Anda di halaman 1dari 612

Kisah Pengelana di Kota Perbatasan Oleh : Gu Long

Bab 01. Seorang Yang Tidak Menyandang Senjata Golok yang merupakan sahabatnya tidak terlihat dipinggangnya. Sesaat setelah dia memasuki ruangan, dia melihat salju merah! Sesaat setelah dia memasuki ruangan, dia melihat Fu Hung Xue! Beragam orang mendatangi tempat ini, semua orang dari berbagai kelas dan jenis. Namun, bagi seseorang seperti dia, sebetunya dia amat sangat tidak menyukai mendatangi tempat ini. Karena dia tidak diterima di tempat ini. Tempat tersebut juga merupakan tempat yang aneh. Saat itu telah dipenghujung musim gugur, namun kehangatan dan kegairahan susana di tempat ini membuat saat itu seperti saat musim semi. Saat itu tengah malam telah datang, namun di dalam ruangan masih terlihat terang benderang, seterang sinar matahari disiang hari. Tempat itu bukan toko arak, namun banyak terdapat minuman arak. Tempat itu bukan tempat untuk berjudi, namun banyak orang berjudi. Tempat itu tidak memiliki nama, namun tempat ini merupakan tempat paling terkena l disekitar daerah ratusan mil. Di ruangan utama terdapat delapan belas meja. Kamu dapat duduk pada salah satu meja tersebut dan menikmati sajian terbaik yang mereka taw arkan namun bila kamu menginginkan kenikmatan yang lain, kamu harus membukan satu satu dari pintu. Terdapat delapan belas pintu yang mengelilingi ruangan utama. Tidak perduli pintu manapun yang kamu buka, kamu tidak akan menyesal, dan kamu t idak akan kecewa.

Di belakang ruangan utama terdapat tangga yang megah. Namun, tidak seorangpun pernah mengetahui yang terdapat di atas, tidak ada seora ngpun yang pernah ke atas sebelumnya. Karena, .Memang tidak perlu naik ke atas. Semua hal yang kamu butuhkan terdapat di lantai bawah. Tepat dibawah anak tangga, terdapat meja kecil. Dibelakang meja tersebut duduk s eorang setengah baya. Nampaknya, dia duduk sendiri disana sambil menghibur dirinya sendiri dengan setu mpuk kartu. Jarang sekali orang-orang melihat dia melakukan hal yang lain. Dan jarang sekali orangorang melihat dia berdiri. Kursi tempat dia duduk merupakan kursi yang nampaknya nyaman dan besar. Dua tongkat terbuat dari kayu berwarna merah tersender di sebelah kursinya. Dia sedikit sekali memberikan perhatiannya pada orang-orang yang datang dan perg i. Bahkan dia pun jarang sekali mengangkat wajahnya untuk melihat sekitarnya. Semua yang dilakukan oleh orang-orang nampaknya sama sekali tidak menarik perhatiannnya sama sekali. Dia adalah pemilik dari tempat itu. Tempat yang aneh dan misterius seringkali dimiliki oleh orang yang misterius dan aneh pula. Fu Hong Xue menggenggam goloknya dengan tangannya. Golok yang sangat menarik dan unik. Penutup golok berwarna hitam dan gagangnya j uga berwarna gelap. Dia sedang menikmati makanannya. Sesuap nasi, kemudian sesuap sayuran. Begitu seterusnya bergantian. Dia makan dengan perlahan. Karena, dia hanya menggunakan satu lengan. Tangan kirinya telah melekat pada goloknya. Tidak perduli apa yang dia lakukan, lengan tersebut tidak pernah lepas dari pangkal pedang. Goloknya berwarna hitam, pakaiannya berwarna hitam, pupil matanya berwarna hitam ,

semuanya cukup hitam untuk menyerap setiap cahaya. Meskipun dia duduk agak jauh dari tempat masuk, Fu Hong Xue masih merupakan oran g pertama yang melihat dia masuk melewati pintu. Dia juga melihat pada golok di ta ngan Fu Hong Xue. Tetapi -daun terbuka -tidak menyandang senjata. Ye Kai adalah salah satu yang tidak pernah membawa senjata.

Di ujung musim gugur, malam telah larut. Tempat ini merupakan satu-satunya gedung yang masih memiliki lampu yang bernyala di pintunya. Pintunya cukup kecil. Cahaya lampu berkelap-kelip ditengah debu bertebaran seper ti halnya angin musim gugur meniup debu ke langit. Bunga matahari bergoyang-goyang tertiup angin, sepertinya sudah tidak diketahui lagi dari mana berasala dan kearah mana angin b ertiup. Apakah hidup itu seperti bunga matahari? Siapa yang dapat mengatakan nasib kita? Jadi apa yang harus kita khawatirkan dikemudian hari? Bila bunga matahari mengetahui masa depannya, maka tidak perlu ada yang harus di benci. Sudah sejak lama kita menikmati dan mengagumi keindahan bunga matahari. Jadi, itu sudah lebih dari cukup. Di salah satu ujung jalan merupakan hamparan tanah yang luas yang sepertinya tid ak memiliki batas, begitu pula pada ujung yang satunya. Satu-satunya lampu yang tergantung pada gedung tersebut seperti berlian. Langit bersatu dengan kuningnya pasir, sementara pasir yang kuning bersatu dengan langit. Seora ng lakilaki berdiri di ujung dunia. Ye Kai sepertinya baru saja tiba dari ujung dunia. Dia berjalan menyusuri sepanjang jalan dari kegelapan malam menuju cahaya yang t erpencil tersebut. Kemudian dia tiba-tiba duduk tepat di tengah jalan dan mengangkat kaki nya. Sepatu yang terpasang dikakinya terbuat dari kulit, semacam bahan kulit yang bia sa digunakan oleh penggembala di padang pasir. Kedua sepatu tersebut persis seperti sepatu yang biasa digunakan oleh para penggembala, cukup ringan bahkan sangat ringan un tuk diterbangkan angin, namun cukup kuat untuk digunakan untuk bekerja keras dan ber jalan jauh. Namun saat ini, pada bagian bawah sepatunya terdapat lubang besar, dan pada tela pak kakinya mulai terlihat luka dan berdarah. Dia melihat pada lukanya kemudian meng gelenggelengkan kepalanya dengan mimik muka yang sebal, sepertinya dia tidak kecewa pada sepatunya namun pada kedua kakinya. Bagaimana kedua kaki ku luka seperti kaki orang lain?

Kemudian dia mengeruk segenggam tanah dan menaburinya pada lubang di kedua sepatunya. Karena engkau sangat tidak berguna, maka aku akan membuat kamu terasa sakit dan menderita. Kemudian dia berdiri dan menggesekan luka di telapak kakinya pada pasir tersebut . Selanjutnya Ye Kai tersenyum. Senyumnya seperti cahaya matahari yang memasuki de bu yang beterbangan memenuhi angkasa. Lampu di gedung tetap bergoyang mengikuti tiupan angin.

Hembusan angin menerjang bunga matahari dan menghancurkan kelopak bunga tersebut ke udara. Dia menangkap kelopak bunga tersebut dan menggenggamnya. Kelopak bunga matahari hampir hancur seluruhnya, hanya meninggalkan beberapa hel ai daun bunga. Dia mengebutkan pakaiannya, yang semestinya sudah harus dibuang ketempat sampah. Kemudian, dengan hati-hati dia mencantumkan bunga tersebut pada salah satu luban g di pakaiannya. Dia bersikap sepertin orang terhormat yang mengenakan baju yang bagus dan mewah yang dihiasi oleh sekuntum bunga. Kemudian nampaknya dia sangat puas dengan dandanannya. Dia tersenyum. Pintu telah tertutup. Dia mengangkat kepalanya dan membusungkan dadanya, berjalan dan membuka pintu. D an, kemudian dia melihat kepada Fu Hong Xue. Fu Hong Xue dan goloknya! Golok tersebut tergenggam di tanganya. Tangan yang pui th pucat. Golok yang berwarna hitam pekat! Ye Kai sekilas melihat ke golok di tangannya, kemudian dari tangan ke mukanya. Muka yang putih pucat. Mata yang hitam pekat. Senyum terpendar dari mata Ye Kai, sepertinya dia sangat menyukai dan puas denga n yang dilihatnya. Kemudian dia melangkah lebar, menarik kursi dan duduk tepat di depan Fu Hong Xue. Sumpit ditangan Fu Hong Xue masih belum berhenti. Sesuap sayuran, sesupa nasi. D ia masih melanjutkan makanya dengan perlahan, dan tidak perduli dengan Ye Kai yang sedang menatapnya. Ye Kai terus menatapnya dan berkata sambil tersenyum, Engkau tidak minum arak? Fu Hong Xue tidak mengangkat kepalanya, dan tidak menghentikan apa yang sedang dilakukannya. Setelah dia mengakhiri menyantap sesuap nasinya yang terakhir, perlahan-lahan di a meletakan sumpitnya kemudian memandang Ye Kai.

Senyum Ye Kai terlepas secerah matahari. Sedikitpun tidak terlihat adanya senyuman di wajah putih dan pucat Fu Hong Xue. Setelah beberapa saat, dia menjawab Aku tidak minum arak.

Karena engkau tidak minum arak, bagaiam kalau kamu mentraktir aku dua gelas arak? Ye Kai berkata. Engkau mau aku mentraktir kamu arak? Kenapa harus begitu? Fu Hong Xue berkata.

Dia berbicara dengan perlahan, sepertinya dia sangat berhati-hati dengan setiap kata yang akan keluar dari mulutnya. Karena dia harus menanggung setiap kata yang dia kata kan. Oleh karena itu dia tidak pernah mau mengatakan satu katapun yang salah. Kenapa? Karena menurutku, engkau menyenangkan dimataku. Ye Kai mendesah, dan menambahkan, Selain itu, aku tidak melihat orang lain yang menyenangkan lagi di s ini. Fu Hong Xue menurunkan pandangannya dan menatap kedua tangannya. Apakah kamu bersedia? Ye Kai berkata. Fu Hong Xue tetap menatap kedua tangannya. Itu kebiasaannya saat dia tidak ingin membuka mulut. Apakah kamu bersedia menjamu aku? Ye Kai berkata. Fu Hong Xue tetap menatap pada kedua tangannya. Ini terakhir kalinya aku memberikan kesempatan. Pasti sangat disayangkan kalau me lewati kesempatan ini, Ye Kai berkata. Fu Hong Xue akhirnya mengangkat kepalanya dan berkata, Tidak ada yang harus disayangkan. Ye Kai tertawa dan kembali berucap, Engku betul-betul orang yang memiliki daya ta rik itu. Berkata sejujurnya, bahkan bila ada siapapun yang lain disini yang berlutut dan memohon, aku tidak akan mengangkat barang segelaspun. Dia berbicara dengan suara yang keras seolah-olah dia menganggap semua orang dit empat ini tuli. Dan juga beranggapan tidak akan ada yang marah mendengar perkataan ini . Beberapa orang mulai berderi. Seorang pemuda yang mengenakan bajuberwarna ungu berdiri paling cepat. Secepat perkataan Ye Kai selesai diucapkan. Pemuda tersebut memiliki pinggang ramping dan bahu yang lebar. Pedangnya dihiasi dengan batu permata yang indah, sarung pedangnya berwarna merah keunguan sehingga seras i sekali dengan bajuyang kenakannya. Dia memegang segelas arak ditangannya, gelas tersebut terisi sangat penuh, sehin gga araknya yang terdapat di dalamnya seperti akan meluap keluar. Dengan gerakan yan g tangkas, dia telah berdiri di hadapan Ye Kai, namun setetes arakpun yang meluap keluar. Nampaknya, pemuda ini tidak hanya cermat memilih baju yang dikenakannya, namun j uga menguasai ilmu silat yang terlatih dengan baik. Namun, sayangnya Ye Kai tidak me

lihatnya, juga Fu Hong Xue. Pemuda dengan bajuungu tersebut memperlihatkan senyumnya dengan bangga karena di a mengetahui semua mata memandang dirinya. Perlahan dia menepuk bahu Ye Kai dan berkata, Bolehkah aku mentraktir anda segela s arak? Tidak usah. Ye Kai menjawab.

Pemuda tersebut kemudian tertawa dengan keras, setiap orang di ruangan tersebut mulai tertawa juga. Ye kai juga tertawa dan tersenyum, kemudian berucap, tidak akan meminum arakmu. Memangnya tahukah kau siapa aku? Walaupun kamu berlutut, aku

pemuda tersebut berkata.

Saya tidak tahu pasti. Bahkan, saya pun tidak yakin pula kalau engkau adalah seor ang lakilaki. Ye Kai berkata. Senyum pemuda tersebut langsung membeku, jarinya langsung mengenggam pangkal pedangnya. Criiing, pedang terlepas dari sarungnya. Namun, hanya gagang pedang yang saat ini terdapat di tangannya. Mata pedang teta p tersimpang pada sarungnya. Sesaat pemuda tersebut menarik pedangnya, Ye Kai menggerakan tangannya dan melemparkan sepotong besi, memotong mata pedang beberapa inci dari gagang pedang nya. Sehingga, ketika pemuda tersebut mencabut pedangnya, yang dipegang hanya gagangn ya, sementara mata pedang masih tersimpan di sarungnya. Muka pemuda tersebut langsung berubah jadi ungu, dan paras wajahnya memperlihatk an dia tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. Tidak ada satupun orang di ruangan itu berani tertawa lagi, bahkan yang tertawap un langsung menghentikan tawanya. Setiap orang hanya menahan napas. Hanya ada satu suara. Suara kartu yang sedang sedang dikocok. Tampaknya, dia merupakan satu-satunya orang yang tidak perduli dengan apa yang t elah terjadi. Meskipun Fu Hong Xue melihat apa yang terjadi, namun paras wajahnya masih kosong tanpa ekspresi. Ye Kai menatapnya dan tersenyum, Kau lihat? Saya tidak berbohong.

Jadi apakah kamu masih mau menraktir saya?

Ye Kai berkata. Tidak .

Fu Hong Xue perlahan-lahan menggelengkan kepalanya dan menjawab,

Dia berdiri dan berbalik seperti tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Namun, dia menolah pada pemuda dengan bajuungu tersebut dan berkata, Engkau harus

menghabiskan banyak uang untuk membeli pedang lain yang lebih bagus. Sesungguhny a, kamu lebih baik tidak membawa pedang sama sekali. Memiliki pedang hanya untuk perhiasan merupakan suatu hal yang sangat berbahaya. Dia berbicara dengan perlahan namun bersungguh-sungguh, ucapannya merupakan kata kata yang sangat bernilai. Namun di telinga pemuda dengan bajuungu tersebut, ucapan tersebut terdengar sang at menyakitkan. Dia menatap Fu Hung Xue, sekejap wajahnya berubah menjadi pucat pasi.

Fu Hong Xue mulai berjalan keluar. Dia bahkan berjalan lebih lambat dari pada di a berucap, dan gaya berjalannya bahkan terlihat lebih aneh. Dia harus membuat satu langkah dengan kaki kirinya dan kemudian diikuti dengan m enyeret kaki kanannya dari belakang. Jadi . dia seorang pincang. Ye Kai merasa terkejut dan menyesal. Namun selain itu, dia tidak memikirkan hal lainnya. Pemuda dengan baju ungu mengepalkan kedua telapak tangannya dengan amarah. Dia sangat marah dan juga kecewa-berharap Ye Kai akan menghentikan Fu Hong Xue. Walaupun kemampuan Ye Kai sangat hebat, namun kepincangan tersebut nampaknya sed ikit lebih menakutkan. Pemuda dengan bajuungu memberikan tanda dan dua orang yang duduk bersamanya perlahan berdiru dan sepertinya mereka akan mengejarnya. Sesaat, suara asing memenuhi segenap ruangan, Engkau tidak ingin seseorang mentrak tir mu, namun apakah kamu bersedia mentraktir orang lain? Suara tersebut terdengar lembut, namun setiap orang dapat mendengarnya dengan je las. Seseorang sepertinya berbisik langsung ketelinga, namun tidak ada yang melihat s iapa yang berbisik. Akhirnya mereka melihat seorang tengah baya dengan baju yang bagus dan rapi tela h mengangkat kepalanya dan menatap Ye Kai. Orang lain mentraktir aku minum adalah satu hal, namun aku mentraktir orang lain untuk minum adalah hal yang berbeda. Ye Kai menjawab sambil tersenyum. Betul, kedua hal adalah sesatu hal yang sangat berbeda. Orang setengah baya berkat a. Jadi bila itu aku, maka aku bersedia untuk mentraktir setiap orang di seluruh rua ngan ini. Ye Kai berkata. Dia berkata seolah-olah dia adalah pemiliki tempat tersebut. Pemuda dengan baju ungu menggertakan giginya dan melihat ke pintu. Tapi bila aku mentraktir, maka semua orang yang aku traktir harus minum hingga

mabuk! Ye Kai berkata dengan santai. Pemuda dengan baju ungu tiba-tiba berbalik padanya dan berkata, Apakah engkau tah u untuk mentraktir semua orang membutuhkan uang perak? Uang perak? Apakah aku terlihat seperti orang yang membawa urang perak? Ye Kai berkata. Pemuda tersebut tertawa dan berkata, Betul-betul tidak.

Namun kamu tidak perlu menggunakan uang perak kalau mau membeli arak. Kamu dapat pula menggunakan kacang, jelas? Ye Kai berkata. Pemuda tersebut terkejut dan berkata, Kacang? Kacang yang seperti apa? Kacang seperti ini. Ye Kai berkata.

Kantung coklat tiba-tiba terlihat ditangannya. Dengan perlahan dia menggoyang ka ntung, kacang-kacang tiba-tiba keluar. Kejadian tersebut seperti sulap. Kacang-kacang yang keluar tersebut terbuat dari emas. Pemuda tersebut menatap tajam pada kacang emas yang terjatuh di lantai. Setelah dia merasa terkejut, kemudian tersenyum dan berkata, Ini adalah satu-satunya hal yang tidak aku mengerti. Pemuda dengan baju ungu melanjutkan. Engkau tidak ingin seorangpun mentraktir mu, namun engkau lebih suka mentraktir orang lain. Apanya yang berbeda? Sekejap Ye Kai berkata, Bila seekor anjing datang padamu dan dan menawarkan kotorannya, apakah kamu akan memakannya? Wajah pemuda baju ungu langsung berubah warna dan dia menjawab, Tentu tidak. Aku juga tidak. Namun lebih enak memberi makan anjing. Ye Kai berkata. Ketika Fu ra di pintu. Dua orang engah jalan. Sementara ia mengamati Hong Xue berjalan keluar, sekonyong-konyong nampak lagi dua buah lente berbaju putih dengan lentera dimasing-masing tangan mereka berdiri dit Fu Hong Xue berjalan keluar pintu dan bergerak setapak demi setapak, d ada orang ketiga dibelakang keduar orang yang memegan lentera .

Lentera mereka bergoyang tertiup angin, namun orang ketiga tersebut berdir denga n tegak, tidak bergerak seincipun. Cahaya lentera menerangi tubuh, rambut dan baju mereka. Pasir kuning terkumpul d isekitar mereka bercampur dengan gelapnya malamnya, sehingga menghasilkan aura yang menyeramkan.

Namun Fu Hong Xue tidak mengambil perduli. Ketika berjalan, matanya menatap keke jauhan malan.. Apakah karena seseorang telah menunggunya ditempat yang sangat jauh? Namun kenapa pandangannya nampak sangat kesepian dan terkucil? Bila ada perasaan yang keluar, itu pasti bukan kehangatan. Itu lebih terlihat sebagai hal yang menyakit kan, kebencian dan penderitaan. Sementara da tetap berjalan, orang yang berdiri tegak dibelakang kedua orang yan g memegang lentera tiba-tiba mengeluarkan suara, Tuan, mohon tunggu. Fu Hong Xue berhenti di tempat. Pada saat sesorang memintanya untuk berhenti, ma ka ia berhenti. Tidak perduli siapapun, dan dia tidak menanyakan kenapa.

Orang tersebut nampaknya sangat sopan. Namun, saat dia membungkukkan badang, matanya menatap golok. Ototnya menegang sementara kesiagaan menyeliputi seluruh tubuhnya. Fu Hong Xue tetap tidak bergerak. Golong ditangannya juga tidak bergerak. Bahkan matanya tetap menatap dikejauhan. Hamparan yang luas dan gelap dikejauhan. Setelah beberapa saat, orang dengan ekspresi yang putih tersebut tersebut mengen dorkan tubuhnya. Dia tersenyum dan berkata Mohon maaf untuk bertanya, apakah anda baru ti ba hari ini? Ya. Fu Hong Xue berkata.

Responnya hanya jawaban tersebut, namun jawaban tersebut keluar setelah dia berp ikir beberapa saat. Anda berasal dari mana? orang dengan baju putih bertanya. Fu Hong Xue menurunkan pandangannya dan menatap goloknya. Setelah beberapa saat, laki-laki dengan baju putih tersebut tersenyum memaksa da n berkata, Apakah kamu akan pergi secepatnya? Mungkin. Fu Hong Xue berkata Dan mungkin tidak? laki-laki berbaju putih berkata. Mungkin. Fu Hong Xue menjawab. Bila engkau berencana tidak pergi secepatnya, Majikan Ketiga kami bermaksud mengundang anda untuk bertemu besok malam. Laki-laki baju putih berkata. Majikan Ketiga? Fu Hong Xue berkata. Betul, saya mengundang atas nama Majikan Ketiga dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda. i laki baju putih berkata sambil menyeringai. Kali ini seringai betul-betul nyata. Beberapa orang mungkin tidak bisa menebak siapa Majikan Ketiga, dan hal itu meru pakan suatu hal yang lucu. Namun bagi Fo Hung Xue, mungkin tidak ada satupun di dunia ini yang dapat ditert awai. Laki-laki baju putih tiba-tiba tidak tertawa lagi. Dia pura-pura batuk dan berka ta, Majikan Ketiga memerintahkan agar kami berhasil mengundang anda, kalau tidak .. Kenapa kalau tidak? Fu Hong Xue berkata. Kalau tidak kami tidak boleh menghadap beliau. Kami harus berdiri disini dan tida

lak

k boleh pergi. laki-laki baju putih berkata. Tetap berdiri disini? Fu Hong Xue berkata.

Ya. Hingga anda bersedia menerima undangan saya

laki-laki baju putih berkata.

Sesaat laki-laki baju putih menyambung perkataannya, Fu Hong Xue telah berbalik dan mulai berjalan. Kaki kirinya setahap melangkah dan kemudian kaki kanannya diseret maju. Kaki kan annya nampaknya kaku total. Air muka laki-laki baju putih berubah warna, seluruh tubuhnya mulai menegang kem bali. Namun, hingga bayangan Fu Hong Xue menghilang dikegelapan, dia tetap berdiri di tempat, sama sekali tidak bergerak. Angin berhembus ke tubuhnya sambil menerbangkan debu, namun bahkan dia tidak berkedip. Salah seorang yang memegang lentera tidak tahan untuk bertanya, Apakah kita harus membiarkan dia pergi begitu saja? Laki-laki baju putih hanya menutup mulunya dengan erat dan tidak mengucapkan sat u katapun. Setitik darah merembes dari ujung mulutnya, namun dalam sekejap mata hi lang diterbangkan angin. Fu Hong Xue tidak pernah berbalik. Selama dia mulai berjalan kedepan, dia tidak pernah berbalik. Angin berhembus dengan keras. Batang kayu di sebuah pondok yang terletak disebua h gang yang gelap bergoyang maju mundur sepertinya akan lepas diterbangkan oleh angin. Dia berjalan hingga ke pondok terakhir darn berdiri di depan pintu. Tidak terdengar suarad dari dalam pondok. Juga tidak terlihat cahaya, nampaknya kegelapan di dalam lebih pekat dari pada diluar. Fu Hong Xue tidak berkata sedikit pun sementara dia mulai masuk. Dia menutup dan mengunci pintu dari dalam. Nampaknya dia sangat terbiasa dalam kegelapan. Sebuah lengan tiba-tiba mencul dari kegelapan dan meraih lengannya. Lengan terse but hangat dan lembut. Fu Hong Xue hanya berdiri di sana, membiarkan lengan tersebut mengelus tangannya tangan

yang tidak memegang golok. Kemudian, terdengar suara dari kegelapan, Aku telah menunggumu sejak lama. lah suara yang lembut dan manis dari seorang muda. Itu adalah suara seorang gadis. Fu Hong Xue perlahan-lahan menganggukan kepalanya dan berkata, Kamu telah menungg u sejak lama. Kapan kamu tiba? Petang tadi. gadis itu berkata. Itu ada

Fu Hong Xue menjawab.

Kamu tidak langsung kesini? gadis itu bertanya. Tidak. Fu Hon Xue menjawab. Mengapa tidak langsung kemari? gadis itu bertanya kembali. Sekarang aku sudah di sini. Fu Hong Xue berkata. Kamu benar. Kamu di sini sekarang. Selama kamu kesini, menunggu hingga kapanpun pantas. Gadis itu berkata dengan lembut. Berapa lama dia telah menunggu? Siapakah gadis itu? Mengapa dia menunggu di sini? Tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Kecuali kedua orang itu, bahkan tidak a da seorang pun di dunia ini. Apakah segala sesuatunya telah disiapkan? Fu Hong Xue bertanya. Semua telah disiapkan. Bila kamu membutuhkan apapun, minta saja. gadis itu berkata . Fu Hong Xue diam seribu bahasa. Suara gadis tersebut semakin ramah, Aku tahu apa yang kamu butuhkan, aku tahu Tangan si gadis bergerak mencari sesuatu di kegelapan, dan mulai membuka kancing

bajunya. Tangannya yang halus dan sangat terampil Sekejap, Fu Hon Xue telah telanjang. Tidak ada angin yang bertiup masuk namun gadis tersebut bergetar dan menggiggil. Suara gadis itu seperti mimpi, yang secara perlahan berkata, Selama ini kamu sela lu menjadi seorang bocah lelaki, namun sekarang saya ingin kamu menjadi seorang pri a. Karena ada beberapa hal yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pria. Bibir gadis itu sungguh hangat dan basah saat menyentuh dadanya. Tangan gadis itu terus menggerayang mencari sesuatu Fu Hong Xue terjatuh ke atas tempat tidur, namun tangan kirinya masih memegang g olok. Golok itu seperti sudah menjadi bagian tubuhnya, bagian dari hidupnya. Mereka ti dak akan pernah dapat dipisahkan. Matahari pagi telah masuk melewati jendela kecil. Dia masih tertidur, goloknya m asih tergenggam. Disana hanya terdapat dua ruangan, satu yang di belakang adalah dapur. Aroma yang membangkitkan selera muncul dari ruangan tersebut.

Seorang wanita tua yang pucat dan telah beruban sedang menuangkan telur dengan h atihati ke dalam masakan. Postur tubuhnya sudah membongkok dan kulitnya sudah keriput. Tangannya kasar dan buruk karena telah digunakan untuk bekerja keras sepanjang hidupnya. Ruangan di luar nampak dilengkapi dengan kursi dan meja yang nyaman. Semua terta ta dengan rapi dan bersih. Kasur di atas tempat tidur masih kasar dan kaku. Fu Hong Xue kelihatannnya masih tertidur. Namun, sesaat wanita tua melangkah keluar dari dapur, matanya segera terbuka. Di sana hanya terdapa dua orang. Di manakah gadis muda yang lembut dan bergairah? Apakah dia telah hilang ditelan kegelapan malam? Atau dia merupakan jelmaan arwah gentayangan di tengah malam? Ketika Fu Hong Xue melihat wanita tua tersebut, tidak terlihat ekspresi apapun d i wajahnya. Dia tidak berkata sepatahpun dan tidak bertanya apapun. Mengapa dia tidak tidak bertanya sesuatu? Apakah dia telah menyadari bahwa yang baru saja terjadi tadi malam hanyalah mimp i? Telur goreng telah masak. Disana juga tersedia tahu segar, daun selada, rebung d an kacang asin rebus. Wanita tua hanya menyiapkan makanan di atas meja, dan dengan tersenyum berkata, Makan pagi lima fen perak, bermalam empat qian dan tujuh fen. Untuk sebulan, selu ruhnya 10 tael perak. Sangat murah untuk tempat seperti ini. Terlalu banyak kerut keriput di wajahnya. Saking banyaknya, sulit untuk membedak an apakah dia sedang tersenyum atau tidak. Fu Hong Xue mengambil setumpuk perak dan meletakannya di atas meja. Aku akan menetap selama 3 bulan. Ini lima puluh tael perak. Itu dua puluh tael lebih banyak wanita tua tersebut menegaskan. Aku membutuhkan peti mati setelah aku mati. Fu Hong Xue berkata. Wanita tua tersebut tertawa dan berkata, Dan bila kamu tidak mati? Kamu simpan kelebihannya untuk membeli peti mati kamu sendiri. Fu Hong Xue menjawab.

Diluar gang sempit tersebut terdapat jalan raya yang panjang. Angin telah melemah. Cahaya matahari menyinari jalan, pasir kuning berkilauan tertimpa cahaya matahar i. Orang-orang sudah berlalu-lalang di jalan. Orang pertama yang tertangkap oleh ma tanya adalah laki-laki baju putih. Dia masih berdiri di tempat yang sama seperti saat dia bertemu tadi malam. Posis i tubuhnya bahkan tidak berubah sama sekali. Bajunya yang putih salju mulai dikotori oleh pasir, bahkan rambut telah mengunin g. Namun, wajahnya masih pucat. Dia masih berusaha dengan gigih. Banyak mata memandang ingin tahu kepadanya. Pandangan mata tersebut bahkan dapat menahan sinar matahari yang sangat terik. Kegigihan sangat menyakitkan, namun kadang kala juga merupakan keahlian. Seseorang yang telah mengusai keahlian ini biasanya dapat mencapai apa yang mere ka inginkan. Fu Hong Xue berjalan kearahnya namun tatapan matanya masih ke arah kejauhan. Debu dan kotoran tiba-tiba beterbangan ke udara. Terdengar derap suara kuda yang ramai. Tujuh ekor kuda berlari kencang dijalan d alam barisan. Penunggang kuda-kuda tersebut merupakan orang yang sangat ahli. Secepatnya merek a tiba di hadapan laki-laki baju putih, tangan mereka meraih senjata di punggung, lalu memberikan penghormatan dalam satu gerakan yang seragam. Hal ini merupakan salah satu dari kebiasaan penting yang mereka. Dari penghormatan meraka, dapat dikatakan laki-laki baju putih tersebut memiliki posisi yang tidak rendah. Tidak ada alasan yang tidak masuk akal bila seseorang harus bertahan seperti itu , dia tetap berdiri disana dengan tenang. Apa maksud dari tindakannya? Cahaya terpantul dari senjata mereka ke wajahnya. Dalam sekejap ke tujuh kuda te lah

berlari kencang ke unjung jalan. Sekonyong-konyong, kuda terakhir meringkik kerah ketika penunggangnya menarik ta li kekangnya. Kemudian kuda tersebut mencongklang balik. Penunggang kuda tersebut tetap berada dipelananya, kemudian dia mengangkat sebil ah tombak baja hitam yang terbungkur kain putih. Sementara kuda berlari kencang, tombak tersebut meluncur dari tangannya menancap ke atas tanah disamping laki-laki baju putih.

Kain putih yang menutup ujung tombak kemudian terlepas oleh angin dan ternyata b erubah menjadi bendera. Keenam penunggkang yang lainnya melakukan hal yang sama dengan penunggang tadi sambil menimbulkan debu yang beterbangan. Orang dan kuda silih berganti berdatangan dan pergi. Setelah mereka meninggalkan jalan yang terlihat adalah jalan yang dipenuhi oleh bendera yang besar. Cahaya matahari yang cerah menyinyari bendera yang besar. Banyak pasang mata di jalan terlihat membeku kaku, bahkan mereka juga tidak berb icara satu dengan yang lainnya. Seseorang tiba-tiba tertawa dengan keras dan berseru, Gedung Sepuluh Ribu Kuda m emang benar hebat! Gedung Sepuluh Ribu Kuda sungguh-sungguh hebat! ooOOOoo Bab 02. Gedung Sepuluh Ribu Kuda Guang Dong Lentera yang tergantung di atas pintu utama telah meredup hampir padam. Seseorang berdiri di bawah lentera tertawa sangat keras. Saking kerasnya, lenter a di atasnya hingga bergoyang dan menjatuhkan debu yang mengotorinya ke bawah, ke muka orang tersebut. Namun orang tersebut tidak ambil perduli. Tidak perduli apapun yang terjadi, Ye Kai tidak mau ambil pusing. Itu sebabnya, dia masih mengenakan baju yang dekil, robek dan kotor yang sejak t elah dipakainya sejak semalam. Kemanapun dia pergi, tercium bau yang merupakan yang t idak menyenangkan, seperti gabungan dari bau rumput yang telah membusuk, baru binatan g disemak-semak, dan bahkan bau bangkai busuk. Bau tersebut mengikutinya kemanapun dia beranjak. Sementara itu dia tetap tidak beranjak disitu, kelihatannya dia sedang mengharap kan setiap orang menghargai bau busuk yang dikeluarkannya. Sesuatu masih menggantung di lubang pakaiannya. Tetapi, bukan bunga matahari sep erti malam sebelumnya. Sekarang tergantung hiasan bunga terbuat dari mutiara. Siapa yang tahu bila hiasan tersebut jatuh dari rambut seorang gadis muda yang k emudian nyangkut ke lubang tersebut? Dia tidak pernah memetik bunga dari batangnya, namun dia tidak ragu untuk menyem

atkan hiasan rambut seorang gadis muda.

Pandangan Fu Hong Xu tiba-tiba berubah ke arahnya dan menatap dengan penuh perha tian kepadanya. Ye Kai telah berjalan sampai ke tengah jalan, tepat di hadapan orang baju putih. Cara berjalannya tidak beraturan seperti sempoyongan. Dia nampaknya sedang mabuk, sep erti T ai-Bo si penyair abadi, yang mencoba menangkap bulan di sungari. Namun, sesaat d ia membuka matanya, pandangan matanya bahkan lebih tajam dari pada pandangan mata pemanah elang Genghis Khan. Ye Kai memicingkan matanya, melihat kepada laki-laki baju putih, dan berkata, Rasanya kamu berdiri disini dari tadi malam. Ya. laki-laki baju putih berkata.

Engkau masih berdiri di sini sampai hari ini. Ye Kai berkata. Ya. laki-laki baju putih menjawab. Ye Kai bertanya.

Apa yang kau tunggu? Menunggu anda.

Laki-laki baju putih berkata. Ye Kai

Aku? Aku bukan seorang yang penting, mengapai engkau harus menunggu aku? berkata sambil tersenyum.

Di dalam pandangan Majikan Ketiga, tidak ada seorangpun di dunia yang dapat menya mai kegagahanmu. laki-laki baju putih berkata. Ye Kai tertawa lebar dan berkata, Hari ini baru tahu bahwa diriku ternyata seoran g yang gagah. Namun orang seperti apa Majikan Ketiga-mu itu? Dia adalah seorang yang mengenal dan mengagumi orang-orang gagah. laki-laki baju pu tih berkata. Bagus sekali? Saya sangat menyukai orang seperti itu. Dimana dia sekarang? Aku be rharap dia dapat mentraktir aku segelas arak! Ye Kai berkata. Bila dia membiarkan seseorang mentraktir segelas arak, maka dia pasti sangat men ghargai dan menghormati orang tersebut.

Saya telah diperintahkan oleh Majikan Ketiga saya untuk mengundang anda minum ara k dengannya malam ini. laki-laki baju putih berkata. Bila hanya sedikit arak, aku tidak mau hadir. Namun, bila ditraktir arak yang ban yak maka saya pasti akan berada disana! Ye Kai berkata. Gedung Sepuluh Ribu Kuda memiliki gudang arak yang menyimpan sebanyak tiga ribu b otol arak. Anda dapat minum sepuas hati di sana. laki-laki baju putih berkata. Ye Kai menebarkan senyum yang lebar dan berkata, Bila seperti itu, maka pasti akan sulit untuk melarang saya pergi kesana. Terima kasih. laki-laki baju putih berkata. Saya telah menyetujui untuk berangkat, lalu kenapa engkau masih berdiri di sini. e Kai bertanya. Y

Saya diperintahkan untuk mengundang enam orang. Hingga saat ini saya baru berhasi l mengundang lima orang. laki-laki baju putih berkata. Ini sebabnya engkau masih belum beranjak? Ye Kai berkata. Ya. laki-laki baju putih menjawab. Siapa yang belum berhasil diundang? Ye Kai bertanya. Sebelum diperoleh jawaban, dia tertawa dan berkata kembali, Aku tahu siapa dia. Sepertinya orang tersebut tidak hanya tertarik mentraktir orang lain minum arak, akan tetapi dia juga tidak ingin orang lain mentraktir minum orang untuk dirinya. Laki-laki baju putih hanya bisa tersenyum kikuk. Walaupun kamu berdiri disini selama tiga hari tiga malam, belum tentu dapat membu juk dia. Aku yakin, tidak ada hal apapun di dunia ini yang dapat membuat dia terbuju k. Ye Kai berkata. Laki-laki baju putih menghela napas. Hanya ada satu cara untuk membujuk orang seperti dia. Ye Kai berkata. Harap berikan saya petunjuk. laki-laki baju putih berkata. Tidak perduli kemanapun kamu mengundang dia untuk pergi, memintanya tidak akan membuat dia pergi kemanapun. Namun, bila kamu dapat memancing dia, maka dia akan pergi meskipun kamu tidak meminta, bahkan tanpa kamu undang. Tapi sayangnya saya tidak tahu bagaimana melakukan itu. laki-laki baju putih berkat a. Lihat saja. Ye Kai berkata. Tiba-tiba dia berbalik dan berjalan ke arah Fu Hong Xue. Fu Hong Xue memandangnya sepertinya dia telah menantinya sepanjang waktu. Ye Kai berjalan ke hadapannya, berjalan hingga sangat dekat di hadapannya, dan d engan cara yang aneh dan misterius dia berkata. Apakah kamu tahu ingin tahu siapa aku?Da n apa hubungannya dengan engkau? Siapakah engkau? Dan apa hubungannya dengan diriku? Fu Hong Xue bertanya.

Wajahnya yang putih pecat tetap tanpa perasaaan. Namun, pembuluh darah di tangan nya yang memegang golok telah menonjol hingga hijau. Ye Kai tertawa dan berkata, Bila engkau ingin mengetahuinya, maka kamu harus bert emu dengan ku di Gedung Sepuluh Ribu Kuda malam ini dan aku akan mengataknnya kepadamu.

Sebelum Fu Hong Xue berkata-kata lagi, secara cepat dia berbalik dan berjalan me njauhi. Dia berjalan cukup cepat sepertinya dia takut Fu Hong Xue mengejarnya dibelakang . Namun, Fu Hong Xue tetap tidak bergerak. Dia hanya menurunkan pandangannya dan menatap golok ditangannya sementara matanya memicing.

Ye Kai berlari kembali ke laki-laki baju putih. Dia menepuk bahunya dan berkata, K amu dapat pergi kembali sekarang. Saya menjamin dia akan muncul di Gedung Sepuluh Ri bu Kuda malam ini. Apakah dia akan pasti akan kesana? laki-laki baju putih berkata dengan ragu-ragu. Bila dia tidak muncul, maka itu adalah kesalahan saya. Kamu telah menyelesaikan t ugas kamu. Ye Kai berkata. Terima kasih! laki-laki baju putih berkata dengan penuh hormat. Kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku, kamu seharusnya berterima kasih pada d iri kamu sendiri. Ye Kai berkata. Laki-laki baju puith terlihat terkejut dan berkata, Saya harus berterima kasih pad a diri saya sendiri? Bila Pedang Tunggal, Mencungkil Bunga yang menggetarkan dunia persilatan dua pulu h tahun lalu berdiri di sini sehari semalam, lalu apa sulitnya bagiku untuk memban tu urusan sekecil ini? Ye Kai berkata sambil tersenyum. Laki-laki baju putih melihat dengan heran kepada Ye Kai, setelah beberapa saat, perlahanlahan dia berkata, Kelihatannya kamu tahu banyak hal. Sejujurnya, tidak terlalu banyak. Ye Kai menjawab. Laki-laki baju putih tersenyum dan memberikan hormat dan berkata, Sampai bertemu l agi nanti malam. Pasti! Ye Kai berkata.

Laki-laki baju putih menunduk, kemudian berbalik. Dia menarik tombak bendera yan g menancap di tanah kemudian menggulungnya bendera tersebut. Dengan sekali hentaka n, dia menotol tanah dengan tombak tersebut, sekejap tubuhnya sudah melayang ke uda ra. Sesaat kemudia, seekor kuda telah dipacu meninggalkan salah satu gang. Laki-laki baju putih dengan sigap telah duduk di atas sadel di punggung kuda ter sebut. Dengan sekali tarikan, kuda telah dipacu hingga tiga pulih meter di depan. Ye Kai menatap laki-laki baju putih di atas kuda tersebut yang dengan sekejap te lah berada dikejauhan. Dia menghela napas dan berkata, Nampaknya Gedung Sepuluh Ribu Kuda merupakan tempat yang berbahaya, tempat berkumpulnya para pendekar sebanyak awan dia ngkasa

Dia meregangkan lengannya dan menguap dengan lebar. Kemudian berbalik dan mencar icari Fu Hong Xue, namun dia sudah terlihat lagi. Langit biru. Pasir kuning.

Pasir yang kuning bersatu dengan langit yang membiru.. Langit yang membiru bersa tu dengan pasir yang kuning. Dikejauhan terlihat bendera putih raksasa berkibaran tertiup angin. Bendera tersebut seperti tertancap dan berdiri di ujung dunia. Tempat tersebut, Gedung Sepuluh Ribu Kuda, berdiri di ujung dunia. Daerah yang luas, yang tidak bertepi dan tiada akhirnya. Dijalan terbentuk segar is alur yang ditmbulkan oleh hentakan kaki yang kuat, panjang dan lurus. Di ujung terdapat te rpancang bendera putih yang agung. Di bawah bendera tersebut terletak Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Fu Hong Xue berdiri di tengah-tengah padang pasir di sisi jalan, menatap lurus k e arah bendera tanpa ada yang mengetahui untuk berapa lama dia seperti itu. Akhirnya, p erlahanlahan di berbalik. Segaris merah tiba-tiba muncul dari balik pasir yang kuning yang beterbangan ke udara. Garis merah tersebut bergerak seperti bintang jatuh mendekatinya. Kuda dengan warna merah yang menarik. Seseorang berpakaian berwarna merah. Fu Hong Xue baru berjalan tiga langkah sebelum dia mendengar suara hentakan kuda dari belakangnya. Dia tidak menengok untuk melihat. Setelah beberapa langkah, kuda dan pengendaran ya melintas melewatinya. Sipengendara kuda tersebut menengok melihatnya, sepasang pandangan mata yang taj am melihat golok di tangan Fu Hong Xue. Sepasang lengan yang putih dan ramping mena rik tali kekang kuda. Kuda yang bagus. Wanita yang cantik. Namun, Fu Hong Xue sepertinya tidak ambil perhatian terhadap mereka. Saat dia ti dak ingin melihat sesuati, maka pandangan matanya tidak akan melihat apapun. Mata gadis tersebut yang cerah menatap wajahnya dan tiba-tiba berkata, Jadi engkau orangnya? Master Hua bahkan tidak berhasil mengundang? Dia adalah seorang gadis yang cantik, namun suaranya bahkan lebih menarik lagi. Fu Hong Xue tidak mendengarnya. Sipengendara tersebut mengangkat alisnya dan dengan keras berseru, Dengarkan! Bila

kamu takut untuk memperlihatkan dirimu nanti malam, maka kamu bukan apa-apa namu n hanya sekumpulan lalat yang mengelilingi telur busuk. Dan aku akan membunuh kamu dan mengumpankan tubuhmu yang tidak berguna ke anjing. Sebuah cambuk meluncur dari tangannya dan meluncur seperti ular memagut ke wajah nya. Nmaun Fu Hong Xue tetap tidak melihat. Sesaat cambuk tersebut menyentuh wajahnya , secara tiba-tiba muncul suara Sreeet, dan meninggalkan bekas merah di pipinya.

Fu Hong Xue tetap tidak menanggapi. Namun, pembuluh darahnya tangannya yang memegan golong mulai menonjol keluar. Jadi dia bukanlah apa-apa, melainkan hanya sebatang kayu. pengendara menyeringai. Ketawanya mulai menghilang sesaat setelah pengendara dan kudanya berlari ke teng ah padang pasir, tanpa meninggalkan apapun kecuali segaris merah. Fu Hong Xue mengangkat tangannya dan merasakan bekas pecutan di wajahnya, sesaat kemudian dia mulai bergetar. Seluruh tubuhnya bergetar, kecuali tangannya yang memegang golok. Tangan tersebu t tetap diam seperti gunung. Ye Kai masih terus menguap. Bila ada orang yang memperhatikannya dengan seksama, mungkin sudah dihitung bahw a dia telah menguap paling tidak tigapuluh atau empatpuluh kali hari ini. Namun, dia masih enggan untuk tidur. Dia luntang-lantung ke timur dan barat, melihat ke kiri dan melihat sekilas ke k anan, sepertinya semua menarik hatinya. Nampaknya, dia sama sekali tidak tertarik untuk tidur. Kemudian dia berjalan ke sebuah toko kelontong yang terletak di depan sebuah ked ai mie diseberang jalan. Dia betul-betul menikmatai berbincang-bincang dengan berbagai orang namun untuk beberapa hal dia merasakan bahwa semua pemilik rumah di sini nampaknya cukup ane h. Sebenarnya, mungkin dia satu-satunya orang yang aneh. Dia tidak pernah berjalan terlalu cepat, namun cara berjalannya sangat berbeda d engan Fu Hong Xue. Meskipun Fu Hong Xue pincang dan berjalan dengan perlahan, namun postur tubuh te gak lurus seperti tombak/ Ye Kai berkeliaran dengan malasnya, sepertinya semua tulangnya suah menjadi lema s bergoyang ke kiri dan ke kana. Sepertinya dia akan terjatuh hanya dengan dijenti kan oleh satu jari.

Dia berjalan tengah jalan, seekor kuda berlari dengan cepat di tengah jalan. Kuda berwarna merah yang menarik, pengendaranya seorang yang cantik seperti bung a yang baru mekar-bunga mekar yang berduri. Sebelum kudanya menabrak Ye Kai, sipengendara menjerit dengan keras, Mau bunuh diri yah? Menyingkir sana! Hei kau!

Ye Kai mengangkat mukanya dan melihatnya namun nampaknya dia masih enggan untuk menyingkir. Sepertinya dia harus menhentikan laju kudanya, namun dia malah memecutkan cambuk nya ke tanah. Dia lebih berani saat ini daripada saat kejadian dengan Fu Hong Xue. Namun Ye Kai mengangkat tangannya dan ujung cambuk telah dipegangnya. Tangan tersebut nampaknya memiliki kekuatan yang hebat dan misterius, mereka dap at melakukan yang tidak pernah kamu kira. Gadis berbaju merah tersebut memerah mukanya sepertinya seluruh mukanya diselimu ti oleh dandanan yang tebal. Dengan hanya tiga buah jari, Ye Kai menangkap cambuk tersebut. Tidak perduli ber apa keras gadis tersebut menarik, namun dia tidak dapat melepaskannya. Wanita itu setengah terkejut dan setengah tidak sabar sesaat dengan amarah dia berkata, Apa apa yang kamu inginkan? Dia melirik gadis tersebut dari sudut matanya, paras mukanya masih tetap menunju kan raut muka yang malas, Aku hanya ingin memberikan kamu beberapa pelajaran. Gadis baju merah tersebut menggertakan giginya dan berkata, Aku tidak mau mendengarnya. Kamu tidak harus perlu mendengar bila tidak mau, namun pasti sayang sekali bila seorang gadis cantik jatuh dari kudanya di tengah jalan. Ye Kai berkata. Gadis berbaju merah tersebut tiba-tiba merasakan adanya kekuatan yang mengalir m elalui cambuknya yang seakan-akan menarik dia jatuh dari kudanya selama beberapa detik. Dia tidak tahan lebih lama lagi dan berkata, Bila kamu mau mengatakan sesuatu, cepat b icara. Bila kamu mau kentut, cepatlah kentut. Ye Kai tertawa dan berkata, Engkau betul-betul sangat kejam. Kalau kamu tidak bers ikap seperti itu, sebetulnya kamu gadis yang menarik. Namun saat kamu menjadi seperti itu, mau berubah menjadi macan betina yang dibenci oleh setiap orang. Gadis berbaji merah menahan amarahnya dan berkata, Ada yang lain? Ya. Entah itu kuda merah yang menarik atau macan betina, bila kamu menabrak seseo rang, engkau harus tanggung jawab terhadap jiwanya. Ye Kai berkata. Gadis berbaju merah mulai pucat karena marah dan berkata, Sekarang dapatkah kamu lepaskan?

Hanya satu hal laig. Ye Kai berkata sambil tersenyum. Apa? gadis berbaju merah bertanya.

Bila seorang laki-laki seperti aku bertemu dengan gadis seperti kamu, adalah suat u kejahatan, bukan saja untuk diriku tapi juga bagi dirimu bila aku melepaskan dir imu tanpa menanyakan namamu. Ye Kai berkata.

Kenapa di dunia ini aku harus memberitahukan namaku? gadis berbaju merah berkata. Karena kamu tidak mau jatuh dari kudamu. Ye Kai menjawab. Paras wajahnya berubah menjadi kuning sesaat matanya melengos. BaikL Aku katakan.

Nama akhir ku Li, dan nama depan ku GuGu. Ye Kai tersenyum dan sambil melepaskan ia berkata, Li GuGu Li mu Gugu bibi .. nama

itu .. Namun sebelum dia menyadarinya, gadis itu dan kudanya telah pergi jauh. Yang didengarnya adalah suara tawa si gadis, Sekarang kamu sudah mengerti?Aku ada lah bibi si telur busuk! Gadis itu masih terlihat ketakutan kalau-kalau Ye Kai mengejarnya karena itu dia menunggu hingga jarak cukup jauh sebelum dia mengentikan kudanya dan mengikatnya di sisi pintu pada salah satu rumah. Dia bertingkah selayaknya saat dia memasuki ruangan seseorang akan melayaninya. Delapan besar meja yang terletak di balik pintu semuanya kosong. Hanya si majikan misterius dibelakang meja kecil yang masih memainkan kartunya. Diluar masih terang, tempat ini tidak pernah didatangi tetamu saat siang hari. Meskipun bisnis yang dilakukannya bukanlah bisnis yang terhormat, namun dia memi liki peraturan yang ketat/ Bila kamu mau berkunjung ke sini, maka kamu harus mematuhi peraturannya. Rambut-rambut dikedua pelipisnya telah memutih. Setiap keriput diwajahnya menyem bukan semua kebahagiannya, semua kedukaannya, dan rahasianya yang tidak terhitung banyaknya. Namun kedua tangannya masih halus dan ramping seperti tangan seorang gadis muda. Baju yang dikenakannya berkilauan, hampir seperti kostum pertunjukan yang megah.

Sebuah guci terbuat dari emas terletak di atas meja. Arak di gelasnya memiliki w arna yang gelap dan berkilau seperti batu permata. Dia perlahan-lahan mengatur kartunya ke atas meja menjadi sebentuk segi delapan. Sesaat setelah gadis berbaju merah memasuki ruangan, langkahnya menjadi semakin ringan. Dia berjalan dengan santai dan berkata, Bagaimana kabarmu, paman?

Gadis liar dan kasar tersebut saat melangkah memasuki ruangan di balik pintu tib a-tiba berubah menjadi seorang gadis yang anggun dan sopan-santun. Si majikan tidak melihat ke arahnya. Dia hanya menganggukan kepadanya, tersenyum dan berkata, Silahkan duduk. Gadis tersebut duduk di hadapannya. Sepertinya dia hendak menanyakan sesautu nam un si majikan mengangkat tangannya dan berkata, Tunggu.

Gadis itu duduk dengan patuh, dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Si majikan melihat kearah segi delapan yang terbuat dari kartunya di atas meja. Dia memperlihatkan raut muka yang serius pada wajahnya yang pucat, kurus dan memburu k. Gadis berbaju merah tersebut tidak dapat menahan diri dan berkata, Memangnya kamu dapat melihat berbagai hal dari tumpukan kartu tersebut? Mmm. si majikan menggumam. Apa yang kamu lihat hari ini? gadis itu berkata sambil melebarkan matanya. Si majikan sedikit menyesap minuman dari gelas emasnya dan berkata, Ada beberapa h al yang sebaiknya kamu tidak tahu. Dan apakah itu bila aku boleh tahu? si gadis bertanya. Rahasia langit sangat sukar untuk dipahami. Nasib buruk akan menimpamu. si majikan berkata. Bila kita sudah mengetahui nasib buruk, maka kita bisa melakukan suatu cara untuk menghindari nasib buruk tersebut? si gadis berkata.

Si majikan menggelengkan kepalanya perlahan dan berkata sambil menatap dengan seksama, beberapa nasib buruk tidak dapat dihindari, sama sekali tidak bisa dihind ari . Si gadis berbaju merah melihat pada kartu sembil menerka, dan menggumam, Bagaimana bisa, saya sudah berusaha memperhatikan dan memperhatikan namun tidak dapat melihat sesuatu? Tepatnya, karena kamu tidak dapat melihat apapun yang aku sukai. si majikan berkata . Si gadis berbaju merah terlihat bingung dan dia memperlihatkan senyumnya dan berkata, Sudah cukup mengganggu kamu hari ini. Saya hanya hendak menanyakan, apaka h kamu akan berkunjung ke rumah kami nanti malam? Si majikan mengkerutkan alis matanya dan berkata, Malam ini? Ayah telah mengundang beberapa tamu spesial ke rumah kami malam ini jadi beliau berharap paman juga dapat datang. Kereta pengantar akan tiba kesini sebentar lag i. si gadis berbaju merah berkata. Aku rasa sebaiknya aku tidak pergi. si majikan berkata. Sebenarnya, ayah sudah tahu kalau paman tidak akan datang. Namun beliau masih memerintahkan aku pergi kesini, dan membuat aku menderita malu oleh setan kecil itu. Hal itu hampir membuat aku mati! si gadis berbaju merah berkata.

Tiba-tiba terdengar suara dan berkata, Setan kecil bukan yang memulai mengganggu b ibi, tapi bibi yang ingin menabrak setan kecil sampai mampus. Si gadis kecil kaget. Ye Kai berdiri di pintu dan tersenyum kemalas-malasan kepadanya. Wajah si gadis berubah warna dan berteriak, Beraninya kamu masuk kesini?

Satu-satunya orang yang seharusnya tidak kesini adalah kamu, bukan aku. Ye Kai berk ata. Si gadis menghentakan kakinya dan berbalik dan berkata, Paman, kenapa kamu tidak tendang saja dia keluar?Mendengar omongan tidak berguna yang dia ucapkan. Si majikan hanya tersenyum santai dan berkata, Hari hampir gelap. Mengapa kamu bel um juga pulang ke rumah? Jangan membuat ayahmu khawatir. Si gadis berbaju merah terlihat terkejut dan marah sementara dia secara cepat me lesat ke luar ke arah pintu. Gadis itu berjalan sangat tergesa-gesa sehingga dia hampir menabrak pintu. Hati-hati kalau berlari, bibi. Kalau kamu tersandung dan mati, maka tidak ada yan g bertanggung jawab, Ye Kai berkata. Sementara dia berjalan keluar, dia membanting pintu ke belakang. Setelah beberap a detik, dia baru berkata, Terima kasih atas perhatiannya keponakan yang kurang ajar. Bibimu tidak akan mati dengan mudah. Sebelumnya kalimatnya belum selesai, pintu telah tertutup kembali. Hentakan kaki kuda terdengar telah menjauh. Ye Kai menghela napas kemudian tersenyum dan berkata, Kuda merah yang bagus dan macan betina yang bagus. Kamu hanya benar setengahnya. si majikan berkata. Setengah lagi apa? Ye Kai bertanya. Semua orang disini telah memberikan dia dan kudanya sebuah nama. Gadis itu dinama i macan merah, dan kudanya dipanggil pembantu merah. si majikan berkata. Ye Kai langsung tertawa. Dia juga merupakan putri satu-satunya tuan rumah yang akan kamu temui malam ini. si majikan berkata kembali. Jadi dia adalah putri satu-satunya dari Majikan Ketiga dari Gedung Sepuluh Ribu K uda? Ye Kai menegaskan. Si majikan menganggukan kepalanya dan berkata, tihati

Oleh karena itu engkau harus berha

agar supaya si macan merah tidak akan menggigit putus kakimu nanti malan. Ye Kai mendadak menyadari bahwa si majikan tidak setertutup dan semisterius sepe rtinya yang diperlihatkan selama ini. Lalu dia bertanya, Siapa pastinya nama Majikan Keti ga? Ma, Ma Fang Ling. si majikan mejawab. Ma Fang Ling, kenapa namanya se-feminim itu? Ye Kai berkata. Ayahnya bernama Ma Kong Qun, putrinya bernama Ma Fang Ling. si majikan berkata.

Matanya yang serba tahu melihat kepadanya dan melanjutkan. Aku tahu sebenarnya ka mu lebih ingin mengetahui nama gadis tersebut dari pada ayahnya. Bila aku mendengar alunan suara, tidak mungkin aku tidak mengerti maksudnya. Bila tuan rumah malam ini sama jenakanya dengan engkau, lalu aku, Ye Kai, tidak a kan menyesal pergi ke sana malam ini. Ye Kai berkata. Ye Kai? si majikan bertanya. Ye seperti pada kata daun , daun pada pohon. Kai seperti kata buka , seperti sesorang saat membuka pintu. Yang juga merupakan Kai yang sama dengan kebahagiaan. Sekarang menjadi nama yang unik. si majikan berkata. Dan siapa nama kamu, bos? Ye Kai berkata. Nama ku Xiao Bie Li. si majikan berkata. Xiao yang berati menyedihkan ? Bie yang berarti berpisah

dan Li yang berarti

perpisahan ? Ye Kai berkata. Apakah kamu berpikir namaku sesuatu yang tidak baik? Xiao Bie Lie berkata. Aku tidak mengatakan tidak baik .. namamu yang membuat seseorang menjadi murung dan sedih. Ye Kai menjawab. Di dalam hidup, tidak ada pesta yang tidak pernah usai. Kita adalah bagian dari i tu. Saat kamu pergi hari ini, maka kita tidak akan bertemu lagi nanti Karena itu nama ku sepertinya cocok sekali. Xiao Bie Li berkata. Karena semua itu sudah dimulai, dan perpisahan memberikan kesedihan. Dan engkau memikul nama yang membawa kemurungan, rasanya engkau harus menjamu aku segelas arak. Ye Kai berkata. Xiao Bie Lie mengambil gelasnya dan meneguk sekali dan berkata, Sebetulnya hal yan g paling sulit selama hidup adalah bukan perpisaha. Namun, berkumpul Berkumpul? Ye Kai berkata. Bila tidak ada pertemuan, maka tidak perlu perpisah? Xiao Bie Lie menjawab. Ye Kai terdiam beberapa saat, dan mulai menggumam kepada dirinya sendiri, Itu betu l-betul benar, tanpa pertemuan, tidak akan ada perpisahan tanpa pertemuan, tidak akan ad a perpisahan apaun. Dia berulang-ulang mengucapkan kata tersebut, sepertinya meras a amat sangat tersentuh.

Itulah sebabnya kamu salah, dan kamu harus minum segelas arak juga. Xiao Bie Li ber kata. Ye Kai berjalan dan menuang arak ke gelas untuk dirinya. Setelah semuanya selesa i, senyum lebar terlihat di wajahnya dan berkata, Bila aku memang salah, lalu dimana gelas a raknya? Itulah sebanbya kadang-kadang melakukan kesalahan adalah baik. Tiba-tiba terdengar suara keras kereta kuda dan ringkikan kuda terdengar sesaat pintu kereta kuda terbuka.

Xiao Bie Li menghela napas dan berkata, Bicara mengenai perpisahan, sepertinya saa tnya telah tiba. Kereta dari Gedung Sepuluh Ribu Kurda telah tiba untuk menjemput tam unya. Namun bila kita tidak pernah berpisah, maka kita bisa bertemu lagi, Ye Kai berkata . Dia meletakan gelas anggur ke meja dan berbalik berjalan keluar. Xiao Bie Li memandang Ye Kai yang sedang berjalan dan berterika, Bila kita tidak p ernah berpisah, bagaimaina kita bisa bertemu lagi? Meskipun sangat disayangkan untuk b erpisah, beberapa orang tidak pernah saling bertemu lagi. Kereta kuda yang besar yang ditarik oleh delapan ekor kuda menunggu di luar pint u. Seseorang yang mengenakan baju seputih salju berdiri di luar untuk menghormati t amu besar. Bendera berkibar di atas kereta kuda yang bertuliskan, Gedung Sepuluh Ribu Kuda G uang Dong . Ye Kai berjalan mendekati sementar laki-laki baju putih memberikan hormat dan berkata, Selamat Datang! Anda adalah yang pertama, silahkan duduk di dalam. Laki-laki ini lebih muda beberapa tahun dari pada Hua Man Tian, namun masih terl ihat muda berkisal empat puluh tahunan usianya. Dia memiliki wajah yang bulat dengan jangg ut yang pendek. Bahkan saat dia tidak tersenyumpun, dia tetap membuat orang lain merasa sangat nyaman. Ye Kai memandangnya dan berkata, Apakah anda mengenai saya? Aku tidak percaya kita pernah bertemu. laki-laki baju putih menjawab. Kalau tidak pernah bertemu, bagaimana anda tahu bahwa saya adalah tamu dari Gedun g Sepuluh Ribu Kuta? Ye Kai berkata. Meskipun anda baru berada disini semalam, namun anda sudah terkenal bahkan hingga ke daerah perbatasan. Tambahan lagi, bila bukan karena orang segagah anda, bagaiman a anda dapat menggunakan baju seperti itu, baju dengan hiasan mutiara seorang gadis pal ing cantik di dunia? laki-laki baju putih menjawab.

Anda mengenal hiasan mutiara ini? Ye Kai berkata. Hiasan mutiara itu sebenarnya adalah hadiah dari saya. Laki-laki baju putih menjaw ab. Dia tertawa lebar dan melanjutkan, Sangat disayangkan meskipun saya tidak terlalu romantis, namun saya dapat memperoleh senyum seorang gadis cantik. Ye Kai tertawa, sambil menepuk bahunya dia berkata, Saya sering memperoleh pujian

sebelumnya. Namun pujian yang membuat saya sangat berbahagia ini, betul-betul pu jian seperti ini yang pertama. Kereta kuda tersebut terlihat sangat nyaman dan bersih, cukup lebar untuk ditump angi sebanyak delapan orang. Tapi baru satu orang yang menumpang hingga saat yaitu Ye Kai.

Setelah dia bertemu Hua Men Tian, dia percaya bahwa Gedung Sepuluh Ribu Kuda buk anlah tempat yang biasa, namun tempat dimana bersembunyi jago-jago kosen. Namun setela h bertemu dengan laki-laki baju putih ini, dia merasa tidak hanya mangetahui banya k hal, mereka juga tahu cara menjamu orang dengan baik pula. Bahkan penerima tamu di rumah seorang bangsawan besar pun tidak sepintar dia ket ika berbicara dan tidak seramah dia. Siapapun yang dapat membuat orang seperti itu menjadi pelayannya pasti orang ter sebut adalah orang yang istimewa. Ye Kai tiba-tiba menjadi gelisah dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan ses eorang yang disebut Majikan Ketiga, kemudian dia berucap, Dimana tamu yangl lainnya? Salah seorang dari yang diundang adalah seseorang yang telah anda undang. laki-laki baju putih berkata. Itu kamu tidak perlu khawatir. Dia pasti akan berada di sana dan pasti tahu jalan ke sana pula. Saya menanyakan kamu empat orang yang lainnyya. Ye Kai berkata. Mereka seharusnya sudah disini sekarang. Tapi mereka belum disini. Ye Kai berkata. Laki-laki berbaju putih tiba-tiba tersenyum dan berkata, Itu sebabnya kita harus s egera berangkat. Bila mereka telah disana, maka mereka pasti sudah disana. Malam semakin tiba. Hamparan gurun pasir yang luas nampak semakin sepi dan tak bertepi. Bendera besar Gedung Sepuluh Ribu Kuda telah hilang tersembunyi diujung hamparan yang gelap. Laki-laki baju putih duduk di hadapan Ye Kai dan tersenyum. Dia tersenyum sepertinya dia tidak pernah merasa lelah. Suara derap kaki kuda terdengar seperti suara gledek di tengah kegelapan malam y ang sunyi. Ye Kai menghela napas dan berkat, Bila hanya aku yang hadir, aku jadi khawatir kal au-kalau tidak dapat pergi lagi. Laki-laki baju putih memandangnya dengan seksama seolah-olah mendengar suatu yan g mengganggu. Dia tetap berusaha tersenyum dan berkata, Apa yang engkau katakan. Laki-laki baju putih berkata.

Aku mendengar bahwa Gedung Sepuluh Ribu Kuda memiliki gudang arak yang terisi den gan tiga ribu gentong arak. Jadi bila hanya aku seorang yang hadir di sana malam ini , maka aku akan mati hingga mabuk hingga saat matahari terbit? Ye Kai berkata.

Kamu tidak perlu takut. Engkau tidak akan kekurangan teman minum di Gedung Sepulu h Ribu Kuda. Mungkin, aku akan ikut menemani kamu minum beberapa gelas juga. laki-la ki baju putih berucap. Bila para pendekar akan hadir disana, maka dijamin aku akan mati. Ye Kai berkata. Disana akan banyak pemabuk, aku tidak tahu kalau pendekar. laki-laki baju putih ber kata. Yang aku maksudnya juga jago minum. Bila terlalu banyak orang menjamu aku minum, maka pasti ajaib bila aku dapat keluar masih hidup! Ye Kai berkata. Majikan Ketiga mengundang anda malam ini semata-mata untuk bertemu dengan orang gagah. Tentunya arak akan menjadi salah satu hidangan dipesta ini. Namun, bila k ita meminta anda untuk minum, maka saya jamin hal itu tidak bermaksud untuk membuat anda mabuk. laki-laki baju putih berkata dengan muka yang serius. Namun, aku masih merasa khawatir. Ye Kai berkata. Mengenai apa? laki-laki baju putih berkata. Aku khawatir kamu tidak akan dapat memaksa aku untuk minum. Ye Kai berkata. Laki-laki baju putih tertawa lebar. Terdengar suara yang sangat memilukan, mengucapkan kata-kata yang sepertinya ber asal dari buku kuno yang misterius. Namun setiap kata terdengar dengan jelas: Kerajaan langit, kerajaan dunia,. Darah menetes dari kedua mata, bulan tidak lagi bersinar. Sekal i memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, golok akan putus, usus akan hancur. Kerajaan langi, ke rajaan dunia. Mata air seperti darah, usus akan hancur. Sekali memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, lupakan untuk pulang ke rumah. Suara tersebut tajam dan memilukan hati, tidak hanya seperti nyanyian doa yang m isterius, bahkan suara tersebut terdengan seperti tangisan setan di malam yang gelap dan p ekat. Paras wajah laki-laki berbaju putih tiba-tiba berubah. Hanya dengan sekali doron gan dia membuka jendela, dan berkata. Maafkan aku. Sebelum kedua kalimat tersebut selesai diucapkan, tubuhnya sudah melayang ke lua r melalui jendela. Dalam sekejap mata, dia sudah tidak terlihat mata. ooOOOoo Bab 03. Pedang Terpotong. Usus Akan Hancur Setelah laki-laki baju putih tersebut berlari keluar sekitar 10 meter, dia menot

olkan ujung kakinya ke tanah dan melayang ke udara. Hamparan gurun sunyi senyap. Pasir yang kuning tersapu kesegala arah menggenangi malam yang gelap. Bagaimana bisa mencari bayangan?

Hanya sayup-sayup gema suara yang mennyeramkan yang masih terdengar yang terbawa oleh angin malam. Angin bertiup melolong. Laki-laki baju putih berkata dengan suara yang berat. Kawan, karena kamu mencari r ibut, kenapa belum juga mengunjukan diri? Meskipun suaranya pelan, namun dipenuhi dengan tenaga dan kekuatan. Setiap kata yang diucapkan terdengar hingga ke kejauhan. Setelah kata-kata tersebut diucapkan, laki-laki baju putih berlari lagi hingga b eberapa puluh meter ketengah-tengah dataran rerumputan yang telah layu. Angin berhembus menyis iri rerumputan tersebut sehingga menjadi seperti ombak di lautan. Tidak ada yang terlihat maupun tidak ada yang merespon. Baik! Lihatlah berapa lama engkau dapat bersembunyi! laki-laki baju putih berkata. Dia melihat ke angkasa dan meloncat balik. Setelah tujuh hingga delapan langkah, dia telah kembali ke kereta kuda. Ye Kai masih berada di dalam kereta, menyender dengan santainya. Sementara tanga nya mengetok-ngetok jendela dengan pelan mengikuti irama tertentu. Sekali memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, pedang terputus, usus akan hancur, lupakan untuk pulang ke rumah Matanya setengah tertutup dan terlihat seringai diwajahnya. Sepertinya dia menik mati lagu tadi. Laki-laki baju putih membuka pintu dan memasuki kereta. Dia tersenyum dan berkat a, Itu hanya omong kosong dari orang gila. Harap tuan tidak terlalu mananggapinya denga n serius. Apakah orang tersebut menyanyikan lagu yang benar atau tidak, itu tidak artinya b agiku. Jadi tidaklah penting apakah aku mendengarkan atau tidak. Ye Kai berkata. Oh? laki-laki baju putih berseru. Kamu lihat, aku tidak membawa senjata. Dan aku pun yakin ususku sudah hancur oleh arak. Sejauh ini aku hanya pengelana yang bepergian hingga ke ujung dunia., ke-e mpat sudut dunia adalah rumah ku. Jadi, bila Majikan Ketiga ingin aku menetap di Gedu ng Sepuluh Ribu Kuda, dengan senang hati aku akan mematuhinya. Ye Kai berkata.

Laki-laki baju putih kemudian tertawa dengan lepas dan berkata, Engkau adalah oran g yang bersahaja, manusia biasa tidak dapat dibandingkan denganmu. Ye Kai mengedipkan matanya beberapa kali dan sambil tersenyum berkata, Ilmu meringankan tubuh Bangau Terbang Dikabut adalah salah satu dari tiga keahlian Yun Z ai Tian. Aku yakin, tidak ada banyak yang dapat dibandingkan dengan anda juga. Pandangan kaget dan senang terlihat diraut wajah laki-laki baju putih itu, namun perlahanlahan menyurut saat berkata, Sudah lama saya menyembunyikan diri dari dunia persilatan,

hampir lebih dari sepuluh tahun. Aku kagum anda dapat mengenaliku hanya dengan s ekali lihat. Anda pasti memiliki mata yang tajam! Mataku tidak terlalu tajam. Namun Membuka Jendela untuk Melihat Bulan Menerjang Awan , Bangau Tunggal Menerjang Angkasa Melihat Awan dan Mengikuti Jangkerik Mengejar Awan dalam Delapan Langkah merupakan ilmu meringankan tubuh yang sangat terkenal, sulit tidak diketahui dalam sekali lihat. Ye Kai berkata. Mohon maaf bila telah mempermalukan diri sendiri. Yun Zai Tian berkata. Bila gerakan tersebut memalukan, maka saya harus loncat keluar jendela dan bunuh diri. Ye Kai berkata. Secercah cahaya terlihat di mata Yun Zai Tian. Pemuda seusia anda telah mengenal i lmuilmu silat di dunia persilatan dengan baik. Sepertinya anda mengenal semua jurus di s eluruh perguruan silat dan perkumpulan semudah membalik telapak tangan. Hingga saat ini saya belum dapat mengetahui anda sesungguhnya, itu yang membuat aku malu. Saya hanya seorang pengelana yang bepergian ke-empat penjuru dunia. Saya menjadi heran bila anda belum mengetahui siapa saya. Ye Kai berkata. Yun Zai Tian diam berpikir. Tiba-tiba terdengar suara Duk duk duk, seseorang sed ang mengetuk pintu kereta diluar. Siapa itu? Yun Zai Tian berkata. Tidak ada yang menjawab. Kemudain terdengar lagi suara ketukan seperti tadi Duk duk duk. Yun Zai Tian mengerenyitkan alisnya. Kemudian mendadak dia menjulurkan tangan da n mendorong pintu hingga terbuka. Pintu kereta berayun maju mundur, tapi tidak seorangpun di luar hanya jalan panj ang di belakang terlihat. Tidak mungkin seseorang mampu menggantung seperti kertas dibe lakang kereta sehingga dapat melayang-layang. Karena hanya manusia hidupyang dapat mengetuk. Raut muka Yun Zai Tian berubah dan berkata, Menakut-nakuti seseorang dengan suatu yang aneh, menyerang orang lain dengan hal yang menakutkan. Hanya orang bodoh yang terjebak oleh tipuan ini. Baru saja dia mau menutup pintu, tiba-tiba menggantung sebuah lengan dari atap k ereta. Tangan yang putih kekuningan sedang memegang mangkuk pecah. Suara aneh yang mengerikan terdengar dari atap kereta, Apakah engkau memiliki arak ? Tolong tuangkan aku sedikit Aku hampir mati karena kehausan

Yun Zai Tian tiba-tiba tersenyum dan berkata

Untungnya kita membawa arak di kereta,

Tuan Luo mengapa belum turun ke bawah dan bergabung dengan kami? Dua belah kaki yang ditutupi oleh sepasang sandal yang solnya sudah hilang separ uh turun dari atap kereta dan bergoyang-goyang ke belakang dan ke depan seiring dengan go yangan kereta yang sedang berjalan. Ye Kai agak merasa sedikit cemas juga, dia takut orang tersebut akan jatuh ke ba wah.

Namun dengan hanya sekejap, sesosok tubuh masuk ke dalam kereta. Dia duduk menggelayut di hadapan Ye Kai dan memandangnnya dengan mata yang setengah sadar.

Ye Kai, tentu saja, memandang juga kearahnya. Dia mengenakan baju seorang sastrawan berwarna hijau. Tidak hanya sangat bersih, bahkan tidak terlihat sedikitpun kerutan dibajunya. Dengan hanya melihat tangan dan kakinya, tidak ada yang menduga bahwa dia mengen akan baju yang sangat baik. Ye Kai menemukan suatu hal yang sangat aneh pada awalnya.

Tuan Luo tersebut, tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar dan berkata, Kenapa engka u memandang aku seperti itu? Kamu mengira baju ini hasil curian, kan? Ye Kai tersenyum dan menjawab, Bila itu hasil curian, tolong katakan dimana tempat mencurinya, karena aku juga ingin mencuri untuk diriku juga. Sudah lama engkau belum mengganti baju, kan? Tuan Luo berkata.

Tidak terlalu lama, baru beberapa bulan saja. Ye Kai berkata. Tuan Luo mengerenyitkan dahinya dan berkata, Tidak heran tercium bau ikan busuk disekitar sini, betul-betul bau yang memuakan! Seberapa sering engkau mengganti bajumu? Ye Kai berkata.

Berapa sering? Aku mengganti bajuku paling tidak dua kali sehari. Tuan Luo berkata.

Dan seberapa sering kamu mandi?

Ye Kai kembali bertanya.

Mandi hanya merusak energi vital tubuh, itu adalah hal yang tidak pernah aku lakukan. Tuan Luo berkata. Ye Kai tersenyum dan menjawab, Jadi arak lama dengan botol baru. Sementara aku ara k baru dengan botol lama. Sederhananya kita menggunakan cara yang berbeda untuk ha sil yang sama, jadi untuk apa harus diributkan.? Tuan Luo menatapnya, matanya mengecil dan mengecil. Tiba-tiba dia terbelalak dan

bersertu, Pintar, pintar! Analogi tersebut sangat sederhana dan hebat! Anda pasti seorang terpelajar, dan pelajar yang istimewa-lekas, bawakan kami arak. Setiap saat aku berubah menjadi seorang pelajar, bila aku tidak minum paling sedikit dua gelas, maka aku akan jatuh sakit. Yun Zai Tian tersenyum dan berkata, Kalian berdua belum saling mengenalkan diri. B eliau adalah salah satu dari pendekar Butong yang terkenal, dan salah satu dari orang yang paling terpelajar di dunia persilatan, Luo Luo Shan, Tuan Luo yang besar. Aku Ye Kai, Ye Kai berkata.

Aku tidak perduli kamu ini daun terbuka atau daun tertutup, selama kamu seorang terpelajar, aku akan minum tiga gelas arak denganmu. Luo Luo Shan berkata. Lupakan bila hanya tiga, aku hanya bersedia minum tiga ratus gelas. Ye Kai berkata.

Betul! Pertemuan harus dimulai dengan minum tiga ratus gelas arak, berhenti hanya bila botol arak telah kosong. Mari minum! Luo Luo Shan berkata.

Yun Zai Tian menggapai sebotol arak yang terletak dikabinet di dalam kereta dan menuangkan arak. Dia tersenyum pada Luo Luo Shan dan berkata, Tuan Luo, saat berte mu dengan Majikan Ketiga nanti, tolong jangan perlihatkan bahwa anda telah mabuk di kereta ini. Aku tidak perduli apakah dia Majikan Ketiga atau Majikan Keempat, seorang yang ak u jamu minum saat ini adalah pelajar ini, mari, mulai kita minum! Luo Luo Shan berkata. Setelah mengakhiri tiga ronde, terdengar suara Daaang , suara mangkuk jatuh berg uling ke salah satu sudut kereta. Luo Luo Shan meringkuk di tempat duduknya, dia mulai mabuk. Ye Kai tidak dapat menahan ketawa dan berseru, Jadi Tuan Luo cepat mabuk. Tahukah engkau nama lain dari Tuan Luo? Dia juga dipanggil Tuan Tiga Kekurangan. un Zai Tian berkata. Tuan Tiga Kekurangan? Ye Kai berkata. Dia mencintai wanita tapi kurang berani, dia menyukai arak tapi kurang tahan mabu k, dan dia suka berjudi tapi kurang beruntung. Itu adalah ketiga kekurangannya, dan itu sebabnya dinamakan Tuan Tiga Kekurangan, Yun Zai Tian menerangkan. Pelajar yang sejati hanya hidup sesaat, siapa perduli dengan segala macam kekuran gan? Ye Kai mengomentari. Jadi engkau benar-benar memahami siapa Tuan Luo ini. Yun Zai Tian berkata.

Ye Kai membuka jendela dan menarik napas menghirup udara segar, kemudian bertanya, Berapa lama lagi kita tiba di Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Kita telah sampai beberapa waktu yang lalu. Yun Zai Tian berkata. Jadi kita telah melewatinya saat ini? Ye Kai berkata. Tidak, kita belum sampai. Tanah ini merupakan bagian dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Yun Zai Tian berkata. Betapa besarnya Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Ye Kai berkata. Tidak terlalu besar. Namun dari timur ke barat, bila kamu mengendarai kuda dipagi hari pada satu sisi, maka pada sore hari kamu baru tiba diujung sisi yang lain. Yun Zai Tian berkata.

Bila seperti penjelasanmu, maka Majikan Ketiga mengundang kita untuk makan pagi? Ye Kai berkata. Yun Zai Tian tersenyum dan berkata, Gedung Sepuluh Ribu Kuda sudah di depan. Suara ringkikan kuda terhembus angin terdengar kesegala arah. Melihat keluar jendela, hanya terlihat cahaya terang di depan. Ruangan Tamu Gedung Sepuluh Ribu Kuda, dimana sinar lampu tadi berasal.

Kereta mereka kemudian berhenti di depan pagar kayu. Pagar tersebut terbuat dari tiga buah batang pohon yang diikat menjadi satu dan memiliki tinggi belasan meter. Terdapat beberapa penyangga dibelakang pagar namun oang ha nya dapat menebak saja jumlahnya. Sebuah gerbang yang megah berdiri tegak di kegelapan malam. Sebuah tiang bendera yang terletak di atasnya menjuang tinggi ke langit malam yang gelap. Namun bendera yang tergantung di tiang tersebut telah diturunkan. Dua baris orang-orang berbadan besar dan tegap dengan baju putih berdiri menjaga di depan pintu gerbang. Empat orang bergegas menarik pintu gerbang yang tebal dan b erat tersebut untuk membukanya. Ye Kai melangkah keluar kereta kuda dan menarik napas yang dalam. Dia melihat se mua sudut dan melihat hamparan tanah yang luas. Merupakan suatu keberuntungan baginy a, mengingat penduduk kota belum pernah memperoleh kesempatan mendatangi tempat ini . Yun Zai Tian mengikutinya dari belakang dan berkata, Jadi apa kesan engkau mengena i tempat ini? Aku merasa betapa beruntungnya orang yang memiliki tempat ini, Majikan Ketiga pas ti mempunyai kehidupan yang tidak perlu disesalkan. Ye Kai berkata. Tepatnya dia bukan seorang biasa. Namun dapat menikmati keberhasilannya saat ini, bukan merupakan hal yang disesalkan. Yun Zai Tian berkata. Bagaimana Tuan Luo? Ye Kai berkata. Dia telah terkapar di tanah, aku khawatir dia tidak bisa bangun lagi. Yun Zai Tian berkata. Mata Ye Kai bercahaya dan tiba-tiba berkata, Untungnya bukan hanya kita berdua yan g tiba menggunakan kereta ini. Oh? Yun Zai Tian berkata. Ye Kai berjalan ke depan kereta dimana pengendara kereta sedang menyeka dahinya. Dia menepuk bahunya dan berkata, Engkau pasti sudah kecapean! Pengendara tersebut sedikit terkejut dan menjawab, Semua ini sudah menjadi pekerja an saya.

Engkau tahu, engkau seharusnya duduk nyaman di dalam bersama kami. Mengapa harus menyusahkan diri? Ye Kai berkata. Si pengendara berdiam sejenak, kemudian membuka topi bambu yang dia kenakan dan memperlihatkan senyum yang lebar dan berkata, Hebat! Betul-betul mata yang hebat! Sungguh mengagumkan! Sesaat saat kita berhenti sebelumnya, anda berhasil menyelusup ke kereta dan men utuk jalan darah pengendara, melemparnya ke luar kereta, dan menggunakan bajunya. Bet ulbetul gerakan yang sangat cepat dan tepat, anda pantas disebut dengan enam kata: Selemas Sutra Terbaik, Secepat Kilatan Cahaya. Ye Kai berkata.

Si pengendara menatapnya dengan heran dan berseru, Bagaimana engkau tahu siapa aku ? Di dunia persilatan, siapa yang dapat menyamai keahlian seperti itu dengan Laba-L aba Terbang? Ye Kai berkata. Laba-Laba Terbang tersenyum sambil membuka baju putihnya yang menutupi baju hita mnya yang ringkas. Dia berjalan dan memberikan penghormatannya kepada Yun Zai Tian da n berkata, Saya hanya bermaksud bersenang-senang, harap Senior Yun memaafkan saya. Kehadiran anda merupakan kehormatan kami, silahkan masuk. Yun Zai Tian berkata. Beberapa orang telah membopong Luo Luo Shan keluar dari kereta kuda. Yun Zai Tian memimpin berjalan melewati halaman yang luas. Sebuah pintu putih terlihat di depan yang tertutup, namun tiba-tiba berderit ter buka. Cahaya yang terang terlihat dari dalam dan seseorang berdiri di pintu tersebut. Pintu tersebut merupakan pintu yang besar namun ketika orang tersebut berdiri di sana, dia hampir menutupi seluruh pintu itu. Ye Kai tidak terlalu pendek, namun dia masih harus menengadahkan kepalanya untuk melihat wajah orang tersebut. Orang ini terlihat sangat besar dan tegap. Dia mengenakan baju berwarna putih da n pada dadanya tergantung rompi tebal yang terbuat dari kulit sapi. Pada rompi tersebut terdapat sebuah pedang dengan penutup berwarna perak, gagang yang hitam dan pedang dengan bentuk yang aneh. Segelas arak terpegang di tangannya. Gelas di tanganya tidak terlihat besar, namun orang biasanya mungkin tidak dapat mengangkat gelas tersebut bahkan dengan dua buah tangan. Yun Zai Tian berjalan ke depan dan bertanya kepadanya, Dimana Majikan Ketiga? Dia sedang menunggu di dalam, apakah semua tamu telah tiba? tersebut menjawab. orang besar dan tegap

Siapapun yang mendengar orang tersebut berbicara untuk pertamakalinya pasti terk ejut dan ketakutan. Kata pertama yang terucap dari mulutnya menggetarkan seperti guntur d ari langit membuat telinga yang mendengarnya bergetar dan berdenging. Hanya tiga dari mereka yang baru tiba. Yun Zai Tian berkata. Penjaga yang besar dan tegap tersebut menaikan alis matanya dan berkata, Dimana ke tiga yang lainnya? Aku hanya berharap mereka sedang berjalan dengan cepat kesini. Yun Zai Tian berkata . Penjaga berbadan besar dan tegap itu menganggukan kepalanya dan berkata, Namaku Go ng Sun Duan. Aku hanyalah seorang bajingan. Ketiga tamu terhormat, silahkan masuk. Caranya dia berbicara sangat tidak nyambung. Kalimat sebelum dan sesudahnya tida k berhubungan satu dengan yang lainnya.

Tepat di belakang di hadapan pintu terdapat layar besar yang terbuat dari kayu b erdiri hampir setinggi tujuh meter. Tidak terlihat lukisan, gambar maupun kata-kata pad a layar tersebut, namun layar tersebut sangat bersih. Tidak terlihat setitik debu pun. Sesaat mereka memasuki ruangan, terdengar suara derap kuda yang memecah ke langi t malam yang berasal dari sembilan ekor kuda yang berlari dengan cepat. Sesaat mereka mencapai pintu gerbang, para pengendara kuda menaikan salah satu k akinya dan turun sesaat setelah kuda mereka berhenti. Tidak hanya gerakan para pengenda ra kuda tersebut seragam, bahkan kuda mereka juga bergerak dengan serempak, mereka juga mengenakan pakaian yang sama satu dengan yang lainnya. Semua pengendara tersebut mengenakan kepala ikat pinggang dari emas, rompi berwa rna ungu dan pedang yang panjang di pinggang mereka. Sarung pedang mereka dihiasi de ngan perhiasan batu permata yang indah. Salah satu dari mereka menggunakan ikat pingg ang yang berwarna ungu ke emasan, dan memiliki pedang yang dihiasi dengan mutiara se ukuran mata naga. Ke-sembilan orang tersebut merupakan orang yang tampan. Seorang dari mereka berd iri dengan gaya yang paling gagah dan percaya diri. Dia berjalan dari kumpulannya da n berkata, Mohon maaf kami terlambat. Meskipun mulutnya mengucapkan permintaan maaf, namun wajah memperlihatkan kesombongan. Setiap orang pasti dapat mengetahuinya bahwa yang diucapkan sedikit pun tidak memperlihatkan ketulusan. Kesembilan orang tersebut berjalan melewati halaman dan tiba di depan pintu puti h besar. Siapa yang berama MuRong Ming Zhu? Gong Sun Doan berkata dengan keras. Pemuda dengan ikat pinggang berwarna ungu ke-emasan maju ke depan dan menjawab, Aku. Majikan Ketiga hanya mengundang anda, katakan kepada yang lainnya untuk pergi. Gong Sun Duan berkata. Wajah MuRong Ming Zhu berubah warna dan menjawab, Mereka tidak diijinkan untuk mas uk bersamaku? Tidak! Gong Sun Duan menghardik. Salah satu pemuda yang menyertai MuRong Ming Zhu tiba-tiba meletakan tangannya p ada gagang pedang sepertinya dia akan menarik pedangnya.

Tiba-tiba selintas cahaya perak terlintas. Sebelum dia menarik pedangnya, Gong S un Duan telah memotong pedangnya menjadi dua, juga sarung pedangnya. Gong Sun Duan mengeluarkan pedangnya dan berkata, Siapa saja yang berani menarik pedang di Gedung Sepuluh Ribu Kuda maka harus terpotong seperti tadi. Raut wajah MuRong Ming Zhu berubah menjadi pucat. Dia menghadap ke pemuda tadi d an menamparnya, kemudian berteriak dengan marah, Siapa yang menyuruh engkau menarik pedang? Pergi kesana dan tunggu di luar!

Pemuda tersebut tidak berani berbicara lagi dan menurunkan mukanya kemudian berj alan pergi. Ye Kai melihat hal itu menggelikan. Dia mengenali bahwa pemuda tersebut adalah pemuda yang sama dengan pemuda yang mau menjamunya minum arak kemaren malam. Pemuda tersebut terlihat memiliki pedang yang dapat dicabut kapan saja. Namun, s ebelum dia dapat mencabutnya selalu pedangnya putus menjadi dua. Melewati layar lebar terdapat ruangan yang besar dan luas. Siapapun yang melihat ruangan ini, pasti merasa terkejut dan kagum. Meskipun lebarnya hanya sekitar tiga puluh meteran, namun panjangnya diluar perk iraan siapapun. Bila seseorang berada pada satu ujung, maka membutuhkan seribu hingga dua ribu l angkah untuk mencapai ujung yang satunya. Pada dinding kiri ruangan besar tersebut terdapat lukisan sekumpulan kuda yang s edang berlari kencang. Beberapa kuda tampaknya sedang meringkik sementara beberapa kud a yang lainnya rambutnya berkibaran diterpa angin. Setiap ekor kuda dilukis berlai nan dan setiap ekor kuda tersebut dilukis dengan sangat indah hingga nyata dan hidup. Be tul-betul kuda yang tiada bandingannya. Pada dinding yang lainnya terdapat tulisan raksasa yang bahkan lebih besar dari tubuh manusia. Ditulis dengan kaligrafi yang berkualitas tinggi seperti naga yang meng aum dan burung hong sedang menari. Tulisannya berbunyi Gedung Sepuluh Ribu Kuda Guang Don g Di tengah-tengah ruangan terdapat meja yang panjang yang terbuat dari kayu putih . Saking panjangnya, meja tersebut seperti sebuah jalan, bahkan seseorang dapat me naiki dan mengendarai kuda di atasnya. Pada kedua sisi meja terdapat tiga ratusan kursi. Bila kamu belum pernah mengunjungi Gedung Sepuluh Ribu Kuda,mungkin kamu tidak pernah membayangkan ada meja sepanjang itu dan ruangan seluas itu. Ruangan besar ini dilengkapi dengan perabotan yang bermutu tinggi dan indah, nam un masih mengesankan kemegahan, keagungan dan kehormatan. Siapapun yang memasuki ruangan ini pasti merasakan suatu perasaan yang berat, merasa kecil.

Di ujung meja terdapat kursi yang sangat besar, duduk seseorang dengan pakaian b erwarna putih. Tidak ada seorangpun yang dapat melihat dengan jelas mukanya, namun yang dapat m ereka katakan bahwa orang tersebut duduk dengan tegak. Meskipun tidak ada seorangpun disana, dia tetap duduk dengan cara yang sama. Meskipun pada punggunya terdapat senderan yang nyaman, namun dia tetap tidak bersender. Dia tetap duduk dengan tegak.

Meja tersebut sangat panjang, sehingga kursinya seperti satu-satunya kursi yang menyendiri di kejauhan sementara yang lainnya berdiri dari jauh. Meskipun Ye Kai tidak dapat melihat raut wajahnya dengan jelas, namun dia dapat merasakan kesendirian dan kesepiannya. Dia sepertinya seseorang yang terbuang ja uh dari dunia, dari kegembiraan, dari kesenangan. Dan dari teman-temannya. Apakah ini harga dari seorang pendekar, seorang pejuang? Dia seperti terbenam dalam pikirannya. Apakah dia senang mengenang semua kejayaa n dimasa lalu? Atau dia sedang merenungi kesepiannya saat ini? Nampaknya dia tidak melihat atau mendengar sekumpulan orang baru saja memasuki ruangan. Apakah dia tuan dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Meskipun dia telah memenangkan ratusan peperangan di dalam hidupnya, namun dia t idak memiliki cara untuk memenangkan peperangan dan kegundahan di dalam hatinya. Meskipun dia telah memiliki kekayaan yang tidak terhitung dan kesejahteraan, nam un dia tidak memiliki kedamaian hati dan ketenangan pikiran. Yun Zai Tian berjalan ke arahnya di depan meja. Meskipun langkahnya lebar dan sa ngat ringan. Saat dia mencapai ujung meja dia membungkuk dan membisikan sesuatu ditelinganya. Majikan Gedung terlihat seperti terjaga dari mimpinya. Dia menangkupkan kedua ta ngannya dan memberikan hormat seraya berkata, Selamat datang, silahkan duduk. MuRong Ming Zhu, yang membawa pedang ditangannya, berjalan paling awal. Gong Sun Duan meloncat dan menghalanginya. Raut muka MuRong Ming Zhu berubah warna, dan dia berkata dengan suara perlahan, Ap a yang dapat aku bantu kali ini? Gong Sun Duan tidak mengucapkan satu patah katapun. Dia hanya berdiri mengancam dan menatap pedangnya. Jangan katakan engkau menginginkan pedangku? MuRong Ming Zhu berkata. Gong Sun Duan menganggukan kepalanya perlahan dan berkata, Tidak seorangpun diijin kan

membawa pedang di dalam ruangan Gedung Sepuluh Ribu Kuda! Paras wajah MuRong Ming Zhu memucat dan butiran keringat keluar mukanya. Pembulu h darah ditangannya yang memegang pedang menonjol keluar. Gong Sun Duan tetap berdiri seperti sebuah gunung dan menatapnya dengan dingin. Tangan MuRong Ming Zhu mulai bergetar, sepertinya dia tidak dapat menahan diri d an akan mencabut pedangnya. Pada saat itu, sebuah lengan menjangkaunya dan memegang lengannya dengan ringan.

