanan uap V = kecepatan aliran karakteristik Suatu aliran mempunyai nilai kritis Ca yang tergantung pada geometrinya, dibawah nilai parameter kritis aliran tersebut akan mulai mengalami peronggaan. Nilai tegangan muka dan tekanan uap air diberikan pada tabel berikut ini;

16

Tabel 2.2 : Tegangan Muka Udara dan Tekanan Uap air Murni

PERBEDAAN TEKANAN Perbedaan tekanan antara dua titik manapun pada ketinggian yang berbeda dalam suatu cairan diberikan oleh;

Dimana, g = satuan berat cairan (N/m3) dan h2- h1 = Perbedaan ketinggian (m) Jika titik 1 berada dipermukaan bebas cairan dan h positif kearah bawah, persamaan di atas menjadi;

Variasi tekanan dalam suatu fluida kompressibel biasanya sangat kecil akibat berat satuan dan perbedaan ketinggian yang kecil yang dipertimbangkan dalam perhitunganperhitungan hidraulik. Bilamana perbedaan seperti itu harus diperhitungkan untuk perubahan dh yang kecil, hukum variasi tekanan dapat dituliskan 17

Tanda negatif menunjukkan bahwa tekanan berkurang bersama dengan bertambahnya ketinggian, dengan h positif ke atas. 5. BERAT JENIS gravitasi standar (g = 32,174 ft/s2 = 9,80 kN/s2), air pada temperature 60 0F memiliki berat jenis 62,4 lb/ft3 dan 9,80 kN/m3. Lihat lampiran Berat jenis dari sebuah fluida merupakan berat fluida per satuan volume. Berat jenis berhubungan dengan kerapatan melalui persamaan; = g ................................................. (2-15) Seperti halnya kerapatan yang digunakan untuk mengkarakteristikkan massa sebuah system fluida, berat jenis digunakan mengkarakteristikkan berat dari system tersebut. Dalam system BG, mempunyai satuan kondisi 6. GRAVITASI JENIS Gravitasi jenis sebuah fluida, dilambangkan sebagai SG, didefenisikan sebagai perbandingan kerapatan fluida tersebut dengan kerapatan air pada sebuah temperature tertentu. Biasanya temperature tersebut adalah 4 0C (39,2 0F) dan pada temperature ini kerapatan air adalah 1,94 slugs/ft3 atau 1000 kg/m3. Dalam bentuk persamaan, gravitasi jenis dinyatakan sebagai lb/ft3 dan satuan SI adalah N/m3. Dibawah

Dan karena gravitasi jenis adalah perbandinagan kerapatan, nilai SG tidak tergantung pada system satuan yang digunakan. Jelas bahwa kerapatan, berat jenis dan gravitasi jenis semuanya saling berhubungan, dan jika diketahui salah satu dari ketiganya, yang lain dapat dihitung.

18

III.

DIMENSI DAN SATUAN Dimensi ialah ukuran untuk menyatakan variabel fisika secara kuantitatif. Satuan ialah

suatu cara khusus untuk mengaitkan sebuah bilangan dengan dimensi kuantitatif. Jadi panjang adalah dimensi yang dikaitkan dengan variabel-variabel senantiasa berbeda-beda dari satu negara ke negara lain, yang umum digunakan Sistem Satuan Internasional (SI) atau Grafitasi Inggris (BG). Dalam mekanika fluida ada empat dimensi pokok, semua dimensi lainnya dapat diturunkan dari keempat dimensi pokok ini. Dimensi-dimensi pokok ialah massa, panjang, waktu dan suhu. Dimensi ini dan satuannya dalam kedua system tersebut diatas, disajikan dalam table berikut;

Tabel 2.3 : Dimensi-dimensi Pokok dalam Sistem SI dan BG

percepatan mempunyai dimensi (LT-2). Yang paling penting dari Dimensi turunan ialah kedua.

Semua variabel lain dalam mekanika fluida dapat dinyatakan dalam, M, L, T, ; misalnya

dimensi gaya, yang terkait langsung dengan massa, panjang dan waktu oleh hukum Newton

19

Tabel 2.4 : Dimensi Turunan dalam Mekanika Fluida

IV. DASAR-DASAR ANALISIS ALIRAN Ada tiga cara dasar untuk menyelesaikan soal aliran fluida. Ketiga cara itu sama pentingnya bagi mahasiswa yang sedang mempelajari hal tersebut yaitu : 1. Metode volume kendali atau analisis integral 2. Metode system ananta-kecil atau analisis differensial 3. Metode telaah eksperimental atau analisis dimensional Bagaimanapun aliran tersebut harus memenuhi ketiga hukum dasar dalam mekanika ditambah hubungan keadaan termodinamika serta syarat-syarat batas yang bersangkutan : 1. Kekekalan Massa 2. Kekekalan Momentum (linier), Hukum Newton kedua 3. Kekekalan energy (hukum pertama termodinamika) 4. Suatu hubungan keadaan seperti = (p,T) 5. Syarat-syarat batas yang sesuai pada permukaan zat padat, antar muka, lubang masuk dan lubang keluar. 20

POLA-POLA ALIRAN Ada empat type dasar pola garis aliran yang dipakai untuk menggambarkan aliran : 1. 2. 3. 4. Garis alir (Stream lines) ; garis yang dimana-mana menyinggung vector kecepatan pada suatu saat tertentu. Garis lintas (Path lines) ; lintasan yang sesungguhnya yang ditempuh partikel fluida tertentu Garis alur (Streak lines) ; lokus atau tempat kedudukan sebelumnya melalui suatu titik yang ditetapkan Garis waktu (Time lines) ; himpunan partikel fluida yang pada suatu saat tertentu membentuk garis partikel-partikel yang

Gambar 2.6 :

Garis pola aliran fluida; (a) gris-garis alir dimana-mana menyinggung vector kecepatan local, (b) sebuah tabung alir dibentuk oleh sekumpulan garis alir yang tertutup secara matematika namun ketiga garis lainnya mudah

Garis alir mudah ditentukan

ditimbulkan pada saat eksperimen. Garis alir dan garis waktu adalah garis sesaais lintast sedang gar dan garis alur terjadi dengan perjalanan waktu. Pada aliran tunak (steady flow), garis alir, garis lintas dan garis alur adalah identik seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas

21

Meskipun aliran dapat diklasifikasikan, namun tidak ada kesepakatan tentang bagaimana cara melakukan pemilahan tersebut. Kebanyakan klasifikasi bersangkutan dengan asumsi-asumsi yang mendasari analisis aliran yang direncanakan. Asumsi-asumsi itu berpasangan, dan pada umumnya kita mengandalkan bahwa suatu aliran:

22

CONTOH SOAL:
2.1. Berat jenis air pada tekanan dan temperatur normal adalah 62.4 lb/ft3 (9.81 kN/m3). Berat

jenis air raksa adalah 13.55. Hitung kerapatan dari air dan berat jenis serta kerapatan pada air raksa. Penyelesaian: Diketahui kerapatan dan berat jenis dari fluida sebagai berikut:

Dan berat jenis dari cairan adalah perbandingan dari kerapatan air murni pada suhu normal, dapat dihitung dengan :

2.2. Jarak antara dua pelat yang sejajar 1.5 cm bagian tersebut dipisahkan dengan minyak dengan kekentalan 0.05 kg/ms. Ukuran pelat yang berbentuk persegi panjang tersebut 30 x 60 cm ditarik melalui minyak 0.5 cm dari satu pelat dan 1.00 cm dari pelat
yang lain. Berapa gaya yang dibutuhkan untuk menarik pelat tersebut di 0.40 m/s?

23

Penyelesaian: total gaya yang mengatasi pergeseran kekentalan pada kedua permukaan pelat atas dan pelat bawah digambarkan sebagai berikut. Dengan demikian, Ftotal = Fatas + Fbawah = (tekanan tegangan geser atas)(Luasan)+(tekanan tegangan geser)(Luasan) = (0.050)(0.40/0.005)(0.180)+(0.050)(0.40/0.010)(0.180) = 0.72 + 0.36 = 1.08 N 2.3. Tentukan secara teoritis tinggi maksimum dari air 1500F yang dapat dinaikkan dengan sebuah ruang hampa udara pada kedalaman laut Penyelesaian : Ketinggian dari kolom zat cair yang menghasilkan tekanan di jangka waktu tinggi tekanan

berat jenis pada air 1500F adalah 61.2 lbs/ft3. Di bawah ruang hampa udara sempurna air

akan naik setinggi.

tinggi tekanan pada air 1500F adalah

oleh karena itu tinggi maksimum pada air akan naik sebesar; hmax = 34.59 8.56 = 26.04 ft 2.4. Temukan rumus untuk koefisien kompresi pada temperatur tetap dari gas ideal Penyelesaian : koefisien kompresi , didefinisikan dengan

Untuk gas ideal 24

2.5.Pada diameter berapakah tetesan air 200C dapat memiliki tekanan dalam 1.0 kPa yang lebih besar dari tekanan luarnya? Penyelesaian :

Hubungan dasar : Dimana

Oleh karena itu

C. PENUTUP
Diakhir pemberian materi pada bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan sifat dan aliran fluida pada zat cair khususnya yang digunakan di kapal, dan diberikan penilaian berdasarkan kejelasan uraian dengan kriteria penilaian adalah keterlibatan dan keaktifan dalam diskusi.

25

TUGAS LATIHAN
Kerjakanlah tugas dibawah ini, diskusikanlah sifat dan aliran fluida pada tugas yang telah

diselesaikan . 2.1. Berikut ini soal benar salah: (a) Fluida tidak dapat menahan tegangan geser (b) Aliran fluida dapat dianalisis tanpa teori molekul dan air adalah suatu fluida 2.2. Yang mana diantara hukum-hukum fisika berikut ini yang sesuai untuk menganalisis gerak fluida: (a) Hukum Boyle (b) hukum Charles (c) hukum Newton kedua (d) hukum Ohm (e) hukum pertama Termodinamika (f) hukum Hooke (g) hukum kedua Termodinamika, (h) hukum gas sempurna, (i) hukum Gibbs-Dalton ? 2.3. Berat jenis atau gravitasi spesifik BJ suatu gas adalah nisbah tak berdimensi antara rapatnya dan rapat udara pada keadaan standar 200C dan 1 atm. Berapah berat jenis hydrogen pada 1000C dan 150.000 Pa ? 2.4. ekentalan minyak pelumas SAE 30 pada 20 0C kira-ikira 0,0092 slug/(ft.s). Berapakah kekentalannya dalam kilogram per meter sekon? Kalau berat jenisnya 57 lbf/ft3, berapakah kekentalan kinematiknya dalam meter persegi per sekon ? 2.5. Daya kuda adalah suatu daya yang sama dengan 550 ft.lbf/s. Berapa kilowattjam tenaga yang dipakai oleh motor 25 Hp yang bekerja selama 12 jam ? 2.6. Andaikan bahwa suatu zarah bergerak melingkari titik asal dengan jari-jari 2 m dan kecepatan vr = 0, v = 3 m/s. Berapa percepatan radial dan percepatan singgungnya pada saat zarah tersebut melalui titik (x,y) = 0,2 m ? tekanannya diturunkan sampai nol ? 2.8. Minyak SAE 10 pada suhu 20 0C mengalami geseran di antara dua lempeng sejajar yang jaraknya 0,01 inci. Lempeng yang dibawah tetap letaknya, sedang lempeng yang diatas bergerak dengan kecepatan 15 ft/s. Hitunglah tegangan geser dalam minyak itu ? 2.9. Sebatang poros yang garis tengahnya 8 cm didorong melalui selongsong yang garis tengahnya 8,02 cm dan panjangnya 30 cm. Sela antaraporos dan selongsongnya itu, yang diandaikan seragam, diisi dengan minyak dengan = 0,005 m2/s dan BJ= 0,9. 26 2.7. Perkirakanlah seberapa banyak berkurangnya rapat air dari nilainya pada 1 atm, kalau (c) Zat padat dan fluida sama-sama memenuhi hukum-hukum fisika (d) Aspal adalah suatu zat padat (e) Campuran kukus

Kalau poros itu bergerak pada arah aksial dengan kecepatan gaya hambatan yang diberikan oleh minyak itu pada poros tersebut ?

0,5 m/s, perkirakanlah

2.10. Suatu gelembung sabun yang garis tengahnya 1 inci mempunyai tekanan 0,004 lbf/in2 lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Hitunglah tegangan muka antarmuka sabun- udara dalam pound gaya per ft ? 2.11. Suatu medan kecepatan tunak dwi-dimensi mempunyai persamaan u = x(1+2t), v = y Carilah persamaan garis alir yang merupakan fungsi waktu, yang semuanya melalui titik (x0, y0) pada suatu saat t . Gambarlah beberapa garis alir itu?

DAFTAR PUSTAKA
1. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-iHill, New York 2. U S Departmen of Energy, 1992, Doe Fundamental handbook, Thermodinamics, Heat transfer and Fluid Flow, Volume 3, Washington DC 3. Ranald V Giles, 1984, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Erlangga, Jakarta 4. Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New York

27

BAB III DISTRIBUSI TEKANAN DALAM ALIRAN FLUIDA


A. PENDAHULUAN
Materi pembelajaran pada bab ini menguraikan tentang Distribusi tekanan dalam fluida Materi ini menjelaskan tekanan dan gradien tekanan, distribusi tekanan hidrostatik, gaya hidrostatik pada bidang datar dan lengkung serta pada fluida berlapis, penerapan dalam manometri, apungan dan keseimbangan pada fluida bergerak atau diam dan akibat yang ditimbulkan fluida tersebut pada lingkungannya. Penguasaan materi ini akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan masalah pada matakuliah lanjutan seperti Disain kapal I, Tahanan dan Propulsi kapal masalah Mekanika fluida . Untuk mencapai kemampuan mahasiswa yang efektif/efisien akan dirancang proses pembelajaran yang inovatif bernuansa learning. Sasaran pembelajaran pada bab ini , mahasiswa mampu mengaktualisasikan dengan
contoh dan mengukur tekanan. Bentuk pembelajaran dalam bentuk kuliah dibarengi dengan diskusi, serta diberi tugas mandiri di mana sebagai pendahuluan mahasiswa perlu dijelaskan

sehingga dituntut kemampuan menyelesaikan masalah-

materi pembelajaran tentang distribusi tekanan dalam fluida agar sasaran pembelajaran secara keseluruhan tercapai setelah mempelajari matakuliah ini. B. MATERI PEMBELAJARAN Pada gambar 2.1 dan 2.2 nampak bahwa suatu fluida dalam keadaan diam tidak mampu
menahan tegangan geser sehingga lingkaran mohr tereduksi menjadi titik. Dengan kata lain

tegangan normal pada setiap bidang yang melalui unsur fluida yang diam mempunyai nilai unik, yang disebut tekanan fluida p. Tekanan p berdasarkan perjanjian nilainya positif jika
tegangan normal tersebut menekan. Ini merupakan konsep yang penting, sehingga kita akan

meninjaunya lagi dengan pendekatan yang lain. 28

Gambar 3.1 : Keseimbangan sebuah baji kecil yang diam Gambar diatas memperlihatkan sebuah baji fluida yang sisinya kecil dalam keadaan
diam, yang berukuran x, z dan s, dan tebalnya b ke dalam kertas. Menurut defenisi tidak ada geseran, tetapi kita mempostulatkan bahwa tekanan px,, pz dan pn pada setiap sisi baji

dapat berbeda. Berat unsur juga penting. Karena tidak ada percepatan maka penjumlahan gaya pada arah x dan z harus menghasilkan nol.

Tetapi geometri baji itu sedemikian rupa sehingga;

Persamaan ini melukiskan dua azas penting yang berlaku pada kondisi hidrostatik atau tanpa

geseran : 1. Tidak ada perubahan tekanan pada arah mendatar 29

2. Ada perubahan tekanan pada arah vertikal yang sebanding dengan rapat, percepatan gravitasi dan perubahan kedalaman. Jika unsur fluida berbentuk baji menyusut menjadi suatu titik z 0 dengan tetap menjaga sudut maka persamaan (2-3) menjadi; Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa tekanan disebuah titik pada fluida yang diam
atau bergerak tidak tergantung pada arahnya sepanjang tidak terdapat tegangan-tegangan

geser. Hasil yang penting ini dikenal sebagai hukum Pascal. I. DISTRIBUSI TEKANAN HIDROSTATIK Untuk fluida dalam keadaan diam a = 0 dan 2V = 0 sehingga persamaan;

atau dalam bentuk komponen ;

Persamaan-persamaan ini menunjukkan bahwa tekanan tidak tergantung pada x dan y. Jadi selagi kita bergerak dari titik ke titik pada bidang datar (setiap bidang yang sejajar dengan bidang x dan y) tekanan tidak berubah. Karena p tergantung hanya pada z sehingga dapat ditulis sebagai persamaan differansial biasa.

Persamaan (3-6) adalah persamaan dasar untuk fluida diam dan dapat digunakan untuk menentukan bagaimana tekanan berubah menurut ketinggian. Persamaan ini merupakan syarat hidrostatik, yang menunjukkan bahwa gradien tekanan pada arah tegak adalah negatif, artinya tekanan berkurang selagi kita bergerak keatas dalam sebuah fluida diam. Persamaan tersebut berlaku untuk fluida-fluida berat jenis konstan seperti, zat cair maupun fluida-fluida yang berat jenisnya dapat berubah karena ketinggian, seperti udara maupun gas-gas lainnya. 30

Untuk zat cair atau gas yang diam, gradien tekanan dalam arah tegak pada setiap titik dalam fluida tergantung hanya pada berat jenis dari fluida pada titik tersebut. 1. FLUIDA TAK MAMPU- MAMPAT (INCOMPRESSIBLE FLUID) Karena berat jenis sama dengan perkalian dari kerapatan fluida dan percepatan atau g. g dapat diabaikan, jadi pertimbangan gravitasi ( = g), maka perubahan pada disebabkan oleh perubahan Untuk kebanyakan aplikasi teknik, variasi

utama kita adalah terhadap variasi kerapatan fluida yang mungkin terjadi. Untuk zat cair variasi kerapatan biasanya diabaikan, bahkan untuk perbedaan jarak vertikal yang besar, sehingga asumsi berat jenis konstan ketika menangani zat cair adalah asumsi yang baik. Untuk itu persamaan (2-6) dapat secara langsung diintegralkan.

Dimana p1 dan p2

adalah tekanan pada ketinggian

Z1 dan

Z2

seperti yang

diilustrasikan pada gambar 3.2.

P2 z h = z2 z1 Z2

Gambar 3.2 : Notasi untuk variasi tekanan dalam fluida diam dengan permukaan bebas 31

Persamaan (3-7) dapat ditulis dalam bentuk yang lebih ringkas;

Dimana h adalah jarak Z1 dan Z2 , yang merupakan kedalaman fluida yang diukur kebawah dari lokasi p2. Jenis distribusi tekanan ini disebut distribusi hidrostatik. Persamaan (3-8) menunjukkan bahwa dalam fluida tak mampu mampat (incompressible) yang diam, tekanan berubah secara linier terhadap kedalaman. Tekanan pasti meningkat untuk menyangga fluida diatasnya. Dapat diamati pula dari persamaan (3-8) bahwa perbedaan tekanan antara dua titik dapat ditentukan dengan jarak h karena;

Dalam hal ini h disebut head tekanan yang diinterprestasikan sebagai ketinggian kolom fluida yang akan memberikan perbedaan tekanan yang ditentukan.

