Anda di halaman 1dari 6

PSIKOSOMATIK

1. Pengertian Psikosomatik Dalam pengertian kedokteran psikosomatik secara luas, aspek bio-psikososio-spiritual tersebut sangat perlu dipahami untuk melakukan pendekatan dan pengobatan terhadap pasien secara holistik (menyeluruh) dan elektrik (rinci) yaitu pendekatan psikosomatik (Aru W.Sudoyo, 2007).

Gangguan psikosomatik ialah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai penyakit fisis dan diyakini adanya hubungan yang erat antara suatu peristiwa psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut (Aru W.Sudoyo, 2007).

Ada juga yang memberikan batasan gangguan psikosomatis merupakan suatu kelainan fungsional suatu alat atau sistem organ yang dapat dinyatakan secara obyektif, misalnya ada spasme, hipo atau hipersekresi, perubahan konduksi saraf dan lain-lain (Aru W.Sudoyo, 2007).

Keadaan psikis dapat disertai adanya kelainan organik/struktural akibat gangguan fungsional yang sudah berlangsung lama ( Singgih.D, 2007)

Pada kenyataannya gangguan fisis dapat disebabkan oleh kondisi fisis medis seseorang. Ada yang menyatakan setiap penyakit dapat disebut psikosomatik sebab tidak ada penyakit somatik yang sepenuhnya bebas dari gejala psikis dan sebaliknya gangguan-gangguan psikis yang sering bermanifestasi berupa gangguan-gangguan somatik (Aru W.Sudoyo, 2007).

Menurut JC Helnroth yang dimaksudkan dengan gangguan psikosomatik ialah adanya gangguan psikis dan somatik yang menonjol dan tumpang tindih. Berdasarkan pengertian dan kenyataan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gangguan psikosomatik adalah gangguan atau penyakit yang ditandai oleh keluhan-keluhan psikis dan somatik yang dapat merupakan kelainan fungsional suatu organ dengan ataupun tanpa gejala obyektif dan dapat pula bersamaan dengan kelainan erat dengan stresor atau peristiwa psikososial tertentu (Aru W.Sudoyo, 2007).

Gangguan fungsional yang ditemukan bersamaan dengan gangguan struktural organis dapat berhubungan sebagai berikut : a. Gangguan fungsional yang lama dapat menyebabkan atau pempengaruhi timbulnya gangguan struktural seperti asma bronkial, hipertensi, penyakit jantung koroner, artritis reumatoid dan lain-lain, b. Gangguan atau kelainan struktural dapat meyebabkan gangguan psikis dan menimbulkan gejalagejala gangguan fungsional seperti pada pasien penyakit kanker, penyakit jantung, gagal ginjal, dan lainlain, c. Gangguan fungsional dan struktural organik berada bersamaan oleh sebab yang berbeda (suatu koinsidensi). Untuk mempermudah pemahaman berdasarkan ada tindaknya patologi sistem organ, gangguan psikosomatik dibagi menjadi : a. Gangguan psikosomatik fungsional (malfungsi fisiologi)atau gangguan psikosomatik primer,

b. Gangguan psikosomatik sturuktur (malfungsi fisiopatologis) atau gangguan psikosomatik sekunder. Dalam kenyataannya diklinik jarang sekali faktor psikis/emosi seperti frustasi, konflik, ketegangan dan sebagainya dikemukakan sebagai keluhan utama oleh pasien, justru keluhan-keluhan fisis yang beraneka ragam yang selalu ditonjolkan oleh pasien. Keluhan-keluhan yang dirasakan pasien umumnya terletak dibidang penyakit dalam seperti keluhan sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, saluran cerna, saluran orgenital, dan sebagainya. Keluhan-keluhan tersebut adalah manifestasi adanya ketidakseimbangan sistem saraf autonom vegetatif seperti sakit kepala, pusing, serasa mabuk, cenderung untuk pingsan, banyak berkeringat, jantung berdebar-debar, sesik nafas, gangguan pada lambung, dan usus, diare, anoreksia, kaki dan tangan dingan, kesemutan, merasa panas atau dingan seluruh tubuh dan banyak lagi gejala yang lainnya. Seringkali keluhan berpindah-pindah dari sistem organ ke sistem lainnya dan kenudian menghilang dalam waktu yang singkat. Menurut Kurt Kroenke guru besar ilmu kedokteran diIndiana USM bahwa gangguan psikosomatik lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada laki-laki dan gejalanya mulai muncul ketika pasien berumur 30 tahun. Kalau gejala fisik yang tidak jelas baru muncul di usia 50-60 tahun ( kompas 12 juni 2008)

2. Etiologi Adapun etiologi yang tercantum dalam buku Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I, FKUI 2002 : 229 oleh Arif Mansjoer ialah :

a.