Dengan cepat MuRong Ming Zhu menengokan kepalanya dan melihat Ye Kai, senyum ter lihat di wajahnya. Apakah kamu cukup berani memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda dengan tangan memegang pedangmu? Ye Kai berkata. Daaannng, pedang telah tergeletak di meja. Lentera putih perlahan-lahan bergerak naik sepanjang tiang bendera hingga mencap ai tiga puluh meter tingginya. Lima buah tulisan tertulis pada lentera putih tersebut: Gedung Sepuluh Ribu Kuda G uang Dong . Kedelapan pemuda berbaju ungu yang sedang menyender dan beristirahat di pagar ka yu diluar mengangkat kepalanya dan memandang ke arah lentera tersebut. Salah satu dari mereka tidak dapat menahan diri dan berterikan, Gedung Sepuluh Rib u Kuda Guang Dong, hemmh! Terlalu sombong! Tiba-tiba terdengan suara menjawab, Kita tidak bermaksud menyombongkan diri, namun memberikan tanda kepada yang lainnya. Seseorang berbaju putih sekonyong-konyong nampak dibawah tiang bendera. Dia berbicara dengan perlahan namun suaranya tegas dan tenang. Meskipun tidak ada pedangnya disisinya, tidak dapat disangsikan bahwa dia adalah seorang tokoh kosen di dunia persilatan. Dia Pedang Tunggal, Mencungkil Bunga , Hua Men Tia n. Para pemuda berbaju ungu tersebut sepertinya tidak mengenalnya. Salah satu dari mereka berkata, Tanda? Tanda apa? Ini adalah tanda untuk semua teman-teman di dunia persilatan, bahwa Gedung Sepulu h Ribu Kuda saat sedang mengadakan kegiatan malam ini. Oleh karena itu, selain tam u yang diundang oleh Majikan, siapapun harus menunggu hingga besok pagi bila mau mengunjungi. Hua Men Tian menjelaskan. Salah satu dari mereka tertawa dan berkata, Bagaimana bila seseorang menerobos mas uk?

Hua Men Tian menatapnya dan diam, tiba-tiba dia merampas pedangnya dari pinggang nya. Mereka berdiri cukup jauh dari Hua Men Tian. Namun, sekali Hua Men Tian menggera kan tangannya, pedangnya telah berpindah ke tangannya. Kemudian dengan hanya sekali gerakan, pedang tersebut telah patah menjadi delapan potong. Tatapan mata para pemuda diselimuti dengan ketakutan, mereka tidak dapat menguca pkan sepatah katapun. Hua Men Tian menyelipkan kembali bagian potongan pedang yang dipegangnya ke saru ng pedang pemuda tersebut. Terasa berdebu dan berangin diluar. Kami telah menyiapkan arak dan makanan untuk tamu kami. Mengapa kalian semua tidak mau mencoba satu atau du a gelas? Dia bahkan tidak menunggu jawaban, kemudian jalan berbalik dan pergi.

Para pemuda dengan baju ungu saling pandang dengan geregetan, setiap tangan mere ka menggenggam gagang pedang mereka. Namun, tidak ada seorangpun yang berani mencabut pedangnya. Sesaat kemudian, mereka mendengar suara di belakang mereka dan berkata, Pedang buk an untuk diperlihatkan. Bila kamu tidak berpengalaman menggunakan pedang, lebih bai k jangan membawanya. Kalimat itu diucapkan dengan tajam namun diucapkan dengan sepenuh hati. Karena dia sama sekali tidak bermaksud mengejek, namun semata-mata menasihat par a pemuda tersebut. Raut wajah para pemuda berubah warna dan berbalik. Mereka melihatnya berjalan mendekati perlahan dari kegelapan. Kaki kirinya membuat satu langkah, dan kemudi an diikuti oleh kaki kanannya diseret dari belakang. Mereka sekejap melihat pada pemuda yang pedangnya telah terpotong menjadi dua. S alah satu dari mereka berkata kepadanya, Jadi dia si pincang yang yang lari dari mu mal am itu? Pemuda tersebut mengertakan giginya dan memandang Fu Hong Xue kemudan berkata, Jad i apakah golokmu juga sebagai hiasan? Bukan. Fu Hong Xue menjawab. Kalau begitu, engkau berpengalaman menggunakan golok? pemuda tersebut berkata. Fu Hong Xue menurunkan tatapannya dan melihat ke tangannya. Bila engkau ahli menggunakan golok, mengapa engkau tidak menggunakannya dan memperlihatkannya ke kami? pemuda tersebut berkata. Golok bukan untuk diperlihatkan. Fu Hong Xue menjawab. Bila tidak digunakan untuk diperlihatkan, jangan katakan kepadaku itu digunakan u ntuk membunuh? Si pincang sepertimu dapat membunuh? pemuda tersebut berkata. Tiba-tiba dia tertawa dan berkata, Bila kamu mempunyai biji, kesini dan bunuh aku! Kita lihat apa yang dapat kau perbuat! Para pemuda dengan baju ungu mengeluarkan tawa yang meledak. Salah satu dari mer eka

berteriak, Bila engkau terlalu takut, lupakan saja untuk masuk melalui pintu. Engk au dapat merangkak dibawah pagar. Mereka saling berpegangan tangan dan menghalangi pintu gerbang. Kepala Fu Hong Xue tetap menunduk, matanya menatap tangannya. Setelah beberapa l ama, dia kemudian merunduk dan mulai merangkak ke bawah pagar. Para pemuda dengan baju ungu mulai tertawa dengan liar. Sepertinya mereka telah menebus rasa malu mereka. Namun Fu Hong Xue sepertinya tidak mendengarkan tawa mereka sama sekali.

Tidak terlihat emosi diwajahnya sementara perlahan-lahan dia menyelipkan tubuhny a di bawah pagar. Tapak kakinya yang berat melesak ke dalam tanah sementara perlahanlahan dia mulai bergerak maju. Bajunya telah basah seluruhnya. Kemudian, gelak tawa mereka mendadak berhenti -saat mereka melihat bekas telapak kakinya, tidak satupun dari mereka yang tertawa lagi. Karena mereka menyadari setiap langkah kakinya membekas sangat dalam di tanah, l ubang bekas tapak kaki tersebut sangat dalam yang sisinya terlihat seperti teriris dan terukir oleh sebuah golok. Sepertinya dia menggunakan seluruh kekuatan di tubuhnya untuk mengendalikan kege raman dan kemarahannya. Dia sepertinya orang yang tidak tahan dicemooh, namun untuk alasan apakah dia ha rus menahan semua ini? Hua Men Tian menatap kepadanya dari jauh di dalam gedung. Raut wajah yang aneh t erlihat dimukanya, dia seperti terkejut dan merasa takut. Raut muka tersebut menyerupai raut muka seseorang ketika melihat seekor serigala lapar memasuki rumahnya. Tetapi orang yang dia lihat adalah Fu Hong Xue! Pedang tergeletak di atas meja. Mereka telah menempati kursi di kedua sisi meja dengan jarak yang jauh dari temp at duduk Majikan Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Majikan Gedung masih duduk dengan tegak, kedua tangannya diletakan di atas meja. Namun kedua tangannya boleh dikatakan bukan sepasang tangan manusia lagi. Hanya tersisa ibu jari pada tangan kirinya. Bahkan tidak terliha sisa jari lagi terlih at seperti tertebas sebilah pedang dari sisi kanan hingga ketengah telapak tangannya. Akan tetapi dia tetap meletakan tangan tersebut di atas meja, dia tidak berusaha menyembunyikannya. Karena hal ini bukan hal yang memalukan. Akan tetapi, hal itu merupakan suatu yang dapat ia banggakan. Itu adalah luka dari kemenangan yang gemilang atas pertempuran! Setiap keriput diwajahnya terlihat seperti hasil ukiran atas setiap bahaya dan p enderitaan yang dia alami semasa hidupnya. Dapat dikatakan setiap keriputnya merupakan penj

elasan bagi setiap orang bahwa tidak ada apapun di dunia yang dapat menjatuhkan orang i ni! Dia merupakan seseorang yang selalu menolak untuk menunduk! Namun kedua matanya terlihat sangat tenang, tidak sedikitpun terlihat permusuhan dalam tatapannya. Apakah penderitaanya dialaminya bertahun-tahun lamanya dan tidak terhitung banya knya telah mengikis sifat buasnya?

Atau dia telah belajar selama bertahun-tahun bahwa kebuasan harus disembunyikan di hadapan orang lain. Saat ini, dia menatap langsung kepada Ye Kai. Dia telah memandang yang lainnya, Ye Kai adalah yang terakhir. Dia menggunakan kedua matanya lebih sering daripada lidahnya. Sebab dia telah belajar bahwa dengan mengamati yang lain, maka seseorang dapat meningkatkan pengetahuannya. Menggunakan lidah terlalu banyak, maka kesulitan ak an semakin banyak. Majikan Gedung mendadak tersenyum dan berkata, Kamu benar-benar tidak membawa pedang? Sebab aku tidak membutuhkannya. Ye Kai menjawab. Majikan Gedung perlahan-lahan mengganggukan kepalanya, Benar sekali! Keberanian se jati tidak diperoleh dari mata pedang! MuRong Ming Zhu mendadak tertawa dan berseru, Hanya karena seseorang tidak membawa

pedang, maka belum tentu membuktikan dia memiliki keberanian! Majikan Gedung berkata dan menimpali, Keberanian adalah suatu hal yang aneh. Engka u tidak dapat melihatnya, merasakannya, atau membuktikannya bahwa ada keberanian, itu sebabnya Matanya melirik ke Ye Kai seraya dia meneruskan, Kadang-kadang seseorang yang memi liki keberanian sejati nampak pengecut dimata yang lainnya. Ye Kai menepukan kedua tangannya dan berkata, Semua itu masuk akal mengenal seseorang yang seperti itu. Majikan Gedung segera bertanya kepadanya, Siapa? Ye Kai tidak menimpali. Dia hanya tersenyum dan melihat pada seseorang yang perl ahan berjalan di balik layar besar. Senyumnya aneh dan tidak biasanya. Majikan gedung mengikuti pandangan mata Ye Kai dan melihat Fu Hong Xue. Di bawah cahaya yang terang benderang, wajah Fu Hong Xue bahkan terlihat lebih p ucat. Namun pupil matanya masih hitam gelap. Keduanya terlihat seperti tanpa tepi, mal am yang

sebetulnya saya

tanpa akhir, menyembunyikan bahaya dan rahasia yang tidak terhingga. Sarung goloknya berwarna hitam dari kayu. Sama sekali tidak ada guratan, ukiran, kata-kata maupun hiasan. Tangannya memegang gagang golok dengan kencang sementara perlahan-lahan dia melewati layar. Sebelum keringat yang menetes dari hidungnya belum juga kering, dia melihat seseorang tinggi tegap, setinggi dan setegap sebuah gunung, Gong Sun Dua n berdiri tepat dihadapannya.

Gong Sun Duan menatap tajam pada golok ditangannya. Fu Hong Xue juga menatap golok ditangannya. Tanpa pengecualian, nampaknya dia ti dak pernah menatap siapapun maupun apapun kecuali golok tersebut. Tidak ada seorangpun diijinkan membawa senjata ke dalam Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Dan tidak seorangpun juga diijinkan membawa golok! Gong Sund Duan berseru. Fu Hong Xue terdiam beberapa lama, kemudian perlahan-lahan dia berkata, Tidak pern ah diijinkan sebelumnya? Tidak seorangpun! Gong Sun Duan berkata. Fu Hong Xue perlahan-lahan menganggukan kepalanya sementara tatapan matanya bergerak dari goloknya ke lengkungan pedang di pinggang Gong Sun Duan. Kemudian dia perlahan-lahan berkata, Dan bagaimana dengan engkau? Apakah engkau bukan orang? Raut muka Gong Sun Duan berubah. MuRong Ming Zhu tiba-tiba melepaskan tawa lebarnya dan berkata, Bagus! Pertanyaan yang bagus! Arak di dalam gelas yang di genggam oleh Gong Sun Duan perlahan-lahan mulai melu ap membasahi tangannya. Gelas emas tersebut tiba-tiba penyok oleh kekuatan tanganny a. Tiba-tiba, gelas emas tersebut terbang ke udara dan sekilas cahaya perak melinta s cepat. Cring, cring, cring, gelas emas tersebut jatuh ke lantai namun telah terbelah me njadi tiga bagian. Lengkungan pedangnya bercahaya secertah sinar perak. Senyum MuRong Ming Zhu sontak hilang oleh gerakan tunggal tersebut. Keheningan memenuhi ruangan raksasa tersebut. Gong Sun Duan dengan hati-hati menepukan mata goloknya. Dia menatap Fu Hong Xue dengan ancaman dan berkata, Bila golokmu seperti ini, maka engkau dapat membawanya ke dalam. Aku tidak memiliki golok seperti itu. Fu Hong Xue berkata. Memangnya golok seperti apa yang engkau miliki? Gong Sun Duan berkata sambil tersenyum. Aku tidak tahu yang aku tahu golok ini tidak digunakan untuk memotong gelas arak. F u Hong Xue berkata. Dia harus mengangkat wajahnya untuk melihat wajah kasar, tegas dan keras dari Go ng Sun Duan. Dia hanya menatapnya sekali sebelum dia berbalik dan mulai berjalan. Pandanganny

a dipenuhi dengan ejekan sementara kaki kirinya mulai melangkah ke depan dan kaki kanannya diseret dari belakang. Engkau mau pergi? Gong Sun Duan berteriak. Tanpa memalingkan kepalanya, Fu Hong Xue menjawab, Aku datang bukan untuk melihat seseorang memotong gelas arak.

Karena engkau sudah datang, maka engkau harus meletakan golokmu, bila engkau hend ak pergi maka engkau harus meninggalkan golokmu juga! Gong Sun Duan berkata. Fu Hong Xue menghentikan langkahnya. Ototnya mendadak mulai menonjol keluar dari balik pakaiannya yang basah. Setelah beberapa saat dia berkata, Kata-kata siapakah itu? Kata-kata itu berasal dari pedangku! Gong Sun Duan berseru. Golokku berkata lain. Fu Hong Xue menjawab. Gong Sun Duan mulai menegangkan ototnya juga dan berkata dengan tajam, Dan apakah yang golokmu bilang? Golok hanya ada bila bersama dengan seseorang, dan seseorang hanya ada bila bersa ma dengan golok. Fu Hong Xue berkata. Dan bagaiman bila aku tetap menginginkan golokmu disini? Gong Sun Duan berkata. Bila golok tetap disini, maka orangnya juga tetap disini! Fu Hong Xue berkata. Bagus! Sangat bagus! Gong Sun Duan berkata. Ditengah seruannya, pedangnya bergerak kembali menimbulkan kilauan cahaya perak pelangi, mengarah langsung ke tangan Fu Hong Xue. Fu Hong Xue tetap tidak berbalik, goloknya masih belum keluar, dan tangannya mas ih belum bergerak. Sesaat pedang bergerak akan memotong tangannya, sebuah suara tiba-tiba berseru keras, Berhenti! Cahaya tersebut tiba-tiba berhenti membeku. Mata pedang kurang lebih tinggal lim a inci dari pinggang Fu Hong Xue. Namun, tangannya tetap diam dengan sempurna, bahkan tidak bergerak seinci pun. Gong Sun Duan menatap tangan tersebut sementara butiran keringat mengumpul pada dahinya. Ketika pedangnya telah bergerak keluar, maka hanya seorang di seluruh dunia yang dapat memerintahnya untuk ditarik kembali. ooOOOoo Bab 04. Hidup Dan Mati Dengan Golok Golok tersebut benar-benar berhenti, tidak meneruskan gerakannya!

Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi bila Gong Sun Duan menyeles aikan sabetannya. Ye Kai menghela napas panjang khawatir, sesaat dia memandang kepada Majikan Gedu ng Sepuluh Ribu Kuda sambil tersenyum. Luar biasa! Benar-benar gagah, sungguh-sungguh berani! Anda pasti Pendekar Fu, sa mpaisampai Guru Hua tidak kali gagal mengundang anda, Ma Kong Qun berkata sambil tersenyum lebar. Betul, dialah orangnya. Ye Kai berkata.

Pendekar Fu, sungguh sangat terhormat bagi kami dengan kehadiran anda disini. Sil ahkan, silahkan duduk. Ma Kong Qun berkata. Gong Sun Duan membalikan badan kepada Ma Kong Qun dan berkata, Tapi goloknya Saat ini yang aku lihat hanya seseorang. Aku tidak melihat goloknya sama sekali. a Kong Qun menjawab. Arti dari perkataan tersebut amat sangat mendalam. Bukankah maksud perkataannya adalah kecemerlangan orangnya menutupi kegelapan goloknya? Atau mungkin maksud yang sebenarnya dari perkataannya adalah senjata yang sebenarnya adalah si orang buka n goloknya. Gong Sun Duan menggertakan giginya, seluruh otot dibadannya bergetar. Tiba-tiba dia menghentakan kakinya, dan terdengar bunyi SRRIINNGG, goloknya telah dimasukan ke mbali ke sarungnya. Setelah beberapa saat, Fu Hong Xue mulai berjalan melewatinya dengan langkahnya yang berat dan duduk. Tangannya masih menggenggam goloknya dengan keras. Dia meletakan tangan kanannya disebelah pedang MuRong Ming Zhu yang dihiasi oleh batu permata. Namun, goloknya yang berwarna hitam seolah-oleh menyerap cahaya yang ke luar dari batu permata tersebut. MuRong Ming Zhu sepertinya juga merasakan nyawanya tersedot juga. Paras wajahnya memucat marah, tiba-tiba dia berdiri. Yun Zai Tian yang mengamatinya sepanjang waktu, menatap padanya dan berkata, au Engk M

MuRong Ming Zhu tidak membiarkan dia berkata dan mencaci, Kalau seseorang dapat membawa goloknya memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, kenapa aku tidak boleh membawa pedangku?

Baik boleh, tapi

Yun Zai Tian berkata.

Tapi apa? MuRong Ming Zhu berkata. Yun Zai Tian memperlihatkan seringainya dan berkata, Tapi aku tidak yakin apakah engkau seseorang yang cukup berani untuk hidup dengan pedang dan mati dengan pedang.

MuRon Ming Zhu seperti tertampar. Matanya perlahan-lahan memandang ke arah Gong Sun Duan dan ototnya lengannya yang menonjol sementara dia merasakan tubuhnya masih membeku. Luo Luo Shan yang masih masih tertidur di atas meja, seperti orang yang mabuk se lamanya, tiba-tiba mengangkat lengannya dan membanting tangannya ke atas meja sambil berseru, Ha! Pertanyaan yang bagus! Tiba-tiba, MuRong Ming Zhu dengat cepat menggerakan tangannya ke arah pedangnya dan hendak mengambilnya dari atas meja. Namun sementara jarinya belum lagi menyentuh gagang pedang, terdengar suara kera s logam beradu di udara sementara tujuh buah pedang melayang ke atas meja. Tujuh buah pedang yang dihias dengan sangat mewah dengan batu permata yang berkilauan tertimpa cahaya lampu. Tangan MuRong Ming Zhu berhenti di udara sementara jarinya kaku membeku. Tidak ada yang tahu kapan Hua Men Tian telah memasuki ruangan. Tidak ada ekspres i di wajahnya, sementara dengan dingin dia berkata, Bila engkau nekad membawa pedang, kenapa engkau tidak menyandang semua pedang itu di pinggangmu. Luo Luo Shan tiba-tiba tertawa dan berkata, Gedung Sepuluh Ribu Kuda sungguh-sungg uh tempat yang tidak boleh dipandang sebelah mata, tempat berkumpulnya pendekar heb at. Sepertinya beberapa orang yang datang malam ini tidak dapat keluar dengan hiduphidup. Ma Kong Qun masih duduk diam sementara tangannya di atas meja. Posisi tubuhnya m asih tegak, setegak panah. Tidak perduli apa yang sedang terjadi di sana, nampaknya dia selalu menempatkan dirinya diluar yang bukan urusannya. Bahkan sedikitpun dia tidak melirik ke arah MuRong Ming Zhu. Kelihatannya seluruh darah telah menguap dari wajah MuRon Ming Zhu. Dia menatap pedangnya di atas meja dan setelah beberapa saat dia berhasil mengumpulkan keberaniannya dan berkata, Dimana mereka semua? Mereka semua masih hidup. Hua Men Tian berkata. Yun Zai Tian tertawa dan menambahkan, Sangat sedikit jumlah orang di dunia ini yan g berani hidup dan mati dengan pedangnya. Itulah sebabnya orang pintar tidak membawa golok atau pedang. Luo Luo Shan berkata sambil tersenyum. Sebagian badannya masih tergeletak di atas meja, terlihat setengah serius dan se

tengah mabuk. Tangannya meraih-raih sementara dia bergumam, Dimana araknya? Bagaimana mungkin tempat ini dipenuhi dengan pedang dan golok, tapi tidak ada setetespun a rak? Akhirnya senyum tergambar di wajah Ma Kong Qun dan berkata, Pertanyaan yang bagus! Tujuan utama aku mengundang kalian semua hari ini ke sini adalah untuk minum sep uasnya. Lekas bawa keluar arak!

Luo Luo Shan mengangkat kepalanya, melihat kepada Ma Kong Qun dengan matanya yan g mabuk dan berkata, Apakah anda membiarkan kami pergi setelah mabuk? Tepat sekali! Ma Kong Qun berkata. Bagaimana bila aku sudah mabuk sebelumnya? Apakah aku masih boleh pergi? Luo Luo Shan berkata. Tentu saja, mengapa tidak. Ma Kong Qun berkata.

Luo Luo Shan tertawa lebar sementara kepalanya kembali terjatuh ke atas meja, Sek arang aku bisa tenang dimana araknya? Bawa keluar araknya! Arak telah dibawa keluar. Guci emas, gelas arak yang besar, arak yang berwarna hijau. Paras wajah MuRong Ming Zhu telah berubah menjadi hijau saat ini. Dia tidak tahu apakah harus duduk atau berjalan keluar. Ye Kai tiba-tiba memukulkan tangannya ke atas meja dan berkata, Arak yang enak, t emanteman yang mengagumkan, sungguh sayang tidak ada musik yang mengiringi. Aku dengar Saudara MuRong ahli dalam ilmu silat dan sastra, dan juga sangat meny ukai musik. Aku yakin Saudara Murong dapat menghibur kita dengan lagunya? MuRong Ming Zhu tiba-tiba terbangun kesadaraannya dan melihat ke arah Ye Kai. Beberapa orang dapat memperlihatkan senyumnya tanpa ada kebencian yang tersembun yi di dalamnya, senyum yang tulus. Ye Kai adalah salah seorang seperti itu. MuRong Ming Zhu yang telah terdiam beberapa saat akhirnya menarik napas lega dan berseru, Baik! Kerajaan langi, kerajaan dunia. Darah menetes dari mata, bulan tidak bersinar. Se kali masuk Gedung Sepuluh Ribu Kuda, golok terpotong, usus akan hancur. Paras wajah Yun Zai Tian berubah. Mendadak Gong Sun Duan berbalik dan memandangnya dengan tangan di golok. Ma Kong Qun adalah satu-satunya orangnya yang paras wajahnya tidak berubah. Dia sementara itu masih terlihat bergembira. MuRong Ming Zhu meneguk gelas araknya. Arak tersebut mengalir keseluruh tubuhnya dan dengan berani dia berseru, Aku tidak yakin bila salah seorang pernah mendengar ini

sebelumnya? Aku pernah! Ye Kai berkata. Dan apa kesanmu setelah mendengarnya? MuRong Ming Zhu bertanya. Aku melihat satu hal yang sangat membuatku penasaran. Ye Kai berkata. Hanya satu dari semua? MuRong Ming Zhu bertanya. Betul sekali, hanya satu dari semua. Ye Kai menjawab.

Yang mana?

MuRong Ming Zhu berkata.

Ye Kai menutup matanya dan mulai bernyanyi, Golok terpotong, usus akan hancur golo k terpotong, usus akan hancur. Dia mengulangi terus menerus kedua bait tersebut dan tiba-tiba membuka matanya d an melihat kepada Majikan Gedung, Apakah anda mengetahui apa yang membuat ku bertanya tanya terhadap kedua bait tersebut? Harap jelaskan ke kami. Ma Kong Qun berkata. Golok terpotong, usus akan hancur. Kenapa bukan pedang akan terpotong, kenapa har us secara gamblang menyebutkan golok terpotong? Ye Kai berkata. Matanya menari-nari ke arah MuRong Ming Zhu, kemudian ke Fu Hong Xue, dan kemudi an kembali ke Majikan Gedung. Fu Hong Xue tetap duduk terdiam di tempat duduknya sementara matanya menatapa pa da golok di tangannya sementaara pupil matanya mulai bergerak. MuRong Ming Zhu perlahan-lahan menarik kursinya sementara senyum terlihat di uju ng mulutnya. Matanya memperlihatkan perasaan terima kasihnya kepada Ye Kai. Laba-laba Terbang tidak pernah berbicara sepatah katapun sejak tiba, oleh karena itu dia berkesempatan mengamati dengan seksama selama ini. Dan sesaat, dia memutuskan bahwa Ye Kai seseorang yang berharga untuk menjadi se orang kawan. Akan menjadi lebih baik dan lebih mudah untuk mejadikannya teman dari pada menjad i lawan. Saat Laba-laba Terbang menyadari hal ini, dia mengangkat segelas arak di depanny a dan berkata, Betul sekali. Bagaimana lagu itu menyebutkan golok terpotong bukannya pe dang? Apa yang menjadi latar belakang hal ini sebenarnya? Hua Men Tian melihat dengan kesal dan berkata dengan dingin, Baiklah, bila semua

orang ingin mengetahuinya, maka setiap orang harus menanyakan kepada yang menyanyikann ya. Ye Kai menganggukan kepalanya dan berkata, Benar sekali, kelihatannya aku telah b ertanya kepada orang yang salah Ketua Ma, jadi anda mengatakan Ye Kai berkata.

Apakah kalian semua pernah mendengar perkataan, Kuda dan Golok Guang Dong, Tidak Ada Tandingannya Di Dunia? Ma Kong Quan berkata. Kuda dan Golok Guang Dong? Jadi anda berpendapat ada hubungan antara kuda dan golok? Ye Kai berkata. Tidak hanya berhubungan, akan tetapi terdapat hubungan yang sangat mendalam di an tara keduanya. Ma Kong Quan menjawab. Oh! Ye Kai berseru.

Dua puluh tahun yang lalu, hanya ada Gedung Golok Dewa, sementara tidak ada yang pernah mendengar Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Ma Kong Qun berkata. Namun dua puluh tahun kemudian, hanya ada Gedung Sepuluh Ribu Kuda, tidak ada yan g mendenganr Gedung Golok Dewa lagi. Ye Kai berkata. Senyum di wajah Ma Kong Qun perlahan-lahan menghilang sesaat dia tenggelam dalam suasana hati yang kelam. Setelah terdiam beberapa lama, dia akhirnya menghela na pas panjang dan berkata dengan serius, Penyebab semua ini adalah karena semua anggota Gedung Golok Dewa telah lenyap seluruhnya delapan belas tahun yang lalu! Meskipun paras wajahnya masih tenang, keriput di wajahnya terlihat memancarkan d endam yang membara yang membuat urat syaraf setiap orang menjadi terasa dingin membeku . Setiap orang yang menatap matanya, tidak akan berani menatap untuk kedua kalinya . Namun Ye Kai masih menatapnya dan kembali bertanya, Bagaimana orang-orang Gedung Golok Dewa mati? Oleh golok! Ma Kong Qun berkata.

Luo Luo Shan memukulkan tangannya ke atas meja dan kembali dia menggumam, Ada ungkapan dimana perenang yang tangguh kemungkinan akan mati tenggelam, betapa ironisnya Golok Dewa juga jatuh oleh golok yang lainnya. Betapa ironisnya, betap a ironisnya dimana araknya? Ma Kong Qun menatap ke tangannya yang telah kehilangan ke empat jarinya dan perl ahan dia berkata, Gedung Golok Dewa dan Gedung Sepuluh Ribu Kuda telah menjadi seperti saudara. Namun salah satunya secara kejam telah dibantai habis saat badai salju, setiap orang dipenggal kepalanya saat itu! Selama delapan belas tahun, hutang darah ini tidak pernah dapat dilupakan oleh Gedung Sepuluh Ribu Kuda! Dia mengangkat kepalanya, menatap Ye Kai dan berkata, Sekarang apakah engkau mengerti latar belakang bait golok terpotong ? Ye Kai tidak juga memalingkan wajahnya, matanya dengan tajam masih menatap dan mengamati lebih jauh, Selama delapan belas tahun, apakah Ketua Ma berhasil menemuk an pembunuhnya? Belum. Ma Kong Qun berkata. Ye Kai berkata. Ma Kong Qun menjawab. Ye Kai

Ketua Ma, tangan anda

Jariku terpotong oleh golok yang sama.

Ketua Ma mengenali goloknya tapi tidak mengenali orang yang menggunakannya?

bertanya kembali. Kamu tidak dapat membuka mata golok dengan kerudung hitam. Ma Kong Qun menjawab.

Ye Kai tersenyum dan berkata, Anda benar sekali. Bila mata golok terbuka, maka ti dak dapat digunakan untuk membunuh. Fu Hong Xue, yang hingga saat ini masih menatap tajam golok di tangannya, tiba-t iba bertanya, Bagaimana bila golok tersebut masih terdapat di dalam sarungnya?

Bila golok masih terdapat di dalam sarungnya, sudah pasti tidak dapat membunuh. Kai berkata. Bila golok masih di dalam sarungnya, maka golok tesebut pasti disembunyikan, taku t goloknya akan dikenali? Fu Hong Xue berkata. Aku tidak yakin, tapi aku tahu satu hal. Ye Kai berkata. Fu Hong Xue mendengarkan. Bila seseroang terlibat tragedi tersebut delapan belas tahun yang lalu, maka dapa t dipastikan orang tersebut tidak akan membawa goloknya ke Gedung Sepuluh Ribu Kud a. Ye Kai tersenyum dan menambahkan, Kecuali orang gila, karena itu lebih masuk akal bi la membawa pedang atau tombak. Fu Hong Xue perlahan-lahan memindahkan tatapannya dari goloknya ke senyum Ye Kai . Raut muka yang sangat tidak biasa terlihat di wajahnya. Untuk pertama kalinya dia melihat seseorang sekian lama al yang serius juga. dan mungkin itu adalah h

Ye

Terlihat dari mata MuRong Ming Zhu, nampaknya pengaruh arak perlahan-lahan telah mulai terasa, kemudian tanpa tertahan dia berseru, Hal ini lebih dari pada kejadian dela pan belas tahun yang lalu, siapa yang perduli seseorang membawa pedang atau golok Bukan begitu. Hua Men Tian berkata. Baiklah, dengan pengecualian Tuan Luo, setiap orang disini pasti masih anak-anak saat tragedi itu terjadi. Mungkin seseorang dari kita akan membunuh yang lainya kemud ian? MuRong Ming Zhu berkata. Hua Men Tian tiba-tiba mengubah arah pembicaraan dan bertanya, Aku mau bertanya kepada Saudara MuRong apakah anda sudah menikah atau belum? MuRong Ming Zhu mencoba memahami mengapa Hua Men Tian menanyakan hal ini namun hanya anggukan kepala sebagai jawabannya. Bila pada saat itu kamu sudah tua dan uzur, namun masih belum dapat membalas den dam, yang akan membalas dendam untukmu? Hua Men Tian berkata.

Sudah pasti anakku.

MuRong Ming Zhu menjawab.

Hua Men Tian tersenyum dan tidak bertanya lebih lanjut, karena dia memang tidak memerlukannya. MuRong Ming Zhu terlihat terkejut, namun dia tersenyum memaksa dan berkata, Apakah engkau menduga salah satu dari kita hari ini adalah keturunan yang terbunuh dela pan belas tahun yang lalu? Hua Men Tian tidak menjawab menjawab. namun kadang-kadang tidak menjawab sebetulnya telah

Wajah MuRong Ming Zhu memerah dan berkata, Bila seperti itu, maka Majikan Gedung memiliki maksud yang lain dipikirannya saat mengundang kami kesini dengan alasan untuk menjamu kami arak.

Tepat sekali! Ma Kong Qun menjawab. Jadi apa maksud anda yang sebenarnya! MoRung Ming Zhu berkata. Dimana ada orang-orang, maka pasti ada anak ayam dan anjing. Di jalan saat menuju

kesini, apakah engkau mendengar suara anak ayam berciap atau anjing menggonggong ? Ma Kong Qun bertanya. Tidak, tidak sama sekali. MuRong Ming Zhu menjawab. Dan tahukah kamu penyebab semua ini? Ma Kong Qun berkata. Mungkin, tidak ada seorangpun yang membawa anak ayam atau anjing? MuRong Ming Zhu berkata. Memangnya engkau tidak mengira bahwa tidak ada seorang pun disini yang berburu at au memelihara anjing di daerah terbuka di perbatasan? Ma Kong Qun berkata. Apakah ada? Mu Rong Ming Zhu berkata. Ketua Hua sendiri memelihara kurang lebih delapan belas anjing. Ma Kong Qun berkat a. MuRong Ming Zhu menatap Hua Men Tian dari ujung matanya dan berkata, Mungkin anjin g yang dipelihara oleh Ketua Hua tidak menggonggong anjing yang yang menggigit ora ng biasanya tidak menggonggong. Tidak ada sesuatu hal di dunia ini kecuali anjing yang tidak menggonggong. Tian berkata. Luo Luo Shan tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berkata, ng tidak menggonggong. Anjing mati? Hua Men Tian berkata. Hanya anjing mati yang tidak menggonggong, dan hanya o Luo Luo Shan menggumam. alisnya dan berkata, Dan bagaimana dengan pemabuk? bicara, mereka juga biasanya bicara hal-hal yang Hua Men

Ada satu jenis anjing ya

Tepat sekali, anjing mati. rang mati yang tidak berbicara Hua Men Tian mengerenyitkan Pemabuk tidak hanya banyak

menjengkelkan. Luo Luo Shan berucap. Apakah itu benar. Hua Men Tian berkata. Kebenaran biasanya membuat orang muak, bukankah itu sudah engkau katakan? Sekaran g dimana arak? Luo Luo Shan berseru diikuti dengan tertawa.

Tetapi suara ketawanya mendadak berhenti seiring dengan kepalanya terjatuh lagi ke atas meja. Terlihat mimik muak di wajah Hua Men Tian dan dia megerutkan alisnya. Kami sesungguhnya memelihara dua puluh satu anjing jantan dan enam belas anjing betina. Kita juga beternark kurang lebih tiga ribu sembilan puluh anak ayam, dan biasanya

mereka menghasilkan tiga ratus telur setiap hari. Dan juga kita memotong empat p uluh ekor ayam setiap harinya, tidak termasuk jumlah di atas. Yun Zai Tian berkata. Entah untuk maksud apa dia membicarakan jumlah anjing dan ayam yang dipelihara d i Gedung Sepuluh Ribu Kuda secara mendetil. Ye Kai tersenyum dan berkata, Berapa banyak ayam betina dan berapa banyak ayam jag o? Bila jumlah ayam betina jauh melebihi ayam jago, maka mungkin engkau harus menam bah jumlah ayam jago agar seimbang. Jadi akan mempengaruhi jumlah telur yang akan ditetaskan. Terima kasih untuk perhatiannya, tapi saat ini sudah tidak berguna lagi. ian berkata. Yun Zai t

Mengapa begitu? Ye Kai berkata. Raut wajah Yun Zai Tian berubah marah dan perlahan dia berkata, Tiga puluh tujuh anjing dan tiga ratus sembilan puluh tiga ayak telah terbantai dalam satu malam. Bagaimana meraka terbantai? Ye Kai bertanya. Yun Zai Tian berkata dengan suara yan

Semuanya terbantai dengan kepala terpotong. g dalam.

Bila Ketua Yun sedang mencari tersangka yang melakukan pembantaian terhadap anji ng dan ayam, aku rasa aku memiliki petunjuk. MuRong Ming Zhu berkata sambil tersenyum . Oh? Yun Zai Tian berkata.

Orang tersebut pasti tukang masak atau pekerja di dapur. Bila kamu menanyakan aku untuk membunuh ayam-ayam tersebut dalam sekali tindakan, rasanya aku tidak akan sanggup. MuRong Ming Zhu berkata. Itu bukan perbuatan tukang masak. Yun Zai Tian berkata. Bagaimana engkau bisa menebak hal itu? MuRong Ming Zhu berkata.

Orang yang dapat membantai empat ratus ayam tanpa siapapun mengetahuinya atau

mendengar suara apapun, kecepatan goloknya pasti sangat menakutkan!

Yun Zain Tian

berkata. Ye Kai menganggukan kepalanya dan berkata, Pasti golok yang sangat menyeramkan! Dengan golok secepat itu, lupakan tentang ayam. Aku yakin dia dapat membunuh seseorang dengan sangat mudahnya. Yun Zai Tian berkata. Semua itu tergantung siapa yang akan dibunuh. Ye Kai berkata sambil tersenyum. Mata Yun Zai Tian perlahan-lahan bergerak ke arah Fu Hong Xue dan berkata, Golok ditanganmu itu, apakah dapat membunuh empat ratus ekor ayam tanpa bersuara dalam sekejap? Aku tidak akan menggunakan golok ini bila hanya untuk membunuh anjing dan ayam. Fu Hong Xue menjawab. Sekarang aku mengerti. Apa itu? Yun Zai Tian berkata.

Ye Kai berkata.

Bila seseorang dengan kemampuan sehebat itu, mengapa dia datang malam-malam untuk membantai anjing dan ayam? Yun Zai Tian berkata. Bila orang tersebut betul-betul sudah gila, pasti dia orang yang benar-benar sang at kurang kerjaan. Ye Kai berkata sambil tersenyum. Apakah engkau masih belum mengerti latar belakang kenapa orang tersebut melakukan hal itu? Yim Zai Tian berkata. Aku betul-betul tidak tahu. Ye Kai berkata.

Baiklah, bila kamu belum pernah melihatnya, paling tidak kamu pasti pernah menden gar seseorang pernah mengatakan sebelumnya. Yun Zai Tian berkata. Dan perkataan apa itu? MuRong Ming Zhu bertanya. Pandangan yang menyeramkan terlihat di mata Yun Zai Tian sesaat dia perlahan-lah an mengeluarkan perkataan, Tidak mengecualikan ayam maupun anjing! Tidak mengecualikan ayam maupun anjing mengapa seseorang sampai tidak mengecualikan ayam maupun anjing? MuRong Ming Zhu berkata dengan raut muka penuh tanda tanya. Bila engkau hendak membantai seluruh isi rumah, kamu tidak akan menyisakan sediki tpun kehidupan! Yun Zai Tian berkata. Mengapa seseorang mencoba untuk apakah engkau hendak mengatakan pembunuh delapan belas tahun yang lalu kembali lagi untuk menyelesaikan pekerjaannya? ng Ming Zhu berkata.

MuRo

Itu pasti mereka. Yun Zai Tian berkata. Kelihatannya dia berusaha untuk mengendali kan kemarahannya, raut mukanya mulai berubah. Dia menenggak segelas arak dan berteri ak, Itu pasti mereka! Siapa lagi yang dapat melakukan hal itu! Mengapa engkau seyakin itu? MuRong Ming Zhu berkata. Bila bukan pembunuh yang sama, mengapa mereka pertama-tama membunuhi seluruh anjing dan ayam? Sudah jelas mereka sedang berusaha mengejek kita! Bila orang la in, mereka hanya membuang waktu dan tenaga saja. Yun Zai Tian berkata.

Namun, kenapa maksudnya harus mengejek? MuRong Ming Zhu berkata. Yun Zai Tian mengepalkan tangannya sementara butiran keringat mulai tampak di da hinya. Dia menggertakan giginya dan berteriak, Karena mereka tidak menginginkan kita mat i dengan cepat dan mudah, mereka mau menyiksa kami perlahan-lahan! Terdengar suara kuda meringkik dikejauhan, selain itu Gedung Sepuluh Ribu Kuda tenggelam dalam kesunyian yang mencekam. Angin musim gugur melolong dengan sedih. Hawa pembunuhan memenuhi seluruh udara.

Malam musim gugur diperbatasan biasanya membuat badan beku kedinginan dari kepal a hingga ke ujung kaki. Fu Hong Xue masih menatap goloknya, sementara Ye Kai tanpa bersuara mengamati se tiap orang disana.

Gong Sun Duan mulai meneguk anggurnya gelas demi gelas tanpa henti. Hua Men Tian berjalan pulang pergi dengan tangan di belakang di depan lukisan be sar kuda. Wajah Laba-laba Terbang memucat, dia menatap atap langit-langit. Siapa yang tahu apa yang dia lihat? Arak yang diminum oleh MuRong Ming Zhu telah keluar kembali menjadi keringat din gin bila dia tidak ada hubungannya dengan peristiwa delapan belas tahun yang lalu, k enapa dia merasa ngeri seperti itu? Ma Kong Qun tetap duduk dengan tegak di ujung meja sepertinya dia sedang tidak terpengaruh dengan yang sedang terjadi saat ini. Namun kedua tangannya menekan ke atas meja sehingga mulai membantuk bekas tekana n pada permukaan meja. Arak menghilangkan seribu kekhawatiran, pemabuk adalah yang terbaik. Namun, apakah Luo Luo Shan benar-benar mabuk? Ye Kai memperlihatkan seyumnya saat dia menyadari satu-satunya orang yang tidak berubah raut mukanya adalah dia sendiri. Angin keras menerpa layar sementara lilin di ruangan berkedip-kedip membantuk ba yangan merah pada setiap wajah di ruangan tersebut, membuat suasana makin menyeramkan. Setelah beberapa sat, MuRong Ming Zhu tiba-tiba bertanya, Masih ada satu hal yang aku masih belum mengerti. Oh? Yun Zai tian berkata.

Mereka semua adalah yang melakukan pembantaian kepada anggota Gedung Golok Dewa. Engkau tentunya salah satu yang ingin menuntut balas. Mengapa mereka semua datan g untuk mencari kesulitan sendiri? MuRong Ming Zhu berkata. Golok Dewa dan Gedung Sepuluh Ribu Kuda sebenarnya adalah satu. Kami berbagi kemenangan dan kesengsaraan, dan kami juga menebarkan rasa kebencian dan permusu han bersama-sama juga? Yun Zai Tian berkata.

Jadi engkau hendak mengatakan bahwa pembunuh tersebut masih memiliki kewajiban untuk menyelesaikan juga kepada kalian? MuRong Ming Zhu berkata. Sesungguhnya kebencian yang tidak dapat dihilangkan! Yun Zai Tian berkata.

Lalu mengapa mereka harus menunggu hingga delapan belas tahun untuk menuntaskannya? MuRong Ming Zhu berkata. Yun Zai Tian terlihat seperti yang sedang melihat di kejauhan dan berkata, Meskip un mereka dapat menyapu bersih Gedung Golok Dewa, namun mereka juga mengalami kerugian yang besar. Jadi mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengakhiri Gedung Sepuluh Ri bu Kuda dikemudian hari? MuRong Ming Zhu berkata.

Selama tiga puluh tahun Gedung Sepuluh Ribu Kuda berdiri di Guang Dong, tidak ada seorangpun yang berani mengganggu bahkan memotong sehelai rumputpun disini. ai Tian berkata. Yun Z

Namun bila mereka hendak menyusun kekuatan kembali, tidak harus menunggu hingga delapan belas tahun. MuRong Ming Zhu berkata. Yun Zai Tian tiba-tiba menatap tajam ke arahnya dan berkata, Mungkin mereka terla lu parah terluka dan mulai semakin tua sehingga mereka harus menunggu hingga genera si yang berikutnya dewasa untuk kemudian datang dan menyelesaikan tugasnya. MuRong Ming Zhu terlihat agak khawatir dan menjawab, Ketua Yun, apakah anda benar benar mencurigai salah satu dari kami adalah bagian dari anggota pembunuh tersebut? Darah yang tercecer delapan belas tahun lalu masih segar. Apapun yang terjadi mal am ini kemungkin melahirkan musuh baru yang datang. Anggota Gedung Sepuluh Ribu Kuda berjumlah ratusan, setiap nyawa dari anggota akan bergantung dari peperangan ini . Jadi sudah jelas bahwa kita harus ekstra waspada? Yun Zai Tian berkata. Tapi kita semua baru saja tiba di kota malam kemaren. MuRong Ming Zhu berkata. Itu karena kita semua adalah orang asing yang baru saja tiba malam kemaren oleh k arena itu yang patut paling dicurigai. Ye Kai berkata. Mengapa begitu? MuRong Ming Zhu bertanya. Karena seluruh anjing dan ayam tersebut dibantainya kemaren malam juga. berkata.

Ye Kai

Jadi kamu berpikir salah satu dari kita, segera langsung melakukan pembantian bin atangbinatang tersebut sesaat tiba di kota? Mengapa bukan orang seseorang yang telah berdiam disini selama tujuh atau delapan hari? MuRong Ming Zhu berkata. Kebencian yang telah bergolak selama delapan belas tahun mungkin tidak dapat dita han lagi bahkan dalam semenit, apa lagi tujuh atau delapan hari. Ye Kai berkata. MuRong Ming Zhu mulai menyeka keringatnya di dahinya dan menggumam, Tidak masuk akal, tidak masuk akal. Masuk akal atau tidak, kita harus berterima kasih. Ye Kai berkata.

Berterima kasih? Kenapa harus berterima kasih?

MuRong Ming Zhu berkata.

Ye Kai mengangkat gelasnya sambil tersenyum dan berkata, Bila kita menjadi tersang kat utama, bagaimana kita bisa merasakan arak terbaik dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda ini? Luo Luo Shan tiba-tiba memukulkan tangannya kembali ke atas meja dan berkata, Tep at sekali! Bila seseorang dapat melihat masa lalunya, maka dia pasti orang yang bah agia arak! Berikan aku lagi arak! Saat ini dia sedang menuangkan arak untuk dirinya sendiri dan menenggaknya dalam sekali gerakan. Aku tidak bisa percaya engkau masih dapat minum setelah semua ii. MuRong Ming Zhu berkata dengan dingin.

Selama aku tahu bahwa aku tidak melakukan apapun, mengapa aku harus perduli seseorang memanggil aku pembunuh anjing atau pembunuh ayam? Kenapa aku tidak dap at meminum arak ini? Arak bagus apakah kalian masih memiliki arak lagi Luo Luo Shan tergagap. Saat araknya telah tiba, dia telah terkapar jatuh lagi di atas meja, mengorok de ngan kerasnya. Hua Men Tian menatapnya dengan tatapan muak di sudut matanya. Sepertinya dia ing in sekali menarik orang ini dari kursinya dan menendangnya keluar pintu. Hua Men Tian adalah seorang yang sangat sabar, dia selalu dapat menahan amarahny a. Siapa lagi yang dapat membuat dia berdiri semalaman ditengah pasir dan angin? Namun, sekali dia melihat Lou Lou Shan, sepertinya api kebencian tersulut di dal am dirinya. Wajah tenangnya sepertinya dapat meledakan amarahnya setiap saat. Ye Kai melihat hal itu menggelikan. Dia selalui menyimak setiap kejanggalan pada setiap suasana dimana dia berada. D an dia sangat geli oleh hal itu. Sementara dia mengamati yang lainnya, Ma Kong Qun diam-diam mengamatinya, dan melihat bahwa Ye Kai juga cukup menggelikan. Kemudian, disengaja atau tidak kedua mata tiba-tiba bertemu. Seperti dua golok s aling membacok membentuk kilatan cahaya dari kedua mata mereka. Ma Kong Qun tersenyum hambar dan kelihatannya mau berkata sesuatu. Namun pada saat itu, MuRong Ming Zhu tertawa lebar dan berkata, Akhirnya aku memahami segalanya sekarang. Apa yang kamu pahami? Yun Zai Tian berkata. Majikan Ketiga mencurigai salah satu dari kita berlima yang baru saja tiba di Kot a Perbatasan sebagai salah seorang pembunuh yang akan menuntut balas. Jadi beliau mengundang kita semua hari ini untuk mencari tahu siapakah orang itu. MuRong Ming Zhu berkata.

Apakah engkau mengira aku dapat melakukannya? Ma Kong Qun berkata.. Kemungkinan tidak. Orang tersebut pasti tidak menggunakan tanda tersebut di kepal anya. Dan, sangat tidak mungkin juga orang tersebut akan mengaku. MuRong Ming Zhu berka ta. Bila aku tidak akan dapat menemukannya, lalu buat apa aku membuang waktu dan tenaga? Ma Kong Qun berkata. Aku juga berpikir, Majikan Ketiga pasti bukan seseorang yang berbuat sesuatu yang tidak berguna. Ye Kai memuji. Saudara Ye mengenal aku dengan baik. Ma Kong Qun berkata.

Lalu apa tujuan anda mengundang kami kesini hari ini? Apakah kamu mempunyai pertanyaan lainnya kepada kami? Atau engkau hanya mengundang kami untuk mabuk? MuRong Ming Zhu berteriak.

Perkataan ngawur tersebut keluar dari seseorang yang seharusnya keturunan orang gagah. Hanya tiga arak kelas nampaknya telah membuat dia lupa bahwa baru saja dia telah mempermalukan diri. Apakah anak laki-laki dan anak perempuan dari keluarga kaya cenderung orang yang kurang berpikir? Namun untuk alasan tertentu, Ye Kai menemukan suatu yang menggelikan. Dia meliha t suatu hal yang menarik di dalam diri MuRong Ming Zhu. Setelah hening untuk waktu yang cukup lama, Ma Kong Qun akhirnya berdiri dan ber kata, Saat ini sudah larut malam dan perjalanan ke kota cukup jauh. Aku telah menyiapk an kamar untuk para tamu malam ini. Bila tidak masalah, aku mengharapkan anda semua berma lam di sini. Dan apapun yang mau dikatakan harus menunggu hingga besok. Ye Kai mulai menguap dan berkata, Betul sekali, apapun yang mau dikatakan harus menunggu hingga besok. Saudara Ye merupakan orang yang mudah setuju. Sayang sekali tidak semua orang di dunia ini seperti dia. Laba-laba terbang berkata. Dan kamu seperti apa? Ma Kong Qun bertanya. Kalau aku, aku tidak akan setuju bahkan bila aku menghendakinya pun. bang menjawab. Laba-laba Ter

MuRong Ming Zhu menatap pada ke delepan pedang di atas meja, Baiklah, paling tidak disini lebih nyaman dari pada bermalam di hotel di kota. Saudara Fu Ma Kong Qun berkata. Fu Hong Xue menjawab dengan

Kalau golokku boleh tinggal, maka aku juga tinggal. hambar.

Tidak! Aku tidak dapat tinggal di sini malam ini! Luo Luo Shan tiba-tiba berteriak . Bila pembunuh tiba-tiba datang ditengah malam dan salah duga datang kepadaku dan memotong kepalaku, bukannya aku mati dengan penasarn? Apakah kamu benar-benar harus pergi? Hua Men Tian berkata.

Mata Luo Luo Shan yang mabuk berputar-putar kemudian mengguman, Tapi bila masih a da arak yang bagus untuk diminum hingga pagi hari, meskipun kepalaku terpenggal, ak u hanya bisa menerima bahwa itu sudah nasibku. Semua berdiri, tidak ada seorangpun yang memaksa untuk meninggalkan gedung.

Semua merasa, meskipun malam yang akan dihadapi bukan malam yang tenang, namun merupakan pilihan yang lebih baik daripada pergi meninggalkan gedung. Apapun dapat terjadi pada orang yang keluyuran ditengah gurun malam. Hanya Gong Sun Duan yang masih berdiam di meja, masih minum arak segelas demi se gelas

Angin yang menusuk telah mereda, namun sinar matahari pagi kelihatannya masih ja uh, masih sangat jauh. Malam kembali menjadi sunyi. Hanya terdengar suara ringkikan kuda di kejauhan se perti ringkikan ketakutan dan raungan angin dari alam lain. Satu-satunya lentera tergantung di ujung langit, membuat gurun yang tandus ini n ampak semakin terpencil.Bulan malam di Kota Perbatasan nampak sendiri kesepian dan mem buat daerahnya sekitarnya nampak seperti terkucil dari apapun di dunia ini. ooOOOoo Bab 05. Semalam di Kota Perbatasan Yun Zai Tian dengan lentera di tangan, memimpin ke lima tamu dari depan. Fu Hong Xue, dengan langkahnya yang berat dan dalam, berjalan perlahan di belaka ng kelompok ada beberapa orang yang tidak mau seseorang berjalan dibelakangnya. Ye Kai dengan sengaja melambatkan langkahnya hingga dia berada disisinya. Geraka nnya yang perlahan dan seretan langkahnya yang berat pada batu dan pasir sepanjang ja lan seperti golok yang sedang menggiling tulang. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa engkau akan berdiam disini. Ye Kai berkata. Oh? Fu Hong Xue berkata. Aku tahu bahwa Ma Kong Qun bertanya keapada kita semua untuk bermalam karena dia ingin memeriksa dan melihat siapa dari kita semua yang tidak ingin bermalam. ai berkata. Ye K

Engkau bukan Ma Kong Qun. Fu Hong Xue berkata. Bila aku adalah dia, akupun akan melakukan hal yang sama. Bila seseorang ingin membantai seluruh perkumpulan, maka aku yakin orang tersebut tidak akan suka unt uk menghabiskan sepanjang malam di sini. Ye Kai berkata. Dia berpikir sejenak dan menambahkan, Dan bila orang tersebut pun bermalam, dia a kan bertindak sangat aneh sepanjang malam. Orang tersebut mungkin akan melakukan ses uatu sebelum pagi tiba. Bila orang tersebut adalah engkau, apakah kau akan melakukan suatu tindakan? ng Xue bertanya. Ye Kai mengubah arah pembicaraaan dan langsung menjawab, Fu Ho

Tahukah kau siapa yang

paling ditakuti oleh Majikan Gedung Ma? Siapa? Fu Hong Xue berkata. Engkau dan aku. Ye Kai berkata.

Fu Hong Xue mendadak berhenti, matanya menatap lekat pada Ye Kai sesaat dia mengucapkan satu kata saat itu, Kamu salah satunya? Ye Kai juga berhenti. Dia juga memandang ke arah Fu Hong Xue dan menjawab, Itupun hal yang sama yang mau aku tanyakan kepadamu, kamu salah satunya? Keduanya diam berdiri dan terdiam ditengah malam. Ye Kai menatap Fu Hong Xue, da n Fu Hong Xue menatap Ye Kai. Tiba-tiba, keduanya tersenyum pada saat yang bersamaan.

Aku rasa, ini adalah senyumanmu yang pertama yang pernah aku lihat. a. Dan mungkin ini adalah yang terakhir kalinya juga!

Ye Kai berkat

Fu Hong Xue berkata.

Hua Men Tian tiba-tiba nampak dari kegelapan. Dengan matanya yang bercahaya, dia menyeringai kepada mereka dan bertanya, Apakah yang kalian berdua senyumkan? Sesuatu yang sangat tidak lucu. Tidak ada sedikitpun yang lucu. Ye Kai berkata. Fu Hong Xue menambahkan.

Gong Sun Duan masih minum arak dari gelas raksasanya. Ma Kong Qun duduk di sana memandangnya. Setelah beberapa lama, dia menghela napa s dan berkata, Aku tahu engkau berusaha untuk mabuk agar tidak sadar, tapi mabuk ti dak akan menyelesaikan masalah apapun. Gong Sun Duan tiba-tiba menggebrakan tangannya ke atas meja dan berteriak, Lalu bagaimana kalau tidak mabuk? Aku masih harus duduk disini dan menerima hinaan. Engkau tidak menerima hinaan, namun merupakan tantangan keteguhan hati. Setiap or ang harus tahan menanggung hal itu paling tidak sekali seumur hidupnya. Ma Kong Qun be rkata. Gong Sun Duan mulai mengencangkan jarinya lagi. Arak di dalam gelasnya mulai tum pah keluar. Dia memandang ke arah gelas arak emasnya yang mulai gepeng ditangannya d an berkata, Keteguhan hati, huh! Tiga puluh tahun engkau dan aku mengalami hidup dan mati bersama-sama, kita telah bertahan di lebih dari seratus tujuh puluh peperangan, dan darah yang mengalir lebih dari cukup untuk menenggelamkan orang-orang. Tapi sekarang e ngkau mengatakan aku harus menerima itu engkau mengatakan aku harus duduk diam saja da n

menerima hinaan dari bocah kecil tolol pincang itu? Raut muka Ma Kong Qun masih terlihat tenang. Dia kembali menghela napas dan berk ata, Aku tahu hal ini pasti berat bagimu, namun aku Engkau tidak perlu berkata-kata lagi, aku tahu alasannya. Engkau sekarang memilik i keluarga, dan seorang anak perempuan juga. Engkau tidak dapat lagi bertindak cer oboh dan sembarangan lagi seperti di masa lalu. Dia memukulkan tangannya ke atas meja lagi dan tertawa dingin, Aku hanya kacung rendahan di Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Jadi cukup adil bila aku menerima hinaan u ntuk Majikan Ketiga. Ma Kong Qun berpaling dan memandang ke arahnya, namun matanya tidak melihat sedikitpun kemarahan. Dia sedikit bergerak.

Setelah beberapa saat, Ma Kong Qun dengan tenang menegur, Siapa yang bilang aku majikan? Dan siapa yang bilang engkau hanya kacung? Segala yang kita miliki saat ini diperoleh dari darah dan keringat kita berdua. Bahkan saudara yang paling dekatp un tidak sedekat hubungan kita. Setengah dari semua ini adalah milikmu. Apapun yang kamu inginkan kamu dapat mengambilnya setiap saat bahkan bila engkau menginginkan ana k perempuanku, dengan senang hati aku menyerahkannya kepadamu. Meskipun tekanan suaranya sangat tenang, namun emosi yang terkandung di dalam ka takatanya lebih dari cukup untuk membuat orang yang berkuping besipun menangis. Gong Sun Duan menundukan kepalanya sementara matanya tidak dapat menahan air matanya. Tepat saat itu, Hua Men Tian dan Yun Zai Tian kembali. Majikan Gedung Ma nampaknya sedang dalam keadaan murung sesaat dia bertanya kepa da kedunya, Apakah mereka semua tinggal bermalam? Ya. Yun Zai Tian menjawab.

Emosi yang tersirat dimana Ma Kong Qun telah menghilang dan telah digantikan ole h ketenangan, dan dia menambahkan, Aku sudah menduga kalau Luo Luo Shan, MuRong Ming Zhu dan Laba-laba Terbang tidak akan berkeberatan untuk bermalam dan itu ti dak membuatku heran. Engkau tidak berpikir bahwa mereka bertiga patut tidak dicurigai? Yun Zai Tian ber tanya. Sangat sedikit, bilapun ada. Ma Kong Quan menjawab.

Tidak perlu juga. Hua Men Tian berkata. Mengapa begitu? Ma Kong Qun berkata.

MuRong Ming Zhu bukan orang yang biasa, aku berpikir yang kita lihat hanyalah akt ing saja. Mengingat reputasinya dan posisinya di dunia persilatan, tidak mungkin dia bertindak seperti itu, dipermalukan beberapa kali. Hua Men Tian menjelaskan. Ma Kong Qun menganggukan kepalanya menyetujui dan berkata, Aku melihat itu juga, dia pasti memiliki maksud terselubung di kepalanya, namun aku ragu dia bermaksud ter tentu pada Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Dan bagaiman dengan Luo Luo Shan? Sastrawan tersebut telah menikmati kedudukannya sebagai orang yang dihormati di dunia persilatan. Apa motifnya sehingga dia mau datang ribuan mil ke mari? Hua Men Tian berkata. Mungkin dia sedang dalam pelarian dari musuhnya yang sangat kuat dan tempat seper ti ini

pasti tempat yang baik untuk bersembunyi.

Ma Kong Qun berkata.

Kekuatan dan pengaruh Perguruan Butong melanglang hingga jauh. Biasanya, musuhnya yang akan bersembunyi dari mereka, sejak kapan mereka harus bersembunyi dari musuhnya? Hua Men Tian berkata. Ma Kong Qun tiba-tiba tertawa dan tertawa, Engkau masih belum dapat melupakan peristiwa dua puluh tiga tahun lalu di Gunung Bu Tong?

Raut muka Hua Men Tian berubah sesaat dia menjawab, melupakannya.

Aku tidak akan pernah

Tapi bukannya pendekar Butong yang melukaimu, Hui Yun Zi, telah mati oleh pedangm u? Ma Kong Qun berkata. Betul, tapi sayangnya semua orang Butong belum mati mengenaskan seperti itu. en Tian berkata dengan pedas. Hua M

Ma Kong Qun menatapnya dan berkata sambil menghela napas, Engkau telah memiliki kedudukan yang tinggi, pandangan dan daya analisamu pun bagus dan tajam, dan kam u dapat mengendalikan situasi yang sulit lebih baik dari siapapun yang aku kenal. Kelemahanmu hanya pikiranmu yang sempit, aku hanya dapat mengingatkan mu bahwa h al ini dapat menjadi penyebab kejatuhanmu di masa mendatang. Hua Men Tian menundukan kepalanya dan tidak berbicara lagi, namun dadanya mening gi dan dia tidak terlihat senang. Yun Zai Tian berusaha untuk mengubah arah pembicaraaan dan berkata, Satu dari mer eka berlima, Fu Hong Xue yang paling mencurigakan. Namun seperti yang Ye Kai bilang, apabila dia kesini sungguh-sungguh untuk .. melakukan pembalasan, apakah dia akan mendata ngi Gedung Sepuluh Ribu Kuda dengan golok di tangan? Ma Kong Qun terlihat terbenam dalam pikirannya dan akhirnya menjawab, Bagaimana dengan Ye Kai? Kemampuan silat orang ini nampaknya sangat hebat. Ketenangannya nampaknya sangat tidak terduga. Bila orang tersebut adalah dia, maka dia pasti lawan yang sangat berat. Yun Zai Tian berkata. Kamu berdua sepertinya masih menduga-duga tidak jelas juntrungannya, apakah sekar ang sudah ada keputusan? Gong Sun Duan berkata. Belum. Yun Zai Tian berkata.

Karena kita masih tidak dapat meduga siapa diantara mereka, mengapa tidak kita ha bisi saja mereka semua dan selesai! Gong Sun Duan berkata. Bagaimana bila kita membunuh orang yang salah? Ma Kong Qun berkata.

Lalu kita hanya harus membunuh dan membunuh lagi! Gong Sun Duan berkata. Dan kita terus membunuh sampai kapan? Ma Kong Qun berkata. Gong Sun Duan mengepalkan jarinya dengan rasa marah sementara urat nadi ditangan nya sudah mulai menonjol keluar.

Tiba-tiba, terdengar suara seorang anak dari luar, Paman Keempat, saya tidak dapa t tidur. Bisakah paman datang dan mendongengkan aku cerita? Gong Sun Duan menghembuskan napasnya dan nampaknya dia telah berubah menjadi orang yang benar-benar berbeda. Semua otot dibadannya terlihat mengendur sementa ra perlahan-lahan dia berdiri dan berjalan ke arah pintu.

Ma Kong Qun memandang ke arah tubuhnya yang sedang beranjak menuju ke arah pintu , dan pandangan dimatanya berubah menjadi seperti pandangan anak kecil di luar. Ma Kong Qun berkata-kata dengan tenang, Secara logika, aku ragu mereka akan melak ukan gerakan malam ini, karena mereka memutuskan untuk bermalam. Namun aku tetap haru s menepiskan pikiran untuk membiarkan penjaga lengah. Benar, Yun Zai Tian menjawab.

Lakukan perintah ini: bagi penjaga yang tugas malam menjadi delapan shift, dan perintahkan mereka untuk melakukan patroli tiga kali setiap jam. Bila terlihat a da yang mencurigakan atau terlihat adanya aktivitas, perintahkan mereka langsung membuny ikan tanda bahaya! Ma Kong Qun berkata. Ma Kong Qun menganggukan kepalanya kemudian berdiri dan berjalan ke arah pintu. Dia terlihat sangat letih sementara di matanya terpentang kegelapan yang membentang menutupi dataran yang luas. Yun Zai Tian mengikutinya keluar dan berkata sambil menghela napas, Bila malam in i dapat dilewati tanpa ada peristiwa apapun, maka anda dapat beristirahat dengan tenang semalaman. Lalu baru memikirkan hal lain yang memang harus dikhawatirkan lagi be sok. Ma Kong Qun menepuk bahunya dan berkata, rus memperoleh istirahat yang panjang Setelah perjuangan ini berakhir, kita ha

Hembusan angin bertiup. Lentera di langit tiba-tiba menjadi padam. Hanya pembung kus luarnya yang masih tergantung disinari cahaya bulan. Yun Zai Tian memandang ke arah lentera, sinar matanya terlihat dipenuhi oleh kek hawatiran dan ketakutan. Apakah Gedung Sepuluh Ribu Kuda akan memiliki nasib yang sama dengan lentera ter sebut? Meskipun dia tergantung tinggi di atas, dan cahayanya terpancar hingga ke kejauh an mata memandang, siapa yang tahu tiba-tiba menjadi padam? Malam semakin larut, cahaya bulan mulai suram, bahkan bila ada suara seribu seru lingpun akan terserap menghilang tak berbekas.

Ditengah gurun yang tandus, dibawah cahaya bulan yang dingin dan pahit, siapa ya ng dapat tidur dengan nyenak? Mata Ye Kai tetap terbuka sementara dia mulai memandang melalui lubang jendela k e langit malam. Senyumnya tidak lagi terlihat. Ketika tidak ada seorangpun disekitarnya, senyumnya yang selalu mengembang diwaj ahnya menghilang. Dia juga tidak bisa tidur. Meskipun tidak ada setitik suarapun yang terdengar, namun pikirannya sangat rama i seperti dipenuhi oleh suara yang berasal dari ribuan genderang. Namun, tidak ada seorang pun yang tahu pasti apa yang ada di dalam pikirannya.

Perlahan-lahan dia menggosokan ke dua tangannya. Kulit di antara ibu jari dan ja ri tengah tangan kanannya terlihat mengeras dan menebal seperti kulit yang kapalan. Hal in i disebabkan karena menggenggam senjata untuk jangka waktu yang sangat lama. Namun, dimana senjatanya? Dia adalah seseorang yang tidak pernah membawa senjata. Apakah senjatanya tersembunyi di dalam hatinya? Fu Hong Xue masih menggenggam goloknya dengan erat. Dia juga tidak dapat tidur. Dia bahkan tidak peduli sepatunya belum dilepaskan. Cahaya bulan yang dingin dan pahit mengenai mukanya yang pucat, kaku tanpa emosi dan mengenai sarung goloknya yang berwarna hitam pekat. Apakah tangannya pernah meninggalkan goloknya? Tiba-tiba, suara tanda bahaya berbunyi memecah keheningan malam. Empat buah panah api tanda bahaya telah ditembakkan ke arah kegelapan di sebelah barat halaman luas Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Tercium aroma bau busuk daging yang sangat memuakan dan memualkan terbawa oleh tiupan angin. Lampu di dalam kamar Ye Kai paling dulu menyala. Dalam sekejap dia telah melonca t keluar. MuRong Ming Zhu dan Laba-laba Terbang membuka pintu kamar mereka berbarengan. Sementara pintu kamar Tuan Luo masih tertutup dan terdengar suara dengkur yang k encang dari dalam kamar. Tidak terdengar suara setitikpun dari kamar Fu Hong Xue. Apakah seseorang baru saja membunyikan tanda bahaya? MuRong Ming Zhu berkata. Ye Kai menganggukan kepalanya. Tahukah kamu apa yang telah terjadi? MuRong Ming Zhu bertanya. Ye Kai menggelengkan kepalanya. Sesaat dua buah tubuh mendadak melayang kearah mereka. Pedang di salah satu tang annya

bersinar seperti bunga yang mekar, sementara pedang ditangan orang yang satunya bergerak seringan dan seluwes bangau terbang. Hua Men Tian memandang kepada mereka bertiga dari luar pintu kamar mereka dan berjalan hingga akhirnya mencapai tepat di depan pintu kamar Luo Luo Shan. Dia b erhenti sesaat setelah mendengar suara dengkur dari dalam kamar.

Yun Zai Tian dengan ringan meloncat ke udara ke arah pintu kamar Fu Hong Xue. Di a mendorong pintu dengan tangannya dan pintu kamar sedikit terbuka. Fu Hong Xue masih tetap berdiri tegak di balik pintu, tangannya masih menggengga m goloknya dengan kencang. Cahaya yang terpancarnya dari kedua matanya membuat siapapun merasa seram memandangnnya. Yun Zai Tian secara tidak sadar mundur beberapa langkah kebelakang kemudian berg abung dengan yang lainnya, Apakah anda semua berada disini sepanjang waktu? Tidak ada seorangpun yang merespon. Itu merupakan pertanyaan yang tidak berguna untuk diucapkan. Apakah tadi ada yang mendengar sesuatu? Kembali, tidak seorangpun yang merespon. MuRong Ming Zhu terlihat hendak mengatakan sesuatu namun dia tidak dapat membuka mulutnya, mendadak dia membungkuk dan mulai muntah. Bau busuk telah mencapai mereka sekarang. Kemudian, terdengar suara puluhan ribu kuda meringkik. Bahkan bulan yang dinginp un terlihat seperti ketakutan dan kehilangan akal. Kerajaan langit, kerajaan dunia. Darah menetes dari kedua mata, bulan tidak bersi nar lagi. Sepuluh ribu kuda meratap setelah usus hancur Suara apa yang paling menyeramkan di dunia? Bukan suara ratapan setan yang kesepian ditengah malam, tapi suara sepuluh ribu ekor kuda yang meringkik berbarengan ditengah-tengah padang tandus yang tak tertepi! Tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkan kengerian suara tersebut saat itu. Tidak ada seorangpun yang pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya. Bila langit belum saja ambruk ke muka dunia, bila bencana yang paling mengerikan belum juga terjadi, mengapa sepuluh ekor kuda secara mendadak menangis dan meratap berbarengan di tengah malam yang gelap? Bahkan orang yang paling berani dan kera spun saat mendengar suara ratapan yang mengerikan itu tidak dapat menahan tulang kerangkanya meloncat dari kulitnya, dan tidak dapat menahan jiwanya tergoncang d ari tubuhnya. Kuda-kuda yang berada kedua deret kandang kuda tersebut merupakan kuda-kuda pili han, yang dapat ditemukan hanya satu dari seribu kuda, dipilih dan dibeli oleh tangan yang tidak Hua Men Tian bertanya.

dapat dinilai oleh emas. Darah segar mulai mengalir keluar kandang kuda, aroma bau busuk dari kental yang menyeramkan mulai memenuhi udara. Ma Kong Qun tidak muntah. Dia berdiri di tengah kolam darah dan terlihat sepertinya seseorang telah mereng ut jiwanya.

Gong Sun Duan memeluk pada sebuah pohon yang berdiri di depan kandang kuda. Mesk ipun dengan berpegangan dengan kencang, seluruh tubuhnya bergetar tidak tertahankan. Pohon tersebut ikut bergoyang, daun pohon mulai berjatuhan, seperti di musim gugur, be rtebaran ke atas kolam darah. Darah tersebut terlalu kental sehingga membuat seluruh daun yang jatuh di atasny a tetap mengambang. Saat Ye Kai tiba, dia tidak bertanya apa yang telah terjadi. Setiap orang yang memiliki mata dapat melihat dan mengatakan apa yang telah terj adi. Setiap orang yang memiliki hati pasti takut melihatnya. Mungkin tidak ada seekor hewanpun di dunia ini yang dapat menyamai keindahan kud a-kuda ini. Dan hanya beberapa hewan saja yang dapat menyamai kegagahan dan kekuatan se ekor kuda. Keindahan bentuk tubuhnya dan keanggunan dan kekuatan semangatnya sangat sempurna. Siapa di dunia ini yang tega memenggal kepala seekor kuda seperti ini dalam seka li tebas? Orang tersebut pasti sama ganasnya seperti saat membunuh orang lainnya? Ye Kai menghela napas yang panjang dan memalingkan kepalanya. Dari jarak jauh, d ia melihat MuRong Ming Zhu tidak henti-hentinya muntah. Paras muka Laba-Laba Terbang memucat seperti abu dan keringat dingin mengalir di wajahnya. Fu Hong Xue berdiri diam dalam jarak yang cukup dekat. Meskipun malam menyelimut i seluruh tubuhnya, pantulan cahaya bulan menyinari sarung goloknya yang berwarna hitam hingga berkilauan. Gong Sun Duan menatap golok tersebut dan tergesa-gesa berjalan mendekatinya dan berteriak, Cabut golok mu! Saat ini belum waktunya untuk mencabut golokku. . Fu Hong Xue menjawab dengan lembut

Sekarang waktu yang tepat untuk mencabut golok mu, aku mau melihat apakah golokmu dibasahi oleh darah atau tidak! Gong Sun Duan meminta. Golok ini bukan untuk dilihat oleh siapapun. Fu Hong Xue berkata.

Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu mencabut golok mu? Gong Sun Duan berkata. Aku mencabut golokku hanya untuk satu tujuan. Fu Hong Xue berkata. Untuk apa? Untuk membunuh? Gong Sun Duan bertanya. Tergantung dari orang seperti apa yang akan aku bunuh. Aku hanya membunuh tiga je nis orang. Fu Hong Xue menjawab. Apa ketiga jenis orang itu? Gong Sun Duan bertanya.

Musuh, penjahat,

Fu Hong Xue berkata. Gong Sun Duan bertanya kembali.

Dan apa yang terakhir?

Fu Hong Xue menatapnya dengan dingin dan menjawab, Orang sepertimu yang memaksaku mencabut golok ku. Gong Sun Duan tertawa keras dan berkata, tunggu Bagus! Perkataan bagus! Itulah yang aku

Tangannya menggapai gagang goloknya. Sebelum suara tawanya selesai, goloknya tel ah berada di tangannya dengan kuat. Mata Fu Hong Xue semakin bersinar, dia menunggu saat yang tepat. Saat yang tepat untuk mencabut goloknya! Namun beberapa saat kemudian, dari teng ah padang rumput yang gelap, suara yang menyeramkan memecah kebisuan, Kerajaan langit , kerajaan dunia. Darah menetes dari kedua mata, bulan tidak lagi bersinar. Bulan yang gelap, angin yang kencang, malam ini merupakan malam yang tepat untuk membunuh, sepuluh ribu kuda meratap sesaat usus hancur. Suara tersebut terdengar dari langit yang gelap. Meskipun suara tersebut seperti terdengar dari kejauhan, namun setiap kata yang diucapkan terdengar dengan jelas. Parah wajah Gong Sun Dua berubah. Dia menggerakan jarinya ke udara dan berteriak keras, Kejar mereka! Sesaat setelah dia memberikan tanda, belasan lentera terlihat di berbagai sudut diikuti dengan suara-suara. Yun Zai Tian mengangkat lengannya, Mengikuti Jangkerik Mengejar Awan dalam Delapa n Langkah , tubuhnya telah melayang bagai asap ke udara. Dalam tiga hingga lima lang kah, dia telah mencapai tujuh puluh meter. Tidak heran orang-orang menyebutnya Bangau Terbang di Awan , ilmu meringankan tubuhnya betul-betul telah sampai pada tingkat yang teratas. Ye Kai berkata. Sepertinya dia berbicara pada dirinya sendiri, tapi dia juga seperti sedang bica ra pada Fu Hong Xue. Sesaat, Ye Kai memalingkan kepalanya ke arah Fu Hong Xue berdiri, namu n dia tidak melihat siapapun. Kolam darah saat ini telah berhenti mengalir. Cahaya lentera dikejauhan perlahan -lahan menghilang. Ye Kai berdiri sendirian di depan kandang kuda tersebut ang sepertinya dia adalah or

terakhir yang masih berdiri di alam lain. Ma Kong Qun, Hua Men Tian, Fu Hong Xue, Murong Ming Zhu telah menghilang ke dalam kegelapan malam. mereka semua nampkanya

Ye Kai terbenam dalam pikirannya yang dalam. Senyum mulai nampak dari ujung bibi rnya seraya berkata, Sungguh aneh, sungguh aneh! Setiap orang dari mereka sungguh mengherankan!

Belasan nyala api berkedip-kedip di lapangan rerumputan, seperti bintang yang ja tuh dari langit ke bumi. Ye Kai kemudian berjalan di dalam kegelapan, dia keluyuran ke timur dan ke barat , seperti tidak ada tujuannya. Dia terlihat seperti seseorang yang paling bebas dan tidak perduli disana. Lentera di langit mulai menyala lagi. Dia mengangkat tangannya dan mulai berjalan mondar mandir di bawah cahaya lenter a. Tiba-tiba terdengar suara derap kuda yang menggelegar dan suara lonceng yang ber denting. Seekor kuda muncul dari kegelapan, mata sipengendara seperti embun di musim semi . Dia menatap gadis itu sejenak, lalu terdengar suara tangis yang lembut. Sipengendara dan kudanya tiba-tiba berhenti tepat dihadapannya. Kuda yang bagus, pengendara yang terampil. Ye Kai tersenyum dan berkatra, Bibi benar-benar belum mati karena jatuh, sungguh

beruntungnya, sungguh-sungguh beruntung. Ma Fang Ling menatapnya dingin dan menjawab, Engkau bangsat kecil, apa yang sedan g engkau lakukan disini? Bagaimana aku bisa pergi begitu saja sebelum bertemu dan melihat pasar muka nona Ma? Ye Kai berkata sambil tersenyum. Engkau bangsat kecil yang tidak tahu malu berbibir manis, aku akan memukulmu hing ga mati. Ma Fang Ling menjawab dengan marah. Cemetinya melesat seperti ular ke arah Ye Kai. Engkau tidak dapat memukul bangsat kecil sampai mati. Ye Kai berkata. Sebelum perkataannya selesai diucapkan, tiba-tiba dia meloncat menaiki kuda ters ebut dan duduk tepa dibelakang Ma Fang Ling. Ma Fang Ling memukulkan tinjunya ke belakang dan berteriak, u lakukan? Apa yang sedang engka

Namun sesaat tangannya bergerak memukul, lengannya telah tertangkap dan terkunci . Bulan sangat gelap, angin berhembus kencang, dan aku tidak tahu kemana aku berger ak. Bolehkah aku menyusahkan nona mengantarkan aku kembali ke rumah? Ye Kai berkata.

Mengapa engkau tidak pergi saja ke neraka.

Ma Fang Ling mencemooh.

Gadis itu kembali memukul dengan tangan yang lainnya, namun kembali lengannya ditangkap dan dikunci. Gadis tersebut masih berjuang untuk melepaskan diri, namu n dia tidak dapat bergerak seincipun. Apa yang dapat gadis tersebut rasakan adalah seo rang lakilaki yang bernapas perlahan dibelakang lehernya. Gadis tersebut ingin sekali menggerakan kepalanya kebelakang sehingga melemparka n tubuh laki-laki tersebut dibelakangnya, namun karena suatu sebab dia sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk menggerakan setitik ototpun ditubuhnya.

Pembantu merah yang sedang mereka tunggangi, yang nampaknya seekor kuda betina, tibatiba berubah mejadi tenang dan menurut. Kuda tersebut membuat langkah kecil saat berjalan maju ke depan. ooOoo Bab 07. Awan Gelap, Langit Kelam Jendela baru saja ditutup, tidak ada cahaya setitikpun di ruangan. Butiran air hujan berjatuhan di atap dan daun jendela menimbulkan suara seperti genderang perang dan derap kaki kuda dipeperangan. Ye Kai duduk sambil bermalas-malasan dengan dua kakinya terjulur lurus. Dia mena tap kearah sepasang sepatunya dan menghela napas, Sungguh sangat keras kehidupan di l uar sana. Xiao Bie Li dengan hati-hati mengangkat kartunya yang terakhir dari atas meja, m atanya tercekat selama beberapa saat. Akhirnya, di menoleh ke arah Ye Kai sambil tersen yum dia berkata, Sangat jarang sekali hujan di daerah sini. Itu sebabnya saat hujan, maka deras sekali. Ye Kai berkata. Xiao Bie Li menganggukan kepalanya sepertinya dia sedang mendengarkan suara huja n lebat di luar. Dia menghela napas dan berkata, Hujan turun tidak pada saat yang tepat. Kenapa begitu? Ye Kai berkata.

Karena mereka biasanya sebulan sekali turun ke kota untuk membeli bahan pakaian, bordir dan minyak wangi. Xiao Bie Li berkata. Mereka? Siapa mereka? Ye Kai berkata. Sekilar senyum terhambur dari wajah Xiao Bie Li, dan dia menjawab, Baiklah, diant ara mereka ada seseorang yang ingin engkau lihat. Ye Kai mengerti maksud ucapannya dan berkata, Bagaimana engkau tahu kalau aku ing in melihatnya? Aku dapat mengetahuinya. Xiao Bie Li berkata. Bagaimana engkau mengetahuinya? Ye Kai berkata. Xiao Bie Lie menatap kartu ditangannya dan perlahan-lahan menjawab, Bahkan meskip un engkau tidak mempercayainya, aku dapat melihat banyak hal melalui kartu-kartu in

i. Apa lagi yang engkau lihat? Ye Kai berkata. Aku melihat awan yang gelap dan kelam menutupi seluruh Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Sebuah golok terlihat di tengah, tetesan darah turun perlahan-lahan dari ujungny a Xia Bie Li berkata. Dia tiba tiba mengangkat kepalanya dan menatap Ye Kai, Apakah sesuatu yang menyeramkan terjadi di Gedung Sepuluh Ribu Kuda semalam?

Ye Kai menatap balik sesaat sebelum dia menjawab, si

Engkau seharusnya beralih profe

menjadi tukang ramal. Xiao Bie Lie menarik napas dan berkata, Namun yang aku pernah lihat adalah ketidakberuntungan, jarang sekali aku melihat suatu hal yang baik atau kebahagia an. Apakah .. apakah engkau pernah melihat masa depanku? Ye Kai berkata. Apakah engkau ingin tahu yang sebenarnya? Xiao Bie Li berkata. Tentu saja. Ye Kai menjawab. Tatapan mata Xiao Bie Li tiba-tiba menjadi kosong, tatapan matanya beralih ke su atu hal yang jauh. Awan gelap beriring di atas kepalamu, nampaknya hidupmu akan dipenuhi oleh kesengsaraan. Apakah aku terlihat seperti seseorang yang membiarkan hal itu terjadi pada diriku ? Ye Kai berkata. Baiklah, semua kesulitan itu tidak harus menjadi milikmu saja. Karena nampaknya sepanjang hidupmu, engkau akan mengkhawatirkan orang-orang disekitarmu. Dan itu sudah menjadi nasibmu yang tidak dapat dihindarkan. Xiao Bie Lie berkata. Apakah engkau melihat golok di tengah-tengah awan gelap itu juga? Ye Kai berkata s ambil bergurau. Karena hidupmu akan dipenuhi oleh orang-orang yang penting, engkau dapat mengatas i semua kesulitan yang menuju kearahmu. Xiao Bie Lie berkata. Orang-orang penting? Ye Kai berkata.

Seperti orang-orang tersebut yang perhatian kepadamu dan bersedia memberikan pertolongan kepadamu, misalnya Xiao Bie Li berkata. Sepertimu? Ye Kai menginterupsi. Xiao Bie Li tertawa lebar dan menggelengkan kepalanya, kemudian menjawab, Orang-o rang penting disekitarmu hampir semuanya perempuan. Misalnya, perempuan seperti Cui N ong! Dia memandang ke arah hiasan mutiara berbentuk bunga yang menempel di baju Ye Ka i dan

berkata, Dia menunggumu semalaman tadi malam, kenapa engkau belum juga pergi menemuinya? Saat emas di atas tempat tidur telah habis, maka seorang pelajar telah kehilangan

kejayaannya. Cepat atau lambat toh aku akan ditendang keluar, kenapa juga aku ti dak masuk saja untuk yang pertama? Ye Kai berkata. Engkau salah. Xiao Bie Li berkata. Oh? Ye Kai kaget. Tidak semua gadis materialistis. Xiao Bie Li berkata. Tapi aku berpikir aku lebih baik memperolehnya dengan cara itu. Ye Kai menjawab.

Mengapa begitu?

Xiao Bie Li berkata.

Baiklah, karena dengan begitu tidak ada kewajiban dan ikatan, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ye Kai berkata. Jadi engkau berpendapat selama tidak ada cinta, maka tidak ada yang harus dikhawatirkan. Ye Kai berkata. Tepat sekali. Ye Kai menjawab. Aku rasa engkau salah mengenai hal itu. Bila seseorang menjalani hidup tanpa ras a khawatir di dunia ini, maka hidupnya pasti tidak menarik lagi. Xiao Bie Li. Baiklah, aku dapat tinggal disini dengan damai selama yang aku inginkan, hingga s uatu saat tempat ini tidak menerima tamu lagi. Ye Kai berkata. Engkau pengecualian. Engkau dapat datang dan pergi kapan saja sesukamu, namun aku Xiao Bie Li berkata. Dia menghela napas dan dilanjutkan dengan tersenyum, apat

Aku semakin tua, aku tidak d

hidup selama hingga saat ini. Saat aku tidur pada waktu malam, aku merasa seluru h tubuhku menjadi kaku. Namun saat ini engkau masih terjaga. Ye Kai berkata. Orang tua tidak pernah tidur terlalu lama, karena mereka tahu sisa hidup mereka d i dunia ini tidak banyak lagi. Oleh karena itu aku selalu menjadi burung hantu. Li berkata. Xiao Bie

Dia mengambil tongkat di samping kursinya, memasangnya di ketiaknya, dan perlaha n-lahan bangkit berdiri. Kelihatannya hujan sudah berhenti, mungkin engaku sudah dapat melihatnya. Xiao Bie Li berkata sambil perlahan-lahan dia berjalan melangkah ke atas melalui tangga. Saat dia naik ke atas, Ye Kai memperhatikan bagian bawah bajunya berkibar. Kedua kakinya buntung hingga lututnya. Bagaimana caranya hingga kakinya buntung? Dan apa sebabnya? Setiap orang dapat mengatakan bahwa dia bukan orang yang biasa. Bagaimana mungki n dia berakhir seperti ini di kota perbatasan menjalankan bisnis gelap ini?

Apakah dia bersembunyi dari masa lalunya? Apakah dia benar-benar memiliki kemamp uan untuk meramal semua bencana yang akan menimpa orang lain? Ye Kai terbenam dalam pikirannya. Dia melihat pada kartu yang tergeletak di atas meja, dan tidak dapat menahan diri untuk menuju ke sana. Dia mengambilnya dan menjatuhkann ya lagi dan menyadari bahwa semua kartu tersebut terbuat dari logam yang padat. Dia mendengar suara batuk yang keras dari lantai atas. Ye Kai menghela napas dan berpikir bahwa orang tersebut memang benar-benar orang yang sangat misterius. Semua yang dia katakan memiliki makna yang misterius, semua ya ng dia lakukan nampaknya memiliki tujuan yang misterius. Bahkan ruangan kecil di lantai dua

dimana dia tinggal nampaknya juga merupakan tempat untuk menyimpan rahasia yang misterius. Ye Kai memandang ke arah tangga yang sempit dan panjang itu, dan tiba-tiba terse nyum. Untuk suatu alasan, dia menyadari bahwa tempat ini merupakan tempat yang benar-b enar sangat mengagumkan. Siang hari. Hujan benar-benar telah berhenti. Ye Kai berjalan di tengah-tengah jalan yang di selimuti oleh lumpur ke arah toko kelontong tepat disebrang jalan. Pemiliki toko tersebut adalah seorang pria setengah baya yang periang. Dia memiliki muka yang bundar besar dan matanya menjadi sangat sipit saat tersenyum. Bahkan ketika pelanggan berusaha menukarkan uang beberapa qian untuk membeli bebarapa butir buah pir saja, dia tetap tersenyum berterima kasih dan bersyukur. Nama panggilannya Li, semua orang memanggilnya Li Ma Hu. Ye Kai mengenali Li Ma Hu, namun lupa memeriksa apakah tokonya juga menjual kain , sutra maupun bordir. Karena semua orang sedang sibuk makan siang, tokonya menjadi cuku p sepi. Seperti biasanya Li Ma Hu sedang tiduran di tokonya. Ye Kai tidak ingin membangunkannya jadi dia hanya melihat-lihat saja. Sesaat kem udian, terdengar suara roda kereta dan ringkik kuda sementara sebuah kereta kuda melint asi jalan. Kereta kuda tersebut berwarna hitam namun sangat cemerlang hingga seperti cermin , delapan ekor kuda yang menarik kereta tersebut berwarna putih. Itu adalah kereta kuda yang sama yang membawa Ye Kai ke Gedung Sepuluh Ribu Kuda pada malam sebelumnya. Siapa yang berada di dalam kereta kuda tersebut saat ini? Baru saja Ye Kai berusaha mencari tahu siapa yang menaiki kereta kuda terserbut, dia mendengar suara dibelakangnya berkata, Itu pasti yang terhormat bibi dan nona mud a dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Aku heran apakah mereka mau membeli telur ayam hari in i? Mereka tidak memasak di dapur, kenapa mereka membutuhkan telur ayam? bertanya. Ye Kai

Dia berbalik dan melihat kepada Li Ma Hu yang telah bangun, matanya mengerdip da n tersenyum, kemudian dia berkata kepada Ye Kai, Engkau tidak mengerti, wanita suka menggunakan telur ayam untuk mencuci wajah mereka. Semakin sering mereka mencuci

, semakin muda paras wajah mereka. Apakah mantu perempuanmu mencuci wajahnya dengan telur ayam tiap pagi? bertanya. Ye Kai

Li Ma Hu melipat bibirnya dan menjawab dengan tawa yang dingin, Wanita itu, meski pun dia mencuci wajahnya dengan tiga ratus telur ayam tiap hari, wajahnya akan tetap terlihat seperti kulit jeruk-jelasnya, terlihat seperti kulit jeruk yang kering.

Kemudian dia tersenyum kembali dan matanya menjadi semakin menyipit,

Akan tetapi

kedua wanita dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda, mereka seperti dewi bunga, meraka sa ngat cantik. Bila engkau sungguh-sungguh beruntung mungkin suatu hari Tiba-tiba, terdengar suara seorang bocah kecil dari luar pintu, osong apa yang sedang engkau ucapkan saat ini? Li Ma Hu, omong k

Saat Li Ma Hu mengintip keluar melalui pintu untuk melihat siapa diluar, raut wa jahnya segera berubah dan dia menjawab, Oh, tidak ada, tidak ada sama sekali. Aku baru s aja mau membuat tuan muda sebuah kembang gula. Seorang bocah kecil dengan tangan diatas pinggah berdiri diluar pintu. Dia memil iki dua mata yang besar dan bajunya berwarna merah, bahkan lebih merah dari pada kembang gula. Meskipun masih kecil, namun reputasinya tidak seperi itu, sesaat Li Ma Hu meliha tnya, raut mukanya berubah pucat. Namun sesaat anak kecil tersebut melihat Ye Kai berdiri d i dalam toko, raut wajahnya menjadi pucat juga. Dia berbalik dan ingin pergi dari situ. Ye Kai segera mengejar bocah kecil itu dan menangkap bachunya dan berkata, Jadi e ngkau si macan kecil? Baiklah, meskipun engaku seekor rubah kecil sekalipun, engkau ti dak akan dapat lari dariku. Xiao Hu Zi melihat dengan tidak sabar dan berteriak, ah engkau! Kenapa engkau menangkap dan memegangiku? Aku tidak mengenalmu! Siapak

Engkau mengenaliku pagi ini, kan? Bagaimana engkau tiba-tiba lupa seperti ini? Kai berkata. Wajah Xiao Hu Zi memerah dan terlihat seperti ingin menangis.

Ye

Bila engkau berlaku seperti anak yang baik dan mendengarkan apa yang aku katakan, aku akan membelikan kamu kembang gula kesukaanmu. Tapi bila engkau tidak seperti itu , aku akan mengatakan ayahmu dan paman ke-empat mu bahwa tadi pagi engkau berbohong. Ye Kai berkata. Apa . kebohonan apa yang aku katakan? Xiao Hu Zi berkata.