Gambar 3.3 : Distribusi tekanan hidrostatik dalam sebuah bejana dengan bentuk sembarang. Ketika seorang bekerja menggunakan zat cair sering terdapat permukaan bebas, seperti yang diilustrasikan pada gambar 3.2 dan akan memudahkan jika menggunakan permukaan ini sebagai bidang acuan. Tekanan acuan p0 akan bersesuaian dengan tekanan Yang bekerja pada permukaan bebas (yang seringkali berupa tekanan atmosfir). Jika 32

persamaan (3-8) kita jadikan p2 = p0 maka tekanan p pada suatu kedalaman h dibawah permukaan bebas diberikan oleh persamaan:

Seperti yang ditunjukkan oleh persamaan (3-8) dan (3-9),

tekanan dalam fluida diam

yang homogen, tak mampu mampat tergantung pada kedalaman fluida relatif terhadap suatu bidang acuan, dan tidak dipengaruhi oleh ukuran atau bentuk dari tangki dimana fluida ditampung. 2. FLUIDA MAMPU-MAMPAT (COMPRESSIBLE FLUID) Kita biasanya menganggap gas-gas seperti udara, oksigen dan nitrogen sebagai fluida mampu mampat (compressible fluid), karena kerapatan gas dapat berubah secara berarti dengan perubahan-perubahan tekanan dan temperatur. Karena berat jenis gas-gas sangat kecil, maka dari persamaan (3-6) didapatkan bahwa gradien tekanan pada arah vertikal juga kecil, dan bahkan untuk jarak beberapa ratus ft, tekanan pada dasarnya tetap konstan untuk sebuah gas. Untuk situasi dimana variasi ketinggian cukup besar dalam orde ribuan ft, perlu diperhatikan variasi berat jenis. Seperti pada Bab II, persamaan keadaan dari suatu gas ideal (gas sempurna) adalah: Hubungan ini dapat dikombinasikan dengan persamaan (3-6) menjadi

Dan dengan memisahkan variabel diperoleh

Dimana

dan R diasumsikan konstan sepanjang perubahan ketinggian dari

z1

sampai z2. Meskipun percepatan gravitasi g memang berubah menurut ketinggian, perubahannya sangat kecil (lihat tabel C1 dan C2 pada lampiran). Sebelum menyelesaikan pengintegralan, kita harus menentukan dulu sifat variasi temperatur terhadap ketinggian. Misalnya jika kita asumsikan bahwa temperatur 33

memiliki nilai konstan T0 sepanjang kisaran z1 dan z2 persamaan (2-10) diperoleh

(kondisi isotermal) maka dari

Persamaan ini memberikan hubungan tekanan-ketinggian yang diinginkan oleh sebuah lapisan isotermal. Untuk kondisi yang tidak isotermal, prosudure yang serupa dapat diikuti jika hubungan temperatur-ketinggian diketahui. Jika berat jenis sebuah fluida berubah cukup besar ketika kita bergerak dari titik ke titik, maka tekanan tidak lagi berubah secara langsung terhadap kedalaman. II. PENERAPAN DALAM MANOMETRI Dari persamaan hidrostatik (3-7) perubahan ketinggian (z2 dengan perubahan tekanan (p2 p1)/g.

z1) suatu zat cair setara

Jadi teknik standar untuk mengukur manometer.

melibatkan penggunaan kolom cairan dalam tabung-tabung tegak atau miring. Peralatan pengukur tekanan yang menggunakan teknik ini disebut Barometer air raksa adalah sebuah contoh manometer, namun masih banyak konfigurasi lain yang mungkin, tergantung pada penerapan tertentu. Tiga jenis manometer yang umum adalah monometer tabung miring. 1. TABUNG PIEZOMETER Tabung yang paling sederhana dari manometer terdiri dari sebuah tabung tegak yang terbuka bagian atasnya dan dihubungkan dengan bejana dimana tekanan ingin diketahui, seperti diilustrasikan pada gambar kolom fluida dalam keadaan diam, 3.4. Karena manometer melibatkan dasar yang menggambarkan persamaan tabung piezometer, manometer tabung U, dan

penggunaannya adalah persamaan (3-9) yang memberikan tekanan pada suatu ketinggian dalam fluida yang homogen dalam suku-suku tekanan acuan p0 dan jarak vertikal h antara p dan p0. Perlu diingat bahwa di dalam fluida diam, tekanan akan meningkat jika kita bergerak kebawah dan akan berkurang jika kita bergerak ke atas 34

Gambar 3.4 : Tabung Piezometer pengukuran h1 melalui hubungan Perlu dicatat bahwa karena tabung terbuka pada bagian atas, tekanan po dapat

ditetapkan sama dengan nol. Karena titik (1) dan titik A di dalam bejana berada pada ketinggian yang sama, pA = p1. Alat ini hanya cocok digunakan sebaliknya akan ada hisapan kedalam sistem, dan tekanan yang akan diukur harus relatif kecil sehingga ketinggian kolom yang dibutuhkan cukup masuk akal. 2. MANOMETER TABUNG U Fluida yang berada dalam manometer disebut menentukan tekanan pA fluida pengukur. Untuk

yang dinyatakan dalam berbagai ketinggian kolom, kita

mulai pada sebuah ujung dari sistem dan terus menelusurinya sampai ke ujung yang lainnya sambil menggunakan persamaan (3-9). Jadi, untuk manometer tabung-iU yang ditunjukkan pada gambar 2.5, kita akan mulai dari titik A dan menelusurinya sampai keujung terbuka. Tekanan pada titik A dan (1) sama dan dengan kita bergerak dari titik (1) ke (2) tekanan akan meningkat sebasar 1h1. Tekanan pada

titik (2) sama dengan tekanan pada titik (3), karena tekanan pada ketinggian yang sama dalam suatu massa fluida diam yang kontinu pasti sama. Dengan diketahuinya tekanan pada titik (3), sekarang kita dapat berpindah ke ujung terbuka dimana tekanannya adalah nol. Dengan kita bergerak vertikal keatas, tekanan berkurang 35

sebesar sebagai

2h2. Dalam bentuk persamaan berbagai langkah ini dapat dinyatakan pA + 1h1 - 2h2 = 0

dan oleh karena itu tekanan pA dapat dinyatakan dalam ketinggian kolom-kolom sebagai pA = 2h2 - 1h1 ....................... (3-12)

Gambar 3.5 : Manometer tabung U sederhana Kelebihan utama Manometer tabung-U didasari kenyataan bahwa fluida pengukur dapat berbeda dari fluida dalam bejana dimana tekanan akan ditentukan. Kontribusi dari kolom gas di dalam manometer biasanya diabaikan karena berat gas sangat kecil. Manometer tabung U juga banyak dipakai untuk mengukur perbedaan tekanan antara dua bejana atau dua titik dalam sebuah sistem. Tinjaulah sebuah manometer yang dihubungkan antara bejana A dan B seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6. Perbedaan tekanan antara A dan B dapat ditentukan dengan kembali memulai pada satu ujung dari sistem dan menelusurinya sampai keujung yang lain. Sebagai contoh, di A tekanannya adalah pA, yang sama dengan p1 dan dengan kita bergerak ke titik (2) tekanan meningkat sebesar 1h1, tekanan pada p2 sama dengan p3, dan dengan kita bergerak keatas menuju titik (4) tekanan berkurang sebesar 2 h2 . Sama halnya, dengan kita terus bergerak ke atas dari titik (4) ke (5) tekanan berkurang sebesar 3h3. Akhirnya p5 = pB karena kedua titik berada pada ketinggian yang sama. Jadi; 36

dan perbedaan tekanan adalah

Gambar 3.6 : Manometer tabung U differensial 3. MANOMETER TABUNG MIRING Untuk mengukur perubahan tekanan yang kecil, sejenis manometer yang ditunjukkan pada gambar 3.7 sering digunakan. Satu ft manometer dimiringkan pada sudut , dan bacaan l2 diukur sepanjang tabung miring. Perbedaan tekanan pA - pB dapat dinyatakan sebagai; atau Manometer tabung miring sering digunakan untuk mengukur perbedaan perbedaan kecil pada tekanan gas, sehingga pipa-ipipa A dan B berisi gas dan

Gambar 3.7 : Manometer tabung miring 37

III. GAYA HIDROSTATIK PADA SEBUAH BIDANG Ketika sebuah permukaan tenggelam dalam sebuah fluida, gaya gaya akan bekerja pada permukaan fluida tersebut. Penentuan gaya gaya adalah hal yang sangat penting dalam perencanaan tangki tangki penyimpanan, kapal laut, bendungan dan struktur struktur hidrolik lainnya. Pada fluida diam telah kita ketahui bahwa gaya gaya yang tersebut pasti tegak lurus terhadap permukaan karena tidak adanya tegangan tegangan geser. Kita juga tahu bahwa tekanan akan berubah secara linier menurut kedalaman jika fluidanya tak mampu mampat. Pada sebuah permukaan datar, seperti dasar dari sebuah tangki yang terisi suatu cairan ( gambar 3.8 ), besarnya gaya resultan adalah FR = pA, dimana p adalah tekanan seragam pada permukaan dasar dan A adalah luas dasar tangki, untuk tangki terbuka seperti yang ditujukkan, p =

h.

Perlu diperhatikan bahwa bila

tekanan atmosfer bekerja pada kedua belah sisi permukaan dasar tangki, seperti yang diilustrasikan, maka gaya resultan pada dasar tersebut hanya disebabkan oleh cairan didalam tangki. Karena tekanan konstan dan terdistribusi seragam diseluruh permukaan dasar, maka gaya resultan tersebut bekerja melalui pusat massa ( centroid ) dari bidang permukaan tersebut seperti yang ditunjukkan Gambar 3.8. Untuk kasus yang lebih umum dimana permukaan datar yang tenggelam dalam keadaan miring, seperti yang dilustrasikan pada Gambar 3.9, penentuan gaya resultan yang beklerja pada pada permukaan lebih sedikit rumit. Untuk sementara ini kita akan mengasumsikan bahwa permukaan fluida terpapar ke atmosfer. Misalkan bahwa bidang datar yang memuat permukaan tersebut berpotongan dengan permukaan bebas pada 0 dan membuat sudut dengan permukaan ini seperti pada Gambar 3.9. Sistem koordinasi x-y didefinisikan sedemikian hingga O adalah titik asal dan y diarahkan sepanjang permukaan seperti yang ditunjukkan. Kita ingin menentukan arah, tempat dan besarnya gaya resultan yang bekerja pada satu sisi permukaan ini karena cairan yang bersentuhan dengan luasan permukaan tersebut. Pada suatu kedalaman h gaya yang bekerja pada luas dA ( luas differensial dari Gambar 3.9 ) adalah dF = hdA dan tegak lurus terhadap permukaan. Jadi besarnya gaya

38

resultan dapat ditentukan dengan mdenjumlahkan gaya gaya differensial ini, yang meliputi seluruh permukaan bidang. Dalam bentuk persamaan :

Gambar 3.8 : Tekanan dan gaya hidrostatik resultan yang timbul pada permukaan dasar sebuah tangki terbuka.

Gambar 3.9 :

Notasi untuk gaya hidrostatik pada permukaan bidang miring berbentuk sembarang. 39

Dimana h = y Untuk dan yang konstan

Integral yang terdapat pada persamaan 3.9 adalah momen pertama dari luas bidang terhadap sumbu x, jadi kita dapat menuliskan

Dimana yc adalah koordinasi y dari pusat massa yang diukur dari sumbu x yang melalui 0. Jadi, persamaan 2-9 dapat ditulis sebagai

Atau lebih sederhananya sebagai Dimana hc adalah jarak vertikal dari permukaan fluida ke pusat massa bidang. Perlu diperhatikan bahwa besarnya gaya tidak tergantung pada sudut dan tergantung hanya pada berat jenis fluida. Luas total bidang dan kedalaman dari pusat massa bidang dibawah permukaan fluida. Akibatnya, persamaan 3-18 mengindikasikan bahwa besarnya gaya resultan sama dengan tekanan pada pusat massa bidang dikalikan dengan luas total bidang. Karena seluruh gaya diferensial yang dijumlahkan untuk mendapatkan FR tegak lurus terhadap permukaan bidang, maka gaya resultan permukaan tersebut. Walaupun intuisi kita mungkin mengatakan bahwa gaya resultan seharusnya melewati pusat massa bidang, hal sesungguhnya tidak demikian. Koordinat y,yR dari gaya resultan dapat ditentukan dengan penjumlahan momen terhadap sumbu x. Artinya, momen dari gaya resultan harus sama dengan momen dari gaya tekan yang terdistribusi, atau FR pasti juga tegak lurus terhadap

40

integral dalam pembilang disebut momen kedua dari luas bidang ( momen inersia ), Ix terhadap sumbu x yang terbentuk oleh perpotongan bidang yang memuat permukaan dengan permukaan bebas ( sumbu x ). Jadi kita dapat menuliskan

sekarang kita dapat mengunakan teorema sumbu sejajar untuk menyatakan Ix sebagai

Diamana Ixc adalah momen kedua dari luas bidang terhadap sebuah sumbu yang melewati pusat massanya dan sejajar dengan sumbu x. jadi

persamaan 3.19 menunjukkan dengan jelas bahwa gaya resultan tidak melewati pusat massa namun selalu di bawahnya, karena Ixc/ycA>0. Koordinat x,xR dari gaya resultan dapat ditentukan melalui cara yang sama dengan menjumlahkan momen terhadap sumbu-iy. jadi

Dan oleh karena itu

dimana Ixy adalah produk inersia terhadap sumbu sumbu x dan y. kembali lagi dengan menggunakan teorema sumbu sejajar1 kita dapat menuliskan

Dimana

Ixyc

adalah produk inersia terhadap sebuah sistem koordinat ortogonal yang

melewati pusat massa dari bidang dan dibentuk dengan suatu translasi sistem koordinat x 41

y. Jika bidang yang tenggelam simetris terhadap sebuah sumbu yang melewati pusat massa dan sejajar terhadap salah satu sumbu x atau y, maka gaya resultan pasti terletak sepanjang garis x = xc, karena dalam hal ini Ixyc sama dengan nol. Titik yang dilewati oleh gaya resultan yang bekerja disebut sebagai pusat tekanan. Perlu diperhatikan dari persamaan 319 dan 3-20 yaitu jika yc meningkat maka pusat tekanan akan berpindah mendekati pusat massa karena yc = hc / sin , jarak yc akan meningkat jika kedalaman tenggelam hc,
meningkat atau untuk suatu kedalaman, bidangnya diputar sedemikian hingga sudut

berkurang. Koordinat koordinat pusat massa dan momen inersia dari beberapa bidang yang umum ditunjukkan pada Gambar3.10.

Gambar 3.10 :Sifat-sifat geometric dari beberapa bentuk yang umum. 42

IV. TEKANAN HIDROSTATIK PADA PERMUKAAN LENGKUNG Persamaan persamaan yang dikembangkan di subbab III untuk besar dan letak gaya resultan yang bekerja pada permukaan terendam hanya berlaku untuk permukaan bidang datar. Namun banyak permukaan yang dikaji ( seperti yang berkaitan dengan dam, pipa, dan tangki ) bukanlah bidang datar. Sebagai pendekatan alternatif, kita akan mempertimbangkan kesetimbangan volume fluida yang diselubungi oleh permukaan lengkung yang ditinjau dan proyeksi horizontal dan vertikal dari permukaan ini. Sebagai contoh, perhatikan bagian lengkung BC dari tangki terbuka yang ditunjukkan gambar 3.11a. kita ingin mengetahui gaya fluida resultan pada bagian ini, yang mempunyai panjang satuan tegak lurus terhadap bidang kertas. Pertama kita mengisolasi suatu volume fluida yang dibatasi oleh permukaan yang ditinjau dalam hal ini bagian BC, permukaan bidang datar horizontal AB, dan permukaan bidang datar vertikal AC . Diagram benda bebas dari volume ini seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.11b. Besar dan letak dari gaya F1 dan F2 dapat dientukan dari hubungan hubungan pada permukaan datar. Berat, W. dengan mudah ditentukan dari berat jenis fluida dikalikan dengan volume yang dibatasi tersebut dan bekerja melewati pusat grafitasi ( CG ) dari massa fluida yang terdapat dalam volume itu. Gaya gaya Fh dan Fv mewakili komponen komponen gaya yang diberikan oleh tangki kepada fluida. Supaya sistem gaya ini berada dalam keadaan setimbang, komponen horisontal Fh harus sama besar dan segaris dengan F2 , dan komponen vertikal, Fv sama besarnya dan segaris dengan resultan gaya gaya vertikal F1 dan W . Hal tersebut disebabkan karena tiga buah gaya yang bekerja pada massa fluida (F2, resultan dari F1 dan W , dan gaya resultan yang diberikan tangki kepada massa) harus membentuk sebuah sistem gaya yang bersamaan ( concurrent ). Artinya, dari prinsip prinsip statika, dimengerti bahwa jika sebuah benda berada dalam keadaan keseimbangan oleh tiga gaya yang tidak sejajar, maka garis garis kerja gaya tersebut harus berpotongan pada sebuah titik yang sama ( concurrent ) dan sebidang. Jadi : Gaya resultan FR melewati titik 0 yang dapat ditentukan letaknya dengan menjumlahkan momen terhadap sebuah sumbu yang tepat. Gaya resultan dari fluida yang bekerja pada 43

permukaan lengkung

BC

sama dengan dan berlawanan arah dengan gaya yang

diperbolehkan dari diagram benda bebas pada Gambar 3.11 b. Gaya fluida yang dicari ditunjukkan pada Gambar 3.11 c.

Gambar 3.11 : Gaya hidrostatik pada sebuah permukaan lengkung V. MENGAPUNG DAN KESTABILAN 1. PRINSIP ARCHIMEDES Jika sebuah benda diam terendam seluruhnya di dalam sebuah fluida atau mengapung sedemikian sehingga hanya sebagian saja yang terendam, gaya fluida resultan yang bekerja pada sebuah benda tersebut dinamakan Gaya Apung (buoyancy force). Sebuah gaya neon ke arah atas terjadi karena tekanan meningkat dengan kedalaman dan gaya-gaya tekan yang bekerja dari bawah lebih besar daripada gaya-gaya yang bekerja dari atas. Gaya ini dapat ditentukan dengan pendekatan yang sama seperti yang digunakan pada bagian sebelumnya mengenai gaya-gaya pada permukaan lengkung. Tinjaulah sebuah benda berbentuk sembarang yang memiliki volume, , yang terendam dalam sebuah fluida seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.12a. Kita menyelubungi benda tersebut dalam sebuah kotak tersebut dengan benda telah dipisahkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.12b. Perhatikan bahwa gaya F1, F2, F3, dan F4 adalah gaya-igaya yang bekerja pada permukaanpermukaan bidang dari kotak (untuk kemudahan, gaya-gaya pada arah -x tidak diperlihatkan), W adalah beart dari volume fluida yang diarsir (kotak dikurangi benda) dan 44

FB

adalah gaya yang diberikan oleh benda pada fluida. Gaya- gaya pada permukaan dan F4 sama besar dan saling menghilangkan jadi persamaan

vertikal, seperti F3

kesetimbangan yang ditinjau adalah dalam arah -z dan dapat dinyatakan sebagai :

Jika berat jenis dari fluida konstan maka :

Dimana A adalah luas bidang horizontal dari permukaan atas(atau bawah) kotak dan persamaan 2.21 dapat ditulis sebagai

Dengan menyederhanakan persamaan diatas, kita mendapatkan persamaan untuk gaya apung :

Dimana

adalah berat jenis dari fluida dan  adalah volume benda. Arah dari gaya apung

yang merupakan gaya dari fluida terhadap benda berlawanan arah dengan gaya yang ditunjukkan dalam diagram benda bebas. Oleh karena itu, gaya apung mempunyai besar yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut dan mengarah vertical ke atas. Hasil ini sering disebut sebagai prinsip Archimedes untuk menghormati Archimedes (287-212 SM) seorang ahli mekanik.

45

Gambar 3.12 : Gaya apung pada benda-benda yang terendam dan mengapung. dan matematika Yunani yang pertama kali mengemukakan gagasan-gagasan dasar yang berkaitan dengan hidrostatika. Letak garis kerja dari gaya apung dapat ditentukan dengan menjumlahkan momen gayagaya yang ditunjukkan pada diagram benda bebas pada gambar 3.12b terhadap suatu sumbu yang memudahkan. Misalnya dengan menjumlahkan momen terhadap sebuah sumbu tegak lurus terhadap permukaan kertas yang melalui titik D akan kita dapatkan Dan dengan mensubstitusi berbagai gaya diperoleh

46

dimana vT adalah volume total (h2- h1)A. Ruas kanan persamaan 3-23 adalah momen pertama dari volume yang dipindahkan  terhadap bidang x-z sehingga YC sama dengan koordinat y dari pusat massa volume v. Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa koordinat x dari gaya apung bertepatan dengan koordinat x dari pusat massa tersebut. Jadi kita simpulkan bahwa gaya apung melewati pusat massa dari volume yang dipindahkan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.12c. Titik yang dilalui oleh gaya apung yang bekerja disebut pusat apung (center of buoyancy). Hasil yang sama juga berlaku pada benda-benda yang terapung dimana hanya sebagian saja yang terendam, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.12d, jika berat jenis fluida diatas permukaan cairan sangat kecil dibandingkan dengan berat cairan dimana benda tersebut mengapung. Karena fluida diatas permukaan biasanya udara, untuk keperluan-keperluan praktis kondisi ini terpenuhi. Dalam penurunan-penurunan perhitungan diatas, fluida diasumsikan memiliki berat jenis yang konstan,

Jika sebuah benda terendam dalam fluida dimana

bervariasi menurut

kedalaman seperti pada fluida yang berlapis besarnya gaya apung tetap sama dengan berat dari fluida yang dipindahkan. Namun demikian, gaya apung tersebut tidak melewati pusat massa tetapi akan melewati pusat gravitasi dari volume yang dipindahkan tersebut. 3. KESTABILAN Satu masalah lain yang menarik dan penting berkaitan dengan benda-benda yang terendam atau terapung adalah kestabilan bensa-benda tersebut. Sebuah benda dikatakan berada dalam suatu posisi kesetimbangan yang stabil jika benda tersebut kembali ke posisi kesetimbangannya ketika diusik. Sebaliknya, benda berada dalam keadaan kesetimbangan yang tidak stabil jika ketika diusik (meskipun sedikit), benda tersebut bergerak menuju posisi kesetimbangan baru. Pertimbangan kestabilan sangat penting khususnya bagi bendaibenda yang terendam atau terapung karena pusat apung dan pusat gravitasi tidak selalu bertepatan. Sebuah rotasi kecil dapat menghasilkan kopel yang mungkin mengembalikan posisi atau yang menggulingkannya. Misalnya untuk benda yang terendam penuh seperti ditunjukkan gambar 3.13 yang mempunyai pusat gravitasi di bawah pusat apung, suatu rotasi dari posisi kesetimbangannya akan menghasilkan sebuah kopel pemulih yang 47

dibentuk oleh berat W dan gaya apung FB yang akan menyebabkan benda berotasi kembali ke posisi asalnya. Jadi untuk konfigurasi ini benda tersebut stabil. Perlu dicatat bahwa selama pusat gravitasi berada di bawah pusat apung, kondisi ini selalu berlaku artinya benda berada dalam posisi kesetimbangan stabil terhadap rotasi-rotasi kecil. Namun sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3.14 jika pusat gravitasi berada

Gambar 3.13 : Kestabilan dari benda yang terendam penuh dibawah pusat massa

pusat gravitasi

Gambar 3.14 : Kestabilan dari benda yang terendam penuh pusat gravitasi diatas pusat massa

48

di atas pusat apung, kopel yang terbentuk dari berat dan gaya apung akan menyebabkan benda terguling dan menuju sebuah kesetimbangan baru. Jadi sebuah benda yang terendam penuh dengan pusat gravitasi di atas pusat apungnya berada dalam posisi kesetimbangan tidak stabil. Untuk benda yang terapung, masalah kestabilan lebih rumit, karena jika benda berotasi, lokasi dari pusat apungnya (yang melewati pusat massa dari volume yang dipindahkannya), bisa berubah. Seperti ditunjukkan oleh gambar 3.15 sebuah benda yang terapung seperti perahu tongkang yang meluncur perlahan di air dapat stabil meskipun pusat gravitasinya berada di atas pusat apungnya. Hal ini dapat terjadi karena ketika benda berputar, gaya apung FB bergeser melewati pusat massa dari volume yang terdesak yang baru terbentuk dan seperti yang diilustrasikan pada gambar, gaya apung ini berkombinasi dengan berat W membentuk sebuah kopel yang akan menyebabkan benda tersebut kembali ke posisi kesetimbangan semula. Namun untuk benda yang relative tinggi dan kurus seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.16, sebuah rotasi yang kecil dapat menyebabkan gaya apung dan berat untuk membentuk kopel yang membuat benda terguling seperti yang diilustrasikan. Jelas dari contoh-contoh yang sederhana ini bahwa penentuan kestabilan dari bendabenda yang terendam atau terapung dapat menjadi sulit karena analisisnya tergantung pada kerumitan bentuk dari geometri tertentu dan distribusi berat dari benda tersebut. Masalah tersebut akan lebih sulit lagi dengan adanya tambahan jenis gaya-gaya yang ditimbulkan oleh hembusan angin atau arus laut. Pertimbangan kestabilan jelas sangat penting dalam perancangan kapal laut, kapal selam, bathyscaphes dan seterusnya dan pertimbangan tersebut memegang peranan penting dalam pekerjaan arsitek perkapalan.

Gambar 3.15 : Kestabilan dari benda yang terapung-konfigurasi stabil 49

Gambar 3.16 : Kestabilan dari benda yang terapung-konfigurasi tidak stabil CONTOH SOAL: 3.1. Hitung perbedaan tekanan dari kolom-kolom cairan di bawah ini. Tekanan Yang diketahui P1

Penyelesaian : Persamaan Dasar hidrostatik

Tidak ada tambahan penyederhanaan yang mungkin dilakukan pada sisi kanan karena perbedaan kerapatan. Mengingat bahwa kita telah menempatkan cairan tepat dari 50

bagian atas yang paling terang sampai bagian bawah yang berat. Ini hanya konfigurasi stabil jika kita mencoba melapisinya dengan cara lain cairan akan membalik dan berusaha mengatur kestabilan. 3.2. Perhitungkanlah bagian silang yang diperlihatkan dibawah lambung dari sebuah tangki minyak seberat 330,000 ton. Hitung magnituda, arah dan lokasi dari arah gaya resultan per meter yang diberikan oleh air laut (

=10 kN/m3) pada permukaan lengkung AB

(yang berbentuk lingkaran) pada sudut lambung.