Stres umum

Stres ini dapat berupa suatu peristiwa atau situasi kehidupan dimana individu tidak dapat berespon secara adekuat. b. Stres spesifik dan nonspesifik

Stres psikis spesifik dapat didefinisikan sebagai kepribadian spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidaseimbangan homeostatis. c. Variasi fisiologis

Faktor hormonal dapat menjadi mediator antara stres dengan penyakit variabel lainnya adalah kerja monosit sistem kekebalan. 3. Dasar Psikofisiologi dan Psikopatologi Walaupun patofisiologi timbulnya kelainan fisis yang berhubungan dengan gangguan psikis/emosi belum seluruhnya dapat diterangkan namun sudah terdapat banyak bukti dari hasil penelitian para ahli yang dapat dijadikan pegangan. Gangguan psikis/konflik emosi yang menimbulkan gangguan psikosomatik ternyata diikuti oleh perubahan-perubahan fisiologi dan biokemis pada tubuh seseorang. Perubahan pisiologi ini berkaitan erat dengan adanya gangguan pada sistem saraf autonom vegetatif sistem endokrin dan sistem imun (Aru W.Sudoyo, 2007).

Oleh karena itu, belakangan ini perubahan-perubahan fisiologi tersebut dapat diterangkan dengan bidang ilmu baru yaitu psiko-neuro-endokrinologi atau psikoneuroimunologi atau ada yang memakai istilah psiko-neuro-imuno-endokrinologi.Perubahan pada ketiga sistem tersebut bersamaan dan saling tumpang tindih(Aru W.Sudoyo, 2007).

4. Ciri Ciri, Kriteria Klinis Dan Keluhan a. Ciri Ciri Gangguan Psikosomatik Untuk mempertajam diagnosis dan untuk membatasi diri dari gangguan psikiatris yang nyata (misalnya psikosis), gangguan psiko-somatik memiliki ciri-ciri dan kriteria klinis sebagai berikut (Aru W.Sudoyo, 2007) : 1) 2) 3) 4) Tidak didapatkan kelainan psikiatris (distorsi realita, waham dan sebagainya), Keluhan yang timbul selalu berhubungan dengan emosi tertentu, Keluhan berganti-ganti dari satu sistem ke sistem lain, Riwayat hidup pasien penuh dengan konflik atau stres,

5) 6) 7)

Terdapat perasaan negatif (dongkol,cemas,sedih,cemburu dan sebagainya), Ada faktor perdisposisi (biologis atau perkembangan kejiwaan ), Terdapat faktor presipitasi/pencetus (fisis ataupun psikis),

b. Kriteria Klinis Penyaki Psikosomatik Kriteria yang biasanya ada (Aru W.Sudoyo Ilmu Penyakit Dalam jilid IV 2007:896): 1) Keluhan-keluhan pasien ada hubungannya dengan emosi tertentu,

2) Keluhan-keluhan tersebut berganti-ganti dari satu sistem ke kelainan sistem lain. Dinamakan shifting phenomenon atau alternasi, 3) Penuh dengan stres sepanjang kehidupan (stressful live situation), yang menjadi sebab konflik mentalnya, 4) 5) Adanya perasaan yang negatif yang menjadi titik tolak keluhan-keluhannya, Adanya faktor pencetus (faktor presipitasi), proksimal dari keluhan-keluhannya,