Engkau tidur sangat nyenyak semalam. Engkau tidak menyelinap keluar dan bersembun yi dibawah kantung kuda kakak perempuanmu, kan? Ye Kai bertanya. Mata Xiao Hu Zi menyipit dan menjawab, Baiklah, aku hanya berusaha menolongmu.

Siapa yang mengajarkan kamu untuk mengucapkan kata-kata itu? Tidak seorangpun, aku mengarang kata-kata itu sendiri

Ye Kai bertanya.

. Xiao Hu Zi berkata.

Ye Kai memperlihatkan wajah yang galak dan berkata, Kalau engkau tidak mau mengatakannya kepadaku, aku akan membawa engkau kembali dan mengatakannya ke ayahmu. Raut muka Xiao Hu Zi memucat. Sesaat dia mendengar akan diadukan ke ayahnya, dia segera mengaku, Baiklah, aku katakan. Bibi ketigaku. Ye Kai berkata.

Bibi ketigamu? Apakah dia yang membawamu pagi ini?

Xiao Hu Zi menganggukan kepalanya. Ye Kai mengerutkan alisnya dan bertanya, perempuanmu semalam? Bagaimana dia tahu aku bersama kakak Xiao Hu Zi menjawab.

Bagaimana aku tahu? Kenapa engkau tidak menanyakan langsung?

Sesaat Ye Kai melepasakannya pergi, Xiao Hu Zi telah melesat menyeberangi jalan dan memutarkan kepalanya. Xiao Hu Zi mengejeknya dan berkata, Engkau dapat menanyakannya langsung, tapi engkatu tidak boleh memeluknya seperti engkau memel uk kakak perempuanku karena ayahku pasti cemburu! Sebelum dia mengakhiri ucapannya, Xiao Hu Zi telah berlari ke ujung jalan dan me masuki salah satu toko kain di sudut jalan. Ye Kai mengerutkan keningnya dan terbenam dalam pikirannya. Hal ini tidak pernah terpikirkannya. Siapakah Bibi Ketiga? Bagaimana dia tahu tindakannya semalam? Dia benar-benar ti dak mengerti hal ini. Sesaat Ye Kai mengangkat kepalanya, dia melihat Bibi Ketiga be rjalan keluar toko kain. Dia terlihat sangat anggun, pakaiannya berwarna putih. Dia tidak menggunakan sed ikitpun make up namun dari wajahnya masih memancarkan aura yang mempesonakan. Saat Ye Kai memandangnya, matanya terlihat seperti embun musing semi, yang melih at kearah Ye Kai pula. Dan entah disengaja atau tidak, dia tersenyum ke arahnya jug a. Tidak ada seorangpun yang dapat meniru senyumnya. Ye Kai merasa terlihat bodoh, akhirnya dia menyadari bahwa terdapat sepasang mat anya disisinya. Sepasang mata yang menatapnya. Sepasang mata tersebut juga terlihat bercahaya dan terang namun saat ini kelihat annya agak berawan dan meredup. Apakah dia tidak bisa tidur juga semalaman? Atau apakah matanya itu habis menang is? Jantung Ye Kai tiba-tiba hendak melompat, detaknya mulai terasa semakin dan sema kin cepat. Ma Fang Ling memandangnya dengan penuh perasaan cinta, sesaat dia mengerdipkan matanya memberikan tanda. Ye Kai segera menanggukan kepalanya.

Ma Fang Ling memandang ke bawah dan menundukan kepalanya, terlihat senyum di wajahnya dan semburat merah merona dipipinya. Mereka tidak perlu berucap satu dengan yang lainnya. Dia mengatakan perasaannya melalui pandangan matanya. Dia mengatakan apa yang ada dibenaknya hanya dengan sekali pandangan saja. Jadi, apa perlunya lagi berkata-kata?

Segalanya masih sepi dan tenang. Meja yang biasanya dipenuhi oleh kartu telah di bersihkan. Meskipun jendela telah dibuka, namun masih terasa gelap di dalam ruangan. Ye Kai duduk diam menunggu. Meskipun dia mengerti Ma Fang Ling, dia tidak boleh memperlihatkannya di depan Bibi Ketiga. Istri Ma Kong Qun telah meninggal, namun pria seperti dia seharusnya tidak perna h kekurangan wanita disisinya. Dan hanya wanita seperti dia yang tepat untuknya. Ye Kai masih mengira-ngira siapakah wanita itu, namun dia masih dia tidak dapat menduga apa tujuan wanita itu. Dia menghela napas dan tidak mau berpikir lebih jauh lagi bila dia melakukannya, dia merasa sedikit bersalah terhadap Ma Fang Ling. Namun senyumnya itu betul-betul t idak dapat dilupakan. Apa yang mereka berdua lakukan saat ini? Apakah mereka membeli telur ayam ditoko itu? Ye Kai berusahan keras untuk memikirkan hal lainnya, namun untuk suatu alasan, p ikirannya kembali lagi ke mereka berdua. Saat itu pintu terbuka sedikit. Ye Kai betul-betul berharap, orang yang akan masuk adalah Ma Fang Ling. Namun, s aat dia berdiri dan berbalik, hatinya seperti terbenam ke dalam air. Orang yang melangkah ke dalam adalah Yun Zai Tian -Ye Kai perlahan-lahan menarik napas menyadari bahwa pasti akan sangat sulit baginya untuk bertemu dengan Ma Fang Lin g lagi hari ini. Saat Yun Zai Tian melihat Ye Kai duduk di dalam, dia sedikit merasa kikuk. Namun karena dia sudah melangkah masuk, akan lebih kikuk lagi bila berbalik. Ye Kai tertawa lebar dan berkata, Apakah anda hendak mencari nona Cui Nong? Mungk in anda dapat menanyakan mengapa dia memberikan hiasan mutiara bunga yang anda beri kan ke orang lain? Yun Zai Tian hanya batuk dua kali namun dia tidak menjawab dan menarik tempat du duk.

Seorang pria mencari seorang perempuan adalah hal yang normal. Kenapa engkau tida k langsung naik ke atas? Ye Kai berkata. Yun Zai Tian perlahan-lahan mulai mendapatkan kembali rasa tenangnya, dia menjaw ab, Aku datang bukan untuk mencari seseorang, namun bukan dia! Siapa yang engkau cari? Ye Kai bertanya. Fu Hong Xue. Yun Zai Tian menjawab. Kenapa engkau mencari dia? Ye Kai berkata. Yun Zai Tian menjadi sebal, dia tidak menjawab. Bukankah dia masih di Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Ye Kai bertanya lagi. Dia tidak disana lagi. Yun Zai Tian berkata.

Kapan dia pergi? Ye Kai berkata. Pagi ini! Yun Zai Tian menjawab. Ye Kai mengerutkan alisnya dan berkata, a aku belum

Bila dia telah pergi pagi ini, lalu kenap

melihatnya kembali ke kota? Bagaimana dengan yang lainnya? Yun Zai Tian berkata. Aku mengira yang lainnya juga belum kembali. Kota ini tidak terlalu besar, bila m ereka telah kembali, aku pasti telah melihat mereka. Ye Kai berkata.

Paras wajah Yun Zai Tian berubah. Dia mengerenyitkan alisnya dan melihat ke arah lantai atas. Tuan Xiao di atas. Apakah engkau hendak menanyakan hal ini ke dia? Ye Kai berkata. Pandangan kebingungan terlihat di wajah Yun Zai Tian. Dia berdiri dan berjalan k eluar pintu. Tepat saat itu, kira-kira sepuluh ekor keledai menarik kereta gerobak perlahan-l ahan melintasi jalan. Setiap kereta gerobak tersebut tersebut mengangkut peti mati, t iap kereta mengangkut empat buah peti mati. Seroang bongkok berwajah pucat dengan pakaian berwarna hijau mengendari keledai yang di depan. Dari wajahnya, kelihatannya dia tidur di dalam peti meti selama hidupn ya. Tidak terlihat sedikitpun cahaya diwajahnya. Setiap orang yang melihat barisan peti mati tersebut di jalan pasti tidak mungki n untuk tidak terkejut. Tidak terkecuali Yun Zai Tian. Dia tidak dapat menahan diri untuk bertanya, siapa semua peti mati ini dikirim?

Untuk

Si bongkok melihat ke atas dan ke bawah lalu menjawab, Dari penampilanmu, seperti nya engkau seorang yang berasal dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Betul. Yun Zai Tian menjawab. Baiklah, itu tujuan pengiriman semua peti mati ini. Si bongkok berkata. Parah muka Yun Zai Tian berubah dan dia berkata, Siapa yang menyuruh engkau mengirimkannya ke sana?

Sudah tentu pelanggan yang memberikan bayaran. Orang tersebut memerintah untuk mengirimkan seratus buat peti mati. Kami mengerjakan siang dan malam Si bongkok berkata, sebelum dia perkataannya dipotong. Yun Zai Tian melayang ke arahnya dan mencengkeram menariknya dari sadelnya dan berkata dengan tajam, Orang seperti pakah dia? Wajah si bongkok menjadi semakin pucat dan dia menjawab, Dia . dia seorang wanita. Wanita seperti apa? Yun Zai Tian berkata. Seorang wanita yang sudah tua. Si bongkok berkata.

Mereka berasal dari mana, dan di mana wanita tua itu berada? kembali. Baiklah, dia bersama kami. Dia ta pertama. Si bongkok berkata. dia

Yun Zai Tian bertanya

dia berbaring di salah satu peti mati di kere

Berbaring di dalam peti mati? Apakah dia, mayat? Yun Zai Tian berkata sambil tert awa dingin. Tidak, dia masih hidup. Dia menyelinap ke peti mati untuk menghindari diri dari g uyuran hujan tadi. Peti itu yang sedikit terbuka agar ada udara yang masuk. Si bongkok b erkata. Dengan tertawa, Yun Zai Tian membiarkan si bongkok pergi. Dia melompat ke arah k ereta pertama dan mengangkat tutup peti mati dengan sekali tarikan Ada seseorang di dalam peti mati itu, namun bukan seorang wanita, dan dia juga s udah tidak hidup lagi! Tubuh orang mati terbaring di dalam peti mati itu. Orang tersebut mengenakan pak aian yang seluruhnya berwarna hitam. Darah telah mengering dari ujung bibirnya. Wajah nya sudah mulai kisut. Tidak terlihat segores lukapun ditubuhnya. Nampaknya bagian t ubuh bagian dalamnya telah hancur oleh tenaga dalam yang sangat kuat. Ye Kai berdiri di atas di depan dan melihat wajah orang tersebut dengan jelas. S aat dia mengenali orang tersebut, dia tidak tahan untuk berseru, Laba-laba Terbang! Tentu saja tidak tidak salah. Mayat yang tergeletak di dalam peti mati itu adala h mayat Labalaba Terbang. Laba-laba Terbang telah mati. Dimanakah Fu Hong Xue, Luo Luo Shan dan Murong Min g Zhu? Bila mereka semua telah meninggalkan Gedung Sepuluh Ribu Kuda pada saat yang bersamaan, mengapa Laba-laba Terbang berakhir dengan kematian di dalam peti mati ini? Yun Zai Tian tiba-tiba berputas dan menatap si bongkok, Orang ini bukan wanita tu a! Si bongkok mulai gemetaran, dia memaksa dirinya untuk mengangguk perlahan dan menjawab, Benar bukan dia. Engkau bilang dia adalah wanita tua? Yun Zai Tian membentaknya. Aku aku tidak tahu.

Si bongkok menggelengkan kepalanya dan berkata,

Pengendara di kereta yang kedua tiba-tiba memotong pembicaraan dan berkata, aku dari tadi mengendarai di depan juga. Bagaimana engkau pun menjadi yang di depan? Yun Zai Tian berkata.

Aneh

Baiklah, kereta ini seharusnya adalah kereta yang terakhir. Kita tadi salah jalan , jadi kita memutuskan untuk berbalik arah. Jadi keretaku menjadi yang paling depan. Si penge ndara menjawab. Apapun yang terjadi, seorang wanita tua tidak mungkin mendadak berubah menjadi ma yat lelaki. Apakah yang telah terjadi? Yun Zai Tian berkata.

Si bongkok menggelengkan kepalanya dan menjawab,

Aku betul-betul tidak mengerti. Yun Za

Bila engkaupun tidak tahu, lalu siapa di dunia ini yang akan mengetahuinya? i Tian berkata.

Dengan secepat kilat, tangannya telah bergerak menangkap si bongkok ke arah dada nya. Si bongkok terlihat menyurut menjadi setipis tiang. Namun sesaat Yun Zai Tian me lakukan gerakannya, si bongkok mendadak berhenti bergetas. Dengan cepat dia menggeserkan tubuhnya bergerak ke belakang Yun Zai Tian sementara telapak tangannya memukul b ahu kanan Yun Zai Tian. Tidak hanya gerakannya yang cepat, waktu dan posisi gerakannya benar-benar sempu rna. Kekuatan telapak tangannya sangat bertenaga dan tidak terkalahkan. Hanya dari satu gerakan telapak tangannya, dapat dikatakan si bongkok mungkin te lah berlatih selama tiga puluh tahun lebih. Betul-betul hebat kau! Yun Zai Tian berseru.

Sesaat perkataannya selesai diucapkan, tubuh Yun Zai Tian bergerak dua kali seme ntara lima pukulan telah dilancarkan. Gayanya masih tetap cepat dan ringan. Meskipun dia belum menggunakan seluruh kekuatannya, perubahan gerakannya sangat cepat dan tidak terduga, dan sangat sul it untuk ditahan. Bagus! Engkau sendiri tidak jelek! Si bongkok berseru.

Tawanya terhenti saat si bongkok mendadak berjumpalitan ke udara dan mendarat di salah satu atap rumah. Si bongkok dapat mengubah gayanya sesukanya, dan melompat sesuk anya pula. Ketrampilannya betul-betul sangat hebat. Namun, lawanya adalah seseorang yang baru saja menggetarkan dunia persilatan den gan kemampuan ilmu meringankan tubuhnya, panggilannya adalah Awan Dilangit, Naga Melayang. Yun Zai Tian melompat ke udara dan tubuhnya telah menghilang seperti asap. Kelim a jarinya membentuk cakar elang untuk mencengkeram punggung si bongkok. Terdengar suara SSSSIIIINNGG, baju jubahnya telah robek, terlihat cahaya emas yang berkilauan. QQIIIAANNNGG, tiga buah senjata rahasia telah melesat keluar dari cahaya emas te rsebut dari ujung punuknya, dan meluncur ke arah dada Yun Zai Tian. Dengan berteriak, Yun Zai Tian melompat balik dengan gerakan, Membuka Jendela,

Mengintai Awan Terbang ke Bulan dan mendarat pada atap rumah di sebrang jalan. Bila tidak memiliki kecepatan dan kemampuan yang hebat, ketiga senjata rahasia t ersebut pasti sudah mengenai dada Yun Zai Tian dari pada hanya menyerempet bajunya. Si bongkok telah berada tujuh hingga delapan rumah di depan. Dengan gerakan lain nya yang cepat, dia telah lenyap dari pandangan. Yun Zai Tian turun ke bawah dan tidak berusaha untuk mengejarnya lebih jauh. Par as wajahnya yang sedingin besi telah diselimuti oleh keringat dingin. Sementara dia masih

memandang si bongkok yang telah menghilang, dia menghela napas dan berkata,

Siapa

sangka Naga Punggung Emas Ding Qiu telah kembali ke perbatasan lagi. Ye Kai menghela napas panjang juga dan menggelengkan kepalanya dan berkata, Aku t idak pernah membayangkan dialah orangnya. Engkau sudah mendengar tentangnya juga? Yun Zai Tian bertanya. Berapa banyak orang yang belum pernah mendengar tentang dia? Ye Kai menjawab. Yun Zai Tian tidak berkata-kata lagi. Raut diwajahnya terlihat semakin berat. Orang ini telah menghilang bersembunyi lebih dari sepuluh tahun dan tiba-tiba har i ini muncul hanya untuk mengantarkan semua peti mati ini. Apakah dia ada hubungannya dengan musuh-musuhmu dan peristiwa delapan belas tahun yang lalu? Ye Kai berkata. Yun Zai Tian masih tidak menjawab. Kemudian Laba-laba Terbang harus mati pula. Aku heran kenapa menginginkan dia mat i? Ye Kai berkata. Yun Zai Tian menoleh ke arahnya dan menjawab dengan dingin, Itu semua yang aku

harapkan engkau dapat menjelaskannya kepadaku. Bila engkau menanyakannya kepadaku, lalu kepada siapa aku harus bertanya? Ye Kai berkata. Tiba-tiba dia tertawa dengan keras. Matanya menuju ke arah kejauhan di ujung jal an seraya menambahkan, Mungkin aku harus bertanya kepadanya. ooOOOoo Bab 08. Kehangatan Angin Musim Semi Dari ujung jalan yang panjang, seseorang berjalan dengan perlahan menuju ke arah mereka, setiap langkahnya terlihat sangat sulit dan berat. Fu Hong Xue. Dia masih menggenggam goloknya dengan erat ditangannya, selangkah demi selangkah dia menyeret dirinya ke arah mereka. Tidak ada apapun di dunia ini yang dapat mengub ah arah langkahnya. Dia sendirian. Luo Luo Shan dan MuRong Ming Zhu tidak terlihat. Ye Kai berjalan ke arahnya dan berkata sambil tersenyum, Jadi engkau telah kembal i? Fo Hong Xue membalasnya dengan tatapan dingin dan menjawab, Jadi engkau masih

hidup? Dimana yang lainnya? Ye Kai berkata. Aku berjalan sangat perlahan. Fu Hong Xue berkata.

Yang lainnya berjalan didepanmu? Ye Kai berkata. Ya. Fu Hong Xue berkata. Bila mereka berada di depanmu, lalu kenapa mereka belum kembali? Ye Kai berkata. Apa yang membuat engkau berpikir bahwa mereka akan kembali kesini? Fu Hong Xue berkata. Ye Kai menganggukan kepalanya dan bertanya sambil tersenyum, yang pertama kali kembali? Tidak, aku tidak tahu. Fu Hong Xue berkata. Mayat. Ye Kai berkata, terpancar sinis dibalik senyumnya, osok Tahukah engkau siapa

Lucu sekali bagaimana ses

mayat yang tidak dapat berjalan menjadi yang pertama kembali, sementara yang lai nnya yang dapat berjalan dan yang pergi pertama kali masih belum menampakan diri. Ada sesuatu di dunia ini yang sungguh-sungguh ironis. Mayat siapa itu? Fu Hong Xue bertanya. Laba-laba Terbang. Ye Kai menjawab. Fu Hong Xue mengangkat alisnya, setelah termenung beberapa saat dia berkata, -laba Terbang bersamaku beberapa saat sebelum dia pergi. Dia bersamamu? Mengapa? Ye Kai berkata. Dia menanyakan sesuatu, Fu Hong Xue berkata. Dia menanyakanmu sesuatu? Ye Kai berkata. Dia bertanya, aku mendengarkan. Fu Hong Xue berkata. Engkau hanya mendengarkan? Engkau tidak menjawab? Ye Kai berkata. Saat itu sangat melelahkan jadi aku hanya mendengar. Fu Hong Xue berkata. Dan sesudahnya? Ye Kai berkata. Aku berjalan perlahan-lahan. Fu Hong Xue berkata. Karena dia tidak mendapat jawaban darimu maka dia mempercepat jalannya dan bergabung dengan yang lainnya? Ye Kai menyimpulkan. Tersirat sorot mata Fu Hong Xue yang sinis dan dia menjawab, Itulah sebabnya dia tiba pertama! Ye Kai tersenyum, namun senyumnya sangat hambar. Saat engkau bertanya, aku menjawab. Tahukah kenapa? Fu Hong Xue berkata. Aku memang baru saja heran dengan hal itu. Ye Kai berkata. Aku hanya menjawab pertanyaanmu karena aku juga mempunyai pertanyaan untukmu. Fu Hong Xue berkata.

Laba

Bila engkau bertanya, maka aku akan menjawabnya juga. Ye Kai berkata. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Jadi kapan engkau akan menanyakannya kepadaku? Fu Hong Xue berkata. Ye Kai berkata. Fu Hong Xue menjawab.

Pada waktu aku merasa saat yang tepat untuk menanyakannya.

Baiklah!Tidak perduli apakah engkau sedang ingin menanyakan, dan tidak perduli ap a yang hendak engaku tanyakan, aku pasti akan menjawab. Ye Kai berkata. Fu Hong Xue berbalik dan berjalan menjauh. Dia tidak perduli dengan peti mati ma upun mayat yang ada di peti mati tersebut, bahkan melirikpun tidak. Dia hanya melihat sesuatu yang dianggap bernilai untuk dia lihat. Tidak perduli engkau sudah mati atau mas ih hidup, apabila dia tidak ingin melihat, melirikpun tidak akan dia lakukan kepadamu. Ye Kai tersenyum dan menghela napas. Dia berbalik dan melihat Yun Zai Tian telah melakukan penyelidikan dan bertanya-tanya pada pengendara kereta yang lainnya. Ye Kai tidak tertarik untuk kesana dan mendengarkan dia merasa lebih gampang unt uk mencari informasi dari tubuh mayat yang membeku daripada dari bibir orang-orang tersebut. Disamping itu, mayat sering kali mengungkapkan banyak rahasia. Cuma saja, pesanpesan yang disampaikan seringkali tersembunyi. Tubuh Laba-laba Terbang sudah dingin dan kaku. Kedua tangannya tergenggam dengan kerasnya, dia terlihat seperti sedang melihat sesuatu yang sangat berharga, bahk an sepertinya tidak ingin melepaskannya meskipun harus mati. Ye Kai berdiri di samping peti mati sementara matanya menatap tajam ke arah maya t tersebut beberapa saat. Lentur seperti sutra, cepat seperti kilat menyambar u katakan kepadaku Ye Kai menggumam. apakah ada hal yang hendak ka

Tengah hari telah lewat. Cahaya matahari melintas melewati langit yang mulai men dung. Namun lumpur yang menutupi jalan masih lengket dan basah, terutama setelah keret a gerobak dan keledai melewati jalan tersebut. Saat ini iring-iringan kedelai yang menarik kereta gerobak telah mencapai Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Sebelum selesai menanyakan berbagai detil dan berusaha mencari kebenaran, Yun Za

i Tian tidak akan pernah melepaskan para pengendara itu pergi. Kereta kuda bagus yang ditarik oleh delapan ekor kuda masih parkir ditengah kota . Disana empat atau lima orang sedang sibuk membersihkan lumpur dan kotoran pada bagian l uar kereta, dan juga sedang menyiapkan campuran kacang dan rumput untuk memberi maka n kuda. Disamping toko kelontong terdapat toko daging, terpampang tanda yang kotor dan berminyak di pintu yang bertuliskan, Kami menjual daging sapi, domba dan babi.

Melewati toko daging terdapat warung kecil, tanda yang tergantung di pintu warun g tersebut bahkan terlihat lebih berminyak, dan cahaya yang terlihat di dalam ruangan sanga t redup. Fu Hong Xue berada di dalamnya dan sedang makan mie dengan perlahan. Tangan kanannya sangat terampil, yang orang lain harus lakukan dengan kedua tang an, dia dapat melakukannya hanya dengan satu tangan saja. Melewati warung terdapat gang kecil dimana Fu Hong Xue tinggal. Meskipun banyak orang yang tinggal di gang tersebut, hanya beberapa yang terlihat berjalan keluar. Saa t itu terlihat seorang wanita tua yang sudah beruban, dengan punggungnya yang bongkok, perlahan lahan keluar dari pintu. Dia menempelkan kertas berwarna merah pada dinding gubuknya, dan perlahan-lahan masuk kembali ke dalam. Kertas merah tadi bertuliskan, Disewakan, satu kamar dan termasuk makan pagi. Dua belas tail perak per bulan, harap bayar dimuka, untuk satu orang, tanpa anak-anak. Wanita tua tadi, yang sebelumnya memperoleh lima puluh tail perak dari hasil sew a, kelihatannya gatal juga untuk mencoba mencari uang lagi. Dia menyewakan ruangann ya sendiri dengan harga lebih mahal dua tail perak. Pemilik toko kelontong seperti biasa sedang tidur-tiduran. Di dalam toko pakaian diseberang jalan, dua orang gadis mengenakan pakaian yang bagus yang terbuat dari kain dan sutra, ngobrol dan bergurau satu dengan yang lainnya. Namun bila dibandingkan dengan kecantikan dan keanggunan dari Bibi Ketiga dan Ma Fang Ling, mereka tidak ada apa-apanya. Dimanakah mereka sekarang? Meskipun kereta mereka masih berada di tengah kota, namun kedua orang tersebut t idak terlihat. Ye Kai yang keluyuran ke seluruh kota masih belum dapat menemukan jejak mereka. Dia sebetulnya ingin mampir ke warung kecil tersebut, namun tiba-tiba dia beruba h pikiran. Ye Kai berjalan ke arah gang kecil dan mengambil kain merah tersebut, menggulung nya, dan memasukannya ke dalam sepatunya. Nampaknya ada sesuatu yang lainnya disepatunya, namun bukan emas maupun pisau. Pintu paling sempit di jalan tersebut terdapat di tempat yang paling menghabiska n uang orang-orang. Meskipun pintunya sempit, ruangan didalamnya sangat luas. Tidak ada

tanda apapun di pintu, hanya lentera merah kecil yang tergantung diatasnya. Saat lente ra itu menyala, artinya tempat tersebut sudah buka, dan siap untuk mengumpulkan uang da ri dompet anda. Saat lentera tersebut padam, tidak ada seorangpun yang keluar dari pintu tersebut. Saat lentera tersebut padam, mungkin tempat tersebut adalah tempat pal ing sepi dan sunyi di kota. Ye Kai mulai menguap lebar sementara di wajahnya tersirat kelelahan. Setelah beb erapa saat, akhinya dia membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam. Ruangan masih gelap dan remang-remang, seseorang berada di dalam ruangan, tapi b ukan Xiao Bie Li, orang tersebut Ma Fang Ling.

Orang yang paling dicari Ye Kai ternyata sedang menunggunya disini. Tindakan wanita selalu sukar ditebak. Apa yang engkau lakukan disini? Ye Kai berkata sambil tersenyum. Ma Fang Ling melemparkan pandangan ke arahnya, kemudian berdiri dan dengan kasar

berjalan ke arah pintu. Dia telah menunggu dengan harap-harap cemas selama beber apa saat, dan mengharapkan dia akan merasa senang dan gembira saat melihat Ye Kai, n amun untuk suatu sebab saat dia akhirnya bertemu, yang dapat dilakukan hanya memaling kan wajah dan pergi. Ye Kai mengira-ngira dia pasti marah karena telah menunggu terlalu lama. Cara yang paling baik untuk situasi seperti ini adalah membiarkan rasa marahnya berkurang sebelum mengucapkan sepatah katapun. Pasti orang idiot yang berusaha untuk menghentikan dan menghiburnya. Ye Kai bukan orang yang idiot, yang dia lakukan hanya menghela napas sebelum dud uk. Ma Fang Ling, yang baru saja terburu-buru berjalan ke pintu, tiba-tiba berputar dan menatapnya dan bertanya, Hei, kenapa engkau datang kesini? Mencarimu. Ye Kai menjawab. Mencariku? Dan sekarang engkau datang? Apa yang engkau pikirkan sehingga aku mau menunggum? Ma Fang Ling berkata sambil tersenyum. Engkau bukan sedang menunggu aku sekarang? Ye Kai berkata. Tentu saja tidak. Ma Fang Ling menjawab. Kalau engkau bukan sedang menunggu aku, lalu siapa yang engkau tunggu?

Ye Kai

bertanya. Bibi Ketiga. Ma Fang Ling menjawab. Bibi Ketigamu? Dia akan menemuimu disini juga? Ye Kai berkata sambil terkejut. Apa, kau pikir hanya laki-laki yang datang ketempat ini? Ma Fang Ling berkata. Aku sama sekali tidak bisa menebak kemana harus mencarimu, juga aku tidak tahu ka lau engkau akan berada di sini, itu sebabnya aku berkeliling kota mencarimu. erkata. Ye Kai b

Ma Fang Ling menatapnya beberapa saat, sepertinya sudah setengah harian, lalu be rtanya, Engkau benar-benar mencari aku sepanjang waktu hari ini? Siapa lagi yang aku cari-cari ? Ye Kai berkata. Ma Fang Ling tiba-tiba tertawa genit dan berkata, Anak bodoh, apakah engkau piki r tempat

ini hanya memiliki satu pintu masuk? Dia masuk dari pintu belakang. Bila seorang wanita mendatangi tempat ini, mereka mereka pasti berusaha agar tidak terlihat atau terdengar oleh orang lainnya.

Ye Kai menghela napas dan berkata, Aku tidak pernah mengira bahwa engkau masuk melalui pintu belakang. Itu bukan ideku, tepi Bibi Ketiga. Ma Fang Ling menjawab. Dia juga disini? Ye Kai berkata. Bodoh, bukankah aku telah mengatakannya bahwa dia di sini? Ma Fang Ling berkata. Lalu dimana dia? Ye Kai bertanya. Ma Fang Ling menunjuk ke arah pintu ke tiga di sebelah kiri dan berkata, alam sana.

Dia di d

Pintu yang dia tunjuk adalah tempat tinggal Cui Nong. Sedang ngobrol. Ma Fan Ling berkata. Dia sedang ngobrol dengan Cui Nong? Ye Kai berkata. Mereka berdua adalah sahabat baik, saat Bibi Ketiga datang ke kota, dia selalu me ngunjungi Cui Nong untuk ngobrol. Ma Fang Ling menjelaskan.

Tiba-tiba, matanya membelalak dan menatap Ye Kai, Bagaimana engkau tahu namanya Cu i Nong? Apakah engkau mengenalnya? Aku rasa aku pernah melihatnya. Ye Kai menjawab. Engkau pikir engkau pernah melihatnya? Atau engkau memang pernah melihatnya sebelumnya? Ma Fang Ling mempertanyakan sementara matanya melebar. Aku benar-benar pernah melihatnya. Ye Kai berkata. Ma Fang Ling memiringkan kepalanya dan menatapnya dari ujung matanya.

Engkau tiba

disini dua hari yang lalu kan. Mmm. Ye Kai menjawab. Dimana engkau bermalam? Ma Fang Ling bertanya. Aku rasa . aku rasa di . Ye Kai berkata. Ma Fang Ling menggigit bibirnya. Dengan cepat dia menggoyangkan kepalanya, dia b erbalik dan berjalan keluar. Tabiatnya benar-benar seperti cuaca di bulan Mei, sering berubah dengan mendadak . Apa lagi yang dapat di lakukan Ye Kai kecuali menghela napas? Laki-laki harus sungguh-sungguh berhati-hati saat berbicara dengan seorang wanit a, khusunya wanita yang menyukainya. Setelah beberapa saat, pintu terbuka kembali, Ma Fang Ling perlahan-lahan kembali ke dalam. Dia berhenti tepat di hadapan Ye Kai dan d uduk di hadapannya.

Raut wajahnya nampak lebih tenang sekarang. Dia memandang Ye Kai sambil tersenyu m tapi juga tidak seperti tersenyum, dan bertanya, Kenapa engkau tidak bicara? Aku hanya takut. Ye Kai menjawab. Takut? Ma Fang Ling berkata. Aku takut salah bicara sehingga membuatmu marah lagi. Ye Kai berkata. Engkau takut membuat aku marah? Ma Fang Ling berkata. Benar-benar takut. Ye Kai berkata. Mata Ma Fang Ling mulai bergerak-gerak, dia kemudian tertawa lebar dan berkata, A nak bodoh, engkau berbicara saat harus tutup mulut, dan tutup mulut saat harus berbi cara. Pandangannya perlahan-lahan menjadi hangat dan lembut saat melihat ke Ye Kai dan berkata, Pagi ini, saat mereka menanyakanmu semalam, kenapa engkau tidak menjawab ? Aku tidak tahu. Ye Kai berkata. Laki-laki yang pintar selalu tahu kapan harus menjadi bodoh. Pandangan mata Fang Ling menjadi lebih lembut dan dia berkata, Engkau benar-benar tidak takut dibunuh oleh mereka? Tidak sama sekali, aku hanya takut membuatmu marah. Ye Kai berkata. Ma Fang Ling tertawa dengan renyah saat mendengar perkataan ini. Ekspresinya yan g hangat dan manis menyerupai angin di musim Semi yang dapat mencairkan sungai yan g membeku. Mata Ye Kai melekat padanya, dia terlihat sedikit rikuh. Ma Fang Ling perlahan-lahan menurunkan kepalanya dan berkata, Apakah ayahku juga berbicara denganmu pagi tadi? Mmm. Ye Kai menjawab. Apa yang dia katakan? Ma Fang Ling bertanya. Dia menginginkan aku pergi, dia meninginkan aku meninggalkan kota ini.

Ye Kai

menjawab. Ma Fang Ling kembali menggigit bibirnya dan bertanya, Dan apakah jawabanmu? Aku tidak ingin pergi! Ye Kai berkata. Ma Fang Ling mengangkat kepalanya dan mendadak berdiri, dia meraih, memegang tangannya dan berkata, Engkau engkau sungguh-sungguh tidak akan pergi? Ye Kai menganggukan kepalanya. Memangnya tidak ada siapapun yang menunggumu? Ma Fang Ling bertanya. Hanya ada satu tempat dimana seseorang menungguku. Ye Kai menjawab dengan tajam.

Dimana itu? Ma Fang Ling berkata. Disini. Ye Kai menjawab. Ma Fang Ling tersenyum, senyumnya bahkan nampak lebih manis dari sebelumnya. Mat anya terlihat seperti dia sedang bermimpi. Tidak seorangpun pernah mengatakan hal sepe rti itu kepadaku sebelumnya. Dan tidak seorangpun pernah memegang tanganku tahukah engkau? Percayakah engkau? Aku percaya padamu. Ye Kai berkata.

Setiap orang mengira aku adalah seorang yang kejam dan jahat, saat itu aku berpik ir aku memang benar-benar seperti itu, namun dari semua itu sejujurnya Ma Fang Ling berk ata. Ma Fang Ling tersenyum dan berkata, Sejujurnya, kadang-kadang saat aku marah kepadamu, aku hanya berpura-pura. Kenapa harus berpura-pura marah? Ye Kai bertanya. Itu hanya karena aku merasa bahwa bila aku tidak berbuat seperti itu, orang lain akan menggangguku. Ma Fang Ling berkata. Tidak ada seorangpun yang akan mengganggu kamu lagi. Ye Kai berkata dengan tajam. Me Fang Ling memandanginya dan berkata, Apakah engkau akan mencabut nyawanya bila

mereka melakukan hal itu? Sudah pasti! Tapi lain kali, aku berharap engkau jangan bersikap tidak pantas lag i kepada orang lain. Ye Kai berkata. Ma Fang Ling menggigit bibirnya dan berkata, Tapi lain kali, bila engkau bermalam di sini lagi, maka aku akan marah. Ye Kai tidak mengucapkan sepatah katapun, dia meraih sepatunya dan menarik kain merah. Setelah Ma Fang Ling membaca tulisan di kain merah itu, senyumnya sehangat angin musim semi kembali muncul diwajahnya. Ye Kai memandanginya, jauh di dalam hatinya dia merasa bahwa gadis itu adalah se orang gadis yang manis dan menawan. Periang dan lugu, kadang-kadang dia bersikap seper ti anak kecil. Dia tidak tahan untuk tidak mengangkat tangannya dan memeluknya dengan le mbut. Wajahnya memerah, merah cerah. Sesaat kemudian, mereka mendengar seseorang batuk perlahan. Orang tersebut terse

nyum kecil menatap mereka berdua. Kita harus kembali sekarang. Bibi Ketiga berkata. Ma Fang Ling menurunkan pipinya dan menjawab, Ya. Aku menunggumu di luar. Bibi Ketiga berkata. Saat Bibi Ketiga berjalan keluar, sengaja atau tidak, dia tersenyum ke arah Ye K ai.

Senyum yang dapat membuat jiwamu melayang. Senyum Ma Fang Ling cerah, menawan dan manis, seperti cahaya sinar matahari pert ama di musin semi. Namun senyumnya lengket seperti di pertengahan musim semi, sangat lengket sehing ga membuatmu terjerat susah lepas, yang membuat mabuk meskipun tidak minum arak. Dia membuat Ma Fang Ling menjadi terlihat seperti kekanak-kanakan. Siapapun yang melihatnya memandang keluar pasti merasa terpikat, seperti dia tel ah mengambil sesuatu darimu. Tentu saja Ye Kai tidak memperlihatkan perasaan-perasaan itu, jadi dia segera memandangnya dan bertanya, Apakah engkau selalu menggunakan kereta yang sama setiap kali datang ke kota? Ma Fang Ling sama sekali tidak dapat menebak apa maksud pertanyaannya namun dia menjawab dengan mengganggukan kepala. Berapa banyak kereta kuda yang seperti ini di rumahmu?

Ye Kai bertanya lebih jauh.

Hanya satu ini saja. Setiap orang disini lebih suka mengendarai kuda. Ma Fang Ling

berkata. Ye Kai menghela napas dan berkata, Jadi karena engkau berdua diantar oleh kereta k uda ini, maka mereka semua harus kembali sendiri-sendiri. Siapa mereka? Ma Fang Ling bertanya. Semua tamu yang tiba kemarin malam. Ye Kai berkata. Ma Fang Ling tertawa dan berkata, Mereka bukan anak kecil lagi, apa masalahnya bi la harus kembali sendiri-sendiri? Kenapa harus khawatir terhadap hal itu? Ye Kai bernapas panjang dan berkata, Karena ketiga belas orang yang kesana semala m, satu kembali dalam keadaan mati, dan sebelas lainnya hilang tidak jelas kabarnya . Mata Ma Fang Ling melebar sesaat dia bertanaya, Siapa yang kembali dalam keadaan mati? Laba-laba Terbang. Ye Kai menjawab. Dan yang lain yang menghilang? dia bertanya. Tuan Luo, MuRong Ming Zhu, dan kesembilan temannya. Ye Kai berkata. Bagaimana orang sebanyak itu bisa hilang dalam sekejap? Ma Fang Ling berkata. Kejadian aneh selalu terjadi di tempat seperti ini. Ye Kai berkata. Ma Fang Ling mengerutkan bibirnya dan berkata, Mungkin mereka hanya menjadi paran

oid, mereka dapat kembali kemari kapan saja saat ini.

Ye Kai menggelengkan kepalanya, kemudian tiba-tiba bertanya, Apakah aku boleh iku t kereta kudamu bersama dengan kalian berdua? Tentu saja boleh. Tapi . kemana engkau ingin pergi? Ma Fang Ling berkata. Mencari orang orang tersebut yang menghilang. Ye Kai menjawab. Bagaimana engkau tahu bahwa mereka masih disekitar sini? Mereka mungkin menggunak an jalan yang lain untuk kembali. Dia berkata. Pasti tidak, Kai berkata. Kenapa tidak? Ma Fang Ling berkata. Aku yakin mengenai hal itu? Ye Kai berkata. Bagaimana kamu bisa begitu yakin? Ma Fang Ling bertanya. Seseorang mengatakannya kepadaku seperti itu. Ye Kai berkata. Siapa? Ma Fang Ling berkata. Ye Kai melihat kebawah ke tangannya dan perlahan-lahan menjawab, Orang mati. Orang mati? Ma Fang Ling berkata dengan mimik heran. Ye Kai menganggukan kepalanya dan berkata, Apakah kamu tahu bahwa orang mati juga

dapat bicara? Hanya saja cara mereka sedikit berbeda dengan orang hidup. Rasa takut terlihat di sinar mata Ma Fang Ling dan dia berkata, Dan kamu percaya apa yang orang mati katakan? Ye Kai menganggukan kepalanya sementara senyuman misterius tertebar dibibirnya. H anya kata-kata orang mati yang selalu jujur uk berbohong kepadamu. karena mereka tidak perlu lagi alasan unt

Kepalan jari tersebut akhirnya melemah, jarinya telah bengkok dan sedikit terbuk a. Mayat ini masih menyimpan satu rahasia terakhir, namun jarinya seharusnya tidak terbuka de ngan sendirinya. Jari-jari Laba-laba Terbang yang mengepal akhirnya telah terbuka, ja rinya telah bengkok dan sedikit terbuka. Ma Kong Qun berdisi di sisi peti mata tersebut, matanya bersinar sementara menat ap pada sepasang tangan itu. Dia tidak mengacuhkan bekas goresan yang tampak di wajah mayat tersebut, dia tid ak mengacuhkan bekas darah yang telah mengering di mulut mayat tersebut. Dia hanya memperhatikan sepasang lengannya. Apa yang engkau lihat? Ma Kong Qun bertanya.

Hua Men Tian dan Yun Zai Tian memandangi mayat tersebut sambil membisu.

Keduanya hanya sepasang tangan biasa, tidak jauh berbeda dengan sepasang tangan o rang mati lainnya. GongSun Duan berkata. Ada perbedaannya. Ma Kong Qun berkata. Apa perbedaannya? GongSun Duan bertanya. Kedua tangan ini seharusnya mengepal dengan keras, namun telah dibuka dengan paks a. Ma Kong Qun menjawab. Bagaimana engkau berkata seperti itu? GongSun Duan berkata. Tulang dan darah mayat ini telah kaku, tidak mudah untuk membuka paksa jarinya. I tu sebabnya jarinya dibengkokan dan dibuka paksa, juga dapat engkau lihat tanda yan g tertinggal. Ma Kong Qun berkata. Dia pasti memperoleh luka tersebut sebelum dia mati. GongSun Duan berkata. Mustahil. Ma Kong Qun menjawab. Mengapa? GongSun Duan berkata. Bila dia terluka sebelum mati, maka pasti ada bekas darah. Hanya mayat yang tidak

mengeluarkan darah.

Ma Kong Qun menjelaskan.

Dia menoleh ke arah Yun Zai Tian dan bertanya, Saat engkau melihat tubuhnya, apak ah dia telah lama mati? Yun Zai Tian menganggukan kepalanya dan menjawab, Paling tidak sudah dua jam, saa t aku melihat tubuh ini, sudah kaku. Ada apa dengan tangannya? Apakah keduanya mengepal dengan keras saat itu? Ma Kong Qun bertanya. Yun Zai Tian menurunkan kepalanya dan menjawab, Aku tidak memperhatikan tangannya saat itu. Raut muka Ma Kong Qun berubah kesal, Lalu apa yang menjadi perhatian mu? Aku aku sibuk bertanya kepengendara kereta. Yun Zai Tian berkata. Dan apakah yang engkau peroleh? Ma Kong Qun berkata. Tidak ada. Yun Zai Tian berkata. Lain kali engkau harus ingat bahwa orang mati dapat menginformasikan lebih banyak

daripada orang hidup, dan apa yang mereka katakan biasanya lebih dapat dipercaya . Ma Kong Qun mencemooh. Ya. Yun Zai Tian berkata.

Kedua tangannya pasti dengan erat mengenggam sesuatu, apapun itu pasti merupakan infomrasi yang penting. Mungkin itu sesuatu yang dia rebut dari pembunuhnya. Bil a engkau memperolehnya lebih dulu, pasti kita tahu siapa pembunuhnya saat ini. Ma Kong Qun berkata.

Sinar mata ketakutan terbayang di mata Yun Zai Tian sesaat dia menjawab, k akan melakukan kesalahan yang sama lain kali. Raut wajah Ma Kong Qun mulai menjadi sedikit tenang sesaat dia bertanya, da orang lain bersamamu saat engkau memperhatikan peti mati ini? Mata Yun Zai Tian tiba-tiba bercahaya seraya dia menjawab, Ye Kai! Apakah engkau memperhatian dia menyentuh mayat ini? Ma Kong Qun berkata.

Aku tida

Apakah a

Yun Zai Tian menurunkan kepalanya lagi dan menjawab, Aku tidak memperhatikannya, tapi

Tapi apa? Ma Kong Qun berkata. Dia kelihatannya sangat tertarik terhadap mayat ini, dia berdiri disampingnya beb erapa lama. Yun Zai Tian berkata.

Kelihatannya pandangan pemuda ini jauh lebih baik darimu. Ma Kong Qun berkata samb il tersenyum dingin. Orang ini bukan siapa-siapa namun hanya pencuri, kenapa kita harus peduli apakah dia mati atau hidup? GongSun Duan memotong. Kita harus peduli. Ma Kong Qun berkata. Kenapa? Gong Sun Duan bertanya. Meskipun dia hanya pencuri, dia adalah pencuri yang hebat. Dengan hanya sekali ge rakan tangannya, dia dapat membuat uang sepuluh ribu tail menghilang. Pengamatannya te rhadap orang lain pasti sangat akurat dan hati-hati. Ma Kong Qun menjelaskan. Dia melanjutkan dengan perlahan, Itulah sebabnya aku mengirim seseorang untuk sec ara khususnya mengundangnya kemari Engkau secara khusus mengundangnya kemari? GongSun Duan berseru.

Aku menghabiskan lima ribu tail perat untuk mengundangnya kesini. Ma Kong Qun berkata. Untuk apa engkau mengundangnya kemari? GongSun Duan bertanya.

Untuk memata-matai semua tamu kita untuk mencari tahu siapa yang bermaksud membal as dendam. Ma Kong Qun berkata. Baiklah, kenapa engkau secara khusus memintanya? GongSun Duan bertanya. Karena dia tidak ada hubungan dengan keadaan disini, tidak ada seorangpun yang ak an mencurigainya, oleh karena itu secara alamiah dia memiliki kesempatan untuk menc ari tahu. Ma Kong Qun berkata. GongSun Duan menghela napas dan berkata, menemukan sesuatu. Bila dia belum menemukan sesuatu, lalu kenapa dia telah terbunuh! Ma Kong Qun berk ata.

Sayangnya dia telah terbunuh sebelum dia

Oh?

GongSun Duan berkata.

Dia telah dibungkamkan, tepatnya dia pasti telah mengetahui identitas tersangka! M a Kong Qun berkata. Jadi bila kita mengetahui siapa pembunuhnya, maka kita akan mengetahui siapa musu h kita? GongSun Duan berkata. Itulah sebabnya bukti yang terdapat ditangannya sangat penting! Ma Kong Qun berkat a. Aku akan pergi untuk menanyakan Ye Kai apakah dia telah mengambil sesuati dari ta ngan Laba-laba Terbang. GongSun Duan berkata. Tidak perlu. Ma Kong Qun berkata. Kenapa? GongSun Duan berkata Saat dia mati, Ye Kai berada di kota, jadi Ye Kai pasti bukan pembunuhnya. Qun

Ma Kong

berkata, Selain itu, bila Ye Kai mengambil sesuatu dari tangannya, maka engkau ti dak akan dapat merebutnya. Tangan GongSun Duan meraih pegangan goloknya, senyum dingin terlihat diwajahnya, dia melihat tidak percaya. Siapa yang bersamanya sebelum dia terbunuh? Ma Kong Qun bertanya. Tuan Luo, MuRong Ming Zhu, dan Fu Hong Xue. Yun Zai Tian menjawab. Dimana mereka sekarang? Ma Kong Qun berkata. Fu Hong Xue kembali ke kota, Luo Luo Shan dan MuRong Ming Zhu belum terlihat. Yun Zai Tian berkata. Pergilah cari mereka segera, bawa serta empat puluh anak buahmu. Ma Kong Qun memerintah. Ya. Yun Zai Tian berkata. Bagi anak buahmu menjadi empat kelompok, bawa persediaan makanan yang cukup, dan jangan kembali sebelum menemukan mereka! Ma Kong Qun berkata. Ya. Yun Zai Tian menjawab. Tidak perdulia apa yang telah dikatakan Ma Kong Qun, raut mukanya tetap menurut dan menghormati. Dihadapan Ma Kong Qun, pendekara yang telah memperoleh kehormatan menjadi bukan siapa-siapa melainkan pembantu yang setia. Pergilah cari Fu Hong Xue! GongSun Duan membentak.

Tidak perlu. Ma Kong Qun berkata. Kenapa tidak perlu? Jangan katakan padaku, anak kecil itu tidak dapat ditemukan j uga! GongSun Duan berkata.

Ma Kong Qun menghela napas dan berkata, ni terbunuh?

Dapatkah engkau katakan bagaimana orang i

GongSun Duan menatap pada golok ditangannya, kemudian menjawab, orang yang menggunakan golok harus membunuh dengan goloknya?

Siapa yang bilang

Ma Kong Qun tidak segera menjawab. Yun Zai Tian perlahan-lahan beranjak pergi da n melangkah keluar gedung. Siapa yang bilang dia harus menggunakan goloknya untuk membunuh? bertanya. Dia sendiri. Dia sendiri? Ma Kong Qun menjawab. GongSun Duan berkata. GongSun Duan

Bila dia bermaksud membalas dendam, maka goloknya itu pasti simbol dari pembalasdendamana. Bila dia harus membunuh, maka dia pasti akan menggunakan golo k tersebut! Ma Kong Qun berkata. Dia tertawa hambar dan melanjutkan, Bila dia datang tidak dengan maksud membalas dendam, kenapa kita harus menganggunya? GongSun Duan tidak berkata-kata lagi. Dia berbalik dan melangkah keluar sambil melemparkan daun pintu, langkah kakinya lebih berat daripada seekor sapi besar. Empat puluh orang, empat puluh kuda. Empat puluh kantung yang terbuat dari kulit domba dipenuhi oleh air dan persedia an. Pedang mereka telah diasah tajam, panah mereka telah disiapkan. Yun Zai Tian memeriksa dengan teliti hingga dua kali sebelum menganggukan kepalanya Sepuluh orang tiap kelompok, berpencar dan siap untuk mencari, jangan pe rnah kembali bila belum menemukan apapun! GongSun Duan telah kembali ke tempat tinggalnya. Meskipun belum dirapihkan, namu n kamarnya masih cukup luas dan nyaman. Dindingnya dihiasi dengan hiasan kepala he wan, mejanya dipenuhi oleh botol-botol arak yang terhitung lagi. Bila dia menginginka n, seseorang akan mengantarkan seorang pelayan wanita yang cantik keruangannya. Ini semua dip eroleh dari tahunan banting tulang, kucuran darah dan keringat. Namun dia tidak pernah puas dengan kehidupannya ini, karena golok dan pecutnya m asih terpendam dalam-dalam di dalam hatinya. Dia telah menguburkan mereka dengan tangannya yang dibasahi oleh darah! Tidak perduli apa yang dia telah lakukan, goloknya tetap mengirisnya di dalam di

rinya, pecutnya tetap memecut jiwanya. Gelas emas yang tergeletak di atas meja, masih dipenuhi oleh arak, dia menelanny a dengan sekali teguk, air mata mengalir dari kedua matanya.

Seseorang akhirnya datang untuk pembalasan, yang telah dia lakukan adalah bersem bunyi di rumahnya, dia menyeka air matanya dengan lengan bajunya tidak perduli mengapa di a mengeluarkan air mata, ari mata tetaplah air mata. Dia menuang lagi arak ke dalam gelasnya dan meminumnya. Perjuangan! Apa artinya? Bila seseorang disini bermaksud membunuhku, kenapa aku t idak pergi saja dan membunuhnya lebih dahulu? GongSun Duan berseru. Dia membanting pintu. Mungkin sebenarnya dia tidak ingin membunuh, atau mungkin juga dia hanya takut. Bukan pembalasdendaman, bukan kejengkelan, namun ketakutan! Banyak orang yang membunuh karena rasa takut lebih banyak dibanding pembalasdendaman atau kejengkelan. Kebanyakan orang membunuh bukan karena disakiti, namun lebih karena dia menyakit i yang lainnya. Tragedi ini terjadi di dalam sejarah manusia sejak manusia diciptakan. ooOOOoo Bab 09. Kokoh Seperti Sebongkah Batu Raksasa Debu kuning. Cahaya matahari yang hangat masuk melalui jendela menimpa paha Fu Hon Xue, mengingatkan dia dengan tangan lembut, hangat dan halus yang mengelus kedua paha nya pada malamnya sebelumnya. Dia berbaring di atas tempat tidurnya, sangat letih bahkan untuk melepaskan sepa tunya. Namun saat memikirkan tangan tersebut, wanita tersebut, kulitnya yang selembut s utera, gerakannya yang menggairahkan yaitu goyangan kakinya yang maju mundur Jantungnya mendadak dipenuhi oleh perasaan yang luar biasa. Dia tahu bagaimana u ntuk menahan ini. Dia telah melakukan sebelumnya. Namun, saat ini berbeda, dia telah memiliki wanita. Wanita yang sejatai. Dia sungguh-sungguh tidak pernah berpikir mengenai hal ini latihannya dan pendid ikan yang dia lakukan selama ini jauh lebih keras dan lebih sulit daripada yang ada d i dunia ini.

Namun, dia tetap seorang laki-laki, cahaya matahari yang membayang-bayang sepert i hantu menerpa dirinya, dia benar-benar tidak ingin memikirkan apapun lagi dia sangat l etih. Hujan telah berhenti.

Kenapa cahaya matahari masih terasa hangat meskipun habis hujan? Dia meloncat dari tempat tidurnya dan melesat ke arah pintu! Dia butuh udara segar, dia harus dapat bertahan! Jalan menjadi sangat sunyi. Sepertinya penduduk kota telah merasakan sesuatu yan g tidak baik akan terjadi, bahkan pasangan yang paling berbahagai sekalipun telah bersem bunyi di dalam rumahnya. Ye Kai berdiri di ujung sebuah bangunan, menatap ke arah lumpur di jalan, keliha tannya dia dipenuhi oleh persoalan yang berat dan sulit dibenaknya. Saat itu dia melihat Fu Hong Xue muncul dari gang di seberang jalan. Dia tersenyum dan melambaikan tangannya kepa da Fu Hong Xue yang nampaknya tidak ambil perduli. Rona merah telah menutupi wajahnya, matanya terfokus pada pintu sempit di seberang jalan. Lentera di atas pintu telah menyala. Seperti halnya lentera itu, mata Fu Hong Xue memancarkan kobaran cahaya. Dengan tangan masih menggenggam erat goloknya, dia perlahan-lahan berjalan selan gkah demi selangkah menuju ke pintu tersebut. Ye Kai merasa pemuda yang biasanya dingin dan menyendiri ini, hari ini berlaku t idak biasanya. Ye Kai menghela napas dan menggumam pada dirinya sendiri, Kelihatannya dia habis m abuk sehingga tidak sadarkan diri. Paling baik mabuk untuk melupakan semua kesulitan dan masalah yang berat di duni a ini. Meskipun, saat sadar kepalanya akan terasa sakit seperti akan terbelah, namun di a merasa lebih rileks dan waspada saat rasa sakit itu berkurang. Lebih baik lagi bila ada seorang wanita yang menemaninya. Ye Kai sedikit bingung, dia menyangsikan apakah pemuda ini sebelumnya pernah mem iliki wanita. Namun sebaliknya laki-laki yang tidak pernah memiliki wanita pasti seper ti bendungan yang kaku hampir tidak mungkin retak. Namun ketika akhirnya berhadapan dengan wanita, maka timbul retak kecil pada dinding, engkau tidak akan pernah ta hu kapan air akan menyembur keluar. Fu Hong Xue perlahan-lahan menyeberangi jalan, pandangan matanya tetap melekat k e pintu itu. Lentera berkedip-kedip, menandakan bahwa saat ini mereka akan menerim

a tamu. Kelihatannya bisnis malam ini kurang begitu bagus. Kebanyakan langganan meraka a dalah para pengendara dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda dan pelancong dari tempat yang jau h. Namun kelihatannya malam ini tidak ada yang datang dari keduanya. Fu Hong Xue mendorong membuka pintu, apel Adam jatuh menggelinding ke tanah. Orang yang berada di ruang utama hanyalah dua orang pria yang kelihatannya baru saja bertengkar dengan istri mereka. Xiao Bie Li telah turun dari ruangannya dan dudu k di tempat duduknya sambil menikmati makan malamnya, sepotong daging biri-biri panggang,

semangkuk kecil mie daging sapi, dan segelas arak yang besar, mungkin arak dari Persia. Dia adalah seseorang yang tahu bagaimana memanjakan dirinya dengan segala hal yang t erbaik. Fu Hong Xue perlahan-lahan berjalan masuk dan duduk di kursi yang sama pada dua malam sebelumnya. Arak apa yang engkau suka? Fu Hong Xue tidak menjawab beberapa saat. Aku tidak ingin arak. Lalu apa yang engkau suka? Bawakan aku sesuatu selain arak.: Xiao Bie Li tiba-tiba tersenyum, kemudian memanggil dan memerintahkan pelayannya . Kita memiliki susu domba yang segar, bawakan segelas untuk Tuan Fu, persembahan d ari tempat ini. Fu Hong Xue tidak memperdulikannya dan dengan dignin menjawab, Tidak perlu, apapu n yang aku makan, aku akan membayarnya dengan uangku sendiri. Xiao Bie Li tersenyum lagi, potongan terakhir daging biri-biri telah mencapai bi birnya, pandangan kenikmatan terlihat di wajahnya saat dia menikmati rasa dari daging te rsebut. Dia bukan seseorang yang senang berdebat, namun dia mengenali orang yang baru ti ba tersebut. Tiba-tiba terdengar suara derap kuda yang baru saja berhenti tepat di depan pint u. BBAAAKKK, pintu terbanting terbuka, seorang yang berperawakan sangat besar telah masuk. Tidak ada topi dikepalanya, bajunya telah terbuka, golok berwarna perak tergantu ng dipinggangnya. GongSun Duan! Xiao Biel Li menyalaminya dnegan tersenyum, namun dia tidak menghiraukannya. Tetapi, dia memperhatikan Fu Hong Xue. Pandangan matanya seperti burung nasar yang baru saja mencium ada bangkai hewan. Susu domba baru saja tiba, sungguh-sungguh susu yang segar. Minuman ini merupakan minuman yang hanya dinikmati oleh orang-orang diperbatasan , dan merupakan sesuatu yang hanya orang-orang perbatasan yang tahu bagaimana untuk menikmatinya. Fu Hong Xue berusaha untuk menikmatinya, dan alis matanya perlahan -lahan berkerut.

GongSun Duan tersenyum dingin dan berkata, Hanya domba ang menikmati susu domba. Fu Hong Xue tidak menanggapi, dia mengangkat gelasnya dan meminum lagi hingga mulutnya penuh. Tidak heran tempat ini berbau domba, seekor kambing kecil barada disini. GongSun D uan berkata dengan keras.

Fu Hong Xue masih tidak menanggapi, namun pembuluh darah ditangannya yang memegang goloknya mulai membesar. GongSun Duan tiba-tiba bergerak dengan cepat. BBRAAKK, dia memukulkan tangannya ke atas meja dan berkata, Menyingkirlah! Mata Fu Hong Xue masih menatap susu digelasnya, perlahan-lahan dia menjawab, au Engk

menginginkan aku menyingkir? Ini tempat untuk orang. Diluar sana ada kandang untuk domba kembali, dimana asalm u berada. GongSun Duan berkata. Aku bukan domba. Fu Hong Xue menjawab. GongSun Duan memukulkan tangannya kembali ke atas meja dan membentak,

Aku tidak

perduli apakah engkau ini, sebaiknya engkau menyingkir. Orang tuamu ingin duduk di meja itu. Siapa yang orang tua? Fu Hong Xue berkata. Aku orang tuamu, orang tuamu aku. GongSun Duan menjawaba. PPEENNGG, gelasnya telah terbelah. Fu Hong Xue memandangi susu domba yang tumpah di atas meja, tubuhnya mulai bergetar. GongSun Duan menatapnya, tangannya yang besar mengenggam gagang goloknya. Apakah engkau ingin pergi sendiri atau ingin dilempar? Fu Hong Xue tetap bergetar sementara perlahan-lahan dia berdiri, mengumpulkan te naganya untuk mengendalikan diri, berusaha untuk tidak melihat kepada GongSun Duan, bahk an sekejappun. GongSun Duan tertawa dan berkata, Sepertinya domba kecil ini hendak kembali ke kandangnya, kenapa engkau tidak menjilati susu di atas meja sebelum pergi? Mendadak Fu Hong Xue mengangkat kepalanya, matanya menatap lekat GongSun Duan. Kedua matanya seperti batu bara yang merah membara. Mata GongSun Duan memerah, dengan menyeringai mengejek, lakukan? Mencabut golokmu?

Apa yang akan kau

Tangan Fu Hong Xue mengenggam goloknya, mengenggam dengan kerasnya.

Hanya laki-laki yang dapat menarik goloknya, seekor domba tidak mungkin dapat mencabutnya. Kalau engkau laki-laki, cabut golokmu! GongSun Duan memprovokasi. Fu Hong Xue menatapnya, seluruh tubuhnya telah bergetar dengan keras. Kedua laki-laki yang sedang minum-minum telah mundur ke sudut ruangan, takut den gan apa yang mereka lihat. Xiao Bie Li perlahan-lahan meneguk arak dari gelasnya, tangannya menegang dan me ngeras. Hanya suara napas yang dapat terdengar saat itu. Suara napas Fu Hong Xue pendek dan cepat, suara napas GongSun Duan panjang dan b erat.

Semua orang lainnya berhenti bernapas. Mendadak, Fu Hong Xue memutar tubuhnya dan berjalan perlahan ke arah pintu. Kaki kirinya dahulu, kemudian kaki kanannya terseret dari belakang. GongSun Duang menarik napas yang panjang dan tertawa sinis, Jadi si domba kecil pincang. Fu Hong Xue mendadak mempercepat gerakannya, sepertinya dia berusaha menyeimbangkan jalannya yang pincang. GongSun Duan tertawa dan berkata, Merangkaknya, mulailah merangkak kembali ke kandangmu. Bila kau membiarkan terlihat olehku lagi, hati-hatilah orang tua mu a kan mematahkan kakimu. Dia menarik kursi, duduk, dan memukulkan tangannya ke atas meja, , arak yang terbaik yang engkau miliki! Tiba-tiba terdengara suara keras di luar berteriak, ak terbaik yang engkau miliki!

Bawakan aku arak

Bawakan aku arang terbaik, ar

Ye Kai berjalan masuk, menarik seekor domba bersamanya! GongSun Duan langsung menatapnya, namun dia kelihatannya tidak memperhatian Gong Sun Duan sama sekali sambil mencari meja dan duduk. Tempat duduk yang dia pilih tepa t di depan GongSun Duan. GongSun Duan melepaskan tatapan dingin kepadanya, kemudian memukulkan tangannya ke atas meja lagi. Dimana araknya? Cepatlah! Ye Kai memukulkan tangannya juga ke atas meja. Dimana araknya? Cepatlah! Pada situasi seperti ini, segera arak terhidang dengan cepatnya. Ye Kai menuangkan arakanya ke gelas tapi tidak meneguknya. Melainkan dia menuang kan gelasnya ke mulut domba dan mencekokinya. Alis mata GongSun Duan berkerut-kerut, Xiao Bie Li tidak dapat menahan ketawanya . Sekarang sudah terbalik laki-laki sejati minum susu domba sementara domba minum a rak. Ye Kai berkata sambil tersenyum.

Paras wajah GongSun Duan berubah warna, tiba-tiba dia berdiri dan mencaci maki, Ap a yang kau katakan? Ye Kai tersenyum sedikit dan menjawab, Aku sedang berbicara dengan domba ini, apa kah engkau seekor domba juga? Tempat ini bukan kandang hewan, kenapa bisa menarik banyak hewan? Xiao Bie Li menambahkan sambil tersenyum. GongSun Duan memutas kepalanya dan menatapnya. Saudara GongSun, apakah engkau mau mematahkan kakikku juga? Sayang sekali kedua kakikua sudah cacat sejak lama. Xiao Bie Li berkata.

GongSun Duan mengepalkan jarinya dan mengucapkan perkataannya dengan perlahan, Untung saja ada orang lain di sini yang memasih memiliki kaki yang normal. Betul sekali, kedua kakiku tidak cacat sama sekali. Ye Kai berkata. Bagus, bedirilah! GongSun duan berteriak. Aku jarang berdiri saat aku memiliki kesempatan untuk duduk. Ye Kai menjawab. Aku jarang duduk saat aku memiliki kesempatan untuk berdiri. Xiao Bie Li berkata. Aku seorang yang pemalas. Ye Kai berkata. Aku seorang tanpa kaki. Xiao Bie Li menjawab. Keduanya tiba-tiba tertawa tergelak-gelak. Ye Kai menepukan tangannya ke atas kepala domba sementara sambil melirik GongSun Duan dari sudut matanya. Saudara Domba, Saudara Domba, kenapa engkau sangat menikmati berdiri? GongSun Duan sudah jelas sedang berdiri. Pembuluh darah mulai membesar di seluru h kepalanya, tangannya bergerak ke goloknya sesaat berteriak, Aku dapat memenggal k edua kakmu meskipun engkau sedang duduk. Mendadak terlihat selintas cahaya perak, golok terlah tercabut dari sarungnya. Terdengar suara BBRRUUKK, meja yang kokoh di hadapan Ye Kai telah terbelah dua. Namun Ye Kai tidak bergerak, bahkan tidak memandangnya sekejappun. Aku benar-benar tidak pernah menyadari bahwa golokmu digunakan untuk membelah meja. Ye Kai berkata sambil tersenyum. GongSun Duan telah dipenuhi oleh rasa marah dan menyabetkan goloknya ke arahnya dengan gerakan setengah lingkaran. Seluruh tubuh Ye Kai telah terbungkus oleh si nar perah yang menakjubkan, matanya bersinar seperti sinar perak. Terdengar suara DDIINNGG, bunga api memercik ke segala arah sesaat tongkat besi bertabrakan dengan golok perak, sementara tongkat besi yang lainnya menancap ke dalam lantai beberapa inci dalamnya. Kekuatan di balik goloknya sangat menakutkan. Xiao Bie Li berdiri dengan tegapny a di atas lantai, tongkat besi ditangannya masih terlihat kokoh. Karena kekuatan di balik golok telah tersalur ke tongkat besi di tangan yang lainnya dan menyebabkan amblas ke bawah lantai. Wajah GongSun Duan memucat. Dia menatap Xio Bie Li dan berkata, u. Ini bukan tempat untuk membunuh. Xiao Bie Li menjawab. Ini bukan urusanm

Pembuluh darah di seluruh leher GongSun Duan telah berdenyut naik turun, namun g olok ditangannya masih belum bergerak. Tongkat besi juga tidak bergerak.

Mendadak, ujung golok bergerak menggilling tongkat besi, menimbulkan bekas gores an. Tongkat besi yang lainnya perlahan-lahan mulai terbenam semakin dalam ke dalam t anah. Namun Xiao Bie Li masih terlihat berdiri tegak dan kokoh dan menyandar pada tong katnya, kokoh seperti sebongkah batu raksasa. GongSun Duan tiba-tiba menghentakan kakinya dan memecahkan batu-batu di lantai menjadi pecahan kecil yang berserakan. Dengan dua langkah lebar dia telah mening galkan gedung tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ye Kai menghela napas panjang dan berseru, Tuan Xio memiliki tenaga dalam yang ku at dan hebat! Aku mempermalukan diri sendiri. Xiao Bie Li menjawab dengan rendah hati. Bila seseorang telah melatih tenaga dalamnya hingga pada tingkat Menangkap Tongkat Memindahkan Bunga , maka tidak ada yang harus dipermalukan. tersenyum. Saudara Ye memiliki pemahaman yang mengagumkan. tersenyum. Ye Kai berkata sambil

Xiao Bie Li menjawab sambil

Pemahaman GongSun Duan juga mungkin tajam, kenapa dia harus pergi?

Ye Kai berkata.

Xiao Bie Li terlihat terbenam dalam pikirannya sesaat dia menjawab, Mungkin karen a sebetulnya bukan engkau yang hendak dia bunuh. Namun bila bukan karena Tuan Xiao, mungkin aku sudah mati. Ye Kai berkata.

Bila bukan karena aku, seseorang pasti sudah mati hari ini, namun yang pasti itu bukan engkau. Xiao Bie Li berkata. Bukan aku? Lalu siapa? Ye Kai berkata. Dia. Xiao Bie Li berkata. Kenapa harus dia? Ye Kai bertanya. Xiao Bie Li menghela napas panjang dan berkata, Dia bukan siapa-siapa namun hanya

seorang yang berangasan, bahkan dapat dikatan kemampuan Saudara Ye berpuluh-pulu h kali berada di atasnya. Ye Kai meledak tawanya, sepertinya dia baru saja mendengar suatu hal paling lucu

di dunia. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, Aku khawatir Tuan Xiao salah hitung kali ini. Kedua kakiku telah cacat, namun kedua mataku belum lagi buta. Kalau aku tidak ber laku seperti saat ini, mungkin kedua tanganku pun sudah tidak dapat digerakan lagi se puluh tahun yang lalu. Xiao Bie Li berkata. Ye Kai menunggunya untuk melanjutkan. Aku belum pernah bertemu dengan pendekar muda sekalibermu sebelumnya disini, tida k hanya pengetahuan silatmu dalam dan telah mencapai yang tertinggi, namun sifatmu pun betul-betul sulit untuk dipahami, itulah sebabnya

Tenggorokannya tiba-tiba berhenti, sepertinya dia sedang menunggu Ye Kai untuk b ertanya. Itu sebabnya apa? Ye Kai berkata. Sungguh sulit bagi seorang cacat tanpa teman maupun saudara untuk bertahan di sin i di kota perbatasan. Namun bila aku memiliki sahabat seperti Saudara Ye erkata. Xiao Bie Li b

Ye Kai tiba-tiba memotongnya, Bila engkau menjadi teman dari seorang sepertiku ma kan masalahmu di masa yang akan datang menjadi berlipat ganda. Xiao Bie Li tersenyum dan menjawab, Bagaimana bila aku tidak perduli dengan masal ah? Maka kita adalah sahabat. Ye Kai berkata. Wajah Xiao Bie Li menjadi cerah, sesaat dia tersenyum dan berkata, Maka silahkan minum arak dengan ku! Meskipun engkau tidak menjamuku, aku tetap minum. Ye Kai berkata. Orang yang sedang mengendarai kuda melintasi jalan tiba-tiba dirampas oleh sepas ang tangan yang besar dan melemparkannya ke atas tanah. Si pengendara ingin sekali b erteriak marah, namun dia menahannya. Karena dia melihat orang yang menariknya dari kudan ya adalah GongSun Duan, dan dia melihat bahwa GongSun Duan kelihatannya dipenuhi ol eh hawa marah. Tidak ada seorangpun yang berani melawan GongSun Duan saat dia marah . GongSun Duan melayang ke atas kuda orang tersebut dan mengendarainya pergi. Dimanakah kudanya? Kudanya dipacu dengan liarnya menuju ke padang rerumputan, orang yang duduk di a tas kudanya adalah Fu Hong Xue. Saat dia keluar pintu, hal pertama yang ada dipikirannya adalah meloncat ke atas kuda ini. Dengan sarung pedangnya, dia memukul kuda tersebut, memukul sedemikian kerasnya. Sepertinya dia membayangkan kuda tersebut adalah GongSun Duan. Dia membutuhkan udara segar, kalau tidak dia bisa gila. Kuda tersebut nampaknya juga menjadi gila. Kuda tersebut berlari kencang di jala n dan menuju ke arah padang rumput, dari matahari terbit ke matahari terbenam, dia leb ih menyukai kegelapan. Angin dingin menerpa wajahnya, menghempaskan pasir kewajahnya, namun dia sama se kali

tidak berusaha menghindar. Malah dia menyambutnya. Bila dia dapat menahan rasa s akit seperti ini dan menderita karenanya, apakah lagi di dunia ini yang tidak dapat d ia tahan? Dia menggeratakn giginya, gusinya mulai berdarah. Darahnya terasa pahit, pahit d an agak asin. Tiba-tiba, cahaya cerah muncul di langit. Bukan disebabkan oleh bintang, namun karena lentera raksasa yang tergantung di b endera Gedung Sepuluh Ribu Kuda , yang bahkan bersinar lebih terang dari bintang. Bintang perlahan-lahan akan meredup. Namun bagaimana dengan cahaya ini?

Dia menggapai tali kuda dan memukulkan sarung goloknya di belakang. Dia membutuh kan udara, kecepatan pasti akan memberikan udara. Namun kuda tiba-tiba melompat dan meringkik, kaki depannya menekuk ke atas tanah. Fu Hong Xue terlempar dari kuda tersebut ke belakang ke atas tanah. Tidak ada ru nput di tanah tersebut, hanya di penuhi oleh pasir. Pasir yang tajam mulai menggores waj ahnya sehingga berdarah. Pikirannya mulai berdarah pula. Kegigihan! Kegigihan! Sudah berapa lama lagi dia harus gigih menahan penderitaan ? Berapa lama lagi dia harus gigih menahan penderitaan? Hanya saja siapa yang berempati dengan rasa sakit, penderitaan dan kepahitan sel ama bertahun-tahun yang dia rasakan? Matanya mulai berair tidak terkontrol ng berlumuran dengan air mata. air mata merembes ke dalam darah, darah ya

Bintang mulai merambat naik di langit malam. Di bawah cahaya sinar, seekor kuda dipacu melewati dataran pasir kearahnya. Mata pengendara kuda itu bersinar seperti bintang, bell berdenting membentuk irama ya ng harmoni Ma Fang Ling. Dia memiliki senyum yang termanis diwajahnya, matanya dipenuhi dengan kebahagiaa n, dia terlihat lebih cantik dan menawan dari biasanya. Hal itu bukan karena terangnya cahaya bintang di langit, juga bukan karena keindahan malam yang mempesona, namun hal i tu karena hatinya dipenuhi dengan rasa cinta. Cinta memiliki kemampuan membuat gadis yang paling biasa menjadi menarik dan menawan, dapat mengubah gadis buruk rupa menjadi gadis cantik jelita. Dia pasti menungguku, saat dia melihatku muncul tak terduga, hatinya pasti akan d ipenuhi dengan kebahagiaan. Dia seharusnya tidak keluar rumah. Namun, cinta memenuhinya dengan keberanian, keberanian yang tidak mengenal rasa takut. Dia hanya ingin menemuinya, tidak ada apapun selama dia dapat melihatnya walau h anya sesaat. Angin berhembus dingin, dingin dan mengiris seperti silet. Namun bagi gadis itu, meskipun angin begitu dingin, namun terasa hangat dan menyegarkan. Kemudian dia mendengar

suara tangis yang terhembus oleh angin. Siapa di dunia ini yang menangis di tengah-tengah dataran luas tak bertepi ini? Dia telah melewatinya, namun memutuskan untuk berbalik. Cinta tidak hanya membua t wajahnya lebih cantik, akan tetapi juga membuat hatinya menjadi cantik. Tiba-tib a dia berubah menjadi gadis yang baik, lembut, murah hati, dan penuh pengertian. Dia melihat kuda yang telah jatuh karena keletihan, dan kemudian melihat Fu Hong Xue.

Fu Hong Xue terbaring membungkuk di atas tanah, seluruh tubuhnya bergetar dengan tak henti-hentinya. Kelihatannya dia tidak mendengar derap suara kuda yang mendekati nya sama sekali, juga dia tidak memperhatikan gadis itu turun dari kudanya dan berja lan kearahanya. Dia berusaha menahan rasa sakit yang amat sangat ini, dia berusaha bertahan terh adap siksaan yang tidak pernah terbayangkan seperti ini. Di bawah cahaya bintang, wajahnya terlihat lebih pucat dari kertas. Darah yang b ercampur dengan air mata menetes turun dari wajah pucatnya. Ma Fang Ling akhirnya dapat melihat wajahnya dengan jelas, matanya melebar saat dia terkejut, Engkau? Dia teringat pemuda misterius ini, dia ingat telah meninggalkan bekas merah diwa jahnya oleh cemetinya. Fu Hong Xue akhirnya melihatnya juga, pandangan matanya terlihat bingung dan kac au balau, seperti seekor kuda liar di alam liar. Dia berusaha untuk berdiri, namun jatuh kembali, sepertinya ada tangan yang tidak terlihat mendorongnya ke bawah. Apakah engkau sakit? Ma Fang Ling bertanya sambil mengerutkan alisnya.

Fu Hong Xue menggertakan giginya, busa putih terlihat keluar dari ujung mulutnya seperti mulut seekor kuda yang mati. Dia benar-benar sakit. Penyakit yang menakutkan ini telah menyiksanya selama sepuluh tahun lebih. Pada saat dia di dorong hingga melewati batasnya dan dia tidak dapat lagi menahannya, penyakit nya muncul. Dia tidak pernah ingin terlihat saat sakit. Dia lebih baik mati, dia lebih baik tercebur ke dalam neraka, daripada seseorang melihatnya dalam keadaan sakit. Sekarang dia tidak da pat menyembunyikannya lagi. Dia menggigit bibirnya dan mulai memukul dirinya sendiri dengan sarung goloknya. Dia membenci dan memandang rendah dirinya sendiri. Mengapa surga mengutuk seorang ya ng kuat dan memiliki kebanggan seperti dirinya, dengan penyakit yang menakutkan sep erti ini? Betapa kejamnya hukuman ini? Ma Fang Lin mengenali penyakit ini, dia menghela napas dan berkata, Mengapa harus

menyakiti dirimu sendiri? Penyakit ini tidak membahayakan dirimu. Segera, penyak

it ini akan Tiba-tiba, Fu Hong Xue mengerahkan seluruh tenaga ditubuhnya dan mencabut golokn ya dan berteriak, Pergi, atau aku bunuh! Ini untuk pertama kalinya dia mencabut goloknya. Betapa golok yang hebat! Mata goloknya sangat cemerlang hingga dapat memantulkan wajahnya dengan jelas, mukanya yang berlumuran darah. Bayangan di mata goloknya dia terlihat gila dan t idak waras, dia terlihat haus darah dan buas. Ma Fang Ling secara spontan mundur dua langkah, dia terlihat terkejut dan ketaku tan. Dia ingin lari, namun anggota tubuh pemuda ini tiba-tiba mengejang, kemudian di jatu h lagi ke

atas tanah. Dia berjuang di atas tanah, dia terlihat seperti seekor kuda yang te rperosok di sungai yang membeku, sendirian, tanpa harapan dan tidak ada yang menolong. Golok tersebut tetap berada ditangannya, golok tersebut telah keluar dari sarung nya. Tiba-tiba dia memutar pergelangan tangannya dan menusukan goloknya ke pahanya. D arah menyembur sepanjang mata goloknya. Kejang-kejangnya perlahan-lahan dan sedikit d emi sedikit mulai berkurang. Namun seluruh tubuhnya masih bergetar, bergetar dengan kerasnya membuat dia harus menekukan tubuhnya sehingga seperti bola. Dia terlihat ketakut an seperti seorang anak kecil. Ketakutan dan kekuatiran dalam mata Ma Fang Ling berubah menjadi rasa kasihan da n simpati. Seorang anak betul-betul terkucil sendirian di padang yang dingin ini Dia tidak dapat menolong namun sedikit menghela napas.Dia berjalan mendekat dan memegang kepalanya dengan lembut, berbisik, Ini bukan salahmu, mengapa engkau menyiksa dirimu sendiri? Suaranya lembut dan hangat seperti suara seorang ibu yang penuh kasih sayang. Pe muda yang kesepian dan tanpa pertolongan ini membuat naluri keibuannya muncul. Air mata Fu Hong Xue mulai mengalir. Tidak peduli betapa kuat dan angkuhnya dia, dia tidak dapat menahan dirinya untuk tersentuh seperti pada saat-saat seperti itu. Aku salah. Aku seharusnya tidak pernah dilahirkan. Aku seharusnya tidak pernah ad a di dunia ini, Fu Hong Xue berseru. Suarnya dipenuhi dengan kesedihan dan keputusasaa n. Rasa sakit yang tajam menyentuh bagian dalam dada Ma Fang Ling. Rasa kasihan dan simpati dapat menusuk seperti jarum berulang kali. Dia tidak dapat menahan dirin ya dan memeluknya, memeluknya kedadanya, sesaat berkata dengan lembut, Jangan terlalu ke jam dengan dirimu sendiri, engkau akan segera lebih baik Dia tidak dapat menyelesaikan perkataannya karena air matanya mulai jatuh juga. Angin bertiup melolong, padang luas melolong. Padang rerumputan luas yang mengel ilingi mereka seperti gelombang lautan luas yang bertepi. Dengan hanya kesalahan kecil, engkau dapat tertelan ke dalamnya. Namun emosi manusia lebih menakutkan dan lebih berba haya dari semua ombak dilautan? Fu Hong Xue mulai berhenti bergetar, namun napasnya semakin cepat. Ma Fang Ling mulai

merasakan hembusan napas hangat melalui pakaiannya. Dia merasa dadanya mulai ter asa semakin hangat. Rasa simpati dan pengertian yang amat sangat membuat dirinya lupa bahwa orang ya ng berada dipelukannya adalah seorang laki-laki. Perasaan itu merupakan kebaikan ya ng terbesar dari seseorang, namun perasaan itu dapat membuat orang lupa akan segala hal. Tapi saat ini, perasaan aneh mulai menjalar dihatinya. Perasaan yang sangat kuat yang hampir saja membuat dia mendorongnya, namun dia tidak mempunyai keberanian itu. Siapakah engkau? Fu Hong Xue tiba-tiba bertanya.

Nama keluargaku Ma dia berkata. Suaranya tiba-tiba terpotong, karena dia merasa napas pemuda ini tiba-tiba berhenti. Namun dia tidak mengerti kenapa bisa begitu . Karena

dia tidak pernah dapat membayangkan bahwa napsu untuk membalas dendam sangat kua t, bahkan lebih kuat dari pada kekuatan cinta. Karena cinta itu hangat dan lembut, seperti angin di musim semi. Sementara pemba lasan dendam tajam seperti mata pisau, yang dapat menusuk jiwamu hanya dengan sekali gerakan. Fu Hong Xue tidak bertanya lebih lanjut. Tiba-tiba dia memeluknya dengan kuat da n merobek pakaiannya. Perubahan ini sangat mendadak, dan juga sangat menakutkan. Ma Fan Ling benar-ben ar terkejut sehingga membuat dia tidak punya pikiran untuk melepaskan diri atau mel awan. Tangan Fu Hong Xue yang dingin menyelip ke atas tubuhnya dan menggenggam kehangatan, kelembutan buah dadanya Perasahaan yang aneh dan tidak biasa ini seperti pisau. Dan persahaan Ma Fang Li ng telah teriris-iris olehnya. Gelisah, ketakutan, rasa malu, rasa marah langsung bercamp ur aduk menjadi satu. Dia melompat bangun dan menampar wajah Fu Hong Xua. Dia tidak perduli rontaannya , namun tangannya masih memegangnya dengan kuat. Dia merasa sakit sekali hingga air matanya mulai jatuh, gadis itu mengepalkan ja rinya dan memukul hidungnya. Salah satu tangannya melepaskan gadis itu dan menangkap pukulannya. Payudaranya telah menyembul keluar dari bajunya dan terkena udara di ngin yang menggigit dan kencang. Matanya dipenuhi dengan gelegak darah sesaat dia melompat lagi ke atas gadis itu . Gadis itu menekuk lututnya dan berusaha menendangnya. Untuk suatu alasan, seorangnpun tida k ada yang berbicara, dan tidak seorangpun yang menangis. Menangis pada saat seperti i tu sangat tidak berguna. Keduanya bergulingan di atas tanah sepeti binatang, mencakar, mengiggit, mengoya k dan memukul satu yang lainnya. Tubuhnya menjadi semakin dan semakin terbuka. Gadis itu hampir pada batas kegilaannya saat dia melawan dan mencakar, namun kekuatannya perlahan-lahan melemah. Tiba-tiba dia menangis, Biarkan aku pergi, biarkan aku pergi kenapa engkau memperlakukanku seperti ini? Kenapa ? Di dalam benaknya dia tahu tidak seorangpun yang dapat menyelamatkannya, dan dia tahu dia tidak akan bisa lepas. Dia hanya b isa memohon ke surga.

Ini yang engkau inginkan. Aku tahu ini yang kau inginkan. Fu Hong Xue berbicara de ngan napas terengah-engah. Ma Fang Ling terlihat seperti sudah menyerah. Setelah mendengar kata-kata itu, g adis itu tiba-tiba mengumpulkan semua tenaganya dan menggigit keras bahunya. Seluruh tubu hnya bergetar karena rasa sakti, namun dia masih dapat mendorong gadis itu sepertinya dia akan mengambil nyawa gadis itu. Mulut gadis itu lepas dari bahunya, dipenuhi oleh darah dan daging

Gadis itu tiba-tiba berusaha untuk mendorong. Dia tidak dapat menahan lagi, bern apas dengan panjang. Aku mohon kepadamu, aku mohon, jangan lakukan ini. Dia memohon. Dia melihat gadis itu dengan penuh pertanyaan, Kenapa tidak? Siapa yang mengatakannya? Tiba-tiba terdengar suara. Aku yang mengatkannya! Suara itu sangat tenang. Benar-benar tenang. Saat mencapai taraf yang benar-benar ekstim, kadang-kadang rasa marah berubah me njadi ketenangan. Suara orang tersebut terdengar seperti pisau di kedua telinga Fu Hong Xue. Dia akhirnya menampakan diri, Ye Kai! oooOOOooo Bab 10. Membungkamkan Saksi Ye Kai berdiri dikegelapan di bawah cahaya bintang. Dia berdiri seperti patung, patung yang dingin. Ma Fang Ling memandangnya dan berjuang untuk bergerak ke arahnya. Dia jatuh ke d alam lengannya dan memegangnya dengan kuat. Dia mulai menangis dan meneteskan air mat a, suaranya bergetar dan terisak-isak, dia tidak dapat berbicara sepatah katapun. Ye Kai juga berdiam diri. Dalam situasi ini, kata-kata hiburan tidak ada artinya .Dia perlahanlahan melepaskan pakaian luarnya dan menyelimuti gadis itu. Pada saat itu, golok Fu Hong Xue telah kembali ke tangannya. Dia berbalik dan me ngibaskan kakinya dan menatap Ye Kai. Sangat sulit dikatakan apakah rasa malu atau rasa je ngkel yang terpancar dimatanya. Ye Kai bahkan tidak melihat kepadanya. Fu Hong Xue menggertakan giginya dan berkata, Aku akan membunuhmu.

Ye Kai masih tidak memberikan perhatian kepadanya. Fu Hong Xue tiba-tiba mengacu ngkan goloknya menggerakan ke arahnya. Meskipuan kakinya pincang dan masih berlumuran darah, sekali tubuhnya bergerak, dia terlihat secepat burung, seganas harimau. Tidak ada yang dapat membayangkan orang pincang dapat bergerak secepat itu. Tidak ada yang dapat membayangkan kecepatan dan kekuatan dibalik golok itu.

Golok itu melesat ke arah Ye Kai, namun dia masih tidak bergerak. Tepat saat gol ok tersebut akan mencapai Ye Kai, mendadak golok itu berhenti. Fu Hong Xue menatapnya, tanga n yang memegang golok tiba-tiba bergetar. Tiba-tiba dia berbalik, terjatuh dan mulai mu ntahmuntah. Ye Kai masih tidak melihat kepadanya, namun matanya dipenuhi dengan penuh penger tian dan rasa kasihan. Dia merasa simpati terhadap pemuda ini, tidak yang mengenal da n sedekat Fu Hong Xue selain dia. Karena dia pernah mengalami rasa sakti dan pende ritaan yang sama sebelumnya. Ma Fang Ling masih menangis, perlahan-lahan dia menepuk pundak gadis itu dan ber kata, Kamu kembalilah dulu. Kamu . kamu tidak menemaniku? Aku tidak dapat. Ma Fang Ling berkata.

Ye Kai menjawab. Ma Fang Ling bertanya.

Mengapa tidak dapat?

Aku harus tinggal disini. Ye Kai berkata. Ma Fang Ling mengunci giginya dan berkata, Jadi akupun tinggal juga :

Kamu harus kembali pulang. Tidurlah, dan lupakan apa yang telah terjadi disini ha ri ini. Saat kembali besok Ma Fang Ling menatapnya, wajahnya dipenuhi dengan harapan dan rasa rindu, datang dan jenguk aku besok. Tolong

Nampak terlihat ekspresi yang sangat tidak biasa di mata Ye Kai. Setelah beberap a saat dia perlahan-lahan menjawab, Jangan ragu. Ma Fang Ling memegang tangannya dengan kuat sementara air matanya telah mengalir kepipinya, Aku tidak akan menyalahkanmu meskipun kamu tidak muncul.: Mendadak dia berbalik, menutupi wajahnya dan berlari pergi. Isak tangisnya perlahan-lahan menghilang diterbangkan angin. Sesaat derap kaki k udanya menghilang dikejauhan, semuanya kembali menjadi sunyi senyap. Dataran ini seperti penggorengan, api yang tidak terlihat di bawah, menyiksa set iap orang diatasnya. Fu Hong Xue masih muntah-muntah sementara tubuhnya membungkuk. Ye Kai menataphnya membisu, dan menunggunya hingga dia berhenti. Engkau dapat membunuhku sekarang. Ye Kai berkata.

Fu Hong Xue masih menundukan badannya, meloncat dengan golok ditangannya. Dengan satu tarikan napas dia telah berada di kejauhan hingga akhirnya berhenti. Darah dan air mata menetes dari wajahnya sesaat dia menengadah ke langit. Ye Kai mengikutinya dari belakang, dengan tenang bertanya, Kenapa engkau belum menyerang?

Tangan yang memegang golok mulai bergetar kembali. Fu Hong Xue tiba-tiba berbali k dan menatap Ye Kai, Apakah engkau harus memaksaku? Tidak ada seorangpun yang memaksamu, engkau yang memaksa dirimu sendiri. seperti pecut sehingga menimbulkan rasa sakit di tubuh Fu Hong Xue.

Ucapanya

Ye Kai perlahan-lahan melanjutkan, Aku tahu engkau hanya memerlukan pelampiasan u ntuk melepaskan rasa marahmu, namun sekarang perasaanmu sudah lebih ringan. Fu Hong Xue mengepalkan jarinya dan bertanya, Apa lagi yang engkau ketahui? Ye Kai tersenyum dan berkata, Aku juga tahu bahwa engkau tidak akan membunuhku, karena engkau tidak ingin membunuhku. Aku tidak ingin? Fu Hong Xue berkata. Orang yang ingin engkau lukai adalah dirimu sendiri, karena Ye Kai berkata. Pandangan mata Fu Hong Xue dipenuhi dengan rasa sakit, tiba-tiba dia berteriak, utup mulut! Ye Kai menghela napas dan tetap melanjutkan, Walaupun engkau berpikir bahwa engka u merasa bersalah dimasa lalu, namun sebenarnya itu bukan salahmu. Lalu siapa yang harus disalahkan? Fu Hong Xue berkata. Ye Kai menatapnya, Engkau seharusnya tahu ini salah siapa engkau pasti mengetahuinya. Pupil mata Fu Hong Xue bergerak, Sebenarnya siapakah engkau? Ye Kai tersenyum dan menjawab, Aku adalah aku. Nama marga ku Ye, nama panggilanku

Kai. Apakah nama margamu betul-betul Ye? Fu Hong Xue bertanya. Apakah nama margamu betul-betul Fu? Ye Kai menjawab. Kedua mata mereka melekat satu sama lain, keduanya seperti sedang mencoba membac a pikirannya satu sama lain, keduanya seperti sedang menggali rahasianya masing-ma sing. Namun Ye Kai tetap tenang dan mantap seperti biasanya. Fu Hong Xue terlihat tega ng seperti busur yang ditarik. Kemudian, kedunya mendengar suara paling aneh dan paling tidak biasa. Terdengar seperti suara kuku kuda menginjak-nginjak tanah yang lembek, atau tukang daging sedang memotong daging. Suara tersebut sangat lemah, namun malam tetap sunyi senyap, da n

keduanya dalam keadaan siaga. Angin berhembus ke arah mereka dari sana. Aku datang kesini bukan untuk mencari mu. Ye Kai tiba-tiba berseru. Siapa yang engkau cari? Fu Hong Xue berkata. Pembunuh Laba-laba Terbang. Ye Kai menjawab.