Penyelesaian : Pisahkanlah badan kapal yang bebas dari air ABC. Komponen horisontal: Dengan melakukan inspeksi , gaya ini memiliki arah tekan ke kanan:

Pada vertikal komponen: dengan melakukan inspeksi, gaya ini (pada badan bebas) memiliki arah tekan ke bawah:

51

Dari pusat grafitasi statik ABC yang diketahui bernilai 1.17 m ke kanan dari titik b, dan mengambil momentum dari gaya pada bodi bebas bernilai nol, 355.5 x e + 4.8 x 1.17 360 x 0.75 = 0; e = 0.74 m Resultan gaya air pada AB: Arah: mengarah ke atas samping kiri, = arctan 355.2/348.8 = 45.50 Magnitude :

Lokasi : melalui titik 0.742 m di atas dan 0.74 m ke kanan B. Dikarenakan oleh gaya tekanan pada elemen dari silinder , walaupun semua perbedaan magnitude, sama melewati 0, dan dari semua itu membentuk (1.5-0.742)/0.74 = 355.2/348.8, perkiraan ini ternyata benar ingatlah 3.3. Berapa persen total volume dari sebuah bongkahan es yang mengapung diatas permukaan air ? asumsikanlah bahwa kepadatan dari es bernilai 57.2 lbm/ft3 , kerapatan air 62.4 lbm/ft3 Penyelesaian: pada tingkat seimbang, massa dari bongkahan es berada dalam kondisi seimbang pada gaya apung terhadap air

Oleh karena itu hanya 8% dari bongkahan es yang berada di atas permukaan. 3.4. Untuk sebuah kapal dengan bagian persilangan garis air seperti yang ditunjukkan pada gambar satu dengan posisi massa 600 ton yang salah, tentukanlah jarak GB maksimum dari pusat gravitasi kemungkinan terdapat diatas pusat gaya apung jika menginginkan kapal tetap stabil 52

Penyelesaian: dengan gambar 2 dan 3 sebagai referensi muncullah keterhubungan sebagai berikut:

Dimana I adalah momen inersia dari area A terhadap longitudinal axis 0.

Jelas, semakin jauh jarak MG nya, semakin besar stabilitasnya. Karena badan kapal yang mengapung menjadi tidak stabil jika M berada dibawah G maka Eq. 1 menjadi sebuah indikator langsung dari kondisi ini. Lebih jelasnya,

Pada titik ketidakstabilan, GB = /V, dimana

Dan

53

3.5. sebuah cairan mampu-mampat ke dalam sebuah silinder memiliki volume 1 liter (l) pada 1 MN/m2 dan pada volum 995 cm3 pada 2 MN/m2. Berapakah nilai modulus elastisitas? Penyelesaian : Untuk semua fungsinya sebuah cairan kadang dianggap tak dapat termampatkan, tapi pada situasi yang melibatkan perubahan tekanan yang tiba-tiba besar, daya mampatnya menjadi penting, dan ditunjukkan pada modulus elastisitas. Jika tekanan dari sebuah unit volume cairan di tingkatkan oleh

dp, akan menyebabkan penurunan senilai d;

rasio dp/dv merupakan modulus elastisitas (E) untuk volume cairan apapun,

Dimana E dilambangkan sebagai unit tekanan Sekarang,substitusikan nilai pada persamaan yang digunakan

3.6. Aliran air melewati bagian dari pipa silinder. Bila tekanan statik pada titik c adalah 35 kPa, berapakah tekanan statik pada A dan B, dan dimanakah garis utama hidrolik pada bagian arus silangnya.

54

Penyelesaian: Gunakan

Garis utama hidroliknya adalah (35.0 x 103)/9.8 x 103 = 3.57 m vertikal diatas C. 3.7. Saat tabung yang berbentuk U tidak berotasi, ketinggian air berada pada seperti yang ditunjukkan pada gambar. Jika tabung diputar pada sekitar titik eksentrik pada kecepatan 8 rad/s, berapakah ketinggian air berikutnya pada tabung

Penyelesaian: penyelesaian dari masalah ini berdasarkan pada persamaan untuk putaran pada sebuah tangki cairan.

Dan juga berdasarkan pada fakta bahwa air memenuhi volume yang diberikan pada tabung, atau dengan kata lain panjang dan lebar dari tabung. Biarkanlah reverensi 55

peningkatannya berada pada level bagian horisontal dari tabung; lalu dengan mempertimbangkan sebuah titik pada permukaan air di bagian kiri tabung dimana p = 0 dan juga sebuah titik pada permukaan kanan tabung, persamaan 1 dapat dituliskan sebagai berikut:

Persamaan baru lainnya yang melibatkan volume tabung yang dipenuhi oleh cairan dapat ditulis sebagai berikut Z1 + Zr = 1.0 Ketika r1 = ft, rr = 1 ft dan = 8 rad/sec di subtitusikan masuk ke dalam persamaan diatas maka penyelesaian untuk z1 dan zr diperoleh Z1 = 0.12 ft Z2 = 0.88 ft 3.8. A berdiameter 4 inchi silinder padat memiliki tinggi 3.75 inchi dan bermassa 0.85 lb direndam pada cairan ( lambda=52 lb/ft3) yang ditampung dalam sebuah silinder metal tinggi yang berdiameter 5 inchi (lihat gambar) sebelum direndamkan ke cairan dengan kedalaman 3 inch. Pada ketinggian berapakah silinder tersebut mengapung?

Penyelesaian: x= jarak silinder padat jatuh ke bawah dengan kondisi permukaan cairan yang sebenarnya y = jarak cairan yang meningkat diatas kondisi awal permukaannya. 56

bagian bawah dari silinder padat bernilai 3.0 0.81 = 2.91 diatas pada bagian bawah silinder berongga. 3.9. Diskusikanlah stabiltas dari kepadatan seragam pada bagian lingkar kanan dari dengan kerucut yang sedang mengapung pada sebuah cairan dengan kepadatan sumbu vertikal dan puncak mnghadap ke bawah. Penyelesaian: Katakanlah h menjadi titik tertinggi dari kerucut , 2 sebagai sudut dan h sebagai panjang dari sumbu yang terendam. Pada kondisi ini A sebagai jari-ijari dari h tan maka Ak2 = h4 tan 4* Dan V = 1/3 h3 tan2

Tapi, jika 0 adalah puncak, OH = h, sehingga 57

OM = h sec2 Tapi OG = h. Oleh karena itu kesetimbangan stabil atau tidak stabil bergantung pada hsec2 > atau < h. Tapi, karena kerucut mengapung, h3 = h3, sehingga keseimbangan stabil atau tidak stabil bergantung pada

/ > atau < cos6


C. PENUTUP
Diakhir pemberian materi pada bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan distribusi tekanan

hidrostatik, keapungan dan kestabilan khususnya penerapan pada kapal,

dan diberikan

penilaian berdasarkan penguasaan materi dan terampil dan teliti dalam pengukuran tekanan

TUGAS LATIHAN : Kerjakanlah tugas dibawah ini, untuk soal nomor 3.8 3.10 diskusikanlah cara mengukur tekanan dengan menggunakan alat ukur tekanan yang telah dijelaskan pada materi pembelajaran ini. 3.1.Setiap pembacaan tekanan pada suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai hulu atau panjang h = p/ g. Berapakah tekanan standar pada permukaan laut jika dinyatakan dalam (a) meter air, (b) ft air, (c) inci raksa, (d) milimeter raksa? 3.2.Minyak tanah mempunyai berat jenis 0,81. berapa tinggi lajur minyak tanah yang menunjukkan tekanan 2000 Pa? 3.3.Tempat yang paling dalam di lautan, yang telah diketahui orang, ialah 11.034m di teluk Mariana di lautan Pasifik. Jika air laut mempunyai berat jenis yang tetap sebesar 10.050 N/m3, berapa atmosfer tekanan ditempat itu? 3.5.Tangki tertutup pada gambar dibawah ini suhunya 200C. Kalau tekanan dititik A ialah 90.000 Pa(mutlak), berapakah tekanan mutlak di titik B dalam pascal?

58

3.6.Sistem udara-minyak-air dalam gambar dibawah bersuhu 200C. Kalau alat-ukur tekanan A menunjukkan 15 lbf/in2 mutlak dan alat ukur B menunjukkan 1.25 lbf/in2 lebih rendah daripada pembacaan alat ukur C, hitunglah (a) berat jenis minyak dalam pound gaya per ft kubik dan (b) pembacaan, sebenarnya dari alat ukur C dalam poundper kubik mutlak.

3.7.Sistem pada gambar dibawah ini bersuhu 200C. Kalau tekanan di titik A 2000 lbf/ft2 , tentukan tekanan di titik B,C, dan D dalam pound per ft persegi.

59

3.8. Sistem pada gambar dibawah ini suhunya 200C. Jika tekanan atmosfer besarnya 101,33 kPa dan tekanan di dasar tangki itu 273 kPa, berapa bobot jenis fluida X?

3.8.Bila pipa terbuka yang disebut piezometer dihubungkan dengan setangki zat air bertekanan tinggi, zat cair itu naik setinggi hulu piezometer atau hulu tekanan zat cair tersebut, kalau p ialah tekanan dititik A, tunjukkan bahwa ketiga piezometer permukaan zat cairnya sama, yakni h = pA/ g 3.9.Selisih tekanan PA-PB yang amat kecil dapat diukur dengan teliti dengan manometer diferensial dua zat cair dalam gambar dibawah ini. Rapat 2 hanya sedikit lebih besar 60

daripada rapat fluida yang di atas, 1. Turunkan persamaan kesebandingan antara h dan pA pB kalau tandon-tandonnya sangat besar.

3.10. Air mengalir turun pada sudut 450

dalam sebuah pipa, seperti tampak pada

Gambar dibawah ini. Penurunan tekanan p1-p2 sebagian disebabkan oleh gravitasi dan sebagian oleh gesekan. Manometer raksa itu menunjukkan beda tinggi permukaan sebesar 6 inci. Berapakah penurunan tekanan total p1-p2 itu dalam pound gaya per inci persegi? Berapa selisih tekanan yang disebabkan oleh gesekan saja, antara titik 1 dan titik 2 , dalam pound gaya per inci persegi? Apakah pembacaan manometer itu hanya menunjukkan pengaruh gesekan? Mengapa?

61

3.11. Sebuah pintu air yang lebarnya 8 ft, tingginya 10 ft dan engselnya di atas dipasang cacak dalam pintu air tersebut. Berapa besarnya gaya mendatar yang harus dikenakan pada pinggir bawah pintu air itu untuk membukanya?

DAFTAR PUSTAKA 1. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-Hill, New York 2. Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New York 3. Munson Bruce, 2002, Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition, John Willey and Sons, Inc 4. Fox,W Robert, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition, John Willey and Sons, Inc

62

BAB IV HUKUM DASAR MEKANIKA FLUIDA A. PENDAHULUAN


Materi pembelajaran pada bab kedua pertama Newton-Persamaan Momentum ini menguraikan tentang Linier dan momen ini Hukum Dasar Hukum Mekanika Fluida. Materi ini menjelaskan Persamaan Energi. Kekekalan Massa-Kontinuitas, Hukum Momentum, akan membantu mahasiswa seperti Sistem Instalasi

Penguasaan materi

dalam menyelesaikan masalah pada matakuliah Permesinan Kapal,

lanjutan

Perpipaan, Tahanan dan Propulsi kapal, Perpindahan Panas, Pengaturan Udara, sehingga dituntut kemampuan menyelesaikan masalah-masalah Mekanika fluida . Untuk mencapai kemampuan mahasiswa yang efektif/efisien akan dirancang proses pembelajaran yang inovatif bernuansa learning. Sasaran pembelajaran pada bab ini , mahasiswa mampu mengkomunikasikan hukum dasar mekanika fluida dan Menyusun kelompok pendahuluan poster yang memuat jenis-jenis hukum dasar menjabarkan dan makanika fluida.

pada penerapannya dilapangan

Bentuk pembelajaran dalam bentuk kuliah dibarengi dengan pemberian tugas dan dipresentasikan (Small group discussion), di mana sebagai materi pembelajaran agar sasaran mahasiswa perlu dijelaskan

pembelajaran secara keseluruhan tercapai setelah mempelajari matakuliah ini.

B. MATERI PEMBELAJARAN
Banyak persoalan praktis di bidang mekanika fluida yang membutuhkan analisis perilaku dari isi sebuah daerah terhingga (sebuah volume atur). Misalnya; menghitung gaya penahan yang dibutuhkan untuk menahan mesin jet pada tempatnya selama suatu pengujian, memperkirakan berapa besar daya yang diperlukan untuk memindahkan air dari satu tempat ke tempat lainnya yang lebih tinggi dan berjarak beberapa mil jauhnya. Dasar-dasar dari metode analisis ini adalah beberapa prinsip dasar fisika, yaitu kekekalan massa, hukum kedua Newton tentang 63

gerak

dan hukum pertama dan kedua Termodinamika. Jadi seperti yang bisa

diperkirakan, teknik-teknik gabungan tersebut sangat berdaya guna dan dapat diterapkan pada berbagai macam kondisi mekanika fluida yang memerlukan penilaian keteknikan.

I. KEKEKALAN MASSA-PERSAMAAN KONTINUITAS


1. Penurunan Persamaan Kontinuitas Sebuah sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari isi yang tidak berubah, maka prinsip kekelan massa untuk sebuah sistem dinyatakan secara sederhana sebagai Laju perubahan terhadap waktu dari massa sistem = 0 atau

di mana massa sistem, Msys, lebih umum dinyatakan sebagai

dan pengintegralan meliputi seluruh volume sistem. Dengan kata-kata, persamaan (4-2) menyatakan bahwa massa sistem sama dengan jumlah dari seluruh perkalian kecepatan unsur volume dari isi sistemnya. Untuk sebuah sistem dan sebuah volume atur tetap dan tidak berdeformasi yang berimpit pada suatu saat yang sama, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4.1, teorema transport Reynolds untuk menyatakan bahwa dengan B = massa dan b = 1 memungkinkan kita

Atau

65

Gambar 4.1: Sistem dan volume atur pada waktu yang berbeda. (a) Sistem dan volume atur pada t . (b) Sistem dan volume atur pada waktu t, kondisi yang berimpit (c) Sistem dan volume atur pada t + . Pada persamaan (4-3), dinyatakan bahwa laju perubahan terhadap waktu dari massa sistem adalah jumlah dari dua kuantitas volume atur, yaitu laju perubahan terhadap waktu dari massa kandungan volume atur

dan laju netto massa aliran melalui permukaan atur Apabila sebuah aliran tunak, maka seluruh sifat medan (yaitu sifat dari suatu titik tertentu), termasuk kerapatan tetap konstan terhadap waktu, dan laju perubahan terhadap waktu dari massa kandungan volume atur adalah nol. Artinya,

Integral, V.n dA,

dalam integral laju aliran massa menyatakan perkalian dari

komponen kecepatan V, yangtegak lurus terhadap suatu bagian kecil permukaan atur dan bidang diferensial dA. Jadi, V.n dA, , adalah laju aliran volmue melalui dA dan V. n dA adalah laju aliran massa melalui dA. Lebih lanjut lagi, tanda dari perkalian titik, adalah + untuk aliran keluar dari volume atur dan - untuk aliran ke dalam volume atur karena n di anggap positif apabila menunjuk keluar dari volume atur. Jika seluruh kualitas diferensial n dA, dijumlahkan pada seluruh permukaan atur, seperti yang ditunjukkan oleh integral maka hasilnya adalah laju aliran massa netto melalui permukaan atur, atau 65

di mana m adalah laju aliran massa (slug/s atau kg/s). Jika integral pada persamaan (4-4) adalah positif, aliran netto mengarah keluar dari volume atur, jika integral negatif, aliran netto mengarah ke dalam volume atur. Pernyataan volume atur untuk kekekalan massa, yang biasanya disebut mengkombinasikan persamaan (4-1), (4-2), dan (4-3) yang menghasilkan persamaan kontinuitas, untuk volume atur yang tetap dan tidak berdeformasi diperoleh dengan

Dengan

kata-kata, persamaan (4-5) menyatakan bahwa untuk menjaga kekekalan

massa, laju perubahan terhadap waktu dari massa kandungan volume atur ditambah dengan laju netto aliran massa melalui permukaan atur harus sama dengan nol. Sesungguhnya, hasil yang sama mungkin dapat diperoleh secara lebih langsung dengan menyamakan laju aliran massa ke dalam dan keluar volume atur dengan penumpukan atau pengurangan massa di dalam volume atur. Namun demikian, fakta bahwa teorema transport Reynolds berlaku dalam kasus sederhana yang mudah dimengerti ini kembali menambah keyakinan kita. Keyakinan ini akan sangat membantu kita dalam mengembangkan pernyataan volume atur untuk prinsip-prinsip penting lainnya. Pernyataan yang sering digunakan untuk laju aliran massa, dari permukaan atur dengan luas A adalah di mana adalah kerapatan fluida, Q adalah laju aliran volume (ft3/s atau m3/s), dan

m, melalui sebuah bagian

V adalah komponen kecepatan fluida yang tegak lurus bidang A. Karena Penetapan dari persamaan (4-6) menyangkut penggunaan nilai perwakilan atau ratarata dari kerapatan fluida, , dan kecepatan fluida, V. Untuk aliran tak mampumampat, , terdistribusi secara seragam di seluruh bidang A. Untuk aliran mampumampat kita biasanya mengasumsikan suatu kerapatan fluida yang terdistribusi secara seragam pada bagian aliran dan hanya memperbolehkan kerapatan berubah
dari bagian ke bagian. Kecepatan fluida yang tepat digunakan pada persamaan (4-6)

66

adalah nilai rata-rata dari komponen kecepatan yang normal terhadap bagian bidang yang terlibat. Nilai rata-rata ini, V, didefinisikan sebagai

Jika kecepatan dianggap terdistribusi secara seragam (aliran satu dimensi) di seluruh bagian bidang, A, maka

tanda notasi garis

diatas tidak diperlukan (seperti dalam contoh 5.1). apabila

alirannya tidak terdistribusi secara seragam di seluruh penampang bidang aliran, notasi garis di atas mengingatkan kita mengenai digunakannya suatu kecepatan ratarata . 2. VOLUME ATUR TETAP, TIDAK BERDEFORMASI Pada banyak penerapan mekanika fluida, suatu volume atur yang tepat untuk digunakan adalah yang tetap dan tidak berdeformasi. Berikut ini ditampilkan beberapa contoh soal yang melibatkan persamaan kontinuitas untuk volume atur yang tetap dan tidak berdeformasi. CONTOH 4.1 Air laut mengalir secara tunak melalui sebuah nossel berbentuk kerucut sederhana pada ujung sebuah selang pemadam kebakaran seperti yang diilustrasikan pada gambar C4.1. Jika kecepatan keluar nossel tersebut harus sekurang-kurangnya 20 m/s, tentukan kapasitas pemompaan minimum yang dibutuhkan, dalam m3/s.