6) Adanya faktor predisposisi, dicari dari anamnesis longitudinal. Yang membuat pasien rentan terhadap faktor presipitasi itu. Faktor predisposisi dapat berupa faktor fisik/somatis, biologis stigma neurotik, dapat pula faktor psikis dan sosio-kultural. Kriteria-kriteria ini tidak perlu semuanya ada, tetapi bila ada salah satu atau lebih, presumtif, indikatif untuk penyakit psikosomatik. c. Keluhan Gangguan Psikosomatik Keluhan gangguan psikomatik dapat dibagi dalam (Kesehatan Jiwa di Puskesmas, 2003 ; 14): 1) Keluhan fisik murni : keluhan fisik atau jasmani murni tanpa jelas ada keluhan mental emosional, seperti : bisul, batuk pilek, demam, sakit mata, muntah berak sakit tenggorokan, luka bakar, luka sayat, memar, kurus, rabin, wasir, mimisan. 2) Keluhan fisik ganda : keluhan fisik yang disertai dengan keluhan mental emosional sebagai penyerta. Keluhan keluhan itu dapat saling berkaitan, dapat pula masing masing berdiri sendiri seperti : kurang gizi disertai murung, demam tifoid disertai kesadaran menurun, usia lanjut disertai pikun, kejang disertai ketergantungan alkohol/ obat tidur. 3) Keluhan psiko somatik : keluhan fisik yang biasanya berlatar belakang faktor mental emosional, keluhan itu biasanya berhubungan dengan ke tujuh sistem tubuh manusia, yaitu : a) Kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) : brdebar debar, tengkuk pegal, tekanan darah tinggi.

b) c) d) e) f)

Gastro intestinal (sistem pencernaan) : ulu hati sakit, perut sakit, kembung, mencret kronis. Tractus respiratorius (sistem pernapasan) : sesak napas, asma, mengik Dermis (kulit) : gatal gatal, eksim. Muskulo skeletal (otot dan tulang) : encok rematik,pegal pegal, sakit kepala, kejang. Endokrin (kelenjar endokrin) banyak keluar keringat, sering gugup, gangguan haid.

g) Tractus uro genital (sistem kemih dan alat kelamin) : masih mengompol, nafsu seks berlebihan/ kurang. 4) Keluhan mental emosional : keluhan yang jelas berlatar belakang faktor emosional, yaitu yang berkaitan dengan masalah alam perasaan, alam pikiran, dan alam perilaku. Dapat dibagi dalam 6 kelompok keluhan : a) Susah tidur atau gangguan tidur, perilaku antisosial, agresif, menentang dan menantang.

b) Gelisah, mengamuk, mengacau, ketakutan, curiga, cemburu, menarik diri, perilaku aneh/ kacau, mendengar suara bisikan. c) Murung, mudah tersinggung, banyak menangis,/ tertawa, gembira/ sedih, banyak bicara/ membisu, hiperaktif/ pasif. d) Kecemasan yang tidak rasional dan perilaku menghindar cemas, was was, panik, takut, yamg tidak rasional/ fobia, prestasi kerja menurun. e) f) Sering menggunakan obat tidur/ tenang/ ganja. Kesulitan belajar, atau konsentrasi, ganguan makan, tidak mau sekolah.

Selain keluhan keluhan gangguan psikosomatik, ada beberapa hal yang harus ditanyakan pada klien yang diantaranya sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) Sudah berapa lama keluhan itu di rasakan, apakah sudah lebih dari 3 bulan? Apakah keluhan itu dirasakan sebulan sekali? Apakah gairah kerja, gairah belajar, gairah makan dan gairah seks berkurang/ bertambah? Apakah ada gangguan dalam keluarga/ pekerjaan/ sekolah/ masyarakat? Apakah selama ini menggunakan obat tidur/ penenang, alkohol, rokok, narkotik?

6. Pencegahan Gangguan Psikosomatik

Pencegahan adalah suatu bentuk pelayanan yang akan membantu pasien dan keluarga untuk menurunkan faktor resiko terhadap penyakit. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres, yakni (S. Budiha) :

a.

Membangun kebiasaan baru,

b. Mengihindari perubahan yaitu upaya yang dilakukan untuk tidak melakukan perubahan yang tidak perlu, c. Menyediakan waktu yaitu menyediakan waktu tertentu atau membatasi waktu untuk memfokuskan diri beradaptasi dengan stresor, d. Pengelolaan waktu, hal ini berguna untuk seseorang yang tidak dapat mengerjakan berbagai hal dalam waktu yang bersmaan, e. f. Modifikasi lingkungan, Mengurangi respon fisiologis terhadap stres.

Anda mungkin juga menyukai