Engkau tahu, siapakah dia? Fu Hong Xue berkata. Aku tidak pasti, hal itu aku masih mencoba mencari tahu. Ye Kai berkata. Dia berbelok dan berjalan kedepan beberapa langkah, kemudian berhenti, sepertiny a sedang menunggu Fu Hong Xue. Setelah beberapa saat, Fu Hong Xue mengikutinya dari belak ang. Aku tahu kalau engkau mengikutiku. Ye Kai berkata sambil tersenyum. Kenapa begitu? Fu Hong Xue berkata. Karena semua yang terjadi disini berhubungan denganmu dengan suatu cara. menjawab. Fu Hong Xue menegang. Engkau tahu siapa aku? Engkau adalah engkau. Nama margamu Fu, dan nama panggilan mu Hong Xue. Ye Kai tersenyum. Angin kencang menerpa wajah mereka, suara aneh tersebut tidak terdengar lagi. Fu Hong Xue menutup bibirnya dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia mempertahankan kecepatannya mengikuti Ye Kai dari belakang. Kemampuan meringanka n tubuhnya sangat unik, sangat mahir, dan sangat enak untuk dilihat. Saat dia meng gunakan kemampuan ilmu meringankan tubuhnya, tidak ada seorangpun pernah mengira bahwa d ia seorang yang pincang. Ye Kai melihatnya dan berkata, Sepertinya engkau berlatih kungfu sejak dilahirkan . Dan engkau? Fu Hong Xue menjawab dengan dingin. Aku berbeda. Ye Kai berkata. Bagaimana engkau berbeda? Fu Hong Xue bertanya. Aku berbakat. Ye Kai menjawab. Orang yang berbakat biasanya mati muda. Fu Hong Xue berkata. Mati muda bukanlah suatu hal yang jelek. Ye Kai berkata. Pandangan pedih terlihat di mata Fu Hong Xue. Aku tidak boleh mati, aku tidak boleh mati pikirannya terus menerus berteriak. Tiba-tiba di mendengara Ye Kai berseru perlahan. Angin dipenuhi oleh bau daging dan darah. Cahaya bintang di atas menyinari sebuah mayat yang telah membusuk. Kehidu pan manusia di padang luas seperti ini menjadi seperti kuda dan domba, betul-betul t idak lebih baik. Terdapat lubang galian disebelah mayat itu. Lubang tersebut digali hingga dalam, dan kirakira tujuh atau delapan sekop tergeletak disebelahnya. Siapapunyang membunuhi orangorang ini pasti ingin menguburkan mayat mereka, tapi mungkin seseorang memergoki nya sehingga dia kabur.

Ye Kai

Siapa yang membunuh orang-orang ini? Tidak ada seorangpun yang tahu.

Tubuh tersebut adalah MuRong Ming Zhu dan ke delapan pendekar muda yang mengikutinya. Pedang MuRong Ming Zhu telah tercabut dari sarungnya, namun kesemb ilan lainnya nampaknya terbunuh sebelum mereka sempat mencabut pedangnya. Ye Kai menghela napas dan berkata, Gerakan yang sangat cepat. Teknik yang sangat mematikan. Hanya jago kosen yang memiliki kemampuan secepat dan mematikan seperti ini. Fu Hong Xue mengepalkan jarinya dan mulai bergetar kembali. Sepertinya dia antip ati terhadap darah, daging dan tubuh orang mati. Ye kai tidak ambil pusing. Dia tiba-tiba mengeluarkan secarik kain dengan kancing diatasnya. Kain tersebut ternyata sama dengan kain baju MuRong Ming Zhu. Kancingnya juga identik. Ye Kai menghela napas panjang dan berkata, Jadi memang benar-benar dia. Fu Hong Xue mengerutka keningnya dan terlihat kebingungan. Aku mengambil secarik kain dari tangan jenazah Laba-laba Terbang. Dia tidak ingin melepaskannya meskipun harus mati. Ye Kai menjelaskan. Kenapa begitu? Fu Hong Xue bertanya.

Karena MuRong Ming Zhu adalah salah seorang yang membunuhnya! Dia ingin mengataka n rahasia ini kepada seseorang. Ye Kai berkata. Kepadamu? Jadi engkau dapat membalaskan dendamnya? Fu Hong Xue berkata. Aku rasa dia tidak bermaksud mengatakannya kepadaku. Ye Kai berkata. Lalu kepada siapa dia berusaha mengatakan? Fu Hong Xue berkata. Ye Kai menghela napas dan menjawab, Aku berharap aku mengetahuinya. Kenapa MuRong Ming Zhu membunuh Laba-laba Terbang? Fu Hong Xue bertanya. Ye Kai mengangkat bahunya. Bagaimana dia bisa berakhir di dalam peti mati itu? Fu Hong Xue berkata. Ye Kai mengangkat bahunya lagi. Dan siapa yang membunuh MuRong Ming Zhu setelah itu? Fu Hong Xue berkata. Aku hanya tahu bahwa orang yang membunuh MuRong Ming Zhu berusaha untuk membungkamkannya. Ye Kai berkata. Membungkamkannya? Fu Hong Xue berkata. Karena orang tersebut tidak ingin orang lain tahu Laba-laba Terbang dibunuh oleh MuRong Ming Zhu. Orang tersebut juga tidak ingin orang lain menemukan MuRong Ming Zhu. e Kai berkata. Kenapa? Fu Hong Xue berkata. Y

Orang tersebut mungkin tidak ingin orang lain tahu hubungannya dengan MuRong Ming Zhu. Ye Kai menduga-duga.

Apakah engkau bisa menduga siapa yang melakukannya? Fu Hong Xue berkata. Ye Kai tiba-tiba membungkan dan terbenam dalam pikirannya. Setelah beberapa saat dia perlahan-lahan berkata, Apakah engkau tahu bahwa Yun Zai Tian berusaha mencarimu sore ini? Aku tidak tahu. Fu Hong Xue menjawab.

Dia berkata dia mencarimu, tapi saat dia melihat mu, dia tidak mengatkan sepatah katapun. Ye Kai berkata. Mungkin karena bukan aku yang dia cari! Fu Hong Xue berkata. Ye kAi menganggukan kepala dan menjawab, Benar, dia pasti mencari oran glain. Nam un siapa yang dia cari? Xiao Bie Li? Cui Nong? Bila dia berusaha mencari keduanya, kenapa dia harus berbohong? Angin kembali bertiup. Pasir kuning memenuhi langit, rumput liar menderu diterpa angin. Malam ini terlihat seperti batu giok yang ditutupi oleh berlian, berkilau dan ca ntik, sementara bumi terlihat suram dan murung. Angin berbisik seperti suara ringkik kuda, membuat dataran luas ini menjadi lebi h luas dan terpencil. Fu Hong Xue mulai berjalan dulu perlahan. Ye Kai mengikutinya dari belakang. Ten tu saja dia dapat mempercepat jalannya mendahului, tapi dia tidak lakukan. Terlihat keanehan pada jarah di antara mereka, seperti hubungan yang aneh pada keduanya. Titik kecil cahaya muncul dikejauhan. Hari mulai terang, kapan engkau akan membunuhku atau aku yang akan membunuhmu! Fu Hong Xue tiba-tiba berseru. Hari itu akan tiba? Ye Kai berkata.

Fu Hong Xue tidak memperdulikannya, dia berbalik dan berkata, Hari itu akan tiba lebih dekat.

Atau mungkin saja tidak akan pernah terjadi. Ye Kai berkata. Kenapa? Fu Hong Xue berkata. Ye Kai menghela napas sedih, matanya melekat pada kegelapan dikejauhan, dan perl ahan lahan berkata, Karena kita berdua mungkin mati oleh tangan kita!

Ma Fang Ling membenamkan kepalanya ke dalam bantal yang telah dibasahi oleh air matanya. Dia masih tidak dapat menenangkan perasaannya sampai sekarang. Cinta da n benci seperti dua kekuatan dan tangan yang bertenaga yang mencekiknya hingga mat i. Ye Kai, Fu Hong Xue. Mereka berdua adalah orang yang aneh dan unik. Padang rumput selalu sunyi dan sepi, namun sejak kedua orang ini datang, kejadia n aneh selalu datang silih berganti dengan kecepatan yang menakutkan. Tidak ada yang ta hu seberapa jauh hal itu sampai kepuncaknya. Hanya saja siapa mereka berdua? Untuk apa mereka datang? Malam itu, di tengah padang pasir, di bawah bintang di langit, dia meringkuk den gan eratnya di dalam pelukan lengan Ye Kai. Lengan Ye Kai terasa hangat dan manis, dia berse dia memberikan dirinya kepadanya, namun dia tidak meminta gadis itu. Saat gadis itu mengatakan padanya bahwa dia harus pergi, dia berharap dengan sepenuh hatinya ba hwa dia akan selalu berusaha menjaganya, bahkan bila dengan paksaan sekalipun, dia b etul-betul tidak akan menolaknya. Namun dengan mudah dia membiarkan dirinya pergi. Dia terl ihat licik dan jahat, tapi dia hanya membiarkannya pergi. Di malam yang lain, di bawah bintang yang sama, di tengah padang pasir yang sama , gadis itu berjumpa dengan seseorang yang seratus delapan puluh derajat berbeda. Dia ti dak pernah membayangkan bahwa Fu Hong Xue akan melakukan hal itu. Dia sepertinya ter lihat seperti anak kecil yang tertutup dan kesepian, namun mendadak berubah menjadi he wan yang buas. Hanya apa yang membuat hal itu terjadi? Dia merasa hatinya teriris-iris setiap kali dia memikirkan apa yang telah terjad i. Dia tidak pernah bertemu dengan kedua orang yang sangat aneh itu sebelumnya. Nam un yang anehnya pula, kedua orang ini menjadi orang-orang yang tidak dapat dia lupa kan. Dia tahu bahwa kedua orang ini telah mengubah kehidupannya melalui caranya masing-ma sing. Air matanya mulai mengalir lagi Suara langkah yang berat menggetarkan langit-langit kamarnya, dia tahu bahwa itu adalah langkah ayahnya. Kamar Ma Kong Qun berada tepat di atas kamar anak perempuannya. Biasanya dia mendatangi kamarnya setiap malam, namun untuk suatu alasan dia tela h melupakan hal itu selama dua hari ini. Kenyataannya, dia tidak tidur selama dua hari belakangan ini. Langkah yang berat itu berlanjut hingga pagi hari. Ma Fang Ling

dapat mengetahui bahwa ayahnya sedang dalam kesulitan dan masalah. Itu adalah bagian d ari dirinya yang tidak pernah diketahui oleh anak perempuannya selama ini. Dia juga merasakan kesulitan dan ketakutan yang sama juga di dalam hatinya. Dia ingin mendatangi ayahnya dan menghibur ayahnya, namun secara diam-diam dia juga berhar ap ayahnya mendatanginya untuk menghiburnya juga. Namun Ma Kong Qun selalu menjadi ayah yang keras. Meskipun dia sangat mencintai anak perempuannya, namun selalu a da jarak diantara keduanya. Dan bagaimana dengan Bibi Ketiga? Dimana dia selama dua hari terakhir? Ma Fan Li ng dengan tak bersuara turun dari tempat tidurnya, mengenakan pakaiannya, dan menyi sir rambutnya di depan cermin peraknya. Apakah aku harus menemui Bibi Ketiga? Atau haruskah aku ke kota lagi untuk menemuinya?

Dia tidak dapat mengambil keputusan, dia hanya menyadari bahwa dia tidak dapat b erdiam diri lagi dikamarnya lebih lama lagi. Banyak sekali hal yang ada dalam pikiranny a. Kemudian dia mendengar suara derap kuda yang datang dengan cepatnya dari peternakan. Hany a dari suara langkah kakinya, dia mengetahui bahwa kuda ini merupakan kuda yang langka. Pengendaranya pasti salah satu jago kosen di Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Bila buka n karena suatu yang amat sangat penting, tidak ada seorangpun yang berani mengganggunya m alammalam begini. Dia mengerutkan alisnya, kemudian mendengar suara ayahnya yang tegas. h menemukan mereka? Kami telah menemukan MuRong Ming Zhu. Itu adalah suara Yun Zai Tian. Kenapa engkau tidak membawanya kemari? Seseorang telah menemukannya lebih dahulu, Guru Hao telah menemukan mayatnya saat mencari-cari di daerah rerumputan, dia telah ditebas oleh golok yang kejam. Kebisuan yang mengerikan memenuhi seluruh ruangan. Kemudian, dia mendengar suara kibaran lengan baju saat mereka melompat keluar jendela. Kuda meringkik, kemudia n telah berlari pergi. Perasaan ngeri tiba-tiba memenuhi hati Ma Fang Ling. MuRong Ming Zhu telah mati. Dia telah melihat pemuda yang sombong, angkuh dan pakaian yang necis sebelumnya. Bar u saja kemaren dia terlihat penuh dengan semangat hidup, tapi malam ini dia telah berub ah menjadi mayat orang mati. Dan kedua pengendara kuda itu, mereka telah mengajarkan dia mengendarai kuda sej ak dia masih kecil. Siapa yang akan menjadi berikutnya? Ye Kai? Yun Zai Tian? GongSun Duan? Atau aya hnya? Awan kematian nampaknya mengikuti kepala mereka semua. Dia merasa dirinya mulai bergetar. Dia mendorong pintu dan berlari keluar. Lanta i kayu di koridor terasa sedingin es. Kamar Bibi Ketiga terletak agak jauh di sebelah kiri koridor. Dia mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Dia mengetuk lebih keras. Masih tidak ada jawaban dari dalam. Mengapa Bibi Ketiga tidak ada di kamarnya tengah malam seperti ini? Apalah tela

Dia berjalan keluar melalui pintu belakang. Halaman masih sunyi dan sepi. Tidak ada cahaya di dalam kamar Bibi Ketiga. Cahaya bintang menerangi ke bawah melalui jendelanya yang berwarna putih pucat. Dia mendorong dengan perlahan dan jendela tersebut terayun terbuka. Bibi Ketiga. Dia memanggil dengan perlahan.

Masih tidak ada jawaban. Tidak ada seorangpun di kamar itu. Selimut Bibi Ketiga tertumpuk di atas dua buah bantalnya yang besar. Angin berhembus melewati halaman. Ma Fang Ling bangkis karena kedinginan.

Mendadak dia menyadari bahwa tiap orang memiliki rahasia. Bahkan ayahnya sendiri . Dia mengetahui bahwa dia sama sekali tidak mengetahui masa lalu ayahnya. Dia tidak p ernah berani menanyakannya. Dia mengangkat kepalanya dan melihat lukisan besar di jendela. Kemudian dia mend engar suara tajam GongSun Duan, Balik ke kamarmu. Dia takut berbalik melihatnya. Hampir semua orang di Gedung Sepuluh Ribu Kuda me rasat takut oleh GongSun Duan. Dia melipat lengan bajunya, menurunkan kepalanya, dan b erlari kembali ke kamarnya. Hampir sepertinya dia mendengar GongSun Duan tertawa dingin di jendela Bibi Ketiga. Dia mendorong pintu kamarnya, detak jantungnya masih berdegup. Suara derap kaki kuda terdengar memantul dari luar sekali lagi dan dengan cepat mulai mendekat. Dia me lompat ke tempat tidurnya dan menarik selimutnya menutupi kepalanya. Tubuhnya mulai berget ar tidak terkontrol, karena dia menyadari tragedi yang lebih besar akan datang. Dia sungg uhsungguh tidak ingin melihat atau mendengar hal itu lagi. aku seharusnya tidak pernah dilahirkan. Aku seharusnya tidak pernah ada di dunia ini. Saat dia teringat perkataan Fu Hong Xue, air mata mulai mengalir ke bawah ke pip inya. Dia tidak tahan lagi bertanya pada dirinya sendiri, Kenapa aku dilahirkan disini Kenapa aku telah dilahirkan?

Bantal Fu Hong Xue pun telah basah, namun telah tidur dengan nyenyak. Saat bangun, tidak ada lagi air mata. Dia telah bersumpah pada dirinya sendiri b ahwa tidak akan pernah meneteskan air mata lagi. Sebenarnya, air mata mengalir ke bawah saa t dia tertidur. Karena hanya di dalam mimpinya bahwa dia menyadari telah keluar melenc eng dari usaha balas dendam, mengingatkannya kembali bahwa yang telah dia lakukan hari in i benarbenar amat sangat memalukan. Balas dendam adalah salah satu sifat tertua manusia, mungkin sama tuanya dengan peristiwa kehidupan dan kelahiran. Hal itu sesungguhnya tidak berharga untuk dit erima, namun hampir disemua peristiwa hal tersebut dimuliakan. Hari ini dia harus meneg askan kemuliaan tersebut. Dia menangis dalam tidurnya, dalam mimpinya, di dalam mimpi buruknya. Dia meliha t darah

ibunya dan ayahnya bertebaran, ditengah-tengah kemarahan dalam berjuang di tenga h salju. Mereka memanggilnya, memohon kepadanya untuk membalaskan kematian mereka. Kemudian, tiba-tiba dia merasakan sepasang tangan yang sedingin es menekan bagia n belakang tubuhnya. Dia ingin melompat keluar, namun kedua tangan tersebut dengan lembu memeluknya dengan erat. Suara yang lembut dan manis membisik di telinganya, Engka u keringatan. Seluruh tubunya mendadak membeku kaku dia akhirnya datang. Jendela dan goreden ditutup. Ruangan menjadi gelap seperti kuburan. Kenapa dia selalu nampak dari ke gelapan, kemudian perlahan-lahan menghilang? Dia bergerak memutar dan ingin duduk. Namun tangan wanita itu menahannya turun!

Apa yang engkau ingin lakukan? Menyalakan lampu. Tidak boleh. Kenapa tidak boleh? Aku tidak dapat melihatmu? Tidak boleh. Dia merendahkan tubuhnya dan menekannya kedadanya. Tapi aku hanya dapat mengatakan bahwa aku betul-betul bukan orang yang menarik, engkatu tidak mengetahuinya? Kenapa aku tidak dapat melihatmu? Karena bila engkau mengetahui aku, dan melihat aku ditempat lain, reaksimu dan perlakuanmu padaku akan berubah. Kami tidak boleh membiarkan siapapun tahu menge nai kita berdua. Tapi Saat semuanya telah berakhir, aku akan membiarkan engkau menatapku sesukamu. Dia tidak berkata-kata lagi, tangannya mulai melucuti pakaiannya. Tangan wanita itu menghentikannya. Jangan membuat kusut Kenapa tidak Aku masih harus kembali. Aku mengatakannya kepadamu sebelumnya, aku tidak boleh membiarkan siapapun mengetahui mengenai kita berdua. Wanita itu tersenyum dingin. Dia mengetahui bahwa bila seorang pria mengalami si tuasi seperti ini, mereka akan merasa amat sangat sulit dan tidak enak. Aku telah berada disini lebih dari tujuh tahun, menahan rasa sakit, penderitaan y ang keras dan tidak terbayangkan. Untuk apa semua itu? suaranya menjadi semakin dan semakin

tegang, Ini semua untuk menunggu kembalinya engkau, untuk melakukan pembalasan! Tidak ada lagi arti di dalam hidup kita. Aku tidak pernah melupakan hal itu, aku juga yakin engkaupun tidak pernah melupakan hal itu. Seluruh tubuh Fu Hong Xue mendadak menjadi dingin dankaku. Keringat dingin memba sahi seluruh tempat tidur. Dia bukan datang untuk keseangan. Dia memberikan dirinya kepadanya karena dia be rhasrat untuk membalas dendam! Engkau harus tahu betapa menakutkannya orang seperti Ma Kong Qun. Tambahan lagi d

ia banyak orang yang membantunya. Dia menghela napas dengan pelan, Bila serangan kita tidak berhasil, aku takut kesempatan lainnya tidak akan ada lagi.

Dia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan, ian, ketiga orang itu tidak terlalu menakutkan.

GongSun Duan, Hua Men Tian, Yun Zai t

Siapa yang engkau khawatirkan lagi? Mereka belum lagi memperlihatkan diri mereka, hingga saat ini aku balum dapat men ebak siapakah mereka. Mungkin disana tidak ada orang lain lagi. Ayahmu dan paman keduamu merupakan pendekar yang besar.Hanya Ma Kong Qund dan GongSun Duan berdua tidak akan pernah dapat mengalahkan mereka. Sebagai tambahan , istri meraka pun pendekar wanit yang besar pula Saat dia sampai pada hal itu, suaranya tersedak ditenggorokannya. Setelah beberapa saat, dia melanjutkan, Setelah kematian ayah dan pamanmu, banyak

orang heran siapakah sebenarnya yang dapat membunuh mereka. Tentu saja tidak ada seorangpun yang mencurigai Ma Kong Qun manusia bermuka dua! Suaranya dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian. Namun selain Ma Kong Qun, ada lagi yang lainnya. Aku datang kesini untuk menyelid iki hal itu. Hingga saat ini aku belum pernah melihatnya melakukan hubungan dengan jagoa n kosen lainnya di dunia persilatan. Dia sendiri tentu saja selalu menutup bibirnya rapa t-rapat dan tidak pernah berbicara mengenai kejadian itu. Bila engkau tidak dapat menemukan sesuatu selama tujuh tahun ini, bagaimana kita bisa mengetahui sesuatu saat ini? Paling tidak pasti akan ada kesempatan. Kesempatan apa? Saat ini dia dalam tekanan. Saat tekanan tersebut menjadi sangat tinggi dan dia m erasa tidak memiliki cara lain, dia pasti akan menghubungi orang lainnya untuk meminta pertolongan. Siapa yang menekannya? Wanita itu tidak menjawab namun malah bertanya, a belas orang itu pada malam itu? Bukan. Apakah engkau yang membunuh ketig

Bagaimana dengan kuda-kuda. Bukan. Bila bukan engkau, lalu siapa? Aku juga bingung tentang hal itu. Engkau tidak dapat menduga siapa itu?

Ye Kai? Dia sungguh-sungguh misterius. Aku yakin dia datang karena suatu alasan, namun or angorang tersebut bukan dibunuh olehnya. Oh? Aku tahu siapa yang bersamanya saat kejadian malam itu. Karena sangat gelap di kamar, tidak ada seorangpun yang dapat menduga ekspresi w ajah Fu Hong Xue ekspresi wajahnya sangat tidak biasa. Kemudian, terdengar suara kertak di atap. Ekspersi wajahnya berubah saat wanita itu menginstruksikan, ni, apapun yang terjadi, jangan pergi. Diam di dalam kamar i

Setelah perkataan itu diucapkan, dia mendorong jendela dan melompat keluar. Yang dapat dilihat oleh Fu Hong Xue adalah bayangan tubuh seorang yang tinggi dan ramping. Dalam sekejap mata, wanita tersebut telah menghilang dari pandangan mata. Disana terdapat empat orang pemabuk, keempatnya adalah pegawai senior dari Gedun g Sepuluh Ribu Kuda. Mereka tidak bermaksud untuk mabuk, namun untuk suatu alasan tertentu malam ini mereka menjadi mudah sekali mabuk. Melihat ketiga belas teman mereka mendadak mati, menyaksikan kejadian buruk dan tragedi yang datang silih berganti , bagaiman mereka tidak mabuk? Saat keempat orang tersebut jatuh, Ye Kai keluar dari salah satu pintu di belaka ng. Dia tiba disini lebih dulu namun menunggu beberapa saat untuk menenangkan dirinya. Saat seseorang minum terlalu banyak arak, orang tersebut harus menenangkan dirinya le bih sering. Namun untuk suatu alasan, kelihatannya dia melakukannya kelewat lama. Sesaat dia memasuki ruangan, dia melihat Xiao Bie Li memperhatikannya dari sudut matanya, jadi dia berjalan lewat. Seseorang menginginkan aku memberikan sesuatu kepadamu. senyum yang aneh diwajahnya. Cui Nong? Ye Kai mengedipkan matanya. Xiao Bie Li mengerdipkan matanya juga dan menjawab, Apakah engkau selalu pintar se perti ini? Sayangnya, aku selalu menjadi idiot saat berada dihadapan seorang wanita yang aku sukai. Ye Kai berkata sambil tersenyum. Dia mengambil lipatan kertas dari tangan Xiao B Xiao Bie Li berkata dengan

ie Li. Pada kertas berwarna ungu terang tersebut terdapat tulisan yang berbunyi, engaku telah memberikan hiasan bunga mutiara kepada orang lain? Apakah

Ye Kai menepuk hiasan bunga mutiara di kerah bajunya, dia terlihat sedikit kikuk . Xiao Bie Li melihat kepadanya dan menghela napas, Bila aku dua puluh tahun lebih muda, aku pasti akan berkelahi memperebutkannya denganmu.

Tidak perduli seberapa tua, engaku jelas bukan seorang yang mau berkelahi untuk s eorang wanita. Ye Kai berkata sambil tersenyum. Engkau salah. Xiao Bie Li berkata. Oh? Ye Kai berkata. Tahukah engkau bagaimana aku kehilangan kedua kakiku? Xiao Bie Li bertanya. Memperebutkan wanita? Ye Kai menjawab. Saat aku menyadari bahwa wanita tersebut bukan apa-apa namun hanya seorang pelacu r, semua itu sudah terlambat, Xiao Bie Li tersenyum getir. Suaranya menjadi tegas kembali dan melanjutkan, Namun dia betul-betul bukan tipe w anita seperti itu. Dia mungkin lebih cantik dari wanita manapun yang pernah dilihat. M eskipun dia bekerja disini untukku, dia tidak pernah menghianati dirinya. Jadi apakah yang dia jual? Ye Kai bertanya. Yang dia jual adalah penyakit seorang laki-laki yang dia tidak pernah peroleh. o Bie Li menjawab. Dibalik pintu kedua terdapat koridor yang luas. Disana terdapat meja-meja dan ku rsi-kursi yang terjejer dimasing-masing sisi. Di ujung koridor terdapat pintu lainnya. Saa t tidak ada jawaban, kamu harus duduk dan menunggu. Ye Kai mengetuk pintu. Setelah beberapa saat, terdengar suara bertanya, Siapakah itu? Tamu. Majikan wanitaku tidak ingin bertemu tamu hari ini. Apakah dia bersedia bertemu dengan tamu yang kan menendang pintu kamarnya? Xia

Ye Kai

berkata. Tawa cekikian terdengar dari dalam, Itu pasti Tuan Muda Ye. Gadis dengan mata lebar membuka pintu sambil tersenyum, Betul Tuan Muda Ye. Apakah aku satu-satunya tamu disini yang suka menendang pintu? Ye Kai berkata samb il tersenyum. Mata gadis itu menari-nari saat dia merapatkan bibisnya dan menjawab, lagi. Siapa? Kedelai yang biasa kita gunakan untuk membawa barang-barang kita. ooOOOoo

Ada seorang

Bab 11. Bisikan Di Tengah Malam Pohon bambu tumbuh dengan rindangnya di sebuah halaman yang kecil. Seorang wanit a dengan selendang tipis dan tanpa make up duduk di jendela, tangannya menopang da gunya, menatapnya dengan tatapan kasih sayang. Boleh dikatakan wanita tersebut bukan wanita yang sangat sangat cantik, namun di a memiliki mata yang seperti berbicara saat memandang, dan mulut yang jenaka dan p andai ketika berbicara. Meskipun dia hanya duduk diam, namun kamu dapat merasakan aura yang memabukan mengelilinginya. Wanita tersebut sungguh-sungguh unik dibandingkan den gan kebanyakan wanita kamu pernah lihat. Hanya dengan berbicara dengannya, maka sudah cukup memuaskan laki-laki manapun. Dalam usahanya untuk merayunya, banyak sekali pria yang datang kepadanya tampil seperti bangsawan, terlihat kaya, lembut dan berpendidikan. Namun saat Ye Kai berjalan melewati pintu, dia berjalan langsung ke arah tempat tidurnya dan berbaring. Dia bahkan tidak perduli dengan sepatunya. Kedua lubang raksasa y ang terdapat pada telapak kakinya menghadap ke langit-langit. Cui Nong bermain-main mengerut-ngerutkan alisnya dan berkata, au membeli sepatu yang baru? Tidak. Ye Kai menjawab. Tidak dapatkah engk

Kenapa tidak? Cui Nong berkata. Karena sepasang sepatu ini melindungiku. Mereka melindungimu? Cui Nong berkata. Ye Kai berkata.

Ye Kai mengangkat kakinya dan menunjuk pada celahan disepatunya, Apakah engkau melihat lubang-lubang ini? Mereka menggigit orang. Siapapun yang bermaksud buruk padaku akan digigitnya. Cui Nong tergelak-gelak tertawa. Dia berdiri dan berjalan ke arahnya, ihat, apakah mereka menggigitku. Ye Kai meraihnya dan berkata, Aku ingin l

Mereka takut menggigitmu, namun aku tidak takut.

Cui Nong merengek lembut dan menjatuhkan dirinya didadanya. Pintu belum tertutup. Namun, meski tertutup pun, mereka tidak dapat mencegah pembicaraan romantis mereka terdengar keluar kamar. Gadis pelayan muda tersebut memerah. Dia melihat sekilas ke mereka dari jauh, da

n diamdiam berusaha melihat dari dekat. Burung penyanyi emas yang tidur di pinggir atap terjaga dan mulai berkicau denga n tak putus-putus.

Batu giok hijau yang tebal, di tengah musim semi yang indah. Sebuah bayangan bergerak mengindap-indap di tengah malam yang gelap di atas atap , dari bawah sinar matahari terlihat tubuhnya yang ramping. Wajahnya ditutupi dengan ka in yang tipis. Wanita itu sedang mengejar seseorang disana dan melihat bayangan melesat di atas atap. Namun saat dia mencapai ke atas puncak atap, tidak terlihat seorangpun disana. Dia tahu apa yang berada di bawahnya, namun dia tidak bisa turun tersebut bukan tempat untuk wanita. karena tempat

Siapakah dia? Kenapa seseorang berusaha mencuri dengan pembicaraan? Apakah yang sebenarnya dia dengar? pikirannya terus menerus mempertanyakan hal ini. Bila sese orang melihat ekspresi wajahnya, mereka pasti melihat bahwa dia terkejut dan ketakutan . Dia tidak dapat membiarkan rahasinya diketahui. Betul-betul tidak boleh diketahu i siapapun. Dia berpikir pada dirinya sementara waktu, kemudian akhirnya dia menggertakan gi ginya dan meloncat ke bawah. Dia memutuskan untuk mengambil resiko tersebut. Dalam hidupnya, dia telah melihat tidak terhitung banyaknya ekspresi wajah yang aneh sebelumnya. Namun saat melihat seorang wanita berjalan memasuki rumah bordil, ek spresi wajah terkejut terlihat di wajah para laki-laki tersebut. Mata setiap orang mele bar, sepertinya mereka baru saja melihat seekor domba memasuki sarang serigala. Bagi serigala, h al ini mungkin bukan suatu tantangan, namun lebih dirasakan sebagai gangguan. Tidak ada seorangpun yang mengerti kenapa seorang wanita keluyuhan kemari. Juga tidak ada seorangpun yang menyangkal bahwa wanita tersebut sungguh-sungguh cantik. Seorang laki-laki mabuk berusaha membuka matanya lebar-lebar. Dia adalah pendata ng dari luar kota yang mau membeli ternak, jadi dia tidak mengetahi siapa wanita ini. Tu buhnya bergoyang-goyang maju mundur saat berdiri dan berusaha berjalan ke arah wanita t ersebut. Namun seseorang yang duduk disebelahnya menahannya untuk kembali. Jangan pernah berpikir itu. Kenapa tidak? Dia telah memiliki seorang pria. Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Keempat kata-kata tersebut terlihat memiliki bobot yang tak terlihat, sesaat diu

capkan, suasana di ruangan tersebut terasa seperti sebuah bola yang mengempis. Bibi Ketiga mengangkat kepalanya dan berjalan dengan tersenyum, berpura-pura tid ak mendengar gumaman-gumaman di ruangan tersebut, berpura-pura melihat ke arah yang berbeda. Namun kenyataannya, memang dipikirannya seperti itu. Saat beberapa pria menatapnya, dia merasakan seperti ditelanjangi. Untungnya, Xiao Bie Li akhirnya memanggilnya, Nyonya Ketiga Shen apa yang kamu lakukan disini? Sungguh-sungguh jarang hal ini terjadi.

Wanita itu segera berjalan kearahnya dan menjawab, iterima

Tuan Xiao, apakah aku tidak d

datang ke sini? Xiao Bie Li menghela napas dan berkata, Hanya karena aku tidak dapat berdiri untu k memberikan penghormatan yang layak padamu. Aku datang untuk mencari seseorang. Aku? Dia berkata.

Xiao Bie Li menjawab sambil berkedip-kedip. Bila aku datang mencarimu, aku sudah da

Nyonya Ketiga Shen tersenyum dan berkata, tang saat tidak ada seorangpun di sini.

Jadi aku akan menunggu, karena aku tidak perlu lagi khawatir seseorang akan mereb ut kakiku lagi. Keduanya tersenyum. Mereka tahu bahwa mereka berdua adalah rubah tua yang licin dan licik. Apakah Cui Nong disini? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Ya, apakah engkau mencari dia? Xiao Bie Li berkata. Mmm. Dia menjawab. Xiao Bie Li menghela napas dan berkata, Kenapa setiap orang, baik laki-laki maupu n perempuan, selalu datang kemari untuk mencarinya? Aku tidak dapat tidur jadi aku ingin ngobrol dengannya sebentar. Nyonya Ketiga She n menjawab. Sayang sekali engkau terlambat kesini. Xiao Bie Li berkata. Nyonya Ketiga Shen mengerutkan keningnya dan berkata, Jangan katakan bahwa tamuny a bermalam dikamarnya? Dia seorang tamu yang spesial. Seberapa spesial? Terutama dia miskin. Nyonya Ketiga Shen tertawa dan berkata, ng miskin menemaninya? Aku ingin menghentikannya, namun aku sama sekali bukan tandingannya, dan aku tida k

Dia tidak akan membiarkan seorang tamu ya

dapat berlari secepatnya juga. Xiao Bie Li menjawab. Mata Nyonya Ketiga Shen berputar-putar, Siapa di dunia ini yang dapat menipum? Engkau sedang tidak berbohong kepadaku? Xiao Bie Li menjawab.

Siapakah tamunya? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Ye Kai, Xiao Bie Li berkata.

Mata Nyonya Ketiga Shen terbelalak,

Ye Kai.

Engkau mungkin tidak mengenalnya. Namun dia baru saja dua hari disini dan hanya s edikit saja orang yang tidak mengenal namanya. Xiao Bie Li berkata. Senyum muncul di wajah Nyonya Ketiga Shen, namun tatapan yang tajam tiba-tiba te rlihat diwajahnya. Perlahan-lahan, pandangannya berubah menjadi tenang. Tiba-tiba, BBRRAKKK, pintu terayun terbuka, dan seseorang dengan langkah yang le bar berjalan masuk. Orang yang besar! Tangan GongSun Duan mengenggam dengan eratnya pada goloknya. Xiao Bie Li menghela napas dan berseu, Semuanya yang tidak seharusnya datang, tel ah tiba. Semuanya yang seharusnya sudah datang, telah menunjukan diri. Dia mengambil salah satu kartunya dari atas meja, kemudian perlahan-lahan meleta kannya kembali. Menggelengkan kepalanya, dia berkata, Sepertinya akan timbul badar besok . Bila engkau tidak ada keperluan, sebaiknya tinggal di rumah saja. Kemari! GongSun Duan berteriak dengan marah. kepada siapa engkau berbicara

Nyonya Ketiga Shen mengiggit bibirnya dan menjawab, ? Engkau! GongSun Duan membentak.

Pedagang daging tersebut tiba-tiba melompat ke depan. Orang-orang yang berdiri disebelahnya terlambat untuk menghentikannya. Dia telah berada di depdan GongSun Duan. Dengan kedua jarinya dia menunjuk ke arah hidung GongSun Duan, dia menghardik, Jangan berteriak seperti itu kepada seorang wanita! Apakah engkau tidak memiliki sopan santun? Hati-hati aku tidak Sebelum dia menghentikan perkataannya, punggung tangan GongSun Duan telah menamp ar wajahnya. Tukang daging ini sebenarnya juga orang yang berbadan besar, namun ora ng yang memiliki berat beberapa ratus kilo tersebut telah terbang melayang ke udara dengan sekali pukulan dari GongSun Duan. Tukang daging itu hinggap ke atas dua meja dan membentur dinding. Saat dia berusaha berdiri, mulutnya telah dipenuhi oleh darah , dan kepalanya telah berlumuran darah bahkan darahnya pun berbau arak. GongSun Duan tidak melihatnya, matanya terfokus pada Nyonya Ketiga Shen dengan t egar dia memerintah, Datang kesini. Kali ini, Nyonya Ketiga Shen tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia merendah kep alanya dan berlahan-lahan berjalan ke arahnya. GongSun Duan berjalan ke luar dan Nyonya

Ketiga Shen mengikutinya dari belakang. Dia melangkah dengan lebar, Nyonya Ketiga Shen kelihatan berusahan keras untuk mengikutinya. Saat langkahnya belum lagi mencapa i tiga puluh kaki, nampaknya dia baru saja melangkah sepanjang tiga kaki. Saat itu malam telah larut. Lumpur di jalan yang panjang tersebut masih lengket dan basah. Angin bertiup di atas padang rerunputan. Angin yang dingin dan membuat beku.

GongSun Duan melangkah ke arah jalan, tanpa menoleh sekalipun. Tiba-tiba dia ber kata, Kenapa tiba-tiba engkau pergi? Paras wajah Nyonya Ketiga Shen memucat dan dia menjawab, penjara. Aku dapat pergi kemanapun aku mau.

Aku bukan berada di

Aku bertanya lagi, kenapa engkau pergi? GongSun Duan perlahan-lahan mengulangi pertanyaannya. Meskipun dia berbicara perlahan, namun setiap kata yang diucapkan memberikan arti yang garang. Nyonya Ketiga Shen menggigit bibirnya sejenak dan akhirnya menjawab, ntuk mencari seseorang. Siapa? GongSun Duan berkata. Aku keluar u

Apakah itu menjadi urusanmu? Nyonya Ketiga Shen berkata. Urusan Ma Kong Qun adalah urusanku. Tidak boleh ada seorangpun yang berbuat salah kepadanya. GongSun Duan berkata. Kapan aku berbuat salah kepadanya? Nyonya Ketiga Shen berkata. Baru saja! GongSun Duan berteriak. Nyonya Ketiga Shen menghela napas dan berkata, Baru saja aku mencari temanku untu k ngobrol, apa yang salah mengenai hal itu? Jangan lupa, aku adalah seorang wanita . Dan wanita sangat menyukai ngobrol gosip dengan sesamanya. Siapa yang engkau cari? GongSun Duan bertanya. Nona Cui Nong. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Dia bukan seorang wanita, dia seorang pelacur. GongSun Duan tersenyum dingin. Pelacur? Kenapa engkau berkata seperti itu kepadanya? Bukankah dia pernah bertemu denganmu? Nyonya Ketiga Shen menjawab dingin.

GongSun Duan mendadak berbalik dan meninju perutnya. Dia tidak berusaha menghind ar maupun menangkis. Tubuh terjerembab ke belakang sejauh tujuh hingga delapan kaki . Wanita tersebut muntah-muntah mengeluarkan seluruh cairan lambungnya yang pahit dan asam saat terjatuh. GonSun Duan melompat kearahnya, menjambak rambutnya, dan menariknya kekakinya. Aku tahu engkau juga pelacur, tapi engkau pelacur yang sudah tidak dapat menjual tubuhmu lagi.

Nyonya Ketiga Shen menggertakan giginya, mencoba menahan rasa sakit. Namun dia t idak dapat menahan keluar air matanya yang mengalir kepipinya. Apa apa yang hendak engkau lakukan? Suaranya bergetar. Aku mau menanyakan satu pertanyaan kepadamu, dan engkau harus menjawabnya, mengerti? GongSun Duan berkata. Nyonya Ketiga Shen menutup mulutnya dan tidak menjawab.

Lengan GongSun Duan yang besar kembali memukul pinggangnya. Seluruh tubuh wanita tersebut bergetar karena rasa sakit. Air matanya mengalir seperti sungai. GongSun Duan menatapnya kembali dan berkata, Engkau mengerti? Setelah air mata yang mengucur diwajahnya semakin deras, akhirnya Nyonya Ketiga Shen menganggukan kepalanya. Kapan engkau pergi keluar? GongSun Duan berkata. Baru saja. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Engkau datang kesini sesaat engkau pergi ? GongSun Duan bertanya. Engkau dapat masuk ke dalam dan menanyakan ke orang-orang di dalam sendiri.

Nyonya

Ketiga Shen berkata. Dan engkau bertemu pelacur itu? GongSun Duan berkata. Tidak. Nyonya Ketiga Shen berkata. Kenapa tidak? GongSun Duan bertanya. Dia sedang ada tamu. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Engkau tidak bertemu dengan orang lainnya? Engkau tidak pergi ke tempat lain? Gong Sun Duan bertanya kembali. Tidak. Nyonya Ketiga Shen berkata. Tidak? GongSun Duan bertanya. Tiba-tiba dia mendorong dan membenturkan wanita tersebut dengan tangannya yang l ain. Saat dia membenturkan wanita tersebut, terdengar suara aneh saat tubuh wanita te rsebut membentur lantai. Sepertinya laki-laki itu menikmati suara yang timbul tersebut. Nyonya Ketiga Shen tidak tahan lagi dan mulai menjerit, kemana-mana, sungguh-sungguh tidak GongSun Duan menatapnya, matanya dipenuhi dengan hawa pembunuhan, jari-jarinya mengepal dengan kerasnya. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba menerkamnya dan merangkulkan lengannya ke laki-laki tersebut dan menjerit, Bila engkau menikmati memukuliku, pukul saja aku sampai ma ti pukul saja sampai mati Wanita tersebut mencekikan tangannya ke leher pria itu dan kakinya menjepit ping gangnya. Perasaan aneh tiba-tiba mengalir ke seluruh tubuh GongSun Duan, dia tidak dapat Aku sungguh-sungguh tidak

menahannya. Tiba-tiba wanita itu menurunkan tangannya kebahunya, dan meraung kesakitan, ahu Aku t

engkau sangat menikmati memukuliku, pukul saja, pukul saja aku. Tubuh wanita dan kaki wanita tersebut melilit ditubuhnya dengan erat. Dia bernap as terengah-engah tepat di telinganya di atas lehernya.

Napasnya tiba-tiba semakin keras dan kasar. Tidak perlu risau bila engkau mau memukuliku sampai mati, aku tidak akan pernah memberitahukan siapapun. Nyonya Ketiga Shen merintih. GongSun Duan mulai gemetaran. Tidak ada seorangpun yang dapat menduga bahwa seseorang sepertinya juga bisa gemetaran. Tidak juga pernah ada yang mengira-ngi ra seperti apa bila orang sebesar dan segagah dia bila gemetaran. Bila kamu menyaks ikannya, kamu pasti mengira seperti melihat suatu yang lucu. Namun, bila dilihat lebih la ma maka menjadi mengerikan, betul-betul mengerikan. Rasa sakit terlihat di seluruh wajahnya, karena dia tahu bahwa dia pun memiliki napsu yang bersembunyi di dalam dirinya. Tiba-tiba, dia memukulkan kepalan tangannya ke per ut wanita itu. Tubuh wanita tersebut kembali bergetar dan mengejang. Pegangannya melemah s aat dia mulai jatu ke atas jalan yang ditutupi oleh lumpur. GongSun Duan mengepalkan jarinya, menatapnya, kemudian mengerenyitkan mukanya. D ia melangkah berjalan kudanya. Orang yang dia benci bukanlah wanita ini, tapi dirin ya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri karena tidak dapat menahan dirinya terhadap godaan yang dia takuti. Nyonya Ketiga Shen menyeka air matanya hingga kering. Tangan GongSun Duan sepert i tanduk banteng, kemanapun dia memukul betul-betul terasa hingga ke tulang. Sebel um besok pagi, memar-memar di tubuhnya pasti akan berubah menjadi bengkak dan mengh ijau. Namun, dia tidak merasa benci maupun khawatir, karena dia tahu bahwa GongSun Dua n pasti tidak akan mengatakan kesiapapun apa yang telah terjadi. Dari semua itu, d ia tidak ingin Ma Kong Qun tahu bahwa dia telah pergi keluar malam ini. Sekarang, hanya ada seorang yang telah mengetahui rahasianya, orang tersebut men gintip dan mencuri dengar yang telah terjadi di bawah. Apakah dia Ye Kai? Dia hanya berharap orang tersebut Ye Kai. Karena biasanya orang-orang yang memil iki rahasia jarang sekali membuka rahasinya ke sesamanya. Dia merasa yakin bahwa dia dapat melakukan perjanjian dengan Ye Kai. Engkau betul-betul Ye Kai? Memangnya kenapa kalau aku bukan Ye Kai?

Orang seperti apa sih Ye Kai itu? Dia seorang laki-laki, sangat miskin namun sangat pintar, dan dia memiliki carany a tersendiri saat membuat perjanjian dengan seorang wanita. Berapa banyak wanita yang engkau miliki sebelumnya? Coba tebak! Wanita seperti apakah mereka?

Tidak ada seorangpun yang baik, namun tidak ada soerangpun yang memperlakukan aku dengan buruk. Dimanakah mereka semua sekarang? Tentu saja mereka ada dimana-mana. Satu hal yang paling aku benci di dalam hidup adalah tidur sendiri. Hal itu seperti tidak ada rasanya, seperti bermain catur seorang diri. Apakah tidak ada seorangpun yang dapat mengikatnya? Aku tidak dapat mengikat diriku sendiri. Apakah tidak ada orang lain di keluargamu? Aku bahkan tidak memiliki keluarga. Lalu, dari mana engkau berasal? Aku berasal dari mana aku tiba. Dan engkau pergi kemana saja engkau ingin pergi? Tepat, benar perkataanmu sekali ini. Engkau tidak pernah bercerita mengenai masa lalumu pada orang lain? Tidak pernah. Apakah engkau memiliki banyak rahasia yang tidak seorangpun boleh mengetahuinya? Ye Kai berdiri dan menatapnya. Dalam remang-remang cahaya lilin, wanita tersebut terlihat pucat dan lelah namun kedua matanya masih terbuka lebar. Aku hanya memiliki satu rahasia. Tiba-tiba dia berkata, tua,

Aku betul-betul setan rubah

sudah hidup selama sembilan ribu tujuh ratus reinkarnasi, akhirnya aku ber-reink arnasi menjadi manusia. Dia melompat dari tempat tidur, mengambil sepatunya, mengenakan bajunya, dan ber jalan

keluar. Cui Nong menggigit bibirnya dan melihat Ye Kai pergi. Tiba-tiba dia mengambil da n memeluk sebuah bantal dengan kerasnya, sepertinya bantal tersebut adalah Ye Kai. oooOOOooo Bab 12. Seorang Yang Ahli Senjata Rahasia Meskipun pekarangan kecil tersebut masih sepi dan sunyi, namun cahaya lampu masi h berkelap-kelip di bangunan dibelakangnya.

Apakah Xiao Bie Li telah kembali kekamarnya? Apa sih yang sesungguhnya dia lakuk an di atas sana? Apakah disanapun terdapat setumpuk kartu? Atau mungkin seorang wanita yang dirahasiakan? Ye Kai merasa bahwa dia seseorang yang misterius dan membingungkan. Kemudian, terlihat beberapa orang di jendela. Tiga orang. Mereka berdiri, sementara bayangannya terlihat di jendela. Namun sesaat kemudian , mereka semua telah menghilang. Kenapa ketiga orang itu berada di atas sana? Siapa dua orang yang lainnya? Mata Ye Kai mulai berputar-putar, dia benar-benar tidak dapat menahan keingintah uannya. Pekarangan itu tidak terlalu jauh dari gedung kecil itu. Dia mengangkat pakaian bawahnya kemudian melesat ke udara. Gedung itu dikelilingi oleh tangga pada keempat sisinya. Dibangun dengan gaya pa viliun tradisional. Kakinya kemudian mendarat pada bagian ujung tangga sambil bergantungan pada atap rumah tersebut. Dengan sedikit tarikan jendela atas sudah terbuka. Dari sana, di a dapat melihat meja bundar di tengah ruangan. Pada meja tersebut telah terhidang makana n dan minuman. Ada dua orang sedang minum, salah satunya Xiao Bie Li yang sedang duduk sambil memandang ke arah pintu. Orang satunya lagi menggunakan pakaian yang sangatbagus , hampir dapat dikatakan pakaian yang mewah. Tangannya sedang memegang sepasang sumpit. Pada jarinya terdapat tiga buah cincin yang kelihatannya aneh. Ketiganya nampaknya berbentuk bintang. Orang itu betul-betul merupakan seorang bongkok. Cahaya diruangan itu tidak terlalu terang, tapi makanan dan minumannya yang terh idang di ruangan itu betul-betul makanan yang mewah. Orang bongkok dengan pakaian yang mewah mengambil segelas arak menggunakan tangannya yang mengenakan cincin tersebut. Gelas yang digunakan merupakan gelas yang transparan, seluruhnya terbuat dari kristal. Bagaimana araknya? Xiao Bie Li berkata sambil tersenyum.

Araknya biasa saja, tapi gelasnya bukan gelas yang jelek. Sibongkok berkata. Orang bongkok ini nampaknya betul-betul tahu menikmati hidup dengan benda-benda

yang bernilai bahkan lebih tahu menikmati hidup daripada Xiao Bie Li sendiri. Xiao Bie Li menghela napas dan berkata, Aku tahu sulit untuk menyenangkan dirimu, jadi aku menyediakan arak Persia asli yang dibawa dari daerah selatan. Siapa yang san gka arak ini biasa saja bagimu. Banyak jenis arak Persia, namun aku yakin yang ini adalah arak yang biasa-biasa s aja. Sibongkok berkata.

Lalu kenapa engkau tidak membawa arak yang bagus saja sendiri? Xiao Bie Li berkata . Nampaknya, mereka telah merencanakan pertemuan ini jauh-jauh hari. Ye Kai menjad i semakin curiga, karena sibongkok bukan lain adalah Naga Punggung Emas Ding Qiu. Siapa yang mengira Naga Punggung Emas Ding Qiu bersembunyi disini? Tambahan lagi, jauh -jauh hari dia berencana untuk bertemu dengan Xiao Bie Li. Kenapa dia membawa semua pe ti mati itu bersamanya? Apakah dia dan Xiao Bie Li yang menjadi otak untuk menumbangkan Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Ye Kai berharap Xiao Bie Li akan menanyakan Ding Qiu mengenai keterlambatannya d atang! Namun Xiao Bie Li dengan tidak diharapkan mengubah subyek pembicaraan dan malah bertanya, Apakah engkau bertemu dengan seorang wanita cantik selama perjalanan? Tidak. Nampaknya wanita cantik semakin jarang saja setiap harinya. Ding Qiu menjaw ab. Mungkin karena ketertarikanmu terhadap wanita cantik semakin berkurang tiap harin ya. Xiao Bie Li. Aku dengar gadis-gadis disini bukan gadis yang jelek. Ding Qiu menyelidiki. Bukan saja tidak jelek, tapi dia adalah seorang yang mengagumkan. Xio Bie Li berka ta. Kenapa engkau tidak mengundangnya kesini menemani kita? Ding Qiu berkata. Dia tidak bisa menemani kita selama dua hari ini. Xiao Bie Li menjawab. Kenapa tidak bisa? Ding Qiu bertanya. Selama dua hari ini hatinya menjadi milik orang lain. Xiao Bie Li berkata. Siapa? Ding Qiu berkata. Hanya sedikit orang yang dapat membuat wanita semacam dia jatuh kesengsem kepadanya. Xiao Bie Li berkata. Ding Qiu menganggukan kepalanya. Jarang sekali dia mengiakan yang orang lain kat akan, namun saat ini dia tidak bisa untuk tidak setuju. Xiao Bie Li tersenyum dan melanjutkan, Namun kadang-kadang orang ini berlaku seper ti orang tolol. Orang tolol? Ding Qiu berkata. Dia menyia-nyiakan tempat tidur yang nyaman dan hangat untuk berangin-angin dilua r. Xiao Bie Li berkata. Sebenarnya, Ye Kai sudah cukup nyaman. Siapapun, yang mendengar seseorang membicarakan dan memuji dirinya mengenai kehebatannya menundukan seorang wanita

pasti sangat merasa senang. Xiao Bie Li menolehkan kepalanya ke arah jendela dan tersenyum Tangannya yang mengenakan cincin menurunkan gelas araknya dan membuat gerakan isyarat yang aneh.

Ye Kai tertawa keras dan berkata, Tuan rumah minum arak di dalam rumah sementara tamu berdiri diluar ditiup angin. Aku dapat mengatakan engkau betul-betul tuan r umah yang payah. Dia mendorong jendela dan meloncat masuk ke dalam. Di sana hanya ada dua pasang sumpit di atas meja. Sebelumnya terlihat tiga orang dari jendela, namun dimanakah yang ketiga? Siapakah dia? Apakah dia Yun Zai Tian? Ken apa orang ini tiba-tiba menghilang? Ruangan tersebut ditata dengan mewah. Setiap hal diruangan itu ditempatkan denga n sangat baik sehingga mudah untuk mencapainya. Xiao Bie Li menggapai lemari diseb elahnya dan menarik cangkir batu giok bergaya Han. Dia tersenyum dan berkata, Aku ini oran g yang malas dan cacat. Jadi kalau aku benar-benar tidak ingin bergerak, maka aku tidak perlu bergerak. Ye Kai menghela napas dan berkata, Bila lebih banyak orang pemalas sepertimu di d unia ini, maka setiap orang mungkin akan merasa lebih nyaman. Dia bukan memujinya. Penemuan-penemuan besar seringkali membuat orang-orang hidu p lebih malas dan lebih nyaman. Ucapanmu itu sungguh-sungguh harus dihargai dengan segelas arak Persia. i berkata. Sayangnya arak ini arak yang biasa-biasa saja. Ye Kai berkata. Xiao Bie L

Dia mengangkat cangkirnya ke arah Ding Qiu dan melanjutkan, Terakhir kali aku ber jumpa dengan Tuan Ding, aku tidak sempat untuk memberikan hormat. Maafkan aku, maafkan aku. Engkau tidak perlu memberikan hormat, jadi tidak perlu minta maaf segala. Ding Qiu menjawab. Aku hanya mau mengagumi laki-laki yang memiliki pengetahuan luas tentang wanita d an arak. Ye Kai berkata. Paras wajah Ding Qiu tiba-tiba berubah menjadi lebih riang sesaat dia berkata de ngan senang, Tuan Xiao salah mengenai satu hal. Oh? Ye Kai berkata.

Tidak hanya engkau berbakat memikat wanita, tapi engkau juga tidak payah untuk mengambil hati laki. Ding Qiu menjawab.

Sebetulnya itu tergantung pada orang tersebut laki-laki sejati atau bukan. Laki-l aki sejati sangat jarang sekarang ini. Ye Kai berkata. Ding Qiu tidak dapat menahan tawanya. Orang jelek selalu percaya bahwa dia lebih jantan dari pada seorang pemuda yang tampan. Sepeti halnya, wanita jelek biasanya berpi kir bahwa dia lebih pintar daripada wanita yang cantik. Ye Kai menenggak habis arak dicangkirnya. Suasana di ruangan itu mulai mencari, dia tahu bahwa dia telah cukup memberikan pujian. Apa lagi yang harus dikatakannya sekara ng?

Ye Kai perlahan-lahan mengambil tempat duduk. Kelihatannya tempat duduk ini untu k orang ketiga di ruangan ini. Bagaimana caranya dia bisa mengetahui siapa dia? Bagaiman a dia bisa mencari tahu rahasia mereka? Tidak hanya dia harus hati-hati mengucapkan kata-ka ta, diapun harus dapat menyembunyikan maksudnya. Ye Kai terdiam, diam sambil berpiki r. Tiba-tiba, Ding Qiu berkata, Aku tahu engkau pasti memiliki banyak pertanyaan unt uk ku. Masih terlihat senyum diwajahnya, namun senyum tersebut sudah berkurang di sinar matanya, seraya di melanjutkan, kenapa Engkau pasti heran, untuk apa aku datang kesini,

akur mengirimkan semua peti mati itu, dan bagaimana aku berjumpa dengan Xiao Bie Li? Dan apa sebenarnya yang sedang dibicarakan? Ye Kai tersenyum balik, namun sinar matanya terlihat serius. Dia menyadari Ding Qiu ternyata orang yang jauh lebih sulit daripada yang dia bayangkan. Xiao Bie Li masih duduk sambil meminum araknya sedikit demi sedikit sambil tetap diam. Apakah engkau akan menjawabnya bila aku menanyakan semua itu? Ye Kai bertanya. Tidak akan. Ding Qiu menjawab. Itulah sebabnya aku tidak ingin menanyakannya. Ye Kai berkata. Namun ada satu hal yang aku ingin tanyakan kepadamu. Ding Qiu berkata. Oh? Ye Kai berkata. Orang-orang bilang kalau ditiap bagian tubuhku terdapat berbagai senjata rahasia, apakah engkau pernah mendengar hal ini sebelumnya? Ding Qiu bertanya. Aku pernah. Ye Kai berkata. Desas-desus biasanya jarang sekali benar, namun perkataan ini merupakan pengecual ian. Ding Qiu menegaskan. Jadi betul-betul ada berbagai senjata rahasia di tiap bagian tubuhmu? Ye Kai berka ta. Tepat. Ding Qiu menjawab. Ada berapa macam seluruhnya? Ye Kai menjawab. Dua puluh tiga. Ding Qiu berkata. Apakah setiap jenis dibubuhi racun? Ye Kai berkata. Hanya tiga belas yang beracun. Kadang-kadang aku ingin meninggalkan lawanku hidup hidup untuk aku tanyai. Ding Qiu berkata.

Aku juga pernah mendengar bahwa engkau dapat menimpukan tujuh hingga delapan senjata rahasia yang berbeda pada saat yang bersamaan. Ye Kai berkata. Tepatnya tujuh. Ding Qiu menjawab.

Ye Kai menghela napas dan berkata, Betul-betul sambitan yang sangat cepat.

Tapi ada beberapa orang yang mungkin lebih cepat dari aku. Ding Qiu berkata. Siapa? Ye Kai menjawab. Orang yang duduk tepat disebelahmu, Tuan Xiao. Ding Qiu berkata. Xiao Bie Li telah tersenyum sepanjang waktu. Dia menghela napas pendek dan menerangkan, Bila aku tidak membuang waktu untuk mengasah kemampuanku menimpukan senjata rahasia, bagaimana orang malas dan cacat seperti diriku masih bisa bertahan hingga saat ini? Masuk akal. Ye Kai berkata. Dapatkah engkau katakan dimana senjata rahasianya disembunyikan? Ding Qiu bertanya . Di dalam tongkat besinya? Ye Kai menebak. Ding Qiu memukulkan tangannya ke atas meja dan berseru, Hebat! Dimana lagi? Memangnya masih ada lagi senjata rahasia yang disembunyikan di tempat lainnya? Ye Kai berkata. Paling tidak masih ada delapan lagi, dan dia dapat melemparkannya semua dalam sat u gerakan. Ding Qiu berkata. Aku takut sangat tidak banyak orang yang dapat menghindari serangan anda berdua d i dunia persilatan. Ye Kai berkata. Aku takut mungkin tidak ada seorangpun yang bisa. Ding Qiu menegaskan. Aku betul-betul tidak percaya bahwa saat ini aku duduk berhadapan dengan dua oran g ahli senjata paling hebat di dunia persilatan, aku sungguh-sungguh beruntung. Ye Kai b erkata. Engkau betul-betul orang yang bernyali, karena sedikit saja engaku bergerak, pali ng tidak enam belas jenis senjata rahasia akan meluncur ke arahmu dalam sekejap. Ding Qiu berkata. Ekspresi wajahnya semakin kereng, aku dapat memastikan bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat lolos dari serangan enam belas senjata rahasia sekaligus de ngan jarak sedekat ini. Aku percaya padamu. Ye Kai berkata. Itu sebabnya apapun yang kami tanyakan, sebaiknya engkau segera menjawabnya. Qiu berkata.

Ding

Ye Kai menghela napas dan berkata, Untungnya aku seorang yang tidak memiliki raha sia

apapun yang ingin diketahui oleh orang lain. Sebaiknya seperti itu. Ding Qiu berkata. Dia tiba-tiba mengambil secarik kertas dari lengan bajunya, dan bertanya, rgamu Ye, dan nama panggilanmu Kai? Ya.

Nama ma

Engkau lahir pada tahun macan? Ya. Engkau lahir di dekat sini? Ya. Namun engkau ditinggalkan orang tuamu saat masih bayi? Ya. Hingga umur empat belas tahun, engkau tinggal di sebuah vihara Tao di gunung Huan g? Ya. Engkau sebenarnya melatih Jurus Pedang Gunung Huang. Setelah itu, engkau berkelan a di dunia persilatan, diam-diam melatih berbagai ilmu silat. Pada umur enam belas ta hun, engkau menjadi biksu selama beberapa bulan untuk mempelajari Jurus Serangan Hari mau dari Shaolin? Ya. Setelah itu engkau terlibat dalam organisasi pemerintah di Ibu Kota, namun melari kan sejumlah uang sehingga engkau harus melarikan diri. Ya. Di Jiangnan, engkau membunuh Tiga Jagoan dari Sekte Gai untuk seorang gadis berna ma Xiao BeiJing, sehingga engkau kembali harus melarikan diri ke Daratan Tengah. Ya. Dalam beberapa tahun terakhir, engkau berkeliaran di sekitar Sungai Besar, membua t banyak masalah kemanapun engkau pergi, dan membuat namamu menjadi semakin terkenal. Ye Kai menghela napas dan berkata sambil tersenyum, Engkau berdua nampaknya mengetahui diriku lebih baik dari pada diriku sendiri. Kenapa engkau harus repot -repot menanyakan hal itu pertama-tama. Ding Qiu menatapnya kembali dan bertanya, Dari semua hal itu, yang paling aku ing in tahu adalah kenapa engkau kembali ke sini? Bila aku harus menjawab bahwa daun selalu kembali ke akarnya, maka aku harus kemb ali ke sini karena di sini adalah kampung halamanku-apakah engkau percaya padaku? Tidak. Kenapa tidak? Karena engkau adalah seorang pengelana sejati. Bagaimana bila tidak ada lagi tempat yang dapat aku kunjungi? Apakah engkau dapat

mempercayainya?

Itu kelihatannya lebih dapat dipercaya. Ding Qiu menjawab. Dia meletakan kembali k ertas tersebut dan melanjutkan, Sejumlah uang yang terakhir kalinya engkau peroleh, ada lah sekantorng kacang emas yang engkau menangkan dari berjudi pada sebuah rumah judi yang kecil, betul kan? Betul. Dan sekantong kacang emas itu tidak berada ditanganmu lagi saat kan? Aku benci kacang. Apakah itu kacang polong, kacang merah atau kacang emas, aku sa ma bencinya. Ding Qiu mengangkat kepalanya dan bertanya, Apakah seseorang mengundangmu kembali

ke kota ini? Tidak. Engkau tahu disini tidak banyak kesempatan untuk mencari untung? Bisa dikatan begitu? Jadi bagaimana engkau mencari uang untuk hidup? Ye Kai tersenyum dan menjawab, Sampai saat ini aku belum melihat seorangpun disin i yang mati karena kelaparan. Bila engkau tahu bahwa di daerah lain engkau bisa memperoleh sepuluh ribu tael pe rak, apakah engkau akan pergi? Tidak. Kenapa tidak? Karena disini aku bisa dapat lebih. Oh? Aku yakin, kota ini mulai membutuhkan orang-orang seperti aku. Orang seperti apakah engkau? Seseorang dengan kemampuan silat yang baik dan dapat menutup mulut. Bila seseoran g merekrut aku untuk bekerja padanya, maka dia pasti tidak akan kecewa. Ding Qiu terdiam bisa, bola matanya perlahan-lahan bergerak ke atas. Tiba-tiba d ia bertanya, Berapa biasanya engkau minta bayaran untuk membunuh seseorang? Tergantung dari siapa targetnya. Yang paling mahal? Tigapuluh ribu. Baiklah. Aku dapat membayar sepuluh ribu di muka. Saat pekerjaan selesai engkau a kan mendapat sisa dua puluh ribunya.

Mata Ye Kai mulai bercahaya juga, Siapakah yang kau inginkan mati? Fu Hong Xue? Dia tidak bernilai tiga puluh ribu. Ding Qiu menjawab dengan dingin. Lalu siapa? Ye Kai bertanya. Ma Kong Qun! Ding Qiu menjawab. Xiao Bie Li masih duduk dengan diam, sepertinya dia mendengarkan dua orang yang sedang berbicara yang tidak ada hubungannya dengan dirinya, bahkan sama sekali tidak ad a gunanya buat dia. Mata Ding Qiu membesar, menatap Ye Kai tanpa berkedip. Tangan yang mengenakan ti ga buah cincin membuat suatu gerakan yang khas. Ye Kai menghela napas panjang dan berkata sambil tersenyum, u dari orang yang ingin membunuh Ma Kong Qun. Jadi engkau salah sat

Engkau tidak mengira hingga saat ini? Ding Qiu berkata. Perselisihan apa yang terjadi di antara kalian berdua? Kenapa engkau menginginkan dia mati? Ye Kai bertanya. Engkau seharusnya mengerti bahwa yang saat ini bertanya adalah kami berdua, bukan

engkau. Ding Qiu berkata. Aku mengerti. Ye Kai berkata. Apakah engkau hendak mengantungi tiga puluh tael perak?

Ding Qiu bertanya.

Ye Kai tidak menjawab, juga tidak harus menjawab. Dia mengeluarkan tangannya. Dua puluh lembar uang kertas, tiap lembar senilai seribu tael. Ini dua puluh ribu? Ya. Paling tidak engkau orang yang murah hati. Ye Kai berkata sambil tersenyum.

Bukan murah hati, tapi hati-hati. Ding Qiu menjawab. Hati-hati?

Engkau tidak dapat membunuh Ma Kong Qun seorang diri. Oh? Jadi engkau butuh bantuan orang lain. Sepuluh ribu untuk ku dan sepuluh ribu untuk orang yang membantuku? Tepat sekali. Siapakah yang sesuai untuk pekerjaan itu disini? Engkau seharusnya tahu.

Mata Ye Kai bercahaya, Engkau menginginkan aku mencari Fu Hong Xue? Ding Qiu menangguk namun tetap diam. Bagaimana engkau yakin aku dapat membujuk dia? Ye Kai berkata. Bukankah engkau temannya? Ding Qiu bertanya. Dia tidak memiliki teman seorangpun. Ye Kai menjawab. Tiga puluh tael perak cukup untuk membuat teman. Ding Qiu berkata. Dan bagaimana bila dia tidak menerima? Ye Kai berkata. Paling tidak engkau sudah mencoba. Ding Qiu menyarankan. Kenapa tidak engkau saja yang mendekati dia. Ye Kai berkata. Ding Qiu menyeringai dingin, Bila engkau tidak menginginkan tiga puluh ribu ini, engkau dapat mengembalikannya sekarang. Ye Kai tersenyum, beranjak berdiri dan mulai melangkah pergi. Xiao Bie Li tiba-tiba berkata, Kenapa engkau tidak diam dulu beberapa saat untuk menikmati beberapa cangkir arak? Ye Kai melambaikan uang kertas ditangannya dan berkata, Aku sedang terburu-buru u ntuk menghabiskan sepuluh ribuku ini. Uang tersebut sudah ada ditanganmu, kenapa harus terburu-buru? Xiao Bie Li memaksa . Sebab bila aku tidak menghabiskannya saat ini, mungkin aku tidak memiliki kesempa tan lagi dilain hari. Ye Kai menjawab.

Xiao Bie Li melihatnya sesaat Ye Kai telah melompat keluar jendela. Dia menghela perlahan dan berseru. Betul-betul orang pintar. Betul-betul orang yang pintar. Ding Qiu berkata. Xiao Bie Li berkata.

Apakah engkau dapat mempercayainya? Sama sekali tidak.

Ding Qiu menjawab. Xiao Bie Li menyipitkan

Karena itukah engkau membuat kesepakatan dengan dirinya?

kedua matanya. Kita telah membuat beberapa kesepakatan. Ding Qiu berkata sambil tersenyum. Saat seseorang dengan kantong kosong tiba-tiba menemukan dirinya menjadi sepuluh ribu tael lebih kaya, maka dia pasti merasa melayang kemanapun dia pergi. Namun untuk

suatu sebab, langkah Ye Kai menjadi semakin berat. Mungkin karena dia hanya terlalu le lah. Cui Nong dapat menghilangkan kelelahan seorang laki-laki dengan mudahnya. Cahaya di kamar tidurnya telah padam, mungkin dia sudah tidur terlelap. Agar dapat tidur d engan

nyaman di samping hingga pagi hari, mencium aroma yang menyenangkan dari rambutn ya, mengelus lembut punggungnya, itu adalah godaan yang tidak dapat ditolak oleh Ye Kai. Dia menyelinap tanpa bersuara ke ruangannya dan mendorong pintunya -pintunya bel um lagi tertutup. Dia pasti sedang menunggunya. Cahaya bintang bersinar memasuki ru angan melalui jendela. Dia tertidur dengan selimut menutupi kepalanya, betapa manisnya dia terlihat saat ini. Ye Kai tersenyum dan dengan halus dia mengangkat ujung selimutnya. Tiba-tiba, sekilas cahaya melesat. Sebuah pedang meluncur dari bawah selimut lan gsung menuju dadanya! Dalam kondisi seperti ini, dengan jarak sedekat ini, tidak ada seorangpun yang d apat menghindari dari serangan pedang tersebut. Namun Ye Kai seperti seekor rubah yan g telah diburu sejak lama, selalu dalam keadaan waspada. Pinggangnya seperti menjadi patah saat dia menekukan tubuhnya kebelakang. Ujung pedang tersebut melesat dengan cepatnya melewati dadanya. Dia berjungkir balik sambil menendangkan kakinya ke orang yang memegang pedang tersebut. Pembunuh tersebut melompat dari tempat tidur namun tidak balik menyerang. Malah, dia memutar-mutarnya pedangnya dan menutupi mukanya sambil terburu-buru bergerak ke arah jendela. Ye Kai tidak mengejar. Malah dia tersenyum dan berkata, mengenalimu. Percuma saja kau lari. Yun Zai Tian, aku sudah

Orang tersebut sudah membuka jendela saat tiba-tiba dia berhenti. Setelah berdia m beberapa saat, akhirnya dia memutar kepalanya. Ternyata benar-benar Yun Zai Tian. Pembuluh darah telah menonjol keluar dari tan gannya yang memegang pedang. Matanya memperlihatkan sorot mata pembunuhan. Jadi orang yang engkau cari bukan Fu Hong Xue, juga bukan Xiao Bie Li. Tetapi Cui Nong. Ye Kai berkata. Apakah aku tidak diijinkan mencarinya? Yun Zai Tian menjawab dengan dingin.

Tentu saja. Ye Kai berkata. Senyum terlihat diwajahnya sesaat dia melanjutkan, Seor ang laki-laki sepertimu mencari wanita secantik dia adalah hal yang normal. Aku tida k tahu kenapa engkau harus menyembunyikan hal itu dariku. Mata Yun Zai Tian bercahaya. Dia tiba-tiba tersenyum dan menjawab, Aku hanya khaw

atir engkau jadi cemburu. Engkau yang seharusnya cemburu, bukannya aku. Ye Kai berkata. Yun Zai Tian jatuh terdiam, kemudian bertanya, Dimanakah dia? Aku juga mau menanyakan hal yang sama kepadamu. Engkau belum melihatnya? Yun Zai Tian bertanya. Ye Kai berkata.

Apakah engkau melihatnya? Ye Kai menjawab dengan pertanyaan.

Yun Zai Tian menggelengkan kepalanya dan berkata, Ye Kai mengerutkan alisnya dan berkata, lain

Dia tidak disini saat aku tiba.

Mungkin dia pergi untuk mencari laki-laki

Yun Zai Tian memotongnya, Dia tidak pernah pergi keluar untuk mencari laki-laki, laki-laki yang datang kemari mencarinya sudah lebih dari cukup. Ye Kai tertawa lebar, Itulah yang engkau tidak mengerti. Laki-laki yang datang me ncarinya dan laki-laki yang dia datangi sangat berbeda. Jadi, menurutmu dia pergi mencari siapa? g serius. Yun Zai Tian berkata dengan pandangan yan

Berapa banyak orang yang cukup patut untuk dia cari disini?

Ye Kai berkata.

Ekspresi wajah Yun Zai Tian berubah. Tiba-tiba di berbalik dan keluar dengan ter gesa-gesa. Kali ini Ye Kai tidak menghalanginya, karena dia sudah cukup mengetahui beberapa hal yang dia ingin ketahui. Dia menyadari bahwa Cui Nong adalah seorang wanita yang sangat misterius, dan ol eh sebab itu dia juga memiliki banyak rahasia. Seorang wanita dengan profesi sepert i dia pasti dapat hidup dimanapun dia berada, tidak ada alasan baginya untuk berdiam didaera h yang terpencil seperti ini. Dia pasti memiliki tujugan yang sangat penting sehingga h arus menetap di kota ini. Namun saat Yun Zai Tian datang menemuinya, sepertinya dia bukan mencari seperti halnya laki-laki lain. Pasti ada hubungan yang tersembunyi di antara mereka berdua juga . Ye Kai tiba-tiba merasa semua orang di sini memiliki rahasia yang disembunyikan. Sudah barang tentu, dia juga memilikinya. Namun sepertinya pada saatnya nanti semua ra hasia ini pasti akan terungkap perlahan-lahan. Ye Kai menghela napas panjang. Pasti lebih banyak lagi yang harus dia kerjakan b esok. Dia memutuskan untuk pergi tidur dan memikirkan hal itu besok. Dia melepaskan sepatu nya dan meringkuk di bawah selimut. Kemudian dia menemukan pakaian dalamnya di atas tempat tidur. Kenapa pakaian dal amnya ada di atas tempat tidur kalau dia tidak disini? Apakah dia pergi dengan sangat tergesagesanya sehingga melupakan pakaian dalamnya? Atau mungkin saja di telah diculik? Kenapa dia tidak berusahan untuk melawan atau berteriak?

Ye Kai memutuskan untuk menunggu disini, menunggu hingga dia kembali. Bagaimanap un juga, dia tidak akan kembali malam ini. Waktu tinggal dua jam lebih sedikit menu ju pagi. Fu Hong Xue juga telah tertidur. Ma Fang Ling masih terjaga juga. Xiao Bie Li dan Ding Qiu masih minum arak di paviliun tersebut. Gong Sun Duan juga masih minum arak di bawah. Kelihatan setiap orang sedang menunggu, menunggu suatu hal yang misterius yang a kan muncul ke permukaan.

Dan bagaimana dengan Ma Kong Qun, Hua Men Tian, Luo Luo Shan, dan Nyonya Ketiga Shen? Dimana mereka? Apakah mereka sedang menunggu juga? Malam itu betul-betul malam yang amat sangat panjang. Saat malam, Gedung Sepuluh Ribu Kuda telah kehilangan delapan belas nyawa lagi! Angin dan pasir menari-nari di angkasa. Selalu merupakan kegelapan yang unik, ra sa dingin yang unik sesaat sebelum mentari pagi tiba. Hembusan angin membawa suara derap kuda bersamanya. Tujuh atau delapan orang bergelayutan lemas di atas kuda mereka, kelihatannya dalam keadaan setengah sada r. Untungnya, kuda-kuda mereka tahu jalan pulang. Mereka semua adalah ahli penungga ng kudanya yang menghabiskan hampir seluruh waktunya di atas kuda. Hampir seluruh p aha mereka berkerut dan kapalan. Kecuali mengunjungi kota pada saat malam untuk minu mminum, tidak ada hal lainnya yang mereka sukai. Aku kira besok tidak ada tugas, aku sangat ingin pergi untuk mencari seorang wani ta untuk kepeluk semalaman. Salah satu dari mereka menggumam. Sayangnya dompetmu mungkin tidak setuju denganmu. Aku harus tetap ingat untuk menabung beberapa tael untuk dibelanjakan lain kali. Aku rasa engkau harus mencari seekor sapi yang cantik ditengah padang untuk menemanimu tidur malam ini, aku meragukan ada wanita yang bersedia menemanimu. Semua orang di kelompok tersebut tertawa tergelak-gelak, suaranya mereka seperti suara orang yang sudah gila dan tidak sadar. Namun siapa yang menyadari bahwa tawa mer eka dipenuhi pahitnya darah dan air mata? Mereka tidak memiliki uang, tidak memiliki wanita, dan tidak memiliki keluarga. Bila salah satu dari mereka tiba-tiba jauh mati di tengah kegelapan padang yang liar ini, tidak seorangpun yang akan mengucurkan air matan ya bagi mereka. Apakah yang sesungguhnya terjadi di dunia ini? Untuk apa orang-orang ini hidup? Seorang mencongklang kudanya dengan perasaan marah, berteriak dengan kerasnya sa at berlari melewati yang lainnya. Yang lainnya tertawa-tawa saat dia melewati, berteriak, Sepertinya Sihitam Kecil m ulai gila. Bila saja aku dapat menghabiskan semalam suntuk dengan wanita seperti Cui Nong, a ku bersedia untuk menyerahkan nyawaku. Kalau aku lebih memilih Nyonya Ketiga Shen. Seluruh tubuhnya terlihat begitu halu

s dan lembutnya, hingga kalau diremas mungkin akan keluar air. Tiba-tiba, terdengar jeritan kesakitan. Suara itu berasal dari Sihitam yang tela h melesat di kegelapan. Seseorang terlihat dari kegelapan, ditangannya tergenggam sebuah golok, Golong P emotong Kuda.

Arak yang panas tiba-tiba berubah menjadi keringat dingin. Siapakah kau? Apakah kau hantu? Orang tersebut hanya tersenyum dan menjawab, ku? Kalian semua tidak dapat mengenali a

Dua orang yang berdiri paling depan dari kejauhan akhirnya dapat melihat dengan jelas. Oh, ternyata kau Sesaat setelah mereka bicara, Golok Pemotong Kuda telah berkelebat. Darah segar muncrat ke atas tanah. Di kegelapan malam, darah menjadi terlihat hitam. Saat orang ters ebut jatuh ke atas tanah, tatapan matanya masih tetap melekat pada orang misterius tersebut , ekspresinya dipenuhi oleh kekagetan dan ketidakpercayaan. Dia tidak pernah mengira bahwa dirinya akan mati di bawah tangan orang ini! Terdengar ringkikan kuda yang ketakutan, orang-orang disekitaranya menjerit-jeri t menyeramkan. Beberapa orang dari mereka berusaha melarikan dirinya dengan kudanya, namun oran g tersebut mengejar mereka dari belakang dan semakin banyak tubuh yang bertumbanga n dari atas kuda. Mengapa? Mengapa engkau melakukan semua ini? salah satu dari mereka berteriak.

Jangan salahkan aku untuk hal ini, tapi salahkan dirimu karena menjadi bagian dar i Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Api bergerak-gerak berdansa di tengah angin yang kuat. Dikejauhan, lentera raksa sa yang tergantung di angkasa terebut mulai semakin berkedip-kedip. Dua orang sedang bersama-sama di dekat api ungun, mata mereka melekat pada panci besi yang tergantung di ats api ungun tersebut. Air di dalam poci telah mendidih. Sal ah satunya mengambil sepotong daging kuda kering dan memasukannya ke dalam panci tersebut. Aku tumbuh dan besar di Jiangnan. Saat aku masih muda, aku selalu ingin tahu baga imana rasanya daging kuda. Sekarang akhirnya aku berkesempatan untuk mencicipinya. Dia merapatkan giginya dan melanjutkan, Tapi sialnya, bila aku harus merasakan daging kuda lagi di kehidupan ku yang akan datang, aku lebih baik tinggal di neraka tingkat delapan. Orang yang lainnya nampaknya tidak mempedulikannya sementara tangannya mulai menjangkau ke arah celananya. Saat dia menarik keluar tangannya, jarinya telah d ipenuhi oleh darah.

Apa yang telah terjadi? Apakah pahamu terluka lagi? Siapa suruh engkau memiliki k ulit sehalus itu? Meskipun engkau tidak tahan lagi, engkau tetap harus melakukannya l agi besok. Sesungguhnya, siapa yang tahan keadaan itu? Berkuda tiada henti selama duapuluh jam sehari? Pada satu jam pertama mungkin ok ok saja, tapi setelah sepuluh jam, mung kin engkau akan merasakan sadel kudamu seperti jarum.

Dia melihat kebawah ke darah ditangannya dan tidak tahan lagi untuk menyumpahnyu mpah, Luo Luo Shan, anak pelacur, kemana engkau merangkak? Membuat kami susah saja mencarimu. Aku dengar dia seorang pemabuk. Mungkin dia terjatuh dari kudanya dan patah leher nya. Suara dengkur terdengar dari tenda di sebelah mereka. Air di dalam panci tersebu t mulai bergolak-golak. Apakah daging kuda didalammnya menjadi hancur? Yang lebih tua mengambil sebatang kayu dan mulai mengaduk panci. Sesaat terdengar suara orang berkuda mendekat. Keduanya segera melompat berdiri dan menggenggam pedang mereka pada saat yang bersamaan, Siapa disana? Ini aku. Suara tersebut sepertinya mereka mengenali suara tersebut. Yang lebih muda menga mbil sebatang kayu yang terbakar dengan tangannya yang basah oleh darah.. Cahaya api tersebut menyinari wajah orang tersebut. Keduanya tersenyum bersamaan dan bertanya, Apa yang engkau lakukan malam-malam begini? Apa yang dapat kami lakukan untukmu? Ada suatu hal yang aku ingin diskusikan dengan kalian . Apakah itu? Tidak ada jawaban. Golok pengendara tersebut tiba-tiba berkelebat. Sebuah kepala telah jatuh menggelinding ke atas tanah. Mulut orang yang lebih muda terperangah lebar. Namun tidak tidak sempat lagi men angis maupun berteriak, karena sesuatu telah menembus tenggorokannya. Kenapa dia menye rang mereka? Dia tidak pernah mengira kehidupannya seperti ini. Suara dengkur masih terdengar dari dalam tenda. Orang bekerja keras sepanjang ha ri biasanya cenderung untuk tidak dengan nyenyaknya. Seorang yang terjaga pertama k ali terlihat sangat terkejut. Dia mendengar seperti suara kuda meloncat-loncat di at as lumpur, kemudian dia melihat tetesan darah menyembur ke seluruh tenda. Dia ingin menjerit, namun golok tersebut telah membabat lehernya. Saat itu kira-kira sejam lagi menjelang pagi. Mata Ye Kai masih tertutup sementara dia masih terbaring di atas ranjang, dia te lah jatuh tidur dengan nyenyaknya. Fu Hong Xue sedang mengisi air ke dalam baskom di belakang dapur yang akan digun

akan untuk mencuci mukanya. Gong Sun Duan masih dalam keadaan mabuk berat. Dia berjalan terhuyung-huyung ke luar pintu, melompat ke atas kudanya dan pergi.

Cahaya di paviliun kecil sudah tidak menyala lagi. Mata Ma Fang Ling masih terbuka lebar dan masih terbaring di atas tempat tidur. Dan bagaimana dengan Ma Kong Qun, Yun Zai Tian, Hua Men Tian dan Nyonya Ketiga S hen? Dimanakah mereka saat darah segar berhamburan di tengah-tengah padang yang tandu s? Dan dimanakah Cui Nong? Ma Fang Ling memegang erat selimutnya, tubuhnya masih dipenuhi dengan keringat d ingin. Dia baru saja mendengar tangisan orang yang sangat menderita yang bergema di ten gah malam. Bahkan dia tidak ingin melihat apa yang terjadi meskipun apabila saat itu bukan tengah malam buta seperti itu. Gedung tempat mereka tinggal sangat luas dan besar. Terkecuali dua orang pembant u, hanya dia, ayahnya, Gong Sun Duan dan Nyonya Ketiga Shen yang tinggal disana. Mungkin hanya mereka yang dapat dipercaya di Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Xiao Hu Zi juga masih tertidur dengan nyenyaknya. Pembantu yang menjaganya sudah setengah tuli dan setengah buta. Terlihat tidak ada bedanya saat dia tidur maupu terjaga. Sekarang sepertinya hanya Ma Fang Ling yang masih tinggal di dalam rumah. Kesepian adalah salah satu dari rasa takut. Tambahan lagi, saat itu hanya kegela pan, kegelapan yang sangat sunyi. Orang yang berasal dari kegelapan tersebut adalah s eorang yang sedang mencari pembalasan. Ma Fan Ling menggigit bibirnya dan duduk. Angin berhembus melewati daun jendela kamarnya. Tiba-tiba, muncul bayangan orang di balik jendelanya. Bayang orang tersebut tinggi dan ramping. Dia tahu itu bukanla h bayangan Gong Sun Duan. Ma Fang Ling merasakan isi perutnya mulai berkontraksi. Di dinding tergantung se bilah pedang. Bayangan hitam tersebut diam tidak bergerak, seperti sedang berusaha mendengarkan suara gerakan di dalam gedung. Ma Fang Ling menggigit bibirnya kemu dian perlahan-lahan berjingkat-jingkat ke arah dinding dan menarik pedang tersebut. Bayangan tersebut mulai bergerak, sepertinya dia mau membuka jendela. Keringat d ingin di telapak tangannya telah membasahi kain ungu yang membungkus gagang pedang terseb ut.

Ma Fang Ling mengumpulkan tenaga dan keberaniannya dan berusaha untuk tidak gemetaran. Ruangan tersebut sangat gelap, gelap gulita, dia telah mengambil posi si dan siap untuk melakukan serangan. Dia hanya berharap, orang diluar tersebut tidak meliha tnya. Namun belum lagi pedangnya digerakan, orang di luar jendela tersebut telah mengh ilang. Selanjutnya, dia mendengar suara derap kuda yang menghilang ditelan angin. Orang diluar tersebut nampaknya melihat seseorang dan kabur pergi. Paling tidak seseorang telah kembali.

Ma Fang Ling jatuh berbaring di atas tempat tidurnya, dia merasa seluruh tubuhny a menjadi hancur berkeping-keping. Dia akhirnya mengetahui seperti apa rasa takut yang sesungguhnya. Siapa yang berada di luar jendela? Saat akhirnya dia telah cukup mengumpulkan segala keberaniannya untuk membuka je ndela dan melihat keluar, suara derap kuda terdengar telah menjauh di luar. Dia menden gar suara ayahnya yang tegas, Jangan katakan apapun, ikuti aku ke atas! Ma Kong Qunt tidak kembali seorang diri! Siapa yang bersamanya? Dia hanya menden gar satu suara kuda yang kembali, kenapa Ma Kong Qun bersedia membagi sadelnya denga n orang lain? Ma Fang Ling merasa sedikit bingung saat dia mendengar suara seorang wanita menggerutu perlahan, kemudian terdengar suara langkah kaki menuju ke lantai atas . Kenapa Ma Kong Qun membawa seorang wanita bersamanya? Dia tahu wanita tersebut bukanlah Nyonya Ketiga Shen karena dari suaranya dia ma sih muda dan menggoda. Dia terduduk, kemudian jatuh terbaring ke belakang. Dia tidak mara h kepada ayahnya. Semakin seorang laki-laki menjadi gelisah, semakin pula dia menginginkan seorang wanita. Semakin seorang laki-laki menjadi tua, semakin muda wanita yang dia inginkan. Bi bi Ketiga mulai beranjak tua, Ma Fang Ling tiba-tiba merasa kasihan kepadanya. Seorang lak i-laki dapat membawa seorang wanita kapan saja, namun wanita yang keluar rumah malammal am adalah hal yang hampir tidak termaafkan. Jendelanya perlahan-lahan dipenuhi oleh warna putih. Dari manakah bayangan itu berasal? Orang tersebut nampaknya tidak benar-benar hilang dikegelapan malam, namun masih bersembunyi di sudut yang gelap di suatu tempat, menunggu kesempatan untuk menye rang korbannya. Dan korban tersebut pastila aku. Ma Fang Ling dipenuhi oleh rasa takut lagi, namun untungnya ayahnya telah kembal i dan sebentar lagi cahaya pagi akan tiba. Dia sebal untuk melakukannya, namun akhirny a dia menggapai pedangnya dan berjalan ke luar -namun tidak ada seorangpun yang terlih at. Ruangan utama masih terlihat gelpa dan sunyi. Dia berjalan sepanjang lantai yang dingin, sedingin es, berharap dapat melihat o rang tersebut, sesungguhnya di dalam hatinya dia sangat ketakutan orang tersebut tiba

-tiba muncul. Kemudian, dia mendengar suara kecipak air. Suara tersebut keluar dari kamar Bibi Ketiga. Apakah Bibi Ketiga telah kembali? Atau orang tersebut bersembunyi di kamar Bibi Ketiga? Ma Fang Ling merasakan jantung berdetak semakin cepat sepertinya jantungnya mau meloncat ke luar dari dalam dadanya setiap saat. Dia menggertakan giginya dan pe rlahanlahan menuju ke kamar tersebut. Tiba-tiba, terdengar bunyi keriat keriut di lantai. Dia hampir saja melompat saking takutnya. Dia melihat pintu kamar Bibi Ketiga ba ru saja berderit terbuka. Sepasang mata yang terang keluar dari dalam kamar tersebut, ma ta Bibi Ketiga.

Ma Fang Ling menghela napas yang panjang dan berkata lega, Syukur kepada dewa akhirnya engkau kembali. oooOOOooo Bab 13. Rahasia Nyonya Ketiga Shen Keadaan diruangan tersebut masih gelap. Nyonya Ketiga Shen telah mengenakan baju mandi yang panjang, sepertinya dia baru saja mencuci mukanya. Wajahnya terlihat memucat dan menyiratkan kesakitan. Semburat d arah menodai handuk yang sedang dipegangnya. Apakah apakah engkau baik-baik saja? Ma Fang Ling bertanya. Apakah engkau

Nyonya Ketiga Shen tidak menjawabnya, malah dia bertanya kepadanya, sudah mengetahuinya bahwa aku baru saja pergi?

Ma Fang Ling tersenyum dan mengerdipkan mata kepadanya,, Jangan khawatir, aku jug a perempuan. Aku dapat berpura-pura seperti tidak terjadi sesuatu apapun. Dia tersenyum bukan karena pertama kalinya dia merasa telah menjadi dewasa. Meny impan rahasia merupakan suatu tindakan yang hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang benarbenar telah matang. Nyonya Ketiga Shen tidak mengucapkan sepatahkatapun. Dia mencelupkan handuknya k e dalam air di dalam baskom dan mencucinya hingga noda darah tersebut hilang. Rasa darah masih terasa segar dimulutnya. Dia menahan darah yang keluar dari mul utnya sepanjang perjalan kembali kekamarnya. Pukulan Gong Sun Duan betul-betul tidak ringan. Ma Fang Ling melompat ke atas tempat tidurnya dan mengangkat kedua kakinya. Dia biasanya bersikap hati-hati saat berada dikamar ini, namun saat ini dia bersikap lebih santai dan lepas. Apakah kau punya arak di sini? Aku rasanya ingin minum arak, a berkata. Ma Fang Ling tiba-tib

Nyonya Ketiga Shen mengerutkan alisnya dan berkata, Sejak kapan kau belajar minum arak? Jangan katakan kepadaku bahwa engkau belum pernah mabuk saat seumurku? Ling menjawab. Ma Fang

Nyonya Ketiga Shen menarik napas dan berkata, Ada arak di laci paling bawah dilem ari

disana.

Aku tahu kalau engkau selalu menyembunyikan arak disini. Bila aku adalah engkau m ungkin aku akan minum beberapa cangkir kalau tidak bisa tidur saat malam hari. Ma Fang L ing berkata. Engkau kelihatannya betul-betul tumbuh dewasa dalam dua hari terakhir ini. Ketiga Shen berkata. Nyonya

Ma Fang Ling mengambil botol arak tersebtu dan membuka tutupnya. Dia mendekatkan bibirnya ke mulut botol dan menghirup arak. Aku sudah dewasa sekarang. Engkau seharusnya mengatakan kepadaku siapa yang engka u kunjungi tadi. Ma Fang Ling berkata. Jangan khawatir, dia bukan Ye Kai. Mata Ma Fang Ling bercahaya, Nyonya Ketiga Shen berkata.

Lalu siapa dong? Apakah Fu Hong Xue?

Tangan Nyonya Ketiga Shen yang masih mencuci handuk tiba-tiba membeku kaku. Sete lah beberapa saat, dia akhirnya memutar kepala kepalanya dan menatap Ma Fang Ling. Kenapa engkau memandangiku seperti itu? Apakah tebakanku benar? berkata. Ma Fang Ling

Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba merebut botol arak dari tangan Ma Fang Ling dan membentak, Engkau sudah mabuk, sebaiknya pergi balik ke kamarmu dan tidur. Datang lagi kesini besok saat kalau sudah bangun dan sudah segar, Ma Fang Ling membuat muka mengejek dan menjawab, Aku hanya ingin tahu bagaimana engkau dapat merayu pria seperti dia. Sebaliknya, bagaimana ia jatuh dalam rayua n seorang wanita seumurmu? Jangan katakan kepadaku dia yang kau sukai? Aku kira yang kau sukai Ye Kai? Ketiga Shen berkata. Ma Fang Ling merasa seperti ditampar wajahnya oleh seseorang. Pipinya yang pucat mendadak berubah menjadi merah. Sepertinya dia baru saja ditampar oleh Nyonya Ke tiga Shen, namun sesaat kemudian terdengar suara langkah kaki mendekati kamar dari ko ridor. Langkah kakinya perlahan dan berat, kemudian berhenti tepat di depan kamar dan d iikuti suara, Nyonya Ketiga, apakah engkau terjaga? Itu suara Ma Kong Qun. Ma Fang Ling dan Nyonya Ketiga Shen, keduanya terperanjat. Nyonya Ketiga Shen me mbuat tanda untuk bersembunyi ke bawah ranjang. Ma Fan Ling mengatupkan kedua bibirnya Nyonya

dan lansung masuk ke bawah tempat tidur. Dia juga merasa tidak nyaman seperti halnya Nyonya Ketiga Shen karea dia juga me miliki rahasi yang tidak bisa dibicarakan. Untungnya Ma Kong Qun tidak memaksa masuk, dia hanya berdiri di depan pintu dan bertanya, Apakah engkau sudah bangun? Mmm.