67

Penyelesaian: Kapasitas pemompaan yang dicari adalah laju aliran volume yang dialirkan oleh pompa pemadam kebakaran menuju selang dan nossel. Karena kita menginginkan pengetahuan mengenai laju aliran debit pompa dan kita mempunyai informasi mengenai laju aliran keluar nossel, kita menghubungkan kedua laju aliran ini dengan volume atur yang ditunjukkan dengan garis putus-putus pada Gambar C.4.1. Volume atur ini berisi, pada setiap saat, air laut yang berada di dalam selang dan nossel dari keluaran pompa menuju bidang keluaran nossel. Persamaan (4-5). diterapkan pada isi volume atur ini untuk memberikan Karena alirannya tunak maka laju perubahan terhadap waktu dari massa kandungan volume atur ini adalah nol. Dari persamaan (4-4), kita lihat bahwa integral permukaan atur di dalam persamaan (1) melibatkan laju aliran massa pada keluaran pompa di bagian (1) dan pada sisi keluar nossel di bagian (2) atau Sehingga karena laju aliran massa sama dengan perkalian dari kerapatan fluida, , dan laju aliran volume, Q, (lihat persamaan 4-6) dari persamaan (2) kita memperoleh Cairan yang mengalir dengan kecepatan rendah, seperti dalam contoh ini, dapat dianggap tidak mampu-mampat. Oleh karena itu 1 = 2 dan persamaan (3) Q1= Q2 (4) Kapasitas pemompaan sama dengan laju aliran volume di sisi keluar nossel. Jika untuk penyederhanaan distribusi kecepatan di bidang keluaran nossel, bagian (2), dianggap seragam (satu dimensi), maka dari Persamaan (4), (4-6) dan (4-8)

Contoh soal sebelumnya mengilustrasikan beberapa hasil penting dalam menerapkan prinsip kekekalan massa pada kandungan sebuah volume atur yang tetap dan tak berdeformasi. Perkalian titik dianggap + untuk aliran keluar dari volume atur 68

dan - untuk aliran ke dalam volume atur. Jadi, laju aliran massa keluar dari volume atur adalah + dan laju aliran massa ke dalam adalah -, apabila alirannya tunak, maka laju perubahan terhadap waktu dari massa kandungan volume atur

adalah nol dan oleh karena itu laju aliran massa netto, m, melalui permukaan atur, juga nol. Jika aliran tunak tersebut juga tidak mampu-mampat, maka laju aliran volume netto, Q, melalui permukaan atur juga nol:

Suatu aliran siklis yang tak-tunak dapat dianggap aliran tunak berdasarkan waktu rata-rata. Apabila aliran tidak tunak, laju perubahan terhadap waktu sesaat dari massa kandungan volume atur yang penting. Apabila nilai adalah +, maka massa dari kandungan volume atur meningkat. Apabila nilainya , maka massa dari kandungan volume atur berkurang. Apabila aliran terdistribusi secara seragam di seluruh bukaan di permukaan atur (aliran satu dimensi), di mana V adalah nilai seragam dari komponen kecepatan yang normal terhadap luas penampang A. Apabila kecepatan terdistribusi tidak secara seragam pada bukaan permukaan atur, di mana adalah nilai rata-rata dari komponen kecepatan normal terhadap luas penampang A, sebagaimana didefinisikan oleh persamaan (4-7) Untuk aliran tunak yang melibatkan hanya satu arus fluida tertentu yang mengalir melalui volume atur pada bagian (1) dan (2) dan untuk aliran tak mampu-mampat tidak selalu nol dan mungkin merupakan variabel

69

Untuk aliran tunak yang melibatkan lebih dari satu arus penerapannya dan banyak gunanya.

fluida tertentu atau lebih

dari satu jenis fluida yang tepat bahwa volume atur tetap yang tak berdeformasi luas 3. VOLUME ATUR BERGERAK, TAK BERDEFORMASI Kadang-kadang kita perlu menggunakan volume atur yang diletakkan pada sebuah kerangka acuan yang bergerak. Contoh-contohnya antara lain adalah volume atur yang memuat mesin turbin gas pada pesawat yang sedang terbang, cerobong asap pada kapal laut yang berlayar, tangki bensin dari mobil yang berjalan, dan sebagainya. Apabila yang digunakan volume atur bergerak, maka kecepatan fluida relatif terhadap volume aturnya (kecepatan relatifnya) adalah sebuah variabel medan aliran yang penting. Kecepatan relatif, W, adalah kecepatan fluida dilihat oleh seorang pengamat yang bergerak bersama volume atur. Kecepatan volume atur, Vcv, adalah kecepatan dari volume atur sebagaimana dilihat dari sebuah sistem koordinat yang tetap. Kecepatan mutlak, V, adalah kecepatan fluida yang dilihat oleh seorang pengamat yang diam di dalam sebuah sistem koordinat yang diam. Kecepatankecepatan ini dihubungkan satu sama lainnya oleh persamaan vektor V = W + Vcv (4-14)

Untuk sebuah sistem dan sebuah volume atur bergerak dan tidak berdeformasi yang berimpit pada suatu saat tertentu. Teorema transport Reynolds untuk sebuah volume atur yang bergerak menghasilkan

Dari Persamaan (4-1)

dan (4-15), kita dapat memperoleh pernyataan volume atur

untuk kekekalan massa (persamaan kontinuitas) untuk sebuah volume atur yang bergerak dan tidak berdeformasi sebagai

Berikut ini terdapat contoh penerapan persamaan (4-16) 70

CONTOH 4.2 Sebuah pesawat terbang bergerak maju dengan kecepatan 971 km/jam seperti ditunjukkan pada gambar C4.2. Luas penampang muka dari sisi masuk mesin jetnya adalah 0,80 m2 dan kerapatan udara masuk adalah 0,736 kg/m3. Seorang pengamat diam menentukan bahwa relatif terhadap bumi, gas buang mesin jet keluar menjauhi mesin dengan kecepatan 1050 km/jam. Luas penampang sisi buang mesin adalah 0,558 m2, dan kerapatan gas buang adalah

Penyelesaian: Volume saat. atur yang bergerak bersama pesawat terbang (lihat gambar C4.2)

,mengelilingi mesin dan isinya dan mencakup pada fluida yang terlibat pada suatu Penerapan persamaan (4-16) terhadap kandungan volume atur ini menghasilkan

Dengan mengasumsikan bahwa aliran satu dimensi, kita evaluasi integral permukaan pada persamaan (1) dan kita dapatkan bahwa

atau

71

Kita tinjau bahwa kecepatan masuk, W1, relatif terhadap volume atur yang bergerak, sama dengan besar kecepatan dari pesawat terbang, 971 km/jam. Kecepatan gas buang, W2, juga perlu di ukur relatif terhadap volume atur yang bergerak tersebut. Karena seorang pengamat yang diam memperhatikan bahwa gas buang keluar menjauhi mesin dengan kecepatan 1050 km/jam, maka kecepatan gas buang relatif terhadap volume atur yang bergerak, Persamaan (4-14) sebagai berikut, V2 = W2 + Vpesawat atau W2= V2- Vpesawat= 1050 km/jam +971 km/jam = 2021 km/jam Dan tunjukkan pada gambar C4.2b Dari persamaan (2) W2, ditentukan dengan menggunakan

Perhatikan bahwa laju aliran bahan bakar diperoleh sebagai perbedaan dari dua bilangan besar yang hampir sama. Nilai-nilai memperoleh nilai W1 dan W2 diperlukan untuk

mbahan bakar masuk

yang cukup akurat.

Apabila sebuah volume atur bergerak dan tak berdeformasi digunakan, maka tanda perkalian titik yang digunakan sebelumnya untuk penerapan volume atur yang tetap dan tak berdeformasi masih berlaku. Demikian pula, perubahan terhadap waktu dari massa kandungan jika aliran di dalam volume volume atur adalah nol. atur yang bergerak adalah tunak, atau tak-tunak berdasarkan rata-rata waktu, laju Kecepatan yang dilihat dari kerangka acuan volume atur (kecepatan relatif) harus digunakan dalam persamaan kontinuitas. Kecepatan-kecepatan relatif dan mutlak dihubungkan oleh sebuah persamaan vektor (persamaan 4-14), yang juga melibatkan kecepatan volume atur. 72

II. HUKUM

KEDUA

NEWTON-

PERSAMAAN-PERSAMAN

MOMENTUM LINIER 1. PENURUNAN PERSAMAAN MOMENTUM LINIER Hukum kedua Newton dari gerak sebuah sistem adalah

Karena

momentum

adalah

massa

dikalikan

dengan

kecepatan,

maka

momentum dari sebuah partikel kecil seluruh sistem adalah

adalah V .

Jadi, momentum dari

dan hukum Newton menjadi

Sistem koordinat atau acuan apapun di mana pernyataan ini berlaku disebut inersial. Sebuah sistem koordinat yang tetap adalah inersial. Sebuah koordinat sistem yang bergerak dalam sebuah garis lurus dengan kecepatan konstan, (tanpa percepatan), juga inersial. Kita selanjutnya mengembangkan rumus untuk volume atur bagi hukum yang penting ini. Apabila sebuah volume atur berimpit dengan sebuah sistem pada suatu saat, gaya-gaya yang bekerja pada sistem tersebut dan gaya-gaya yang bekerja pada kandungan dari volume atur yang berimpit (lihat gambar 4.2) dalam sesaat menjadi identik, artinya

Lebih lanjut lagi, untuk sebuah sistem dan kandungan volume atur yang berimpit yang tetap dan tidak berdeformasi, teorema transport Reynolds memungkinkan kita untuk menyimpulkan bahwa

73

Persamaan

(4-19) menyatakan bahwa laju perubahan terhadap waktu dari momentum linier kandungan volume Ketika atur linier keluar dari sebuah volume

momentum linier sistem dinyatakan sebagai jumlah dari dua kuantitas volume atur; laju perubahan terhadap waktu dari partikel-partikel melewati masuk atau massa bergerak atur, masuk atau atur, dan laju netto aliran momentum linier melewati permukaan atur. permukaan partikel-partikel tersebut membawa momentum

keluar. Jadi,

aliran momentum kelihatannya tidak

terlalu berbeda

dengan aliran massa. Untuk volume atur yang tetap (yang inersial) dan tidak berdeformasi, persamaan (4-19), (4-20) dan (4-21) menunjukkan bahwa pernyataan matematika yang tepat untuk hukum kedua newton tentang gerak adalah

Kita menyebut Persamaan (4-20) sebagai persamaan momentum linier. Dalam penerapan persamaan momentum linier, untuk mudahnya mulamula kita membatasi diri pada volume atur tetap yang tak berdeformasi. Selanjutnya, kita membahas penggunaan dari volume atur tak berdeformasi yang bergerak namun inersial. Kita tidak meninjau dahulu volume atur yang berdeformasi dan mengalami percepatan (tidak inersial). Jika sebuah volume atur tidak inersial, komponen percepatan yang terlibat (misalnya, percepatan translasi, percepatan Coriolis dan percepatan sentrifugal) perlu dipertimbangkan. Gaya-gaya yang terlibat dalam persamaan (4-20) adalah gaya-gaya badan dan permukaan yang bekerja pada apa yang terkandung dalam volume atur. Satusatunya gaya badan yang dipertimbangkan dalam bab ini adalah gaya yang berkaitan dengan aksi gravitasi. Kita mengalami gaya badan ini sebagai berat. Gaya-gaya permukaan pada dasarnya dikenakan pada kandungan volume atur oleh materi di luar volume atur yang bersentuhan dengan materi di dalam volume atur pada antarmuka bersama, yang biasanya adalah bukaan pada permukaan atur yang dilalui oleh fluida yang mengalir. Sebuah benda yang terendam dapat menahan gerakan fluida dengan gaya-gaya permukaan.

74

Suku momentum linier pada persamaan momentum memerlukan penjelasan yang sangat cermat. Di sini akan di perjelas arti penting fisiknya dalam subbabsubbab berikutnya.

Gambar 4.2 : Gaya-gaya luar yang bekerja pada system dan volume atur 2. PENERAPAN PERSAMAAN MOMENTUM LINIER Persamaan momentum linier untuk volume atur inersial adalah sebuah persamaan vektor (persamaan 4-22). dalam penerapan keteknikan, komponen-

komponen dari vektor ini, yang diuraikan sepanjang sumbu-sumbu koordinat, misalnya x, y dan z (sitem koordinat ruang) atau r, , x (sistem koordinat silinder) biasanya adalah yang akan digunakan. Mula-mula satu contoh sederhana yang melibatkan aliran tunak tak mampu-mampat akan ditinjau. CONTOH 4.4 Seperti yang ditunjukkan pada gambar C4.4a, sebuah jet air horizontal keluar dari sebuah nossel dengan kecepatan seragam sebesar V1 = 10 ft/s, menumbuk sebuah sudut, dan berbelok dengan sudu . Tentukan gaya penahan yang dibutuhkan untuk membuat sudu tetap diam. Abaikan efek-efek gravitasi dan viskos.

75

Penyelesaian: Kita memilih sebuah volume atur yang memuat sudu dan sebagaian air (lihat gambar C4.4b,c) dan menerapkan persamaan momentum linier terhadap volume atur yang tetap ini. Komponen-komponen x dan z dari persamaan (4-22) menjadi

Dan

di mana V = u i + w k dan Fx dan Fz adalah komponen konponen netto x dan

z dari gaya yang bekerja pada kandungan volume atur.


Air masuk dan keluar dari volume atur sebagai jet bebas pada tekanan atmosfer. Jadi, terdapat tekanan atmosfer yang mengelilingi seluruh volume atur, dan gaya tekan netto pada permukaan atur adalah nol. Jika kita mengabaikan berat air dan sudu, satu-satunya gaya yang bekerja pada kandungan volume atur adalah 76

komponen-komponen horizontal dan vertikal dari gaya-gaya penahan, yaitu FAx dan FAz . Bagian-bagian pada permukaan atur yang dilintasi aliran fluida adalah bagian (1) (sisi masuk) di mana V . n = - V1 dan bagian (2) (sisi keluar), di mana V . n = +V2 (ingat bahwa vektor normal satuan mengarah keluar dari permukaan atur). Demikian pula, dengan efek-efek gravitasi dan viskos yang dapat diabaikan, dan karena p1 = p2, maka kecepatan fluida tetap konstan, sehingga V1 = V2 = 10ft/s. Jadi, pada bagian (1), u = V1, w = 0 dan pada bagian (2), u = V1 cos , w = V1 sin . Dengan menggunakan informasi di atas, Persamaan dituliskan sebagai dan Perhatikan bahwa karena aliran seragam melintasi sisi masuk dan keluar, bentuk integral menjadi sederhana, berupa perkalian-perkalian. Persamaan (3) dan (4) dapat disederhanakan dengan menggunakan kekekalan massa, yang menyatakan bahwa untuk aliran tak mampu-mampat ini A1V1 = A2V2, atau A1 = A2 karena V1 = V2, jadi (1) dan (2) dapat

dan

Dengan data yang diberikan, kita peroleh

Perhatikan bahwa jika

= 0

(artinya, jika sudu tidak membelokkan air), inviscid semata-mata hanya

maka gaya penahannya adalah nol. Fluida yang

meluncur sepanjang sudu tanpa memberikan gaya apapun padanya. Jika = 90 77

maka FAx = -11,64 1b dan FAz = 11,64 1b. Diperlukan dorongan pada sudu dan dengan demikian sudu perlu mendorong arah aliran air) ke arah kiri (FAx negatif) dan ke atas, untuk mengubah arah aliran air dari horizontal menjadi vertikal. Perubahan momentum membutuhkan sebuah gaya. Jika = 180, jet air akan diputar balik pada dirinya sendiri. Hal ini tidak membutuhkan gaya vertikal (FAz = 0), namun gaya horizontal (FAx = -23,3 1b) besarnya dua kali yang dibutuhkan jika

= 90. Gaya ini harus menghilangkan momentum fluida masuk dan membentuk momentum keluar. Perhatikan bahwa gaya penahan (persamaan 4-6) dapat ditulis dalam sukusuku laju aliran massa =

A1V1 , sebagai

FAz = - m V1 (1 - cos ) dan Pada contoh ini, diperlukan gaya penahan untuk menghasilkan laju aliran momentum (laju aliran massa dikalikan perubahan komponen x dan z dari kecepatan) netto tidak nol melintasi permukaan atur. III. HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA - PERSAMAAN ENERGI 1. PENURUNAN PERSAMAAN ENERGI Hukum Pertama termodinamika untuk sebuah sistem dinyatakan dengan katakata adalah .

Dalam bentuk simbolik, pernyataan ini menjadi :

78

Beberapa dari variabel ini memerlukan penjelasan ringkas sebelum kita menuju ke pembahasan yang lebih lanjut lagi. Energi tersimpan total per satuan massa dari setiap partikel di dalam sistem, satuan massa, e, dihubungkan dengan energi dalam per

, energi kinetik per satuan massa V2/2, dan energi potensial per

satuan massa, gz, menurut persamaan

Laju netto dari perpindahan kalor ke dalam sistem dinyatakan dengan Qke dalam netto , laju netto perpindahan kerja ke dalam sistem dinyatakan dengan Wke dalam netto . erpindahan kalor dan perpindahan kerja dianggap + jika berlangsung ke dalam sistem dan - jika ke luar sistem. Persamaan Kita akan (4-5) berlaku untuk sistem acuan inersial maupun tak inersial. pernyataan volume atur untuk hukum pertama mengembangkan

termodinamika. Untuk volume atur yang berimpit dengan sistem tersebut pada suatu saat

Lebih lanjut lagi, untuk sistem dan kandungan volume atur berimpit yang tetap dan tak berdeformasi, teorema transport Reynolds, memungkinkan kita untuk menyimpulkan bahwa

Atau dengan kata-kata,

Dengan mengkombinasikan persamaan (4-21), (4-23) dan (4-24), kita dapatkan rumus volume atur untuk hukum pertama termodinamika sebagai: 79

Total energi tersimpan per satuan massa, e, dalam persamaan (4-25) adalah untuk partikel-partikel fluida yang masuk, keluar, dan yang berada di dalam volume atur. Penjelasan lebih lanjut mengenai perpindahan kalor dan perpindahan kerja yang terlibat dalam persamaan ini adalah sebagai berikut. Laju perpindahan kalor Q, mewakili seluruh cara dengan mana energi dipertukarkan antara kandungan volume atur dengan lingkungan sekitarnya akibat perbedaan temperatur. Jadi, radiasi, konduksi dan/atau konveksi merupakan caracara yang mungkin terjadi . Perpindahan kalor ke dalam volume atur dianggap positif, perpindahan ke luar volume atur dianggap negatif. Dalam nol. Laju netto perpindahan kalor, Q ke dalam netto, dapat juga menjadi nol apabila banyak penerapan keteknikan, proses adalah adiabatik; laju perpindahan kalor, Q, adalah

Laju perpindahan kerja , W, disebut juga

daya,

adalah positif jika kerja

dilakukan oleh lingkungan sekitar pada kandungan volume atur. Jika sebaliknya, kerja dianggap negatif. Kerja dapat dipindahkan melintasi permukaan atur dengan beberapa cara. Dalam paragraf-paragraf berikut, kita meninjau beberapa bentuk yang penting dari perpindahan kerja. Dalam banyak kasus, kerja dipindahkan melintasi permukaan atur melalui sebuah poros yang bergerak. Dalam peralatan yang berputar seperti turbin, kipas, dan baling-baling, sebuah poros yang berputar memindahkan kerja melintasi bagian permukaan atur yang mengiris poros tersebut. Bahkan di dalam mesin bolak-balik seperti kompresor dan motor pembakaran dalam tipe perpindahan positif yang menggunakan susunan piston-silinder, digunakan sebuah engkol poros yang berputar. Karena kerja adalah hasil perkalian titik dari gaya dengan perpindahan yang berkaitan, laju kerja (atau daya) adalah hasil perkalian titik dari gaya dengan perpindahan per satuan waktu yang berkaitan. Untuk sebuah poros berotasi, perpindahan daya, W menyebabkan putaran, hubungan 80 T
poros, poros,

berkaitan dengan torsi poros yang

dan

kecepatan angular dari poros, , dengan

Ketika material

permukaan poros

atur

memotong permukaan

material atur.

poros, Untuk

torsi

poros

diberikan

oleh

pada

memungkinkan

pertimbangan

terhadap persoalan yang melibatkan lebih dari satu poros, kita gunakan notasi

Perpindahan kerja juga dapat terjadi pada permukaan atur apabila sebuah gaya yang berkaitan dengan tegangan normal fluida bekerja pada suatu jarak. Tinjaulah sebuah aliran pipa seperti yang diilustrasikan pada gambar 4.3 dan volume atur yang ditunjukkan. Untuk situasi ini, tegangan normal fluida, , sama dengan nilai negatif dari tekanan fluida, p, dalam semua arah; artinya, Hubungan tersebut dapat digunakan dengan berbagai perkiraan untuk banyak

persoalan keteknikan. Yang bekerja pada sebuah partikel Perpindahan daya yang berkaitan dengan tegangan-tegangan normal yang bekerja pada sebuah partikel fluida tunggal, dWtegangan normal, dapat dievaluasi sebagai perkalian titik antara gaya tegangan normal, Ftegangan normal dan kecepatan partikel fluida, V, sebagai Jika gaya tegangan normal dinyatakan sebagai perkalian dari tegangan normal local, =-p dan luas permukaan partikel fluida, A maka hasilnya adalah Untuk seluruh partikel fluida pada permukaan atur dalam gambar 4.3 pada saat yang ditinjau, perpindahan daya karena adalah
Perhatikan bahwa nilai

tegangan normal fluida, W

tegangan normal

tegangan normal

untuk partikel-partikel permukaan dalam

pipa yang terbasahi adalah nol karena disana V .

adalah nol. Jadi

tegangan normal

dapat tidak nol hanya di tempat fluida masuk dan keluar dari volume atur. Perpindahan kerja dapat juga terjadi pada permukaan atur akibat gaya tegang tangensial. Kerja poros yang berputar dipindahkan melalui tegangan tangensial dalam material poros. Untuk sebuah partikel fluida, daya dari gaya tegang geser, 81

tegangan normal

dapat dievaluasi sebagai perkalian titik

dari gaya tegang

tangensial, Ftangensial stress dan kecepatan partikel fluida, V, artinya;

Untuk volume atur pada gambar 4.3 kecepatan partikel fluida adalah nol, diseluruh permukaan dalam pipa yang terbasahi. Jadi, tidak terdapat kerja tegangan tangensial yang dipindahkan melintasi bagian dari permukaan atur tersebut. Secara umum, kita memilih volume atur seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3 dan menganggap perpindahan daya tegangan tangensial sangat kecil dan dapat diabaikan. Dengan menggunakan informasi yang telah kita kembangkan mengenai daya, kita dapat menyatakan hokum pertama termodinamika untuk kandungan volume atur dengan mengkombinasikan persamaan (4-26), (4-27), (4-28) untuk mendapatkan

Apabila

persamaan untuk energy tersimpan

total

(persamaan 4-22) ditinjau

dengan persamaan (4-29), kita mendapatkan persamaan energy;

Gambar 4.3 : Aliran pipa sederhana yang berkembang penuh 2. PENERAPAN PERSAMAAN ENERGI Pada persamaan (4-32) suku mewakili laju perubahan terhadap 82 waktu dari energy tersimpan total, e, dari kandungan volume atur. Suku ini nol

apabila alirannya tunak. Suku ini juga nol secara rata-rata apabila aliran tunak secara rata-rata (siklis). Pada persamaan (4-32), integran dari

Dapat menjadi tidak nol hanya di tempat fluida melintasi permukaan atur (

V.

). Sebaliknya V.

adalah nol dan integran juga nol untuk bagian dari semua

permukaan atur tersebut. Jika sifat di dalam kurung, diasumsikan terlibat, pengintegralan menjadi sederhana dan menghasilkan

terdistribusi seragam diseluruh bidang penampang aliran yang

Lebih jauh lagi, jika hanya terdapat satu aliran masuk dan keluar volume atur, maka

Aliran seragam sebagaimana yang digambarkan di atas akan terjadi di dalam tabung arus (streamtube) yang berdiameter sangat kecil seperti diilustrasikan pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 : Aliran tabung arus 83

Apabila kerja poros terlibat, aliran pasti taktunak, setidaknya secara local. Aliran di dalam mesin fluida apapun yang melibatkan kerja poros adalah taktunak didalam mesin tersebut. Sebagai contoh, kecepatan dan tekanan pada lokasi yang tetap di dekat sudu yang berotasi dari sebuah kipas bersifat aliran taktunak. Namun dihulu dan dihilir mesin tersebut, alirannya mungkin tunak. Kerap kali, kerja poros dikaitkan dengan aliran yang taktunak secara berulang atau secara siklis. Berdasarkan rata-rata waktu untuk aliran yang satu dimensi, siklis dan melibatkan hanya satu arus fluida masuk dan keluar volume atur, persamaan (430) dapat disederhanakan dengan bantuan persamaan (4-9) dan (4-32) menyusun

Persamaan (4-33) disebut

Persamaan energy

satu dimensi untuk aliran yang entalpi , h

tunak secara rata-rata. Persamaan ini berlaku untuk aliran-aliran tak mampumampat dan mampu-mampat. Sering kali sifat fluida yang disebut dimana Digunakan dalam persamaan (4-33). Dengan entalpi, persamaan energy satu

dimensi untuk aliran yang tunak secara rata-rata. Persamaan (4-33) menjadi

Persamaan (4-34) sering digunakan untuk menyelesaikan persoalan aliran mampu-mampat. C. PENUTUP Diakhir pemberian materi pada modul ini, mahasiswa menerapkan dapat menjelaskan dan hukum dasar mekanika fluida pada kasus masalah yang terjadi di

kapal, dan diberikan penilaian berdasarkan kejelasan uraian dengan kriteria penilaian adalah kreativitas dan kerjasama tim pada presentasi 84

TUGAS LATIHAN Tugas latihan ini dibagi menjadi empat kelompok dan setiap kelompok membuat poster dan menjelaskan pemakaian hukum dasar mekanika fluida dikerjakan dan dipresentasikan . 3.1. Air pada suhhu 200C dan tekanan 1 atm mengalir melalui pipa bergaris tengah 6 inci dengan kecepatan rata-rata 20 ft/s. Hitunglah (a) debitnya dalam meter perkubik, (b) debitnya dalam galon per menit ( 1 gal Amerika = 231 inci kubik ) dan (c) fluks-beratnya dalam pound gay per sekon. 3.2. Air mengalir dengan tunak melalui sebuah kotak di tiga tampang seperti pada gambar dibawah ini. Tampang 1 bergaris tengah 3 inci dan aliran masuknya berdebit 1 ft3/s. Tampang 2 bergaris tengah 2 inci dan aliran keuarnya mempunyai kecepatan rata-rata 30ft/s. Hitunglah kecepatan rata-rata dan debit di tampang 3 kalau D3 = 1 inci. Masuk atau keluarkah aliran di tampang 3? dari tugas yang

3.3. Tangki air dalam gambar

dibawah

sedang diisi melalui tampang 1 dengan

kecepatan V1 = 10 ft/s dan melalui tampang 3 dengan debit 0,5 ft3/s. Kalau tinggi permukaan air h itu tetap., tentukan kecepatan alitan keluar V2 dalam kaki per sekon.