Apakah engkau tidur nyenyak? Tidak begitu. Mari ke atas bersamaku? Baiklah. Mereka telah menghabiskan bertahun-tahun lamanya bersama-sama, kata-kata yang me reka ucapkan terasa intim. Ma Fang Ling merasa sedikit bingung. Dia baru saja mendengar ayahnya membawa seo rang wanita, lalu kenapa dia meminta Bibi Ketiga ke atas bersamanya? Dan siapakah wanita itu? Ma Kong Qun menempat tiga buah kamar di lantai atas. Yang pertama adalah ruangan belajarnya, ruangan kedua adalah kamar tidurnya, dan yang ketiga adalah tempat t inggal utamanya. Bahkan Nyonya Ketiga Shen pun belum pernah memasuki ruangan tersebut sebelumnya. Sikap tubuhnya seratus persen tegak bahkan saat berjalan naik ke atas. Bila sese orang melihatnya dari belakang, pasti dia tidak dapat membayangkan bahwa dia adalah or ang yang sudah tua. Nyonya Ketiga Shen mengikutinya dari belakang tak bersuara, dia tidak pernah men olaknya sebelumnya. Wanita itu tidak pernah terlalu mesra terhadapnya, juga tidak pernah terlalu dingin. Saat dibutuhkan, dia pasti dapat memuaskan seluruh hasrat laki-laki itu. Dia betulbetul tipe wanita yang dibutuhkan oleh Ma Kong Qun. Laki-laki seumurnya tidak membutuhkan wanita yang terlalu bergairah. Pintu ruangan pertama tertutup, Ma Kong Qun berhenti sebelum mencapai pintu ters ebut. Tiba-tiba dia berbalik dan bertanya, Tahukah kau kenapa aku memintamu menemaniku ke atas sini? Nyonya Ketiga Shen menundukan kepalanya dan menjawab dengan lembut, apapun yang engkau minta dariku. Bagaimana bila aku ingin membunuhmu? Ma Kong Qun berkata. Tidak perduli

Nada suaranya sangat serius, tidak tersirat sedikitpun lelucon. Nyonya Ketiga Sh en tiba-tiba merasakan sensasi dingin bergerak dari kakinya, saat itu dia menyadari bahwa dir inya bertelanjang kaki. Ma Kong Qun tiba-tiba tersenyum dan berkata, Tentu saja aku tidak akan pernah ing

in mencelakaimu. Ada seseorang di dalam ruangan yang ingin menemuimu. Seseorang menunggu untuk bertemu denganku? Siapakah dia? menjawab. Nyonya Ketiga Shen

Senyum diwajah Ma Kong Qun mendadak menjadi ganjil, Engkau tidak akan pernah dapa t menebaknya! Dia berbalik dan mendorong untuk membuka pintu. Nyonya Ketiga Shen sesaat tidak memiliki keberanian untuk memasuki ruangan tersebut.

Matahari pagi akhirnya muncul. Fu Hong Xue perlahan-lahan menghirup bubur panasnya. Ye Kai mempunyai perasaan yang kuat bahwa Cui Nong tidak akan kembali. Dia mulai memakai sepatunya. Suasana disekitar paviliun kecil tersebut masih sunyi dan tenang. Gong Sun Duan baru saja memasukan kepalanya ke dalam tempat minum kuda dan membasahi kepalanya dengan air dingin layaknya seekor kuda. Namun seperti, bahka n semua air dari semua sungai di dunia ini tidak bisa menyadarkannya. Aroma darah dan daging yang anyir masih tercium terhembus oleh angin pagi. Hua Men Tian dan Yun Zai Tian berdua telah kembali kekamarnya masing-masing dan bersiap-siap untuk pergi ke ruangan utama untuk makan pagi. Keduanya selalu terl ihat di ruang utama setiap pagi untuk sarapan, itu adalah salah satu kebiasaan di Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Nyonya Ketiga Shen akhirnya berhasil mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk melangkah masuk melewati pintu tersebut. Siapakah di dalam yang menunggunya? Kedua tangan Cui Nong memeluk kedua lututnya saat dia duduk sambil menekukkan tubuhnya di salah satu kursi besar di ruangan tersebut. Dia terlihat lelah dan k etakutan. Saat Nyonya Ketiga Shen bertemu pandang dengannya, keduanya nampak saling terkej ut. Ma Kong Qun perlahan-lahan memperhatikan dan mempelajari ekspresi wajah mereka berdua, dengan dingin seraya berkata, Aku lihat kalian berdua telah saling mengen al. Nyonya Ketiga Shen menganggukan kepalanya. Aku membawanya kesini untuk tinggal bersama kita sehingga engkau tidak perlu lagi pergi tengah malam menemuinya. Reaksi Nyonya Ketiga Shen sangat ganjil. Dia terlihat terbenam dalam pikirannya dan kelihatannya tidak mendengarkan apa yang diucapkan oleh Ma Kong Qun. Setelah beberapa saat, dia akhirnya menolehkan kepalanya ke Ma Kong Qun dan berk ata, Aku pergi dari rumah tadi malam. Aku tahu. Ma Kong Qun berkata. Orang yang aku temui bukanlah Cui Nong.

Nyonya Ketiga Shen berkata.

Aku tahu. Ma Kong Qun berkata.

Laki-laki tersebut telah duduk saat, ekspresi wajahnya masih terlihat tenang. Ti dak ada seorangpun yang dapat mengatakan apa yang dia pikirikan. Nyonya Ketiga Shen menatapnya dan perlahan-lahan berkata, alah Fu Hong Xue! Orang yang aku temui ad

Ma Kong Qun mendengarnya dengan jelas, namun kelihatannya kedua matanya tidak memperlihatkan sedikitpun reaksi. Bukan hanya perasaan kaget dan marah yang tida k terlihat diwajahnya, dia malah terlihat simpati dan penuh pengertian. Nyonya Ketiga Shen perlahan-lahan melanjutkan, Aku pergi menemuinya karena aku memiliki perasaan dia adalah pembunuhnya! Bukan dia. Ma Kong Qun menjawab dengan santai.

Aku juga sekarang tahu, namun saat itu aku harus mencari tahu sendiri, atau aku m erasa ada yang kurang. Nyonya Ketiga Shen berkata. Aku mengerti. Ma Kong Qun berkata. Aku dapat melihatnya dari kelakuannya. Wanita memiliki perasaan yang tajam, bila dia membencimu, maka kelakuannya terhadapku pasti akan berbeda. Nyonya Ketiga Shen menjelaskan. Begitu. Ma Kong Qun berkata.

Namun saat aku bersamanya, sepanjang waktu dia bertindak sopan terhadapku. Meskip un dia sedikit terkejut saat aku menemuinya pertama kali, dia tidak berusaha untuk menahanku saat aku hendak pergi. Nyonya Ketiga Shen berkata. Dia benar-benar seorang yang jantan. Ma Kong Qun menjawab. Nyonya Ketiga Shen berkat

Sayangnya hal itu tidak berlaku pada salah satu temanmu. a. Oh? Ma Kong Qun berseru.

Nyonya Ketiga Shen menggertakan giginya, matanya memerah. Dia membuka kerah baju nya dan pakaiannya jatuh ke bawah. Meskipun usianya telah mencapai tiga puluh tahuna n, namun bentuk tubuhnya benar-benar masih indah, layaknya gadis muda. Buah dadanya masih keras, perutnya masih rata dan langsung, dan kedua kakinya ramping dan pan jang. Namun sayangnya kulitnya yang halus seputih salju dipenuhi memar. Cui Nong bahkan tidak tahan untuk berteriak perlahan. Nyonya Ketiga Shen mulai meneteskan air matanya dan bertanya dengan lembut. Apakah kau tahu siapa yang melakukan hal itu padaku? Ma Kong Qun menatap memar-memar ditubuhnya, perasaan marah terlihat dimatanya.

Setelah beberapa saat dia menjawab,

Aku tidak tahu.

Tentu saja Nyonya Ketiga Shen tahu maksudnya. Dia perlahan-lahan menarik bajunya ke atas dan mengenakannya kembali seraya berkata, Baiklah bila engkau tidak ingin ta hu, aku hanya ingin kau mengerti bahwa aku mau melakukan apapun untukmu.

Sorot mata marah dan benci di mata Ma Kong Qun berubah menjadi rasa sakit. Setel ah beberapa saat dia menarik napas dan berkata, Sudah beberapa tahun, engkau melakuk an banyak hal untukku. Engkau mengalami berbagai penderitaan untuk ku. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba jatuh ke lantai dan terisan dilututnya. Ma Kong Qun perlahanlahan mengangkatnya dan mengeluskan tangannya ke rambutnya, sementara kedua matanya tetap melekat ke arah jendela. Angin pagi yang sepoi-sepoi berhembus ke seluruh padang rumput. Tempat ini sebetulnya bukan apa-apa selain hutan belantara. Aku tidak pernah berp ikir dapat membuat tempat ini menjadi besar dan indah seperti saat ini tanpa bantuanm u. Tidak ada seorangpun yang tahu betapa pentingnya engkau bagiku. Ma Kong Qun berkata. Selama engkau memahamiku aku sudah puas. Nyonya Ketiga Shen berkata.

Tentu saja aku memahami. Engkau membantuku membangun kerajaan ini karena engkau ingin aku lebih menderita lagi saat aku kehilangan semua ini. Ma Kong Qun berkata. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berseru, Apa engkau bicarakan? Ma Kong Qun tidak melihatnya lagi saat dia menjawab, rahasia kecilmu. Rahasia rahasia apa? Nyonya Ketiga Shen berkata. apa yang

Aku membicarakan mengenai

Perasaan sakit di sorot mata Ma Kong Qun terlihat makin dalam seraya dia melanju tkan, Aku telah mengetahui siapa engkau sebenarnya sejak pertama kali engkau tiba di s ini! Tubuh Nyonya Ketiga Shen mulai bergetar, sepertinya seseorang sedang mencekik di rinya. Napasnya bahkan berhenti saat perlahan-lahan berdiri dan terhuyung ke belakang. Matanya dipenuhi dengan rasa takut. Nama margamu bukanlah Shen, melainkan Hua. Ma Kong Qun berkata.

Kata-kata tersebut seperti palu yang memukul langsung kekepalanya. Dia terjatuh ke lantai. Kekasih gelap Bai Tian Yu, Hua Bai Feng, adalah kakak perempuanmu. berkata. Bagaimana bagaimana kau mengetahui hal itu. Dia berkata. Ma Kong Qun

Mungkin engkau tidak mempercayaikau, namun aku telah melihatmu sebelum kau datang kesini. Engkau bersama-sama dengan kakak perempuanmu dan Bai Tian Yu. Saat itu e ngkau masih kecil, dan kakak perempuanmu sedang mengandung anak Bai Tian Yu. Ma Kong Qu

n berkata. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba berhenti bergetar dan terdiam kaku. Setelah kematian Bai Tian Yu, aku sebenarnya berusaha mencari kalian berdua. Kaka k perempuanmu tidak dapat ditemukan. Namun siapa sangka engkau malah muncul di sin i? Ma Kong Qun berkata.

Nyonya Ketiga Shen terjatuh duduk ke kursi dibelakangya dan menatapnya. Paling t idak selama tujuh tahun terakhir dia telah tidur bersama laki-laki ini paling sedikit sepuluh kali sebulan, menahan rasa jijiknya, tangannya yang tidak berjari mengelus tubuhnya, menahan bau keringatnya yang menetes ke seluruh tubuhnya. Sering kali dia merasa dia tid ur di samping seekor kuda, seekor kuda tua. Dia menahan semua itu selama tujuh tahun terakhir karena satu tujuan yang dalam dihatinya bahwa dia percaya suatu hari laki-laki tersebut akhirnya akan membayar nya dengan harga yang sangat besar. Hanya saja, sekarang dia menyadari bahwa dia tel ah salah, sangat sangat salah. Tiba-tiba dia merasa seperti seekor cacing di dalam tangan seorang anak kecil, terus menerus dipermainkan. Aku telah mengetahuimu sejak lama, tapi aku tidak pernah mau mengatakannya. Tahuk ah kau kenapa? Ma Kong Qun bertanya. Nyonya Ketiga Shen menggelengkan kepalanya. Karena aku sangat menyukai dirimu, dan aku sungguh-sungguh membutuhkan wanita seperti dirimu. Ma Kong Qun menjawab. Nyonya Ketiga Shen tersenyum dengan sinis dan menambahkan, Tidak hanya itu malah aku telah mengantarkan tubuhku ke depan pintu dan gratis. Dia betul-betul tengah tersenyum, namun senyum tersebut mungkin lebih menyakitka n daripada menangis saat ini. Tiba-tiba dia melompat berdiri. Aku juga telah mengetahui hubunganmu dengan Cui Nong sejak lama. berkata. Oh? Nyonya Ketiga Shen menjawab. Ma Kong Qun

Cui Nong menyebarkan seluruh informasi mengenai Gedung Sepuluh Ribu Kuda dariku, dan dia mengatakan segalanya kepadaku apa yang dia dengar dari luar. Ma Kong Qun tert awa sambil melanjutkan, Engkau cukup pandai menggunakan seseorang sepertinya membicarakan berbagai informasi. Sayangnya engkau telah mengetahuinya sejak lama. Nyonya Ketiga Shen berkata.

Aku tidak pernah ingin untuk menghentikan kalian berdua karena aku tidak pernah memperoleh informasi yang penting juga. Ma Kong Qun berkata. Atau mungkin karena engkau masih ingin mengethaui semua informasi yang aku kataka n kepadanya. Nyonya Ketiga Shen berkata. Ma Kong Qun menarik napas panjang dan berkata, Sayangnya kakak perempuanmu jauh lebih pandai darimu. Hingga bertahun-tahun ini aku tidak pernah berhasil menemuk

an jejaknya sedikitpun. Itulah sebabnya dia masih hidup. Nyonya Ketiga Shen berkata. Ma Kong Qun bertanya.

Bagaimana dengan anak laki-lakinya?

Dia juga masih hidup. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Apakah dia sudah kembali ke kota perbatasan? Ma Kong Qun bertanya.

Bagaimana menurutmu? Nyonya Ketiga Shen menjawab. Apakah dia Ye Kai? Atau Fu Hong Xue? Ma Kong Qun berkata. Engkau tidak dapat menebaknya? Nyonya Ketiga Shen membalas. Ma Kong Qun tersenyum dan berkata, Meskipun engkau tidak mengatakannya kepadaku, aku pasti punya cara untuk mengetahuinya. Lalu kenapa musti repot-repot menanyaiku? Nyonya Ketiga Shen berkata. Ma Kong Qun menarik napas panjang, Tahukah kau, bahkan hingga hari ini, aku sebenarnya tidak ingin mengungkapkan rahasiamu ini. Karena aku betul-betul menik mati hubungan yang kita miliki. Sayangnya engkau tidak memiliki pilihan lain sekarang. Nyonya Ketiga Shen berkata.

Karena rahasia ini tidak bisa disembunyikan lagi lebih lama. Ma Kong Qun berkata. Karena engkau pun sudah membiarkan berlarut-larut cukup lama, apa bedanya kalau engkau masih mau menundanya beberapa hari lagi? Nyonya Ketiga Shen menjawab.

Aku memiliki seorang anak laki-laki, seorang anak perempuan dan beratus-ratus pen gikut. Aku tidak ingin lagi melihat mereka mati di depan mataku. Berapa banyak lagi orang yang telah mati tadi malam? Cukup banyak. Dia menjawab dengan serius. Menurutmu siapakah pembunuhnya? Ye Kai? Fu Hong Xue? Kebencian mulai terpancar dari sorot mata Ma Kong Qun kemudian dia berkata denga n tegas, Aku tidak peduli siapa pembunuhnya, tapi aku jamin, dia tidak akan pernah dapat melarikan diri! Surga seperti jala yang besar, tidak ada apapun yang dapat lolos darinya. Pembunu h pasti akan dihukum betulkan? Nyonya Ketiga Shen berkata. Tepat sekali. Ma Kong Qun menjawab. Lalu bagaimana denganmu? Kemarahan di mata Ma Kong Qun berubah menjadi ketakutan, ketakutan yang sangat d alam hingga menyelusup ke dalam tulangnya. Tiba-tiba dia berdiri dan berjalan ke arah jendela, sepertinya dia tidak ingin Nyonya Ketiga Shen melihat ekspresi wajahnya. Sesaat kemudian terdengar suara gong dipukul dari luar. Ma Kong Qun menarik napas dan berkata, Seperti hari-hari sebelumnya yang telah be

rlalu. Ini waktunya untuk sarapan pagi lagi. Engkau masih punya napsu makan hari ini? Nyonyta Ketiga Shen berkata. Ini adalah kebiasaan yang khas diriku, yang tidak akan dapat diubah! Tanpa melihat sekejap pun ke wanita itu, dia berlalu menuju pintu. Tunggu sebentar. Nyonya Ketiga Shen berkata.

Ma Kong Qun berhenti. Engkau akan pergi begitu saja? Wanita tersebut bertanya. Kenapa tidak? Ma Kong Qun menjawab. Apa apa yang hendak engkau lakukan terhadapku? Tidak ada. Aku tidak mengerti maksudmu. Tidak ada yang perlu harus dimengerti. Engkau telah membeberkan rahasiaku, apakah engkau tidak ingin membunuhku? Membeberkan rahasia adalah satu hal, membunuhmu adalah hal lain! Tapi Aku tahu bahwa kau tidak bisa tinggal lebih lama lagi disini. Engkau membiarkan aku pergi? Ma Kong Qun tersenyum, senyumnya yang betul-betul pahit, Kenapa aku tidak membiarkanmu pergi? Apakah engkau pikir aku tega untuk membunuhmu? Nyonya Ketiga Shen menatapnya dengan heran. Dia menyadari bahwa dia tidak pernah mengerti laki-laki ini. Mungkin dia tidak akan pernah mengerti sama sekali. Dia tidak tahan untuk bertanya, Karena engkau membiarkanku pergi begitu saja, kenapa engkau membeberkan rahasiaku? Ma Kong Qun tersenyum dan berkata, Karena aku tidak ingin engkau menganggap aku tolol. Atau karena engkau tidak ingin lagi aku disini. Nyonya Ketiga Shen menambahkan. Mungkin. Dia tidak berkata-kata lagi dan berjalan keluar. Suara langkahnya yang dalam dan berat bergema saat dia menuruni tangga ke bawah. Sepertinya perasaannya sedang kacau. Kenapa dia tidak membunuhnya? Apakah dia benar-benar sayang padanya? Nyonya Ketiga Shen mengepakan jari-jarinya dan untuk tidak berdiam diri lagi leb ih lama. Berpikir mengenai hal itu hanya akan menambah rasa sakit saja. Laki-laki ini ada lah orang yang telah membohonginya, yang telah mempermainkannya. Namun dia tidak punya pil ihan lain untuk membunuhnya, sebaliknya dia malah membiarkannya pergi begitu saja. Mungkin dia tidak pernah ingin membohonginya, namun karena dirinya sendiri yang ingin dibohongi. Tidak peduli apapun yang laki-laki itu pernah lakukan pada dirinya, namun dia be nar-benar tidak berhutang apapun pada dirinya.

Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba merasakan sesuatu yang tajam menusuk hatinya. Rasa sakit yang belum pernah dia rasakan, rasa sakit yang bahkan tidak pernah dia bayangkan akan dia rasakan. Namun kita semua hanyalah manusia biasa. Emosi manusia selalu dipenuhi oleh kont radiksi dan rasa sakit. Cui Nong bangkit berdiri, berjalan ke depan ke arahnya dan berkata dengan lembut , Karena dia telah membiarkan kita pergi, kenapa kita tidak pergi saja ? Nyonya Ketiga Shen menarik napas panjang dan menjawab, Tentu saja kita pergi, han ya saja aku tidak pernah datang kesini lagi. ooOOOooo Bab 14. Golok Yang Mata Goloknya Tidak Pernah Terlihat Ma Kong Qun perlahan-lahan menarik tempat duduknya. Meja panjang yang berada di depannya terlihat seperti permukaan jalan yang panjang. Dari gundukan lumpur dan kolam darah hingga seperti saat ini, dia telah melalui jalan yang panjang tersebut. Namun akan menuju kemanakah dari sini? Apakah akan kembali menuju ke gundukan lumpur dan kolam darah? Ma Kong Qun perlahan-lahan meluruskan tangannya ke atas meja. Keriput diwajahnya terlihat semakin jelas di bawah cahaya matahari pagi. Tiap keriput diukir oleh d arah dan air mata yang mengucur tak terhingga lamanya. Sebagian berasal dari dirinya, dan seb agian berasal dari darah dan air mata orang lain! Hua Men Tian dan Yun Zai Tian telah tiba. Mereka telah duduk disana berdiam diri , namun kelihatannya banyak sekali yang ada dipikiran mereka. Gong Sun Duan datang dengan tergopoh-gopoh, membawa aroma arak yang memualkan. Ma Kong Qun tidak mengangkat kepalanya untuk melihatnya, juga tidak mengucapkan sepatah katapun. Saat ini betul-betul bukan saat yang tepat untuk mabuk. Dia betul-betul malu dan marah -marah terhadap dirinya sendiri. Dia merasa gatal untuk menarik goloknya dan menebaskannya kedadanya sendiri untuk mengeluarkan darah ya ng dipenuhi oleh arak. Suasana di dalam ruangan utama sangat tegang dan penuh tekanan. Makan pagi telah disiapkan, di atas meja telah tersedia sayuran segar dan daging

anak sapi panggang.

Ma Kong Qun tiba-tiba memperlihatkan senyumnya dan berucap, hari ini.

Makanan terlihat enak

Huan Men Tian menganggukan kepalanya, Yun Zai Tian juga menganggukkan kepalanya. Sajian benar-benar sangat membangkitkan selera, namun siapa yang mempunyai napsu makan saat ini? Cuaca di luar juga terlihat indah, namun angin yang berhembus me mbawa aroma darah yang berbau amis. Yun Zai Tian menurunkan kepalanya dan melaporkan, semalam, mereka semua Ma Kong Qun memotongnya dan berkata, Baiklah. Yun Zai Tian menjawab. Simpan kata-kata itu setelah kita makan. Patroli pertama yang kita kirim

Saat itu, setiap orang menurunkan kepalanya ke bawah dan mengakhiri makan pagi m ereka dengan sunyi. Meskipun rasa daging bakar lezat namun terasa pahit dan asam saat menyentuh mulut. Hanya Ma Kong Qun yang menikmati makanannya. Mungkin yang sedang dia kunyah bukan makanannya, akan tetap yang ada dalam pikirannya. Semuanya harus sudah mencapai titik penyelesaian. Beberapa hal tidak bisa begitu saja diputuskan, namun harus melalui pemikiran yang hati-hati. Namun, saat itu banyak sekali yang ada dalam pikirannya, oleh karena itu dia harus mengunyah dengan perlahan-l ahan agar dia dapat mencernanya. Tidak ada seorangpun yang berani meletakan sumpitnya sebelum Ma Kong Qun meletak an sumpitnya. Jendela di ruangan tersebut sangat tinggi. Matahari yang menyorot ke bawah menyi nari debu sehingga terlihat dengan jelas. Dia menatap debu yang beterbangan di ruangan dan tiba-tiba berkata, a debu-debu ini baru terlihat di bawah cahaya matari? Bagaimana bis

Tidak ada seorangpun yang menjawab. Tidak ada seorangpun yang berani untuk menja wab. Perkataan tersebut mungkin bukan suatu pertanyaan. Pertanyaan ini merupakan pert anyaan yang terlalu basa basi. Mata Ma Kong Qun perlahan-lahan menyapu ke seluruh ruangan ke arah masing-masing wajah. Dia tiba-tiba tersenyum dan berkata, Engkau hanya dapat melihat debu ini k arena

disinar cahaya matahari karena kalau tidak, engkau tidak pernah menyadari bahwa debu tersebut memang benar-benar ada disana dari dulu. Dia perlahan-lahan melanjutkan, Sebenarnya tidak masalah apakah engkau dapat melihatnya atau tidak, debu tersebut tetap berada disana apapun yang terjadi. Betul-betul pertanyaan yang tolol, namun betul-betul jawaban yang sangat pintar. Tidak ada seorangpun yang mengerti mengapa dia mengeluarkan perkatan tersebut. J adi tidak ada seorangpun yang berani membuka mulut.

Ma Kong Qun menlanjutkan, Banyak hal di dunia ini sebetulnya seperti itu. Banyak hal di dunia ini seperti halnya debu di udara. Mereka semua berada tepat di hadapanmu n amun engkau tidak pernah menyadarinya. Oleh karena itu engkau selalu berasumsi mereka tidak pernah ada. Dia memandang ke arah Yun Zai Tian dan Hua Men Tian dan berkata, Untungnya cahaya

matahari selalu bersinar, dan cepat atau lambat semuanya pasti terungkap Hua Men Tian mengangkat kepalanya dan menatap ke bawah ke arah sisa-sisa makan d i atas piringnya. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun, juga tidak melihat reaksi apapun diwajahnya. Namun tidak memperlihatkan reaksi merupakan hal yang aneh bagi dirin ya. Dia tiba-tiba berdiri dan berseru, Lebih dari setengah orang-orang yang kemaren b erpatroli adalah bawahanku. Aku akan berangkat sekarang untuk memastikan mereka memperoleh penguburan yang layak. Tunggu sebentar. Ma Kong Qun berkata. Apakah Tuan Gedung memiliki perintah untuk ku? Hua Men Tian bertanya. Tidak. Lalu apa yang aku harus tunggu? Untuk seseorang yang akan tiba. Siapa? Seseorang yang akan muncul cepat atau lambat. Hua Men Tian perlahan-lahan duduk kembali, seraya tidak tahan lagi untuk menjawa b, Dan bagaimana bila dia tidak muncul? Ekspresi wajah Ma Kong Qun merengut, Jadi kita akan menunggu. Saat mereka melihat ekspresi wajahnya berubah, mereka menyadari bahwa suatu hal akan dilakukan sehubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Karena tidak ada tempat un tuk berdebat, maka semua orang hanya duduk dan menunggu. Siapakah yagn mereka tunggu ? Sesaat, mereka mendengar suara derap kaki kuda tiba dari luar. Seorang laki-laki berpakaian putih memasuki ruangan dengan terburu-buru dan melaporkan, Seseorang diluar memin ta untuk bertemu dengan anda. Siapa? Ma Kong Qun bertanya. Ye Kai. Sipembawa pesan menjawab. Apakah dia sendiri? Ma Kong Qun berkata. Dia sendirian. Senyum aneh muncul dari wajah Ma Kong Qun, Jadi dia benar-benar telah datang, dan

tiba dengan cepat. Dia berdiri dan berjalan keluar. Tuan Gedung, apakah dia yang sedang anda tunggu?

Hua Men Tian berkata.

Ma Kong Qun tidak mengiyakan namun juga tidak menyangkal, dia hanya menjawab den gan kereng, Sebaiknya kalian semua tetap disini dan menunggu aku kembali. Dia mendengus dan melanjutkan, Namun kalian tidak akan menunggu terlalu lama kare na aku akan kembali dengan cepat. Saat Ma Kong Qun berkata sebaiknya setiap orang untuk diam menunggu, maka artiny a setiap orang tidak ada pilihan lain kecuali diam menunggu. Semuanya mengerti hal itu dengan sangat baik. Yun Zai Tian menatap ke arah cahaya matahari yang bersinar dari jendela. Dia ter lihat jatuh tenggelam dalam pikirannya sepertinya sedang merenungkan apa yang Ma Kong Qun katakan barusan. Jari-jari Gong Sun Duan mengepal dengan kencang dan kedua matanya terlihat memer ah darah. Ma Kong Qun sama sekali tidak memandangnya sekalipun, apa sebabnya? Hua Men Tian masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri kenapa Ye Kai tiba-tiba m uncul pagi ini dan bagaimana Ma Kong Qun tahu bahwa dia bakal muncul? Setiap orang memiliki pertanyaan dalam pikirannya masing-masing, namun hanya sat u orang yang dapat menjawab pertanyaan mereka. Orang tersebut yaitu diri mereka masing-m asing. Cahaya matahri bersinar di angkasa. Ye Kai berdiri di bawah sinar dari cahaya ma tahari pagi. Kelihatannya meskipun cahaya matahari telah surut, dia tetap terlihat dikeliling i cahaya. Dia tidak pernah berdiri dalam kegelapan. Dia menatap ke atas ke arah bendera rakasasa yang berkibar tertiup angin, dia ba hkan tidak menyadari bahwa Ma Kong Qun telah berjalan keluar. Ma Kong Qun berjalan ke sampi ng dirinya dan menatap ke atas ke arah bendera tersebut juga. Lima kata kebesaran yang tertulis pada bendera tersebut berwarna merah; puluh Ribu Kuda Guang Dong . Gedung Se

Ye Kai menarik napas dan berucap, Betapa bendera kebesaran yang megah, apakah har us dikerek ke atas setiap hari? Ya. Ma Kong Qun menjawab. Dia menatap Ye Kai sepanjang waktu, menngamati dan menganalisa ekspresi wajahnya. Ye Kai akhirnya memandang balik kearahnya dan berkata, Pasti sulit untuk menganga tk bendera besar dan berat seperti itu setiap hari.

Ma Kong Qun terdiam beberapa saat, kemudian menarik napas dan berkata, Betul-betu l bukan hal yang mudah. Apakah ada hal di dunia ini yang diperoleh dengan mudah? Hanya satu. Apakah itu? Ma Kong Qun menjawab. Ye Kai bertanya. Ma Kong Qun menjawab. Ye Kai berkata.

Menipu dirimu sendiri. Ye Kai tersenyum.

Ma Kong Qun tidak tersenyum seraya melanjutkan, Agak sulit untuk menipu orang lai n namun relatif jauh lebih mudah untuk menipu diri sendiri. Namun bila seseorang betul-betul dapat menipu dirinya sendiri, maka hari-harinya pasti dapat dilewati dengan bahagia. Ye Kai berkata, Bagaimana denganmu? Apakah engkau dapat menipu dirimu sendiri? Tidak. Ma Kong Qun menjawab. Ye Kai berkata.

Itulah sebabnya hari-harimu tidak dapat dilewati dengan bahagia. Ma Kong Qun tidak menjawab, dia memang tidak harus menjawab.

Sorot mata simpati keluar dari Ye Kai saat dia memandang keriput di wajah Ma Kon g Qun. Setiap keriput tersebut tergores oleh lecutan cambuk, cambuk yang tersimpan dala m-dalam di hatinya. Halaman yang dikelilingi oleh pagar tidak terlalu besar, namun padang rumput bel antara diluar terlihat sangat luas dan tidak bertepi. Kenapa orang lebih memilih diriny a terkurung dalam pagar seperti ini? Dengan tidak sadar, keduanya memutar tubuhnya bersamaan dan berjalan ke arah pin tu pagar yang besar. Langit terlihat cerah, rerumputan di padang luar bergelombang tertiup angin seperti ombak dilautan. Selarik suasana mendung kelabu berlalu di udara. Ma Kong Qun memandanginya dan menarik napas panjang, sudah kehilangan nyawanya. Terlalu banyak orang yang

Mereka betul-betul tidak seharusnya mati. Ye Kai menambahkan. Ma Kong Qun tiba-tiba menolah dan menatapnya, Lalu siapa yang pantas mati?

Beberapa orang berpikir akulah yang pantas mati, dan beberapa yang lainnya berpik ir mungkin engkau yang pantas, itulah sebabnya mengapa ,,, Mengapa apa? Sebabnya mengapa seseorang menginginkan aku kembali kesini dan mengambil nyawamu! Ye Kai menegaskan. Langkah kaki Ma Kong Qun berhenti, Ye Kai menatap kepadanya namun tidak terlihat pun ekspresi terkejut diwajahnya. Kelihatannya dia sudah menduga-duga hal itu jauh sebelumnya. Beberapa ekor kuda yang keluar dari kelompoknya tiba-tiba berlari kencang ke ara h mereka. Ma Kong Qun melompat ke atas dan menungganginya salah satu dari mereka. Dia memberikan isyarakat ke Ye Kai kemudian mencongklang kudanya, seperti dia berhar ap Ye

Kai mengikutinya. Tentu saja, Ye Kai mengikutinya. Bila area perbatasan merupakan batas akhir dari dunia, maka perbukitan kecil ter sebut mungkin merupakah dunia yang lainnya. Ye Kai pernah berada di sini sebelumnya.

Saat Ma Kong Qun ingin berbincang-bincang secara rahasia, dia selalu membawanya kesini. Sepertinya tempat ini merupakan satu-satunya tempat yang dapat menghilangkan pag ar yang mengelilingi hatinya. Retakan panjang pada sebongkah batu yang dibuat oleh pedang Gong Sun Duan masih berada disana. Ma Kong Qun dengan lembut mengusapkan tangannya disana, seperti mengusap luka yang berada ditubuhnya. Apakah karena batu nisan ini membawa kemba li rasa sakitnya dimasa lalu? Setelah beberapa saat, dia akhirnya membalikan badannya. Angin terasa makin memberikan kesedihan dan kemuraman di bukit tersebut. Ubanya berkibaran tertiup angin tak beraturan sehingga membuat dia semakin terlihat leb ih tua. Namun matanya masih tajam setajam sorot mata elang. Dia menatap Ye Kai dan berta nya, Seseorang menginginkan engkau membunuhku? Ye Kai menganggukan kepalanya. Namun engkau tidak ingin membunuhku? Ma Kong Qun berkata. Bagaimana engkau mengetahui hal itu. Ye Kai menjawab. Karena, kalau engkau hendak membunuhku, maka engkau tidak akan datang untuk memberitahukannya. Ma Kong Qun berkata. Ye Kai menarik napas panjang, apakah dia mengiyakan? Atu dia membantahnya? Engkau mungkin sudah menduga untuk membunuhku pasti bukan tugas yang mudah. Kong Qun berkata. Kenapa engkau belum menanyakan siapa yang menyuruhku membunuhmu? Ye Kai berkata. Aku tidak perlu bertanya. Kenapa begitu? Karena, akupun bahkan tidak pernah berpikir orang-orang tersebut sebagai ancaman.

Ma

Ekspresi wajah Ma Kong Qun menjadi tenggelam, kemudian melanjutkan, Banyak orang yang menghendaki aku mati, namun hanya satu yang paling patut untuk dikhawatirka n. Siapa? Ye Kai berkata. Sebetulnya, aku pun tidak yakin apakah orang tersebut adalah engkau atau Fu Hong Xue. Ma Kong Qun menjawab. Dan sekarang engkau sudah yakin siapakah orang tersebut? Ye Kai berkata.

Ma Kong Qun menganggukan kepalanya, pupil matanya berkotraksi saat menjawab, Aku sudah menduganya sejak lama. Mata Ye Kai bercahaya, Jadi engkau pikir Fu Hong Xue yang melakukan pembunuhan tersebut? Bukan.

Bila bukan dia, lalu siapa? Kebencian terpancar dari mata Ma Kong Qun saat dia memalingkan wajahnya ke arah padang belantara dibelakang mereka. Dia tidak menjawab pertanyaan Ye Kai. Setela h beberapa saat, dia menegaskan dengan nada yang serius, Aku pernah mengatakan sebelumnya, kerajaan ini dibangun oleh darah dan keringatku. Tidak seorangpun ak u biarkan merebutnya dari tanganku. Tidak ada jawaban. Ye Kai melihat ada sesuatu yang aneh yang keluar dari perkata an tersebut, karena itu dia memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Langit biru, biru yang gelap. Dan di dalam langit yang biru tersebut terdapat ab u-abu keperakan yang berputar, mirip sekali dengan lautan. Dari tempat mereka berdiri, bendera raksasa tadi terlihat kecil dan tidak berarti dan kata-kata yang tertulis di ben dera tersebut tidak terbaca. Banyak hal di dunia ini persis seperti ini. Engkau mungkin berpikir satu keadaan telah begitu suram dan kusutnya sehingga tidak dapat diperbaiki lagi, namun saat dilihat dari perspektif yang lain, engkau baru menyadari bahwa hal tersebut tidak perlu terlalu dikhawat irkan. Setelah beberapa saat, Ma Kong Qun tiba-tiba bertanya, Engkau tahu aku memiliki s eorang anak perempuan. Ye Kai hampir tidak dapat menahan senyumnya. Tentu saja dia tahu bahwa Ma Kong Q un memiliki seorang anak perempuan. Engku telah mengenalnya? Ma Kong Qun bertanya. Ya!

Ye Kai menganggukan kepalanya dan menjawab, Bagaimana dia menurutmu?

Ma Kong Qun bertanya.

Dia hebat. Ye Kai menjawab. Dia benar-benar berpikir gadis itu adalah gadis yang h ebat. Dia memiliki sifat yang manja, namun dia benar-benar seorang yang baik dan penuh perhatian dihatinya. Ma Kong Qun kembali jatuh diam beberapa saat. Tiba-tiba dia berpaling ke arahnya dan menatap Ye Kai dan bertanya, Apakah engkau menyukainya? Ye Kai terkejut, dia tidak pernah membayangkan Ma Kong Qun akan menanyakan hal s eperti itu. Engkau mungkin heran kenapa aku menanyakanmu hal ini. Ma Kong Qun berkata.

Iya, aku rasa juga merasa sedikit aneh.

Ye Kai menjawab.

Aku menanyakan hal ini karena aku hanya berharap engkau dapat membawanya pergi bersamamu. Ma Kong Qun berkata. Ye Kai terlihat terkejut, Membawanya pergi? Kemana?

Kemanapun engkau ingin pergi, selama engkau berkeinginan membawanya bersama mu, maka engkau dapat membawanya kemanapun. Ma Kong Qun berkata. Mengapa engkau ingin aku membawanya pergi? Ye Kai tidak tahan untuk bertanya.

Karena karena aku tahu dia betul-betul menyukaimu. Ma Kong Qun berkata. Mata Ye Kai bercahaya, Bila dia menyukaiku, lalu kenapa kita tidak dapat bersama disini? Bayangan terlihat sekilas di wajah Ma Kong Qun, dia perlahan-lahan menjawab, Bany ak hal akan terjadi disini, aku tidak ingin dia terlibat hal ini, karena dia betul-betu l tidak bersalah. Ye Kai menatapnya balik dan menarik napas panjang, Engkau betul-betul seorang aya h yang baik. Apakah engkau akan berjanji untukku? Ma Kong bertanya. Ekspresi wajah yang aneh muncul di wajah Ye Kai. Dia perlahan-lahan memalingkan wajahnya ke arah padang belantara. Dia juga tidak menjawab pertanyaan Ma Kong Qun, setelah beberapa saat akhirnya d ia menjawab, Aku telah mengatakan hal ini sebelumnya, ini adalah rumahku. Dan karena aku telah kembali, aku tidak berencana untuk pergi. Jadi engkau tidak mau berjanji untukku? Ma Kong Qun berkata. Aku tidak dapat membawanya pergi. Namun aku dapat berjanji apapun yang akan terja di disini, dia tidak akan terlibatkan. Ye Kai berkata. Karena dia betul-betul tidak

Sedikit cahaya muncul diwajahnya seraya melanjutkan,

bersalah dan tidak ada hubungannya dengan ini semua. Mata Ma Kong Qun pun mulai bercahaya juga, dia menepuk bahu Ye Kai dan berkata, M ari pergi, aku ingin minum secangkir arak denganmu. Arak masih di atas meja. Arak tidak dapat menghilangkan rasa sakit dan penderitaan di kehidupan kita, nam un arak dapat membantu kita menipu diri kita sendiri. Gong Sun Duan dengan erat menggenggam gelas emasnya. Dia tidak tahu kenapa dia h arus minum saat ini, saat ini betul-betul bukan saat yang tepat untuk mabuk. Namun in i adalah gelas yang kelima di pagi ini. Hua Men Tian dan Yun Zai Tian memandanginya mabuk. Namun mereka tidak menghalanginya, juga tidak memilih untuk mabuk bersamanya. Selalu ada jarak dian tara

mereka. Dan sekarang jarak tersebut kelihatannya semakin lebar dan lebar. Gong Sun Duan menatap arak digelasnya dan tiba-tiba dia merasakan kesenderian ya ng tidak dapat dijelaskan. Semua pertempuran yang dia alami, darah, keringat, berap a banyak yang dia keluarkan? Semua keuntungannya malah untuk orang lain. Membohongi diri sendiri muncul dalam dua bentuk: kesombongan dan mengasihani dir i. Seorang anak kecil mengenakan pakaian berwarna merah dengan kuncir yang berwana hitam pekat memasuki ruangan utama.

Meskipun anak kecil itu bukan anaknya, Gong Sun Duan selalu menyukainya. Karena dia merasa anak kecil itu seperti dirinya juga -mungkin anak kecil ini merupakan sat u-satunya orang yang sungguh-sungguh menyukainya. Dia merengkuhnya dan menangkat anak kecil tersebut di bahunya dan berkata sambil tersenyum, Setan kecil, apakah engkau kesini mau mencuri arakku? Anak kecil tersebut menggelengkan kepalanya, tiba-tiba bertanya perlahan, kenapa engkau memukul Bibi Ketiga? Siapa yang mengatakan hal itu padamu? Gong Sun Duan berkata tegas. Bibi Ketiga mengatakan pada dirinya sendiri. Dan bahkan dia tidak mengatakannya k epada ayah tentang hal ini, engkau sebaiknya berhati-hati. Anak kecil tersebut menjawab . Ekspresi Gong Sun Duan memburuk, begitu pula suasana hatinya. Dia akhirnya menge rti kenapa Ma Kong Qun bersikap seperti itu pagi tadi. Mungkin hal itu bukan penyeba bnya, namun kesimpulannya seperti itu. Paling tidak ini lebih baik daripada tidak meng erti sama sekali. Dia melepasakan anak laki-laki itu dan bertanya, Dimana Bibi Ketiga sekarang? Dia sudah pergi. Anak kecil itu menjawab. Kenapa

Gong Sun Duan tidak mengucapkan perkataan lain, dia melompat dengan cepat-cepat ke luar pintu. Dia terlihat seperti binatang buas yang terluka. Yun Zai Tian dan Hua Men Tian juga tidak berkata-kata, mereka masih menunggu dis ana dengan bisu. Karena Ma Kong Qun telah memerintahkan mereka untuk tetap tinggal. Rumput dan semak-semak liar berdesir tertiup angin, bendera raksasa Gedung Sepul uh Ribu Kuda berkibar dengan megahnya. Debu dan pasir di atas lantai masih terasa panas membakar, Fu Hong Xue membungku k dan menangkup pasir setangan penuh. Salju pun pasti akan panas membara -salju yang terendam ke dalam darah yang panas. Dia meremas pasir tersebut dengan kerasnya h ingga pasir tersebut masuk ke dalam kulitnya. Saat itu kemudian terlihat Nyonya Ketiga Shen dan Cui Nong berlalu, namun baginy a kedua orang itu hanya dua orang asing yang cantik. Mereka berada di atas kuda dan keli hatannya sedang terburu-buru. Fu Hong Xue menundukkan kepalanya, dia memiliki kebiasaan untuk tidak pernah men atap

wanita. Dia tidak pernah melihat wajah Nyonya Ketiga Shen sebelumnya. Kedua ekor kuda tersebut mendadak berhenti dihadapannya, namun dia tetap berjalan. Kaki kirinya melangkah ke depan, kemudian kaki kanannya diseret dibelakang. Sinar matahari menerpa wajahnya, dia terlihat sepucat salju dari gunung dikejauh an. Salju yang sangat dingin, yang tidak akan pernah meleleh. Kedua wanita tersebut turun dari kudanya dan menghalangi jalannya. Meskipun dia memilih untuk tidak melihatnya, namun dia tidak dapat mengabaikan suara mereka.

Suara seorang wanita tiba-tiba terdengar ditelinganya, Apakah engkau tidak ingin melihat seperti apakah rupaku? Seluruh tubuh Fu Hong Xue tiba-tiba membeku. Dia tidak pernah melihat wajah Nyon ya Ketiga Shen, namun dia mengenali suaranya. Suaranya yang hangat dan lembut dihan gatnya sinar matahari seperti halnya saat dikegelapan malam. Tangannya yang lembut dan hangat, bibirnya yang lembut dan basah, gairahnya yang misterius dan tak tertahankan semua hal itu sepertinya sejauh dan sedalam mimpi kosong. Dalam sekali ucapan, semua hal itu berubah menjadi kenyataan. Fu Hong Xue mengepalkan kedua tangannya dengan eratnya, seluruh tubuhnya mulai bergoyang dan bergetar yang muncul karena kesenangan dan kegelisahan, dia masih belum berani mengangkat kepalanya. Namun dia sungguh-sungguh ingin melihat seperti apa rupanya, akhirnya dia melihat keatas. Dia melihat sepasang mata yang lembut dan hangat serta senyum yang sangat menyentuh. Namun orang yang dia lihat adalah Cui Nong. Dia tersenyum dan menatapnya balik merayu. Nyonya Ketiga Shen berdiri dengan bis u sepertinya dia hanya seorang asing. Sekarang akhirnya engkau melihat seperti apa rupaku. at. Cui Nong berkata dengan memik Fu Hong Xue menjawab.

Sekarang akhirnya aku dapat melihat seperti apa rupamu.

Api yang membara terpancar dimatanya yang biasanya dingin dan sepi. Pada saat it u, dia memberikan seluruh perasaan dan emosinya kepada wanita yang berdiri dihadapannya , karena dia adalah wanita pertama yang dia miliki. Nyonya Ketiga Shen berdiri disana memandang mereka dengan bisu tanpa setitikpun ekspresi diwajahnya. Dia hanya tidak merasakan perasaan yang sama dengan laki-la ki itu. Dia hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Untuk balas dendam, dia bersedia u ntuk melakukan apapun. Namun saat ini semuanya telah berubah, dia tidak lagi berkeinginan seperti itu. Dia tidak ingin siapapun mengetahuinya apa yang terjadi antara dia dan Fu Hong Xue. Yang l ebih penting lagi, dia tidak akan membiarkan Fu Hong Xue mengetahuinya. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba merasa dirinya sakit. Fu Hong Xue masih menatap Cui Nong, menatap dengan segenap hatinya. Rona merah terlihat diwajahnya yang pucat.

Baiklah, aku biarkan engkau memandangiku selama engkau inginkan. Cui Nong tertawa genit. Wanita seperti dia selalu memikili kata-kata saat berbicara dengan seoran g laki-laki. Salju yang membeku di gunung kejauhan nampaknya mulai terlihat meleleh. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba memotongya dan berkata, ku ucapkan padamu. Jangan lupa apa yang telah a

Cui Nong menganggukan kepalanya, kemudian menarik napas dan berkata, membiarkan engkau melihatku sekarang karena situasi telah berubah. Situasi telah berubah? Fu Hong Xue bertanya.

Aku

Ma Kong Qun telah Cui Nong berkata. Tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda memotong perkataannya. Seekor kuda mel esat cepat ke arah mereka, penunggangnya seorang yang kuat dan gagah seperti halnya p uncak gunung, namun juga pandai dan cekatan seperti kelinci. Kuda yang bagus tersebut meringkik, sipengendara telah melompat. Ekspresi wajah Nyonya Ketiga Shen berubah, segera dia bergeser ke belakang Cui N ong. Gong Sun Duan buru-buru melayangkan tangannya dan menampar wajah Cui Nong sambil

membentak, Pergi sana! Namun suaranya tiba-tiba berhenti. Tangannya pun tidak pernah mencapai wajah Cui Nong. Sebuah golok tiba-tiba terhunus dan menghalangi layangan tangannya. Sarungnya be rwarna hitam pekat, gagangnya pun berwarna hitam pekat. Namun tangan yang memegang golo k sepucat salju. Pembuluh darah mengembang di seluruh dahi Gong Sun Duan, kemudian dia menoleh da n menatap Fu Hong Xue. Engkau lagi. Ini aku. Aku tidak ingin membunuhmu hari ini. Aku tidak ingin membunuhmu juga. Maka sebaiknya hengkang sejauh mungkin dari sini. Aku pikir aku akan tetap berdiri seperti ini. Gong Sun Duan memandangnya, kemudian menatap Cui Nong. Dengan pandangan seperti orang yang tidak percaya dia berkata, Apakah dia wanita mu atau apa? Ya. Fu Hong Xue menjawab. Gong Sun Duan tiba-tiba mulai tertawa, Apakah engkau tidak tahu dia adalah pelacu r? Seluruh tubuh Fu Hong Xue membeku. Dia mundur dua langkah dan menatap Gong Sun Duan. Wajahnya yang pucat terlihat hampir transparan. Gong Sun Duan masih tertawa, sepertinya dia belum pernah melihat suatu hal yang lebih lucu lagi selama hidupnya. Fu Hong Xue masih tetap diam berdiri. Tangan yang memegang goloknya terlihat san gat pucat yang juga terlihat hampir transparang juga. Setiap urat nadi dan pembuluh

darahnya terlihat menggelembung. Saat Gong Sun Duan menghentikan tawanya, Fu Hong Xue mengucapkan tiga buah kata. Cabut keluar pedangmu.

Tiga buah kata yang sederhana, diucapkan dengan sangat perlahan, bahkan hampir s eperti bisikan. Bisikan yang amat sangat menakutkan yang membuat semua bulu roma bergid ik berdiri. Dia berbicara dengan perlahan, demikian perlahannya hingga suaranya terdengar se perti suara aneh yang berasal dari alam lain, neraka. Gong Sun Duan tetap membeku, semburan api mulai terlihat dimatanya. Dia memandan gi Fu Hong Xue dan bertanya, Apa yang engkau katakan? Cabut keluar pedangmu. Sinar matahari yang membakar. Pasir yang menguning beterbangan berputar-putar ke udara, padang rerumputan terl ihat seperti hamparan emas. Meskipun dataran tersebut disinari oleh hangatnya cahaya matahari yang bersinar dengan nyaman, namun suasana dan aura disekitar sana dipenuhi dengan hawa kematian. Haw a kematian yang mengelilingi mereka. Hawa yang menjepit dan menyesakan. Segalanya terlihat mengerikan yang sangat tidak wajar, bahkan sedikitpun tidak terlihat au ra ketentraman. Tangan Gong Sun Duan telah melingkari gagang pedang peraknya yang melengkung. Ma ta pedang perak yang sedingin es terlihat mulai memancarkan udara panas. Telapak ta ngannya berkeringat, dahinya telah berkeringat, seluruh tubuhnya serasa seprti dipanggan g dibawah sinar matahari yang menyelimutinya. Cabut keluar pedangmu! Arak yang berada di dalam darahnya yang hangat mulai mendidih. Saat itu betul-be tul sangat terik, terik hingga batas-batas daya tahan. Fu Hong Xue berdiri tak bergerak dihadapannya, seperti seiris es yang tidak akan pernah meleleh. Seiris es yang transparan. Panas terik cahaya matahari yang tidak terpe rikan kelihatannya tidak mempengaruhinya. Dimanapun dia berdiri, sepertinya dia berdir i di atas salju yang memenuhi gunung dikejauhan. Gong Sun Duan terlihat sesak dan berusaha bernapas terengah-engah, bahkan dia da pat mendengar napasnya yang sesak. Seekor kadar merangkak keluar dari sarangnya dan perlahan-lahan menggerakan kaki nya

seperti kebosanan. Cabut keluar pedangmu! Bendera raksasa berkibar dengan megahnya dikejauhan. Suara ringkikan kuda terhem bus tertiup angin. Cabut keluar pedangmu! Butiran keringat menetes dari dahinya mengalir melewati matanya turun ke janggut nya dan membasahi bajunya yang menempel ketat ditubuhnya.

Bagaimana mungkin Fu Hong Xue masih tidak berkeringat? Tangannya masih memegang gagang goloknya. Gong Sun Duan tiba-tiba mengeluarkan teriakan yang keras dan menacabut pedangnya ! Pedangnya berkelebat seperti petir yang keperakan seperti lingkatan bunga api. B unga api petir keperakan yang menebas leher Fu Hong Xue. Fu Hong Xue sedikitpun tidak melakukan gerakan menghindar. Malah dia melesat maj u, sarung ditangan kirinya menangkis sabetan pedang Gong Sun Duan. Pada saat yang bersamaan, dia menarik goloknya. PPPHHAAANNGGG, tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkan suara seperti apaka h itu. Gong Sun Duan sedikitpun tidak merasakan rasa sakit apapun, dia hanya merasa per utnya tiba-tiba mengejang saat dia mulai terdorong. Kemudian, dia melihat kebawah dan melihat gagang golok Fu Hong Xue menonjol keluar dari perutnya. Seluruh kekuatannya mendadak menghilang, seluruh tubuhnya mulai mati rasa, dia t idak tahan lagi untuk berdiri di atas kakinya. Matanya menatap gagang golok saat perlahan-lahan dia mulai jatuh ke tanah. Yang dia lihat cuma gagang golok. Dia belum sempat melihat mata golok Fu Hong Xu e. Pasir yang menguning, darah yang hangat. Gong Sun Duan meringkuk di atas genangandarah. Kehidupannya telah berakhir. Kemalangan dan penderitaannya telah berakhir. Namun kesulitan orang lain baru saja dimulai. Siang hari, terik panas, Tidak peduli seberapa panasanya cuaca, darah selalu akan mengeras saat meninggal kan tubuh. Namun, keringat tidak akan pernah membeku. Yun Zai Tian telah berkeringat dengan derasnya, dia mengusap keringatnya dengan satu tangan, dan meneguk minuman dengan tangan yang satunya lagi. Dia tidak terbiasa dengan penderitaan hidup yang keras. Hua Men Tian nampak jauh lebih saat itu. Seekor kuda perlahan-lahan berjalan memasuki halaman. Seseorang melompat turun d ari kuda. Seekor kadal menjilati darahnya, namun darahnya telah membeku.

Sebuah pedang perak yang sangat bagus tergandung dipinggangnya. Panas terik sina r matahari menyinari rambutnya yang berantakan, namun dia sudah tidak bisa lagi berkeringat.

Tiba-tiba, suara geledek memekakan telinga dari atas langit. Hujan mulai turun k ebawah sepertinya tidak memperlihatkan belas kasihannya. Gedung Sepuluh Ribu Kuda mulai gelap. Titik air hujan turun menghunjami bumi dengan butiran-butiran sebesar mutiara. E kspresi wajah Hua Men Tian dan Yun Zai Tian nampak sesuram langit yang gelap. Dua orang laki-laki dengan baju yang basah kuyup mengangkat tubuh Gong Sun Duan ke atas meja panjang dan kemudian dengan bisu mundur meninggalkan ruangan utama. Mereka ketakutan untuk melihat wajah Ma Kong Qun. Dia berdiri membisu dibalik layar raksasa. Hanya pada saat petir menyambar saja wajahnya baru dapat dilihat. Namun tidak seorangpun yang berani melihatnya. Tangan tersebut kasar, dingin dan kaku. Dia tidak meneteskan air mata, namun ekspresi wajahnya bahkan terlihat sedih dar ipada keluarnya air mata. Dia perlahan-lahan duduk dan memegang tangan Gong Sun Duan. Kedua mata Gong Sun Duan masih melotot, keduanya masih memperlihatkan rasa sakit dan ketakutan yang dia rasakan sesaat sebelum napasnya berhenti. Dia terlihat sepert i seseorang yang seumur hidupnya dipenuhi dengan rasa sakit dan ketakutan, itulah sebabnya d ia selalu merasa susah. Sayangnya, semua yang dapat dilihat oleh orang-orang hanya kemarah annya. Hujan mulai sedikit mereda namun langit terlihat semakin gelap. Dia adalah saudara laki-lakiku, hanya dia yang pantas menjadi saudara laki-lakiku . Ma Kong Qun berkata. Tidak ada yang tahu entah dia sedang berbicara dengan dirinya sendi ri atau kepada Hua Men Tian dan Yun Zai Tian. Bila bukan karena kata-katanya, mungkin aku tidak akan selamat hingga hari ini. Yun Zai Tian tidak dapat menahan diri lagi lebih lama. Dia menarik napas panjang dan berkata, Kita semua tahu bahwa dia adalah seorang yang baik. Dia sungguh-sungguh seorang yang baik. Tidak ada seorangpun yang lebih setia dari nya, tidak ada seorangpun yang lebih berani. Bahkan dirinya sendiripun tidak pernah m enikmati kemewahan selama hidupnya. Ma Kong Qun berkata. Yun Zai tian hanya dapa mendengarkan, dia hanya bisa menarik napas. Dia tidak pantas mati, namun sekarang dia sudah mati. Ma Kong Qun berkata. Itu pasti perbuatan Fu Hong Xue. Yun Zai Tian berkata.

Ma Kong Qun menganggukan kepalanya dan berseru, Aku salah menduga terhadapnya. Ak u seharusnya memperhatian kata-katanya dan membunuh mereka semua.: Tapi sekarang Yun Zai Tian berkata. Ma Kong Q

Tapi sekarang sudah terlalu telat, tapi sekarang sudah terlalu terlambat un berkata dengan serius.

Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berkata dengan tajam, Tapi sebelum aku memb alas dendam, ada satu hal yang ingin aku lakukan.

Mata Yun Zai Tian bercahaya saat dia bertanya, Apakah itu? Kemarilah dan aku akan katakan kepadamu. Ma Kong Qun menjawab. Tentu saja Yun Zai Tian segera berjalan kearahnya. Aku ingin engkau melakukan suatu hal untukku. Ma Kong Qun berkata. Berikan perintahmu, Tuan Gedung. Yun Zai Tian menjawab. Aku menginginkan kau mati! Ma Kong Qun menggerakan tangannya dan menarik pedang melengkung Gong Sun Duan dari sarungnya. Mata pedang langsung menyabet Yun Zai Tian. Kecepatannya sangat mengagumkan, tidak ada seorangpun yang menyangka dia akan menyerang Yun Zai Tian . Anehnya Yun Zai Tian justru sudah mengharapkan hal tersebut sepanjang waktu. Ses aat mata pedang berkelebat, Yun Zai Tian meloncat kebelakang dengan jurus Membuka Je ndela untuk Melihat Bulan Menerjang Awan. Semburan darah muncrat ke belakang juga. Meskipun dia bergerak cepat, namun dia tidak dapat menghindari kecepatan pedang Ma Kong Qun. Mata pedang merobek pinggang kanannya, tangan kananya telah putus jatuh ke atas lantai. Namun Yun Zai Tian be lum juga roboh. Ahli silat yang telah selamat dari pertempuran yang tidak terhitung jumla hnya tidak akan mudah dijatuhkan. Punggungnya terlempar ke dinding. Wajahnya terlihat sangat pucat. Kedua matanya dipenuhi dengan ketakutan. Ma Kong Qun tidak mengejarnya. Dia masih tetap berdiri ditempatnya saat itu, dia menatap tetesan darah yang jatuh dari ujung mata pedangnya. Huan Men Tian masih berdiri tak bergerak, tidak ada sedikitkpun ekspresi diwajah nya. Selama mata pedang tidak mengarah kepadanya, dia tidak ada keinginan untuk berge rak. Setelah beberapa saat, Yun Zai Tian akhirnya membuka mulutnya. Dia mengatupkan g iginya dan berkata, Aku tidak mengerti aku benar-benar tidak mengerti. Engkau seharunya mengerti. Ma Kong Qun menjawab dengan dingin. Dia perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan menatap lukisan kuda yang sedang berlari di dinding. Kerajaan ini milikku! Siapapun yang berani mencoba merebutnya dari tanganku akan mati! Ekspresi wajah Yun Zai Tian menyuram, dia menaik napas dan berkata, Jadi engkau t elah mengetahui semuanya.

Aku telah mengetahuinya sejak lama. Sepertinya aku telah memandang remeh kepadamu. Yun Zai Tian mendengus. Seperti aku katakan sebelumnya, banyak hal di dunia ini seperti debu. Ada disekit armu namun engkau masih belum dapat melihatnya -engkau telah berusaha mengelabui mata ku sejak lama.

Yun Zai Tian mulai mengeluarkan keringat dengan deras, dia menggigitkan giginya dan berkata sambil tersenyum, Namun cahaya matahari selalu bersinar. Meskipun dia sedang tersenyum namun ekspresi wajahnya terlihat lebih menderita d aripada tetesan air mata. Jadi sekarang engkau mengerti? Sudah mengerti sekarang. Ma Kong Qun menarik napas panjang dan menegaskan,

Engkau seharusnya tidak

menghianatiku,. Engkau seharusnya mengerti orang sepertiku. Senyum aneh tiba-tiba memancar di wajah Yun Zai Tian seraya menjawab, Ya aku tela h menghianatimu, namun Sebelum dia selesai mengucapkan kata-katanya, matanya menatap Hua Men Tian. Namu n sudah terlambat, pedang Hua Men Tian telah menyabet dadanya, menghempaskan tubuh nya ke dinding. Dia tidak akan pernah menyelesaikan perkataannya. Hua Men Tian perlahan-lahan menarik pedangnya. Tubuh Yun Zai Tian melorot ke ata s lantai. Setiap orang pasti jatuh cepat atau lambat. Tidak peduli betapa hebatnya seseora ng, kita semua terlihat sama saat kita jatuh. ooOOOoo Bab 16. Sekali Memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, Lupakan Untuk Kembali Pulang Disana terdapat paviliun kecil di tengah padang belantara. Para pengendara suka menyebut tempat ini Sarang Kedamaian dan Kebahagiaan. Sebet ulnya tidak ada yang istimewa dengan paviliun ini. Namun tempat tersebut satu-satunya tempat untuk berteduh saat hujan. Saat hujan mulai turun, Ye Kai dan Ma Fang Ling berlari ke arah paviliun ini. Tetesan hujan betul-betul sangat besar, hingga sebesar butiran mutiara.

Dataran yang luas, padang rumput yang tidak bertepi itu saat hujan terlihat sepe rti pemandangan yang keluar dari alam mimpi. Ma Fang Ling duduk pada salah satu kursi panjang di paviliun tersebut. Kedua tan gannya diletakan di atas lutunya sambil memandangi hujan. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun selama beberapa saat.

Saat wanita sedang membisu, Ye Kai tidak pernah berkeinginan untuk membuatnya berbicara. Dia merasa bila semua wanita di dunia lebih sedikit membuka mulutnya, maka laki-laki pasti akan hidup lebih lama. Kilat menyinari dan menerangi wajah menarik Ma Fang Ling. Raut wajahnya memperlihatkan dia kurang sehat. Terlihat sekali dia kurang istira hat dan terlalu banyak pikiran dibenaknya. Namun dia terlihat semakin dewasa dan lebih memahami keadaan dunia disekitanya. Ye Kai menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri dan meminumnya seteguk. Di a hanya berharap poci teh tersebut berisi arak. Dia bukan seorang yang kecanduan arak, n amun saat dia dalam keadaan sangat senang atau sangat sedih, dia hanya ingin minum. Saat ini dia merasa sangat sedih, sehingga yang dia ingingkan hanyalah minum. Ma Fang Ling mengangkat kepalanya, memandanginya dan berkata, Ayahku tidak pernah menyetujuiku bersama denganmu. Oh? Namun untuk suatu alasan, dia menyuruhku untuk menemuimu dan menemanimu seharian. Ma Fang Ling berkata. Ye Kai tersenyum dan menjawab, Meskipun dia telah memilih orang yang tepat, namun dia telah memilih waktu yang salah. Ma Fan Lin menggigit bibirnya dan bertanya, Tahukah kau kenapa dia tiba-tiba beru bah pikiran. Aku tidak tahu. Ye Kai berkata. Ma Fang Ling menatapnya dan berkata, Engkau pasti banyak bicara kepadanya pagi in i. Ye Kai tertawa dan menjawab, Engkau seharusnya tahu dia seorang yang tidak banyak

bicara, dan juga aku. Ma Fang Ling tiba-tiba melompat dan berteriak, Kalian berdua pasti berbicara bany ak hal yang tidak ingin aku ketahui. Apa saja yang tidak ingin engkau katakan padaku? Engkau benar-benar ingin tahu? Ye Kai bertanya dengan nada yang serius. Tentu saja aku ingin tahu. Ma Fang Ling menjawab. Ye Kai menoleh kepadanya dan berkata, Bila kau katakan kepadamu bahwa dia ingin a ku

menikahimu, apakah engkau akan percaya? Tentu saja tidak. Kenapa tidak? Aku dia tiba-tiba membanting kakinya dan berputar, kebingungan, berhenti becanda denganku.

Pikiranku sudah dipenuhi dengan

Apanya yang salah?

Ye Kai bertanya.

Aku betul-betul tidak tahu. Bila aku mengetahuinya, aku tidak akan sebingung ini. Ma Fang Lin berkata. Kata-kata itu masuk akal. Ye Kai menegaskan dan tersenyum. Tentu saja. Ma Fang Ling menjawab. Dia membalikan badannya dan bertanya kepadanya, Memangnya pikiranmu tidak pernah kacau? Sangat jarang. Ye Kai berkata. Ma Fang Ling menggigit bibirnya dan bertanya kepadanya, Engkau

apakah engkau tidak

pernah memikirkan diriku? Tentu saja memikirkan. Ye Kai menjawab dengan kencang dan jelas. Ma Fang Ling terperanjat, wajahnya memerah saat dia menundukan kepalanya dan men arik lengan bajunya. Setelah beberapa saat, dia berbisik halus, Ditempat seperti ini, saat seperti ini, bila engkau benar-benar menyukaiku, engkau seharusnya mendekatiku dan memel ukku. Ye Kai tidak berkata sepatah katapun. Dia kembali menuang secangkir teh. Ma Fang Ling berhenti sebentar dan menunggu jawabannya, setelah beberapa saat di a tidak tahan untuk berseru, Apakah engkau mendengar apa yang aku katakan? Tidak. Memangnya kau tuli? Ma Fang Ling bertanya. Tidak. Kalau tidak tuli kenapa tidak mendengarkanku? Ma Fang Ling berkata. Ye Kai menarik napas dan menjawab, Meskipun telingaku masih baik, kadang aku lebi h suka pura-pura tuli. Ma Fang Ling mengangkat kepalanya, berjalan kearahnya, dan memelukan lengannya ketubuhnya. Dia memeluknya dengan sangat erat. Angin dan hujan sangat dingin menusuk dan sedikitpun tidak berbelas kasihan. Kedua bibirnya panas menyala-menyala. Jantungnya berdegup keas seperti tetesan air hujan yang menimpa padang rerumputa n. Namun Ye Kai mendorongnya. Pada saat seperti ini, Ye Kai malah mendorongnya. Ma Fang Ling menatapnya dengan sorot pahit dimatanya. Seluruh tubuhnya rasanya s eperti membeku. Dia menggigit bibirnya dengan keras dan kelihatannya dia ingin mencucur kan air matanya dan tersedu, Kau kau sudah berubah.

Aku tidak pernah berubah. Ye Kai menjawab dengan lembut. Engkau tidak memperlakukanku seperti ini sebelumnya. Ma Fang Ling berkata.

Ye Kai terdiam membisu. Setelah beberapa saat dia menarik napas dan berkata, Hal i ni karena aku memahamimu lebih baik sekarang daripada sebelumnya. Apa yang engkau pahami? Ma Fang Ling bertanya. Bahwa engkau sungguh-sungguh tidak menyukaiku. Ye Kai menjawab. Aku tidak menyukaimu? Aku apakah aku gila atau apa? Engkau berlaku seperti ini karena engkau takut. Takut apa? Takut kesepian, takut tidak ada seorangpun yang peduli padamu di dunia ini. Mata Ma Fang Ling menjadi merah. Dia menundukan kepalanya dan terisak perlahan, Bahkan bila seperti itupun, engkau seharusnya memperlakukanku lebih baik dari ini. Bagaimana engkau ingin aku memperlakukanmu? Saat tidak ada seorangpun, engkau ing in aku memelukmu? Dan Sebelum Ye Kai menyelesaikan ucapannya, Ma Fang Ling menampar wajahnya. Dia menggunakan segenap tenaganya meskipun tangannya terasa kaku, namun Ye Kai nampaknya seperti tidak merasakan sesuatu apapun. Matanya masih memandanginya dengan lekat, ke arah air matanya yang mulai merayap dipipinya. Dia membanting kakinya dan berteriak kearahnya, Engkau bukan manusia, aku menyadarinya sekarang bahwa engkau betul-betul bukan manusia, aku membencimu membencimu sampai mati Ma Fang Ling menangis tersedu-sedu dan berlari ketengah hujan. Hujan betul-betul sangat deras. Bayangannya telah kabur ditengah derasnya tetesan air hujan. Ye Kai tidak mengejarnya, bahkan dia tidak bergerak sedikitpun. Namun untuk suat u sebata, terlihat raut sangat sedih dan sakit diwajahnya. Sebetulnya ada keinginan yang t idak tertahankan di dalam hatinya untuk mengejarnya dan memeluknya, namun dia tidak b isa. Dia sama sekali tidak melakukan apapun. Dia hanya berdiri saja disitu seperti pa tung, menunggu hingga hujan berhenti Hujan akhirnya sudah berhenti. Ye Kai berjalan menyeberangi jalan yang digenangi oleh air dan memasuki pintu ya ng sempit. Segalanya di dalam gedung utama masih tenang dan diam, hanya terdengar suara kar

aku

tu dibanting. Xiao Bie Li masih terpaku pada kartu-kartu yang terletak dihadapannya. Ekspresi wajahnya sepertinya dia menanggung kecemasan yang tidak dapat diucapkan.

Apa yang kau lihat hari ini? Ye Kai bertanya kepadanya. Xiao Bie Li menghela napas dan menjawab, Aku tidak dapat melihat apapun hari ini. Kenapa harus menghela napas panjang kalau tidak melihat apapun, Ye Kai bertanya. Aku menghela napas karena tidak ada apapun yang terlihat. Xiao Bie Li menjawab. Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan menatap Ye Kai. Hanya bila ada bencana yang

sangat berbahaya mendekatiku maka aku tidak dapat melihat apapun. Ye Kai terdiam beberapa saat. Akhirnya dia menghela napas dan menegaskan, Tapi ada satu hal yang aku lihat. Oh? Paling tidak engkau tidak akan bangkrut hari ini. Xiao Bie Li menunggunya melanjutkan, namun hanya itu yang Ye Kai katakan. Dia ke mudian mengambil selembar uang kertas, meletakannya di atas meja, dan perlahan-lahan menggesernya ke arah Xiao Bie Li. Xiao Bie Li menatap uang kertas tersebut dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Ada beberapa hal yang tidak perlu dikatakan, ada beberapa hal yang tidak perlu ditan yakan. Setelah beberapa saat, Ye Kai tersenyum dan berkata, Tahukah kau, aku sungguh-sun gguh tidak ingin mengembalikannya kepadamu. Karena kau tidak pernah ingin aku membunu h Ma Kong Qun. Betul kan? Oh? Xiao Bie Li berseru.

Engkau hanya ingin mengujiku, apakah aku betul-betul ingin membunuhnya. Ye Kai berkata. Xiao Bie Li tersenyum juga dan menjawab, Engkau terlalu banyak berpikir, terlalu b anyak berpikir bukanlah hal yang baik. Baiklah, apapun yang terjadi, engkau seharusnya sekarang tahu bahwa aku bukan ora ng yang ingin membunuhnya. Ye Kai berkata. Setiap orang tahu hal itu sekarang. Xiao Bie Li menjawab. Kenapa begitu? Karena Gong Sun Duan telah mati, dibawah golok Fu Hong Xue! Senyum Ye Kai membeku. Raut wajahnya bahkan terlihat lebih aneh. Xiao Bie Li perlahan-lahan melanjutkan, Tidak hanya Gong Sun Duan yang sudah mati , Yun Zai Tian dan Hua Men Tian juga sudah mati.

Mereka mati di bawah golok Fu Hong Xue juga? Xiao Bie Li menggelengkan kepalanya.

Jadi siapa yang membunuh mereka? Ma Kong Qun. Ye Kai betul-betul terperanjat. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya dia meng hela napas dan berkata, Sungguh tidak masuk akal, hal itu tidak masuk diakal. Apakah itu? Xia Bie Li bertanya. Dia sudah tahu bahwa musuhnya masih menunggu kesempatan untuk mencabut nyawanya, kenapa dia harus membunuhnya pesilatnya yang paling tangguh pada saat seperti in i? Ye Kai menjawab. Dia selalu menjadi orang yang aneh, jadi kita selalu tidak akan pernah bayangkan apa yang akan dilakukannya. Xiao Bie Li berkata. Sebetulnya banyak sekali jawaban untuk pernyataan itu, namun Ye Kai kelihatannya menerimanya. Dia tiba-tiba mengubah pembicaraannya dan bertanya, kehormatanmu semalam? Dimana tamu

Tamu kehormatanku? Punggung Emas Ding Qiu. Xiao Bie Li seperti yang baru saja mengingat siapa Ding Qiu dan menjawab, Dia jug a seorang yang aneh, dia seringkali melakukan berbagai hal yang tidak pernah kita bayangkan juga. Oh? Aku tidak pernah berpikir aku akan melihatnya disekitar sini. Xiao Bie Li berkata. Bukankah dia kesini untuk mencarimu? Ye Kai bertanya. Siapa yang ingin mencari orang tua cacat sepertiku? Xiao Bie Li berkata sambil ter senyum. Apakah dia masih di atas? Dia sudah pergi. Tahukah kau kemana dia pergi? Mencari seseorang. Mencari seseorang? Siapa? Luo Luo Shan. Ye Kai terlihat kaget dan bertanya, Keduanya bersahabat? Bukan sahabat tapi musuh. Mereka bermusuhan sejak bertahun-tahun lamanya. Xiao Bie Li menjelaskan. Apakah Ding Qiu kesini karena mau mencari Luo Luo Shan? Mungkin. Ye Kai menduga-duga.

Apa yang sebenarnya terjadi diantara keduanya?

Ye Kai bertanya.

Xiao Bie Li menarik napas dan menjawab, Siapa yang tahu. Kedengkian dan perselisi han di dunia persilatan selalu sulit diterka. Ye Kai terdiam beberapa saat. Kemudian, dia tiba-tiba bertanya, Beberapa tahun la lu, terdapat senjata rahasia paling kejam dan jahat. Kabar burung mengatakan bahwa w anita tersebut adalah pewaris dari Nenek Bunga Merah. Yang kau maksudkan Jarum Perusak Usus, Nenek Du? Xiao Bie Li menjawab. Tepat. Ye Kai berkata. Aku pernah mendengarnya sebelumnya. Xiao Bie Li berkata. Apakah engkau pernah melihatnya sebelumnya? Ye Kai bertanya. Wanita tersebut adalah seseorang yang lebih baik tidak pernah aku temui seumur hi dupku. Xiao Bie Li menjawab dengan senyuman pahit. Dan anggota terakhir Setan Hidup Seribu Wajah, yang disebut dengan Penipu Tak Bertulang, Xi Men Chun, aku yakin engkau pernah mendengarnya juga. Ye Kai berkata . Aku lebih baik bertemu dengan Bibi Du dari pada berlari kepada orang tersebut. Xiao Bie Li menegaskan. Baiklah, dari yang aku pernah dengar, keduanya telah tiba disini. Ye Kai berkata pe rlahanlahan. Ekspresi wajah Xiao Bie Li sedikit berubah. Kapan mereka tiba? Mereka telah berada disini beberapa saat. Ye Kai menjawab. Xiao Bie Li terdiam sesaat sebelum dia menggelengkan kepalanya membantah, Tidak mungkin, tidak ada perlunya mereka datang ke tempat ini. Kita pasti sudah menget ahuinya bila mereka telah tiba disini. Bukankah Gedung Sepuluh Ribu Kuda merupakan tempat bersembunyinya pesilat-pesilat

tangguh? Ye Kai berkata. Xiao Bie Li menganggukan kepalanya, kemudian menggerakan kepalanya ke belakang d an kedepan. Mungkin karena keduanya telah tiba di Gedung Sepuluh Ribu Kuda, maka sangat berba haya

kesana. Ye Kai berkata. Xiao Bie Li tiba-tiba tersenyum dan menjawab, , apa hubungannya dengan kita?

Itu urusan Gedung Sepuluh Ribu Kuda

Mungkin aku telah berbicara terlalu banyak hari ini. Ye Kai berkata sambil terseny um. Dia kelihatannya mau pergi, namun saat dia baru saja mau melewati pintu. Seorang laki-laki berpakaian putih yang ditutupi dengan garis kain linen. Ditangannya terlihat sep erti surat undangan.

Tapi ternyata bukan juga, itu adalah berita kematian. Berita kematian Gong Sun Duan, Yun Zai tian dan Hua Men Tian. Dikirimkan oleh Ma Kong Qun, dan tanggal pemakaman dijadwalakan esok hari. Upacara akan dilakukan pada p agi hari, penguburan saat siang dan acara resepsi tamu setelahnya. Salah satunya dialamatkan kepada Ye Kai. Orang berpakaian puith yang memegang be rita kematian berjalan ke arah Ye Kai, menundukan kepalanya dan berkata, Majikan Ketig a memerintahkanku mengantarkan undangan untuk Tuan Xiau dan Tuan Muda Ye untuk memberikan penghormatannya. Xiao Bie Li menghela napas dan menjawab, Teman baik selama bertahun-tahun, menghil ang selamanya dalam satu hari saja. Bagaimana mungkin aku tidak hadir? Aku juga akan hadir juga. Ye Kai berkata. Pengirim pesan dengan baju putih menganggukan kepalanya tiga kali. Kelihatannya banyak berita kematian yang telah dikirim keluar. Ye Kai tiba-tiba berkomentar. Majikan Ketiga dan Tuan Gong Sun adalah sabahat dalam suka dan duka, pada saat pa ling akhir dia ingin melakukan upacara penghormatan pemakaman. Pengirim pesan menjawab . Semua orang di kota memperoleh undangan? Ye Kai bertanya. Kepada setiap orang. Pengirim pesan berkata. Bagaimana dengan Fu Hong Xue? Ye Kai berkata. Sorot mata benci terlihat diwajah laki-laki berbaju putih itu dan menjawab, Ada ju ga undangannya untuknya, namun aku ragu dia akan muncul. Aku rasa dia akan hadir. Begitukah. Pengirim pesan menjawab dengan dingin. Apakah engkau sudah berhasil menemuinya? Ye Kai bertanya. Belum. Pengirim pesan berbaju putih berkata. Jangan khawatir, aku akan mengantarkannya. Ye Kai berkata. Laki-laki baju putih berhenti sesaat, kemudian menganggukan kepalanya dan menjawab, Aku harus mengucapkan terima kasih karena telah menyusahkan. Aku sungguh sungguh tidak ingin melihat orang tersebut, sebaiknya dia membiarkan siapapun melihat dirinya. Xiao Bie Li menatap berita kematian yang berada ditangannya. Saat pengirim pesan baju putih tersebut telah pergi, dia menghela napas dan berseru, Siapa yang menyangka m

ereka juga mengirimkan undangan kepada Fu Hong Xue. Seperti yang engkau katakan, Ma Kong Qun adalah orang yang aneh. Namun Fu Hong Xu e sudah pasti akan muncu;. Ye Kai menegaskan.

Mengapa begitu?

Xiao Bie Li bertanya.

Ye Kai tersenyum dan menjawab, Karena aku dapat mengatakan bahwa dia bukan tipe orang yang suka melarikan diri. Namun bila engkau adalah sahabatnya, engkau seharusnya memintanya untuk tidak hadir. Xiao Bie Li berkata dengan nada suara yang dalam. Bagaimana bisa? Ye Kai berkata. Engkau dapat mengatakan bahwa upacara pemakamaman ini sudah jelas merupakan jebakan? Xiao Bie Li berkata. Jebakan? Pada saat Fu Hong Xue menginjakan kakiknya di Gedung Sepuluh Ribu Kuda, dia telah

melupakan untuk kembali pulang. Kerajaan langit, kerajaan bumi. Darah menetes dari kedua mata, bulan tidak lagi bersinar. Sekali memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, lupakan untuk kembali pulang. Siang hari. Hujan telah berhenti, langit yang cerah diatas hingga ribuan mil jau hnya. Ye Kai mengetuk pintu Fu Hong Xue. Tidak ada seorangpun yang melihat Fu Hong Xue sejak tadi pagi. Setiap dia mengat akan orang pucat cacat tersebut, dia selalu menemukan pandangan ganjil, sepertinya me reka baru saja melihat seorang yang sangat jahat. Berita bahwa Gong Sun Duan telah binasa oleh Fu Hong Xue telah menyebar ke selur uh kota.. Tidak ada satupun jawaban dari pintu, namun satu pintu yang berdekatan dengannya terbuka dan terlihat seorang wanita tua yang telah beruban. Dia memperlihatkan kecurigaaan dan kekhawatiran saat menatap Ye Kai. Wajahnya dipenuhi dengan keriput dan kulitnya telah menua dan berkerut-kerut. Ye Kai mengenal wanita tua ini pemilik gubuk ini, dengan terseyum dia bertanya, Ap akah Tuan Muda Fu disini? Tidak ada Tuan Muda Fu disini, hanya pengemis miskin yang tinggal digubuk ini. Wani ta tua menjawab sambil menggelengkan kepalanya. Ye Kai tersenyum, kelihatannya tidak ada hal apapun yang dapat membuatnya marah. Wanita tua itu tiba-tiba menambahkan, Bila engkau mencari orang pucat cacat terseb ut, dia

telah mengemasi barang-barangnya. Dia telah pergi? Kapan? Ye Kai bertanya. Baiklah, secepatnya dia akan memperoleh barang-barangnya. Wanita tua itu menjawab.

Dan bagaimana engkau tahu hal itu?

Ye Kai berkata. Wanita tua itu menjawab dengan dingin.

Karena aku tidak menerima pembunuh disini.

Ye Kai akhirnya mengerti bahwa menyerang Gedung Sepuluh Ribu Kuda sama saja deng an bermusuhan dengan seisi kota. Dia tidak berkata-kata lagi. Dengan tersenyum, dia berbalik dan berjalan keluar gang. Wanita tua itu mengikutinya keluar dan berkata, Bila engkau tidak ada tempat untuk tinggal, aku dapat menyewakan ruangan bagimu. Bagaimana engkau tahu aku bukan pembunuh? Ye Kai menjawab. Engkau tidak terlihat seperti itu. Wanita tua itu berkata. Ekspresi wajah Ye Kai memberengut dengan nada yang dalam dia menjawab, Engkau sala h. Bukan saja aku adalah pembunuh, aku telah membunuhn lebih dari tujuh puluh atau delapan puluh orang sebelumnya. Mulut wanita muda itu terperangah, wajahnya dipenuhi dengan ketakutan dan keterk ejutan. Ye Kai kemudian melangkah keluar gang. Dia berharap dia akan bertemu dengan Fu H ong Xue secepatnya. Meskipun dia belum melihat Fu Hong Xue, dia tidak berharap bertemu dengan Ding Q iu, yang sedang menghirup teh hangat di dalam sebuah kedai diseberang jalan. Dia mengenakan kemeja hijau yang terbuat dari bahan kain yang mewah, ekspresi wajahn ya membuat dia malas melakukan apapun. Di sisi jalan lainnya terdapat seorang penggembala yang sedang menggembalakan em pat atau lima ekor domba yang berjalan berbaris di tengah jalan. Meskipun cuaca sedikit mendingin setelah hujan badai yang deras, namun keadaan m asih terasa cukup panas. Namun penggembala tersebut mengenakan mantel wool yang tebal dan topi jerami. Topinya bertengger rendah dikepalanya, pada tangannya tergenggam to ngkat gembala, dan dia bersiul saat berjalan. Hanya orang yang tidak punya yang menjadi gembala. Ditengah padang rumput sepert i ini, peternak elang dan kuda sangat dihormati. Penggembala tidak saja miskin namun ju ga dipandang rendah. Orang-orang dijalan tidak ada yang peduli melihatnya. Sebalinya tidak ada seoran gpun yang menaruh perhatian kepadanya dia menghindari berjalan di tengah jalan. Dia keliha

tannya tergesa-gesa menggembalakan dombanya sepanjang jalan. Siapa yang tahu seseorang dijalan memperhatikannya. Mata Ding Qiu membesar saat dia melihat penggembala tersebut, sepertinya dia telah menantinya sepanjang waktu. Ye Kai menghentikan langkahnya. Dia menatap sipenggembala, kemudian menatap Ding Qiu. Matanya juga membesar. Jalan masih basah. Saat penggembala berjalan memutari genangan air, dia melihat Ding Qiu telah melangkah dan menghadang jalannya. Sipenggembala tidak melihat ke atas dan berjalan memutari Ding Qiu sepertinya dia tidak memiliki keberanian.

Kelihatannya Ding Qiu mau membuat persoalan dengan penggembala tersebut, saat di a menghentikannya dan berkata, Sejak kapan engkau menjadi penggembala domba? Sipenggembala terlihat terkejut dan menjawab dengan cemas, Sejak masih kecil. Ding Qiu tersenyum dingin dan menghardik, Jangan katakan yang kau pelajari di Gunu ng Butong adalah menggembala. Sipenggembala terlihat ketakutan, dia perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan me lihat Ding Qiu kemudian menjawab, Apakah aku mengenalmu? Aku rasa engkau salah mengenali orang. Nama marganya Luo, Luo Luo Shan, meskipun seluruh tulangmu berubah menjadi debu a ku masih mengenalimu. Kemana engkau akan kabus kali ini? Ding Qiu berkata. Apakah penggembala tersebut benar-benar Luo Luo Shan. Dia tediam beberapa saat, kemudian menghela napas dan menjawab, Meskipun engkau masih mengenaliku, aku khawatir aku masih tidak mengenalmu. Dia benar-benar Luo Luo Shan. Ding Qiu tersenyum dingin. Tiba-tiba dia merobek jubah hijaunya dan memperlihatk an bajunya yang mewah dibaliknya dan punggung bongkoknya. Naga Punggung Emas? Luo Luo Shan berseru. Jadi engkau mengenaliku. Apa yang kau inginkan dariku? Menagih hutang. Hutang apa? Apakah engkau telah melupakan apa yang telah terjadi belasan tahun yang lallu? Aku belum pernah bertemu denganmu, jadi aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan . Tujuh belas nyawa merupakan hutang yang cukup besar, berikan nyawamu! Orang ini gila, aku Ding Qiu bahkan tidak membiarkan dia menyelesaikannya. Dia sekali gerakan tangan , sebatang tongkat emas sepanajng lima kaki muncul ditangannya. Sekelebat cahaya e mas muncul di udara seperti naga dan bergerak langsung ke arah dada Luo Luo Shan. Luo Luo Shan menggerakan cemetinya ke satu sisi dan membuka jubah wolnya dari tubuhnya dengan tangan kanannya. Dia melompat mundur dan berseru, Tunggu sebentar. Namun Ding Qiu tidak menunggu, tongkat emas telah berkelebat membuat empat gerak an

lagi. Luo Luo Shan menghentakan kakinya dan dengan menjentikan tangannya, jubah wol ditangannya telah menjadi kaku lurus. Ini adalah salah satu jurus tenaga dalam B utong yang

terkenal Membasahi Kain Menjadi Tongkat. Dalam tangan seseorang yang ahli menggu nakan jurus ini, segala hal dapat menjadi senjata yang mematikan. Di atas jalan yang basah dan berlumpur itu, kedunya telah melakukan belasan gera kan. Ye Kai yang menonton dari jauh, menyadari dua hal. Seorang pembabuk tidak akan pernah menjadi ahli silat yang kosen. Kebiasaan aneh nya yang bermabuk-mabukan hanyalah untuk mengelabui orang-orang untuk berjaga-jaga. Dia mungkin lebih sadar dari orang lainnya. Dan kelihatannya dia sungguh-sungguh tidak mengenal Ding Qiu. Namun kelihatannya Ding Qiu telah salah mengenalnya sebagai orang lain. Bagaimana ini bisa terjadi? Ye Kai betul-betul habis akal namun masih memperlihatkan senyum dibibirnya. Dia berpikir pasti ada sesuatu yang salah diantara mereka berdua, namun sepertinya tidak ada sesuatu apapun disenyumnya. Kematian bukanlah suatu hal yang harus disenyumi. Gerakan Luo Luo Shan sederhana dan tepat. Meskipun serangannya kelihatannya tida k kuat, namun pertahannya sempurna. Dia tipe seorang yang tidak akan pernah memperlihatk an celah kelemahannya, namun mendadak dia terlihat membeku kaku. Dalam selintas saja Ye Kai melihat pandangannya dipenuhi oleh kekhawatiran dan k etakutan. Kemudian, kedua matanya tiba-tiba menonjol keluar. Tongkat emas Ding Qiu telah menembus tenggorokannya. Dengan suaraaa KKKRRRAAKKK, lehernya telas patah. Senyuman tajam menutupi wajah Ding Qiu sambil berseru, Hutang darah telah terbayar penuh, akhirnya engkau menyelesaikan hutangmu hari ini. Ditengah ketawanya, dia melompat kebelakang dan melesat pergi. Yang tertinggal h anyalah tubuh tak bernyawa Luo Luo Shan dijalan, matanya menonjol keluar dari kelopaknya seperti ikan mati. Biasanya dia seperti seorang pemabuk yang mabuk sampai mati. Tidak ada seorangpun yang berani berjalan mendekat, tidak ada seorangpun yang mengucapkan sepatah katapun. Siapapun pasti merasakan perasaan yang betul-betul tidak nyaman saat melihat seseorang menghembuskan napas terakhir sebelum dia kehilanga n seluruh kehidupannya. Pemiliki toko kelontong memegangi perutnya dengan kedua tangannya sepertinya isi

perutnya akan keluar. Matahari telah bergerak naik ke langit. Sinar matahari yang segar bersinar ke bawah ke tubuh tanpa nyawa Luo Luo Shan, d an ke darah yang menetes keluar dari kedua matanya. Darah tersebut menngering dengan cepatnya. Ye Kai perlahan-lahan berjalan mendekati dan menundukan badannya disampingnya. D ia memandang tatapan ketakutan di wajah Luo Luo Shan dan berkata dengan murung, Dapat dikatakan kita adalah sahabat. Apakah ada suatu hal yang kau ingin katakan?

Tentu saja tidak. Orang mati tidak bisa berbicara. Ye Kai meraih tangannya, menepuk bahunya dan berkata, Beristirahatlah, aku menjami n engkau akan mendapat penguburan yang layak. Dan aku akan menuangkan arak bagimu di atas kuburanmu. Dengan menghela napas panjang, akhirnya dia menarik tangannya mengambil sesuatu. Saat itu kemudian dia melihat Xiao Bie Li. Xiao Bie Li sedang berdiri ditepi ata pnya sementara kedua tangannya berpegangan pada tongkatnya. Dibawah cahaya matahari, wajahnya terlihat sepucat Fu Hong Xue. Dia adalah sesorang yang tidak pernah melihat cahaya matahari selama bertahun-ta hun. Ye Kai melangkah berjalan dan berkata dengan menghela napas, Aku tidak penah menik mati pembunuhan, namun aku selalu menyaksikan pembunuhan. Xiao Bie Li mempelihatkan wajahnya yang murung. Setelah beberapa saat dia menghe la napas dan berkata, Aku sudah mengetahuinya dia akan melakukan hal ini, sayangnya a ku tidak dapat menghentikannya kali ini. Ye Kai menganggukan kepalanya dan menjawab, Tuan Luo betul-betul mati terlalu cepa t. Dia memandang ke atas dan tiba-tiba bertanya, Engkau baru saja keluar? Aku seharusnya datang lebih awal. Xiao Bie Li menjawab. Aku tidak menyadari kehadiranmu sebelumnya aku berbicara dengan orang lain. Ye Kai

berkata. Kepada siapa engkau berbicara? Xiao Bie Li bertanya. Tuan Luo. Ye Kai menjawab. Xiao Bie Li menatapnya dengan kosong sesaat. Akhirnya, perlahan-lahan dia menjawab, Orang mati tidak bisa bicara. Mereka bisa. Ye Kai berkata. Ekspresi wajah Xiao Bie Li berubah, sesaat dia bertanya, Bagaimana orang mati bisa bicara? Saat orang mati berbicara, hanya beberapa orang yang dapat mendengar apa yang dikatakannya. Dan engkau dapat mendengar apa yang mereka katakan? Ya. Apa yang telah dia katakan? Dia mengatakan kepadaku bahwa dia mati dengan sangat tidak wajar. Xiao Bie Li mengerutkan alisnya dan bertanya, Bagaimana tidak wajar?

Dia mengatakan Ding Qiu tidak mungkin dapat membunuhnya.

Ye Kai menjawab.

Betul dibawah tongkat Ding Qiu. Xiao Bie Li berkata. Hanya karena seseorang membokongnya dari belakang. Ye Kai berkata. Xiao Bie Li mengerenyitkan alisnya dan bertanya, Seseorang membokongnya? Siapa? Ye Kai menghela napas panjang. Dia menyodorkan telapak tangannya ke arah Xiao Bi e Li dan terlihat jarum berwarna hijau dengan darah diujungnya. Xiao Bie Li mundur ke belakang dan berseru, Jarum Penghancur Usus? Betul-betul Jarum Penghancur Usus. Ye Kai menjawab. Xiao Bie Li menarik napas panjang dan berkata, Melihat hal ini, Nenek Du pasti sud ah berada disini. Dan dia telah berada disini beberapa lama. Ye Kai menambahkan. Apakah engkau telah melihatnya juga? Xiao Bie Li bertanya. Ye Kai tertawa dan menjawab, Bila seseorang melihatnya saat dia melepaskan Jarum Penghancur Tulang, maka dia pasti bukan Nenek Du. Xia Bie Li hanya dapat menghela napas. Namun aku sekarang mengetahui bahwa dia tidak bersembunyi di Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Ye Kai berkata. Kenapa begitu? Xiao Bie Li bertanya. Karena dia tinggal di perkempungan yang sangat kecil ini. Siapa yang tahu, dia mu ngkin saja menjadi seorang nenek dari salah satu anak kecil di depan kita. ta. Ye Kai berka

Ekspresi wajah Xiao Bie Li berubah. Dia melihat seorang wanita tua menggendong s eorang anak kecil dipunggungnya. Karena Jarum Penghancur Usus telah tiba, Penipu Tak Bertulang pasti tidak jauh dibelakangnya. Ye Kai menegaskan. Telah tinggal ditengah kota ini juga? Xiao Bie Li berkata. Sangat mungkin. Ye Kai menjawab. Bagaimana mungkun aku tidak pernah menyadari kedua tokoh kosen terserbut dikota i ni? Xiao Bie Li berkata. Jago kosen tidak pernah memperlihatkan kekuatannya, jarang sekali engkau mengetah i seseorang adalah seorang tokoh kosen. Penipu Tak Bertulang mungkin saja pemilik toko kelontong itu. Ye Kai menjawab. Dia melihat Xiao Bie Li dan berkata, kemudian menambahkan, Atau mungkin saja dia a dalah

kau. Xiao Bie Li tersenyum balik. Dibawah sinar matahari, senyumnya terlihat sinis. K emudian dia berbalik, dan melangkah kembali ke dalam.

Saat Ye Kai melihat senyumnya, dia selalu melupakan bahwa Xiao Bie Li adalah seo rang yang cacat, dia selalu melupakan bahwa dia seorang yang sendirian. Namun semua yang dilihatnya sekarang adalah bentuk punggungnya. Bentuk punggung yang kurus, beruban dan kesepian. Ye Kai tiba-tiba mengejarnya dan menangkap lengannya. Karena engkau jarang sekali meninggalkan tempatmu, marilah pergi minum. Ye Kai berkata. Xiao Bie Li terlihat sangat heran seraya menjawab, Engkau ingin mentraktirku minum ? Ye Kai menganggukan kepalanya dan berkata, Jarang sekali aku mentraktir orang. Kemana engkau ingin pergi? Dimanapun yang baik, selama bukan disana. Kenapa begitu? Arakmu terlalu mahal. Xiao Bie Li tersenyum dan menjawab, Karena itu adalah tokoku, maka engkau dapat kasbon. Tawaran untuk kasbon sungguh sangat menggiurkan khususnya untuk orang-orang yang tidak punya uang disakunya. Aku hanya mencoba memperoleh bisnis yang lebih banyak. Xiao Bie Li berkata sambil

tersenyum. Engkau betul-betul seorang pengusaha yang cerdas kadang-kadang. Ye Kai berkata. Itulah aku. Xiao Bie Li menjawab. Dia tersenyum kepada Ye Kai dan bertanya, Jadi kemana engkau akan membawaku pergi minum arak? Baiklah kemana pun yang aku lihat, kemanapun aku bisa minum dengan kasbon pasti i tu adalah tempat yang asik. Aku selalu menikmati tempat seperti itu. Ye Kai berkata. Bagaimana pada saat engkau harus membayar kasbon? Xiao Bie Li bertanya. Meskipun saat itu pasti sangat menyakitkan, ada kekhawatiran aku masih harus menu nggak dimasa mendatang. Aku bahkan tidak tahu apakah masih hidup saat itu. Ye Kai menjaw ab. Sambil tertawa dia mendorong pintu, mempersilahkan Xiao Bie Li melangkah masuk l ebih dahulu. Namun dia tidak melangkah masuk setelahnya, karena baru saja dia melihat Cui Non g.

Wanita itu menundukan kepalanya dan terburu-buru ke arah pintu. Kemana dia mengh ilang malam kemaren? Kemana dia pergi? Dari mana dia pergi sekarang?Ye Kai tidak tahan untuk menanyainya, namun wanita itu sungguh-sungguh mengabaikannya.

Ada seseorang lain yang menatap Ye Kai. Fu Hong Xue. Fu Hong Xue akhirnya muncul. Baru saja Ye Kai hendak menggapai Cui Nong, dia menyadari Fu Hong Xue menatapnya . Dia menatap ke arah tangan Ye Kai. Matanya yang dingin dan kesepian dipenuhi den gan semangat. Wajahnya yang putih pucat memerah. Ye Kai perlahan-lahan menarik tangannya dan memegang pintu agar terbuka sehingga Cui Nong dapat melangkah masuk ke dalam. Saat Cui Nong melewatinya dia menoleh dan tersenyum sopan, sepertinya dia baru s aja bertemu dengannya pertama kalinya. Ye Kai merasakan dirinya tidak dapat tersenyum sedikitpun, karena Fu Hong Xue ma sih menatapnya. Kedua mata tersebut terlihat seperti suami yang cemburu menatap seor ang laki-laki teman selingkuhan istrinya. Ye Kai menatapnya, kemudian kembali ke Cui Nong, namun dia tidak dapat menduga a pa yang telah terjadi. Kenyataanya, suatu hal yang baik telah terjadi tadi malam. Ye Kai tersenyum kearahnya dan berkata, Aku baru saja mencarimu. Oh? Fu HongXue menjawab. Engkau telah membunuh Gong Sun Duan? Ye Kai bertanya. Aku seharusnya membunuhnya sejak lama. Fu Hong Xue menjawab dengan senyum dingin. Ini berita kematiannya. Ye Kai berkata seraya menyodorkan undangannya. Berita kematiannya? Fu Hong Xue menjawab. Engkau membunuhnya, Gedung Sepuluh Ribu Kuda telah mengundangmu ke upacara pemakamananya. Apakah engkau tidak merasa sedikit aneh? Ye Kai berkata sambil tersenyum. Fu Hong Xue menatap surat tersebut dengan sorot mata yang aneh. Aneh, betapa aneh. Fu Hong Xue menegaskan. Ye Kai menatap kedua matanya dan berkata, Engkau tentu saja akan hadir. Kenapa? Fu Hong Xue berkata. Karena saat itu pasti akan dipenuhi dengan kegemparan. Ye Kai berkata. Fu Hong Xue mengangkat kepalanya, menatapnya balik dan berkata, Engkau kelihatanny a sangat tertarik dengan urusanku. Ye Kai tertawa dan menjawab, Itu karena aku senang mencampuri urusan orang lain.

Tahukah kau kenapa Luo Luo Shan telah mati? Fu Hong Xue bertanya. Tidak. Ye Kai berkata. Karena dia mencampuri urusan orang lain. Fu Hong Xue menjawab dingin. Dia tidak sekejappun melirik ke arah Ye Kai saat berjalan melewatinya disisinya dan melangkah ke tengah jalan raya. Jalan raya masih dipenuhi oleh genangan air. Dia melangkah dengan kaki kirinya, kemudian menyeret kaki kanannya dari belakang . Caranya dia berjalan betul-betul sangat ganjil dan sangat cukup lucu. Biasanya s aat dia berjalan ditengah jalan raya, setiap orang menatap kakinya. Namun hari ini berbe da, setiap orang di jalan menatap ke arah golok di tangannya. Golok yang mencabut nyawa Gong Sun Duan. Kebencian memenuhi sorot mata setiap orang. Setiap orang tahu bahwa engkau adalah musuh dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda sekaran g, tidak ada yang akan bersahabat denganmu lagi. Kenapa? Karena paling tidak setengah dari penduduk kota ini bergantung pada Gedung Sepulu h Ribu Kuda untuk kelangsungan hidupnya. Karena itu engkau harus ekstra hati-hati mulai sekarang. Bahkan saat engkau minum

segelas air. Kata-kata itu adalah ucapan Nyonya Ketiga Shen. Dia tidak mengerti kenapa wanita tersebut perhatian kepadanya. Dia bahkan tidak mengenal siapa dia, hanya tahu dia adalah teman baik Cui Nong dan wanitanya Ma Kong Qun. Kenapa Cui Nong menjadi teman baik wanita seperti dia? Dia tidak mengerti atau tahu kenapa dia merasa sebal dengan wanita itu, dia hany a berharap wanita tersebut pergi. Namun wanita itu tidak melihat hal itu. Saat mereka berke liling di padang belantara, semua yang dia inginkan hanyalah menemukan tempat yang bagus u ntuk duduk bersama dengan Cui Nong. Sungguh sulit dipercaya, namun kejadian itu untuk pertama kalinya dia membunuh. Bahkan Gong Sun Duan sekalipun sulit untuk mempercayai hal itu. Namun, hal itu sungguh-

sungguh untuk pertama kalinya dia mencabut nyawa seseorang. Saat dia mencabut goloknya dari perut Gong Sun Duan, dia tidak tahan untuk munta h. Tidak ada seorangpun yang mengerti perasaannya, bahkan dirinya sendiri. Melihat seseorang berubah menjadi mayat tak bernyawa ditanganmu bukanlah merupak an pemandangan yang menyenangkan. Dia tidak pernah ingin membunuh. Namun dia ada pilihan!

Disana tidak ada salju, hanya pasir. Pasir merah. Darah menyembur saat dia mencabut goloknya keluar membasahi pasir yang kuning me njadi merah. Dia membungkuk di atas tanah hingga darah mengering. Saat dia bangkit, dia menyadari Nyonya Ketiga Shen menatapnya sepanjang waktu de ngan sorot mata yang aneh. Apakah itu simpati, penghinaan atau menyesalkan? Tidak perduli apa itu, dia hanya tidak dapat menahannya. Dia dapat tahan terhadap kebencian dan kemarahan orang lain, dia telah terbiasa dengan hal itu. Fu Hong Xue menegakkan pinggangnya dan berjalan ditengah jalan raya. Hal yang diinginkannya hanya berbaraing. Berbaring dan menunggu Cui Nong. Nyonya Ketiga Shen mengikuti mereka sepanjang jalan memasuki kota. Dia tidak berhasrat untuk menanyainya mau kemana karena dia sungguh-sungguh tida k ingin melihatnya lagi. Dia menarik Cui Nong ke sisi dan berbicara selama beberap a saat. Saat Cui Nong kembali, dia berkata dia harus kembali. Aku akan beres-beres kemudian akan mencarimu kembali. Aku tahu dimana engkau tinggal. Tentu saja wanita itu tahu. Namun Fu Hong Xue tidak sadar bahwa wanita tersebut bukanlah Cui Nong, namun Nyo nya Ketiga Sent yang dia benci. Mungkin tidak ada seorangpun yang mengetahui rahasia ini. ooOOOoo Bab 17. Nyonya Tua Yang Misterius Kain merah yang mempromosikan kamar untuk disewa masih tergantung di luar gang k ecil. Saat Fu Hong Xue berjalan melewatinya, dia menangkap pandangan wanita dengan rambutnya yang telah memutih yang menatapnya dengan licik, kebencian memenuhi so rot matanya. Tidak terlihat sedikitpun keramahtamahan. Harap minggir. Fu Hong Xue berkata. Kenapa aku harus minggir? Wanita tua menjawab.

Aku ingin masuk ke dalam. Aku dengar engkau tidak terlalu menyukai tempat ini dan berencana untuk pergi kel uar. Kenapa engkau balik kembali? Siapa yang bilang aku berencana keluar? Aku yang mengatakannya. Fu Hong Xue mengerutkan alisnya. Siapa yang mengatakan aku tidak menyukai tempat i ni? Bahkan meskipun keadaannya tidak seperti itu, tempat ini sangat tidak menyukaimu. S i nenek tua mendengus. Fu Hong Xue akhirnya mengerti, jadi dia tidak berkata-kata lagi. Apa lagi yang h arus dikatakan? Aku telah menitipkan semua barang-barangmu ke toko kelontong di seberang jalan, kau dapat mengambilnya kapan saja. Fu Hong Xue menganggukan kepalanya. Dan uang perak yang kau bayarkan kepadaku, aku sarankan kau pakai untuk membeli p eti mati. Wanita tua itu melemparkan uang peraknya kearahnya. Fu Hung Xue mengulurkan tangannya, namun uang perak tersebut tidak pernah dapat diraihnya. Sesuatu menimpuk uang perak tersebut itu ke udara kembali ke arah wanita tua itu . Uang perak tersebut hancur menjadi jarum-jarum perak. Bila sesuatu tidak menimpuk balik uang perak tersebut kembali ke wanita tua itu, bahkan bila Fu Hong Xue tidak kehilangan nyawanya, tangannya sudah pasti akan menjadi c acat. Namun sekarang jarum-jarum perak tersebut melayang kembali ke arah wanita tua it u. Wanita tua itu, yang biasanya saat berjalanpun harus berpegangan ke dinding, tib a-tiba melompat keudara dan bersalto ke belakang ke atap rumah. Dia memperlihatkan kemampuan sejatinya dan kelihatannya dia tidak punya pilihan kecuali kabur. Siapa yang tahu seseorang telah berada disana menunggunya? Ekspresi wajahnya berubah, ketakutan terlihat disorot kedua matanya. Ye Kai tersenyum padanya dan berseru, Nenek Tua, sejak kapan engkau tiba-tiba menj adi

muda? Wanita tua itu tertawa terpaksa dan menjawab, Aku tidak menjadi lebih muda, namun aku rasa tulangku berubah menjadi semakin ringan. Setiap saat aku melihat pesilat mu da seperti dirimu, tulang-tulangku selalu menjadi terasa ringan. Kau ingin aku minum darahmu? Wanita Tua itu bertanya. Bukankah engkau baru saja pesta besar di atas darahnya Luo Luo Shan? Ye Kai menjawa b.

Senyuman tajam terlihat diwajahnya seraya berseru, Darah laki-laki tua itu terlalu banyak mengandung alkohol. Aku rasa aku lebih baik minum darahmu. Dia mengebaskan tangannya dan dua buah jarum perak melesat dari lengan bajunya k e arah leher Ye Kai. Tidak hanya aneh senjatanya, senjatanya juga merupakan senjata yan g sangat mematikan. Namun Ye Kai nampaknya telah terbiasa dengan senjata yang jahat dan mematikan. Tubuhnya telah bergeser ke samping dan berputar. Kelihatannya dia telah menangka p senjata rahasia tersebut dengan lengan bajunya, dan DDDDIINNNGGG, keduanya meles at tidak terlihat lagi. Kedua cakar wanita tua itu tiba-tiba kaku membeku. Ye Kai telah berdiri dengan k edua tangannya dibelakang tubuhnya tersenyum kepadanya. Apakah engkau masih memiliki senjata baru yang akan dicoba? Aku sungguh-sungguh tertarik untuk menjadi yang p ertama melihatnya. Wanita tua itu menatapnya dengan kosong dan menggerutu, Siapakah engkau didunia in i? Nama margaku Ye, nama panggilanku Kai. Ye seperti pada kata daun , seperti daun di pohon. Kai seperti pada kata terbuka , seperti saat seseorang membuka pintu. Juga s ama artinya dengan Kai dalam kebahagiaan . Dia tertawa dan menambahkan, Sayangnya saat aku merasa senang, engkau mungkin akan merasa sedih. Nenek Tua tersebut tidak dapat mengucapkan sepatah katapun. Tubunya tiba-tiba me layang ke udara, se saat dia telah melompat sejauh tigapuluh atau empatpuluh kaki menja uh. Namun dia tidak pernah menyangka secepat dia mendarat, Ye Kai telah berdiri disa mpingya dengan senyuman lebar diwajahnya, senyuman yang menyerupai rubah kecil yang lici k. Nenek Tua itu menghela napas dan berseru, Hebat. Ginkang yang hebat. Sepertinya se mua tulang belulangmu lebih ringan dari miliku. Sebelum dia mengakhiri ucapannya, tangannya bergerak seperti cakar dan mengeluar kan empat gerakan ke arah Ye Kai. Tekniknya sangat aneh dan licik. Ye Kai berbalik, gerakannya bukan aneh maupun licik, tapi amat sangat cepat. Kecepatan yang tidak dapat diba yangkan. Saat wanita tua itu menamparkan tangannya, tiba-tiba dia merasa sesuatu yang rin gan telah menotok jalan darahnya. Tangannya langsung turun dan dia tidak dapat digerakan l

agi. Ye Kai masih berdiri dengan kedua tangannya di belakang tubuhnya. Senyumnya memb uat dia terlihat lebih gembira dari sebelumnya. Betapa sungguh memalukan, saat dia m erasa senang, orang lain justru merasa sangat menderita. Wanita tua tersebut menghela napas panjang dan berkata, Aku tidak mengenalmu. Meng apa engkau mencampuri urusanku? Siapa yang mengatakan aku mencampuri urusanmu? Ye Kai menjawab. Jadi apa yang kau inginkan? Wanita tua bertanya. Aku ingin minum secangkir arak bersamamu. Ye Kai berkata.

Wanita tua tersebut terlihat bingung, Engkau ingin apa? Jarang sekali aku mengundang orang minum arak, sungguh sangat disayangkan kalau engkau melewati kesempatan ini. Ye Kai berkata. Wanita tua itu mengatupkan giginya dan bertanya, Dimana engkau ingin minum? Tentu saja kita akan pergi ke tempat Xiao Bie Li, kita dapat minum dengan kasbon disana. Ye Kai menjawab. Tangan Fu Hong Xue mengenggam dengan keras goloknya, mengenggam dengan amat sangat keras. Dia masih tetap berdiri seperti sebelumnya, posisi tubuhnya tidak bergeser se-in cipun. Namun wajahnya yang putih pucat mulai memerah. Wanita tua telah melompat turun dari atas rumah dan berjalan dengan kepala tertu nduk melewati sisinya. Fu Hong Xue bahkan tidak memandang sekejapun ke arahnya, namun tibatiba dia berseru, Tunggu sebentar. Wanita tua itu diam berhenti, tiba-tiba dia menjadi semakin penurut. Aku telah membunuh sebelumnya. Wanita tua itu mendengar dengan jelas. Dan aku tidak berkeberatan untuk membunuh lagi. Tangan wanita tua itu mulai gemetaran. Ye Kai melangkah ketengah mereka juga dan menegaskan, Membunuh hanya seperti minum

arak. Cangkir pertama selalu menjadi tegukan yang paling berat. Namun setelahnya , setiap cangkirnya menjadi semakin mudah. Kecuali itu Kecuali apa . Membunuhnya tepatnya seperti minum-minum, terlalu banyak melakukannya akan membuat ketagihan. Ye Kai menatap Fu Hong Xue dan melanjutkan, Paling baik bila engk au tidak ketagihan hal-hal seperti itu. Engkau bukan salah satu yang ingin kubunuh. Fu Hong Xue menjawab. Engkau ingin membunuhnya? Ye Kai bertanya. Sebenarnya, aku berpikir aku hanya membunuhnya dua jenis orang. Tapi sekarang, ak u pikir ada yang ketiga. Jenis apa? Yang menginginkan kematianku. Ye Kai menganggukan kepalanya, Dia mencoba membunuhmu sebelumnya, dan sekarang

engkau ingin membunuhnya. Betul-betul adil.

Harap minggir. Fu Hong Xue memperingatkan. Kenapa? Ye Kai berkata. Karena dia menginginkan nyawaku. Fu Hong Xue menjawab. Tapi dia tidak membunuhmu, engkau masih hidup kan? Ye Kai bertanya. Fu Hong Xua menatapnya, wajahnya yang putih pucat mulai transparan. Setelah bebe rapa saat, perlahan-lahan dia menjawab, Katakan siapakah kau sebenarnya, huh? Engkau tahu siapa aku sebenarnya, kenapa repot-repot bertanya kepadaku? menjawab. Aku hanya ingin kepastian, karena aku berhutang padamu. Fu Hong Xue berkata. Apakah itu? Nyawaku. Dia perlahan-lahan berputar dan melanjutkan, Ini adalah hutang yang akan kubayar c epat atau lambat, tapi sejak saat ini engkau dapat memintanya kapan saja. Kaki kirinya melangkah maju, kaki kanannya diseret dari belakang. Langkahnya ter lihat semakin berat kali ini. Ye Kai tiba-tiba menyadari bahwa dia terlihat seperti Xi ao Bie Li dari belakang. Keduanya orang yang kesepian, keduanya juga sentimentil. Namun mungkin situasi yang dihadapinya lebih tragis, karena hanya ada satu jalan arah dia pergi. Jalan yang membuat dia tidak dapat kembali lagi. Tersedia arak di atas meja. Ye Kai menuangkan secangkir arak kepada Xiao Bie Li dan secangkir kepada wanita tua itu. Bagaimana tempat ini? Tidak jelek. Wanita tua itu menjawab. Dan araknya? Tidak jelek juga. Jadi engkau harus berterima kasih. Bila bukan karena diriku, bagaimana mungkin en gkau memiliki kesempatan minum disini? Ye Kai berkata. Kenapa aku tidak dapat minum disini? Wanita tua itu bertanya. Ye Kai menghela napas, kemudian menjawab, Karena ini adalah tempat laki-laki. Mesk Ye Kai

ipun Jarum Penghancur Usus Nenek Du merupakan orang yang ditakuti di dunia persilatan , namun dia tetap seorang wanita. Wanita tua itu menatapnya dan berkata, Jadi aku adalah Nenek Du?

Saat aku melihat Jarum Penghancur Usus menancap di tubuh Luo Luo Shan, aku mendug a itu adalah kau. Ye Kai berkata. Dugaan yang hebat. Wanita tua itu berkata. Ye Kai kembali tertawa dan berkata, Namun aku tidak bermaksud membalaskan kematiannya. Oh? Aku hanya ingin menanyakan kenapa engkau mau bergabung dengan Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Jadi kau pikir aku membunuhnya karena perintah Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Ye Kai menganggukan kepalanya. Karena aku melakukan pada saat ini, dan karena aku sudah tua, maka engkau yakin a ku adalah Nenek Du? Itu adalah kesimpulan yang cukup sederhana. Laluu tentu saja Nenek Du pasti bukan seorang pria. Tentu saja. Wanita tua itu mulai tertawa, sangat aneh dan tertawa yang ganjil. Kelucuan apa yang kau temui? Ye Kai bertanya. Hanya satu hal. Wanita tua itu menjawab. Dan apakah itu? Aku bukan Nenek Du. Bukan engkau? Wanita tua itu tersenyum dan menegaskan, Aku tidak pernah membayangkan menjadi Nenek Du, tapi sayangnya aku seorang laki-laki. Ye Kai terkejut. Nenek tua itu ternyata seorang pria. Dia membuka topeng yang dikenakannya, membuka bajunya, dan berdiri. Wanita tua yang keriput telah beruba h menjadi seorang pria kurus tengah baya! Siapapun dengan jelas pasti dapat mengat akan dia adalah seorang pria. Ye Kai percaya lagi pada kesimpulannya. Orang tersebut tersenyum balik kearahnya dan berseru, Apakah engkau masih ingin me ncari tahu apakah aku pria atau wanita? Ye Kai menarik napas panjang dan menjawab sambil tersenyum, Tidak perlu. Nenek Du sudah jelas bukan seorang pria. Orang tersebut berkata. Jelas bukan. Ye Kai berkata.

Jadi sudah jelas aku bukan Nenek Du. Engkau bukan. Demikian juga, aku bukan orang yang telah membunuh Luo Luo Shan. Ye Kai hanya dapat mengiakan, setiap orang sudah tahu bahwa Jarum Penghancur Usu s adalah satu-satunya senjata rahasia Nenek Du! Aku juga tidak membunuh Fu Hong Xue. Ye Kai tidak dapat menyangkal hal itu, Fu Hong Xue masih bernapas dan hidup. Orang itu menarik napas panjang. Dalam sekali teguk, dia telah meminum seluruh a rak dicangkirnya, kemudian berseru, Betul-betul arak yang bagus. Saat dia menghabiskan cangkirnya, dia berdiri, berbalik dan mulai berjalan kelua r. Pandangan mengejak tersirat di wajah Xiao Bie Li seraya berkata, Harap datang kali lain waktu. Tentu saja aku akan kembali, aku dapat minum dengan kasbon disini. Semua gubuk-gu buk miliku itu masih dapat disewa. Orang tersebut berkata sambil tersenyum. Ye Kai tiba-tiba berseru, Xi Men Chun. Orang tersebut segera memutar kepalanya. Senyumnya masih nampak diwajahnya, namu n sesaat dia menyadari apa yang dilakukannya, senyuman itu menghilang. Namun senyum muncul di wajah Ye Kai. Saat dia tersenyum, orang lain biasanya menderita. Orang tersebut memaksakan untuk tersenyum, namun otot diwajahnya telah kaku membeku. Karena araknya tidak jelek, harap tuan Xi Men tinggal untuk minum beberapa cangki r arak. Ye Kai berkata. Orang tersebut tetap diam beberapa saat. Akhirnya dia menghela napas dan menjawab, Sudah jelas aku tidak perlu bertanya lagi, orang seperti apakah kau. Tepat sekali. Ye Kai menjawab. Tapi yang ingin aku ketahui adalah apakah engkau manusia apa bukan. Orang tersebut berkata. Ye Kai tersenyum, tiba-tiba dia merasakan apa yang dipikirkan orang tersebut tid ak sejelek yang dia pikir. Dengan tertawa, dia menjawab, Kemampuan asli Setan Hidup Seribu Wa jah,

dengan tekniknya yang hebat dan kemampuan menyaru yang tiada tandingannya. Aku seharusnya sudah mengenalimu sejak lama. Xi Men Chun menghela napas dan berkata, Tidak terlalu telat dengan apa yang telah engkau lihat sekarang.

Tentu saya Nenek Du bukan seorang wanita, dan dia tidak mungkin juga seorang nene k. Bila dia seorang wanita, maka setiap orang pasti dengan mudah mengenalinya denga n cepat. Ye Kai berkata. Analisa yang masuk akal. Xi Men Chun menjawab. Jadi siapakah sebenarnya Nenek Du? Ye Kai bertanya. Xiao Bie Li menghela napas dan berkata, Mungkin saja itu engkau, mungkin saja aku. Atau mungkin Ye Kai menimbang-nimbang, kemudian tiba-tiba melompat ke atas dan berseru, Aku mengerti sekarang, Nenek Du pasti dia! Xi Men Chun menghela napas dan menggumam, Pasti sudah terlambat engkau baru menyadarinya sekarang. Fu Hong Xue perlahan-lahan melangkah ke arah toko kelontong. Dia belum pernah ke toko ini sebelumnya, dia tidak pernah mengunjungi toko kelontong manapun sebelumnya. Dia bukan seseorang yang memiliki kehidupan yang normal, dia hidup di dunia yang hanya dimilikinya. Didunia ini yang ada hanyalah balas denam. Tidak ada lagi yang lain nya. Li Ma Hu berada dibelakang kasinya, tertidur seperti biasanya. Kelihatannya dia adalah seseorang yang tidak pernah terjaga. Fu Hon Xue melangkah dan mengetuk meja kasir dengan sarung goloknya. Li Ma Hu terperanjat saat terjada dan melihat sarung golok hitam dari Fu Hong Xu e. Sarung golok tersebut hitam, gagangnya hitam, namun terlihat sedikit bekas merah di goloknya. Wajah Li Ma Hu menjadi pucat dan suaranya terbata-bata, Apa apa yang kau inginkan? Barang-barangku. Fu Hong Xue menjawab. Barang-barangmu .. oh, betul. Barang-barangmu disini. Li Ma Hu berkata. Dia menjangkau meja dibelakangnya dan mengambil sebuah kantong dengan kedua tangannya. Fu Hong Xue menangkap kantong tersebut dengan satu tangan. Tangan yan g satunya lagi tetap menggengam goloknya dengan erat. Gong Sun Duan mati dibawah goloknya, siapa lagi kemudian? Mungkin dia sendiri ju ga tidak tahu. Saat dia berbalik, Fu Hong Xue melihat telur yang dijual dengan diskon dan berta nya, Berapa

harganya ini semua? Engkau ingin membeli beberapa? Fu Hong Xue menganggukan kepalanya. Dia menyadari kadang-kadang rasa laparnya le bih besar dari keinginan membalas dendamnya.

Li Ma Hu memandanginya, menggelengkan kepalanya dan menjawab, Aku tidak dapat menjualnya kepadamu. Fu Hong Xue memahami. Setiap pintu dikota ini tertutup baginya. Toko kelontong i ni bukan pengecualian. Bila dia menghendaki telur-telur itu, sudah tentu tidak ada seoran gpun yang dapat menghalanginya. Namun, dia bukan orang seperti itu. Kebenciannya bukan diarahkan kepada wanita tual itu atau bos toko ini. Bulan mulai naik keatas, angin dingin bertiup. Apakah tidak ada tempat baginya untuk tidur? Dia mengencangkan genggamana ke goloknya dan kantonya -dia hidup didunia yang be nar benar berbeda. Orang-orang didunia ini tidak ada yang pernah dapat mempengaruhin ya. Namun tiba-tiba, Li Ma Hu menambahkan, Aku tidak dapat menjualn telur-telur ini ke padamu karena masih mentah. Engkau tidak data memakan telur mentah. Fu Hong Xue masih diam berdiri. Ada kompor dibelakang, tidak hanya dapat kau gunakan untuk memasak, engkau juga dapat memanaskan arak. Fu Hong Xue berputar dan bertanya, Berapa harga yang kau minta? Li Ma Hu tersenyum dan menjawab, Karena engkau langsung menawar, katakanlah dua belas tael perak. Dua belas tael perak untuk sekali makan merupakan harga yang cukup tinggi. Namun semua tael perak yang ada didunia ini tidak dapat digunakan untuk mengisi perutmu, bet apa kelaparan yang tidak tertahankan. Li Ma Hu menggoreng sebuah telur. Telur dengan nasi goreng, arak yang hangat dan

kacang. Kacangnya gratis, minumlah sepuasmu, kita akan menghitung harganya nanti. Fu Hong Xue tidak menyentuh setetes arakpun. Saat minum, dia akan terus minum hi ngga mabuk. Dan saat ini bukan saat yang tepat untuk mabuk.

Li Ma Hu membawa membawa sepiring nasi dan telur dan melihat cangkir arak. Apakah araknya cukup bagus? Li Ma Hu bertanya. Araknya bagus. Fu Hong Xue menjawab. Meski jelekpun, paling tidak engkau harus minum untuk mengurangi keteganganmu. Fu Hong Xue mulai menyantap nasinya. Dia tidak takut ada racun diaraknya. Ada ti gapuluh cara untuk mengetahui bila dimakanan atau diminumannya mengandung racun, dan dar i semuanya dia mengetahui dua puluh cara. Namun bila dia tidak ingin melakukan sesuatu, maka tidak ada seorangpun yang dap at memaksanya.

Li Ma Hu tidak pernah juga menyuruh orang. Karena Fu Hong Xue tidak ingin minum, maka dia minum sendiri. Dia mulai meneguk arak hangatnya dengan rakus. Sambil terseny um dia berseru, Sejujurnya, aku tidak mengerti mengapa banyak orang di dunia ini yang men yukai minum arak. Rasanya lebih buruk dari racun. Engkau tidak suka minum arak? Fu Hong Xue bertanya. Li Ma Hu menghela napas dan berkata, Aku biasanya tidak pernah minum, namun sekara ng aku sudah mabuk. Fu Hong Xue mengerutkan alisnya dan berkata, Bila engkau biasanya tidak minum, lal u kenapa engkau minum sekarang? Araknya sudah hangat, aku tidak ingin menyia-nyiakannya. Li Ma Hu berkata. Karena itu kau ingin mabuk? Setiap orang yang ingin membuka usaha pertama kali harus belajar satu hal. Li Ma Hu

menghela napas. Apakah itu? Fu Hong Xue bertanya. Kau tidak boleh menyianyiakan apapun, meskipun hal itu menjadi tanggunganmu. Li Ma Hu menjawab. Dia kembali menghela napas panjang dan berkata, Itulah sebabnya hanya orang yang rendah yang membuka toko kelontong. Tidak saja tidak bisa mendapatkan istri, mer eka juga tidak pernah mendapatkan teman. Fu Hong Xue perlahan-lahan menyuap nasinya. Tiba-tiba dia menghela ringan dan berkata, Engkau salah. Li Ma Hu duduk disamping dan bertanya, Apanya yang salah? Hanya ada satu tipe orang didunia ini yang tidak memiliki teman. Tipe seperti apa? Orang seperti diriku. Dia mengangkat kepalanya dan menatap kekejauhan. Matanya dipenuhi dengan kesepia n dan kekosongan. Dia tidak pernah memiliki teman sebelumnya, dan mungkin dia tida k akan pernah memilikinya. Satu-satunya tujuan hidupnya adalah balas dendam, kehausanny a untuk membalas dendam tidak akan pernah padam. Namun kenapa di dalam hatinya yan g paling dalam ada perasaan persahabatan? Mata Li Ma Hu mulai memerah, dia memandanginya dan bertanya, Tuan Muda Ye, bukanka h

dia temanmu? Bukan. Fu Hong Xue menjawab dingin. Namun dia secara pasti memperlakukanmu seperti itu. Li Ma Hu berkata. Ekspresi wajah Fu Hong Xue berubah dan menjawab, Itu karena dia memiliki penyakit.

Penyakit? Fu Hong Xue menggenggamkan tangannya pada goloknya dan berkata, Setiap orang yang memperlakukanku sebagai teman pasti punya penyakit. Li Ma Hu menghela napas dan berkata, Berdasarkan pandangan seperti itu, aku rasa a ku juga pasti punya penyakit. Engkau? Fu Hong Xue berseru. Karena aku sungguh-sungguh ingin menganggap engkau kawanku. Meskipun lidahnya mengembang saat berbicara, namun dia cepat sekali menjadi mabu k. Tapi bukankah perkataan orang mabuk biasanya jujur? Fu Hong Xue tiba-tiba mengambil sumpitnya dan berkata, Nasinya tidak bagus. Dia tidak melihat kearah Li Ma Hu. Fu Hong Xue berdiri dan membelakanginya, kare na dia tidak ingin orang tersebut melihat ekspresi wajahnya. Namun Li Ma Hu menatapnya, menatap punggungnya. Bahunya telah bergerak, dia dapa t mengetahui bahwa pikiran Fu Hong Xue sedang tidak tenang. Ekspersi wajah aneh tiba-tiba muncul di sorot mata Li Ma Hu. Perlahan-lahan dia menjulurkan tangannya saat dia berusaha untuk menepuk punggung Fu Hong Xue. Tiba-tiba, berkelebat sekilas cahaya yang dingin! Kemudian sebuah pisah telah menusuk punggung tangannya! ooOOOooo Bab 18. Senjata Yang Paling Menakutkan Didunia Adalah Senjata Yang Tidak Terlihat Oleh Gu Long Sebuah pisau sepanjang tiga hun dan tujuh inci. Sebuah pisau yang telah dilemparkan! Saat Li Ma Hu melihat pisau itu, wajahnya tiba-tiba tersentak. Kemudian, seluruh tubuhnya merosot jatuh ke atas lantai seperti tersambar oleh c ahaya kilat yang kuat dan tak bersuara. Saat dia jatuh kelantai, sesuatu jatuh ke atas meja dari tangannya. Saat Fu Hong Xue berbalik, dia melihat Ye Kai.

Ye Kai berjalan menghampiri sambil tersenyum diwajahnya, dia tidak membawa senja ta. Fu Hong xue menatapnya, kemudian melihat kepada Li Ma Hu di atas lantai, dan ber tanya dengan tajam,Apa maksud semua ini? Ye Kai hanya tersenyum. Dia sepertinya suka menjawab pertanyaan yang tidak ingin dia jawab dengan senyuman. Fu Hong Xue tidak bertanya lebih lanjut. Dia menangkap tiga buah jarum yang terg eletak di atas meja, tiga buah jarum berwarna hijau. Jarum-jarum yang jatuh terlepas dari tangan Li Ma Hu. Bila tidak ada pisau tersebut, mungkin Fu Hong Xue mengalami nasib yang sama den gan Luo Luo Shan saat ini. Apakah pemilik toko kelontong yang bersahabat ini adalah Nene k Du yang kejam dan jahat? Fu Hong Xue mengepalkan jari-jarinya. Setelah beberapa saat, akhirnya dia mengan gkat kepalanya. Tatapan matanya bertemu dengan senyum Ye Kai. Bagaimana kau tahu aku tidak dapat menghindari serangannya?Fu Hong Xue bertanya dingin. Aku tidak tahu.Ye Kai menjawab. Lalu kenapa engkau datang menyelamatkanku?Fu Hong Xue berkata. Siapa yang bilang aku datang kesini untuk menyelamatkanmu?Ye Kai menjawab. Jadi kenapa kau kesini? Fu Hong Xue bertanya. Apa yang aku lakukan hanyalah menancapkan pisauku ke dalam tangan orang itu. Itu adalah tangannya dan pisauku, memangnya harus ada hubungannya dengan dirimu?Ye Kai menegaskan. Fu Hong Xue tidak berkata-kata lagi. Ye Kai perlahan-lahan melangkah mendekati dan duduk. Dia menarik napas yang dala m dan berkata sambil tersenyum,Nasinya terlihat enak, baunya juga menggiurkan. Hmmh.Fu Hong Xue menggumam. Araknya mungkin juga tidak jelek, sayang tidak ada yang tersisa.Ye Kai menambahk an. Fu Hong Xue terlihat mau berbicara sesuatu namun Ye Kai tiba-tiba memandang ke b awah kepada Li Ma Hu dan bertanya,Apakah pisauku layak ditukar dengan sebotol arak?

Li Ma Hu masih tidak bergerak. Juga tidak ada jawaban. Kalau tidak, aku memintamu untuk mengembalikan pisauku.Ye Kai berkata. Masih tidak ada jawaban. Ye Kai membungkuk dan menepuk orang itu dipunggungnya d an berkata,Nenek Du, aku sudah membongkar penyamaranmu, jadi tidak usah Suaranya tiba-tiba berhenti, terlihat keterkejutan diraut wajahnya.

Orang yang jatuh ke lantai itu tidak akan pernah berdiri lagi. Wajahnya kaku mem beku, kedua tangan dan kakinya sedingin es, dan pisau tersebut masih menancap ditangan nya. Fu Hong Xue menatap wajah orang itu, dan kemudian ke arah pisau itu, kemudian be rkata kepada Ye Kai,Apakah pisaumu beracun? Tidak.Ye Kai menjawab. Bila tidak bagaimana dia mati?Fu Hong Xue bertanya. Sepertinya dia semakin tua, orang tua tidak tahan ketakutan.Ye Kai berkata. Kau mengatakan dia mati ketakutan?Fu Hong Xue berkata. Baiklah, luka di punggung tangannya bukanlah suatu yang fatal, dan pisauku tidak

mengandung racun.Ye Kai menjawab. Orang ini betul-betul Jarum Penghancur Usus Nenek Du?Fu Hong Xue berkata. Bila Penipu Tak Bertulang dapat berpura-pura menjadi nenek tua, kenapa Nenek Du bukan seorang pria?Ye Kai berkata. Betul. Aku tahu orang seperti apakah Nenek Du itu.Fu Hong Xue menegaskan. Engkau pasti mengetahuinya dengan baik.Ye Kai berkata. Orang seperti Nenek Du pasti ketakutan oleh sebuah pisau?Fu Hong Xue bertanya sa mbil tersenyum dingin. Kenyataannya dia sudah mati.Ye Kai berkata. Cuman pisau seperti apakah itu?Fu Hong Xue berseru. Ye Kai hanya tersenyum. Dia sepertinya suka menjawab pertanyaan yang dia jawab d engan senyuman. Dia mengambil pisaunya. Sebetulnya tidak ada yang istimewa dari fisik pisau ters ebut. Hanya saja mata pisaunya tipis dan sangat tajam, sinar lemah terpantul dari permukaann ya. Saat matanya memandang pisau tersebut, keduanya matanya juga bercahaya. Setelah beberapa saat, Ye Kai pelahan-lahan berkata,Apapun ceritnya, kau tidak d apat menyangkal ini sebuah senjata. Fu Hong Xue berhenti sejenak, kemudian menjawab,Aku tidak pernah membayangkan ka u

menggunakan senjata juga. Ye Kai menjawab dengan senyuman. Aku belum pernah melihatmu membawa senjata.Fu Hong Xue menegaskan. Senjata bukan untuk diperlihatkan kepada orang lain.Ye Kai membalas. Fu Hong Xue hanya dapat menyetujui.

Mungkin senjata yang paling menakutkan di dunia ini adalah senjata yang tidak da pat dilihat.Ye Kai berkata. Tidak ada senjata apapun yang tidak dapat dilihat!Fu Hong Xue menjawab. Ye menatap pisau ditangannya dan perlahan-lahan berkata,Mungkin engkau dapat mel ihat senjata ini, namun saat engkau melihatnya, mungkin saat itu sudah sangat terlamb at. Senjata yang sangat menakutkan hingga membuat orang mati biasanya senjata yang t idak dapat dilihat. Karena saat engkau melihat senjata itu, maka sudah terlambat. Amat sangat terlam bat. Lalu, senjata tersebut tidak terlihat lagi. Tiba-tiba pisau itu menghilang dari tangan Ye Kai seperti sulap. Fu Hong Xue menatap ke bawah ke golok ditangannya. Ekspresi aneh muncul diwajahn ya, kelihatannya dia mengerti yang dimaksud oleh Ye Kai. Gong Sun Duan tidak pernah melihat mata goloknya. Gong Sun Duan hanya melihat ga gang dan sarungnya saja. Senjata yang dapat dilihat adalah senjata yang tidak dapat membunuh.Ye Kai meneg askan. Fu Hong Xue mendengarkan dengan penuh perhatian. Itulah sebabnya orang-orang yang benar-benar memahami permainan pedang pasti tah u cara untuk menyembunyikan senjatanya.Ye Kai menambahkan. Fu Hong Xue menghela napas dan menjawab,Itu hal yang mudah dibicarakan daripada dilakukan. Menyembunyikan senjatamu jauh lebih susah daripada menggunakannya.Ye Kai berkata.Namun aku rasa kau sudah memahami hal itu. Aku memahami dengan sangat baik.Fu Hong Xue menjawab. Dia memandang ke arah Ye K ai yang masih memperlihatkan senyum yang hangat dan ramah diwajahnya. Ekspresi wajah Fu Hong Xue membesi, dengan dingin dia berkata,Aku ingin kau mema hami satu hal. Apakah itu?Ye Kai bertanya. Jangan pernah menolongku lagi. Kau dapat pergi ke arah langkahmu sendiri, dan ak

u pergi ke arah langkahku. Tidak ada hubungan diantara kita berdua. Aku pasti tidak akan perhatian sepertimu saat kau mati didepanku. Kita bukan sahabat? Bukan! Ye Kai menghela napas pendek, kemudian tersenyum dan menjawab,Aku mengerti.

Fu Hong Xue menggertakan giginya dan berkata,Jadi kau boleh pergi kemanapun lang kahmu mengarah. Bagaimana denganmu? Kau tidak akan pergi?Ye Kai bertanya. Kenapa aku harus pergi?Fu Hong Xue berkata. Ada seseorang yang menunggumu diluar.Ye Kai menjawab. Siapa? Wanita tua yang bukan seorang wanita tua. Fu Hong Xue mengerutkan alinya dan bertanya,Apa yang dia inginkan? Dia menunggumu untuk ditanyakan kenapa dia mencoba membokongmu.Ye Kai berkata. Kedua mata Fu Hong Xue membara saat tiba-tiba dia bergerak cepat. Namun sebetulnya tidak hal apapun yang membuat dia harus terburu-buru. Karena or ang diluar akan menunggunya selama apapun. Orang mati tidak pernah terburu-buru. Xi Men Chun adalah seorang yang tinggi dan tegap, namun saat ini meringkuk di at as lantai. Dia duduk meringkuk di sudut dibelakang kasir, kedua matanya keluar dari kelopak nya. Meskipun dalam kematiannya, ketakutan dan kengerian terpancar di ekspresi wajahn ya. Siapa yang membunuhnya? Bahkan dia sendiripun tidak pernah membayangkan orang tersebut datang dan mengam bil nyawanya. Sebuah paku baja menusuk dadanya. Darah meleleh keluar dari luka tersebut dan be lum lagi mengering. Tidak ada seorangpun disana. Saat itu tengah malam, dan hanya beberapa orang yan g berjalan ditengah jalan raya saat itu. Fu Hong Xue berdiri disana membisu, kedua tangan dan kakinya kaku membeku. Saat Ye Kai akhirnya melangkah, dia bertanya kepadanya dengan nada suara yang dalam,Orang in i

adalah Penipu Tak Bertulang Xi Men Chun? Setelah beberapa saat, Ye Kai menghela napas dan menjawab,Ya. Aku menyadari juga orang seperti apakah dia.Fu Hong Xue berkata. Aku juga berpikiran sepertimu.Ye Kai berkata. Dia bahkan tidak sempat untuk bertahan atau berteriak sebelum terbunuh.Fu Hong X ue berkata. Paku itu yang merengut nyawanya.Ye Kai menegaskan. Tidak banyak orang yang dapat membunuhnya secepat itu.Fu Hong Xue berkata.

Sebenarnya, hanya beberapa saja.Ye Kai berkata. Oh? Fu HongXue bertanya. Seseorang yang dapat membunuhnya, karena dia benar-benar tidak bertenaga untuk bertahan.Ye Kai menjelaskan. Kenapa begitu?Fu Hont Xue berkata. Aku khawatir tidak tidak dapat menunggumu, jadi aku menotoknya.Ye Kai berkata. Dia berhenti sebentar sebelum meneruskan,Satu hal meskipun setiap orang dapat membunuhnya, hanya satu orang yang menginginkan kematiannya. Siapa? Seseorang yang tidak ingin rahasia dibeberkan kepadamu. Fu Hong Xue berpikir sejenak, kemudian berkata,Karena apa dia berusaha membokong mu di gang itu? Dan siapa yang menyuruhnya melakukan hal itu? Pasti itu rahasianya? Tepat sekali.Ye Kai berkata. Fu Hong Xue tertawa dingin, kemudian dia berbalik dan berjalan keluar. Kemana kau pergi?Ye Kai bertanya. Aku pergi ketujuanku, kenapa engkau tidak melakukan hal sama? Fu Hong Xue tidak mau repot-repot untuk berbalik, seraya dia perlahan-lahan berj alan keluar. Kota masih sepi, lentera yang terletak di atas pintu di seberang jalan sudah men yala. Angin berhembu kencang dan menerbangkan kain merah yang tertempel di luar gang k ecil ke kejauhan. Tiupan angin sangat dingin, kegelapan memenuhi malam. Apakah musim gugur telah t iba? Meskipun tanda cuaca musim gugur adalah angin dimalam hari, namun saat itu didal am gedung masih sehangat musim semi. Di dalam mata orang-orang, selalu musim semi d isini. Ada sekelompok laki-laki duduk disudut ruangan. Meskipun saat itu tengah malam, kelihatan mereka sudah terbiasa mabuk-mabukan disana. Ye Kai mengambil tempat duduknya. Xiao Bie Li memberikan cangkir arak kepadanya dan berkata sambil tersenyum,Jangan lupa engkau sudah berjanji minum denganku. Cangkir tersebut sudah penuh hingga meluap. Jangan lupa engkau berjanji bahwa aku dapat minum kasbon.Ye Kai menjawab. Pasti susah untuk melupakan janjikan yang orang-orang telah ucapkan kepadamu.Xia o Bie Li

berkata. Pasti susah.Ye Kai berkata.

Jadi silahkan lanjutkan dan minum saja, jangan khawatir.Xiao Bie Li berkata. Ye Kai tersenyum dan mengakhiri cangkirnya dalam sekali duduk. Dia melihat sekel iling dan berkomentar,Para pelangganmu betul-betul datang terlalu awal. Xiao Bie Li menganggukan kepalanya dan menjawab,Sesegara lentera menyala, orangorang mulai berdatangan masuk. Itulah sebabnya aku heran kalau mereka menatap lentera itu sepanjang hari.Ye Kai berkata. Xiao Bie Li tertawa dan menjawab,Tempat ini betul-betul tempat yang asik. Saat s eseorang tiba untuk pertama kalinya, mereka pasti tidak tahan untuk datang kembali dan da tang kembali. Seperti ketagihan. Bila mereka tidak pergi kesini setiap hari, mereka p asti tidak bisa tidur. Aku rasa, akupun sudah ketagihan juga, aku sudah tiga kali kesini hari ini.Ye Ka i berkata. Itulah sebabnya aku menyukaimu.Xiao Bie Li berkata. Itulah sebabnya engkau percaya untuk membuka kasbon bagiku. Xiao Bie Li tertawa keras. Sekelompok orang di sudut ruangan semuanya menoleh dan terlihat heran. Mereka te lah mendatangi tempat ini paling tidak ratusan kali dan tidak sekalipun mereka melih at pemiliki tempat ini tertawa. Namun tawanya segera menghilang saat nada suaranya kembali serius. Apakah Li Ma Hu benar-benar Nenek Du?Xiao Bie Li menanyakan Ye Kai. Ye Kai menganggukan kepalanya. Aku benar-benar tidak habis akal. Bagaimana engkau bisa mengetahuinya? Aku tidak mengetahuinya Itu hanyalah dugaan? Aku hanya merasa aneh Xi Men Chun menyuruh Fu Hong Xue mendatangi toko kelontong itu untuk mengambil barang-barangnya.Ye Kai menjelaskan. Hanya berdasarkan satu petunjuk itu?Xiao Bie Li berkata. Baiklah, saat aku baru tiba, aku melihat dia telah membawa Fu Hong Xue ke ruang belakang untuk makan malam.Ye Kai menceritakan. Apanya yang aneh? Segalanya. Seluruh kota sudah tahu Fu Hong Xue adalah musuh utama Gedung Sepuluh

Ribu Kuda. Bagaimana seorang seperti Li Ma Hu berani melawan mereka?Ye Kai berka ta.

Benar. Dia bahkan seharusnya tidak akan pernah memberikan barang-barang Fu Hong Xue.Xiao Bie Li menambahkan.

Tapi dia memberikannya.Ye Kai berkata. Jadi dia pasti memiliki maksud yang kuat.Xiao Bie Li berkata. Itulah sebabnya aku mencurigai dia pasti Nenek Du.Ye Kai berkata. Dan engkau benar.Xiao Bie Li berkata. Ye Kai tiba-tiba menghela napas dan berseru,Paling tidak aku berharap aku benar. Kenapa?Xiao Bie Li bertanya. Karena aku telah menakut-nakutinya sampai mati.Ye Kai berkata. Xiao Bie Li terlihat kaget. Engkau tidak berpikir aku yang membunuhnya?Ye Kai bertanya. Dan bagaimana dengan Xi Men Chun?Xiao Bie Li berkata. Dia juga sudah mati.Ye Kai menjawab. Xiao Bie Li perlahan-lahan mengambila cangkir arak di depannya dan menghirupnya,

kemudian berkata dengan dingin,Engkau betul-betul tidak selembut seperti yang te rlihat. Ye Kai menatapnya balik dan berkata,Apakah engkau menyesal membuka kasbon untukk u hari ini? Xiao Bie Li menghela napas dan berkata,Aku hanya tidak dapat mencari tahu kenapa kedua orang seperti mereka bisa datang ketempat seperti ini. Tambahan lagi, kenapa mer eka memilih untuk tinggal cukup lama. Mungkin mereka sedang bersembuyi, atau mereka adalah musuh-musuh Fu Hong Xue.Ye Kai berkata. Tapi saat mereka baru saja datang kemari, Fu Hong Xue mungkin masih kecil.Xiao B ie Li berkata. Jadi kenapa mereka menginginkan kematiannya?Ye Kai berkata. Apakah mereka tidak berbicara sesuatu kepadamu?Xiao Bie Li berkata. Aku belum sempat menanyakannya.Ye Kai menjawab. Kenapa tidak?Xiao Bie Li berkata. Aku tidak sedang terburu-buru, begitu juga mereka.Ye Kai berkata. Xiao Bie Li tersenyum saat melihat Ye Kai dan menjawab,Engkau betul-betul orang yang

aneh. Seaneh Majikan Ketiga Ye Kai berkata. Bahkan lebih aneh Xiao Bie Li membalas.

Namun sebelum dia mengakhiri ucapannya, suara gong tiba-tiba menggema dan diikut i oleh suara-suara terikan,Kebakaran! Tolong, kebakaran! Jilatan api telah menjadi besar. Api berasal dari toko kelontong Li Ma Hu. Segumpal asap terbang keluar dari bagi an belakang toko kelontong tersebut diikuti oleh jilatan api yang besar. Dan karena hampir seluruh gedung di jalan tersebut terbuat dari batang kayu, kelihatannya api ters ebut telah menyebar ke seluruh kota. Dalam sekejap, seluruh jalan telah dipenuhi oleh orang-orang yang kebingungan da n panik. Para penduduk berusaha membawa air seberapapun yang mereka bawa untuk menyirami api. Jilatan api yang merah menerangi wajah putih Xiao Bie Li lalu berkata,Sepertinya api tersebut berasal dari dapur di belakang toko kelontong. Ye Kai menganggukan kepalanya. Saat kau pergi, apakah engkau lupa untuk mematikan api?Xiao Bie Li bertanya. Tidak ada api yang menyala disana.Ye Kai menjawab. Kompornya pasti sudah menyala.Xiao Bie Li berkata. Semua kompor pasti menyala.Ye Kai berkata. Apakah kau berpikir seseorang membakar tempat tersebut?Xiao Bie Li berkata. Ye Kai menghela napas lalu berkata,Aku seharunya mengetahui seseorang pasti memb akar tempat itu. Kenapa begitu?Xiao Bie Li bertanya. Karena mayat yang terbakar tidak akan dapat berbicara lagi.Ye Kai berkata dengan senyum aneh tersembul diwajahnya. Dia tiba-tiba mengambil sebuah ember didekatnya dan ikut serta berupaya memadamk an api. Sesaat kemudain, Xiao Bie Li menghela napas kepadanya, namun sorot mata kelihata nnya sedang jatuh dalam pikiran yang dalam. Tibat-tiba, seseorang menghampiri kesemapingnya dan berbisik,Apakah yang sedang kau pikirkan? Xiao Bie Li bahkan tidak berniat untuk menoleh siapakah dia, dan hanya menjawab, Aku

belajar pelajaran penting hari ini. Pelajaran apakah itu? Satu-satunya cara untuk membungkamkan seseorang hanya dengan memastikan tubuhnya

terbakar menjadi abu.

Meskipun disana banyak sekali orang yang berusaha untuk memadamkan api, namun ai r yang tersedia tidak cukup. Untungnya baru saja hujan, sehingga udara tidak terla lu kering. Meskipun mereka tidak dapat memadamkan api dengan cepat, api tidak menyebar deng an cepat. Ye Kai berdiri ditengah keramaian. Matanya seperti elang mengamati sekitarnya. O rang yang membuat kebakaran pasti berada ditengah keramaian juga. Orang tersebut pasti tid ak ingin dicurigai atau dia betul-betul menikmati penderitaan orang lain. Betul-betul jalan pikiran yang kejam dan dengki, namun apa bagaimana lagi selain orang tersebut pasti orang yang kejam dan dengki. Sayangnya, biasanya sangat susah membedakan mereka dengan orang-orang normal. Ye Kai merasakan seseorang menarik baju belakangnya dengan perlahan. Saat dia be rbalik, dia melihat seseorang berbalik dan menyelinap ditengah keramaian. Seseorang deng an jubah hijau dan topi jerami. Ye Kai mengikutinya dan menyelinap juga ke dalam keramaian. Saat dia mengejarnya , yang dapat dilihatnya adalah bagian belakang tubuhnya. Ye Kai sangat suka mempelajari bagaimana seseorang terlihat dari belakang. Dia m engetahui bagian belakang tiap orang memiliki kekhasan yang dapat dia bedakan. Oleh karena itu, untuk mengenali seseorang dari belakang bukanlah hal yang sulit. Namun orang dengan jubah hijau ini betul-betul asing. Dia tidak hanya terlalu tinggi dan gerakannya juga gesit dan ringan, dia dapat m enghilang dari jalan dengan cepatnya. Sangat cepat, hingga ketempat yang tidak ada seorangpun. Banyak sekali bintang yang memenuhi langit, padang belantara dalam suasana yang masih sunyi dan sepi. ooOOOoo Bab 19. Membasmi Benalu Hingga Keakar-akarnya Ye Kai membuat langkah yang panjang ke depan dan berbisik dengan sopan, Teman, apa tujuanmu mengajakku pergi? Harap berhenti dan berbicara. Orang dengan jubah hijau itu tidak melambatkan gerakannya, namun malah meningkat kan kecepatanya. Hingga setengah jalan, orang tersebut melompat ke udara, memperliha

tkan kemampuan meringankan tubuhnya yang tinggi, Mengikuti Jangkrik Dalam Delapan Lan gkah. Ilmu meringankan tubuhnya tidak hanya tinggi dan hebat, tapi juga indah dilihatn ya. Saat Ye Kai melihat jubah orang itu berdansa berkibaran tertiup angin, matanya membesar. Bentuk tubuhnya sepertinya tidak asing, tapi dia tidak tahu pasti dimana dia melihatnya sebelumnya.

Semakin jauh mereka pergi, semakin pekat kegelapan malam. Namun hijau ingin dah jelas Ye Kai tidak khawatir kehilangan jejak orang itu. Bila orang dengan jubah itu melarikan diri, kenapa harus memberikan tanda kepada Ye Kai sebelumnya? Su bahwa orang ini ingin menemuinya, jadi buat apa mengejarnya?

Angin bertiup melewati rerumputan. Ditengah-tengah lapangan rumput yang tebal da n panjang, terdapat jalur jalan. Orang tersebut nampaknya mengenal sekali area ini , mengarah ke timur dan berlari dengan cepat ke barat. Sebelum dia mengenalinya, Ye Kai tel ah kehilangan orang tersebut. Namun Ye Kai sedikitpun tidak terlihat khawatir. Dia berhenti dan menunggu. Setelah beberapa saat, terdengar suara berasal dari rerumputan yang tinggi, ah kau siapa aku? Tahuk

Ye Kai mengeluarkan tawa perlahan dan bernyanyi dengan perlahan, Kerajaan langit, kerajaan bumi. Dengan kulit sehalus batu giok, harum seperti batu mawar. Nyonya Ketiga Shen dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Orang tersebut tertawa balik, suaranya lembut dan manis. Penglihatan yang hebat, e ngkau akan memperoleh hadiah. Dihadiahi apa? Ye Kai bertanya. Dengan secangkir arak. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Dimana ada arak ditengah padang belantara begini? Ye Kai berjalan ke depan dan akhirnya mengerti. Nyonya Ketiga Shen telah membang un bunker kecil ditengah padang belantara ini. Bila dia tidak menunjukan jalannya s endiri, engkau tidak akan dapat menemukannya bahkan bila engkau memiliki sepuluh ribu or ang untuk mencarinya. Tempat yang betul-betul aneh. Tidak hanya tersedia arak, juga tempat tidur yang rapih dan meja hias yang dihiasi ornamen. Pada bagian atas meja rias terdapat bunga segar, dan di atas meja arak juga telah tersedia beberapa piring makanan. Ye Kai menatapnya tidak percaya. Nyonya Ketiga Shen tersenyum kepadanya, senyum yang dapat mencairkan jiwa laki-l aki manapun. Engkau menemukan semua ini sangat tidak biasa? Nyonya Ketiga Shen bertanya sambil tersenyum.

Tidak juga. Ye Kai tiba-tiba menjawab sambil tertawa. Tidak? Nyonya Ketiga Shen berkata. Ye Kai menatapnya dan berkata, Bila berasal dari wanita sepertimu, tidak ada hal a papun yang ganjil. Aku harus katakan, engkau betul-betul orang yang penuh pengertian. Nyonya Ketiga Sh en menjawab.

Dan engkau adalah wanita yang sangat pengertian. Ye Kai berkata. Jadi kita harus bersikap seperti dua orang yang penuh pengertian dan duduk minum arak. Nyonya Ketiga Shen berkata. Mata Ye Kai bercahaya dan bertanya, Dan setelahnya? Nyonya Ketiga Shen tertawa terkikik-kikik dan menggigit bibirnya, Laki-laki penuh pengertian sepertinya seharusnya tahu tidak boleh berkata seperti itu pada seorang wanita. Ye Kai menghela napas dan tersenyum, Sebenarnya, aku hanya ingin mendengarkan engk au menceritakan sesuatu. Cerita seperti apa? Nyonya Ketiga Shen bertanya, Cerita mengenai Gedung Golok Dewa dan Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Ye Kai berkata. Mengapa aku akan menceritakan hal itu kepadamu? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Ye Kai tertawa, kemudian berkata dengan datar, Aku tahu lebih dari itu. Nyonya Ketiga Shen tidak berkata-kata lagi. Cahaya lilin yang menerpa wajahnya membuatnya terlihat semakin cantik. Namun itu merupakan kecantikan yang dipenuhi

dengan kepahitan dan tekanan, seperti matahari saat senja di musim gugur. Dia perlahan-lahan menuangkan secangkir arak dan memberikannya kepada Ye Kai. Di a kemudian duduk. Angin dari lorong masuk bunker di atas membuat api lilin bergoyang-goyang maju m undur. Saat itu malam telah sangat larut. Bumi telah menjadi sunyi dan berhenti. Siapa yang menyangka dua orang sedang dud uk dibawah seperti mereka saat ini. Dan hanya mereka berdua yang tahu apa yang ada dalam pikiran mereka? Nyonya Ketiga Shen menuangkan secangkir arak untuk dirinya sendiri dan meminumny a perlahan-lahan. Kemudian, dia memanang ke atas dan bertanya, Tahukah kau siapakah Majikan Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Ye Kai menganggukan kepalanya. Dan tahukah kau bahwa Bai Tian Yu dan Ma Kong Qun adalah teman sehidup semati? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Ye Kai mengganggukan kepala lagi. Mereka berjuang bersama di berbagai pertempuran yang tidak terhitung jumlahnya, d ari

perbatasan hingga ke pedalaman. Mereka bahkan membangun perkumpulan yang memilik i nama yang harum Gedung Golok Dewa dan Gedung Sepuluh Ribu Kuda di dunia persilatan. Nyonya Ketiga Sehn menjelaskan. Aku juga telah lama mengetahui bahwa Ketua Bai merupakan seorang yang sangat berbakat, Ye Kai berkata.

Nyonya Ketiga Shen menghela napas dan melanjutkan, Karena dia merupakan seorang ya ng sangat berbakat maka dia menderita nasib yang sangat menakutkan. Kenapa begitu? Ye Kai bertanya. Sejalan dengan keberhasilannya, kekuasaan Gedung Golok Dewa juga semakin tumbuh. Hingga akhirnya melebihi kewibawaan Gedung Sepuluh Ribu Kuda dan pengaruhnya men jadi tidak sejajar lagi di dunia persilatan. Nyonya Ketiga Shen berkata. Dia pasti membuat banyak musuhnya sepanjang hidupnya. Ye Kai berkata. Kedua tangan pendekar yang tidak ada tandingannya di dunia persilatan selalu dib asahi oleh darah. Nyonya Ketiga Shen menggertakan giginya dan berkata, Dia selalu mengetahui bahwa banyak sekali orang yang membencinya, namun dia tidak pernah membayangkan bahwa orang yang paling membencinya justru temannya yang paling dekat. Ma Kong Qun? Ye Kai bertanya. Nyonya Ketiga Shen menganggukan kepalanya, Dia membenci Bai Tian Yu karena dia iri kepadanya. Jadi Ketua Bai benar-benar tewas ditangan Ma Kong Qun? Ye Kai berkata. Tentu saja ada orang lain yang terlibat. Nyonya Ketiga Shen berkata. Gong Sun Duan? Ye Kai menebak. Gong Sun Duan hanyalah seorang pembantu. Hanya mereka berdua saja tidak akan bera ni menentang Gedung Golok Dewa. Tambahan lagi, Nyonya Bai dan Pendekar Kedua Bai, mereka berdua adala pesilat yang hebat juga. Nyonya Ketiga Shen mengucapkan dengan bersemangat. Pandangan kebencian terlihat dari raut wajahnya seraya melanjutkan, Pada suatu mal am mereka telah dibokong, mereka telah diserang oleh paling tidak tigapuluh orang. Tigapuluh? Ye Kai menajwab dengan pandangan bingung. Nyonya Ketiga Shen menganggukan kepalanya, Setiap orang dari mereka adalah pendeka r silat kelas satu. Tahukah kau identitas orang-orang ini? Ye Kai bertanya. Nyonya Ketiga Shen menghela napas panjang seraya menjawab, Tidak tahu, kecuali dia ntara mereka. Dia tidak membiarkan Ye Kai berbicara dan melanjutkan, Pada malam bersalju i tu Ma Kong Qun mengundang Saudara Bai dan keluarganya untuk menikmati pemandangan d i Biara Bunga Plum, agak keluar kota dimana dia telah mempersiapkan perayaan denga

n makanan dan arak. Ye Kai mendengarkan dengan seksama, mendengarkan setiap detil ceritanya. Kenapa ad a makanan dan arak di biara? Dia bertanya. Berapa banyak biarawan didunia yang benar-benar dapat melepaskan keempat napsu itu? Nyonya Ketiga Shen bertanya.

Ye Kai menganggukan kepalanya dan menuangkan lagi secangkir arak. Dia telah mema hami apa yang wanita itu rasakan. Sangat sulit bagi wanita seperti dia memandang duni a tidak sesinis itu. Setelah Nyonya Ketiga Shen menghabisi cangkirnya, dia melanjutkan, Malam itu Sauda ra Bai sedang memiliki semangat yang tinggi, dia membawa seluruh anggota keluarganya bersamanya. Siapa yang tahu siapa yang tahu bahwa Ma Kong Qun mengundang mereka bukan untuk menikmati keindahan salju yang putih, namun salju merah yang mengeri kan! Kedua tangannya mulai bergoyang sementara matanya memerah. Pandangannya ke Ye Ka i juga sangat berat. Ma Kong Qun pasti telah mengatur ketigapuluh orang aneh tersebut dan menunggunya di biara tersebut. Ye Kai berkata. Nyonya Ketiga Shen menganggukan kepalanya dan melanjutkan dengan pahit, Pada malam itu kesebelas anggota keluarga Bai Tian Yu dan Bai Tiang Yong secara brutal diba ntai. Tidak ada seorangpun yang tersisa. Selalu hingga keakarnya saat memotong benalu, tidak meninggalkan sedikitpun sisa untuk tumbuh kembali. Cara mereka betul-betul sangat jahat. Ye Kai menegaskan. Nyonya Ketiga Shen menyapu air mata yang keluar dari ujung kedua matanya, lalu berkata, Yang paling menyedihkan adalah Saudara Bai dan istrinya harus menahan dir i melihat pembunuh-pembunuh itu membantai anak laki-laki mereka yang berumur empat tahun di depan mata mereka. Dia menuangkan lagi secangkir arak dan meminumkan dengan cepat. Dari tigapuluhan pembunuh bertopeng yang membokong mereka hari itu, lebih dari dua puluh orang te lah terbunuh oleh Saudara Bai dan keluarganya. Jari-jari yang hilang dari tangan Ma Kong Qun pasti terjadi pada pertarungan itu juga. Ye Kai berkata. Bila dia tidak melukai lengan kanan Saudara Bai dengan parah dengan cara menyeran gnya secara tiba-tiba menggunakan jurus Telapak Besi Emas-nya, mungkin dia tidak akan berhasil menjalankan rencannanya. Nyonya Ketiga Shen mendesis dengan penuh kebencian. Telapak Besi Emas? Ye Kai bertanya. Ma Kong Qun pun cukup berbakat. Dia dapat menggunakan jurus Telapak Pemotong Gunung dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya menggunakan jurus Telapak Besi Emas. Dia meyakini kedua ilmu itu hingga sembilanpuluh persen. Nyonya Ketiga

Shen menjelaskan. Dan Pendekar Bai? Ye Kai bertanya. Mata Nyonya Ketiga Shen menyala-nyala saat berbicara, Kemampuan Saudara Bai tidak terkalahkan didunia ini. Baik kungfu, kebijaksanaan, atau keberanian, tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat dibandingkan dengan dirinya. Engkau hanya dapat melihat dari pandangan matanya bahwa dia sangat menghormati d an mengagumi Saudara Bai-nya.

Ye Kai menghela napas dan berseru, Mengapa pendekar besar selama ini selalu mengal ami nasib tragis seperti itu? Ye Kai menghabiskan cangkir araknya dan melanjutkan, Setelah seluruh keluarga Pend ekar Bai terbunuh, Ma Kong Qun pasti melemparkan kesalahan itu pada para pembunuh bertopeng itu. Nyonya Ketiga Shen mengeluarkan tawa dingin dan menegaskan, Yang paling tercela da si semua itu adalah dia bersumpah untuk membalaskan dendam kematian Bai Tian Yu. Dari ketiga puluh pembunuh aneh itu, berapa banyak yang masih hidup? Ye Kai bertany a. Tujuh. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Dan tidak seorangpun yang mengetahui identitas mereka? Ye Kai berkata. Tidak seorangpun. Nyonya Ketiga Shen membalas. Dan tentu saja ketujuhnya tidak pernah memberitahukan rahasia mereka. Ma Kong Qun pasti tidak pernah membayangkan bahwa rahasia ini bocor juga. Ye Kai berkata. Tidak, bahkan dalam mimpi yang paling liarpun. Nyonya Ketiga Shen menambahkan. Ye Kai tersenyum dan menegaskan, Bahkan akupun tidak akan dapat membongkar rahasia ini. Dari ketujuh pembunuh ini yang masih selamat, salah satu dari mereka tiba-tiba memperoleh kesadaran dan membeberkan rahasianya kepada Nyonya Bai Feng. Nyonya Ketiga Shen berkata. Orang-orang seperti mereka sesungguhnya masih punya kesadaran? Ye Kai berkata. Orang tersebut ingin mati di bawah golok Saudara Bai. Namun Saudara Bai dapat men genali orang tersebut yang berasal dari dunia persilatan, dan berpikir hidup orang ters ebut pasti berharga, jadi dia berbelas kasihan. Nyonya Ketiga Shen berkata. Siapakah orang tersebut? Ye Kai bertanya. Nyonya Bai Feng berjanji untuk tidak pernah membeberkan nama orang tersebut. Nyonya Ketiga Shen berkata. Apa yang masih berharga dari kehidupan orang tersebut? Ye Kai bertanya. Bila memang dibuat untuk diketahui, maka pasti sangat mudah untuk mengetahui iden titas orang ini. Nyonya Ketiga Shen berkata.

Karena Pendekar Bai dapat mengenali orang dari dunia persilatan itu, maka mereka pasti sahabat dekat. Ye Kai menyimpulkan. Dan bukankah Ma Kong Qun adalah salah satu dari teman Saudara Bai yang seperti it u juga? Aku pasti tidak akan terkejut bila semua pembunuh itu merupakan teman dekatnya. Nyonya Ketiga Shen berkata. Dapat dipastikan bahwa teman lebih berbahaya daripada musuh. Ye Kai berkata.

Untungnya, orang tersebut berubah hatinya setelah Saudara Bai mengampuni jiwanya. Kalau tidak, kematian tragis dari keluarga Bai pasti akan hilang begitu saja, di lupakan tanpa ada pembalasan. Nyonya Ketiga Shen berkata. Orang itu tidak pernah membeberkan identitas dirinya pada keenam orang lainnya? Ye Kai bertanya. Tidak pernah. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Mengapa seperti itu? Ye Kai berkata. Karena orang yang satu dengan yang lainnya tidak ada yang h orang yang selalu sangat berprasangka dan waspada. Sebelum ng tersebut untuk membantunya membunuh Saudara Bai, dia telah ngat seksama dan mencatat bahwa mereka semua memiliki kebencian an Yu. Nyonya Ketiga Shen berkata. Jadi seperti itu. Ye Kai berkata. Namun semua orang tersebut hanya berbicara kepada Ma Kong Qun. Mereka tidak perna h tahu siapa pembunuh yang lainnya. Nyonya Ketiga Shen berkata. Semua pendekar kelas satu di dunia persilatan masing-masing memiliki senjata dan gaya yang khas. Orang-orang tersebut pasti dapat diketahui identitasnya dari hal itu. Y e Kai berkata. Malam itu saat pembunuhan, semua pembunuhn mengenakan pakaian hitam dari atas kepala hingga ujung kaki dan membawa senjata yang berbeda untuk menutupi identit as mereka. Orang-orang tersebut memiliki perasaan tertentu saat berhadapan dengan B ai Tian Yu, oleh karena itu mereka tidak memberikan perhatiannya satu sama lain. Nyonya Ke tiga Shen berkata. Ye Kai menundukan kepalanya dan tenggelam dalam pikirannya. Setelah beberapa saa t, dia bertanya, Dan siapakah Nyonya Bai Fen ini? Nyonya Ketiga Shen menghela napas, Dia .. dia adalah seorang wanita yang mengagumk an, namun juga seorang wanita yang patut dikasihani. Meskipun dia adalah seorang yan g sangat pintar dan cantik, nasib yang diberikan oleh surga kepadanya lebih menyedihkan d ari pada siapapun. Kenapa begitu? Ye Kai bertanya. tahu. Ma Kong Qun adala dia memilih orang-ora menyelidiki dengan sa dan iri kepada Bai Ti

Tidak hanya laki-laki yang dia cintai adalah suami orang lain, namun juga kedua k eluarga mereka saling bermusuhan hingga mendarah daging. Nyonya Ketiga Shen Menjelaskan. Musuh hingga mendarah daging? Ye Kai bertanya. Dia sebetulnya adalah putri ketua Alisan Sesat. Aliran Sesat? Ye Kai berseru. Dalam tiga ratus tahun ini, tidak ada seorangpun baik anggota maupun bukan anggot a yang dapat menyebutkan dua kata tadi. Namun anggota Aliran Sesat pun adalah orang-ora ng Nyonya Ketiga Shen berkata.

juga, yang terbuat dari darah dan daging. Sebetulnya kalau tidak ada mengusik me reka, merekapun tidak akan mengganggumu. Nyonya Ketiga Shen menjelaskan. Aku selalu mengira Aliran Sesat hanya sebuah mitos saja. Siapa sangka ternyata me reka betul-betul ada. Ye Kai berkata. Selama dua puluh tahun ini, tidak ada seorangpun orang Aliran Sesat yang memperli hatkan wajah mereka. Nyonya Ketiga Shen berkata. Kenapa begitu? Ye Kai bertanya.

Karena Ketua Aliran Sesat telah membuat sumpah dengan Bai Tian Yu di Gunung TianS han bahwa sekali kalah mereka tidak akan kembali melewati perbatasan. Nyonya Ketiga S hen berkata. Pendekar Bai betul-betul pendekar di antara pendekar, sungguh-sungguh diluar baya ngan kita. Ye Kai memuji. Sayangnya kau lahir dua puluh tahun kemudian, sehingga kau tidak dapat menyaksika n kegagahannya. Nyonya Ketiga Shen berkata. Namun aku masih dapat membayangkan kegagahan dan keberaniannya yang dia perlihatkan. Ye Kai berkata. Nyonya Ketiga Shen menatapnya dengan tajam sesaat sorot lembut keluar dari matan ya. Dia terlihat ingin mengatakan sesuatu namun ditelannya kembali. Nyonya Ketiga Shen meneguk segela arak lagi dan melanjutkan, Karena pertempuran d i TianShan tersebut, setiap anggota Aliran Sesat menganggap Bai Tian Yu sebagai mu suh yang tidak boleh hidup dibawah langit yang sama. Dan laki-laki yang dicintainya adalah Pendekar Bai? Ye Kai bertanya. Nyonya Ketiga Shen menganggukan kepalanya, Demi Saudara Bai, bahkan dia rela meninggalkan Aliran Sesat. Apakah dia belum mengetahui bahwa Pendekar Bai telah menikah? Ye Kai bertanya. Dia telah mengetahuinya, Pendekar Bai tidak pernah berdusta kepadanya. Karena hal itulah, wanita itu jatuh cinta kepadanya. Nyonya Ketiga Shen berkata. Ye Kai menghela napas dan berkata, Kepada seseorang yang engkau cintai, engkau har us selalu jujur. Sorot mata Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba menjadi hangat dan lembut lagi, lalu dia berkata dengan perlahan, Meskipun dia mengetahui bahwa Saudara Bai tidak akan dapat

menemuinya lagi, namun dia bersedia menunggu dengan segenap hatinya. Meskipun di a harus menunggu selama setahun hanya untuk melihatnya sekejap, dia merasa itu sud ah cukup berarti. Mata Ye Kai kelihatannya menerawang ke kejauhan. Setelah beberapa saat, akhirnya dia bertanya, Istri Pendekar Bai pasti tidak mengetahui perasaanya yang terbagi.

Bahkan hingga mati, dia tidak pernah membayangkannya. Karena meskipun Saudara Bai adalah seorang pendekar yang tidak ada duanya, dia selalu menjadi seseorang yang takut kepada istrinya. Nyonya Ketiga Shen berkata. Ye Kai menghela napas dan berkata, Aku mengerti. Tentu saja dia mengerti. Hal yang paling tragis yang dapat terjadi pada seorang wanita adalah dia jatuh cinta pada seseorang yang tidak seharusnya dia cintai. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba menambahkan, Yang paling sedih adalah dia bersama-sam a dengan anaknya hasil hubungannya dengan Saudara Bai saat itu. Pandangan keragu-raguan keluar dari wajah Ye Kai, akhirnya dia tidak tahan untuk bertanya, Anak yang engkau bicarakan Anak tersebut adalah Fu Hong Xue. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Jadi dia sungguh-sungguh datang untuk menuntut balas kepada Gedung Sepuluh Ribu Kuda! Ye Kai berseru. Nyonya Ketiga Shen menganggukan kepalanya. Ibu dan anat telah mengalami berbagai penderitaan yang berat hanya karena untuk satu hari ini saja. Mengapa Nyonya Bai Feng tidak pernah minta bantuan dari ayahnya? Ye Kai bertanya. Dia adalah seorang wanita yang tinggi hati, dia tidak pernah meminta belas kasiha n orang lain. Tambahan lagi, orang-orang Aliran Sesat membenci Saudara Bai hingga kesums um tulang. Mengapa mereka harus membalaskan kematiannya? Nyonya Ketiga Shen menjawab. Karena dia adalah tuan putri dari Aliran Sesat, tentu saja dia tidak memiliki ban yak teman. Ye Kai berkata. Jadi satu-satunya yang dapat dia lakukan adalah membesarkan anak laki-lakinya yan g dia yakini suatu hari akan dapat membalaskan kematian yang mengenaskan dari Saudara Bai. Ye Kai berkata. Dia sungguh-sungguh dapat dikatakan sebagai seorang pesilat yang hebat di dunia persilatan sekarang ini, aku dapat memberanikan diri mengatakan hanya beberapa o rang saja yang dapat menandinginya. Namun siapa yang tahu penderitaan yang dirasakann ya saat latihan? Ye Kai berkata. Tidak peduli apa yang kau kejar didunia ini, supaya bisa berhasil, engkau harus b ersedia menahan segala penderitaan. Ye Kai menambahkan. Nyonya Ketiga Shen menatapanya dan tiba-tiba bertanya, Dan kau?

Ye Kai tersenyum dan menjawab, Aku

Ada sesuatu dibalik senyumannya, sebelum akhirnya berkata, Aku mengalami hal yang lebih baik dari dirinya, karena tidak ada seorangpun yang mengawasiku. Apakah hal itu dapat dikatakan sebagai suatu hal yang baik? Nyonya Ketiga Shen berk ata. Ye Kai tertawa. Namun semua yang dilakukan hanyalah tertawa, dia tidak mengucapk an sepatah katapun.

Nyonya Ketiga Shen menghela napas, kemudian berkata dengan lembut, Aku sungguhsung guh percaya bahwa engkau menginginkan seseorang mengawasimu dan menjagamu. Kau tidak menginginkan seseorang membawamu kedalam kehampaan dan kesedihan. Percayalah, aku pun memahami hal itu juga. Ye Kai tiba-tiba mengubah arah pembicaraannya, Aku rasa akhirnya aku memahami segalanya tentang situasi saat ini. Aku telah menceritakan segalanya dengan sangat detil. Nyonya Ketiga Shen berkata. Tapi engkau melupakan satu hal. Ye Kai berkata. Apakah itu? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Dirimu sendiri. Ye Kai menjawab. Dia menatap wanita itu dan bertanya, Siapakah kau sebenarnya dan bagaimana hubunganmu dengan semua ini? Nyonya Ketiga Shen jatuh membisu beberapa saat, kemudian dengan tenang menjawab, M a Kong Qun mengira aku adalah saudara perempuan Nyonya Bai Feng, namun kenyataanny a dia salah. Oh? Ye Kai berkata. Nyonya Ketiga Shen tersenyum pahit dan menjelaskan, Aku pernah menjadi salah satu anggota Aliran Sesat, namun aku hanyalah seorang pelayan Nyonya Bai Feng. Fu Hong Xue mengenalimu? Ye Kai bertanya. Tidak. Saat dia masih kecil, aku telah meninggalkan Nyonya Bai Feng. Nyonya Ketiga Shen membalas. Kenapa? Ye Kai bertanya. Karena aku ingin memperoleh kesempatan menyelinap ke dalam Gedung Sepuluh Ribu Ku da untuk menggali informasi. Nyonya Ketiga Shen berkata. Mengenai identitas dari keenam orang-orang itu? Ye Kai bertanya. Ya, itu adalah informasi yang paling penting. Nyonya Ketiga Shen berkata. Namun engkatu tidak dapat menemukan apapun? Ye Kai berkata. Tidak. Nyonya Ketiga Shen berkata. Perasaan menyakitkan yang mendalam terlihat diso rot matanya seraya melanjutkan, Itulah sebabnya setelah melewati beberapa tahun ini ha nyalah kesia-siaan yang diperoleh. Ye Kai memandangnya dan bertanya, Engkau pernah menjadi pelayan Nyonya Bai Feng, l alu engkau bersedia selama sepuluh tahun menghabiskan waktumu untuk mencoba dan menyelesaikan hutang darah ini? Dia selalu bersikap baik kepadaku. Dia memperlakukanku selayaknya saudara

perempuannya. Nyonya Ketiga Shen berkata.

Tidak ada alasan lainnya? Ye Kai berkata. Dia menundukan kepalanya dan jatuh membisu beberapa saat. Akhirnya, dia menjawab, Saudara Bai adalah seseorang yang selalu paling aku kagumi. Tiba-tiba dia mengangkat kepalanya dan menatap Ye Kai, Engkau masih belum puas hin gga engkau mengetahui tiap detilnya, kan? Aku selalu menjadi orang yang suka menggali hingga kebagian yang paling bawah. Ye K ai berkata. Pandangan aneh terpancar di mata Nyonya Ketiga Shen lalu berkata, Itulah sebabnya engkau menikamti saat menguping pembicaraan orang lain dari atap rumah. Seperti engkau juga ingin mengetahui segala sesuatunya hingga detil yang terakhir . Ye Kai menjawab. Nyonya Ketiga Shen menggigit bibirnya dan berkata, Tapi wanita yang berada dalam k amar malam itu bukanlah aku. Pandangan aneh terpancar dari wajah Ye Kai juga. Setelah beberapa saat, akhirnya dia bertanya, Bila bukan kau lalu siapa? Cui Nong. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Tiba-tiba mata Ye Kai membesar. Baru sekarang dia menyadari mengapa Fu Hong Xue memperlihatkan sorot mata marah saat dia mencoba menarik Cui Nong baru-baru ini. Nyonya Ketiga Shen perlahan-lahan menuangkan secangkir arak untuknya, kemudian berkata, Itu artinya wanita yang menemanimu pada malam selanjutnya bukanlah Cui No ng juga. Kalau bukan Cui Nong lalu siapa? Ye Kai bertanya. Mata Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba bersinar seperti bulan selaya perlahan-lahan d ia menggumam, Engkau tidak dapat membayangkan siapapun yang kau inginkan, hanya saja dia bukanlah Cui Nong Aku mengerti. Ye Kai berkata sambil menghela napas. Terima kasih. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Namun aku masih belum mengerti, kenapa engkau melakukan semua ini? Ye Kai bertanya.

Nyonya Ketiga Shen menundukan kepalanya, sepertinya dia tidak ingin Ye Kai melih at ekspresi wajahnya. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menjawab, Untuk tujuan bala s dendam, aku telah melakukan apa yang tidak ingin aku lakukan! Mungkin setiap orang telah melakukan berbagai hal di dalam hidupnya yang sebetuln ya mereka tidak ingin lakukan. Ye Kai berkata. Namun saat itu aku hanya tidak ingin melakukan hal itu lagi. Nyonya Ketiga Shen ber kata. Simpati terlihat dalam sorot mata Ye Kai seraya berkata, Tentu saja itu bukan untu k dirimu sendiri.

Aku takut bahwa aku telah melukainya. Dia seharusnya tidak melakukan apapun terha dap wanita sepertiku. Namun itu betul-betul untuk kepentinganku sendiri. Oh? Ye Kai berkata.

Nyonya Ketiga Shen menggigit bibirnya dan berkata, Aku telah melakukan semua yang dapat kulakukan. Namun mulai sekarang aku tidak ingin melakukan apapun lagi dengan ora ng yang tidak kucintai. ooOOOoo Bab 20. Musuh Yang Paling Berbahaya Adalah Musuh Yang Tidak Diketahui Ye Kai mengangkat cangkirnya untuk menghirup araknya, arak tersebut mulai terasa agak pahit. Jelas sekali baginya betapa sulitnya bagi wanita itu bersama-sama dengan seseorang yang dia benci. Nyonya Ketiga Shen tiba-tiba menengadah sambil menggoyangkan rambutnya ke sampin g dan berseru, Apakah engkau mempercayaiku bila aku katakan aku belum pernah mencint ai seorang pria manapun sebelumnya? Sorot matanya terlihat sedikit menerawang, dia terlihat agak mabuk. Sebenarnya, Ma Kong Qun terlalu baik kepadaku. Dia dapat saja membunuhnya sejak lama. Dia melanjutkan. Kenapa begitu? Ye Kai bertanya. Karena dia telah mengenaliku sejak awal. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Namun tidak mencabut nyawamu. Ye Kai berkata. Nyonya Ketiga Shen menganggukan kepalanya dan berkata, Jadi seharusnya aku bersyuk ur kepadanya, meskipun aku tidak bisa untuk tidak membencinya. Dia mengencangkan genggamannya ke cangkir, sepertinya itu adalah leher Ma Kong Q un. Botol telah kosong. Ye Kai menuangkan separuh araknya kepadanya. Wanita itu meminumnya, sedikit demi

sedikit hirupan. Dia ingin menikmatinya hingga tetes terakhir. Ye Kai menatapnya dan berkata, Misalnya engkau tidak ingin menemui Ma Kong Qun lag i. Aku tidak dapat membunuhnya. Semua yang dapat aku lakukan hanyalah menghindarinya. Nyonya Ketiga Shen menimpali. Engkau telah melakukan semua yang dapat kau lakukan. Ye Kai menghiburnya dengan lembut.

Air matanya menetes saat dia menatap cangkirnya yang telah kosong, Tahukah kau mengapa aku menceritakan ini semua kepadamu? Ye Kai tersenyum dan menjawab, Karena aku adalah orang yang penuh perhatian. Tidak hanya itu, engkau juga cukup menarik. Kalau saja aku lebih muda, aku pasti akan berusaha untuk merayumu. Nyonya Ketiga Shen menjawab dengan perlahan. Ye Kai memandanginya dan berkata, Engkau tidak terlihat terlalu tua. Nyonya Ketiga Shen perlahan-lahan mengangkat kepalanya. Kedua matanya melekat ke arah Ye Kai seraya senyuman manis mengembang dibibirnya lalu berkata, Bahkan meski aku tidak tua, semuanya telah terlambat Senyuman manis yang keluar dibibirnya membawa kepahitan yang tidak dapat dijelas kan. Rasa sakit yang pahit. Kemudian tiba-tiba dia berdiri, berbalik dan mengambil botol arak lainnya. Itulah sebabnya yang aku inginkan saat ini adalah membuat kau mabuk bersamaku. Nyon ya Ketiga Shen berkata. Ye Kai menghela napaas dan menjawab, Aku belum lagi mabuk. Namun sebelum aku mabuk, aku ingin kau berjanji satu hal padaku. Nyonya Ketiga Shen

berkata. Katakan. Ye Kai membalas. Tentu kau dapat katakan orang seperti apakah Fu Hong Xue sekarang. Nyonya Ketiga Sh en berkata. Ye Kai menganggukan kepalanya dan berkata, Aku sebenarnya menyukai anak itu. Dia seorang yang benar-benar berbakat, dia dapat menguasai dengan sempurna apapun

yang diinginkannya. Namun dia juga sangat lemah dan penyakitan. Meskipun dia ser ingkali memperlihatkan bahwa dia seorang yang kuat, sebenarnya dia sedang berusaha menco ba tidak putus asa mengendalikan dirinya. Aku takut suatu hari tekanan padanya terl alu besar dan dia tidak dapat menahan rasa sakitnya. Nyonya Ketiga Shen mengemukakkan pendapatnya. Ye Kai mendengarkan dengan penuh perhatian. Aku disana saat dia membunuh Gong Sun Duan. Engkau tidak dapat membayarngkan betapa dia merasa kesakitan setelahnya, aku belum pernah menyaksikan seseorang m untahmuntah

sedemikian hebatnya sebelumnya. Nyonya Ketiga Shen berkata. Jadi kau takut kalau dia akan Ye Kai berkata. Aku takut dia tidak kuat lagi menahan rasa sakit seperti itu, aku takut dia akan kehilangan akalnya. Nyonya Ketiga Shen berkata. Dia tidak memiliki pilihan kecuali membunuh. Ye Kai menjawab.

Nyonya Ketiga Shen menghela napas dan berkata, Yang paling aku khawatirkan adalah penyakitnya. Penyakitnya? Ye Kai bertanya. Di dalam dunia pengobatan, itu disebut epilepsi atau lebih disering penyakit ayan . Saat penyakitnya kambuh, penderita kehilangan kontrol seluruh tubuhnya. Nyonya Ketiga S hen menjelaskan. Pandangan sedih terlihat di wajah Ye Kai saat berkata, Aku telah melihat penyakit ini sebelumnya. Yang paling buruk adalah tidak seorangpun tahu kapan penyakit itu akan kambuh, ba hkan dirinya sendiri. Itulah sebabnya selalu ada rasa takut dihatinya. Itulah sebabny a dia selalu merasa tegang dan gelisah. Itulah sebabnya dia tidak pernah tenang dan santai. Nyo nya Ketiga Shen berkata. Mengapa langit mengutuk seseorang seperti dia dengan penyakit seperti itu? Ye Kai berkomentar. Untungnya, tidak ada seorangpun yang tahu mengenai penyakitnya, bahkan Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Nyonya Ketiga Shen berkata. Kau yakin tidak ada orang lain yang mengetahuinya? Ye Kai bertanya. Tidak ada seorangpun. Nyonya Ketiga Shen menjawab. Dia betul-betul yakin mengenai hal itu. Namun dia tidak tahu bahwa epilepsinya m unucl baru-baru ini, dan hal itu terjadi saat Ma Fang Ling bersamanya. Kau duga penyakitnya sepertinya seringkali muncul saat dia merasa gelisah dan teg ang? Ye Kai menduga-duga. Aku rasa seperti itu. Nyonya Ketiga Shen berkata. Dia pasti mengalami ketegangan saat berhadapan dengan Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Ye Kai berkata. Itulah yang paling aku takutkan, penyakitnya dapat muncul kapan saja

Nyonya Ketiga

Shen berkata sementara bibirnya mulai bergetar. Dia tidak dapat menyelesaikan ka limatnya. Tidak hanya tidak berani, bahkan dia tidak ingin memikirkan hal itu. Ye Kai menuangkan lagi secangkir arak dan berkata, Dan itulah sebabnya kau ingin a ku

mengawasinya? Tidak tidak berharap, aku memohon kepadamu. Nyonya Ketiga Shen berkata. Aku tahu. Ye Kai menjawab. Jadi engkau maukan? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Mata Ye Kai menerawang kekejauhan. Setelah beberapa saat dia akhirnya menjawab, Ak u dapat berjanji padamu, namun saat ini aku khawatir akan hal lain. Apa yang kau khawatirkkan? Nyonya Ketiga Shen bertanya.