85

3.4. Air mengalir dengan tunak melalui cerat dalam gambar dibawah dengan fluks massa 50 kg/s. Garis tengahnya ialah D1 = 20 cm dan D2 = 6 cm. Hitunglah kecepatan rata-rata di tampang 1 dan tampang 2 dalam meter per sekon.

3.5. Sebuah pompa bensin mengisi tagki berkapasitas 75 liter dalam waktu 1 menit lebih 10 sekon. Kalau garis tengah ujung pompa itu 3 cm, berapakah kecepatan rata-rata keluarnya aliran pompa itu dalam sentimeter per sekon? 3.6. Sebuah tangki yang berisi udara dengan suhu 200C dan tekanan 100 kPa akan dikosongkan dengan pompa penghisap. Volume tangki itu 1 m3, dan pompa tersebut menyedot udara dengan debit 80 liter/menit, berapa pun tekanannya. Kalau udara itu dianggap sebagai gas sempurna dan prosesnya dianggap isotermal. Tentukan waktu dalam satuan menit yang diperlukan ini menghasilkan persamaan diferensial orde 1. 86 untuk mengurangi tekanan udara dalam tangki itu sampai tinggal 1 kPa. Petunjuk : soal

3.7. Air mengalir melalui kanal yang lebar dan rata dengan profil kecepatan bergolak u U0 (z/z0)1/7, seperti tampak pada gambar dibawah. Kalau U0 = 2,8 ft/s dan z0 = 8 ft, hitunglah debit dan fluks berat dalam kanal itu persatuan lebarnya (ke dalam kertas)

3.8. Dua fluida tercampurkan yang BJnya berbeda masuk melalui tampang 1 dan tampang 2, seperti pada gambar dibawah. Kalau alirannya tunak dan pencampurannya sempurna sebelum keluar, hitunglah kecepatan rata-rata, fluks massa, dan bobot jenis campuran itu ketika melalui tampang 3.

3.9. Pompa semburan air dalam gambar

dibawah

menyemprotkan air dengan = 10 ft/s di daerah cincin di

kecepatan U1 = 100 ft/s melalui pipa berdiameter 3 inci dan bergabung dengan aliran air yang kedua yang kecepatannya U2 pada daerah hilir, tempat U3 sekeliling pipa kecil itu. Kedua aliran itu menjadi tercampur sungguh-sungguh kira-kira tetap. Kalau aliran itu tunak dan takmampu-mampat, hitunglah U3 dalam kaki per sekon.

87

3.10. Semburan air pada

gambar

dibawah

mengenai lempeng yang letaknya tetap gaya F yang

pada arah normal. Abaikan gravitasi dan gesekan, dan tentukan perlu untung mempertahankan posisi lempeng itu, dalam Newton.

3.11.

Cerat mendatar pada gambar dibawah mempunyai garis tengah D1 = 8 inci dan D2 = 4 inci. Tekanan pada tampang masuknya p1 = 50 lbf/in2 mutlak, dan

kecepatan di tampang keluarnya V2 = 72 ft/s. Tentukan gaya yang diberikan oleh baut karahnya untuk mempertahankan cerat itu pada selang. Anggaplah alirannya tunak dan takmampu-mampat. 3.12. Aliran pada gambar dibawah adalah minyak (BJ=0,86) yang kecepatannya di lubang masuk U0 = 50 cm/s, dan R= 3 cm. Tekanannya ketika masuk ialah p1 = 88

110 kPa, sedang

gaya

gesekannya di antara 1 dan 2 terukur 15 N. Berapa

tekanan p2 dalam kilopascal?

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-Hill, New York Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New York Munson Bruce, 2002, Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition, John Willey and Sons, Inc Fox,W Robert, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition, John Willey and Sons, Inc

89

BAB V ANALISIS DIMENSI DAN KESERUPAAN


A. PENDAHULUAN
Materi pembelajaran pada bab ini menguraikan tentang Analisa Dimensi dan
keserupaan. Materi ini menjelaskan azas keserbasamaan dimensi, persamaan-ipersamaan dasar tak berdimensi, teorema Pi, pembangunan model dan hal-hal yang perlu diperhatikan. Penguasaan materi ini akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan masalah pada matakuliah lanjutan seperti Disain kapal I, pembuatan model kapal, Tahanan dan Propulsi kapal sehingga dituntut kemampuan menyelesaikan masalah-masalah Mekanika fluida Untuk mencapai kemampuan mahasiswa yang efektif/efisien akan dirancang proses pembelajaran yang inovatif bernuansa learning. Sasaran pembelajaran pada bab ini , mahasiswa mampu menghitung dan menganalisa dimensi prototype dan mampu memaparkan kesamaan model dan prototype secara selektif. Bentuk pembelajaran dalam bentuk kuliah dibarengi dengan pemberian tugas mandiri dan dipresentasikan, di mana sebagai pendahuluan matakuliah ini. mahasiswa perlu dijelaskan materi pembelajaran agar sasaran pembelajaran secara keseluruhan tercapai setelah mempelajari

B. MATERI PEMBELAJARAN I. ANALISIS DIMENSI


Pada dasarnya analisis dimensi ialah suatu metode untuk mengurangi jumlah kerumitan variabel eksperimental yang mempengaruhi gejala fisika tertentu, dengan menggunakan semacam teknik peringkasan. Kalau suatu gejala tergantung pada n variabel berdimensi, analisis dimensi akan menyederhanakan soal itu sehingga hanya tergantung pada k variabel tak berdimensi, sedang pengurangannya n k = 1,2,3 atau 5 tergantung pada kesulitan soalnya. Pada umumnya n k sama dengan jumlah dimensi yang berbeda (kadang-kadang disebut dimensi pokok, atau utama, atau dasar) yang menguasai soal tersebut. Dalam

90

mekanika fluida, keempat dimensi dasar itu ialah massa M, panjang L, waktu T, dan Suhu atau singkatannya suatu sistem MLT. Kadang-kadang dipakai sistem FLT dengan gaya F sebagai pengganti massa. Meskipun maksudnya untuk mengurangi variable dan mengelompokkan dalam bentuk tak berdimensi, namun analisis dimensi mempunyai beberapa keuntungan sampingan. Yang pertama ialah penghematan waktu dan biaya yang amat banyak. Misalkan kita mengetahui bahwa gaya F pada benda tertentu yang terbenam di dalam aliran fluida hanya akan tergantung pada panjang L benda itu, kecepatan aliran U, rapat fluida dan kekentalan

Pada umumnya diperlukan sekitar 10 titik eksperimental untuk menentukan sebuah kurva. Untuk menentukan pengaruh panjang benda L kita harus melakukan percobaan itu dengan 10 macam panjang. Untuk masing-imasing panjang itu kita akan memerlukan 10 nilai untuk V, 10 nilai untuk dan 10 nilai untuk , sehingga total 10.000 percobaan. Kalau biaya Rp.5000 per percobaan nah anda tahu permasalahannya. Tetapi dengan analisis dimensi kita dapat segera menyederhanakan persm. (5-1) menjadi bentuk yang setara.

Atau Artinya, koefisien gaya tak berdimensi F/v2 L2 hanya merupakan fungsi bilangan

Reynolds tak berdimensi VL/.


Keuntungan sampingan yang kedua dari analisis teoritis. Cara ini menunjukkan jalan dimensi ialah cara ini membantu

mengarahkan pemikiran dan perencanaan kita, baik mengenai percobaan maupun secara tak berdimensi untuk menuliskan persamaannya. Analisis dimensi menunjukkan variable-variabel mana yang disingkirkan. Kadang-adang analisis dimensi akan langsung menolak variabel-variabel itu tidak penting. Akhirnya analisis

91

dimensi sering memberikan pandangan mengenai bentuk hubungan fisika yang sedang kita pelajari. Keuntungan yang ketiga ialah bahwa analisis dimensi memberikan hukum penyekalaan yang dapat mengalihkan data dari model kecil yang murah ke informasi rancang bangun untuk membuat prototype yang besar dan mahal. Kita tidak membangun pesawat udara seharga satu milyard rupiah untuk melihat apakah pesawat itu memiliki gaya bubung yang cukup. Kita mengukur gaya bubung itu pada model yang kecil dengan menggunakan hukum penyekalaan untuk meramalkan gaya bubung pada pesawat udara prototype dengan ukuran sebenarnya. Ada kaidah-kaidah yang akan kita terangkan untuk mencari hukum penyekalaan. Bila hukum penyekalaan itu berlaku, kita katakan ada keserupaan antar model dan prototipe. Dalam kasus persamaan. (5-2) keserupaan tercapai kalau bilangan Reynolds untuk model dan prototipe itu , sebab fungsi g akan membuat koefisien gayanya sama pula.

Disini indeks m dan p berturut berarti model dan prototipe. Dari defenisi koefisien gaya, ini berarti bahwa

Bentuk data yang diambil, dengan p Vp Lp/p = mVmLm/m. Persamaan (5-5) adalah hukum penyekalaan. Kalau gaya model diukur pada bilangan Reynolds model, maka ada bilangan Reynolds yang sama gaya prorotipe besarnya sama dengan gaya model dari nisbah rapat kali kuadrat nisbah kecepatan kali kuadrat panjang. II. ASAS KESEBERSAMAAN DIMENSI (THE PRINCIPLE OF DIMENSIONAL HOMOGENEITY) Jika sebuah persamaan sungguh-isungguh menyatakan hubungan yang benar antara variable-variabel dalam suatu proses fisika, persamaan itu dimensinya serbasama artinya setiap suku adiktifnya akan mempunyai dimensi yang sama. 92

Semua persamaan yang diturunkan dari teori mekanika mempunyai bentuk seperti ini. Misalnya, tinjaulah hubungan yang menyatakan pergeseran benda yang jatuh

Setiap suku dalam persamaan ini berupa pergeseran, atau panjang, dan dimensinya [L]. Persamaan itu secara dimensi serbasama. Perhatikan juga bahwa sebarang perangkat satuan yang konsisten dapat dipakai untuk menghitung suatu hasil. Tinjaulah persamaan Bernoulli untuk aliran tak mampu-mampat

Setiap suku, termasuk tetapannya, mempunyai dimensi kecepatan kuadrat, atau (L2T-2). Persamaan itu dimensinya serbasama dan memberikan hasil yang betul untuk sebarang perangkat satuan yang konsisten Persamaan (5.5) dan (5.6) juga melukiskan beberapa faktor lain yang sering muncul dalam analisis kedimensian, yakni variable-variabel berdimensi, tetapan-tetapan berdimensi, dan analisis dimensi etapan berdimensi ialah besaran yang benar-benar berubah selama proses itu berlangsung dan akan digrafikkan terhadap satu sama lain untuk menampilkan data. Dalam persamaan. (5.5), variable-variabel itu ialah S, dan T, dalam persamaan (5.6) ialah , V dan z. Semuanya mempunyai dimensi dan semuanya dapat di takdimensikan dalam bentuk teknik analisis dimensi Tetapan berdimensi dapat berubah dari suatu kasus ke kasus lainnya, tetapi nilainya

dipertahankan tetap selama proses tertentu. Dalam persamaan. (5.5) tetapan berdimensi itu adalah So, Vo, dan g, sedang dalam persm. (5.6) , g, dan C. Tetapan-tetapan itu semua mempunyai dimensi dan pada dasarnya bisa di takdimensikan, tetapi biasanya mereka dipergunakan untuk membantu mentak-ikan variable-variabel dalam soal itu. Tetapan murni tidak pernah berdimensi, tetapan-tetapan ini muncul dari penggarapan

matematis. Dalam Persm.(5-5) dan (5.6) tetapan-tetapan murni itu ialah dan pangkat 2,

93

keduanya timbul dari pengintegralan : yang lazim lainnya ialah dan

. T

Tetapan tak berdimensi

e.

Perhatikan bahwa pengintegralan dan pendiferensialan suatu persamaan dapat mengubah dimensi, tetapi keserbasamaan persamaan itu tidak berubah. Misalnya, integralkan atau diferensialkan persm. (5.5).

Dalam bentuk yang diintergralkan (5.7a) setiap sukunya mempunyai dimensi [LT], sedang bentuk turunannya (5-7b) mempunyai suku-suku berdimensi [LT-i2] Akhirnya, ada beberapa variable fisika yang secara wajar memang tak berdimensi

berdasarkan defenisinya. Beberapa contohnya misalnya regangan (perubahan panjang per satuan panjang), nisbah Poisson (nisbah antara regangan lintang dan regangan bujur), dan berat jenis (nisbah antara rapat dan rapat air dalam keadaan standar). Semua sudut adalah tak berdimensi (nisbah antara panjang busur dan jari-jari) dan karena alasan ini sebaiknya dinyatakan dalam radian. Motif dibalik analisis dimensi ialah bahwa setiap persamaan yang dimensinya serbasama dapat ditulis dalam bentuk tak berdimensi yang setara, yang lebih kompak. Urainnya secara rinci dijelaskan di bagian teorema pi. Misalnya persamaan (5-5) ditangani dengan mendefinisikan variable-variabel tak berdimensi

Ada dua pantangan dalam operasi seperti persm (5-8). Pertama, jangan mentakdimensikan variable secara terbalik: 94

Kedua, jangan .. sekali lagi: jangan .. mencampurkan variable-variabel (S,t) anda dalam satu definisi :

Ini memang baik dan menarik, tetapi anda akan menghadapi masalah matematika dan masalah penyajian yang menjengkelkan pula. Cara ini kadang-kadang bisa digunakan dalam teknik yang disebut keserupaan tetapi sebaiknya jangan dipakai dalam analisis dimensi. Nah coba definisikan (5-8) dan persamaan. (5-5)

Ini masih mempunyai dimensi panjang, tetapi kalau kita membagi kedua ruas persamaan diatas dan menyendirikan variable takber-i, misalnya S* atau S**,AKD menjamin bahwa semua suku akan menjadi tak berdimensi. Maka bagilah (5-11a) dengan So dan (5-11b) dengan .

Persamaan ini keduanya setara dengan satu sama lain dan segala hal setara dengan persamaan (5-5) yang asli. Grafik persamaan-persamaan itu ditunjukkan dalam gambar 5.1. Bentuk yang mana yang anda rasa lebih baik dan lebih efektif ?. Anda diminta menjelaskan pilihan anda dalam soal 5-1

95

Gambar 5.1 : Dua bentuk persamaan benda jatuh (5-5) yang setara dan takberdimensi (a) persamaan (5-12a) dan (b) persamaan (5-12b). Bentuk manakah yang lebih sesuai. Sementara persamaan (5-5) berbentuk

Dan mengandung lima besaran berdimensi, persamaan. (5-12) masing-masing berbentuk

Dan hanya mengandung tiga besaran takberdimensi. Parameter  biasanya muncul dalam proses-proses yang mempengaruhi gravitasi dan merupakan suatu bentuk bilangan froude (lihat tabel 5-2) Contoh ini sesuai dengan penyataan kita sebelumnya mengenai teknik analisis kedimensian. Fungsi asli yang variabelnya lima disederhanakan menjadi fungsi takberdimensi dengan tiga variabel. Penguranganya, 5 3 = 2, harus sama dengan jumlah dimensi (MLT) yang ada dalam soal.periksalah variable-variabelnya

Seperti yang diharapkan, hanya ada dua dimensi dalam soal ini, yakni {L} dan {T}. Gagasan ini mencapai puncaknya dalam teorema pi. 96

METODE DARAB-PANGKAT Untuk yang terkhir kalinya tinjaulah lagi contoh tadi. Misalkan kita tidak mengetahui apaiapa tentang dinamika dan harus mengerjakan suatu percobaan untuk menemukan hubungan fungsional persamaan (5-14). Karena S adalah panjang, menurut AKD

harus berupa suatu

panjang : maka t, So, Vo, dan g harus digabungkan sedemikan rupa sehingga waktunya tersingkir dan yang tinggal hanyalah dimensi panjang.seperti yang ditunjukkan oleh

Buckingham, satu-satunya cara untuk mewujudkan hal ini adalah dengan menggabungkan setiap suku dalam j sebagai darab besaran-besaran berpangkat:

Dengan tetapan kesebandingan yang takberdimensi dan a, b, c, dan d ialah pangkat tetap ang masih harus ditentukan. Ditinjau dari dimensinya, persamaan. (5-16) harus berupa panjang

Kalau pangkat panjang dan waktunya kita samakan, kita peroleh dua hubungan aljabar Panjang Waktu 1=b+c+d 0 = a c 2d (5-18a) (5-18b)

Karena hanya ada dua persamaan dengan empat anu, sebarang dua di antara a, b, c dan d dapat dinyatakan dalam dua lainnya. Misalnya marilah kita nyatakan c dan d dalam a dan b

97

Tabel 5-1 : Dimensi besaran mekanika fluida

98

III.

TAK BERDIMENSIAN PERSAMAAN PERSAMAAN DASAR DIMENSIONLIZATION OF THE BASIC EQUATIONS)

(NON-

Marilah kita secara singkat menerapkan teknik ini pada persamaan persamaan kemalaran dan pusa untuk aliran takmampu-mampat yang kekentalannya tetap:

Syarat batas yang lazim untuk kedua persamaan ini ialah

Persamaan (5-23, 5-25) mengandung tiga dimensi dasar MLT. Semua variabel p,V, x, y, z,

dan t dapat di bilangan tak berdimensikan dengan memakai rapat dan dua tetapan acuanyang bisa menunjukkan ciri khas aliran fluida tertentu: Kecepatan acuan = U terbenam di dalam aliarn itu. Sekarang definisikan semua variable yang relevan dan ditandai variable-variabel ini dengan bintang: panjang acuan = L Misalnya U kecepatan lubang masuk atau bagian hulu dan L garis tengah benda yang

99

Semua ini sudah jelas dengan sendirinya, kecuali p. Disini kita dengan seenaknya telah ilhami oleh persamaan Bernoulli memasukkan pengaruh gravitasi dengan mengendalikan bahwa z ke atas. Gagasan ini di

Karena , U, dan L semuanya adalah tatapan, turunan turunan dalam Persamaan. (5-23) semua dapat di garap dalam bentuk bilangan tak berdimensi dengan koefisien berdimensi. Misalnya,

Masukkan variable-variabel dari Persamaan. (5-25) kedalam Persamaan. (5-21) dan (5-22) dan bagilah semua sukunya dengan koefisien berdimensi yang utama, seperti ketika kita menangani Persamaan. (5-11). Persamaan gerak takberdimensi yang dihasilkan ialah

Syarat syarat batas bilangan tak ber-inya ialah

Persamaan persamaan ini mengungkapkan empat parameter bilangan tak berdimensi, satu dalam persamaan pusa dan tiga dalam syarat batas tekanan di permukaan bebas.

100

1.

PARAMETER

PARAMETER

BILANGAN

TAK

BERDIMENSI

(DIMENSIONLESS PARAMETERS) Dalam persamaan kemalaran tidak mekanika fluida yakni: Nama parameter ini diambil dari Osborne Reynolds (1852-1912), seorang insinyur Inggris yang pertama kali mengusulkannya pada tahun 1883, Bilangan Reynolds selalu penting dengan atau tanpa permukaan bebas, dan hanya dapat diabaikan dalam daerah aliran yang jauh dari tempat yang landai kecepatannya tinggi; jauh dari permukaan padat, semburan, dan riak buritan. Syarat-syarat batas takgesekan dan di lubang masuk/keluar tidak mengandung para meter. Syarat-batas tekanan di permukaan-bebas mempunyai tiga parameter: ada parameter. Persamaan pusa mengandung satu parameter yang pada umumnya di anggap sebagai parameter yang terpenting dalam

Ini dinamakan menurut Leonhard Euler(1707 - 1783) dan jarang penting kecuali kala tekanannya turun cukup besar sehingga menyebabkan timbulnya uap (peronggaan) dalam zair. Bilangan Euler sering dinyatakan dalam beda tekanan, Eu = p/pU2 . Kalau p mengandung tekanan uap , bilangan Euler itu disebut bilangan peronggaan atau bilangan kavitasi Ca Parameter tekanan yang kedua jauh lebih penting:

Namanya diambil dari William Froude (1810

1879), seorang arsitek angkatan laut

Inggris yang bersama dengan putranya, Robert, mengembangkan konsep tangki-tunda model kapal dan mengusulkan kaidah-kaidah keserupaan untuk aliran permukaan-bebas (hambatan kapal, gelombang permukaan, saluran terbuka). Bilangan Froude merupakan pengaruh yang menonjol dalam aliran permukaan-bebas, dan sama sekali tidak penting kalau tak ada permukaan bebas. Parameter permukaan-bebas yang terakhir ialah

101

Bilangan ini dinamakan menurut Moritz Weber (1871 - 1951) dari Lembaga Politeknik Berlin, yang mengembangkan hukum-hukum kemiripan dalam bentuk modern. Weber lah yang menamakan Re dan Fr dengan nama Reynolds dan Froude. Bilangan Weber hanya penting kalau nilainya satu atau kurang, dan ini lazimnya terjadi bila kelengkungan permukaannya sepadan dengan kedalaman zat cair, misalnya dalam tetes, aliran kapler riak, dan model hidraulik yang sangat kecil. Kalau We besar, pengaruhnya bisa diabaikan. 2. PARAMETER-PARAMETER PARAMETERS) Dalam aliran gas yang kecepatannya tinggi terjadi perubahan-perubahan yang berarti dalam tekanan, rapat, dan suhu, yang harus saling terkait dalam persamaan keadaan seperti hukum gas sempurna. Perubahan-perubahan termodinamika ini menimbulkan dua parameter bilangan tak berdimensi lagi, yang telah disinggung dalam bab-bab sebelumnya: MAMPU-MAMPAT (COMPRESSIBILITY

Bilangan Mach dinamakan menurut nama Ernst Mach (1838 - 1916), seorang fisikawan Austria. Pengaruh hanya kecil atau sedang saja, tetapi Ma menimbulkan efek yang kuat pada besaran-ibesaran aliran termampatkan kalau nilainya lebih besar dari sekitar 0,3. 3. ALIRAN BERALUN (OSCILLATING FLOWS) Kalau pola alirannya beralun atau bergetar, parameter yang ketujuh masuk melalui syaratbatas di lubang-masuk. Misalnya, aliran di lubang-masuk itu berbentuk

Argumen fungsi kosinus ini mengandung sebuah parameter baru, yakni

Gaya

dan momen bilangan tak berdimensi, gesekan, dan pemindahan bahang, dan

sebagainya, dalam aliran beralun semacam itu akan merupakan fungsi bilangan Reynolds dan 102

bilangan Strouhal, Parameter ini dinamakan menurut nama seorang fisikawan Jerman yang pada tahun 1878 melakukan percobaan-percobaan dengan kawat yang berdesing bila ditimpa angin, V. Strouhal. IV. TEOREMA (THE PI THEOREM) Pada tahun 1915 E. Buckingham memberikan prosedur alternatif yang sekarang disebut teorem pi Buckingham. Istilah pi diambil dari notasi matematika , yang berarti darab variable-variabel. Kelompok-kelompok bilangan tak berdimensi yang didapatkan dari teorem itu berupa darab pangkat yang dinyatakan dengan , , , dan sebagainya. Metode ini memungkinkan kita untuk memperoleh "pi" "pi" itu secara berurutan, tanpa harus memakai pangkat-pangkat yang bebas. Bagian pertama dari teorema pi menjelaskan tentang pereduksian variabel yang dapat iharapkan: Kalau suatu proses fisika memenuhi AKD dan mengandung n variable berdimensi, proses itu dapat direduksi menjadi hubungan antara k variabel bilangan tak berdimensi saja, atau k buah . Rcduksinya i = n-k sama dengan jumlah maksimum variable yang tidak membentuk suatu "pi" di antara variable-variabel itu sendiri, dan senantiasa kurang dari, atau sama dengan, jumlah dimensi yang melukiskan variable-variabel tersebut. Tinjaulah kasus kakas pada benda yang terbenam: Persamaan (5-1) mengandung lima variabel L, U, f, p dan yang dilukiskan oleh tiga dimensi (MLT). Jadi n = 5 dan j 3. Karena itu kita bisa menduga bahwa soal ini dapat direduksi menjadi k buah "pi", Kekasaran mudah lepas dari perhatian sebab ia adalah efek geometrik yang kecil, yang tidak tampak dalam persamaan gerak.

103

Tabel 5-2 :Kelompok-kelompok bilangan tak berdimensi dalam Mekanika Fluida

dengan k = n dimensi / > 5 3 = 2. Dan memang inilah yang kita dapatkan: duavariabel takberdimensi, = dan = Re. Barangkali diperlukan lebih banyak "pi" daripada jumlah minimum ini. Bagian kedua dari teorem itu menunjukkan bagaimana mencari "pi" - "pi" itu satu demi satu: Agar spesifik, misalkan bahwa proses itu melibatkan lima variabel 104

Misalkan ada tiga dimensi (MLT) dan kita mencari-icari dan ternyata memang = 3. Maka k = 5 - 3 = 2 dan kita mengharapkan, berdasarkan teorem Itu, bahwa hanya ada dua kelompok "pi" saja. Pilihlah tiga variable yang mudah yang tidak membentuk suatu "pi" dan misalkan ini ternyata ialah dan . Maka kedua kelompok "pi" itu dibentuk oleh darab pangkat ketiga variable ini plus satu variable lagi Dl sini kita secara sebarang memilih dan dengan pangkat satu. Dengan menggunakan pangkat-pangkat berbagai dimensi itu menurut teorem tersebut kita pasti mernperoleh nllaiinilal a, b, dan c yang amung untuk setiap "pi". Dan nilai-inilai ini tak tergantung pada satu sama lain, sebab hanya yang mengandung dan saja yang memuat . Cara ini amat rapi bila anda telah terbiasa dengan prosedurnya. Kita akan menunjukkannya dengan beberapa contoh. Lazimnya ada enam langkah: 1. 2. 3.
Daftar dan hitunglah n variabel yang ada dalam soal. Kalau ada variabel yang penting

kelewatan, analisis dimensi akan gagal.


Daftar dimensi setiap variabelnya menurut MLT atau FLT. Daftar ini bisa dilihat dalam

Tabel 5-1.
Carilah /. Mula-mula tebak saja / sama dengan jumlah dimensi berbeda yang ada, dan carilah

/ variabel yang tidak membentuk suatu darab "pi". Kalau tak berhasil, kurangi / dengan satu,

lalu cari lagi.' Dengan latihan anda akan dapat menemukan dengan cepat. 4.
Pilihlah / variabel yang tidak membentuk suatu darab* "pi". Yakinkan diri anda bahwa anda

senang dengan pilihan itu, dan bahwa yang anda pilih itu bersifat umum kalau mungkin, sebab pilihan tersebut akan muncul dalam setiap kelompok "pi". Pilihlah rapat, atau kecepatan, atau panjang. Jangan memilih tegangan muka, misalnya, sebab anda akan
membentuk enam parameter bilangan-iWeber yang bebas dan berbeda, dun menjengkelkan

rekan-irekan anda. 5.
Tambahkan satu variabel pada / variabel anda dan bentuklah sebuah darab pangkat. Secara aljabar carilah pangkat-ipangkat yang memuat darab itu menjadi bilangan tak berdimensi. Usahakan variabel-variabel keluaran anda (kakas, penurunan tekanan, momen gaya, daya) muncul sebagai pembilang agar grafiknya tampak lebih bagus. Kerjakan ini berturut-turut

105

dengan menambahkan satu variabel baru setiap kali, dan anda akan memperoleh semua n

dimensi / = k darab "pi" yang dicari. 6. Tulislah fungsi bilangan tak berdimensi yang diperoleh dan periksalah hasil itu, apakah semua kolompok "pi" dimensinya bilangan tak berdimensi. V. PEMBANGUNAN MODEL DAN HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN (MODELING AND ITS PITFALLS) sampai sekarang kita lelah mempelajari kebersamaan dimensi dan dua metode untuk mengubah hubungan fisika yang serbasama ke bentuk bilangan tak berdimensi, yakni darabpangkat dan teorema pi. Secara matematika ini cukup mudah, tetapi ada kesulitan-kesulitan teknis yang perlu dibahas. Pertama, kita telah begitu saja menganggap bahwa variable-variabel yang mempengaruhi proses itu dapat didaftarkan dan dianalisis. Padahal sebenarnya pemilihan variable-variabel yang penting itu memerlukan pertimbangan yang matang serta pengalaman. Harus diputuskan, misalnya, apakah kekentalan boleh diabaikan. Adakah efek suhu yang penting? Mungkinkah pengaruh muka? Dan bagaimana pula dengan kekasaran permukaan? Setiap kelompok pi yang dipakai menambah usaha dan biaya yang diperlukan. Pertimbangan yang jitu dalam pemilihan variable hanya dapat dicapai melalui latih dimensi S dan kematangan; buku ini memberikan sebagian dari pengalaman yang perlu itu. Setelah variabel-variabel itu dipilih dan analisis dimensinya dikerjakan, diusahakan tercapainya keserupaan antara model yang dicoba dan prototipe yang harus dirancang bangun. Dengan pengujian yang cukup, data dari model itu akan mengungkapkan fungsi takberdimensi yang dicari diantara variabel-variabel. Lalu persamaan. (5-35) tersedia dalam bentuk daftar, grafis atau analitis, kita lalu dapat memastikan keserupaan yang penuh antara model dan prototipe. Ini dapat dinyatakan begini: Keadaan aliran untuk pengujian model serupa penuh jika semua parameter bilangan tak berdimensi yang penad mempunyai nilai yang bersesuaian untuk model dan prototipenya. Secara matematis hal ini sesuai dengan Persamaan. (5-35). Kalau 2m

,2p ,3m

3p,

seterusnya, Persamaan. (5-35)

menjamin bahwa hasil yang dicari

akan sama

dengan lp. Tetapi ini lebih mudah dikatakan daripada dikerjakan. 106

Buku-buku teknik tidak membicarakan keserupaan penuh, melainkan jenis-jenis keserupaan tertentu; yang paling lazim ialah keserupaan geometri, kinematik, dinamik termal. Marilah kita meninjaunya satu per satu. 1. KESERUPAAN GEOMETRI (GEOMETRIC SIMILARY) Keserupaan geometri bersangkutan dengan dimensi panjang {L} dan harus dipastikan sebelum pengujian model yang masuk akal dapat berlangsung. Definisi formalnya begini: Sebuah model dan prototipe adalah serupa secara geometri jika dan hanya jika semua ukuran benda dalam ketiga koordinatnya mempunyai nisbah skala-linear yang sama. Perhatikan bahwa semua skala panjang harus sama. Keadaannya seperti bila anda memotret prototipe dan mengecilkan atau membesarkannya sampai sama besar dengan modelnya. Kalau model itu akan dibuat berukuran sepersepuluhnya prototipe, panjang, lebar dan tingginya masing-masing harus sepersepuluhnya pula. Bukan ini saja; bentuk keseluruhannya harus sepersepuluhnya bentuk prototipe. Secara teknis kita menyebut titiktitiknya yang homolog, artinya mempunyai letak nisbi yang sama. Misalnya hidung prototipe homolog atau berhomologj dengan hidung model, dan ujung sayap kiri prototipe haul log dengan ujung sayap kiri model. Maka syarat keserupaan geometri ialah bahwa semua titik yang homolog mempunyai nisbah skala-linear yang sama. Ini berlaku baik untuk geometri f, luida maupun untuk geometri model: Semua sudut dan semua arah aliran dipertahankan dalam keserupaan geometri Kiblat model dan prototipe terhadap sekelilingnya harus identik. dan

107

Gambar 5.2 : Keserupaan geometri dalam pengujian model; (a) prototype, (b) model berskala 1/10 Gambar 5.2 melukiskan sebuah prototipe sayap dan model yang skalanya sepersepuluh. Ukuran model itu semuanya sepersepuluh ukuran prototipe, tetapi sudut tempuhnya terhadap aliran bebas itu sama: 10, bukan 1. Segala bentuk rinci model itu harus dibuat dengan skala, dan beberapa di antaranya kurang nyata dan kadang-kadang kelewatan: Gambar 5-2 Keserupaan geometri dalam pengujian model: a) prototipe; (b) model 1. 2. 3. Ruji hidung model harus sepersepuluhnya ruji hidung prototipe. Kekasaran permukaan model harus sepersepuluh kali lipat.
Jika prototipenya mempunyai kawat penjegal lapisan-batas berukuran 5 mm yang

dipasang 1,5 m di depan ujung haluannya, modelnya harus diberi kawat penjegal yang berukuran 0,5 mm, dipasang 0,15 m di depan ujung haluannya. 4.
Kalau prototipenya dibangun dengan keling-keling yang menonjol, model! harus

mempunyai keling-keling homolog yang menonjol, yang ukurannya sepersepuluhnya. Begitu selanjutnya. Setiap penyimpangan dari pelanggaran perbedaan itu. Model-model yang tampak serupa bentuknya tetapi nyata-nyata melanggar keserupaan geometri janganlah diperbandingkan, kecuali atas risiko anda sendiri. Gambar 5.3 ketentuan rinci ini merupakan keserupaan geometri dan harus dibenarkan dengan pembandingan secara

eksperimental, dengan menunjukkan bahwa perilaku prototipe tidak banyak dipengaruhi oleh

108

melukiskan situasi ini. Bola-bola pada Gambar 5.3a semuanya serupa secara geometri dan bisa diuji dengan harapan besar bahwa hasilnya bagus jika bilangan Reynolds, bilangan Froude, dan sebagainya, cocok. Tetapi lonjong-lonjong atau elipsoid dalam gambar 5.3b hanya kelihatannya saja serupa. Sebenarnya lonjong-lonjong itu mempunyai nisbah skalalinear yang berbeda-beda, dan karenanya tak boleh diperbandingkan secara bernalar, walaupun mereka mempunyai bilangan-bilangan Reynolds, Froude, dan sebagainya, yang sama. Data untuk lonjong-lonjong ini tak akan sama, dan ''membandingkan" mereka mencerminkan pertimbangan teknis yang jelek.

Gambar 5.3 : Keserupaan dan ketakserupaan geometri aliran: (a) serupa (b) takserupa. 2. KESERUPAAN KINEMATIK (KINEMATIC SIMILARITY) Keserupaan kinematik mensyaralkan model dan prototipe untuk mempunyai nisbah skalapanjang dan nisbah skala-waktu yang sama. Hasilnya ialah bahwa nisbah skala kecepatannya akan sama untuk keduanya. Seperti dikatakan oleh Langhaar "Gerak dua sistem adalah, serupa secara kinematis, kalau pertikel-partikel yang homolog terletak di titik-titik yang homolog pada saat-saat yang homolog". Kesetaraan skala-panjang semata-mata menyiratkan keserupaan geometri, tetapi kesekiaan skala-waktu mungkin memerlukan pertimbangan-pertimbangan dinamik lain, seperti kesetaraan bilangan-bilangan Reynolds, Mach, dan sebagainya. 109

Suatu contohnya ialah aliran tanpagesekan tak mampu-mampat tanpa permukaan bebas, seperti di perlihatkan dengan sketsa dalam gambar 5.5a. Aliran-aliran fluida sempurna ini serupa secara kinematis dengan skala panjang dan skala waktu yang saling takgayut, dan tak ada paremeter lain yang di perlukan. Aliran-aliran tanpagesekan yang mempunyai sebuah permukaan bebas, seperti dalam gambar 5-5b, adalah serupa secara kinematis kalau bilangan Froude mereka sama

Perhatikan bahwa bilangan Froude hanya mengandung dimensi panjang dan waktu, dan keduanya merupakan parameter kinematik murni yang menentukan hubungan antara panjang dan waktu. Dari Persamaan. (5-36), kalau skala panjangnya ialah Dengan suatu nisbah bilangan tak berdimensi, skala kecepatannya ialah.

Dan skala waktunya ialah

Hubungan kinematik penyekalaan-Froude ini di lukiskan dalam Gambar 5.5b untuk percobaan dengan model gelombang. Kalau gelombang-gelombang itu di hubungkan oleh skala panjang , maka periode, kelajuan perambatan, dan kecepatan zarahnya dihubungkan oleh . Jika kekentalan, tegangan muka, atau mampu-mampat merupakan faktor yang penting, keserupaan kinematik tergantung pada hasil yang dicapai keserupaan dinamik. 3. KESERUPAAN DINAMIK (DYNAMIC SIMILARITY) Terdapat keserupaan dinamik antara model dan prototipe jika model dan prototipe itu
mempunyai nisbah skala panjang, skala waktu, dan skala gaya (atau skala massa) yang sama. Di sini pun, keserupaan gometri merupakan syarat pertama, kalau ini saja tidak di penuhi, jangan lanjutkan percobaan anda. Maka kesempurnaan dinamik terjadi bersamaan dengan keserupaan kinematik kalau gaya model dan gaya prototipe mempunyai nisbah yang tepat. Ini terjadi jika :

110

1. jenis

Aliran mampu-mampat: bilangan-bilangan Reynolds dan Mach, dan nisbah bahan model dan prototipe masing-masing sama.

2. Aliran tak mampu-mampat a. Tanpa permukaan bebas : bilangan Reynolds model yang prototipe sama. b. Ada permukaan bebasnya : bilangan-bilangan Reynolds, Froude, dan (kalau perlu) bilangan-bilangan weber dan peronggaan model dan prototipe masing-masing sama.
Cara matematika, hukum Newton untuk setiap partikel fliuida menuntut bahwa jumlah gaya tekanan, gaya gravitasi, dan gaya gesekan sama dengan gaya kelembaman yang sebanding

dengan percepatan. Hukum-hukum keserupaan dinamik yang disenaraikan di atas memastikan bahwa masingmasing gaya ini akan mempunyai nisbah yang sama dan mempunyai arah yang setara Antara model dan prototipe. Gambar 5.5 memperlihatkan suatu contoh berupa aliran melalui pintu air. Segi banyak gaya pada titik-titik homolog mempunyai bentuk yang persis sama jika bilanganbilangan Reynolds dan Froudenya sama (tentu saja dengan mengabaikan tegangan muka dan perongga). Keserupaan kinematik juga di jamin oleh hukum-hukum model ini. 4. PERBEDAAN DALAM PENGUJIAN AIR UDARA (DISCREPANCIES IN WATER AND AIR TESTING) Keserupaan dinamik sempurna yang ditunjukkan dalam gambar 5.5 lebih merupakan impian dari pada kenyataan, sebab kesetaraan sejati bilangan-bilangan Reynolds dan Froude hanya dapat dicapai dengan perubahan-perubahan dramatik dalam sifat-sifat udara, yang merupakan fluida paling murah yang tersedia. Pertama-tama tinjaulah pengujian model hidraulik yang mempunyai permukaan bebas, keserupaan dinamik mensyaratkan bilangan Froude yang setara, Persamaan. (5.36), dan bilangan Reynolds yang setara. fluida, sedangkan dalam kenyataan kebanyakan pengujian model hanya dilakukan dengan air dan

111

Tetapi kecepatan dan panjangnya kedua-duanya terkendali oleh bilangan Froude, Persm. (5-37) dan (5-38). Karena itu, untuk nisbah skala panjang tertentu, persamaan, (5-51) hanya diperlukan kalau Misalnya, untuk model berskala 1/10, = 0,1 dan 3/2 = 0,032. Karena vp pastilah bersangkutan dengan air, kita membutuhkan fluida yang kekentalan kinematiknya hanya 0,032 kalinya kekentalan air untuk mencapai keserupaan dinamik. Mengacu kembali ke tabel 1-3, sadarlah kita bahwa ini tak mungkin : bahwa air raksa pun kekentalan kinematiknya hanya sepersembilan kekentalan kinematik air, dan model hidraulik raksa akan mahal dan membahyakan kesehatan. Dalam praktik air di pakai baik untuk model, maupun untuk prototipe, dan keserupaan bilangan Reynolds (5-41) terpaksa dilanggar. Bilangan Froude diperhatikan tetap nilainya sebab bilangan ini merupakan paremeter yang dominan dalam aliran permukaan bebas. Pada umumnya bilangan Reynolds untuk lairan model terlalu kecil dengan faktor 10 100. Seperti diperlihatkan pada gambar 5.6, data dari model dengan bilangan Reynolds yang rendah dipergunakan untuk memperkirakan data prototype dengan bilangan Reynolds tinggi yang di inginkan, dengan cara ekstrapolasi seperti ditunjukkan pada grafik itu, Jelaslah terjadi ketidakpastian dalam pengeksplorasian semacam itu, namun tak ada pilihan lain yang praktis dalam pengujian model hidraulik. Kedua, tinjaulah pengujian model aerodinamik di udara, tanpa permukaan bebas . Paramater yang penting ialah bilangan Reynolds dan bilangan Mach. Persamaan (5-41) harus dipenuhi, ditambahi dengan patokan ke mampu-mampat.

Karena prototipenya jelas bekerja di udara, kita memerlukan fluida terowongan angin yang kekentalannya rendah dan di dalamnya kelajuan bunyi tinggi. Hidrogen merupakan satusatunya contoh yang praktis, tetapi jelaslah bahwa gas ini terlalu mahal dan berbahaya. Karena itu terowongan angin pada umumnya beroperasi dengan udara sebagai fluida kerjanya. Dengan mendinginkan dan menekan udara itu Persm. (5-45) makin didekati, tetapi tidak cukup untuk memenuhi penurunan skala panjang sebanyak 1/10 kali, misalnya. Karena 112

itu penyekalaan bilangan Reynolds biasanya juga di langgar dalam pengujian aerodinamik, dan ekstrapolasi seperti dalam gambar 5-6 juga di perlukan disini. Kenyataannya, dengan meningkatnya kelajuan dan ukuran kendaraan, perbedaan antara bilangan Reynolds prototype dan model makin membesar, seperti terlihat dalam gambar 5-7. Lukasiewicz (30) memakai Gambar 5-9 sebagai alasan untuk menginginkan terowongan angin baru yang berkemampuan bilangan Reynolds lebih besar. CONTOH SOAL : 5.1. Kopapoda adalah binatang tak bertulang belakang yang punggungnya keras, hidup di dalam air dan garis tengah badannya kira-kira 1 mm. Kita ingin mengetahui gaya seret pada kopapoda bila hewan ini bergerak perlahan di air tawar. Sebuah model yang skalanya 100 kali lebih besar dibuat, lalu di uji di dalam gliserin pada kecepatan v = 30cm/s. Gaya yang terukur dengan model ini ialah 1,3 N. Dalam kecepatan yang serupa, berapakah kecepatan dan seretan kopapoda yang sebenarnya di dalam air?. Andaikan persamaan (5-1) berlaku,dan suhunya 20 celcius derajat. Penyelesaian: bahwa

Skala panjangnya ialah Lm = 100 m dan Lp = 1 mm. Kita mempunyai cukup data untuk menghitung bilangan reynolds dan koefisien gaya

113

Kedua bilangan ini

tak berdimensi, seperti anda dapat cek sendiri. Dalam keadaan

serupaan bilangan Reynolds prototipe harus sama,dan Persamaan. (5-2) menuntut bahwa koefisien gaya prototipe harus sama pula;

5.2. F daya dorong baling-baling sekrup diketahui tergantung pada diameter d, kecepatan muka v, densitas fluida , putaran per N detik, dan koefisien viskositas , dari fluida. Menemukan ekspresi untuk F dalam hal ini jumlah. Penyelesaian: Hubungan umum menjadi F = (d, v, , ), yang dapat diperluas sebagai jumlah yang terbatas seri istilah memberikan Dimana A, B, dll Apakah konstanta numerik dan m, p, q, r, s adalah kekuatan yang tidak diketahui. Karena, untuk homogenity dimensi, semua istilah harus dimensi sama, ini dapat dikurangi untuk Di mana K adalah sebuah konstanta numerik. Dimensi F variabel dependen dan variabel ondependent d, v, p, N, dan adalah

114

Untuk kenyamanan, ini dapat ditetapkan pada bentuk matriks tabel atau dimensi, di mana kolom disediakan untuk setiap variabel dan kekuatan masing-masing dimensi dasar dalam rumus dimensi adalah intersted dalam baris yang sesuai:

Mengganti dimensi untuk variabel-variabel dalam (I),

Karena ada lima variabel yang tidak diketahui dan hanya tiga persamaan, adalah mustahil untuk mendapatkan solusi lengkap, tapi tiga tidak diketahui dapat dtermined dalam hal dua yang tersisa. Jika kita memecahkan m, p, dan q, basah mendapatkan q = 1 s dari (2) p = 2 r s dari (3) m = 1 p + 3q + s = 2 + r s dari (4) Subtituting nilai-nilai dalam (1), Regrouping variabel, Sejak s dan r tidak diketahui ini dapat ditulis

115

Mana berarti 'fungsi'. Pada pandangan pertama, ini tampaknya menjadi solusi yang agak memuaskan, (5) menunjukkan bahwa

Di mana C adalah konstanta yang akan ditentukan secara eksperimental dan nilai yang tergantung pada nilai-nilai vd / dan dN / v. 5.3. Sebuah fasilitas penelitian laut menggunakan sebuah baskom penarik untuk menguji model diusulkan konfigurasi lambung kapal. Sebuah bentuk lambung baru menggunakan busur bawah laut bulat diusulkan untuk kapal induk bertenaga nuklir yang panjangnya 300 m panjang. Sebuah model 3-m telah diuji dalam tangki penarik dan ditemukan memiliki kecepatan maksimum lambung dari 1,4 m / s. Berapa kecepatan lambung direncanakan untuk prototipe? Penyelesaian : Dalam studi lambung kapal, tegangan permukaan dan efek kompresibilitas yang tidak signifikan. Oleh karena itu, untuk bentuk geometris yang sama, kesamaan dinamis terjadi ketika

Pengalaman telah menunjukkan bahwa bilangan Froude adalah signifikan lebih besar dari bilangan Reynolds dalam aplikasi tertentu. Dengan demikian, cairan yang digunakan dalam tangki penarik umumnya air, bilangan Froude saja dipertahankan antara model dan prototipe; dan koreksi empiris yang dibuat untuk mengkompensasi perbedaan yang ada antara bilangan Reynolds. Oleh karena itu kita mengabaikan efek viskos, yang diukur dengan bilangan Reynolds, dan berkonsentrasi dalam pembuatan gelombang karakteristik lambung, seperti diukur dengan bilangan Froude. Karena percepatan gravitasi adalah sama untuk prototipe amd model, kecepatan prototipe diantisipasi menjadi 116

atau Vp = 1,4 (10,0) = 14 m/s Sebagai, kecepatan konversi 14 m / s diterjemahkan ke 27,2 knot, di mana 1 knot = 1 mil laut per jam dan 1 mil laut = 6080 m 5.4. Pengujian yang dilakukan dalam terowongan angin pada 1 : 5 yang dari model pelampung berapa gaya angkat terendam. Jika arus air maksimum yang diharapkan adalah 3 fps, berapa kecepatan udara harus digunakan untuk menjamin kesamaan pola aliran? prototype bila gaya angkat model 5,0 1b sesuai? Penyelesaian: Dari tabel udara dan air pada tekanan atmosfer ditemukan bahwa untuk temperatur diasumsikan dari 60 F Vm / Vp = 1,58 x 10-4 / 1,21 x 10-5 = 13,1. Kemudian, untuk kesetaraan dari angka Reynolds,

Dengan kesamaan bilangan Euler (karena p = V2

Karenanya, 5.5. Drag dari sebuah kapal dalam air diasumsikan tergantung pada bilangan Reynolds dan bilangan Froude sehingga

Diusulkan bahwa model sepersepuluh ukuran kapal skala penuh akan diuji dalam air dan hasilnya digunakan untuk memprediksi kinerja kapal skala penuh. Apakah ini layak? Penyelesaian: Prediksi tes skala penuh dari model tes digunakan untuk menentukan bentuk hukum tarik mensyaratkan bahwa bilangan Reynolds dan Froude model dan prototipe sama. Jadi 117

Dari kesamaan bilangan Reynolds ;

Dari kesamaan bilangan Froude

Hasil ini bertentangan satu sama lain, dan kita dapat menyimpulkan bahwa pencapaian kesamaan dinamis dalam model dan prototipe tidak mungkin. C. PENUTUP Diakhir pemberian materi pada bab ini, mahasiswa Mampu menghitung dan menganalisa dimensi prototype serta dapat memaparkan kesamaan model dan prototype kapal secara selektif, dan diberikan penilaian berdasarkan penyelesaian problem set dan penguasaan bentuk kesamaan dengan kriteria penilaian adalah kreativitas dan kedisiplinan. TUGAS LATIHAN
Selesaikanlah tugas dibawah ini, setiap mahasiswa mengerjakan tiga buah latihan dan

menganalisa hasil yang dperoleh serta dipresentasikan pada pertemuan berikutnya 5.1.Sebuah pompa Model memiliki impeller dari 6 in Diameter. Ketika berjalan pada 1200 rpm, pompa memberikan 2 cfs terhadap kepala 16 ft Sebuah pompa yang serupa diperlukan untuk debit 40 cfs pada 600 rpm. Berapa diameter pompa ini, dan apa kepala itu akan berkembang? 5.2.Sebuah kapal 100 ft panjang. Desain tes tangki penarik dalam air menggunakan model 3ft panjang. Berapa daya yang diperlukan untuk mendorong prototipe pada kecepatan 20 knot?

118

5.3.Kecepatan bunyi dalam suatu gas, a, tergantung pada tekanan p dan kerapatan .
Tunjukkan dengan analisi dimensi bahwa bentuk yang betul haruslah a = (tetapan)(p/ )2

5.4.Seperlima skala model pesawat diuji dalam (a) sebuah terowongan angin, dan (b) sebuah terowongan air. Hitung kecepatan model pada terowongan yang diperlukan untuk sesuai dengan kecepatan penuh skala 100 fps pada permukaan laut? 5.5.Gaya hambatan F sebuah kapal merupakan fungsi panjangnya L, kecepatannya V, percepatan grafitasi g, dan kerapatan serta kekentalan yang diarunginya. Tulislah kembali hubungan ini dalam bentuk tak berdimensi ? 5.6.Sebuah rudal diluncurkan kapal selam, 1 m diameter dengan 5 m panjang, yang akan dipelajari di sebuah terowongan air untuk menentukan beban yang bekerja padanya saat peluncuran bawah lautnya. Kecepatan maksimum selama ini bagian awal peluncuran rudal adalah 10 m / s. Hitung kecepatan aliran air terowongan artinya jika model 1 / 20 skala dimanfaatkan dan kesamaan dinamis akan dicapai? 5.7.Sebuah kapal menghela suatu larik sonar yang kira-kira seperti silinder bergaris tengah 1 ft dengan panjang 30 ft, dan sumbunya tegak lurus terhadap arah helaan. Jika kecepatan hela 12 knot. Berapa daya kuda yang dibutuhkan untuk menghela sinder yang terbenam itu dan frekwensi yang dilepaskan oleh silinder tersebut ? 5.8.Prototipe pompa air mempunyai penekan bergaris tengah 2 ft, dan di rancang bangun untuk memompa air dengan debit 12 ft3/s dengan laju putaran 750 rpm. Sebuah model pompa bergaris tengah 1 ft diuji di udara pada suhu 200C dengan kecepatan 1800 rpm, dan ternyata efek bilangan Reynoldsnya dapat diabaikan. Untuk keadaan yang serupa, berapa feet kubik per sekon debit model itu ? kalau untuk menjalankan model pompa itu diperlukan 0,082 Hp, berapa daya kuda yang diperlukan untuk menjalankan prototipenya ? 5.9.Sebuah kavitasi torpedo 8 m di bawah permukaan laut yang suhu airnya 20 0C mengalami pada kelajuan 21 m/s ketika tekanan atmosfir besarnya 101 kPa. Jika efek 119

bilangan Reynolds dan bilangan Froude dapat diabaikan, pada kelajuan berapakah torpedo itu akan mengalami kavitasi menghindari kavitasi ? 5.10. Sebuah kapal prototype panjangnya 400 ft dan mempunyai luas yang tercelup dalam air sebesar 30.000 ft2. Sebuah model berskala seperdelapanpuluh diuji dalam tangki tunda menurut penyekalaan Froude, pada kecepatan 1, 3, 2, 0 dan 2,7 knot (1 knot = 1,689 ft/s). Seretan gesekan yang terukur pada model pada kecepatan ini berturutturut 0,11; 0,24 dan 0,41 lbf. Berapakah ketiga kecepatan prototipenya? Berapakah taksiran seretan gesekan prototype pada kecepatan-kecepatan ini kalau dimasukkan koreksi untuk perbedaan bilangan Reynolds, yang diperoleh dengan ekstrapolasi ? bila melaju pada kedalaman 20 m? Pada kedalaman berapakah torpedo itu harus diluncurkan dengan kecepatan 30 m/s untuk

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-Hill, New York Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New York Munson Bruce, 2002, Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition, John Willey and Sons, Inc Fox,W Robert, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition, John Willey and Sons, Inc

120

BAB VI ALIRAN KENTAL DALAM PIPA

A. PENDAHULUAN
Materi pembelajaran pada bab Pipa. Materi ini menjelaskan tak bundar. Penguasaan materi masalah pada matakuliah ini menguraikan tentang Aliran Kental dalam

Sifat-sifat Aliran menurut Bilangan Reynolds, Aliran ini akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan seperti Sistem Instalasi Perpipaan, Tahanan

kental dalam dan luar, Aliran di dalam Pipa Bundar, Aliran di dalam Saluran pipa lanjutan

kapal, Mesin Fluida, sehingga dituntut kemampuan menyelesaikan masalah-masalah Mekanika fluida . Untuk mencapai kemampuan mahasiswa yang efektif/efisien akan dirancang proses pembelajaran yang inovatif bernuansa learning. Sasaran pembelajaran pada bab ini , mahasiswa mampu menjelaskan dan

menganalisa aliran kental dalam versus

luar. Mampu mengukur aliran fluida mahasiswa perlu dijelaskan setelah

Bentuk pembelajaran dalam bentuk pemberian tugas kelompok dan dipresentasikan (Small group discussion), di mana sebagai pendahuluan mempelajari matakuliah ini. materi pembelajaran agar sasaran pembelajaran secara keseluruhan tercapai

B. MATERI PEMBELAJARAN
I. SIFAT SIFAT ALIRAN MENURUT BILANGAN REYNOLDS (REYNOLDS-NUMBER REGIMES)
Bab ini, akan membahas penerapan-penerapan khusus dari analisis aliran fluida. Misalnya, bab ini mempelajari aliran kental di dalam dinding-dinding yang mengungkungnya, seperti pipa atau pipa-pembaur. Ada banyak teori yang dapat dipakai kalau kita mengabaikan efek-efek yang penting seperti kekentalan dan ketermampatan, tetapi belum ada teori yang umum, 121

dan

mungkin

tak

akan

pernah

ada. dalam

Soalnya, selang

terjadi

perubahan

besar

yang

menyulitkan dalam perilaku fluida

bilangan Reynolds yang sedang. atau laminar), melainkan menjadi

Alirannya tidak lagi tenang dan tunak (berlapis bergolak dan bergejolak (bergolak atau golakan atau turbulensi. Dalam gambar 6.1a
5

turbulen). Perubahan ini disebut transisi ke kita lihat bahwa transisi pada silinder

dan bola terjadi kira-kira pada Re = 3 x 10 , di mana tampak penurunan yang tajam dalam koefisien gesek. Transisi tergantung pada banyak efek, misalnya kekasaran

dinding (gambar 6.1b) atau gejolak dalam aliran di lubang-masuk, tetapi parameter yang utama adalah bilangan Reynolds. Turbulensi dapat dideteksi dari pengukuran dengan instrument kecil yang peka seperti anemometer kawat-panas atau transduser tekanan piezo-elektrik. alirannya akan tampak tunak secara rata, tetapi akan menunjukkan gejolak rambang yang cepat kalau ada golakan, seperti dilukiskan dengan sketsa dalam Gambar 6.1. Kalau alirannya gejolak berlapis atau laminar, kadang-kadang yang bergejolak akan membersit dapat terjadi gangguan-gangguan (Gambar 6.1b) ketika yang wajar yang teredam dengan cepat (Gambar 6.1a). kalau sedang terjadi transisi, dengan tajam ketakmampatan geral berlapis.

bilangan Reynolds yang membesar menyebabkan

Pada nilai Re yang cukup besar, alirannya akan terus menerus bergejolak (Gambar 6.1c) dan disebut bergolak penuh. Gejolak itu, yang lazimnya berkisar dari 1 sampai 20% kecepatan rata-ratanya, tidak periodik, melainkan rambang dan meliputi jangka atau spektrum frekuensi yang terus menerus. Dalam aliran dengan Re yang tinggi di dalam terowongan angin, frekuensi golakan berkisar dari 1 sampai 10.000 Hz, dan riak-gelombangnya terletak dalam selang antara 0,01 sampai 400 cm.

Gambar 6.1 : Ketiga corak aliran kental: (a) aliran berlapis pada Re rendah; (b) transisi pada Re sedang; (c) aliran bergolak pada Re tinggi. 122

CONTOH 6.1
Bilangan Reynolds transisi untuk aliran melewati bola yang halus ialah Rekr
0

250.000. Pada kecepatan berapakah hal ini terjadi dalam aliran udara pada suhu 20 C yang melewati bola bergaris-tengah 12 cm? penyelesaian Dari Tabel 2.1 kita baca = 1.51 x 10- m /s untuk udara. Bilangan Reynolds kritis ialah
5 2

kelajuan ini, yakni sekitar 70 mil/jam, termasuk dalam selang kelajuan yang sering dijumpai dalam soal-soal kerekayasaan yang penting, sehingga transisi dan golakan sering terjadi dalam penelahaan aliran-aliran dalam praktik. Golakan (Turbulensi) dapat diamati secara langsung dalam aliran permukaanbebas. Gambar 6.2 memperlihatkan pancuran air dari kran biasa. Pancuran dengan bilangan Reynolds yang rendah (Gambar 6.2a) halus dan berlapis. Aliran bergolak yang bilangan Reynolds-nya lebih tinggi (Gambar 6.2b) tak tunak dan tidak teratur, tetapi secara rata-rata teramalkan. Gejolak yang serupa tampak pada permukaan aliran saluran air yang dangkal (Gambar 6.3). Dalam selang transisi (Gambar 6.3a) golakan itu hanya terjadi di bagian-bagian kecil tertentu, sedangkan dalam aliran bergolak penuh (Gambar 6.3b) gejolak-gejolaknya kurang-lebih terbagi merata.

123

Gambar 6-2

Aliran yang mengucur dengan kelajuan tetap dari sebatang pipa: (a) aliran

berlapis dengan bilangan Reynolds rendah dan kekentalan besar; (b) aliran bergolak dengan bilangan Reynolds tinggi dan kekentalan kecil, (Dari illustrated Experiments in Fluid Mechanics (The NCFMF Bokk Film Notes), Natinal Commite for Fluid Mechanics Films, Education Development Center, Inc, copyright 1972.) 124

Gambar 6.3 : Visualisasi transisi dalam lapisan sepadan: (a) bersitan-bersitan golakan terjadi pada Re transisi; (b) kondisi aliran bergolak penuh pada Re besar. (Dari Illustrated Experimen in Fluid Mechanics (The NCFMF Book of Film Notes), National Committe of Fluid Mechanics Films, Education Development Center, Inc., copyright 1972.) 125

Pada pengenalan ini kita hanya menunjukkan bahwa parameter utama yang mempengaruhi transisi ialah bilangan Reynolds. Kalau Re = UL/ , dimana U kecepatan rata-rata dan selangnya sebagai berikut: 0 < Re < 1: gerak merayap berlapis yang sangat kental 1 < Re < 100: berlapis sangat bergantung pada bilangan Reynolds 100 < Re < 103: berlapis, teori lapisan sempadan berguna 103 < Re < 104: transisi ke aliran bergolak 104 < Re < 106: bergolak, agak tergantung pada bilangan Reynolds 106 < Re < : bergolak, sedikit tergantung pada bilangan Reynolds Ini adalah urutan jangkau atau selang representatif yang sedikit berubah-ubah, tergantung pada aliran di geometri aliran, kekasaran permukaan, dan arus gejolak dalam Kebanyakan analisis kita bersangkutan dengan aliran lubang-masuk. ialah

Llebar atau tebal lintang lapisan sesar, kira-kira selang-

berlapis atau aliran bergolak, dan seyogjanya kita jangan merancang aliran untuk beroperasi di daerah transisi. II. ALIRAN KENTAL DALAM VERSUS ALIRAN KENTAL LUAR (INTERNAL VERSUS EXTERNAL VISCOUS FLOWS) Aliran berlapis dan aliran bergolak keduanya bisa dalam atau internal, artinya Suatu aliran fluida dibatasi oleh dinding-dinding, luar atau eksternal dan tak terbatas. akan meluas ke seluruh aliran itu. Gambar 6.4 dalam di dalam saluran pipa

dalam terkendala oleh dinding-dinding yang membatasinya, dan efek kekentalan menunjukkan suatu aliran yang panjang. Terdapat daerah masuk di mana aliran (sempadan) syarat u(r,x) untuk pada dinding dan dengan tetap memenuhi

hulu yang hampir encer mengumpul dan memasuki pipa. Lapisan batas yang kental meluas ke hilir, menahan aliran aksial demikian mempercepat aliran di bagian tengah kemalaran tak mampu-rmampat

126

Pada jarak tertentu dari lubang-masuk, lapisan batas itu mengumpul dan bagian yang encer itu hilang. Aliran pipa itu lalu menjadi kental seluruhnya, dan kecepatan aksialnya sedikit menyesuaikan nilainya lebih lanjut sampai pada x = Le ia tak lagi

berubah dengan x dan disebut telah berkembang penuh, artinya u u(r) saja. Di bagian hilir dari x = Le profil kecepatannya tetap, x, regangan dindingnya tetap, dan (laminar)

tekanannya menurun secara linear dengan 6.4.

baik untuk aliran berlapis

maupun untuk aliran bergolak (turbulen). Semua hal ini diperlihatkan dalam gambar

Gambar 6.4 :

Perkembangan profil kecepatan dan perubahan tekanan di lubangmasuk suatu aliran pipa. dimensi bahwa bilangan Reynolds adalah

Dapat ditunjukkan dengan analisis

satu-satunya parameter yang menentukan panjang-masuk. Kalau

Untuk aliran berlapis, korelasi yang terima ialah 127

Panjang-masuk maksimum aliran berlapis pada Red,gt = 2300 ialah Le = 138 d. Ini adalah panjang perkembangan yang paling besar yang dapat dicapai. Dalam aliran bergolak lapisan batasnya meluas lebih cepat sehingga Le

relatif lebih pendek. Dengan pendekatan, panjang-masuk itu ialah

Maka beberapa panjang-masuk terhitung adalah sebagai berikut

Nah, nampaknya saja 44 kali garis tengah itu panjang, tetapi lazimnya penerapan aliran pipa bersangkutan dengan L/d yang besarnya 1000 atau lebih, sehingga efek lubang-masuknya dapat diabaikan dan analisis yang sederhana dapat dikerjakan untuk aliran yang telah berkembang penuh (Bagian 6-4). Ini dapat dilakukan untuk aliran berlapis dan aliran bergolak, termasuk yang dinding pembatasnya kasar dan tampang-lintangnya tidak bundar. CONTOH 6.2 Pipa air bergaris-tengah inci sepanjang 60 ft mengalirkan air galon/menit pada suhu 20 C.
0

dengan debit 5

Berapa bagian pipa ini yang merupakan daerah-masuk?

Penyelesaian;

Kecepatan rata-ratanya ialah 128

Dari Tabel 2.1 kita baca bahwa untuk air = 1,01 x 10-6 m2/s = 1,09 x 10-5 ft2/s. Maka bilangan Reynolds untuk aliran pipa itu ialah,

Ini lebih besar daripada 4000; jadi alirannya bergolak dan persamaan. (6-4) berlaku untuk panjang-masuk

Pipanya mempunyai nisbah L/d = (60 ft)/[(1/2)/12 ft] = 1440. Jadi daerah-masuk mengambil bagian

Ini adalah persentase yang sangat

kecil, sehingga kita dapat memperlakukan aliran pipa kalau kita ingin

pipa ini sebagai aliran yang telah berkembang penuh. Ukuran yang pendek ada manfaatnya dalam aliran mempertahankan bagian yang encer. Bagian uji dari terowongan angin kecepatanudara=1,51

rendah dalam laboratorium lazimnya mempunyai garis tengah 1 m dan panjang 5 m, dengan V = 30 m/s. Kalau kita memakai x 10-5 m2/s dari tabel 2.1, maka Red = 1,99 x 106 dan dari persamaan (6-4) kita dapatkan Le/d 49. Bagian untuk menguji mempunyai L/d = 5, yang jauh lebih pendek daripada panjang daerah perkembangan. Pada akhir bagian uji tebal lapisan batas pada dinding hanya 10 cm, sehingga masih tersisa menguji model. Suatu aliran luar tak mempunyai dinding yang menghambat, sehingga bebas untuk berkembang betapa tebalnya pun lapisan kental pada benda yang terbenam di 129 bagian encer bergaris-tengah 80 cm yang sesuai untuk

dalamnya. Dalam aliran luar ini tak ada daerah yang setara dengan aliran dalam yang telah berkembang penuh. III. ALIRAN DI DALAM PIPA -BUNDAR (FLOW IN A CIRCULAR PIPE) Sebagai contoh kita yang pertama tentang analisis aliran-kental yang khusus, kita tinjau soal klasik mengenai aliran dalam pipa yang penuh, yang disebabkan oleh tekanan atau gravitasi atau keduanya. Gambar 6.5 memperlihatkan geometri pipa yang bergaris-tengah R itu. Sumbu x dipilih pada arah aliran dan miring terhadap garis mendatar dengan sudut . Sebelum melangkah ke penyelesaian persamaan gerak, kita dapat belajar

banyak dengan melakukan analisis volume kendali dari aliran itu antara tampang 1 dan tampang 2 dalam Gambar 6.5. Persamaan kemalaran, menjadi

Sebab pipanya mempunyai tampang yang luasnya tetap. Persamaan tenaga aliran tunak menjadi

Sebab tak ada efek usaha-poros atau pemindahan bahang. Sekarang kita anggap alirannya telah berkembang penuh (Gambar 6.4) dan nanti kita koreksi dengan efek lubang-masuk. Maka faktor galat tenaga gerak 1 = 2 dan karena V1 = V2 menurut Persamaan. (6-5), sekarang Persamaan. (6-6) menjadi rumus yang sederhan untuk kerugian hulu gesekan hf

130

Gambar 6.5 Kerugian

Volume kendali aliran yang telah berkembang penuh antara dua tampang dalam sebatang pipa miring. hulu-pipa tersebut sama dengan perubahan jumlah hulu tekanan dan

hulu gravitasi, dengan kata lain perubahan tinggi GAH. Karena hulu kecepatannya tetap sepanjang pipa itu, hf juga sama dengan perubahan tinggi GAT. Akhirnya kita terapkan persamaan momentum 6.5 dengan memperhitungkan gaya-gaya gravitasi dan sesaran. Persamaan ini menghubungkan hf dengan tegangan sesar dinding pada volume kendali dalam gambar yang disebabkan oleh tekanan, medan

Di mana kita telah memasukkan Z = L sin dari Gambar 6.5 Sejauh ini belum kita andaikan apakah alirannya berlapis atau bergolak. Kalau kita dapat mengkorelasikan dengan kondisi aliran, kita telah memecahkan masalah kerugian hulu dalam aliran pipa. Dapat kita andaikan bahwa fungsinya 131

Di mana ialah tinggi kekasaran-dinding. Maka menurut analisis dimensi;

Parameter tak berdimensi f dinamakan faktor gesekan darcy, menurut nama insinyur Perancis, Henry Darcy (1803-1858), yang dengan percobaan tahun 1850 pipa. Dengan menggabungkan Persm. (6.9) dan (6.11), kita memperoleh rumus untuk kerugian hulu-pipa. aliran pipanya pada buat pertama kalinya mengungkapkan efek kekasaran pada hambatan

Inilah

persamaan Darcy-Weisbach, yang berlaku untuk aliran

pipa

dengan

penampang lintang sembarang, baik alirannya berlapis, maupun bergolak. Persamaan ini diusulkan oleh Julius Weisbach, seorang mahafuru Jerman yang pada tahun 1850 menerbitkan buku-teks modern yang pertama tentang hidrodinamika. Sekarang masalahnya tinggal mencari bentuk fungsi F dalam Persm. (6-11) dan menggrafikkannya dalam Diagram Moody pada gambar 6.8. 1. PENYELESAIAN ALIRAN BERLAPIS (LAMINAR-FLOW SOLUTION) Profil aliran berlapis berupa sebuah paraboloid yang turun ke nol pada dinding dan mencapai maksimumnya pada sumbu

Profil ini mirip dengan sketsa u(r) dalam gambar 6.5 Hasil-hasil lainnya untuk debit aliran pipa diperoleh

132

Jadi

kecepatan

rata-rata

dalam

aliran

berlapis

ialah

separuh

kecepatan

maksimumnya.