Apakah kau sudah tahu saat dia kembali ke kota, belum dua jam saja, dua orang tel ah hilang nyawanya? Ye Kai berkata. Nyonya Ketiga Shen agak terkejut dan bertanya? Siapa kedua orang itu? Engkau pasti pernah mendengar nama Jarum Penghancur Usus Nenek Du dan Penipu Tak Bertulang Xi Men Chun. Ye Kai berkata. Tentu saja dia pernah mendengar tentang mereka. Ruat diwajahnya berubah saat bertanya, Itu aneh, kenapa mereka ingin membunuhnya? Sebenarnya, itu bukan bagian yang aneh. Ye Kai berkata. Lalu apa? Nyonya Ketiga Shen berkata. Aku baru saja menyadari bahwa mereka berdua ada didaerah ini sudah cukup lama, padahal keduanya sudah lama menghilang. Ye Kai berkata. Jadi kau pikir kemunculan mereka yang tiba-tiba bukan kebetulan? Nyonya Ketiga Shen

bertanya. Tidak hanya itu, sepertinya mereka takut seseorang membuka rahasia mereka jadi me reka muncul untuk menghilangkan nyawa mereka. Ye Kai berkata. Jadi kau tidak membunuh mereka? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Aku tidak ingin mereka mati secepat itu. Ye Kai berkata sambil tertawa. Jadi kau mau mengatakan seseorang pasti telah membunuh mereka untuk membungkamkan mereka. Nyonya Ketiga Shen menebak. Pasti tidak sesederhana itu. Ye Kai berkata. Betul. Nyonya Ketiga Shen berkata. Kedua orang yang terbunuh mungkin bukanlah Xi Men Chun dan Nenek Du. Ye Kai berpendapat. Mengapa kau menduga seperti itu? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Pasti ada alasan yang sangat kuat kenapa kedaunya tiba-tiba muncul di Kota Perbatasan. Ye Kai menyimpulkan. Aku setuju. Nyonya Ketiga Shen berkata. Keduanya telah lama bersembunyi dan tidak ada seorangpun yang tahu keberadaan mereka. Ye Kai berkata. Aku ragu ada orang yang mengetahui keberadaan mereka. Nyonya Ketiga Shen berkata. Namun hari ini aku baru menyadari keduanya mungkin ada didekat-dekat sini. Ye Kai berkata. Bagaimana engkau mengetahuinya? Nyonya Ketiga Shen bertanya.

Aku tahu banyak hal. Ye Kai berkata sambil tertawa kecil. Aku rasa engkau tahu terlalu banyak untuk kepentinganmu. Nyonya Ketiga She menghela napas. Dan karena aku telah membongkar tempat persembunyian mereka, hanya masalah waktu saja orang-orang akan mulai mencari mereka. Ye Kai berkata. Namun kedua tidak takut kepada orang lain, mereka takut kepadamu. Mereka tidak pe rnah membayangkan bahwa engkau telah mengetahui mereka berada dikota ini. Dan mereka juga tidak tahu apalagi yang kau ketahui tentang mereka. Nyonya Ketiga Shen berkata. Dan apa yang akan mereka lakukan? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Mereka telah mencoba banyak hal. Namun yang paling sederhana adalah membuat Jarum Penghancur Usus membunuh lagi. Ye Kai berkata. Jarum Penghancur Usus adalah senjata rahasia khas Nenek Du. Mereka berasumsi engk au pasti berpikir orang yang menggunakan senjata itu pasti Nenek Du. Nyonya Ketiga Sh en berkata. Tepat sekali. Ye Kai berkata. Dan musuh yang pantas berhadapan dengan Jarum Penghancur Tulang sudah jelas Fu Hong Xue. Nyonya Ketiga Shen berkata. Itu adalah rencana mereka yang paling cerdik. Ye Kai berkata. Bila mereka berdua dapat membunuh Fu Hong Xue, tentu saja itu baik sekali. Namun bila mereka gagal, hal itu tidak akan bertentangan dengan rencana mereka. Nyonya Ketiga Shen berkata. Terpat sekali. Ye Kai berkata. Dan setelah kedua orang yang menyamar telah menyerang, maka Xi Men Chun dan Nenek Du yang asli akan membunuh mereka, membuat engkau percaya bahwa mereka berdua telah mati. Nyonya Ketiga Shen berkata. Tidak ada seorangpun yang tertarik dengan orang yang telah meati, mereka berasums i maka mulai saat itu tidak ada seorangpun yang akan mencari mereka lagi. Ye Kai ber kata. Mata Nyonya Ketiga Shen bergairah lagi seraya berkomentar, Sayangnya ada beberapa orang didunia ini yang tertarik dengan orang yang telah mati. Betul masih ada orang didunia ini yang seperti itu. Ye Kai berkata. Itulah sebabnya membunuh mereka saja tidak cukup. Jadi mereka menghancurkan tubuhnya dan tidak menyisakan sedikitpun barang bukti. Nyonya Ketiga Shen berkata.

Ye Kai menghela napas dan berkata, Aku dengar wanita cantik jarang sekali mengguna kan otaknya. Aku rasa itu tidak berlakuk untukmu. Nyonya Ketiga mengembangkan senyumnya yang menawan dan berkata, Aku dengar bahwa orang yang menggunakan otaknya jarang yang mengetahui menggunakan mulutnya. Aku rasa perkataan itu tidak berlaku juga bagimu.

Ye Kai tertawa. Saat itu bukan saat yang tepat untuk tertawa. Masih ada beberapa hal yang aku belum mengerti dengan jelas. Nyonya Ketiga Shen berkata. Tanyakan saja. Ye Kai berkata. Bila kedua orang yang terbunuh itu bukan Nenek Du dan Xi Men Chun, jadi siapa ked ua orang itu? Nyonya Ketiga Shen mempertanyakan. Dari semua yang aku tahu salah satu dari mereka memiliki kungfu yang cukup baik, dia pasti bukan seorang anak buah rendahan. Ye Kai berkata. Tapi engkau tidak mengetahui identitasnya. Nyonya Ketiga Shen berkata. Pasti akan pada akhirnya. Ye Kai berkata. Nyonya Ketiga Shen menatapnya dan berkata, Kelihatannya engkau akan mengetahui seg ala hal yang kau ingin ketahui pada akhirnya. Itu karena aku orang yang banyak akalnya. Ye Kai menjawab. Jadi engkau harus mengetahui kenapa Nenek Du dan Xi Men Chun telah bersembunyi di

Kota Perbatasan selama bertahun-tahun. Nyonya Ketiga Shen berkata. Apa yang kau pikirkan? Ye Kai berkata. Raut tegas dan serius terlihat di wajah Ye Kai saat wanita itu perlahan-lahan be rkata, Dari ketigapuluh pembunuh yang masih hidup tujuh orang hingga hari ini. Aku rasa kita baru saja menemukan dua dari mereka. Hal ini adalah sesuatu yang sangat serius jadi sebaiknya engkau jangan cepat-cepa t mengambil kesimpulan. Ye Kai berkata. Dapatkah kita mengasumsikan keduanya adalah mereka saat ini? Nyonya Ketiga Shen berkata. Ye Kai menghela napas. Kadang-kadang menghela napas dapat digunakan sebagai jawa ban. Bila mereka berdua masih hidup, mereka pasti ada disekitar sini. Nyonya Ketiga Shen berkata. Benar. Ye Kai berkata. Dan mereka bisa saja muncul kapan saja, seperti saat mereka membokong Fu Hong Xue. Nyonya Ketiga Shen berkata.

Ye Kai menganggukan kepalanya tanda setuju dan menghela napas. Engkau khawatir akan hal itu juga? Nyonya Ketiga Shen berkata. Dengan kemampuan silatnya, orang-orang tersebut bukanlah lawannya. Ye Kai berkata. Nyonya Ketiga Shen mengangguk balik.

Karena dia adalah anak laki-laki dari putri Aliran Sesat, dia juga pasti mengetah ui beberapa taktik dan trik. Ye Kai berkata. Pasti tahu beberapa. Nyonya Ketiga Shen menambahkan. Namun dia memiliki satu kekurangan. Ye Kai berkata. Apa? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Pengalaman. Ye Kai menjawab. Dalam situasi seperti ini, pengalaman satu-satunya yang paling penting. Namun hal itu bukan suatu hal yang dapat dipelajari. Jadi Nyonya Ketiga Shen berkata. Jadi engkau harus pergi dan memperingatkannya bahwa bahaya yang sesungguhnya tida k terletak di Gedung Sepuluh Ribu Kuda, tapi bahaya yang sesungguhnya disini di Ko ta Perbatasan. Dan siapapun dapat menjadi musuh tanpa dapat dia lihat maupun tebak. Y e Kai berkata. Kau pikir Ma Kong Qun telah merencanakan ini semua? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Seperti yang kau katakan sebelumnya, dia adalah seseorang ahli strategi yang penu h dengan kewaspadaan. Ye Kai menjawab. Dia seperti itu. Nyonya Ketiga Shen berkata. Mungkin karena tidak ada seorangpun lagi disisinya yang akan berkelahi baginya hi ngga mati. Ye Kai berkata. Kematian Gong Sun Duan pasti merupakan pukulan yang berat baginya. Nyonya Ketiga Shen berkata. Seseorang sewaspada Ma Kong Qun pasti hanya hati-hati terhadap dirinya sendiri. M eskipun Gong Sund Duan adalah temannya yang paling setia, dia tidak akan mengandalkannya

sebagai satu-satunya perlindungan. Ye Kai berkata. Gong Sun Duan tidak pernah menjadi orang yang dapat diandalkan. Nyonya Ketiga Shen berkata. Tentu saja Ma Kong Qun memahami hal ini lebih baik dari kita. Ye Kai berkata. Jadi kau pikir dia telah membuat tindakan pencegahan untuk keselamatan dirinya se ndiri sejak lama? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Bila dia tidak memiliki kemampuan untuk menangani Fu Hong Xue sejak awal maka dia

pasti tidak akan masih ada disini. Ye Kai berkata. Kau pikir Fu Hong Xue sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menuntut balas? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Bila hanya menuntut balas kepada Ma Kong Qun saja, maka dia punya. Ye Kai berkata. Tapi apakah juga kepada semua pembunuh itu? Nyonya Ketiga Shen bertanya. Hal itu pasti sulit. Ye Kai berkata.

Nyonya Ketiga Shen menatapnya sesaat kemudian menghela napas. Apakah engkau memang benar-benar khawatir terhadap kita atau engkau pengirim pesan Ma Kong Qun untuk memperingatkan ktia, aku betul-betul tidak yakin. Engkau betul-betul tidak dapat menduganya? Ye Kai bertanya. Engkau telah membeberkan banyak sekali rahasia, namun setelah pikir-pikir mengena i semuaitu, tidak ada satupun informasi yang bermanfaat bagi kita semua. Nyonya Keti ga Shen berkata. Oh? Ye Kai berkata. Bahkan meski aku memperingatkan Fu Hong Xue, hal itu hanya membuat dirinya semaki n gelisah dan tegang, dan dia semakin mudah untuk dibokong. Nyonya Ketiga Shen berka ta. Engkau tidak ingin memperingatkan dia. Ye Kai berkata. Nyonya Ketiga Shen menatap langsung kematanya, mencoba menerka-nerka apa yang ad a di dalam benaknya. Namun dia tidak menemukan apapun. Jadi dia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menghela napas. Apa yang ingin aku ke tahui saat ini adalah siapakah kau sebenarnya. Ye Kai menebarkan senyum dan menjawab, Engkau bukan orang yang pertama bertanya kepadaku pertanyaan itu. Dan bagaimana tidak seorangpun yang tahu sedikitpun latar belakang dirimu? Nyonya Ketiga Shen berkata. Mungkin karena akupun tidak mengingatnya sedikitpun juga. Ye Kai berkata. Ye Kai mengangkat cangkirnya dan berkata, Semua yang kuingat sekarang adalah aku berjanji untuk minum denganmu hingga matahari terbit. Nyonya Ketiga Shen mengedipkan matanya dan berkata, Kau betul-betul ingin mabuk? Ye Kai tersenyum dan menjawab, Bagaimana bila aku tidak mabuk hingga malam berakhi r? Bila Ye Kai sudah mabuk, maka Nyonya Ketiga Shen pun pasti juga sudah mabuk. Nam un saat dia terjaga, dia hanya sendirian. Ada sebuah catatan dibawah botol arak kos ong. Surat yang ditulis dengan lisptik merah, berwarna merah semerah darah. Tertulis: Wanita yang minum denganmu tadi malampun bukan aku. Aku tidak pernah berada disini semalaman. Bagaimana bila dia tidak mabuk? Lebih baik dia mabuk. Embun pagi telah membasahi padang rerumputan. Hingga ketimur langit berwana biru yang

merata sementara bagian lainnya terlihat kabut berwarna abu-abu perak. Dan hijau gelap rerumputan. Ye Kai melangkah keluar dan menarik napas panjang, udara terasa berair dan segar .

Padang rumput masih belum bangun, tidak ada seorangpun yang terlihat, tidak ada setitik suarapun terdengar. Kedamaian menyelimuti seluruh daratan. Ma Fang Ling masih tertidur. Gadis muda yang telah dua hari kurang tidur, tertid ur dengan lelapnya. Tidak ada kekhawatiran apapun yang dapat menghalangi keinginannya untu k tidur. Namun orang-orang yang telah semakin tua, memiliki cerita yang berbeda. Ye Kai y akin bawah Ma Kong Qun tidak dapat tidur. Dengan semua yang dilalui seusianya, pasti suatu keajaiban bila dia dapat membuat dirinya tidur. Apa yang sedang dia lakukan? Apakah dia sedang berduka bagi temannya? Atau dia h anya memikirkan dirinya sendiri? Xiao Bie Li mungkin telah kembali ke tempat tinggalnya, minum cangkir arak terak hirnya sebelum akhirnya jatuh tertidur. Apakah Ding Qiu masih minum bersamanya? Dan Fu Hong Xue? Apakah dia memperoleh tempat untuk beristirahat semalam? Namun yang paling menjadi perhatian utama Ye Kai adalah Nyonya Ketiga Shen. Dia tidak dapat memikirkan kemana wanita tersebut pergi. Namun dia tahu bahwa wantia seper ti dia pasti dapat menemukan suatu tempat. Jika tidak, dia telah kehilangan kesadarannya. Burung nasar tiba-tiba muncul di langit yang abu-abu keperakan dan berputas-puta r diatasnya. Sepertinya mereka letih dan lapar. Ye Kai mendongakan kepalanya dan melihat ke langit. Dia berpikir pada dirinya se ndiri beberapa saat, kemudian berkata, Bila engkau mencari makanan maka engkatu telah da tang ketempat yang salah. Aku masih benar-benar hidup. Ye Kai berkedip beberapa kali dan tersenyum, Bila engkau mencari mayat, maka kau h arus menuju ke arah peti mati. Burung nasar tersebut mengeluarkan suara yang keras seperti sedang bertanya, Diman akah peti matinya ? Dimanakah peti matinya ? ooOOOoo Bab 21. Pedang Tanpa Sarung Api akhirnya padam. Toko kelontong Li Mahu telah terbakar habis hingga rata dengan tanah. Tetanggany a toko

daging dengan papan promosi bertuliskan Kami menjual daging sapi, domba dan babi d an kedai mie juga mengalami nasib yang sama. Gubuk kumuh yang terletak disepanjang gang sempit juga tersambar api.

Sekumpulan furnitur dan barang-barang yang berhasil diselamatkan saat terjadi ke bakaran tergeletak ditengah jalan. Beberapa ember kayu dan timbaan menggelinding tertiup angin sepertinya mereka sedang mencari-cari tuannya. Setumpuk puing hangus masih lembab dan basah. Kelihatannya belum terlalu lama ap i dipadamkan dan bau bara api serta abu masih tercium di udara. Orang-orang di Kota Perbatasan biasanya bangun pagi sekali, namun saat ini tidak terlihat seorangpun.. Mungkin orang-orang bekerja keras semalaman memadamkan api sehingga mereka amat sangat kelelahan dan membuat mereka tidur dengan sangat nyenyak. Kota yang kecil dan terpencil ini menjadi lebih kumuh dan menyedihkan. Perasaan bersalah muncul dalam diri Ye Kai saat perlahan-lahan dia berjalan dise panjang jalan utama. Tidak peduli alasannya, kebakaran ini tidak akan pernah terjadi bil a tidak ada tujuan tertentu karenanya. Dan yang seharusnya dia membantu memadamkan api, dia malah menenggelamkan dirinya dalam arak. Setelah kebakaran memporakporandakan kota, berapa banyak orang yang kehilangan rumahnya sekarang? Ye Kai menghela napas, dia bahkan tidak ingin memikirkan Majikan Zhan pemilik ke dai mie. Majikan Zhan adalah seorang yang jujur dan pekerja keras. Dia bukan hanya pemili k kedai mie, dia juga menjadi juru masak dan pelayan. Selama bertahun-tahun dia mengenak an celemek yang berminyak dan sibuk dari pagi hingga petang, meskipun begitu uang y ang dia kumpulkan masih belum cukup untuk membiayai istrinya. Namun, dia selalu memperlihatkan senyum diwajahnya. Bahkan bila engkau hanya mem esan seporsi mangkuk mie Yangchun, dia akan memperlakukanmu dengan pelayanan dan penghargaan yang sama, sepertinya engkau adalah Dewa Kesejahteraan bagi dirinya. Itulah sebabnya meskipun mie yang dia masak terlihat seperti tumpukan lumpur, tidak ada seorangpun yang berniat komplain. Tapi sekarang kedai mie-nya telah hancur. Bagaimana majikan yang miskin ini dapa t menyelamatkan diri? Ding Lao Si pedagang daging sedikit lebih baik. Dia masih dapat mengunjungi Xiao Bie Li untuk minum-minum dan kadang-kadang menghabiskan semalaman disana. Toko kapas yang terletak beberapa blok masih utuh. Bahkan papan toko yang tergan tung di atas pintu yang bertuliskan Kapas Kualitas Bagus, Diskon selamat dari jilatan api .

Sutera dan Satin Indah, Hasil Kelihayan Jarum Kami Kipas, Payung dan Sprei Indah Dengan pengecualian Xiao Bie Li, setiap orang di kota menganggap promosi ketiga toko tersebut terlalu berlebihan. Bahkan bila mereka terbakar habis, tidak ada seoran gpun yang peduli. Namun kebakaran baru saja terjadi, ketiga toko tersebut sama sekali tida k tersentuh. Ye Kai mengeluarkan senyuman pahit. Baru saja dia ingin menanyakan kabar tentang Majikan Zhan dan yang lainnya, seseorang malah mencarinya. Lentera di atas pintu sempit tersebut telah menyala.

Sesosok orang muncul dari pintu, dia melambaikan tangannya ke arah Ye Kai. Wajah orang tersebut putih dan pucat, senyuman tipis terlihat di ujung mulutnya. Dia adalah pemilik toko sutera dan satin, asli orang Fuzhou, Chen Da Guan. Tidak pedagang yang lebih di Kota Perbatasan, dan tidak ada seorang yang memilik i koneksi sebanyak yang dia miliki. Ye Kai mengenalinya. Ye Kai mengenali semua pemilik toko di kota. Saat tidak ada kerjaan yang dia lakukan, dia suka bergaul dan ngobrol dengan semua pemilik toko karena dia pasti akan memperoleh manfaat dengan bergaul dengan mereka. Sekarang yang membuat dia heran kenapa Chen Da Guan memberikan isyarat kepadanya. Karena itu Ye Kai berjalan ke arahnya dan memperlihatkan senyuman tipis dimulutn ya. Chen Da Guan telah menyelinap masuk ke dalam pintu sekarang. Pintu telah terbuka. Saat dia melangkah masuk, dia melihat hampir semua pemilik toko yang dia kenal. Namun, Xiao Bie Li belum kelihatan batang hidungnya. Tanpa pengecualian Chen Da Guan, setiap orang memperlihatkan raut wajah cemberut . Meja masih kosong, tidak ada arak maupun makanan yang telah tersedia. Diluar sudah tidak terang lagi dan tidak ada satupun lentera yang sudah menyala diruangan utama. Ekpresi wajah mereka dingin seperti besi dan mata mereka kelihatan seperti orang yang kurang tidur. Mereka sama sekali tidak terlihat bersahabat. Apakah mereka telah mengetahui penyebab tak langsung kebakaran? Ye Kai berpikir kepada dirinya sendiri. Ye Kai hanya bisa tersenyum, dia hampir saja menanyakan kepada mereka bila merek a menginginkan dia memberikan ganti rugi. Mereka memang sudah meminta ganti rugi. Tapi bukan kepadanya, melainkan kepada Fu Hong Xue. Karena seorang sobat bernama keluarga Fu datang ke Kota Perbatasan, tidak ada yan g lain yang mengikutinya kecuali musibah. Tidak hanya dia telah membunuh orang-orang, sekarang dia juga menyebabkan kebakaran. Sebelum kebakaran terjadi, seseorang melihatnya memasuki toko Li Ma Hu dengan mat a kepala mereka sendiri.

Sepertinya dia menikmati membebani kita dengan kesulitan dan musibah. Sederhananya kita tidak bisa hidup bersamaan dengannya di sini, Kota Perbatasan, dia harus pergi. Selain Chen Da Gua, yang lainnya yang turut berbincang-bincang adalah Majikan So ng pemilik toko kapas, Ding Lao Si, dan Majikan Zhan. Orang-orang ini yang biasanya jarang sekali berbicara sekarang berubah total menjadi vokal.

Setiap kali mereka menyebut nama Fu Hong Xue, mereka menggertakan giginya, seper tinya mereka ingin mengunyah dagingnya dengan mulut mereka sendiri. Ye Kai dengan sabar menunggu mereka selesai bicara, kemudian bertanya dengan sopan, Apa yang kalian semua rencanakan untuknya? Chen Da Guan menghela napas dan berkata, Pertama kali kita berpikir untuk memintan ya meninggalkan kota. Namun karena dia sudah disini, kita semua ragu kalau dia akan bersedia pergi, jadi Jadi ? Ye Kai bertanya.

Karena dia tidak inginkan meninggalkan kita dengan damai, maka kita pun tidak aka n membiarkan dia dengan damai juga. Majikan Zhan memotong. Ding Lao Si memukulkan jarinya ke atas meja dan menambahkan, Kita semua suka kedamaian, penduduk yang mentaati hukum, namun bila orang-orang menyerang kita seperti ini, mereka akan segera tahu betapa garangnya kita. Majikan Song mengayunkan pipanya ke atas kepalanya dan berkata, Saat anjing diprov okasi, mereka akan melompat ke atas dinding. Bagaiman dengan manusia? Ye Kai perlahan-lahan menganggukan kepalanya, sepertinya menyetujui apa yang mer eka katakan. Chen Da Guan menghela dan berkata, Meskipun kita semua ingin menangani dia, namun aku khawatir kita tidak memiliki kemampuan. Tentu saja orang jujur seperti kita tidak setanding dengan pembunuh seperti dia. Ma jikan Song menambahkan. Namun untungnya, kita memiliki beberapa kenalan yang memiliki kemampuan hebat. Chen Da Guan berkata. Engkau membicarakan mengenai Majikan Ketiga? Ye Kai bertanya. Majikan Ketiga memiliki kedudukan yang terlalu tinggi, kita tidak akan memintanya

membereskan masalah kecil seperti ini. Chen Da Guan menjawab. Selain Majikan Ketiga, aku rasa tidak seorangpun yang lain yang memiliki kemampua n tinggi disekitar sini. Ye Kai berkata. Pendekar muda yang biasa dipanggil Sikecil Lu. Chen Da Guan menjawab. Sikecil Lu? Meskipun dia masih cukup muda, dia dapat dipertimbangkan sebagai pesilat tingkat satu di dunia persilatan. Chen Da Guan berkata. Aku mendengar tahun lalu dia sendirian menghabisi lebih dari tigapuluh atau empat puluh orang, yang semuanya adalah ahli silat. Majikan Song menambahkan. Majikan Zhan menggertakan giginya dan berkata, Berurusan dengan pembunuh haus dara h, kau harus menemukan orang lain yang juga sama jahatnya.

Itulah yang mereka sebut mata ganti mata, gigi ganti gigi. Chen Da Guan berkata. Ye Kai terdiam membisu beberapa saat, kemudian tiba-tiba bertanya, Sikecil Lu yang kalian bicarakan adalah Lu yang nama sama artinya dengan lu di kata jalan? Tepat sekali. Chen Da Guan bertanya. Itu adalah Lu Xiao Jia? Ye Kai bertanya. Ya benar dia. Chan Da Guan menjawab. Majikan Song menarik napas panjang, kemudian bertanya, Tuan Muda Ye telah berkenal an dengannya? Ye Kai tersenyum, Aku pernah mendengar tentangnya. Aku dengar pedangnya cepat dan dahsyat. Tidak banyak orang yang belum pernah mendengarnya dua tahun terakhir ini. Majikan S ong tersenyum balik. Betul-betul tidak banyak. Ye Kai berkata. Aku dengar, bahkan Empat Pedang Naga Dewa dari Gunung Kunlun dan Ketua Sekte Dian

Cang jatuh dibawah pedangnya. Majikan Song berkata kesenangan. Ye Kai menganggukan kepalanya, Majikan Song kelihatannya sangat familiar dengan sepakterjangnya. Majikan Song tertawa dan berkata, Perlu Tuan Ye ketahui, pendekar muda ini adalah anak tertua dari saudara jauhku. Dan dia sedang datang ke Kota Perbatasan? Ye Kai bertanya. Itu karena dia tidak melupakan saudara tuanya. Seseorang telah mengirimkan surat kepadanya dua hari yang lalu, jadi aku tahu dia pasti ada di dekat-dekat sini. Maj ikan Song berkata. Itu sebabnya setelah kemarin malam kita segera mengirimkan seseorang untuk mengundangnya ke Kota Perbatasan. Ding Lao Si ikut nimbrung. Jadi bila segalanya berjalan lancar, maka dia akan tiba disini pada sore hari. Chen Da Guan berkata. Majikan Zhan mengepalkan jari-jarinya dan berkata dengan geram, Bila saatnya tiba, kita akan menikmati melihat apa yang terjadi pada Fu Hong Xue.

Ye Kai tiba-tiba tersenyum dan berkata, Karena semua ini telah kalian putuskan, un tuk apa kalian mengundangku kesini? Tuan Muda Ye adalah seorang yang pengertian, kita selalu menganggap Tuan Muda Ye sebagai sahabat. Chen Da Guan menjawab. Kelihatannya dia khawatir Ye Kai mengucap kan hal yang kurang mengenakan, oleh karena itu dia menambahkan, Tapi Tuan Muda Ye sel alu bersikap baik kepada orang dengan nama keluarga Fu itu Engkau takut aku ikut mencampuri urusan ini? Ye Kai berkata.

Aku adalah orang yang jujur, aku hanya mengucapkan kata-kata yang sejujurnya. Majik an Zhan berkata. Katakanlah. Ye Kai menjawab. Yang paling baik bila engkau menolong kami mengenyahkan dia. Namun bila engkau ti dak bersedia menolong kami, maka paling tidak jangan menolong dia juga, kalau tidak Kalau tidak apa? Majikan Zhan berdiri dan berseru dengan kencang, Meskipun aku bukan tandinganmu, a ku aku berkelahi denganmu hingga napas terakhir. Bagus! Itu adalah perkataan yang jujur. Aku menikmati mendengarkan kata-kata yang

jujur. Ye Kai berkata sambil tersenyum. Jadi engkau akan menolong kami? Majikan Zhan bertanya dengan berapi-api. Paling tidak, aku tidak akan menolongnya. Ye Kai membalas. Chen Da Guan menghela napas dan berseru, Jadi kita berutang padamu. Aku hanya berharap engkau akan memberitahukanku saat Lu Xiao Jia tiba. Ye Kai berka ta. Tentu saja. Chen Da Guan menjawab. Ye Kai berkata dengan suara yang berat, Telah lama aku ingin bertemu dengan orang ini, dan pedangnya itu Tiba-tiba ada suara kencang, Aku dengar kalau dia jarang sekali membiarkan seseora ng melihat pedangnya. Suara tersebut adalah suara Xiao Bie Li. Dia berdiri di lantai ke dua namun suar anya mencapai mereka. Ye Kai melihat ke atas dan tertawa, Jadi pedangnya seperti golok Fu Hong Xue? Xiao Bie Li tersenyum balik dan menjawab, Ada satu perbedaan. Apakah itu? Ye Kai bertanya. Golok Fu Hong Xue mengambil nyawa tiga jenis orang, namun pedangnya hanya mengamb il nyawa satu jenis saja. Xiao Bie Li berkata. Jenis apa itu? Orang hidup! Xiao Bie Li perlahan-lahan melangkah turun ke bawah, sambil memperlihatkan senyu m yang sebal di wajah putihnya, Dia tidak seperti Fu Hong Xue. Baginya, hanya ada dua jen is orang

di dunia ini, yang mati dan yang hidup. Jadi dia akan membunuh siapapun yang hidup? Ye Kai bertanya.

Xiao Bie Li menghela napas dan menjawab, Dari semua yang aku tahu tidak ada seoran gpun yang pernah lolos dari pedangnya hidup-hidup. Ye Kai menghela juga, Dari semuanya yang ingin aku ketahui hanya satu. Apakah itu? Benar atau tidak pedangnya lebih cepat dari golok Fu Hong Xue. Kelihatannya setiap orang disana ingin mengetahui hal yang sama. Matahari telah tersebit sekarang. Petugas daerah Zhao Da sedang memerintahkan an ak-anak buahnya membersihakn sisa-sisa kebakaran. Semua orang di dalam ruangan tersebut telah keluar untuk menyaksikan dan memberikan komentar. Xiao Bie Li dan Ye Kai berdiri di belakang di dalam gedung. Ye Kai melongok keluar jendela dan berkomentar, Zhao Da itu sungguh-sungguh melaku kan semua tugasnya. Itu sudah biasanya dia pergi keluar. Oh? Setiap orang di kota mengenali bahwa Li Ma Hu bukanlah seseorang yang tidak perdu lian. Dalam sepuluh tahun dia telah bekerja keras, mungkin dia telah mengumpulkan bebe rapa ribu tael perak. Dan perak tidaklah mencair. Dia juga tidak memiliki keluarga maupun sanak. Jadi yang mereka lakukan hanyalah menggali mencari perak tersebut dan semua itu a kan menjadi milik mereka. Xiao Bie Li tersenyum dan berkata, Tidak heran mengatakan engkau adalah seorang ya ng pengertian. Jadi engkau mendengarkan semua yang mereka katakan? Ye Kai bertanya. Cara mereka berbicara, sepertinya mereka takut orang lain tidak mendengar apa yan g bicarakan. Tidak heran engkatu tidak dapat tidur. Semula aku mengira engkau baru saja minum arak dengan tamu di lantai atas. Mata Xiao Bie Li berkilat, Kau pikir aku bersama dengan Ding Qiu? Ye Kai tersenyum, menarik kursi dan duduk. Engkau sedang mencarinya? Xiao Bie Li bertanya. Bicara yang sejujurnya, orang yang sedang aku cari adalah Fu Hong Xue.

Engkau tidak tahu dimana dia sekarang. Kau tahu? Xiao Bie Li berpikir sebentar, kemudian menjawab, Dia pasti belum meninggalkan Kot a Perbatasan. Aku tidak berpikir engkau dapat mengusirnya dengan sebuah cambuk. Ye Kai berkata sambil tersenyum. Tapi bila dia masih disini, pasti sangat susah mencari orang yang mau menerimany a dengan tangan terbuka. Sepertinya begitu. Ye Kai berkata. Nada suara Xiao Bie Li merendah seraya menjawab, Tapi ada beberapa tempat tanpa pemilik, dimana pintu tidak pernah tertutup. Dimana contohnya? Tempat seperti Vihara Dewa Guan. Mata Ye Kai bersinar saat dia berdiri dan berkata, Dewa Guan adalah seseorang yang aku kagumi. Aku selalu mendatangi viharanya untuk membakar hio sebagai tanda hormatk u. Sebaiknya engkau hanya membakar hio saja, bukan viharanya. Xiao Bie Li bersenda gur au. Untungnya Dewa Guan tidak pernah membuka mulutnya atau hal lainnya yang mungkin terjadi. Ye Kai membalasnya. Tubuh yang hangus dan abu telah dibersihkan, namun belum terlihat tanda-tanda ad anya uang perak yang disembunyikan. Zhao Da beristirahat sejenak, meneguk air dari se buah mangkuk besar sementara sambil berteriak kepada anak buahnya untuk tidak beristi rahat dan bila uang perak tersebut diketemukan, makan akan dibagi-bagi. Ye Kai berjalan kesisinya dan perlahan-lahan berbisik, Aku dengar beberapa orang s uka mengubur barang-barang berharganya di bawah lantai toko mereka. Benar sekali, kenapa aku tidak berpikir begitu. Zhao Da menjawab dengan pandangan kaget. Kelihatanya dia baru menyadarinya bahwa dia sedang berbicara dengan Ye Ka i, jadi dia menambahkan, Bila kita berhasil menemukan uang peraknya, maka mulai sekarang semua utang minum arak Tuan Ye akan menjadi tanggung jawabku. Tidak perlu. Aku hanya berharap bahwa engkau dapat mengurus orang yang tewas deng an membeli dua buah peti mati untuk memastikan mereka memperoleh penguburan yang layak. Ye Kai menjawab. Bila telah tersedia peti mati yang siap dipakai, kenapa kita harus membuang-buang

uang perak untuk membeli yang baru? Zhao Da berkata. Oh? Disini ada peti mati yang tidak perlu bayar? Aku tidak pernah mendengarnya se belum ini.

Tuan Ye, apakah kau sudah lupa? Kemaren ini seseorang mengirimkan beberapa peti m ati kesini. Mata Ye Kai bersinar. Bukankah peti mati itu semuanya dibawa ke Gedung Sepuluh Rib u Kuda? Dalam dua hari terakhir ini, Majikan Ketiga menderita berbagai kesialan demi kesi alan. Siapa yang berani mengirimkan peti mati kesana dalam kondisi seperti ini? Zhao Da menjel askan. Dimanakah peti-peti itu? Ye Kai bertanya. Semuanya sebenarnya ditumpuk ditempat kosong dibelakang sana. Saat kebakaran terj adi kemaren, aku menyuruh mereka memindahkannya ke Vihara Dewa Guan, jadi paling tid ak orang-orang yang mati dua hari terakhir ini akan memperoleh kenyamanan. Zhao Da berkata. Orang-orang yang mati dua hari terakhir ini betul-betul telah memilih saat yang t epat dan tempat untuk pergi. Ye Kai berkata. Tapi orang-orang yang masih hidup menjadi orang-orang yang tertinggal dibelakang dan masih harus bertahan terhadap berbagai kesulitan dari kota yang miskin dan terpe ncil ini. Zhao Da berkata sambil menghela napas. Siapa bilang kota ini miskin? Disana pasti terdapat ribuan tael perak sedang menu nggumu untuk kau miliki. Ye Kai menjawab. Zhao Da mengeluarkan tawanya dan berkata, Terima kasih untuk doamu Tuan Ye, aku ak an mencari uang perakku sekarang. Dia menggulung lengan bajunya dan berlari ke sana. Setengah jalan, dia membalika n kepalanya dan berkata, Tuan Ye, kalau engkau mendapat musibah saat masih di Kota Perbatasan, aku akan memastikan untuk memilih peti mati yang paling bagus untukm u. Saat Ye Kai memandangnya bergegas, dia tidak tahu harus marah atau tertawa. Sete lah beberapa saat, akhirnya dia tersenyum dan menggerutu pada dirinya sendiri, Kampret , semoga aja gagal kau bajingan. Meskipun jalan utama adalah tempat yang paling penting di Kota Perbatasan, namun itu bukan satu-satunya jalan disana. Belok ke kiri dari jalan utama adalah bagian dari kota yang lebih miskin dan kum uh. Orangorang yang tinggal disini adalah penggembala, pengurus kandang kuda, atau pekerj

a dari salah satu toko. Disana terlihat seorang wanita hamil yang sedang membungkukan badannya menghidup kan api untuk menghangatkan diri. Dia menggendong seorang anak kecil dipunggungya sementara tiga anak lainnya berdiri disisinya. Wajah mereka semuanya pucat dan w anita itu terlihat lebih kurus dari pada wanita tua. Ye Kai menghela napas n banyak anaknya? kenapa selalu seperti itu semakin miskin seseorang, semaki

Apakah hal itu disebabkan karena mereka tidak mampu membeli lentera untuk penera ngan dimalam hari, jadi mereka tidak ada pekerjaan lain yang lebih baik untuk dilakuk an? Apapun kondisinya, semakin miskin seseorang, semakin banyak anaknya, dan semakin banyak anaknya, maka menjadi semakin miskin. Sepertinya hal itu menjadi nasib ya ng tidak dapat diubah dan dihindari. Ye Kai tiba-tiba menyadari bahwa hal ini merupakan m asalah yang serius, namun dia tidak dapat berpikir cara untuk menghindarinya. Namun dia pecaya bahwa masalah ini pasti akan ada penyelesaiannya. Sedikit lebih kedepan, dia dapat melihat vihara Dewa Guan yang sudah bobrok. Baru hio di dalam vihara sangat lemah. Warna pada patung Dewa Guan mulai mengelu pas. Pintu utama telah reot sebagian, dan peti-peti mati itu tertumpuk di halaman. Ti dak cukup ruangan di halaman tersebut, sehingga peti mati itu harus ditumpuk satu sama lai n. Altar di depan patung masih cukup kokoh, cukup kokoh untuk menyangga orang yang berbaring diatasnya. Kenyataannya, terlihat seorang berbaring di atasnya. Orang dengan wajah pucat putih yang menggengam dengan erat golok hitam pekat, da n sepasang mati yang cerah yang sedang menatap Ye Kai. Ye Kai tersenyum.. Fu Hong Xue tidak tersenyum balik. Malah dia berkata dengan dingin, Aku sudah kata kan padamu sebelumnya, engkau jalan ke tujuanmu dan aku ke tujuanku. Aku sudah mendengarnya. Jadi kenapa engkau datang mencariku? Siapa yang bilang aku sedang mencarimu? Aku. Ye Kai tersenyum lagi. Di ruangan ini, ada seseorang yang terbuat dari daging dan seseorang yang terbuat dari kayu. Jangan katakan kepadaku kalau kau juga mencari seseorang yang terbuat dari kayu. Fu Hong Xue berkata. Yang kau maksudkan Dewa Guan? Yang aku tahu dia adalah patung kayu. Ye Kai menghela napas, Aku tahu kau tidak pernah menghormati siapapun sebelumnya, namun paling tidak kau harus memperlihatkan rasa hormat padanya.

Kenapa? Karena karena dia telah mencapai pencerahan. Dia adalah dewamu, bukan dewaku. Fu Hong Xue berkata sambil tersenyum dingin. Engkau tidak percaya pada dewa sama sekali?

Aku tidak percaya hal-hal seperti itu, dan aku tidak dapat membayangkan apa yang telah dia lakukan agar pantas memperoleh rasa hormatku. Paling tidak, dia tidak pernah membelok ke Cao Cao, dan dia tidak pernah menghian ati teman-temannya. Banyak sekali orang yang tidak pernah menghianati teman-temannya. Tapi engkau harus tahu Semua yang aku tahu adalah bila dia tidak terlalu sombong dan egois, negara Han d ari dinasti Shu tidak akan jatuh seperti itu. Ye Kai menghela napas, Akui tahu kenapa engkau tidak menghormatinya. Oh? Karena semua orang lain menghormatinya. Engkau adalah tipa orang yang selalu berlawanan dengan setiap orang lain. Fu Hong Xue tiba-tiba berbalik, meloncat turun dan perlahan-lahan berjalan kelua r. Engkau ingin pergi begitu saja? Ye Kai berkata. Suasana tidak sopan disini terlalu tinggi bagiku untuk dapat kutahan. Fu Hong Xue menjawab. Bila engkau hidup lama, kau harus kurangi kekasaranmu sekali wakut. Ye Kai berkata. Baiklah, itu dilihat dari sudut pandangmu. Apapun itu, tidak ada hubungannya deng anku. Fu Hong Xue berkata. Lalu apa sudut pandangmu? Ye Kai bertanya. Tidak ada hubungannya denganmu juga. Fu Hong Xue berkata dengan dingin. Apakah itu artinya engkau sungguh-sungguh tidak ingin hidup lebih lama? Ye Kai bert anya. Aku tidak pernah hidup seharipun di dunia ini. Fu Hong Xue menjawab. Dia tidak menolehkan kepalanya. Ye Kai tidak dapat melihat ekspresi diwajahnya, namun dia dapat melihat bahwa tangan yang memegang golok mengenggam dengan kerasnya. Dia dapat menggenggam sekeras yang dia inginkan, namun dia tidak dapat melenyapkan r asa sakit dan penderitaan dibenaknya. Ye Kai menatapnya dan berkata, Tidak peduli apapun yang kau pikirkan, kau akan tib a di duni ini cepat atau lambat, karena engkau harus tetap hidup. Kau tidak punya pil ihan selain tetap hidup.

Fu Hong Xue kelihatannya seperti yang tidak mendengarkannya sama sekali. Kaki ki rinya membuat satu langkah kedepan, dan kaki kanannya diseret dari belakang. Terlihat kecemasan di raut wajah Ye Kai saat melihat Fu Hong Xue melangkah. Mesk ipun goloknya lebih cepat dari pada Lu Xiao Jia, kedua kakinya

Fu Hong Xue telah meninggalkan halaman sekarang. Ye Kai tidak berusaha untuk menahannya, juga tidak memberitahukan mengenai Lu Xiao Jia. Paling tidak butuh e mpat jam lagi sebelum Lu Xiao Jia tiba di Kota Perbatasan. Dia tidak ingin Fu Hong Xu e menjadi cemas hingga matahari terbenam. Sebetulnya dia datang untuk memperingatkan Fu Hong Xue mengenai Lu Xiao Jia, nam un sekarang dia kesini karena peti-peti mati. Peti tersebut semuanya masih baru dan mengkilat, namun setelah diseret dari satu tempat ke tempat lain, kilatnya telah hilang. Be berapa telah hangus karena api. Bila Zhai Da tiba-tiba tidak memindahkan peti-peti itu, mungkin semuanya telah t erbakar menjadi garing pada malam sebelumnya. Atau, mungkin, itu memang disengaja oleh o rang yang membakar. Ye Kai mengambil sekepal pasir dan mulai melempari peti itu satu persatu. Saat p asir tersebut menumbuk peti, terdengar suara gema BBBUUUNNGGG. Jelas peti tersebut ko song. Namun saat dia melemparkan pasir pada peti ke delapan, suara yang terdengar berb eda. Peti tersebut kelihatannya tidak kosong apa yang terdapat di dalamnya? Kebanyakan peti-peti itu kosong, tapi yang mengejutkan ada beberapa yang tidak k osng. Pendangan keheranan muncul di wajah Ye Kai, dia berjalan maju dan memindahkan beberapa peti. Kenapa tiba-tiba dia tertarik dengan peti-peti ini? Dia membuka satu dari mereka, ternyata betul-betul tidak kosong. Ada mayat dibag ian dalam peti itu. Memangnya apa yang berada di dalam peti mati selain mayat? Seharusnya tidak ada sesuatu yang aneh menemukan sebuah mayat di dalam peti mati. Namun mayat ini yang aneh, karena mayat tersebut seseorang yang baru saja berbic ara dengan Ye Kai. Mayat ini adalah Majikan Zhang. Tubuhnya terbaring dengan tenang di dalam peti mati, yang hilang adalah celemek berminya yang selalu dia kenakan. Majikan ini yang hampir separuh hidupnya bekerja mati-m atian akhirnya terbaring beristirahat selamanya. Namun Ye Kai baru saja bertemu dengannya di kota, celemek berminya tersebut masi h tergantung di bagian depan tubuhnya. Bagaimana dia bisa berakhir di dalam peti m ati ini?

Yang aneh lagi adalah Chen Da Guan, Ding Lao Si, Majikan Song dan beberapa orang lainnya yang memiliki toko-toko di jalan tersebut juga berada di dalam peti-peti ini. Me reka baru saja berada dikota, bagaimana tiba-tiba mereka berakhir di dalam peti-peti mati ini? Sejak kapan mereka mati? Dia merasakan dada mereka semua telah mendingin dan kaku. Mereka telah mati pali ng tidak dua puluh jam yang lalu. Namun bila seperti itu, jadi siapakah orang-orang itu yang berbicara dengan Ye Kai di kota?

Saat Ye Kai memandang tubuh-tubuh tersebut, tidak ada sedikitpun rasa takut atau kaget di wajahnya. Sebaliknya, dia malah tersenyum, sepertinya sangat puas dengan dirinya . Apakah hal ini memang sudah diharapkannya? Bila mereka ada mayat, tentu saja karena hal itu disebabkan karena kematian. Ye Kai melihat dengan seksama luka-luka mereka dengan hati-hati beberapa saat. K emudian, dia tiba-tiba menggeser semua tubuh mati tersebut keluar dan menyembunyikannya d iantara semak-semak dibelakang vihara. Setelah itu, dia mengembalikan kembali peti-peti itu seperti posisi semula. Namun, Ye Kai belum berani pergi. Dia melompat ke atas atap vihara dan memutuska n untuk menunggu. Siapakah yang dia sedang tunggu? Dia tidak perlu menunggu terlalu lama. Sesaat setelahnya, seorang mengendarai ku da dengan cepat ke arah vihara dari padang rerumputan. Pengendara tersebut mengenak an pakaian yang sangat bagus, punuk di punggungnya berdiri tegak. Dia adalah Naga P unggung Emas Ding Qiu. Ding Qiu tidak melihatnya saat dia berhenti dengan mendadak di depan vihara dan turun dari pelananya. Peti-peti itu itu masih tergeletak di dalam halaman, sepertinya sedikitpun tidak terusik. Ding Qiu melihat sekelilingnya dan tidak melihat seseorangpun. Ini adalah saat y ang tepat untuk menyalakan api, karena itu dia segera melakukan hal itu. Menyalakan api me rupakan ketrampilan tersendiri, namun dia cukup handal melakukan hal ini. Saat api dinya lakan, api tersebut menyebar dengan cepatnya. Orang yang membawa peti-peti mati ini adalah dia, dan orang yang mencoba membaka rnya adalah dia juga. Kenapa dia harus membuang banyak tenaga memindahkan peti-peti m ati ini kesini hanya untuk dibakar? Matahari telah tinggi diangkasa, dan akan tetap berada disana beberapa saat sebe lum terbenam. Ye Kai memutuskan untuk kembali ke kota. Dia betul-betul tidak ada pilihan, sepe rtinya dia ingin sekali menelan seluruh kuda. Vihara Dewa Guan telah hangus terbakar selama beberapa saat, apri telah mulai pa

dam saat asap tebal menyebar kesekelilingnya. Bagaimana vihara Dewa Guan dapat terbakar? Itu pasti perbuatan orang pincang itu lagi. Seseorang telah melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri dia sedang tertidur di atas altar di dalam vihara tersebut.

Orang-orang berkerumun di depan api berbicara dan berdiskusi. Diantara mereka ad alah Chen Da Guan, Ding Lao Si, dan Majikan Zhang. Namun Ye Kai sama sekali tidak ter lihat kaget, sepertinya dia telah berharap melihat mereka disana. Namun dia tidak mengharapkan melihat Ma Fang Ling juga. Ma Fang Ling melihatnya dan segera terlihat pandangan aneh diwajahnya sepertinya dia sedang menimbang-nimbang untuk melambaikan tangannya kepadanya atau tidak. Ye Kai malah berjalan ke arahnya dan berkata, Bagaimana kabarmu? Ma Fang Ling menggigit bibirnya dan menjawab, Tidak baik. Dia tidak mengenakan baju merah hari ini. Bajunya semuanya berwarna putih, dan w ajahnya juga putih pucat. Dia terlihat menjadi sangat kurus. Apakah karena tidak tidur s elama dua hari ini? Ye Kai mengedipkan matanya dan berkata, Dimanakah Majikan Ketiga? Ma Fang Ling menatapnya balik dan menjawab, Mengapa kau ingin tahu? Aku hanya bertanya. Tidak butuh perhatianmu. Ye Kai menghela napas, kemudian menjawab sambil tersenyum, Baiklah, aku tidak akan bertanya. Ma Fang Ling masih menatapnya seraya bertanya, Aku ingin tahu sesuatu juga, darima na saja kau? Ye Kai tersenyum dan berkata, Karena engkau tidak menjawabku, jadi kenapa aku haru s menjawabmu? Untuk menyenangkanku. Aku sungguh-sungguh ingin mengatakannya kepadamu, namun suatu hal yang dilakukan seorang laki-laki, yang tidak ingin diketahui oleh seorang wanita. Ma Fang Ling menggertakan giginya dan berkata dengan pahit, Jadi kau melakukan su atu hal yang tidak perlu melihat cahaya matahari. Paling tidak aku tidak membuat api. Lalu siapa? Kenapa engkau tidak menebak? Apakah kau telah melihat seseorang yang bernama keluarga Fu? Tentu saja. Kapan? Aku rasa kemaren.

Ma Fang Ling membelalakan matanya, kemudian membanting kakinya ke atas tanah den gan keras sesaat wajahnya memerah. Chen Da Guan berpikir sejenak, kemudian bertanya, Apakah kau pikir dia pergi menca ri Majikan Ketiga? Dia tidak akan dapat menemukannya. Ma Fang Ling berkata. Kenapa? Chen Da Guan berkata. Karena aku sendiripun tidak tahu dimana dia. Ma Fang Ling menjawab. Kenapa tiba-tiba Majikan Ketiga menghilang? Kemanakah dia pergi? Seseorang baru saja ingin bertanya namun tiba-tiba terdengar suara derap kuda ya ng sangat kencang meninterupsi kata-katanya. Seekor kuda yang hitam pekat dengan rambut ya ng sehalus sutera dan kulit yang berkilat dipacu ke arah mereka dari luar kota. Dia atas kuda tersebut terdapat seorang laki-laki dengan otot-otot yang menonjol, dia berkepal a gundul plontos dan mengenakan baju berwana hitam dengan benang berwarna emas. Kedua tangannya tidak memegang tali kekang kuda, tapi malah mengangkat sebuah tiang ya ng sangat tinggi. Di atas tiang tersebut terlihat seseorang. Seseorang yang mengenakan baju merah, dengan kedua tangannya kebelakang, berdiri di ujung atas tiang bendera yang tinggi tersebut. Kuda tersebut dipacu dengan sanga t cepat, namun orang tersebut dapat berdiri dengan seimbangnya, mungkin lebih seimbang da ripada dia berdiri di atas tanah. Ye Kai hanya melihat sekilas untuk menyadari siapakah dia. Dia menghela napas da n berkata, Dia betul-betul kepagian. Saat kuda hitam tersebut berlari ke jalan, setiap orang tidak dapat menahan diri untuk melihat keatas dan menatapnya dengan penuh keheranan dan kegembiraan. Setiap ora ng pasti telah mengenali siapakah orang ini. Tiba-tiba, kuda hitam tersebut meringkik dengan keras dan berhenti. Orang dengan baju merah itu masih menekukan tangannya kebelakang sambil diam ber diri diujung atas tiang tersebut. Apakah kita telah sampai?

Ya. Orang gundul itu menjawab dengan terburu-buru. Apakah orang-orang telah datang menyambut kita? Ada beberapa. Orang-orang seperti apa? Mereka kelihatannya orang-orang dari desa. Laki-laki dengan baju merah itu menganggukan kepalanya, Cuaca cukup bagus hari ini , hari yang sempurna untuk membunuh.

Ye Kai menghela napas dan berkata, Sayangnya engkau hanya dapat membunuh beberapa burung di atas sana. Laki-laki baju merah itu segera melihat kebawah dan menatapanya. Dari bawah, siapaun dapat mengatakan dia adalah seorang pemuda yang sangat tampa n dengan sepasang mata yang bersinar. Dari atas tiang tersebut, dia menatap Ye Kai dan bertanya dengan dengan tajam, Apa yang baru saja kau katakan, kesiapa kau bicara? Kau. Ye Kai menjawab. Tahukah kau siapa aku? Laki-laki baju merah itu bertanya. Kau pasti seseorang yang membunuh tanpa berkedip, Lu Xiao Jia? Paling tidak aku memiliki mata yang bagus. Laki-laki baju merah itu menjawab dengan tertawa dingin. Aku tersanjung. Dan siapakah kau? Nama keluargaku Ye. Orang yang membuat mereka mengundangku untuk dibunuh adalah kau? Aku kira bukan. Laki-laki baju merah itu menghela napas dan berkata dengan dingin, Betapa sayangny a. Ye Kai menghela napas juga dan menjawab, Sungguh-sungguh sayang sekali. Kau pikir disayangkan juga? Sedikit. Setelah aku membunuh orang tersebut, bagaimana kalau aku kembali lagi untuk membunuhmu? Bagus sekali! Ye Kai menjawab, memandang dengan antusiasnya. Laki-laki baju merah itu mengangkat kepalanya dengan angkuh dan mengejek, Siapapun

yang berkata seperti itu dia benar-benar laki-laki yang sangat buta. Ya, kemungkinan buta. Laki-laki gundul itu berkata. Apakah ada seseorang yang bernama keluarga Chen disini? Laki-laki baju merah itu bertanya. Chen Da Guan melangkah maju dan berkata, Ini aku. Dimanakah orang yang membuat kau mengundangku untuk membunuh?

Chen Da Guan tersenyum dan berkata, Pendekar Lu tiba terlalu pagi dari yang aku ha rapkan, orang tersebut belum kesini. Pergi carilah dia dan katakan kepadanya kemari secepatnya supaya aku dapat membunuhnya. Aku tidak mau menghabiskan waktu disini. Laki-laki baju merah itu ber kata dengan eskpresi wajah jengkel. Dari caranya dia berbicara, sepertinya mati di bawah pedangnya merupakan suatu kehormatan, jadi orang tersebut harus menunggu untuk dibantai. Bahkan Chen Da Guan tidak tahu pasti apakah harus tertawa atau menangis saat dia mendengar kata-kata itu. Dia mencoba sebaik untuk menahan senyumnya dan bertanya, Karena Pendekar Lu telah tiba, kenapa tidak turun ke bawah dan duduk dul u. Laki-laki baju merah itu menjawab dengan dingin, Jauh lebih bagus di atas sini Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara kayu patah yang kencang se saat tiang tempat dia berdiri telah tiba-tiba jatuh. Laki-laki baju merah itu mengembangkan lengan bajunya dan bersalto dengan geraka n yang memutas, dia terlihat seperti kelelawar merah yang perlahan-lahan turun melayang ke atas tanah. Setiap orang memandang kepadanya. Ma Fang Ling tiba-tiba bertepuk tangan dan berseru, Ilmu meringankan tubuh yang sangat hebat! Sesaat kata-kata tersebut terucap dari mulutnya, laki-laki baju merah itu melaya ng kehadapannya dan menatapnya langsung kematanya dan bertanya, Dan siapakah kau? Kedua matanya hitam dan bercahaya. Wajah Ma Fang Ling telah menjadi merah sesaat dia menundukan kepalanya dan menjawab, Nama nama keluargaku Ma. Suara patah yang keras kembali terdengar saat sisa tiang bendera yang telah pata h terjatuh ke atas salah satu atap rumah dan seperti akan menimpa kepala beberapa orang. La ki-laki gundul itu tiba-tiba bergerak cepat dan menyundul sisa tiang bendera tersebut de ngan kepalanya, dan menerbangkannya lebih dari lima puluh kaki melewati atap-atap rum ah. Ma Fang Ling tidak tahan terkikik dan berkomentas, Orang itu memiliki kepala yang sungguh-sungguh keras. Aku harap kepalamupun keras seperti kepalanya. Laki-laki baju merah itu berkata. Ma Fang Ling berkedip-kedip dan bertanya dengan terkejut, Kenapa begitu? Ekspresi laki-laki baju merah itu merengut sesaat menjawab, Bagaimana bisa tiang b endera

itu tiba-tiba patah? Jangan katakan padaku ada hantu. Sesaat aku melihatmu aku t ahu engkau tidak bermaksud baik. Wajah Ma Fang Ling memerah, kali ini dengan kemarahan. Cambuk kudanya sudah ditangannya, tiba-tiba dia melecutkannya kearah laki-laki baju merah tiu. Laki-laki baju merah itu dengan sederhana menangkapnya dan mencengkeram ujung cambuk itu dengan tangannya dan tertawa dengan dingin, Sungguh berani, kau cukup punya nyali, kau berani memukulku?

Dia menarik tangannya ke belakang dan Ma Fang Ling kehilangan keseimbangannya da n terjatuh kearahnya. Gadis itu ingin sekali menampar wajahnya namun saat tanganny a bergerak, dia menahannya juga. Leher Ma Fang Ling telah memerah. Dia menggertakan giginya dan berteriak, Lepaskan lepaskan aku! Tidak. Apak yang kau inginkan? Berlutut dan menyembah tiga kali, kemudian merangkah memutar dua kali, cepat laku kan. Lupakan! Ma Fang Ling berteriak.

Jadi lupakan melepaskanmu. Ma Fang Ling menggigit bibirnya dan membantingkan kedua kakinya, Orang yang bernam a keluarga Ye, apakah kau sudah mati? Ye Kai menghela napas dan berkata, Ada seseorang yang mati disini, tapi bukan aku. Kalau bukan kau, lalu siapa? Ye Kai tersenyum dan mengangkat kepalanya. Dia melihat ke arah atap diseberang d imana mereka berdiri dan berkata, Sudah jelas engkau yang membuat patah tiang itu, kenap a engkau membiarkan orang lain disalahkan? Semua orang tidak dapat menahan untuk tidak memandang ke atas atap juga, tapi ti dak seorangpun terlihat. Tiba-tiba, ada sesuatu yang disambitkan dari balik atas menuju ke atas tanah. Bi ji kacang yang sudah kosong. Sengah menit kemudian, sesuatu yang lain meluncur dari balik atap. Kali ini, ber upa selembar kulit kering berbentuk bundar. Sorot mata laki-laki baju merah itu berubah. Dia mengatupkan giginya dan berkata, Kelilhatannya hantu itu telah mengikuti kita sampai sini juga. Laki-laki gundul itu menganggukan kepalanya, tiba-tiba dia berteriak. Dia telah melompat hingga tujuh kaki ke udara, memutar-mutar sebagian tiang bendera yang patah sebe lum dia melemparkannya ke atap. Suara yang terdengar kemudian adalah suara putaran dari tiang tersebut, seluruh rumah kelihatannya akan runtuh. Tiba-tiba, sebuah bayangan hijau terbang keluar dari balik atap dengan sekejap,

bagian lain dari tiang yang telah terpotong. Kemudian yang terpukul oleh laki-laki gundul te rsebut hanya udara kosong. Dia tidak dapat menahan dorongan yang dia lakukan sehingga dia ter jatuh bergedebukan ke atas tanah. Patahan tiang yang lainnya kembali beterbangan ke udara seperti cahaya hijau mel uncur dari atas atap. Tiang tersebut telah terpotong menjadi tujuh atau delapan bagian dan jatuh ke atas tanah. Setiap orang melihat dengan penuh takjub.

Ye Kai menghela napas dan berkata, Betapa pedang yang cepat. Betul-betul sesuai de ngan namanya. Laki-laki baju merah membanting kakinya dengan keras dan berteriak, Karena engkau disini, kenapa tidak keluar? Suara dari baik atas menjawab, Lebih bagus di atas sini. Laki-laki baju merah itu maju kedepan dan berteriak, Kenapa kau selalu ikut campur urusanku? Kenapa kau selalu ikut campur urusan orang lain? Suara itu menjawab. Siapa yang aku usik? Laki-laki baju merah bertanya. Engkau sudah tahu bahwa gadis itu tidak mematahkan tiang itu, kenapa engkau membuatnya sulit? Karena aku suka melakukannya. Ye Kai tertawa. Perbuatan Ma Fang Ling sudah tidak masuk diakal. Siapa tahu ada orang lain yang lebih tidak masuk akal dari dia? Karena gadis itu menjengkelkanku, apa urusannya denganmu? Kenapa engkau membelanya? Saat seseorang membuat kesulitan padaku, kenapa kau tidak membelaku juga? Laki-laki baju merah itu berteriak balik. Siapakah kau? Suaara itu bertanya. Aku aku Orang yang membunuh tanpa berkedip Lu Xiao Jia. Kapan orang lain menyulitkanmu? Laki-laki baju merah itu menundukan kepalanya dan berkata, Siapa yang bilang aku L u Xiao Jia? Bukankah kau berkata seperti itu pada dirimu sendiri? Suara dibalik atap menjawab. Orang itu yang mengatakannya, bukan aku. Laki-laki baju merah berkata, sambil menun juk ke arah Ye Kai. Kalau kau bukan Lu Xiao Jia, jadi siapakah kau? Suara itu bertanya. Kau. Laki-laki baju merah menjawab. Bila aku Lu Xiao Jia, lalu siapa yang berpura-pura menjadi aku? Suara itu berkata. Laki-laki baju merah kembali angkat suara dan berkata, Karena aku menyukaimu, aku ingin memancingmu keluar. Sesaat dia mengatakan hal itu, pandangan kaget terlihat diwajah kerumunan orang. Mereka

semua mentapnya dengan mata yang terbuka lebar. Apa yang kalian lihat? Kenapa aku tidak boleh menyukainya? Laki-laki baju merah ber kata.

Dia tiba-tiba mengangkat kain merah dikepalanya dan berteriak, Apakah kalian semua buta? Apakah kalian tidak bisa melihat aku adalah seorang wanita? Dia betul-betul seorang wanita! Aku telah melepaskannya, kenapa engkau belum turun ke bawah sekarang? Tidak ada respon dari balik atap. Kenapa kau tidak mengatakan apapun? Apakah kau tiba-tiba jadi bisu? Masih tidak ada respon. Wanita baju merah menggigit bibirnya, tiba-tiba dia melo mpat ke atas menuju ke atap. Apakah ada seseorang di balik atap? Disana tidak ada seorangpun kecuali sekanton g kulit kacang kosong. Wajahnya berubah warna saat wanita itu berteriak, Sikecil Lu, keneraka mana kau pe rgi mati? Keluarlah! Tidak ada seorangpun yang keluar. Dia membantingkan kedua kakinya dan berteriak, Lihatlah berapa lama kau dapat bersembunyi! Meskipun kau lari ke ujung langitpun akan ku kejar! Tubuhnya yang terbungkus baju merah telah melesat dan kemudian dia telah menghil ang. Laki-laki gundul itu tiba-tiba melompat, melompat ke atas kudanya dan mencongkla ngnya pergi. Chen Da Guan terlihat terkejut, akhirnya dia menghela napas dan menggerutu, Wanit a itu memiliki cukup banyak masalah. Ma Fang Ling terlihat terkejut saat dia berkata pada dirinya sendiri dan menegas kan, Tapi aku mengaguminya. Kau mengaguminya? Chen Da Guan bertanya dengan padangan serius. Ma Fang Ling menundukan kepalanya dan berkata, Dia tidak takut menyatakan kepada seseorang yang dia sukai bahwa dia menyukainya. Paling tidak dia lebih berani da ripadaku. Angin kencang bertiup. Angin itu berhembus menjatuhkan kulit-kulit kacang di ata s atap, namun masih belum dapat membuat cerah hati Ma Fang Ling yang sedang gundah. Kedu a matanya melekat ke kejauhan, namun dia tidak dapat menahan untuk memandang Ye Ka i

sekali-sekali. Ye Kai menatap kulit kacang yang tertiup angin, sepertinya tidak ada lagi pemand angan lain yang lebih baik didunia ini. Untuk suatu sebab, wajah Ma Fang Ling memerah lagi. Dia menghentakan kakinya rin gan dan bersiul dan kuda tunggannya yang berwarna merah berlari kearahnya dari kejau han. Karena kau sangat menyukainya, maka ambilah semuanya. Sesaat kemudian kulit-kulit kacang jatuh ke atas lantai, orang dan kuda telah pe rgi jauh.

Chen Da Guan menyeringai dan berkata, Sebenarnya, tidak mengatakan dengan keras mungkin tidak berbeda dengan berbicara dengan keras. Bukankah kau setuju, Tuan Y e? Lebih baik kalau mereka tidak berbicara. Ye Kai menjawab. Kenapa begitu? Karena orang yang berbicara terlalu banyak menyebalkan. Chen Da Guan tersenyum, tentu saja senyum yang palsu. Ye Kai berjalan melewatinya dan mendorong membuka pintu sempit itu. Tidak bicara baikbaik saja, namun tidak makan sudah tidak tahan lagi. Bagaimana beberapa orang tidak dapat memahami hal sederhana seperti itu? Tiba-tiba, sebuah suara menjawab, Selama ada kacang, tidak makan baik-baik saja. Orang itu sedang duduk di dalam ruangan utama dengan punggungnya mengarah kepint u. Sekantong besar kacang tergeletak di atas meja di depannya. Dia membuka sebiji k acang, menjentikannya ke udara, dan menangkap dengan mulutnya. Dia menjentikan dengan sangat tinggi dan menangkapnya dengan tepat. Ye Kai tersenyum dan bertanya, Apakah kau tidak pernah menjatuhkannya? Orang itu menjawab tanpa menoleh, Itu tidak mungkin. Kenapa? Karena kedua tanganku sangat mantap dan mulutku juga sangat mantap. Itulah sebabnya orang lain memintamu untuk membunuh mereka. Membunuh betul-betul membutuhkan kedua tangan yang mantap dan mulut yang mantap. Sayangnya mereka tidak memintaku membunuhmu. Setelah kau membunuh orang yang seharusnya kau bunuh, kenapa kau tidak balik kemb ali untuk membunuhku? Hebat sekali! Ye Kai mulai tertawa. Orang itu tiba-tiba mulai tertawa juga. Chen Da Guan yang b aru saja melangkah masuk, memandang dengan ketakutan. Ye Kai melangkah, duduk, dan mengambil kacang dengan kedua tangannya. Senyum ora ng tersebut tiba-tiba menghilang. Dia adalah seorang pemuda, pemuda yang aneh, dengan sepasang mata yang aneh. Bah kan saat dia tertawa, matanya sedingin es. Kedua mata tersebut adalah mata orang mat i, seratus persen tanpa emosi dan seratus persen tanpa ekspresi. Dia menatap kearah kacang di tangan Ye Kai dan berkata, Lepaskan. Aku tidak boleh memiliki kacang ini? Ye Kai bertanya.

Kau dapat memintaku membunuhku, atau kau dapat membunuhku dengan kedua tanganmu, tapi kau tidak dapat memiliki kacang itu. Laki-laki itu menjawab dingin . Kenapa? Karena Lu Xiao Jia berkata seperti itu. Siapakah Lu Xiao Jia? Aku. Kedua matanya seperti abu keabu-abuan yang mematikan, namun bercahaya seperti ma ta pedang. Ye Kai meneliti kacang di tanganya, kemudian berkata, ebuah kacang biasa. Betul. Tidak berbeda dari kacang lainnya di dunia ini. Tidak ada bedanya sama sekali. Kelihatannya ini hanyalah s

Jadi kenapa aku harus memakannya? Ye Kai tersenyum dan perlahan-lahan meletakan kacang tersebut kembali ke atas me ja. Lu Xiao Jia tersenyum juga, namun kedua matinya masih dingin membeku. Kau pasti Ye Kai. Oh? Selain Ye kai, tidak ada orang lain yang aku pikir akan sepertimu. Apakah suatu pujian? Sedikit. Ye Kai menghela napas kemudian tersenyum dan berkata, Sayang sekali, bahkan denga n sepuluh kantong pujianpun aku masih tidak pantas untuk mendapatkan sebiji kacang . Lu Xiao Jia menatapanya, setelah beberapa saat, dia perlahan-lahan bertanya, Engk au tidak pernah membawa senjata? Paling tidak, tidak seorangpun yang pernah melihatku membawa senjata. Kenapa? Tebaklah. Karena kau tidak pernar membunuh? Atau mungkin karena kau tidak membutuhkan senja ta untuk membunuh? Ye Kai mulai tertawa, namun tidak terlihat sedikitpun tawa dikedua matanya.

Kedua matanya melekat pada pedang Lu Xiao Jia. Sungguh-sungguh pedang yang tipis , setipis pisau cukur, setajam alat cukur juga. Sebuah pedang tanpa sarung. Pedang ini tergantung miring pada ikat pinggang dipinggangnya. Kau tidak menggunakan sarung? Paling tidak, tidak seorangpun yang pernah melihatku menggunakan sarung. Kenapa? Tebaklah. Karena kau tidak menyukai sarung? Atau mungkin pedang itu tidak memiliki sarung? Saat sebuah pedang diasah, maka tidak ada sarung. Oh? Sarung digunakan setelahnya. Lalu Kenapa tidak ada sarung dipedangmu? Tentu saja. Pedang yang ditakuti, bukannya sarungnya. Masuk akal. Jadi sarung tidak berguna. Engkau adalah seseorang yang tidak suka hal yang tidak berguna? Aku hanya membunuh orang-orang yang tidak berguna.! Orang orang yang tidak berguna?

Beberapa orang di dunia ini, keberadaan mereka tidak berguna. Ye Kai tersenyum, Alasanmu sungguh-sungguh membingungkan. Jadi kau mengatakan bahwa kau setuju? Aku kenal dua orang yang tidak pernah membawa sarung pedang, namun alasan mereka tidak pernah membingungkan sepertimu. Ye Kai berkata sambil tersenyum. Mungkin karean kau tidak mengerrti apa yang telah mereka coba katakan padamu. Atau mungkin mereka tidak ingin mengatakan apapun. Oh?

Meraka adalah seorang laki-laki yang tidak banyak kata-kata. Selama meraka memaha mi keyakinan mereka, mereka tidak perlu menjelaskannya pada siapapun juga.

Lu Xiao Jia menatap mereka dan bertanya, Tahukah kau orang seperti apakah mereka? Ye kai menganggukan kepalanya. Jadi kau tahu terlalu banyak, Lu Xiao Jia menjawab dingin. Tapi aku tidak tahu orang seperti apakah kau? Lebih baik kau tidak tahu, atau orang lain yang pertama mati disini bukanlah Fu H ong Xue, tetapi kau. Dan sekarang? Sekarang, aku rasa tidak perlu membunuhmu dulu. Ye Kai tersenyum dan menjawab, Karena kau tidak perlu membunuhku dulu, tidak berar ti kau dapat membunuhku juga. Lu Xiao Jia tersenyum dingin. Apakah kau pernah melihat tekniknya? Ye Kai bertanya. Tidak. Kalau kau tidak pernah, kenapa kau begitu yakin. Tapi aku hanya tahu dia pincang. Banyak sekali jenis orang pincang. Tapi hanya satu teknik orang cacat, hanya satu macam saja. Apakah itu? Tetap diam dan tidak bergerak, bergerak hanya untuk bereaksi. Inti dari tekniknya adalah dia harus lebih cepat daripada musuhnya. Ye Kai menganggukan kepalanya, Itulah sebabnya dia bergerak belakangan, namun memukul lebih dahulu. Lu Xiao Jia tiba-tiba mengambil sebiji kacang dan menjentikannya ke udara. Dalam sekejap, pedangnya telah melesat keluar. Sebelum mata dapat mengikuti gerakan, dia telah mengembalikannya kepinggangnnya. Dan ditangannya terdapat sebuah kacang yang tel ah terkupas dengan bersih, kulit dan selaputnyanya telah dibersihkan. Bahkan bila melakukannya dengan tangan, tidak akan sebersih itu. Kulit kacang telah terpoton g menjadi potongan-potongan yang kecil. Teriakan kekaguman yang keras dan suara tepuk tangan bergema di dalam ruangan. B ahkan Ye Kai tidak tahan untuk bertepuk-tangan juga meski hanya di dalam hatinya. Pedang yang sungguh-sungguh cepat! Lu Xiao Jia meletakan kacang yang telah bersih terebut ke dalam mulutnya dan ber tanya, Kau pikir dia lebih cepat dariku?

Ye Kai terbenam dalam pikirannya, kemudian menghela napas dan menjawab,

Aku tidak

tahu lebih baik aku tidak tahu. Sayang sekali kacang-kacang ini. Engkau salah satu yang memakan mereka. Kacang harus dikupas satu persatu, agar supaya dapat dinikmati satu persatu. Aku rasa aku lebih menyukai kacang yang telah dikupas juga. Sayangnya kau tidak bisa melakukannya. Dengan sekali gerakan tangan, semua kacang itu telah beterbangan membentuk satu garis lusur, menancap seperti keong di tiang. Kau lebih menyukai kacangmu terbuang percuma, daripada orang lain merasakannya? Aku sama seperti wanita, aku lebih baik membunuh mereka daripada membiarkan orang lain mencicipinya. Jadi apapun yang kau nikmati, kau tidak akan membiarkan orang lain memilikinya? Tepat sekali. Ye Kai menghela napas dan berkata tegas, Untung sekali yang kau sukai hanyalah ka cang dan wanita. Aku sangat menyukai uang juga. Oh? Karena tanpa uang, tidak akan ada kacang, dan sudah pasti tidak ada wanita. Ya, meskipun banyak sekali di dunia ini yang lebih penting dari pada uang, semuan ya itu tidak akan dapat diperoleh kalau kau tidak punya uang. Lu Xiao Jia memperlihatkan senyumnya. Senyumnya terlihat kejam dan aneh. Kau telah berbicara setengah harian mengenai hal-hal yang biasanya dikatakan oleh Ye Kai. ooOOOoo Bab 22. Pendahuluan Dan Penutupan Untuk Membunuh Chen Da Guan, Majikan Zhang, Ding Lao Si dan yang lainnya telah tiba sekarang. M ereka semua berdiri diam menunggu perintah Li Xiao Jia, namun Li Xiao Jia bersikap sep ertinya mereka tidak ada.

Hingga saat itu dia bahkan tidak peduli untuk sekalipun menoleh kearah mereka. A khirnya, dia berkata, Apakah ada orang yang mau memberikan ku uang? Ada, tentu saja ada. Chan Da Guan segera menjawab. Apakah kau dapat melakukan apapun yang kuminta? Lu Xiao Jia berkata. Aku akan melakukan yang terbaik. Chen Da Guan membalas. Kau harus melakukan lebih baik. Lu Xiao Jia menjawab dengan dingin. Silahkan minta. Chen Da Guan berkata. Aku ingin lima kantong kacang, dipanggang kering, dan jangan terlalu matang juga jangan terlalu mentah. Baiklah. Aku juga ingin se-bak mandi air panas, di dalam bak kayu yang tingginya enam kaki . Baiklah. Juga sediakan dua set pakaian yang tertbuat dari sutera atau kapas. Dua set? Dua set, satu aku pakai sebelum membunuhn dan satu setelahnya. Baiklah. Bila ada satu kacang yang pecah, aku akan memotong tanganmu. Bila ada dua, aku ak an mencabut nyawamu. Chen Da Gua seperti menghirup udara yang dingin, Baiklah. Kau harus mandi dulu sebelum membunuh? Ye Kai tiba-tiba bertanya. Membunuh orang tidak seperti membunuh babi. Membunuh adalah tindakan yang suci da n penuh dengan kegembiraan. Ye Kai tersenyum dan menjawab, Jadi korbanmu harus menunggumu membersihkan dirimu sebelum kau mencabut nyawa mereka? Mereka tidak perlu menunggu. Aku dapat memotong kaki mereka dulu, kemudian mandi

sebelum akhirnya aku menghabisi nyawa mereka. Lu Xiao Jia berkata dingin. Siapa yang tahu kalau kau harus melakukan banyak hal yang merepotkan sebelum membunuh. Ye Kai berkata sambil menghela napas. Aku harus melakukan banyak hal yang merepotkan juga setelah membunuh. Lu Xiao Jia berkata. Perkerjaan merepotkan seperti apa? Yang paling merepotkan.

Wanita? Itu adalah hal kedua yang katakan hari ini. Lu Xiao Jia menjawab. Kesulitan terbesar laki-laki selalu wanita. Aku rasa laki-laki paling bodohpun me ngetahui hal ini. Jadi pergilah dan siapkan seorang wanita untukku, yang terbaik yang bisa kau dapa tkan. Chen Da Guan terlihat sedikit ragu-ragu saat menjawab, Tapi bagaimana bila gadis b erbaju merah itu kembali? Lu Xiao Jia tertawa dan berkata, Kau takut dia cemburu? Chen Da Guan tersenyum pahit dan menjawab, Bagaimana aku tidak takut? Kepalaku san gat rentan. Kau sungguh-sungguh percaya dia kesini untuk mencariku? Memangnya bukan begitu? Aku tidak pernah melihatnya selama ini. Pandangan terkejut keluar dari wajah Chen Da Guan, Jadi apa yang dia katakan tadi Jangan katakan padaku kau tidak menyadari bahwa dia hanya mencoba membuat masalah? Lu Xiao Jia berkata. Chen Da Gua terlihat bingung. Hal itu terjadi karena kau membocorkan berita kedatanganku sehingga dia mengetahu inya, dan dia segera datang kesini sebelum aku tiba. Lu Xiao Jia berkata. Apakah tujuannya ikut campur? Chen Da Guan bertanya. Kenapa kau tidak tanya sendiri saja kepadanya? Lua Xiao Jia menjawab dingin. Rasa takut terlihat di mata Chen Da Guan, namun dia masih memperlihatkan senyumn ya. Senyuman itu kelihatannya telah terukir dengan permanen diwajahnya. Toko sutera dan satin Chen Da Guan tidak terlalu besar, namun disekitar sini bis a dikatakan cukup lega. Hari ini tdak terlalu banyak pelanggan yang berbelanja, hal itu terl ihat dari wajah kedua penjaga toko di dalam yang nampaknya kebosanan dan lesu. Yang mereka ingin kan adalah matahari terbenam sehingga mereka bisa segera pulang ke rumah. Meskipun m ereka hanya karyawan ditoko itu, namun mereka menjadi tuan saat mereka tiba dirumah. Chen Da Guan tidak mempedulikan keadaan tokonya. Sesaat dia tiba dia langsung kebelakang. Setelah melewati halaman kecil, terdapat sebuah rumah dimana dia tin ggal. Namun dia tidak pernah membayangkan bahwa seseorang telah menunggunya di halaman

tersebut.

Di dalam hanya terdapat sebuah pohon banyan. Di bawah pohon tersebut berdiri Ye Kai, Kau pasti tidak mengira aku disini, huh? Chen Da Guan terkejut, dia mencoba sebisanya untuk tetap tersenyum saat bertanya , Bukankah Tuan Ye sedang menemabi Tuan Lu? Kalian berdua nampaknya sedang ngobrol panjang. Dia tidak memberiku sebijipun kacang, aku terlalu lapar hingga aku ingin makan se ekor kuda, Ye Kai berkata. Aku kembali kesini untuk mengambil air mandinya, masih tersedia beberapa makanan di dapur, bila Tuan Ye tidak sungkan Ye Kai memotongnya dan berkata, Aku dengar Nyonya Chen adalah seorang tukang masa k yang cukup pandai, aku tidak percaya akhirnya aku beruntung untuk merasakan masa kannya yang enak. Chen Da Guan menghela napas, Sayang sekali kau datang saat ini. Kebetulan istriku sedang sakit sementara ini. Ye Kai mengangkat alisnya dan betanya, Sakit? Betul sekali dia sakit parah. Dia tidak dapat meninggalkan tempat tidurnya sekara ng, Chen Da Guan berkata. Ye Kai tersenyum dingin dan berkata, Aku tidak percaya padamu. Chen Da Guan terlihat terkejut, Kenapa aku harus berbohong padamu mengenai hal in i, Tuan Ye? Dia betul-betul sehat-sehat saja semalam, bagaimana tiba-tiba dia jatuh sakit par ah? Aku sungguh-sungguh harus menengoknya dan melihat penyakit apa yang dideritanya. Ye Ka i berkata dingin. Ekspresi wajahnya memburuk dan kelihatannya dia seperti tergopoh -gopoh ke dalam rumah. Chen Da Guan menundukan kepalanya dan menjawab, Kalau begitu, aku akan mengantar Tuan Yu melihatnya.

Dia berjalan dengan Ye Kai melewati ruang utama ke salah satu kamar tidur di bel akang, perlahan-lahan mendorong pintu, dan membuka salah satu gorden. Tidak terlalu ban yak cahaya yang masuk ke ruangan, jendelapun tertutup rapat, dan aroma obat-obatan memenuhi udara. Seorang wanita terbaring di atas ranjang dengan wajahnya mengara h ke dinding, rambut kepalanya tidak teratur, dan dia ditutupi oleh selimut. Kelihata nnya wanita itu betul-betul sakit parah. Ye Kai menghela napas dan berkata, Kelihatanya aku salah sangka terhadapmu. Chen Da Guan tersenyum dan menjawab, Tidak usah dipikirkan. Sepertinya hari ini sangat panas, kenapa dia masih selimutan? Meskipun tidak saki tpun dia akan jatuh sakit karena kepanasan. Ye Kai berkata. Dia menderita malaria. Semalam dia menggunakan dua buah selimut dan masih juga menggigil? Chen Da Gua berkata,

Ye Kai tertawa dan menjawab, Aku tidak tahu bahwa orang mati bisa menggigil? Sebelum perkataannya selesai, dia melesat ke arah tempat tidur dan mengangkat selimutnya. Selimutnya dibasahi oleh darah, ranjang tersebut juga dibasahi oleh darah, tubuh tersebut telah membeku kaku! Ye Kai perlahan-lahan mengembalikan selimut itu, sepertinya dia hati-hati agar t idak membangunkan tubuh mati tersebut bangun. Dia menghela napas dan perlahan-lahan memutas tubuhnya. Chen Da Guan masih berdiri disana membisu, dengan senyum licik diwajahnya. Sepertinya aku tidak akan pernah beruntung untuk merasakan masakan Nyonya Chen. Ye Kai berkata. Orang mati sungguh-sungguh tidak dapat memasak. Chen Da Guan berkata. Bagaimana denganmu? Ye Kai bertanya. Aku bukan orang mati. Chen Da Guan menjawab. Tapi kau seharusnya mati. Ye Kai berkata. Oh? Karena aku sudah melihatmu di dalam peti mati tadi. Ye Kai berkata. Kelopak mata Chen Da Guan berkedip-kedip, namun dia masih memasang senyuman senyumnya itu betul-betul sudah terukir diwajahnya. Menyaru sebagai Chen Da Guan sungguh-sungguh bukan hal yang sulit, karena orang tersebut selalu memasang muka palsu setiap hari di dalam hidupnya, sepertinya su dah ada kedok diwajahnya. Ye Kai berkata. Itulah sebabnya orang tersebut pantas mati. Chen Da Guan berkata.

Namun tidak peduli bagaimana hebatnya kau menyaru, engkau tetap tidak dapat menip u istrinya. Ilmu menyaru yang sehebat itu tidak akan pernah ada di dunia ini. Ye Ka i berkata. Itulkah sebabanya dia juga harus mati. Aku hanya merasa aneh saja kenapa engkau tidak memasukan dia ke dalam peti mati seperti yang lainnya. Lebih baik bila dia tertidur disini, jadi untuk menghindari kecurigaan para pegaw ai. Kau masih belum membayangkan kalau seseorang akan curiga. Aku betul-betul tidak membayangkan. Itulah sebabnya akupun harus mati. Chen Da Guan menghela napas dan berkata, Kau betul-betul tidak memiliki apapun pa da situasi seperti ini.

Ye Kai menanggukan kepalanya, Fu Hong Xue.

Aku tahu, tujuan akhirmu adalah untuk menyingkirkan

Chen Da Guan pun menganggukan kepalanya, Kenapa?

Dia betul-betul pantas mati.

Chen Da Guan tersenyum dingin, Engkau tidak mengerti? Semua musuh Gedung Sepuluh Ribu Kuda harus mati? Tiba-tiba mulut Chen Da Guan tertutup. Jadi kalian semua diundang kesini oleh Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Mulut Chen Da Guan tetap tertutup rapat-rapat. Namun telapak tangannya perlahanlahan terbuka. Tangannya sebetulnya kosong, namun tiba-tiba, logam dengan cahaya yang dingin berkelebat keluar. Dan pada saat yang tepat, sebuah bintang perak melesat dari j endela dan mengembang seperti mahkota pada sebuah bunga. Bintang perak tersebut berubah men jadi hujan sinar yang menyilaukan, membutakan mata. Seluruh ruangan telah dibanjiri o leh cahaya perak, sangat terang sehingga kau tidak dapat membuka matamu. Namun pada saat yang tepat, sebuah pisau terbang telah menancap pada tenggorokan Chen Da Guan. Bahkan pada saat matipun, dia tidak pernah membayangkan dari mana pisau tersebut melayang. Semua senjata rahasia yang tadi dilontarkan semuanya terlihat, namun p isang itu sama sekali tidak terlihat. Hujan cahaya perak yang tadi memenuhi ruangan mendad ak padam. Ye Kai pun tidak terlihat lagi. Angin berhembus dari jendela, tidak setitik napas terdengar di dalam ruangan. Setelah beberapa saat, sebuah tangan mendorong membuka jendela. Sebuah tangan ya ng indah, dengan jari yang lentik dan panjang. Namun lengan bajunya betul-betul ber beda, dipenuhi dengan minyak dan lemak. Sebuah wajah perlahan-lahan nongol dari jendel a, itu adala wajah Majikan Zhang. Dia tidak melihat Ye Kai dimanapun, namun dia telah m elihat sebuah pisau menonjol keluar dari tenggorokan Chen Da Guan. Pisau sepanjang tiga hun tujuh inci. Kemudian tangannya menjadi kaku. Tiba-tiba, sebuah pisau telah menancap ditenggorokannya juga. Bahkan dalam matipun dia tidak melihat pisau. Pisau yang menancap pada tenggorokan orang lain tidaklah berbahaya, itulah sebabnya dia dap Ye Kai bertanya.

at melihatnya. Sayangnya, yang menyaksikan pisau ditenggorokannya hanya sebuah pega ngan jendela. Apakah senjata yang paling hebat adalah senjata yang tidak dapat dilihat? Ye Kai melompat turun dengan ringan dari salah satu balok tiang dilangit-langit. Pertamatama dia pergi mengambil senjata-senjata rahasiaitu, kemudian mengambil kembali pisaunya. Dia menatap pisau ditangannya, ekspresi wajahnya berubah serius, raut wajahnya hampir kearah penuh kekaguman dan penghormatan.

Aku tidak akan pernah memerintahkan kau untuk membunuh bila tidak perlu. Aku jami n kepadamu bahwa aku hanya membunuh pada saat memang benar-benar tidak ada pilihan lainnya! Majikan Song membuka kedua matanya. Ada dua orang di dalam ruangan, keduanya mengenakan baju merah. Seorang wanita berbaring menghadap ke dinding, dengan posisi yang hampir sama dengan istri Chen Da Guan, kecuali rambutnya telah memutih semuanya. Pasangan tersebut telah bersamasama selama bertahun-tahun. Keduanya nampaknya sedang tertidur. Saat terdengan orang ketiga di dalam ruangan, Majikan Song membuka kedua matanya . Hal pertama yang dia lihat adalah sebuah tangan. Tangan yang memegang sesuatu yang s angat aneh. Pertama terlihat seperti rumput-rumputan liar yang biasa tumbuh di pegunun gan, kedua sebuah bunga yang terbuat dari logam. Kemudian dia mengangkat kepalanya da n melihat Ye Kai. Saat itu di ruangan tersebut sangat gelap, namun kedua mata Ye Kai bersinar cera h seperti sebuah lentera saat menatap Majikan Song, Tahukah kau apakah ini semua? Majikan Song menggelengkan kepalanya. Rasa kaget dan takut terlihat disorot mata nya, lehernya diam membeku. Ini adalah senjata rahasia. Senjata yang di disain untuk membunuh dan sulit untuk diketahui. Ye Kai berkata. Tidak terlalu jelas apakah Majikan Song mendengar apa yang dikatakan Ye Kai, nam um dia telah menganggukan kepalanya. Dari kedua senjata ini, yang satu disebut Rumput Kebahagiaan Lima Racun, dan yang satunya disebut Bunga Perak Api. Kedunya adalah senjata khas Cai Hua Feng dan Pa n Ling. Ye Kai berkata. Majikan Song menjilat bibirnya yang kering dan berkata sambil terseyum dipaksaka n, Aku tidak pernah mendengar kedua nama pendekar itu sebelumnya. Mereka bukanlah pendekar. Ye Kai menjawab. Mereka bukan? Meraka adalah pencuri hina Lima Gerbang Rendah dan juga pemerkosa. Ekspresi wajah Ye Kai memarah seraya melanjutkan, Aku selalu menghargai kehidupan manusia, kedua or ang

tersebut pengecualian. Aku mengerti pemerkosa tidak pantas untuk disesalkan. Majikan Song berkata.

Mereka adalah anggota dari Lima Gerbang Rendah, lima orang yang lebih menyukai menggunakan senjata rahasia dari siapapun. Ye Kai berkata. Lima orang? Di dalam dunia persilatan mereka dikenal dengan nama Lima Racun dari Jiang Hu. Disamping mereka berdua, masih ada tiga orang lain yang lebih kejam. Ye Kai menja wab.

Apakah mereka berlima telah tiba di Kota Perbatasan? Tidak ada satupun yang kurang. Kapan mereka tiba disini? Beberapa hari yang lalu, saat peti-peti mati itu dibawa kesini. Bagaimana aku tidak bisa melihat lima orang asing berkeliaran selama ini? Mereka tidak berjalan datang pada saat itu. Mereka bersembunyi di dalam peti-peti mati itu, sehingga tidak ada seorangpun yang menyadarinya. Jadi sebab kedatangan sibongkok membawa semua peti-peti mati itu kesini adalah un tuk menyelundupkan mereka di dalamnya? Kira-kira seperti itu. Apakah mereka semua masih bersembunyi di dalam peti-peti mati itu? Hanya mayat yang berbaring di peti-peti mati itu sekarang. Majikan Song menghela napas dan berkata, Jadi mereka semua telah mati sekarang. Sayangnya tidak ada seorangpun yang mati. Apa yang kau maksudkan? Karena saat mereka keluar, mereka telah menggantikan diri mereka dengan orang lai n. Siapakah yang mereka masukan ke dalam peti-peti itu? Yang sekarang aku tahu yaitu Cai Hua Feng menggantikan dirinya dengan Chen Da Gua n, Pan Ling menggantikan dirinya dengan Majikan Zhang. Bagaimana bagaimana mereka menggantikan tempat seperti itu? Pasti ada seseorang di kota ini yang mungkin memiliki ilmu menyaru yang paling he bat didunia! Siapa? Xi Men Chun. Dan siapakah Xi Men Chun? Bagaimana aku tidak pernah mendengar tentangnya selama ini? Sebenarnya, aku sungguh-sungguh ingin juga siapakah dia. Namun, itu hanyalah masa lah waktu saja. Ye kai berkata dengan senyum percaya diri. Jadi kau mengatakan dia telah mengubah Cai Hua Feng menjadi Chen Da Guan dan Pan Ling menjadi Majikan Zhang? Ye Kai menganggukan kepalanya, Sayangnya tidak ada satupun ilmu menyaru yang dapa t mengelabuinya seorang istri. Itulah sebabnya orang pertama yang mereka incar ada lah Majikan Zhang.

Kenapa? Karena Majikan Zhan tidak menikah juga tidak memiliki teman. Juga, dia jarang sek ali mandi sehingga tidak banyak orang yang mau bersamanya. Jadi meskipun dia terlihat sedikit berbeda, tidak ada yang mengenalinya. Sayangnya tidak banyak orang dikota ini yang seperti Majikan Zhan dan Ding Lao Si . Jadi itulah sebabnya mereka mengincar Chen Da Guan? Karena dia adalah seseorang yang sangat menyebalkan. Tidak banyak orang yang menyukainya juga. Namun dia memiliki seorang istri. Itulah sebabnya istrinya harus mati. Majikan Song menghela napas, Seperti yang dikatakan orang-orang tua, mengunci pin tu rumah, musibah muncul dari langit. Setelah menyelesaikan perkataannya, Majikan Song mencoba untuk berdiri, namun Ye Kai menekan bahunya ke bawah. Aku telah berkata terlalu banyak, sekarang saatnya untuk bertanya sesuatu kepadam u. Ye Kai berkata. Silahkan. Karena Majikan Zhang adalah Pan Ling dan Chen Da Guan adalah Chai Hua Feng lalu siapakah kau? Pandangan kaget terlihat di wajah Majikan Song seraya dia menggumama,

Nama

Keluargaku Song, nama lengkapku Song Da Ji, jarang sekali orang-orang menanyakan namaku selama ini. Itu karena engkau sudah terlalu tua, jadi kau mengira tidak seorangpun yang pedul i menanyakan namamu? Majikan Song tersenyum terpaksa dan menjawab, Sayangnya orang-oran gitu tidak mengambil dirikua untuk menggantikan salah satu dari mereka. Oh? Tuan Ye pasti tidak mengira aku palsu kan? Kenapa tidak? Istriku yang sudah tua telah bersamaku selama beberapa puluh tahun, masak dia tid ak dapat membedakanku?