Untuk

tabung

yang

mendatar

Persm.

(6-14)

mempunyai

bentuk

yang

diramalkan dari percobaan Hagen, yakni Persm. (6-1)

Regangan dindingnya dihitung dari landai kecepatan pada dinding

Ini memberikan teori yang eksak untuk faktor gesekan Darcy aliran berlapis

Ini digrafikkan pada bahwa regangan

diagram

Moody dalam

gambar 6.8. Kenyataan bahwa f

menurun dengan bertambahnya Red

jangan sampai menyesatkan kita untuk mengira

menurun dengan kecepatan: Persamaan. (6-17) dengan jelas

menunjukkan rw sebanding dengan uumaks, dan yang menarik ialah bahwa w juga tak tergantung pada kerapatan sebab percepatan fluida itu nol. Kerugian hulu dalam aliran berlapis dapat diturunkan dari Persamaan. (6-12).

Tampak bahwa kerugian hulu berlapis in sebanding dengan V. CONTOH 6.3 Minyak dengan = 900 kg/m3 dan miring seperti dalam gambar = 0,0002 m2/s mengalir ke atas melalui pipa Tekanan dan elevasinya diketahui pada 133

dibawah.

tampang 1 dan 2 yang terpisah dengan jarak 10 m. Kalau diandaikan bahwa alirannya berlapis dan tunak. (a) tunjukkan bahwa arah alirannya benar-benar ke atas, (b) hitunglah hf antara 1 dan 2, dan hitung (c) Q, (d) V dan (e) Red. Sungguhsungguh berlapiskah aliran ini?

Alirannya pada arah menurunnya GAH; karena itu kita hitung tinggi garis aras disetiap tampang

GAH-nya lebih rendah di tampang 2, jadi alirannya dari 1 menuju 2, sesuai dengan informasi dari soal. (b) kerugian hulu ialah perubahan tinggi GAH Separuh panjang pipa adalah kerugian hulu yang cukup besar. (c) Kita dapat menghitung Q dengan berbagai rumus aliran berlapis, khususunya Persm. (6-47)

134

(d) Setelah V diketahui maka bilangan Reynoldsnya ialah

Ini cukup jauh di bawah nilai transisi Red = 2300, sehingga kita cukup yakin bahwa alirannya berlapis. Perhatikan bahwa dengan menggunakan satuan SI secara perhitungan ini, faktor konversi sama sekali tak diperlukan. 2. PENYELESAIAN ALIRAN BERGOLAK (TURBULENT-FLOW SOLUTION) Untuk aliran-pipa yang bergolak, kita tak perlu menyelesaikan persamaan diferensial, melainkan cukup memakai hukum logaritmik saja, seperti mengkorelasikan kecepatan rata-rata lokal u(r) di seluruh panjang pipa nyata dalam seluruh

Di mana kita telah mengganti y dengan R reratanya

r. Dari profil ini kita hitung kecepatan

Kalau kita masukkan k = 0,41 dan B = 5,0, kita dapatkan hasil numeris

Ini hanya nampak agak menarik, sampai kita menyadari bahwa V/u* terkait langsung dengan faktor gesekan Darcy

Lagipula argumen logaritma dalam Persm. (6-22) setara dengan 135

kalau Persm. (6-24) dan (6-23) kita masukkan ke dalam Persm. (6-22), basis logaritmanya kita ubah dari e ke 10, dan suku-sukunya kita atur, kita peroleh

Dengan kata lain, semata-mata hanya dengan menghitung kecepatan

rata-rata dari

korelasi hukum logaritmik, kita mendapatkan hubungan antara faktor gesekan dan bilangan Reynolds untuk aliran pipa bergolak. Prandtl menurunkan Persm. (6-25) pada tahun 1935 dan kemudian disesuaikan tetapannya sedikit agar lebih cocok dengan data, dan hasilnya ialah

Ini merupakan rumus yang diterima untuk pipa berdinding halus. Beberapa nilai numeris dapat diuraikan sebagai berikut

Jadi f turun hanya dengan faktor 5 saja melalu selang kenaikan bilangan Reynolds yang bertambah dan f 10.000 yang kali. dicari. Persamaan Dalam (6-26) sukar banyak diselesaikan pendekatan kalau lain Red untuk diketahui literatur

menghitung f secara eksplisit dari Red

Blasius, mahasiswa Prandtl, menyajikan rumusnya dalam korelasi yang pertama antara gesekan pipa versus bilangan Reynolds. Meskipun rumus Blasius itu hanya berlaku untuk selang bilangan Reynolds yang terbatas, rumus itu melukiskan apa yang sedang terjadi dengan data penurunan tekanan Hagen pada tahun 1839. Untuk pipa mendatar, dari Persm. (6-27) kita dapatkan 136

Untuk bilangan Reynolds bergolak yang kecil. Perhatikan bahwa

hanya berubah-

ubah sedikit dengan kekentalan; ini adalah ciri khas aliran bergolak. Kalau kita masukkan Q = 1/4d2V ke dalam Persm.(6-28), kita dapatkan bentuk alternatif

Untuk debit Q tertentu, penurunan tekanan bergolak turun dengan garis tengah pipa dengan tajam,------lebih tajam daripada yang terjadi pada aliran berlapis menurut tekanan yang Persm. (6-19). Maka cara yang paling cepat untuk mengurangi

diperlukan untuk memompa ialah dengan memperbesar ukuran pipa, walaupun barang tentu pipa yang lebih besar akan lebih mahal. Untuk Q tertentu, melipat duakan ukuran pipa akan menurunkan dengan faktor 27. Kecepatan maksimum dalam aliarn pipa bergolak diperoleh dari Persm. (6-20) dengan memasukkan r = 0

Kalau

ini

kita

gabungkan

dengan

Persm.(6-21)

kita

dapatkan

rumus

yang

menghubungkan kecepatan maksimum

Beberapa nilai numerisnya adalah sebagai berikut

137

Nisbah

V/umaks

tergantung pada nilai bilangan Reynolds, dan jauh lebih besar

daripada nilai 0,5 yang diramalkan untuk segala aliran pipa berlapis oleh Persamaan (6-15). Jadi profil kecepatan bergolak yang tampak pada Gambar 6.6 sangat pesek di tengah dan turun dengan tajam ke nol pada dinding.

Gambar 6.6 :

Perbandingan antara profil kecepatan aliran pipa berlapis dan bergolak untuk debit yang sama (a) aliran berlapis (b)aliran bergolak

Gambar 6.7.:

Pengaruh kekasaran dinding pada profil aliran pipa bergolak (a) ingsutan ke bawah hukum logaritma (b) korelasi dengan kekasaran Gambar 6.7b mengungkapkan adanya tiga corak kekasaran dinding: u*/v < 5 dinding halus-hidraulis, tak ada efek kekasaran pada gesekan 5 < u*/v < 70: kekasaran transisi, efek bilangan Reynolds yang sedang u*/v > 70: aliran kasar sempurna, lapisan-bawah pecah total dan gesekan tak tergantung pada bilangan Reynolds Untuk aliran kasar-sempurna, + > 70, data pada Gambar 6-12b memeuhi garis lurus 138

Dan hukum logaritma yang dimodifikasi untuk menampung efek kekasaran menjadi

Kekentalannya tak ada lagi dalam persamaan di atas, sehingga aliran kasar-sempurna tidak tergantung pada bilangan Reynolds. Kalau kita mengintegralkan Persm. (6-33) untuk memperoleh kecepatan rata-rata di dalam pipa, kita dapatkan

Karena tak ada pengaruh bilangan Reynolds, maka ditampilkan di bawah ini:

kerugian

hulu dalam hal ini

berbanding langsung dengan kuadrat kecepatan. Beberapa nilai dari faktor gesekan

Faktor gesekan naik dengan faktor 9 sementara kekasarannya bertambah besar dengan faktor 5000.

139

Gambar 6.8 : Diagram Moody untuk gesekan pipa berdinding halus/kasar 140

CONTOH 6.4
Minyak, dengan = 900 kg/m3 dan = 0,00001 m2/s, mengalir dengan debit 0,2 m3/s melalui pipa besi-cor yang panjangnya 500 m dan garis tengahnya 200 mm. Tentukan (a) kerugian hulunya dan (b) penurunan tekanannya jika pipa itu miring ke bawah dengan sudut 100 pada arah alirannya Penyelesaian Mula-mula kita hitung kecepatannya dari debit yang diketahui

Maka bilangan Reynolds-nya ialah

Dari tabel 6-1, = 0,26 mm untuk pipa besi cor. Maka

Lihatlah

ddiagram

Moody di sebelah kanan pada

/d = 0,0013 (anda harus

melakukan interpolasi) dan kita bergerak ke kiri samapai berpotongan dengan Re = 128.000. kita baca f 0,0225 (dari Persm. (6-64), untuk nilai ini kita dapat menghitung f=0,0227). Maka kerugian hulunya ialah

Dari persm. (6-25) untuk pipa miring,

Atau 141

IV. ALIRAN DI DALAM PIPA-TAK BUNDAR (FLOW IN NONCIRCULAR DUCTS) Kalau pipanya tidak bundar, analisis untuk aliran yang telah berkembang penuh dan persamaan momentum dapat diselesaikan sama dengan analisis untuk pipa bundar, tetapi aljabarnya lebih ruwet. Untuk aliran berlapis, persamaan kontinuitas dengan eksak. Untuk aliran bergolak, profil hukum logaritma dapat dipakai atau (lebih baik dan lebih mudah lagi) garis tengah hidraulik dapat dipakai sebagai pendekatan yang baik sekali. 1. GARIS TENGAH HIDRAULIK (THE HYDRAULIC DIAMETER) Untuk pipa yang tak bundar, konsep volume kendali dalam gambar 6.5 masih berlaku, tetapi luas tampak lintang A tidak sama dengan R2 dan keliling tampang lintang yang dibasahi tegangan sesar P momentum (6-8) lalu menjadi Atau tidak sama dengan 2R. Persamaan

Ini

identik

dengan

Persamaan.

(6-9), jari-jari

kecuali

bahwa

(1)

tegangan

sesarnya pipa tak

merupakan nilai

rata-rata yang diintegralkan sekeliling pinggiran dan (2) skala R. Karena alasan ini maka jari-jari hidraulik ruang yang didefinisikan sebagai

panjang A/P menggantikan peranan bundar dikatakan mempunyai berikut

Konsep ini senantiasa dipakai dalam aliran saluran terbuka, sebab tampang-lintang saluran itu hampir tak pernah bundar. Persm. (6-11) untuk aliran pipa kita dinyatakan dalam nilai rata-rata 142 Kalau dengan membandingkan dengan mendefinisikan faktor gesekan yang

Dimana TTB berarti pipa tak bundar, dan V = Q/A seperti biasa, maka Persamaan. (6-35) menjadi

Ini setara dengan Persamaan. (6-12) untuk aliran pipa, kecuali bahwa d diganti dengan sebagai 4Rh. Karena itu biasanya kita mendefinisikan garis tengah hidraulik

arus kita tekankan bahwa pinggir yang dibasahi meliputi semua permukaan yang dikenai tegangan geser. Misalnya, dalam lubang bentuk cincin, pinggir luar dan sama dengan = pinggir dalam keduanya harus dijumlahkan. Kenyataan bahwa Dh

4Rh merupakan salah satu kelucuan : anggap saja ini sebagai pertanda kejenakaan ahli tekink. Perhatikan bahwa untuk kasus degenerasi berupa pipa bundar, Dh 4R2/2R = 2R, seperti kita harapkan. Karena itu kita akan mengharapkan dari analisis dimensi bahwa faktor gesekan f

ini, yang didasarkan pada garis tengah hidraulik seperti Persm. (6-38), akan berkorelasi dengan bilangan Reynolds dan nisbah kekasaran yang didasarkan pada garis tengah hidraulik

Dan dengan cara ini datanya dikorelasikan. Tetapi kita tak usah mengharapkan diagram Moody (Gambar 6.8) untuk berlaku secara eksak dalam skala panjang yang baru ini; dan kenyataannya memang tidak, tetapi mengherankan bahwa gaftar itu cukup saksama: Aliran berlapis: Aliran bergolak: 143

V. SISTEM PIPA MAJEMUK (MULTIPLE-PIPE SYSTEMS) Gambar 6.9 memperlihatkan tiga contoh sistem pipa majemuk. Yang pertama adalah seperangkat pipa yang terdiri atas tiga pipa (atau lebih) yang disusun berderet. Kaidah pertama ialah bahwa untuk semua pipa itu debitnya sama

Atau Kaidah kedua ialah bahwa dengan jumlah kerugian di setiap pipa kerugian hulu total melalui sistem itu sama

Kita dapat menyatakan kerugian hulu total itu dalam kerugian gesekan dan kerugian-kerugian kecil di setiap pipa

Demikianlah,

rumus-rumus

diatas

dapat

dilanjutkan

untuk

sebrang

jumlah pipa berderet. Karena V2 dan V3 sebanding dengan V1 menurut Persm. (649), maka Persm. (6-51) berbentuk

Di mana koefisien-koefisien 1

adalah tetapan

tak berdimensi. Kalau

debitnya diketahui kita dapat menghitung ruas kanan, dan karenanya juga kerugian hulu totalnya. Kalau kerugian hulunya diketahui, sedikit iterasi harus kita lakukan sebab f1,2,3 dengan mengandaikan bahwa alirannya kasar-sempurna, dan penyelesainnya untuk V1 akan konvergen dengan satu atau dua kali pengulangan.

144

Gambar 6.9

Contoh-contoh system pipa majemuk; (a) pipa berderet, (b) pipa sejajar, (c) soal sambungan tiap tendon

CONTOH 6.5
Diketahui sistem deret (seri) tiga pipa, pB seperti dalam Gambar 6.13a. Penurunan tekanan totalnya ialah pA = 150.000 Pa, sedang penurunanan

elevasinya zA-zB=5 m. Data pipa itu adalah sebagai berikut;

145

Fluidanya ialah air dengan =

1000 kg/m3 dan = 1,02 x 10

-6

m2/s. Hitunglah

debit Q yang melalui sistem tersebut dalam satuan meter kubik per jam. Penyelesaian Melintasi sistem itu ada kerugiannya hulu total sebesar

Dari persamaan kemalaran (6-49), kecepatannya ialah

Dan

Kalau ini disubtitusikan ke dalam persamaan. (6-52) dan abaikan , kita peroleh Atau

kerugian

kecilnya kita

Inilah bentuk yang telah kita duga dalam Persamaan.(6-52). Tampaknya kerugian hulu pada pipa ketigalah yakni 32.000 f3, yang paling menonjol. Kita mulai memperkirakan nilai f1,2,3 dari gaftar Moody untuk daerah kasar sempurna

Kita

masukkan

ini

ke

dalam

Persamaan.

(1)

untuk

memperoleh

V12

2g(20,3)/(33+185+4). Jadi taksiran yang pertama ialah V1 = 0,58 m/s dan dari sini kita dapatkan Maka dari diagram Moody kita dapatkan ;

146

Kalau kita subtitusikan ke dalam Persm. (1) kita peroleh taksiran yang lebih baik

Pengulangan kedua akan memberikan Q = 10,22 m3/jam, jadi perubahannya dari hasil iterasi pertama sangat kecil. Sistem pipa majemuk yang kedua ialah kasus aliran sejajar pada gambar 613b. Dalam hal ini kerugiannya sama di setiap pipa, dan debit totalnya ialah jumlah ketiga debit masing-masing pipa itu;

Kalau

kerugian yang

hulu totalnya diketahui, relatif cukup mudah untuk mencari diketahui, memerlukan pengulangan yang lumayan jumlahnya

masing-masing Qi dan kemudian menjumlahkannya. Soal sebaliknya, yakni debit totalnya,Q, untuk menentukan bagaimana aliran total ini terbagi ke dalam ketiga cabang pipa itu. Prosedur yang biasa ialah dengan menebak kerugian Q1=Q/3 Q2 misalnya, menghitung dan
baru=

hulunya dan dari nilainya itu kita peroleh

Q3 Q1,

dengan

menggunakan persm. (6-53a). Kemudian, kalau jumlahnya tidak betul, misalnya Q1+Q2+Q3=1,14 Q, turunkan tebakan yang pertama tadi ke Q1, dan dihitung lagi Q2 turunkan lagi Q1. Proses ini konvergen. lama /1,14 dan Q3, lalu kit uju lagi jumlahnya. Kalau perlu naikkan atau

C. PENUTUP
Diakhir pemberian materi pada bab ini, mahasiswa luar. Mampu menjelaskan dan menganalisa aliran kental dalam versus aliran kental aliran fluida pada penerapannya di kapal Mampu menghitung debit

dan diberikan penilaian berdasarkan

kejelasan analisa tipe aliran dan keaktifan dalam diskusi kelompok.. \

147

LATIHAN SOAL
Tugas latihan ini dibagi menjadi empat kelompok dan setiap kelompok menjelaskan jenis aliran fluida dipresentasikan. 6.1. untuk aliran minyak lumas SAE 30 pada suhu 20C melalui sebatang pipa bergaris tengah 2 inci, kita mengharapkan bahwa transisi ke menyebabkan transisi pada suhu 100C? 6.2. Suatu fluida pada suhu 20C mengalir dengan debit 400 cm3/s melalui pipa bergaris tengah 8 cm. Tentukan apakah alirannya laminar atau turbulen kalau fluida itu (a) hidrogen (b) udara (c) bensin (d) air (e) rakasa (f) gliserin? 6.3. Air memasuki pipa bergaris tengah 1 inci pada suhu 20C. Berapa incikah turbulensi akan terjadi pada debit berapa galon per menit? Debit seberapa besar yang akan dan menghitung debit dari tugas yang dikerjakan serta

panjang masuknya kalau debit aliran itu (a) 0,1 galon/menit (b) 1 galon/menit (c) 10 galon/menit (d) 100 galon/menit? 6.4. Minyak (BJ = 0,9 v = 0,0002 m2/s) masuk ke dalam tabung bergaris tengah 3 cm. Berapakah panjang masuknya kalau debitnya (a) 0,001 m3/s (b) 0,01 m3/s (c) 0,1 m3/s dan (d) 1 m3/s ? 6.5. air yang suhunya 20C mengalir melalui pipa bergaris tengah 16 cm dalam keadaan telah berkembang penuh. Kecepatan di sumbu pipa itu 12 m/s. Tentukanlah (a) Q, (b) V (c)w (d) p untuk panjang 100 m ? 6.6. Kalau pipa besi tempa sepanjang 1 mil dengan garis tengah 4 inci mengalirkan air pada suhu 20C dengan kecepatan V = 8 ft/s. Tentukanlah kerugian hulunya dalam satuan kaki dan penurunan tekanannya dalam satuan pound gaya per inci persegi ? 6.7 Minyak (BJ 0,9, v = 0,00003 ft2/s) mengalir dengan debit 1 ft3/s melalui pipa besi cor beraspal yang garis tengahnya 6 inci. Kalau pipa itu panjangnya 2000 ft dan miring ke atas pada arah alirannya dengan sudut 5, tentukanlah berapa kaki kerugian hulunya dan berapa penurunan tekanannya p1 p2 ? 148

6.8.

Sebuah tangki berisi 1 m3 air pada suhu 20C dan mempunyai pipa yang menjulur dari dasarnya, seperti pada gambar disebelah. Berapa m3/jam kah debit Q pipa itu pada saat tersebut?

6.9. Turbin kecil pada gambar dibawah menyadap daya sebesar 400 W dari aliran air. Kedua pipa itu terbuat dari besi tempa. Tentukan berapa m3/jam debitnya(Q). Buatlah sketsa GAT dan GAH-nya dengan saksama?

6.10. Dalam gambar dibawah pipa penghunbung itu bergaris tengah 6 cm dan terbuat dari baja komersial. Berapa m3/jam kah debitnya kalau fluidanya minyak lumas SAE 30 pada suhu 20C? Ke mana arah aliran itu?

149

6.11. Dua tandon yang berisi air pada suhu 20C dihubungkan dengan pipa besi cor bergaris tengah 8 in sepanjang 2000 ft yang mempunyai lubang masuk tumpul, lubang keluar di bawah permukaan air, sebuah katup gerbang yang terbuka 75%, sebuah belokan beruji 2 ft, dan empat siku 90 biasa. Kalau debit pipa itu 4 ft3/s., berapakah beda tinggi permukaan air di dalam kedua tandon?

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-Hill, New York Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New York Munson Bruce, 2002, Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition, John Willey and Sons, Inc Fox,W Robert, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition, John Willey and Sons, Inc

150

LAMPIRAN

151

152

153

154

155

156

157

158

Anda mungkin juga menyukai