Kalau dia telah mati, maka dia tidak akan dapat mengatakan perbedaannya kan? Masak aku tidur dengan mayat dalam ranjang yang sama?

Apakah ada hal lain yang orang-orang sepertimu tidak melakukannya? Lupakanlah ora ng mati, bahkan bila anjing mati sekalipun Sebelum dia menyelesaikan perkataannya, wanita tua di tempat tidur mengeluarkan dengkurannya dan berbalik. Ye Kai tidak dapat lagi berbicara, orang mati tidak m ungkin dapat berbalik. Wanita tua itu masih menggumam pada dirinya, sepertinya dia seda ng mengigau orang mati tidak mungkin dapat mengigau. Ye Kai menarik tangannya. Majikan Song terlihat sangat senang pada dirinya sendiri seraya berkata, Apakah T uan Ye bersedia membantuku membangunkan dia untuk menanyakan pada dirinya sendiri? Ye Kai tersenyum dan menjawab, Tidak perlu. Majikan Song akhirnya bangkit berdiri dan berkata, Jadi apakah Tuan Ye bersedia mengikutiku ke ruang tengah untuk minum teh? Tidak, terima kasih. Kelihatannya tidak tepat baginya untuk tetap tinggal, sehingga dia bersiap untuk pergi. Tiba-tiba Majikan Song memengang pinggang wanita itu dan melemparkan seluruh tub uhnya ke arah Ye Kai. Gerakan ini sangat tidak terduga. Ye Kai tidak dapat memutuskan apakah menangkapnya atau tidak. Kemudian sesaat ruangan telah dipenuhi oleh asap. Asap yang berwarna ungu cerah, seindah cahaya saat matahari terbenam. Ye Kai mengulurkannya dan mendorong wanit a tua itu kembali ke atas tempat tidur saat asap tebal menyelubungi dirinya. Majikan Song memandangnya dengan sorot mata benci, menunggu Ye Kai terjatuh. Tapi Ye Kai tidak jatuh. Saat asap tersebut akhirnya menghilang, Majikan Song me lihat mata Ye Kai seterang sebelumnya. Dia benar-benar tidak mempercayai hal itu. Sesaat se seorang mencium sedikit saja Bubuk Penghancur Tulang, bahkan seorang yang paling kuat se kalipun pasti akan jatuh seperti segunduk lumpur. Seluruh tubuh majikan Song membeku dengan rasa takut. Ye Kai menatapnya dan menghela, Jadi sungguh-sungguh kau. Kau telah mengetahui siapa aku selama ini? Bila tidak, aku pasti sudah tergeletak di atas lantai sekarang. Jadi kau datang dengan persiapan? Ye Kai terenyum dan berkata, Karena aku telah membeberkan segala yang aku ketahui

, tidak mungkin kau akan membiarkanku pergi hidup-hidup. Bila aku tidak bersiap-si ap sebelumnya, apakah aku berani datang. Majikan Song mengatupkan giginya dan berkata, Tapi aku masih tidak dapat menduga bagaimana kau dapat bertahan terhadap Bubuk Penghancur Tulang ku. Gunakan seluruh waktumu.

Mata Majikan Song bersinar. Kalau kau katakan siapa yang membantumu merias kau, maka kau dapat menghabiskan sepuluh atau duapuluh tahun lagi untuk mencari tahu. Dan bila tidak? Aku khawatir kau tidak pernah punya waktu untuk berpikir lagi. Majikan Song tersenyum dingin dan berkata, Mungkin aku tidak mau memikirkan hal i tu, mungkin aku ingin kau mengatakannya secepatnya. Maka kau tidak akan punya kesempatan sama sekali. Oh? Bila kau menggerakan tanganmu, aku jamin kau akan mati ditempat tidur ini. suaranya menghangat, namun dipenuhi oleh rasa percaya diri yang menakutkan. Majikan Song menghela napas, Aku bahkan tidak tahu siapakah kau, namun tidak bisa

Nada

tidak, aku harus mempercayaimu. Aku berjanji kau tidak akan menyesalinya. Ye Kai berkata sambil tersenyum. Kalau aku tidak mengatakannya kepadamu, maka kau tidak akan pernah menduga siapak ah dia yang Dia tidak pernah mempunya kesempatan untuk mengakhiri ucapannya. Seluruh tubuhny a tiba-tiba mengejang. Kedua matanya menghitam, seperti dua buah lentera yang tiba -tiba padam. Ye Kai cepat-cepat bergerak ke arahnya dan menemukan sebuah jarum menancap dilehernya. Jarum berwarna hijau jade. Nenek Du telah beraksi lagi! Dia sungguh-sungguh masih hidup. Dimanakah dia? Apa kah dia yang berpura-pura menjadi istri Majikan Song? Namun tubuh orang itu lemas dan le mah, dan napasnya pendek, tidak ada seorangpun yang dapat bertahan dari Bubuk Penghan cur Tulang seperti Ye Kai. Dari manakah Jarum Penghancur Usus meluncur? Ye Kai mendongakan kepalanya dan melihat sebuah jendela di atap yang telah hancu r terbuka. Dia tidak segera melompat ke atas karena dia tahu seperti apakah senjat a Jarum Penghancur Usus itu.

Arah darimana dia datang haruslah arah dia pergi. Karena dia tahu itu adalah rut e yang paling aman. ooOOOoo

Bab 23. Si kecil Bel Ding Dang Disana terdapat sebuah halaman yang kecil diluar. Ye Kai berjalan keluar pintu d an menuju halaman yang disiniar oleh cahaya matahari. Seekor kucing kecil merangkak dibawa h bayangan salah satu pohon. Kucing itu sedang menatap seekor kupu-kupu yang berda nsa mengelilingi sekuntum bunga di dekat dinding, menunggu untuk menerkamnya, namun cukup malas untuk bergerak. Tentu saja, tidak ada seorangpun di atap. Ye Kai sudah tahu bahwa tidak akan ada seorangpun di atas atap, Nenek Du tidak akan menunggunya keluar. Ye Kai menghela napas, tiba-tiba dia merasakan dirinya seperti kucing itu. Bila dia menyukainya, maka dia dapat bergerak untuk menerkam kupu-kupu itu kapan saja. Na mun, meski dia tidak malas, dia tidak akan dapat menangkat kupu-kupu itu. Kupu-kupu b ukanlah tikus. Kupu-kupu dapat terbang. Kupu-kupu dapat terbang tinggi. Tiba-tiba, sepasang tangan terulur melewati dinding, dengan suara PPPLLLUUKKK, s ebuah perangkap telah menangkap kupu-kupu itu. Kupu-kupu itu menghilang dari pandangan . Kedua lengan itupun telah menghilang dari pandangan. Seseorang berdiri diatas dinding itu. Diluar dinding terdapat sebuah lapangan yang luas. Siapakah yang tahu apa yang t umbuh disana, apakah gandum atau pohon plum? Tidak peduli apapun yang kau tanam disana , kau pasti tidak akan terlalu berhasil. Namun orang-orang masih selalu mencoba bercoc ok tanam setiap tahun. Hidup memang seperti itu. Setiap orang harus hidup. Setiap orang harus menemukan cara untuk tetap hidup. Beberapa gubuk yang sudah reot berderet di dataran tersebut. Gubuk-gubuk tersebu t dimiliki oleh kelompok penduduk yang paling miskin di daerah ini. Anak-anak yang tumbuh d i sini tetap saja dipenuhi dengan kebahagiaan. Namun, anak-anak tetap anak-anak yang di penuhi dengan kepolosan. Ada tujuh hingga delapan anak-anak berdiri melingkat diluar di nding, memandangi seseorang yang berada di bawah sebuah pohon. Orang yang duduk di atas tembok aadalah Ye Kai, dan diapun sedang memandangi ora ng yang berada dibawah pohon.

Orang tersebut memiliki wajah yang bundar, dengan mata yang besar, kulit yang ha lus dan putih, dan lesung dipipinya saat gadis itu tersenyum. Mungkin gadis itu belum da pat dikatakan memiliki kecantikan yang membuat orang menahan napas, namun tidak dapa t dipungkiri dia sungguh-sungguh manis dan menarik, dia mengenakan jubah yang berw arna putih yang terlihat seringan bulu. Dia memakai sebuah kalung emas dilehernya yan g putih dimana pada kalung tersebut tergantung dua buah bel emas. Dia juga mengenakan ge lang emas yang juga terdapat bel di kedua lengannya. Saat angin berhembus, seluruh tu buhnya berbunyi gemerincing dengan melodi yang menarik. Namun gadis itu tidak mengenakan pakaian seperti itu sebelumnya. Sebelumnya, dia mengenakan baju merah yang besar. Sebelumnya dia berdiri di ujunt tiang bendera yang tinggi. Sekarang dia berdiri dibawah pohon itu.

Ada sebuah meja kayu di depannya. Di atas meja terdapat sebuah boneka yang menge nakan baju merah, medali perak berbentuk bunga, kristal berwarna ungu, rantai berwarna pelangi, kantung yang dibordir, kandang burung, dan aquarium kecil. Kupu-kupunya yang baru saja ditangkapnya terdapat diantara barang-barang itu jug a. Siapa yang tahu darimana dia mendapatkan semua barang-barang ini? Yang lebih aneh lagi , di dalam kandang burung terdapat sepasang burung kenari dan di dalam aquarium kecil terdapat dua ekor ikan emas. Saat anak-anak melihatnya, sepertinya mereka sedang melihat seorang dewi yang tu run dari awan, Dia menepukan tangannya dan berkata,, Baiklah, kalian semua berbaris. Kali semua datang kemari dan pilih salah satu yang kalian suka. Tapi kalian sebaiknya hanya mengam bil satu barang saja, kalau kalian serakah aku akan memukul pantat kalian. Tenti saja anak-anak itu berkelakuan baik. Anak pertama melangkah kedepan dan me lihat dengan bingung. Dia belum pernah melihat barang-barang seperti ini sebelumnya. S etelah menatap beberapa lama, akhirnya dia memilih medali perak. Anak kedua mengambil b urung kenari. Gadis bermata bulat besar itu tersenyum dan berkata, Bagus! Pilihan yang sangat b agus, satu dari kalian akan tumbuh menjadi seorang pengusaha, dan yang lainnya akan tu mbuh menjadi sastrawan. Kedua anak kecil itu tersenyum balik dengan riangnya. Anak ketiga seorang anak p erempuan dan dia memilih kantung berbordir. Anak keempat adalah anak yang paling kecil, d ia ingusan dan dia akhirnya memilih kupu-kupu mati. Tahukah kau ada barang-barang lain yang lebih bagus dari pada kupu-kupu mati? Gadi s bermata bulat besar itu bertanya. Anak itu menganggukan kepalanya. Lalu kenapa kau pilih kupu-kupu mati? Kalau aku mengambil yang lain, anak-anak lainnya akan merebutnya dariku. Aku tida k cukup besar untuk melawan mereka, jadi lebih baik aku memilih mengambil barang y ang tidak seorangpun yang menginginkannya. Jadi, paling tidak aku dapat memainkannya selama beberapa hari. Anak kecil itu berkata dengan gagap.

Kau betul-betul anak yang pintar. Gadis itu berkata dengan manis. Anak kecil itu m emerah mukanya dan malu-malu sambil menundukan kepalanya. Gadis itu mengedipkan matanya dan berkata, sepertimu. Dia selalu dipalak? Sebenarnya, aku mengenal seseorang

Anak kecil itu bertanya.

Sebelumnya, orang lain lebih kuat darinya, jadi dia harus mengalah daripada harus berkelahi dengan mereka. Dan kemudian apa yang terjadi?

Karena alasan itu, dia bekerja dengan sangat keras untuk membuat dirinya lebih ba ik. Sekarang, tidak ada seorangpuna yang berani memalaknya Anak itu tertawa dan berkata, Dia pasti selalu memperoleh barang yang baik sekara ng. Betul sekali. Jadi bila kau menginginkan sesuatu yang baik, kau harus menjadi sep erti dirinya dan bekerja dengan sangat keras. Mengerti kan? Aku mengerti. Bila kau tidak ingin seseorang memalakmu, maka kau harus memiliki kemampuan untuk mengambilnya kembali. Tepat sekali. Gadis itu berseru. Dia melepaskan salah satu bel emasnya dari lengan nya dan berkata, Sini, aku berikan ini padamu. Bila seseorang berusaha merebutnya, kataka n padaku dan aku akan memukul pantat mereka. Anak kecil itu menggelengkan kepalanya dan menjawab, sekarang. Aku tidak menginginkan itu

Kenapa tidak? Karena cepat atau lambat kau akan pergi. Kemudian anak-anak yang lain akan merebu tnya dariku. Aku akan menunggu sampai aku memiliki kemampuan, lalu aku akan mengambil semua yang bagus untukku. Gadis itu bertepuk tangan dan berkata, Bagus! Kau pasti akan memiliki masa depan yang cerah. Seperti temanmu itu kan? Tepat sekali! Dia mengembangkan lengannya dan memeluk anak kecil itu. Muka anak ke cil itu memerah seraya dia berjalan pergi. Tiba-tiba anak itu berbalik dan bertanya kepadanya, Siapakah nama temanmu itu, ya ng bekerja dengan sangat kerja sehingga membuat dirinya menjadi lebih baik? Kenapa kau ingin tahu? Karena aku ingin menjadi seperti dirinya. Aku ingin menyimpan namanya di dalam ha tiku sehingga aku tidak akan pernah lupa. Gadis itu tersenyum dan menjawab dengan jelas, Baiklah, dengarkan baik-baik yah. Nama

keluarganya Ye, nama panggilannya Kai. Semua anak-anak itu akhirnya pergi. Gadis itu kemudian menguap kemalas-malasan d an menyender ke batang pohon sesaat matanyayang bulat besar memandang ke arah Ye Ka i. Ye Kai tersenyum balik. Kedua mata gadis itu bergetar sesaat berkata, Apakah kau sangat bangga? Semuanya itu hanya mengatakan seseorang anak yang sepertimu. Sebetulnya dia harus belajar darimu. Ye Kai menjawab. Belajar apa?

Bahwa saat kau melihat sesuatu yang menarik, maka harus meranpasnya secepat mungk in. Siapa yang peduli bila seseorang akan merebutnya darimu kembali. Gadis bermata bulat besar itu menggigit bibirnya dan menjawab, Sebenarnya, bila h al itu sungguh-sungguh aku sukai, walaupun seseorang akan merebutnya, aku pasti akan menemukan cara untuk merebutnya kembali. Ye Kai menghela napas dan berkata, Namun siapa yang berani merebut barang dari no na besar Ding? Gadis itu terkikik dan menjawab, tnya dariku.

Itu untuk kebaikannya untuk tidak mencoba merebu

Ketawanya sangat mempesona, seperti bunga yang mekar saat bel yang berada ditubu hnya bergemerincing. Namanya Ding Ling Lin. Bunyi bel yang dipakainya bergemerincing seperti namanya. Namun bunyi belnya tidaklah menghibur, juga tidak ada suatu yang lucu dengan bunyi bel nya. Sesunggunya bunyi tersebut menyeramkan. Sebenarnya, banyak orang di dunia persil atan ketakutan setengah mati terhadap bunyi bel Ding Ling Lin. Namun Ye Kai tidak kelihatan sama sekali takut. Sepertinya tidak ada seseuatupun di dunia ini yang mengejutkannya. Setelah Ding Ling Lin berhenti tertawa, dia menatap Ye Kai dan bertanya, ah kau sudah lupa?

Ah, apak

Lupa apa? Ye Kai bertanya balik. Apa yang kau minta kepadaku sudah kulakukan. Oh? Kau ingin aku berpura-pura menjadi Lu Xiao Jia dan menyelidi latar belakang semua orangorang tersebut. Sepertinya kau tidak menemukan sama sekali. Kau tidak boleh menyalahkanku untuk hal itu. Lalu siapa yang harus disalahkan? Salahkan dirimu sendiri. Kau sendiri yang mengatakan dia tidak akan datang terlal u awal. Kapan aku mengatakannya?

Kau juga yang mengatakan kalau dia datang, kau tidak akan membiarkan dia mempermainkan ku. Aku tidak ingat kau telah dipermainkan. Tapi saat aku berurusan dengan orang seperti dia? Siapa yang suruh kau malah cari gara-gara dengan orang lain bukannya malah melaku kan tugasmu?

Mata Ding Ling Lin tiba-tiba melebar lebih menakutkan daripada bunyi belnya, g lain? Apanya yang orang lain? Apa hubunganmu dengannya? Kenapa kau masih saja membelanya? Baiklah paling tidak dia tidak mencari gara-gara denganmu. tersenyum.

Oran

Ye Kai berkata sambil

Tap dia cari gara-gara denganku. Aku melihatnya berdiri disampingmu dan itu sanga t membuatku sebal. Setiap orang berpikir bahwa dia cemburu ke Lu Xiao Jia, siapa tahu sebetulnya ha l itu disebabkan oleh Ye Kai. Kata-kata yang diarahkan kepada Lu Xiao Jia sebetulnya d itujukan kepada Ye Kai. Dia bertolak pinggang dan berkata, Aku telah berusaha mencarimu selama tiga bulan dan akhirnya aku menemukanmu disini. Kemudian, kau menginginkanku berpakaian dan ber gaya sebagai orang lain, yang aku ikuti dengan patuh. Apa kesalahan yang aku buat? Ka takan padaku. Dia menghentakan kakinya yang juga diikut dengan suara bunyi belnya. Namun suara nya lebih menggema dari pada bunyi belnya. Bahkan, meskipun ada perkataan yang ingin diucapkan Ye Kai, dia tidak memiliki kesempatan untuk mengucapkannya. Aku bertanya padamu, karena kau memiliki urusan dengan Ma Kong Qun, kenapa membantu anak perempuannya? Apa yang telah kau lakukan dengan pelacur kecil itu sehingga kau tidak bisa melihat yang lebih baik? Tidak ada sama sekali. Ding Ling Lin tersenyum dingin dan berkata, Baiklah, kau telah mengatakannya send iri. Karena wanita itu tidak ada hubungannya denganmu, maka aku akan membunuhnya sekarang. Sudah dapat dipastikan apapun yang Nona Ding katakan, dia pasti akan melakukanny a. Ye Kai meloncat kedepan dan meraihnya. Jumlah wanit yang aku kenal di dunia ini hanya beberapa. Apakah kau akan mencari mereka semua dan membunuhnya juga? Ye Kai berkata sambil bergurau. Aku hanya ingin membunuhn yang satu ini. Kenapa? Karena aku rasa aku suka melakukannya. Ye Kai menghela napas dan bertanya, Baiklah, apa yang kau ingin aku lakukan? Mata Ding Ling Lin bersinar, Pertama, mulai sekarang tidak peduli kemanapun kau p

ergi, kau tidak boleh berpisah dariku. Mmmm. Ye Kai menjawab. Ding Ling Lin memainkan matanya yang bulat besar dan menggigit bibirnyayang menggemaskan. Dia menatap Ye Kai melalui sudut matanya dan menambahkan, Juga, aku

ingin kau menggandeng tanganku dan berjalan keliling kota, sehingga setiap orang tahu bahwa kita berpasangan. Apakah kau setuju? Ye Kai menghela napas dan tersenyum, Lupakan untuk menggandeng tanganmu, meskipun

kau memintaku memegan kakimu, aku pasti bersedia. Ding Ling Lin mulai tertawa. Seluruh tubuhnya berbunyi gemerincing yang mengirin gi suara ketawanya dengan harmonisnya. Matahari telah terbenam. Dataran terlihat seperti sebuah roti yang baru saja dikeluarkan dari dalam oven. Rumput dan pepohonan serupa dengan bawang bombay dan bawang merah di atas roti. Bila kau me raih dan menyentuhnya, maka kau akan mengetahui betapa panasnya. Ma Fang Ling memacu kudanya melewati padang rerumputan. Padang rerumputan tersebut sangat lebar dan luas. Langit yang cerah terentang hi ngga puluhan ribu mil jauhnya. Butiran-butiran keringat mulai menetes dari ujung hidungnya. Dia merasa seluruh tubuhnya terperangkap di dalam oven. Dia tidak punya tujuan untuk pergi. Satu-satunya yang dia ketahui adalah dia san gat putus asa. Secara tiba-tiba dia merasakan betapa kasiannya dirinya sendiri. Meskipun dia memiliki keluarga, tidak ada seorangpun yang mengerti dirinya. Nyon ya Ketiga Shen telah pergi, seakarang ayahnya pun tidak tahu kemana. Teman? Dia tidak memiliki teman. Semua pelatih kuda itu sebenarnya bukan temante mannya. Dan Ye Kai sebaiknya Ye Kai pergi jauh-jauh dan mati saja.

Dia tiba-tiba merasa sendirian di dunia ini. Perasaan tersebut betul-betul memba wanya mendekati kegilaan. ooOOOoo Bab 24. Bendera Besar Berkibar di Senja Hari Bendera Gedung Sepuluh Ribu Kuda yang besar dan khas berkibar dengan megahnya te rtiup angin. Bila kau berdiri dari kejauhan, bendera tersebut kadang terlihat seperti sebuah saputangan yang melambaikan selamat tinggal. Kelima tulisan tebal berwarna merah di atasnya adalah darah dan airmata kekasihnya.

Kelima tulisan tersebut mungkin ditulis oleh darah dan airmata.

Seseorang berdiri membisu di tengah-tengah padang rumput memandangi bendera yang berkibar tertiup angin tersebut. Tubuhnya tinggi dan kurus dan membawa hawa kese pian dan keterkucilan. Dia berdiri ditengah-tengah lautan rumput yang berwarna biru kehijauan seperti s ebuah pohon yang kokoh. Pohon yang kuat dan keras, sendiri dan terkucil. Namun, bukank ah pohon mengalami rasa sakit dan kebencian di dalam hatinya? Ma Fang Ling melihatnya, melihat golok ditangannya. Seorang yang dingin dan tak berperasaan. Golok pembawa petaka. Namun untuk suatu alasan tertentu saat dia melihatnya, hatinya dipenuhi dengan kehangatan yang sulit dijelaskan. Seperti rasa arak yang menguap ditenggorokanmu . Dia seharusnya tidak boleh merasakan perasaan seperti itu. Hanya seorang yang kesepian yang mengerti perasaan orang lain yang merasakan jiw anya kesepian. Namun, gadis itu tidak ingin berpikir lagi, kudanya dipacu kearahnya. Fu Hong Xue sama sekali terlihat tidak menyadari kehadirannya paling tidak sehar usnya dia menolehkan kepalanya. Dia melompat turun dan berdiri menatap bendera itu juga. Saat angin berhembus, d ia dapat mendengarkan napasnya sendiri yang memburu. Angin tidak bertiup terlalu kencang. Sepertinya dia ditekan oleh besarnya tenaga yang muncul dari matahari yang berge rak terbenam. Namun angin bertiup cukup kencang untuk membuat bendera itu tetap berg erak. Aku tahu yang ada dipikiranmu. Ma Fang Ling tiba-tiba berkata. Fu Hong Xue tidak mendengarnya, dia menolak mendengarkannya. Kau berpikir suatu hari kau pasti datang menurunkan dan merobek bendera itu. ng

Ma Fa

Ling berkata. Fu Hong Xue menutup bibirnya, dia menolak untuk berbicara. Tetapi dia tidak dapat menghentikan Ma Fang Ling berhenti berbicara. Gadis tiu t ertawa dingin dan berkata, Namun hari itu tidak akan pernah datang! Tidak akan pernah! Pembuluh darah ditangan Fu Hong Xue mulai membesar. Jadi aku menasihatimu untuk pergi, semakin jauh semakin baik. Fu Hong Xue tiba-tiba menoleh dan menatapnya. Matanya berapi-api, sepertinya dia ingin

membakar gadis itu. Kemudian, dia berkata, Tahukah kau yang aku ingin potong bukanlah bendera itu, ak an tetapi kepala Ma Kong Qun! Nada suaranya lebih tajam dari mata pedang. Ma Fang Ling terhuyung mundur dua langkah tanpa disadarinya dan berteriak balik, Kenapa kau begitu membencinya?

Fu Hong Xue tiba-tiba tersenyum. Memperlihatkan giginya yang seputih salju, seny umnya seperti seringai binatang buas. Setiap orang yang melihat senyum itu pasti melih at kebencian yang mendalam di hatinya. Ma Fang Ling kembali mundur setengah langkah dan berteriak, Kau tetap tidak akan pernah dapat menjatuhkannya. Dia lebih kuat dari yang kau bayangkan. Kau bukan tandinga nnya! Dia berteriak. Semakin marah seseorang, suaranya semakin keras. Suara Fu Hong Xue masih tenang, Tahukah kau kalau aku dapat membunuhnya. Dia suda h tua, sudah cukup tua. Dia mungkin akan melukai dirinya sendiri hingga mati. Ma Fang Ling menngertakann giginya, namun seluruh tubuhnya telah jatuh limbung. Sepertinya dia merasakan dia tidak memiliki kekuatan lagi untuk marah. Yang dia rasakan hanya ketakutan. Dia menundukan kepalanya dan berkata dengan sedih, Kau benar, dia sudah tua. Dia bukan apa-apa, melainkan hanya seorang tua yang tidak memiliki tenaga lagi sekarang. M eskipun kau membunuhnya, kesenangan apa yang kau dapatkan? Sorot kejam keluar dari kedua mata Fu Hong Xue, mengampuni nyawanya? Apakah kau memohon untuk

Aku ya, aku memohon padamu. Aku tidak pernah memohon pada siapapun seumur hidupku. Kau pikir aku akan setuju? Bila kau setuju, aku akan Kau akan apa? Mata Ma Fang Ling tiba-tiba memerah, dia menundukan kepalanya dan menjawab, Aku akan melakukan semua yang kau minta. Bila kau ingin aku berjalan, maka aku akan berjalan. Bila kau ingin aku lari, maka aku akan lari. Saat perkataan tersebut keluar dari mulutnya, dia menyesal telah mengatakan itu semua. Dia tidak mengerti kenapa dia berkata seperti tadi, tidak bahkan tidak yakin apakah dia bermaksud seperti itu atau tidak. Apakah karena dia hanya berusaha membuatnya pe rgi? Apakah karena dia dengan bingung menginginkannya sejak hari itu? Bersikap seperti itu pada seseorang seperti dia terlalu sembrono, terlalu berbah aya dan terlalu menakutkan. Untungnya Fu Hong Xue tidak menolaknya. Dia hanya menatapnya dingin. Tiba-tiba g adis itu

menyadari bahwa sorot matatnya tidak hanya kejam, namun dia merasakan suatu hal yang sulit dicerna melalui sorot yang aneh seperti itu. Sepertinya dia berkata, Kau menolakku hari itu, kenapa kau balik kepadaku sekaran g? Perasaan Ma Fang Ling seperti diaduk-aduk di dadanya. Cemoohan yang tak terucapk an seperti itu lebih buruk dari pada diabaikan. Fu Hong Xue memandangnya dan tiba-tiba berkata, Aku hanya ingin tahu. Apakah kau memohon padaku untuk ayahmu? Atau untuk dirimu sendiri?

Dia tidak menunggu balasan. Sesaat dia menyelesaikan ucapannya, dia berbalik dan mulai berjalan pergi. Kaki kirinya melangkah maju, dan kaki kanannya diseret dari bela kang. Cara melangkahnya yang aneh dan kaku kadang-kadang berubah menjadi seperti ejekan. Ma Fang Ling mengepalkan jari-jarinya dan mengatupkan giginya namun dia tidak da pat menahan dirinya sesaat dia jatuh limbung. Kotoran ditanah terasa panas asin dan panas pahit. Airmatanya pun terasa sama. Sebelumnya dia mengasihani dirinya sendiri, n amun sekarang dia membenci dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri hingga ke ti tik kegilaan, dia membenci dirinya sendiri hingga mati. Dia berharap bumi akan membelah dan menelannya kedalamnya. Sebelumnya dia ingin menghancurkan orang yang telah mengabaikannya, sekarang dia ingin menghancurkan dirinya sendiri. Cahaya matahari menyinari jalan raya. Tidak ada seorangpun di jalan, namun dibal ik pintu yang retak dan dibalik celah jendela, beberapa pasing mata mengintip keluar meli hat kepada satu orang. Lu Xiao Jia. Dia tengah mandir di dalam bak mandi yang besar setinggi tujuh kaki yang diletak an di tengah jalan. Air didalamnya cukup dalam, saat dia berdiri di dalamnya bagian uj ung atas kepalanya sepenuhnya terendam. Sepasang baju baru seputih salju terlipat dengan rapih diatas papan disamping bak mandi. Pedangnya juga diletakan disana, bersama denga n sekantong besar kacang. Dia hanya cukup menjangkaukan tangannya untuk mengambil pedangnya, dia hanya cuk up menjangkaukan tangannya untuk mengambil kacang-kacangnya. Kemudian, dia mengambi l kacang, membuka kulitnya, dan menjentikannya ke udara. Sesaat kacang tersebut te lah jatuh ke dalam mulutnya, perasaan puas dan senang terpancar dari wajahnya. Matahari bersinar dengan sangat panasnya, air tersebut juga telah mendidih, namu n tidak terlihat sedikitpun keringat diwajahnya. Sepertinya air tersebut masih kurang pa nas, dia berteriakn, Air panas, tambah air panas. Dua orang segera datang tergopoh-gopoh da ri pintu kecil membawa pot. Salah satunya Ding Lao Si, dan yang lain Hu Ji Shou. Di a berlari seperti seekor tikus yang mulutnya dibubuhi arak, dia adalah penjaga toko makana n. Penampilan seperti seekor tikus yang sedang mencuri makanan. Kenapa hanya kalian berdua? Dimana orang yang bernama keluarga Chen? Dia tidak bisa kesini saat ini, dia mungkin sedang mencari seorang wanita untukmu

seperti yang kau minta. Tidak banyak wanita disini.

Penjaga toko Hu berkata.

Sesaat perkataannya selesai diucapkan, tiba-tiba di melihat seorang wanita yang benarbenar layak untuk dipandangi. Dia berjalan bersamaan dengan terdengarnya bunyi bel. Suara ketawanya sama menar iknya dengan suara gemerincing belnya. Cahaya matahari menyinari seluruh tubuhnya yang memancarkan cahaya emas, yang masih memperlihatkan kulitnya yang seputih salju. Dia mengenakan jubah tipis berwarna putih. Saat angin bertiup, jantung pria pasti ak an berhenti. Tangannya yang halus, indah dan panjang sementara jari-jarinya sedang mengganden g tangan seorang pria.

Penjaga toko Hu tidak tahan untuk terus menatap. Semua pasang mata dibalik jende la dan pimtu juga tidak tahan untuk menatapnya juga. Mereka dapat mengenali bahwa gadis itu adalah gadis yang sangat menyukai Lu Xiao J ia. Namun tidak seorangpun membayangkan bahwa gadis itu sedang menggandeng tangan Ye Kai dengan erat, dan bahwa dia tiba-tiba akan muncul disini. Hati wanita dapat b erubah dengan cepat, namun tidak akan secepat ini? Ding Ling Lin tidak peduli dengan pikiran orang lain. Tidak ada seorangpun di da lam pandangan matanya kecuali Ye Kai. Dia tersenyum dan berkata, Hari ini adalah hari yang tepat untuk membunuh orang, tapi kenapa orang masih memilih untuk membunuh seeko r babi? Membunuh seekor babi? Ye Kai menjawab. Apa lagi yang kau butuhkan dengan segitu banyak air panas? Ding Ling Lin bertanya.

Ye Kai tersenyum, Aku dengar kita juga membutuhkan banyak air hangat saat melahir kan. Anehnya, saat bayi itu lahir, dia langsung tumbuh besar. Mungkinkah itu setan? Ding Ling Lin menganggukan kepalanya dengan mengejek dan menjawab, monster. Pasti sejenis

Seseorang dari balik salahs atu pintu tidak tahan untuk tertawa geli. Namun tawa geli itu segera berubah menjadi jeritan ketakutan. Sebuah kulit kacang meluncur melalui c elah pintunya dan menyambar langsung dua buah giginya. Ekspersi wajah Lu Xiao Jia masih sedingin es. Dia terlihat seperti sedang duduk di dalam air yang beku sesaat dia memandang Ding Ling Lin dan berkata, Jadi inilah Nona Ding y ang mematikan. Mata Ding Ling Lin bergerak saat menjawab dengan mempesona, Mematikan adalah kata

yang kasar, kenapa kau tidak menyebutku dengan sesuatu yang lebih menyenangkan? Aku seharusnya menyadari bahwa kaulah orangnya, tidak banyak orang yang berani mengaku-ngaku diriku. Lu Xiao Jia berkata. Sebenarnya, namamu pun terdengar kurang menyenangkan juga. Aku selalu heran kenap a orang-orang menyebut Kijang Bunga Plum. Ding Ling Lin menjawab. Mungkin karena tanduk seekor kijang sangat tajam, dan dapat membunuh siapapun yan

g menyentuhnya.

Lu Xiao Jia berkata.

Mungkin seharusnya mereka menyebutmu Sapi Air yang Gagah. Bukankah tanduk mereka lebih tajam? Ding Ling Lin menjawab. Lu Xiao Jia menundukkan kepalanya. Dia menyadari berebut omong maju mundur denga n wanita adalah tindakan yang sia-sia, jadi dia tiba-tiba mengubah pembicaraan dan bertanya, Bagaimana kakak laki-laki tertuamu?

Ding Ling Lin tersenyum dan menjawab, Dia selalu sangat baik. Baru-baru ini, dia memenangkan sebuah pedang yang bagus melalui duel dengan Pendekar Pedang Paus Terbang dari Lautan Selatan. Tahukah kah betapa dia menyukai pedang-pedang yang bagus. Dan kakak laki-laki keduamu? Tentu saja dia baik-baik juga. Baru-baru ini, dia menyerbu Gedung Macan Angin di Hebei dan meninggalkan tempat tersebut dengan porak-poranda. Dia juga memenggal kepala

pemimpin ketiga macan. Tahukah kau betapa dia menyukai membunuh para begal. Ding Ling Lin menjawab. Kakak laki-laki ketigamu? Dia telah melakukan yang terbaik dari mereka semua. Dia berduel dengan NanGong bersaudara dari Gu Su selama tiga hari sekaligus dalam hal lagu, catur, puisi da n pedang. Dia memenangi duel dan pulang kerumah dengan membawa tiga puluh gentong Arak Wan ita Merah yang sangat bagus serta sekumpulan penyanyi wanita muda. Tahukah kau Tuan Ketiga Ding menyukai wanita yang cantik dan arak yang bagus. a. Dan apakah yang disukai oleh saudara ipar laki-lakimu? Tentu saja saudara perempuanku. Berapa orang saudara perempuanmu? Tidak banyak, hanya enam. Tentunya kau telah mendengar Keluarga Ding, Tiga Jago Pedang dan Tujuh Bidadari. Lu Xiao Jia tiba-tiba tertanya dan menjawab, Sangat bagus. Ding Ling Lin memandanginya dan bertanya, Apa? Yang aku maksud adalah, sangat bagus bahwa banyak wanitanya dan sangat sedikit la ki laki dalam keluarga Ding. Apa yang bagus mengenai hal itu? Kau harus tahu bahwa aku tidak menyukai membunuh wanita. Lu Xiao Jia berkata. Oh? Aku hanya harus membunuh tiga orang saja. Ding Ling Lin terlihat sangat senang dan menjawab, Apakah kau sedang bersiap-siap untuk membunuh ketiga kakak laki-lakiku. Kau hanya memiliki tiga kakak laki-laki, kan? Ding Ling Lin berkat

Lu Xiao Jia bertanya.

Ding Ling Lin menghela napas dan berkata, Itu tidak bagus. Apa? Lu Xiao Jia berkata. Tidak ada seorangpun yang disini saat ini, tentu saja itu tidak bagus. Dan bila mereka disini? Lu Xiao Jia bertanya.

Maka mereka akan membunuhmu. Ding Ling Lin berkata. Lu Xiao Jia menatapnya. Matanya perlahan-lahan bergeser dari wajahnya ke kantung kacang. Kelihatannya akhirnya dia menemukan sesuatu yang menyenangkan matanya, sehingga dia terlihat sangat puas dengan dirinya. Bahkan kedua matanya yang taja m berubah melembut. Dia mengambil sebuah kacang, membuka, dan menjentikannya ke udara. Kacang terseb ut berkilat-kilat dibawah cahaya matahari. Dia mengikuti kacang tersebut agar jatuh ke dalam mulutnya dan menutup kedua matanya. Kemudian, dia menarik napas panjang dan mula i mengunyah perlahan-lahan. Matahari yang hangat. Air yang hangat. Kacang yang manis. Dia menemukan segalany a sangat menyenangkan. Ding Ling Lin sama sekali tidak merasa senang. Semuanya ini seperti permainan da n permainan ini harus diteruskan. Dia bahkan telah merencanakan dengan hati-hati b agaimana hal ini akan diakhiri. Siapa yang mengira ternyata Lu Xiao Jia seorang aktor yan g menyebalkan. Sepertinya dia telah sepenuhnya melupakan sisa skenario dan menolak untuk meneruskan. Hal ini betul-betul membuat kesal. Ding Ling Lin menghela napas dan berbalik ke arah Ye Kai, at melihat sendiri orang seperti apakah dia. Ye Kai menganggukan kepalanya dan menjawab, . Laki-laki yang pintar? Mulai sekarang, kau dap

Dia betul-betul laki-laki yang pintar

Ding Ling Lin bertanya.

Laki-laki yang pintar tahu bahwa lebih baik menggunakan mulutnya untuk mengunyah kacang dari pada berebut omong dengan wanita. Ye Kai menjawab. Ding Ling Ling merasa gatal menggunakan mulutnya untuk menggigitnya. Bila Ye Kai memanggil Lu Xiao Jia tuli atau pengecut, maka dia pasti akan meneru skan. Siapa tahu ternyata Ye Kai juga seorang aktor yang menyebalkan, sepenuhnya tidak beker ja sama dengan maksudnya.

Saat Lu Xiao Jia selesai mengunyah kacang tersebut, dia menghela napas dalam-dal am dan berkata, Jadi ini waktunya seorang wanita menyukai melihat laki-laki mandi, kalau tidak kenapa dia masih disini? Ding Ling Ling menghentakan kakinya, menyentakan tangan Ye Kai sesaat wajahnya memerah dan berkata, Mari pergi! Ye Kai mengikutinya pergi. Saat mereka membalikan kepalanya, mereka telah meliha t Lu Xiao Jia tertawa dengan terpingkal-pingkal. Ding Ling Lin menggertakan giginya dan menancapkan jarinya ke tangan Ye Kai. Apakah tanganmu terluka? Tidak. Ye Kai bertanya.

Ding Ling Lin menjawab. Ye Kai berkata.

Lalu kenapa tanganku terluka sangat parah?

Sebab engkau orang tolol, kau tidak pernah mengatakan yang seharusnya kau katakan . Ding Ling Lin menjawab dengan marah. Aku tidak pernah mengucapkan yang tidak ingin aku ucapkan juga. bil tersenyum pahit.

Ye Kai berkata sam

Kau tahu apa yang aku inginkan untuk kau katakan? Apapun yang ku katakan pasti tidak ada gunanya. Kenapa begitu? Karena Lu Xiao Jia telah tahu bahwa kita berusaha mencari gara-gara dengannya, da n dia dia merasa lebih baik mendiamkannya saja. Bagaimana kau begitu yakin kalau dia sepintar itu? Karena kalau dia tidak seperti itu, maka dia sudah menjadi kijang mati sekarang. Kelihatannya kau terlalu mengaguminya. Ding Ling Lin berkata sambil tersenyum ding in. Namun dia bukanlah seorang yang paling aku kagumi. Siapakah dia? Aku sendiri. Ding Ling Lin tidak tahan untuk tertawa, Aku tidak dapat melihat satu halpun yan g mengagumkan dari dirimu. Paling tidak satu hal. Apakah itu? Saat seseorang mencakarku dengan kuku jarinya, aku tidak merasakannya sama sekali . Ding Ling Ling akhirnya tidak tahan untuk tersenyum dengan menariknya. Dia tibatiba merasa puas dengan apa yang telah terjadi. Dia bahkan tidak menyadari sepasang mata sedang menatap mereka. Sorot mata Ma Fang Ling dipenuhi dengan perasaan iri dan cemburu saat mereka ber jalan ke toko pakaian wanita Chen Da Guan. Mereka memutuskan untuk menunggu disini. Merek a akan menunggu hingga Fu Hong Xue tiba. Mereka akan menunggu disana hingga duel y ang mengerikan itu berlangsung. Ding Ling Lin sudah agak kesal karena telah kehilangan kesempatan untuk membeli beberapa pasang baju. Sangat sedikit wanita yang melewati kesempatan untuk membe li baju baru. Ma Fang Ling menatap pada kedua tangan mereka yang saling bergandengan, sepertin ya kedua tangan mereka telah mengikat hati mereka. Bagaimana bisa tidak seorangpun pernah

memegang tangannya seperti itu? Dia membenci dirinya sendiri, dia membenci kenya taan bahwa dia tidak pernah disukai oleh orang lain.

Pada ujung dinding keadaan remang-remang, bahkan sinar matahari tidak dapat mema suki tempat itu. Dia merasa dirinya yatim piatu yang telah diabaikan oleh orang tuany a saat lahir. Air panas telah tiba. Lu Xiao Jia menatap Penjaga toko Hu dari toko bahan makananan menuangkan air pan as ke dalam bak mandi. Mengapa orang itu masih belum tiba juga? Orang yang mana? Penjaga toko Hu tersenyum pura-pura. Orang yang kalian semua inginkan untuk kubunuh. Dia akan kesini. Dia sendiri masih belum cukup. Siapa lagi yang kau harapkan datang? Seorang wanita. Aku baru saja mencari Chen Da Guan. Lu Xiao Jia tidak menjawab. Kedua matanya terfokus pada tangan penjaga toko Hu. Meskipun tangannya kuning dan mengeriput, namun terlihat sangat kokoh. Seember p enuh ari terlihat seperti ember kosong saat dia membawanya dan menuangkannya ke dalam bak mandi seperti tanpa memerlukan tenaga. Lu Xiao Jia tertawa dan berkata, Setiap orang berpikir kau adalah penjaga toko ba han makanan. Apaka kau benar-benar penjaga toko? Tentu saja Penjaga toko Hu menggumam. Tapi kau tidak terlihat seperti itu. Dia tiba-tiba merendahkan nada suaranya dan b erkata, Aku rasa kalian semua tidak perlu mengundangku kesini sama sekali. Kenapa begitu? Saat kalian ingin seseorang mati sebelum ini, kalian telah membunuh dirimu sendir i. Ember telah kosong, namun tangan yang memegangnya masih tergantung diudara. Akhirnya, sepasang tangan itu diturunkan sesaat penjaga toko Hu merendahkan suar anya juga, Kami mengundangmu kesini untuk membunuh, kita tidak mengundangmu untuk menginterogasi latar belakang kita. Lu Xiao Jia menganggukan kepalanya dan tersenyum, Masuk akal.

Harga yang telah kau tetapkan, kita telah membayarnya penuh. Dan tidak seorangpun dari kita yang menanyakan latar belakangmu. Namun bagaimana dengan wanita yang aku minta? Wanita

Sebelum penjaga toko Hu menyelesaikan ucapannya, suara kencang menginterupsinya, Tergantung wanita seperti apa yang kau cari? Suara itu suara seorang wanita. Lu Xiao Jia menolehkan kepalanya dan melihat seo rang gadis berjalan kearahnya dari balik dinding. Gadis muda yang cantik, namun kedua matanya dipenuhi dengan kesedihan dan kebencian. Ma Fang Ling berjalan ketengah jalan. Matahari menyinari wajahnya. Wajahnya memperlihatkan raut muka yang aneh. Raut wajahnya membuatnya seperti orang yang tidak bisa bernapas. Kedua mata Lu Xiao Jia menyapu dari kaki hingga ke kedua matanya dan akhirnya mu lutnya. Bibirnya terlihat halus dan basah, seperti buah yang matang. Kau menanyakanku wanita seperti apa yang kumau? Lu Xio Jia berkata sambil tersenyu m. Ma Fang Ling menganggukan kepalanya. Kau tepatnya jenis wanita yang aku inginkan. Kau tentunya sudah tahu hal itu. Lalu wanita yang yang kau inginkan sudah disini. Kau? Ya, aku. Lu Xiao Jia tersenyum. Kau pikir aku berbohong padamu? Tentu saja kau tidak akan bohong padaku, namun paling tidak kau harus tersenyum d ulu padaku. Jadi Ma Fang Ling tersenyum. Tidak ada seorangpun yang menyanggah dia tersenyum. Lu Xiao Jia mengerutkan kedua alisnya. Kamu masih belum puas? Lu Xiao Jia menghela napas dan menjawab, rlihat menangis saat sedang tersenyum. Aku tidak pernah menyukai wanita yang te

Ma Fang Ling menggigit bibirnya. Setelah beberapa saat, dia menjawab perlahan, Me skipun aku mungkin tidak dapat bersenyum dengan baik, aku dapat melakukan pekerjaan lai nnya dengan lebih baik. Apa lagi yang dapat kau lakukan? Apa lagi yang ingin aku lakukan untukmu? Lu Xiao Jia menatapnya. Tiba-tiba, dia mengambil handuk dari dalam bak mandi dan

melemparkannya kearahnya. Yang dilakukan oleh Ma Fang Ling adalah menangkapnya.

Tahukah kau gunanya benda itu? Lu Xiao Jia bertanya. Ma Fang Ling menggelengkan kepalanya.

Itu untuk menggosok punggung. Ma Fang Ling memandang handuk dikedua tangannya dan mulai bergetar. Dia bergetar dengan sangat kerasnya sehingga handuk ditangannya sampai terlepas. Namun cepatcepat dia mengambilnya kembali dan memegangnya dengan keras. Sepertinya dia mengenggam handuk itu dengan seluruh kekuatannya, pembuluh darahnya yang hijau telah membes ar dipunggung telapak tangannya. Namun kali ini dia memutuskan tidak akan membiarka n handuk itu lepas lagi dari tangannya. Dia tidak akan melepaskan apapun dari tang annya lagi. Dia telah kehilangan terlalu banyak. Lu Xiao Jia masih memandangnya dengan tajam, sepertinya dia sedang mencoba menus uk masuk ke hatinya. Dia menggigit bibirnya dan berkata, Aku punya satu pertanyaan lagi. Aku tidak menyukai wanita yang banyak bicara, tapi aku mengijinkannya hanya sekal i ini. Sekarang wanit yang kau inginkan sudah disini, tapi kenapa orang yang harus kau b unuh masih hidup? Kau tidak menginginkan dia hidup? Ma Fang Ling menganggukan kepalanya. Kau datang, karena kau ingin aku membunuhnya? Lu Xiao Jia tertawa, Omongan terakhir, aku jamin dia tidak akan hidup lebih lama lagi. ooOOOoo Bab 25. Pedang Yang Berkelebat Kesegala Arah Panas yang membakar. Seharusnya tidak pernah sepanas ini setelah turun hujan yang panjang. Butiran-butiran keringat mengalir pada tiap leher-leher orang-orang turun ke baj u mereka sehingga membuat baju mereka transparan. Seekor kadal yang besar merangkak perla hanlahan dibalikg sebuah batu sepertinya mencari tempat berteduh dari sengatan matahari. Rumput-rumput yang baru saja dibasahi oleh air hujan terlihat telah mengering ka rena panas matahari. Bahkan, hembusan anginpun terasa hangat. Angin yang berhembus dari padang rerump utan terasa seperti setan dari neraka yang sedang menghembuskan napasnya ke arah mere ka.

Keadaan di dalam ruangan hanya sedikit lebih baik. Sebuah konter selebar tiga kaki yang dibatasi oleh sutera dan satin yang berwarn a-warni yang dipasang dengan baut-baut, memajang pakaian-pakaian yang telah jadi. Ye Kai duduk

pada salah satu sudut dengan menjulurkan kaki dan melihat dengan kemalas-malasan ke arah Ding Ling Lin yang masuk ke toko melihat-lihat. Ada dua orang di toko tersebut. Yang satu sudah cukup tua dan berdiri menyender dengan kedua tangannya. Yang lainnya lebih lebih muda, sedang melongok keluar untuk mel ihat apa yang terjadi diluar. Keduanya telah menggeluti bisnis ini cukup lama. Mereka sudah tahu bahwa wanita tidak akan peduli dengan pendapat maupun usulan saat mereka sedang melihat-lihat dan m encari baju. Ding Ling Lin mengambil sebuah gaun berwarna hijau muda,mencoba-cobanya sebentar ditubuhnya, lalu mengembalikannya lagi. Dia menghela napas dan berkata, g kira mereka memilik stok yang banyak. Siapa yan

Orang-orang biasanya komplain kalau mereka hanya memiliki variasi stok yang sedik it, kau malah komplain stoknya terlalu banyak? Ye Kai berkata. Ding Ling Lin menganggukan kepalanya dan menjawab, Semakin banyak pilihan, semaki n susah aku memutuskan. Bila hanya ada beberapa yang dijual, maka aku dapat membor ong semuanya. Memangnya betul seperti itu. Ye Kai menghela napas. Karena Nyonya dan Nona Muda dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda seringkali mendatangi t oko kami, maka kami tidak punya pilihan selain menyediakan stok yang banyak. Kami sa ngat menyesali hal ini. Orang yang muda menjelaskan. Ding Ling Lin tidak dapat menahan ketawanya, Kenapa kau menyesali hal ini, ini bu kan kesalahanmu. Tamu selalu benar. Bila kau memiliki stok yang banyak, maka itu adalah kesalahan kami. Kalian betul-betul tahu cara menjalankan bisnis, sepertinya aku tidak memiliki pi lihan selain harus belanja sesuatu. Ding Ling Lin menjawab.

Orang yang lebih muda yang di pintu masuk menghela napas dan berkata, Aku tidak p ernah mengira, aku betul-betul tidak pernah mengira Kau, apa yang kau tidak pernah kira? Ding Ling Lin bertanya. Dia terlihat sedikit terkejut saat berbalik kearahnya dan berkata, Maaf, aku tida k berani menanyakan pertanyaan ini. Pertanyaan apaan sih? Ding Ling Lin bertanya. Aku hanya tidak pernah membayangkan kalau Nona Ma baru saja menggosok punggung seseorang. Orang yang lebih muda menjawab, Nona Ma? Anak perempuan kesayangan Majikan Ketiga dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Orang yang mengenakan baju merah?

Majikan Ketiga hanya memiliki seorang anak perempuan. Punggung siapa yang sedang dia gosok? Orang itu orang itu adalah orang yang sedang mandi di tengah jalan. Mata Ding Ling Lin membesar dan tiba-tiba menoleh ke arah Ye Kai. Kedua matanya sedang tertutup dan kelihatannya dia tidak mau ambil pusing. Hey, emangnya kau tidak dengar apa yang baru dia katakan? Ding Ling Lin menanyainy a. Mmm. Ye Kai menjawab. Teman baikmu sedang menggosok punggung seseorang, masa kau tidak mau melihat? Mmm. Apa maksudnya? Ye Kai menguap dan menjawab, Bila seorang laki-laki sedang menggosok punggun wani ta, sebelum kau mengatakannya kepadaku aku pasti sudah pergi melihatnya. Namun seora ng wanita sedang menggosok punggun laki-laki itu adalah hal yang biasa-biasa saja, apa yang musti dilihat? Ding Ling Ling menatapnya dan akhirnya dia tidak dapat menahan senyumnya. Orang yang muda menghela napas dan berkata, Aku rasa aku tahu kenapa Nona Ma mau merendahkan dirinya seperti ini. Oh? Nona Ma melakukan ini semua untuk Majikan Ketiga. Bagaimana bisa? Sipincang adalah musuh Majikan Ketiga yang mematikan. Dia khawatir kalau-kalau Ma jikan Ketiga sudah menjadi tua dan tidak setimpalh dengannya. Jadi dia bersedia merendahkan dirinya dengan harapan Lu Xiao Jia akan membunuhn s i pincang untuknya? Dia sungguh-sungguh anak perembuan yang berbakti. Orang tersebut menghela napas. Ding Ling Lin tersenyum dingin dan menimpali, Mungkin dia memang menikmati menggo sok punggung laki-laki. Orang yang lebih muda terkejut dan sepertinya ingin mengatakan sesuatu. Namun or ang yang lebih tua memelototinya dan dia menundukan kepalanya. Sesaat terdengar derap suara kaki kuda memenuhi udara. Jelas sekali suara itu be rasal dari lebih dari satu orang. Mata Ding Ling Lin melihat kesekitar saat dia berkata, Pergilah keluar dan lihatl ah dan

katakan kepadaku siapa yang datang kekota.

Meskipun pelayan muda itu kelihatannya sangat tidak suka kepadanya, dia masih me ngikuti perintahnya dan berjalan keluar. Mereka adalah pendekar-pendekar tua dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Berapa banyak? Paling tidak empat puluh sampai lima puluh. Ding Ling Lin membisu dan memandang Ye Kai dari sudut matanya. Kau pikir mereka a kan membantunya? Atau hanya melihat saja? Ye Kai menghela napas dan menjawab, Tergantung apakah mereka tolol atau pintar. Jadi kalau mereka membantu, mareka pasti orang tolol? Ding Ling Lin berkata. Seratus persen tolol. Ye Kai menjawab. Hanya orang yang seratur persen tolol yang melewatkan pertunjukan bagus. Ding Ling Lin menghela napas dan berkata, Jadi kau benar-benar tertarik untuk mel ihat apakah golok Fu Hong Xue atau pedang Lu Xiao Jia yang lebih cepat? Meskipun aku harus menunggu sampai tiga hari, itu masih pantas. Ye Kai menjawab. Itu sebabnya kenapa kau bukan orang tolol. Sama sekali bukan. Saat ini jalan telah dipenuhi oleh keributan-keributan, suara batuk dan suara te riakan, namun sebagian besar dari mereka yang melihat merasa kasihan atau terkaget-kaget . Banyak orang terkaget-kaget melihat Nona Ma menggosok punggung seseorang. Namun tidak ada seorangpun yang campur tangan. Betul-betul sedikit sekali orang tolol di dunia ini. Tiba-tiba, semua keributan itu tiba-tiba berhenti total. Bahkan anginpun seperti nya berhenti berhembus. Kedua pelayan toko tiba-tiba merasakan tekanan yang sangat besar yang sulit dije laskan dan membuat mereka susah bernapas. Mata Ding Ling Lin membesar, Dia telah datang, akhirnya dia telah datang Tidak ada seorangpun yang bergerak. Tidak ada seorangpun yang membuat suara. Setiap orang merasakan suasana saat itu penuh dengan tekanan sepertinya membuat mereka susah bernapas. Dia telah datang, akhirnya dia telah datang Matahari yang menyengat. Panas yang membara. Angin berhembus dari padang rerumputan. Orang tersebut datang dari padang rerump utan juga.

Tanah di jalan telah mengering dan pecah-pecah. Dia perlahan-lahan berjalan, kak i kirinya membuat langkah kecil kedepan, kemudian kaki kanannya diseret dari belakang. Set iap pandang mata sedang menatapanya. Matahari bersinar di atas wajahnya. Wajahnya putih pucat, seperti salju dan es dari puncak gunung yang jauh. Namun m atanya dipenuhi dengan api, kedua matanya menatap ke arah Ma Fang Ling. Tangan Ma Fang Ling berhenti. Handuk tersebut meneteskan air. Hatinya meneteskan darah. Satu tetes, dua tetes duka, kemarahan, rasa malu, kebencian. Kenapa kau belum juga pergi? Kenapa kau masih disini? Aku tidak dapat pergi, karena aku ingin melihat dia mati, di depan kedua mataku! Hatinya sedang bertarung dan bertempur, namun tidak sedikitpun emosi terlihat di wajahnya. Mata Fu Hong Xue beralih ke Lu Xiao Jia. Lu Xiao Jia bahkan tidak melihat sekeja ppun kearahnya. Sebaliknya, dia malah melambaikan tangannya ke arah Ding Lao Si dan p enjaga toko Hu. Yang dapat mereka lakukan hanyalah menuruti perintah. Orang yang kau ingin untuk kubunuh, apakah dia? Ding Lao Si ragu-ragu dan menoleh ke arah penjaga toko Hu. Mereka berdua kemudia n menganggukan kepalanya. Apakah benar-benar dia yang kau ingin untuk kubunuh? Benar sekali. Ding Lao Si menjawab. Lu Xiao Jia mengeluarkan tawanya dan berkata, Baiklah, maka aku pasti akan membunuhnya untukmu. Dia mengulurkan tangannya dan mengambil pedangnya. Fu Hong Xia segera mengenggamkan tangannya ke goloknya. Lu Xiao Jia masih belum melihat kepadanya saat dia memandang pedangnya dan berka ta, Aku selalu menepati apa yang kujanjikan. Sudah pasti. Ding Lao Si berkata, Jadi kau yakin? Lu Xiao Jia bertanya. Tentu Saja. Ding Lao Shi menjawab. Lu Xiao Jia menghela ringan dan berkata, berdua

karena kalian berdua yakin, maka kalian

bisa mati sekarang. Apa yang kau katakan. Aku mengatakan, kalian berdua bisa mati sekarang. Dia tiba-tiba mengayunkan pedangnya. Pedang tersebut bergerak dengan sangat perl aha,

dan sepertinya pedang itu tidak akan dapat menusuk siapapun juga. Saat Ding Lao Si

perlahan-lahan mengikuti pedang itu dengan kedua matanya, tiba-tiba dia terjatuh kaku. Kemudian, seluruh tubuhnya merasa kaku. Setiap orang menatap dengan kaget diwajahnya, tidak ada seorangpun yang tahu apa yang telah terjadi. Kemudian, tubuh Ding Lao Si telah rubuh. Saat dia jatuh ke lantai , darah keluar dari perutnya. Lalu, setiap orang menyadari bahwa ada pedang yang lainnya di dalam bak mandi, d an telah meneteskan darah. Saat Ding Lao Sia melihat pedang di tangan kanan Lu Xiao Jia, pedang di tangan kiri Lu Xiao Jia telah menembus bak mandi dan menusuk perutnya. Sesaat kemudian, penjaga toko Hu terjatuh juga. Darah telah mengucur dari tenggorokannya. Pedang di tangan kanan Lu Xiao Jia telah meneteskan darah juga sekarang. Saat pe njaga toko Hu menyadari bahwa ada pedang yang lain di tangan kiri Lu Xiao Jia, pedang di tangan kanannya tiba-tiba berubah arah dan melesat seperti kilat. Sebelum dia menyadari apa yang telah terjadi, pedang tersebut telah menusuk tenggorokannya. Tada seorangpun yang bergerak. Tidak ada seorangpun yang bersuara. Tidak ada seorangpun yang bahkan berani bernapas. Darah masih menetes dari ujung pedangnya. Saat dia melihat tetesan darah yang me njatuhi lantai, Lu Xiao Jia menghela napas dan berkata, Dalam pekerjaanku, bahkan saat mandipun, aku harus menyiapkan pedang tambahan. Paling tidak, sekarang kalian be rdua mengerti hal ini. Tapi aku tidak mengerti. Ma Fang Ling tiba-tiba bertanya. Lu Xiao Jia berkata.

Kau tidak mengerti kenapa aku membunuh mereka?

Tentu saja Ma Fang Ling tidak mengerti, Mereka bukanlah orang yang kau harus bunu h! Lu Xiao Jia menghela napas dan memutar kepalanya. Dia akhirnya melihat kepada ke dua mata Fu Hong Xue. Mengertikah kau? Tentu saja Fu Hong Xue pun tidak mengerti. Tidak ada seorangpun yang mengerti. Mereka tidak sungguh-sungguh mengundangku kesini untuk membunuhmu. Mereka hanya ingin membokongmu saat kita bertarung. Lu Xiao Jia menjelaskan. Fu Hong Xue masih tidak mengerti dengan jelas. Rencana mereka bagus. Tidak ada seorangpun yang dapat menghindari dari serangan senjata rahasia saat mereka bertarung denganku. Khususnya bila mereka melepaskan

nya dari bagian dalam bak mandi. Bagian dalam bak mandi? Fu Hong Xue bertanya.

Tiba-tiba terdengar suara PPEENNGG yang keras keluar dari bagian dalam bak mandi . Lalu, bak mandi hancur dan terbuka seluruhnya. Air muncrat kesegala arah, dibawah pant ulan cahaya matahari terlihat seperti kilasan sinar keperakan.

Sesaat, sesosok tubuh lari keluar dari bagian dalam bak mandi. Orang ini amat sa ngat cepat, namun pedang Lu Xiao Jia jauh lebih cepat. Pedangnya melesat dan diikuti dengan jeritan orang yang malang. Cucuran darah lainnya telah memenuhi jalan. Seorang lain telah rubuh ke atas lan tai. Dia Naga Punggun Emas! Tidak ada seorangpun yang membuat suara. Tidak ada seorangpun yang berani bernap as. Jeritan malangnya telah terbawa angin berhembus ke padang rerumputan. Setelah beberapa lama, Ding Ling Lin akhirnya menghela napas panjang dan berseru , Pedang yang amat sangat cepat! Ye Kai menganggukan kepalanya. Dia nampaknya setuju. Tidak ada seorangpun yang menyangkalnya. Sebatang besi yang ditempa menjadi peda ng, saat berada ditangan Lu Xiao Jia, sudah bukan sekedar pedang. Pedang tersebut be rubah menjadi senjata yang mematikan, kilatan cahaya yang berkelebat dari neraka yang paling dalam. Bahkan sekarang aku mengaguminya sekarang. Oh? Ye Kai berkata. Ding Ling Lin menghela napas.

Dia mungkin bukan orang yang pintar, atau orang yang baik, namun dia sudah pasti jago pedang yang hebat. Ding Ling Lin berkata. Tetes darah terakhir akhinya menetes ke atas lantai. Pandangan Lu Xiao Jia berge ser dari mata pedangnya lalu ke arah Fu Hong Xue. Sekarang kau mengerti? Fu Hong Xue menganggukan kepalanya. Tentu saja dia telah mengerti sekarang, seti ap orang juga mengerti. Ada ruangan kosong di bawah bak mandi, sangat cocok dan pas untuk tempat bersemb unyi didalamnya. Setelah bak mandi diisi dengan air, tidak ada yang dapat mengetahuin ya seberapa dalam bak mandi tersebut. Lu Xiao Jia pun tidak berdiri tegak, sehingga tidak ada seorangpun yang mengira terdapat ruangan dibawah bak mandi tersebut. Jadi bila N aga Punggung Emas melepaskan senjata rahasia dari sana, Fu Hong Xue tidak akan perna h mengira, bahkan di dalam mimpinya sekalipun. Jadi sekarang kau seharusnya mengerti aku mandi bukan karena aku takut menjadi ko

tor, tapi karena seseorang membayarku lima ribu tael perak. Lu Xiao Jia menghela napas dan melanjutkan, Bahkan Ye Kai pun pasti akan bersedia mandi untuk lima ribu tael per ak. Ye Kai menebarkan senyumnya. Ekspresi wajah Fu Hong Xue masih pucat dan sedingin es. Di bawah matahari yang membara, tidak ada setetespun keringat dikepalanya. Meskipun aku pikir rencana mereka sangat bagus. Namun mereka salah menilai satu h al. Fu Hong Xue tidak dapat menahan untuk bertanya, Apa?

Aku. Lu Xiao Jia menjawab. Oh? Aku telah membunuh sebelumnya dan aku akan selalu membunuh. Aku menyukai uang juga. Untuk lima ribu tael perak aku akan selalu bersedia mandi kapanpun dan dim anapun. Lu Xiao Jia tertawa seraya melanjutkan, Namun aku membenci orang yang mencoba memanfaatkanku. Dan aku membenci orang yang mengira dapat menggunakanku sebagai alat mereka. Fu Hong Xue menghela napas panjang. Es diwajahnya perlahan-lahan mulai meleleh. Bila aku membunuh seseorang, aku akan melakukannya sendiri. Lu Xiao Jia berkata. Itu kebiasaan yang bagus, Fu Hong Xue menjawab. Aku memiliki kebiasaan yang bagus lainnya. Oh? Kebiasaan lainnya yang kumiliki adalah aku tidak pernah menelan ucapanku sendiri. Aku mendengarkan. Jadi aku masih harus membunuhmu. Tapi aku tidak ingin membunuhmu. Kenapa? Karena aku tidak pernah menikmati membunuh orang sepertimu. Dan orang seperti apakah aku? Orang yang lucu. Lu Xiao Jia terlihat kaget, Aku lucu? Dia telah dicap berbagai hal yang jelek selama ini, namun tidak pernah seorangpu n memanggilnya lucu! Aku selalu merasa bahwa orang yang mandi sambil mengenakan celana lebih lucu dari pada orang yang melepaskan celananya. Fu Hong Xue berkata. Ye Kai tidak dapat menahan ketawanya. Begitu juga Ding Ling Lin. Orang yang sudah besar yang hanya mengenakan celana yang basah sungguh lucu. Dan

pada akhirnya, orang ini bukanlah jenis orang yang kau harapkan dapat membunuh. Lu Xio Jia tiba-tiba tersenyum dan berkata, Membingungkan, sungguh-sungguh membingungkan! Siapa yang sangka kalau kau ternyata orang yang membingungkan. Ak u selalu menyukai orang seperti ini. Kemudian, dia tiba-tiba menurunkan suaranya dan mengumumkan, Namun sayangnya aku masih harus mencabut nyawamu!

Sekarang juga? Sekarang juga! Dalam celana basah itu? Bahkan, meski aku tidak Sungguh bagus. Fu Hong Sungguh bagus? Lu Xiao Aku juga merasa sungguh u

mengenakan celana sama sekali. Xue berseru. Jia bertanya. disayangkan untuk membiarkan kesempatan ini begitu saja.

Hong Xue menjawab. Kesempatan apa? Kesempatan untuk membunuhku. Aku hanya memiliki kesempatan untuk membunuhmu sekrang juga?

Lu Xiao Jia menjawab.

Karena saat ini kau tahu bahwa aku tidak ingin membunuhmu! Fu Hong Xue menjawab. Apa yang kau maksudkan dengan perkataanmu? Lu Xiao Jia bertanya dengan ekspresi wajah yang berubah. Aku hanya ingin kau pun tahu bahwa aku pun tidak pernah menelan kembali ucapanku. Fu Hong Xue berkata. Lu Xiao Jia menatapnya, raut wajah aneh muncul diwajahnya. Wajah Fu Hong Xue benar-benar tidak beremosi. Kemudian, Lu Xiao Jia mulai tertawa. Disana terdapat kantong kulit dibawah tumpukan celana. Dia mencongkel kantong it u dengan pedangnya dan mengambil dua buah uang kertas dari dalamnya. Yang satu sen ilai sepuluh seribu tael perak dan yang lainnya senilai lima ribu tael perak. Meskipun aku belum membunuh seseorang, tapi aku sudah mandi. Jadi aku akan menyimpan yang lima ribu tael. Namun yang sepuluh ribu tael ini, akan kukembalik an kepadamu. Lu Xiao Jia melemparkan uang kertas tersebut kepada tubuh Ding Lao Si dan berkat a, Aku minta maaf yang sebesar-besarnya, sangat sulit bagi seseorang untuk menarik kemb ali apa yang telah diucapkan. Aku yakin kau tidak akan menyalahkanku. Tentu saja mereka tidak akan menyalahkannya. Orang mati tidak dapat membuka mulu tnya. Lu Xia Jia mengambil kantong itu dengan cara menutulkan pedangnya dan pergi begi tu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia bahkan tidak melirik sedikitpun kepada Fu Hong Xue atau Ma Fang Ling. Setiap orang hanya dapat melihat dia dengan bingung saat

dia melangkah pergi. Namun saat dia melewati Ye Kai, tiba-tiba kakinya berhenti. Ya Kai masih terseny um.

Lu Xiao Jia melihatnya dari atas ke bawah dan tertawa, Tahukah kau kenapa aku menyimpan lima ribu tael ini? Tidak, aku tak tahu. Ye Kai menjawab. Lu Xiao Jia memberikan uang kertas itu kepadanya dan berkata, kepadamu.

Untuk diberikan

Diberikan kepadaku? Untuk apa? Karena aku memohon sesuatu kepadamu. Apakah itu? Aku mohon kepadamu untuk mandi. Bila kau tidak mandi lebih lama lagi, aku rasa ak u akan mati tidak bisa bernapas karena bau busukmu. Dia tidak membiarkan Ye Kai menjawabnya, seraya dia membalikan badan dan melangk ah pergi. Ye Kai menatap uang kertas ditangannya dan tidak tahu apakah harus marah atau senang. Ding Ling Lin tidak dapat menahan ketawanya, Apapun yang terjadi, mandi untuk memperoleh lima ribu tael selalu layak untuk dilakukan. Ye Kai cemberut bercanda dan menjawab, Kau betul-betul mengaguminya kan? Ding Ling Lin mengedipkan matanya dan berkata, Namun orang paling aku kagumi bukanlah dia. Apakah dirimu sendiri? Ye Kai bertanya. Bukan, tapi dirimu. Ding Ling Lin menjawab. Jadi kau mengagumi ku juga? Ding Ling Lin menganggukan kepalanya dan berkata, Karena ada orang yang mau membayarmu lima ribu tael perak hanya untuk mandi. Ye Kai ingin melepaskan tawanya, namun dia menahannya. Karena kemudian, suara tangisan memenuhi telinganya. Mereka mendengar suara tangis Ma Fang Ling. Dia sudah berusaha untuk menahannya selama beberapa saat, dia telah berusaha menggunakan segenap tenaganya untuk mengendalikan dirinya. Namun hal itu telah melewati batas-batas daya tahannya da n dia tidak dapat menahan diri untuk menangis. Dia benar-benar mengalami kesedihan dan kemarahan yang amat sangat, karena dia merasa dirinya satu-satunya orang yang di sakiti dan dianiaya. Saat dia menangis, Fu Hong Xue berjalan melewatinya. Namun dia sama sekali tidak menoleh, bahkan sedikitpun tidak meliriknya. Seperti saat dia berjalan melewati

mayat Naga Punggung Emas. Seluruh penjaga berkuda dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda masih berdiri disisi. Bebe rapa menundukan kepalanya, yang lainnya memandang kearah yang lain. Mereka semua adal ah

orang yang gagah dan kasar, namun saat melihat anak perempuan Majikan Gedung tel ah dihina, mereka semua berpura-pura seperti tidak ada yang terjadi. Ma Fang Ling tiba-tiba melangkah kearah mereka dan menunjuk Fu Hong Xue saat dia melangkah berjaland dan terisak, Tahukah kau siapa dia? Dia adalah musuh besar Ma jikan Gedung. Dia adalah pembunuhn yang telah mengambil nyawa teman-teman dekat kalian . Masih tidak ada seorangpun yang berkata-kata. Masih tidak ada seorangpun yang memandang kearahnya. Semua mata mengarah kepada wajah seorang setengah tua. Mereka memanggilnya Situa Jiao, karena dia memang penjaga berkuda yang paling tu a. Kelihatannya dia telah menghabiskan seluruh hidupnya melayani Gedung Sepuluh Rib u Kuda. Waktu-waktu terbaik dari hidupnya dihabiskan di atas punggung kuda. Kedua kakiny a telah bengkok dan punggungnya banyak luka panah. Kedua matanya yang biasanya gembira t elah memerah karena minum-minuman berarak yang lama. Setiap malan saat dia tertidur di tempat tidurnya yang dingin dan keras, dia sel alu berharap dia dapat pergi dan mengejar hal yang lain. Tapi sungguh-sungguh tidak ada tempa t lainmnya yang dapat dia datangi, yang dia tahu seumur hidupnya adalah untuk Gedu ng Sepuluh Ribu Kuda. Saat pertama kali Ma Fang Ling menaiki kuda, dia yang menolongnya. Sekarang, dia gadis itu menatapanya dan berteriak, Situa Jiao, kau telah bersama-sama dengan ayahku l ebih lama dari yang lainnya, bagaimana kau masih belum bersuara juga? Sorot mata Situa Jaio dipenuhi oleh kebencian dan kesedihan juga, namun dia dapa t mengontrol dirinya. Setelah beberapa saat, dia menghela napas dan menjawab, Tidak ada yang dapatku katakan. Kenapa? Ma Fang Ling bertanya.

Situa Jiao mengepalkan kedua tangannya dan menggertakan giginya saat menjawab, Ak u bukan lagi bagian dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda. Kata siapa? Ma Fang Ling menanyakan. Situa Jiao berkata.

Majikan Ketiga.

Ma Fang Ling terkejut. Dia telah memberikan kepada kami masing-masing kuda yang bagus dan tiga ratus tae l perak, kemudian berkata kepada kami untuk pergi. Si Tua Jiao menerangkan.

Ma Fang Ling menatapnya dengan kosong sesaat kedua kakinya terhuyung beberapa langkah. Tidak ada lagi yang dia dapat katakan. Ye Kai mendengarkan dengan seksama selama ini, akhirnya dia berucap, Apanya yang salah? Ding Ling Lin bertanya. Tidak baik.

Ye Kai menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan tanpa mengucapkan sepatah ka tapun. Tiba-tiba, dia melihat asap tebal membumbung tinggi ke langit. Asap tersebut ber asal dari tempat dimana bendera besar Gedung Sepuluh Ribu Kuda berada! Asap yang tebal. Api yang besar.

Sesaat Ye Kai dan setiap orang telah berlari ke arah Gedung Sepuluh Ribu Kuda ya ng telah tertelan lautan api. Udara terasa agak kering, sekali api dinyalakan, maka tidak akan dapat dipadamkan. Pada api tersebut ditambahkan minyak hal yang hanya terjadi di padan g belukar, hal yang sangat mudah terbakar. Api telah bergerak dengan cepat hingga dua puluh atau tigapuluh gedung. Sekali t erbakar, maka seluruh area segera ditelan api. Kuda-kuda berlompatan dalam keadaan panik dan meringkik putus asa saat mereka semua mencoba mencari jalan keluar dari bencana yang hebat ini. Beberapa beruntung dapat melarikan diri namun kebanyakan mati karena tidak bisa bernapas. Bau anyir daging terbakar menyebar dari tempat kebakaran tersebut. Gedung Sepuluh Ribu Kuda telah hancur, benar-benar hancur. Orang yang menghancurkannya juga orang yang membangunnya. Ye Kai dapat membayangkan Ma Kong Qun berdiri di dalam api dengan tersenyum ding in. Ini kerajaanku, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun merebutnya dari kedua tanganku! Sekarang, dia telah menepati janjinya. Sekarang, Gedung Sepuluh Ribu Kuda selama nya menjadi miliknya. Api masih menyala, namun kedua telapak tangan Ye Kai dipenuhi oleh keringat ding in. Siapa yang dapat mengerti apa yang dia rasakan saat ini, siapa yang dapat meneba k apa yang ada di dalam pikirannya? Ding Ling Lin menghela napas dan berkata, Karena dia tidak dapat memilikinya, mak a dia menhancurkannya jadi tidak ada orang lain yang dapat memilikinya. Mungkin tindak annya ini sungguh-sungguh tidak beralasan. Wajahnya yang putih pucat terlihat agak kemarahan karena cahaya api. Tiba-tiba s esuati terlihat oleh matanya sesaat dia berseru, Aneh, kenapa ada anak kecil disini? Api telah membuat seluruh angkasa amber. Mathari yang berwarna merah darah u amber. Tiba-tiba, angin berhembus erjadi angin kencang. Rumput-rumput yang kebelakang dikejauhan. Pasir yang g ke menjadi berwarna merah transparan seperti batu tergantung tidak bergerak di tengah-tengah bat kencang. Dimana ada kebakaran, disitu selalu t tidak termakan api bergoyang kedepan dan kuning beterbangan dari kejauhan dan menghilan

dalam api. Suara ringkikan kuda yang sekarang masih terdengar. Dibawah matahari yang memerah, ditengah rerumputan yang tinggi, seorang anak lak i-laki berdiri ditengahnya. Dia memandangi api yang tanpa kasihan melalap rumahnya. Air matanya sepertinya telah menguap karena panas. Dia terlihat sangat sedih. Xiao Hu Zi. Anak itu adalah anak laki-laki Ma Kong Qun. Ye Kai mendekatinya dan bertanya, Kau apa yang kau lakukan disini?

Xiao Hu Zi menengokan kepalanya memandang Ye Kai. Dia perlahan-lahan menjawab, Ak u sedang menunggumu. Ayah berkata kepadaku untuk menunggumu disini. Dia tahu kau pasti akan datang. Dimana dia sekarang? Ye Kai tidak tahan bertanya. Dia telah pergi dia telah pergi Xiao Hu Zi berkata. Kesedian dan kedukaan masih terlihat diwajah anak kecil ini. Dia kelihatannya ma u menangis, namun dia dapat menahannya. Ye Kai mencoba menghiburnya dengan memegang tangannya. Kapan dia pergi? Dia telah pergi lama. Dia pergi sendiri? Xiao Hu Zi menggelengkan kepalanya. Siapa yang bersamanya? Bibi Ketiga. Nyonya Ketiga Shen? Xiao Hu Zi menganggukan kepalanya sesaat bibirnya mulai bergetar. Dia membawa Bib i Ketiga namun dia meninggalkanku disini. Hu hu Sebelum anak kecil ini menyelesaikan ucapannya, tangisnya pecah. Tangisannya dip enuhi dengan kesedihan, keputusasaan, dan kemarahan. Juga terlihat rasa takut yang tid ak dapat disembunyikan di dalam sorot matanya. Dia hanyalah seorang anak kecil. Ye Kai juga merasakan rasa sakit saat dia melihatnya menangis. Ding Ling Lin mul ai membantunya mengusap air mata Xiao Hu Ji saat mengalir kepipinya. Anak kecil itu tiba-tiba melompat ke dada Ye Kai dan meraung, Ayahku berkata kepa daku untuk menunggumu, dia mengatakan kau telah berjanji kepadanya bahwa engkau akan menjagaku. Dan juga saudara perempuanku benar kan? Benar kan? Bagaimana Ye Kai bisa berkata tidak? Ding Ling Lin menariknya kesisinya dan berkata dengan lembut, Jangan khawatir, ak u berjanji bahwa dia akan menjaga kau. Xiao Hu Zi menatap gadis itu, kemudian menundukan kepalanya dan bertanya, Bagiama n dengan kakak perempuanku? Apakah dia akan menjadi kakak perempuanku juga? Ding Ling Lin tidak punya cara untuk menjawabnya, yang dapat dia lakukan hanyala h tersenyum lemah.

Ye Kai baru menyadari bahwa Ma Fang Ling tidak berada dimana-mana. Fu Hong Xue juga.

Matahari mulai terbenam di ufuk barat. Meskipun api masih menyala, akhirnya mulai melemah. Angin bertiup dari arah barat. Langit sore mulai merangkak ke atas. Gedung Sepuluh Ribu Kuda yang megah sekarang bukan apa-apa lagi melainkan hanyal ah memori. Saat api padam, yang tertinggal hanyalah kuburan dan padang luas yang menyelubungi bumi. Dan pendiri gedung yang megah ini tidak ada dimanapun. Apa yang menyebabkan semua ini? Kebencian! Kadang-kadang, cinta tidak dapat melawan kekuatan kebencian. Hati Fu Hong Xue dipenuhi oleh kebencian. Dia membenci dirinya sendiri dengan ca ra yang sama mungkin orang yang paling dibencinya adalah dirinya sendiri. Jalan panjang telah kosong. Paling tidak, dia tidak dapat melihat makhluk hidup lainnya di jalan. Setiap orang telah berlari ke arah kebakaran. Mereka takut api akan merem bet ke desa. Mereka semua takut desa mereka akan berakhir seperti mayat Naga Punggung E mas kering dan mengkerut. Fu Hong Xue berjalan sepanjang jalan tersebut seorang diri. Kaki kirinya melangk ah kedepan, dan kaki kanannya diseret dari belakang. Meskipun dia berjalan cukup la mbat, tiada apaun yang dapat menghentikannya. Mungkin aku harus mencari seekor kuda. Sesaat hal tersebut melintas dipikirannya, dia menangkap seseroang berjalan ke a rahnya dari gang kecil. Seorang wanita yang cantik membawa sebuah kantong besar ditangannya. Cui Nong. Rasa sakit yang tajam menembus hati Fu Hong Xue, karena dia telah memutuskan unt uk melupakannya. Saat dia menemukan bahwa wanita itu bekerja di gedung Xiao Bie Li, dia telah memutuskan untuk melupakannya sama sekali. Namun dia masih satu-satunya wa nita di dalam hidupnya. Sepertinya wanita itu sedang menunggunya. Wanita itu perlahan-lahan menundukan kepalanya dan bertanya, Kau mau pegi? Fu Hong Xue menganggukan kepalanya. Mencari Ma Kong Qun? Dia menggangguk lagi. Bagaimana mungkin dia tidak mengejar Ma Kong Qun? Apakah kau akan meninggalkan aku sendiri disini?

Rasa sakit kembali menusuk hatinya. Dia telah memutuskan untuk tidak pernah meli hatnya lagi, namun dia tidak dapat menahan diri untuk memandangnya sekali saja. Satu pa ndangan sudah cukup. Matahari yang berwarna merah darah menyinari wajahnya yang putih pucat, wajahnny a yang cantik. Matanya dipenuhi oleh keputusasaan, sepertinya mereka mencoba berka ta kepadanya, Bila kau tidak ingin membawaku maka aku tidak akan meminta. Namun aku ingin kau mengetahui bahwa aku selalu jadi milikmu. Kenangan manis dikegelapan, pelukan yang bergairah, bibir yang lembut dan wangi, semuanya ini memenuhi pikiran Ye Kai sekaligus. Telapak tangannya mulai berkerin gat. Matahari bergerak turun tepat di atas kepalanya. Sinar matahari yang panas. Cui Nong semakin menundukan kepalanya, rambutnya yang hitam dan lembut bergelomb ang seperti air yang mengalir disungai. Fu Hong Xue tidak dapat menahan dirinya seraya dia menjulurkan tangannya menyent uh dan mengelus rambutnya. Rambutnya hampir sehitam goloknya. ooOOOoo Bab 26. Mati dan Hidup Sama Bila Tidak Punya Tujuan Lagi Matahari telah menghilang dari langit, jalan raya yang panjang tersebut telah me njadi kosong dan sepi. Satu-satunya cahaya yang masih terlihat hanyalah berasal dari s ebuah gedung yang kecil. Seseorang mendorong daun jendela dari dalam ruangan dan melih at ke bawah ke jalan yang telah sunyi sepi tersebut. Dia sudah tahu bahwa malam yang s unyi telah tiba. Darah yang berceceran di jalan telah mengering. Hembusan angin menerbangkan hela ianhelaian rambut Naga Punggung Emas ke udara. Xiao Bie Li memejamkan matanya dan menghela napas. Kemudian, perlahan-lahan menutup kembali jendelanya. Sebuah lilin menyala di atas meja. Dia duduk di hadapan lilin tersebut dan terli hat tenang dan kesepian seperti api kecil yang berkelap-kelip ditengah kegelapan yang pekat . Cahaya lilin tersebut menerpa wajahnya sehingga membuat kerut-kerut diwajahnya terlihat lebih jelas dan dalam. Siapa yang tahu dalamnya penderitaan dan keletihan yang tersemb unyi di balik tiap keriput tersebut. Siapa yang tahu betapa banyak rahasia yang tersembu nyi di balik

keriput tersebut. Dia menuangkan secangkir arak dan perlahan-lahan menyeruputnya. Sepertinya dia s edang menunggu sesuatu. Tapi, apa yang sebetulnya dia tunggu? Segala hal yang menyenangkan di dalam hidu pnya telah lenyap menghilang sepanjang masa mudanya. Satu hal yang paling mungkin dia sedang tunggu sekarang mungkin adalah kematian.

Kematian yang sepi dan sunyi kadang-kadang suatu hal yang manis! Kegelapan malam telah tiba. Dia tidak perlu lagi berjalan ke jendela untuk melih at keluar, dia sudah dapat merasakannya. Cangkirnya saat ini telah kosong. Baru saja dia sedang menuangkan lagi arak, dia mendengar suara yang berasal dari lantai di bawah. Suara kartu yang sedang dimainkan. Senyuman aneh tersembul diwajahnya, sepertinya suara itu memang sudah diharapkan nya untuk dia dengar. Dia mengambil tongkatnya dan meletakan di bawah ketiakanya, pe rlahan lahan melangkah ke lantai bawah. Lentera bercahaya di lantai bawah, seseorang nampak sedang duduk di sana, perlah an-lahan melemparkan kartu-kartu tersebut satu persatu. Pandangan aneh menyorot dari kedu a matanya. Ye Kai jarang sekali tersenyum seperti saat itu. Kedua matanya terfokus pada kar tu-kartu yang berada ditangannya, bahkan dia tidak peduli untuk menolehkan matanya ke ara h Xiao Bie Li yang sedang berjalan turun di atas tangga. Xiao Bie Li perlahan-lahan men dekatinya dan menarik kursi dan duduk dihadapannya seraya bertanya, Apa yang kau lihat? Ye Kai sedang tenggelam dalam lamunan yang dalam. Setelah beberapa saat, dia men ghela napas dan menjawab, Tidak sesuatupun. Kenapa begitu? Ye Kai diam membisu. Nampaknya dia sedang menunggu Xiao Bie Li menampakan banyak hal yang biasanya tidak dia perlihatkan. Setelah beberapa saat, Xiao Bie Li betu l-betul menghela napas. Kau pastu sudah mengetahui sejak lama bahwa nama margaku bukanlah Xiao. Ye Kai mengangguk. Orang-orang tidak dapat memilih nama marga meraka, orang-orang pun tidak punya pi lihan juga. Xiao Bie Li berkata.

Itu aku sudah mengerti, namun aku tidak mengerti apa yang kau ingin katakan sebenarnya. Ye Kai berkata. Yang aku ingin katakan sebenarnya adalah kita sebetulnya mirip, namun jalan yang

kita tempuh berlainan. Karena kau jauh lebih beruntung daripada diriku. Kelihatannya dia ragu-ragu untuk sesaat, rkata, Karena kau bukan dilahirkan dengan marga Xi Men? Xi Men Chun? Bukankah kau sudah mengetahuinya selama Aku mengetahuinya saat wanita tua palsu Oh? kemudian dia mengambil keputusan dan be Xi Men. ini? dia tersenyum lemah. tersebut mati di dalam toko Li Ma Hu.

Di hari lain saat aku menyebut nama Xi Men Chun, dia tidak menolehkan wajahnya kearahkau, melainkan kearahmu. Oh? Dia menolehkan wajahnya karena dia kaget bahwa seseorang telah menyebutkan namamu. Dan itu sebabnya kau salah mengira dia adalah Xi Men Chun saat itu. Setiap orang membuat kesalahan. Dia tidak menyangkalnya juga. Bagaimana dia berani untuk menyangkal saat kau masih disana? Saat itu, kau masih mengira bahwa Li Ma Hu adalah Nenek Du. Ye Kai tersenyum dan berkata, Hingga saat ini, aku masih tidak dapat menduga dima na Nenek Du bersembunyi. Kau mungkin tidak akan pernah dapat menemukannya. Kenapa begitu? Ye Kai bertanya. Karena tidak ada seorangpun yang pernah mengira bahwa Nenek Du dan Xi Men Chun adalah orang yang sama. Ye Kai menarik napas panjang dan tersenyum masam, Aku betul-betul tidak pernah be rpikir seperti itu! Dia menatap wajah Xiao Bie Li sekali lagi dan berkomentar, Hingga saat ini, bagai mana kau dapat menyaru dirimu menjadi seorang wanita tua. Bila kau dapat menduganya, maka aku pasti bukanlah Xi Men Chun. Tidak heran orang-orang di dunia persilatan mengatakan bahwa kau adalah satu-satu nya murid dari Setan Seribu Wajah. Bukan murid satu-satunya. Oh? Hanyalah anak laki-lakinya. Ayahmu adalah Setan Seribu Wajah? Ya! Ye Kai menghela napas dan menegaskan, Jadi aku telah salah sejak awal. Xiao Bie Li perlahan-lahan menganggukan kepalanya dan berkata, Setiap orang membu at

kesalahan. Aku tidak pernah berpikir kalau Ma Kong Qun juga akan melarikan diri, aku betul-b etul tidak pernah membayangkannya.

Aku rasa dia bukannya tidak bisa dikejar. Xiao Bie Li. Aku juga tidak berpikir kalau dia akan kabur. Xiao Bie Li berkata. Kelihatannya dia jauh lebih pintar dari kita berdua. Dia telah mengetahui bahwa t idak ada seorangpun yang akan melewatkan duel antara Lu Xiao Jia dan Fu Hong Xue. Bila dia ingin melarikan diri, maka saat itu adalah kesempatan yang paling baik y ang dia miliki. Atau mungin, itulah sebabnya kenapa dia pergi mencari Lu Xiao Jia. Oh? Dia sudah mengatur pembokongan tersebut, dan sudah merencanakannya juga agar pembokongan tersebut diketahui, sehingga tiap orang akan berpikir bahwa dia ingi n mengambil nyawa Fu Hong Xue. Ye Kai tersenyum lebar dan melanjutkan, Dan diasumsikan tidak ada seorangpun yang mengetahui skenario ini, maka tidak ada seorangpun yang akan curiga kalau dia akan menggunakan skenario ini sebagai tind akan pengalihan perhatian yang sangat sempurna untuk melarikan diri. Xiao Bie Li tersenyum dan berkata, Kelemahanmu yang terbesar adalah kau berpikir terlalu banyak. Kau benar, yang paling baik kalau seseorang tidak berpikir terlalu banyak, menjawab.

Ye Kai

Xiao Bie Li menghela napas dan bertanya, Tahukah kau apa kelemahanku yang terbesa r? Ye Kai menggelengkan kepalanya. Aku berpikir terlalu banyak juga. Xiao Bie Li berkata. Jadi kaupun tidak pernah membayangkan bahwa Ma Kong Qun akan melarikan diri, betu l kan? Ye Kai berkata. Xiao Bie Li menggelengkan kepalanya. Sorot mata Ye Kai menajam sesaat dia menyeringai dan menambahkan,

Itulah sebabnya

kau mengundang Lu Xiao Jia kesini untuknya. Bagaimana kau mengetahuinya? Xiao Bie Li bertanya. Dia masih terlihat tenang, dan tidak ada tanda-tanda mau menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Jadi kau tidak akan menyangkalnya? Ye Kai bertanya balik. Apa gunanya menyangkal kepada seseorang sepertimu. Tidak ada gunanya. Xiao Bie Li

menjawab. Ye Kai mulai tersenyum kembali, namun tidak terlihat riang seperti biasanya. Sep ertinya dia merasa menyesal pada orang ini. Xiao Bie Li menghela napas lagi dan berkata, Mungkin aku telah memilih jalan yang salah. Tapi kau tidak terlihat seperti orang yang telah tersandung di jalan yang salah. Y e Kai berkata.

Hanya ada satu pilihan untuk memilih jalan yang benar, tapi banuyak sebab untuk b erjalan kearah yang salah. Oh? Setiap orang yang telah memilih jalan itu pasti memiliki alasannya masing-masing. Dan apakah alasanmu? Aku tidak pernah punya kebebasan untuk memilih jalan yang akan aku jalani. Raut wajah Xiao Bie Li terlihat penuh dengan tanda tanya dan rasa sakit yang dal am saat dia menatap ke kejauhan. Setelah beberapa saat, akhirnya dia melanjutkan, Mungkin beb erapa orang dilahirkan untuk menjalani jalan yang memang sudah ditakdirkan untuk dijal aninya. Orang-orang ini sama sekali tidak pernah memiliki pilihan apapun. Senyum pahit tercetak diwajahnya sesaat dia berkata, pakah aku ini beruntung atau hanya sedang sial saja. Aku betul-betul tidak tahu a

Ye Kai tidak mengucapkan sepatah katapun. Pertanyaannya sebetulnya tidak memerlu kan jawaban. Tidak ada seorangpun di dunia persilatan yang dapat menyangkal bahwa ayahku adala h seseorang yang memiliki bakat yang khusus. Tidak ada seorangpun yang dapat menan dingi keahliannya, bahkan sampai hari ini. Xiao Bie Li berkata. Ye Kai juga tidak dapat menyangkalnya. Dia menjalani kehidupannya bukan sebagai laki-laki juga bukan sebagai perempuan, juga bukan orang yang baik maupun bukan orang yang jahat. Beberapa dari mereka menyebutnya Dewa Seribu Wajah, sementara beberapa yang lain menyebutnya Setan Se ribu Wajah. Bahkan hingga kematiannya, tidak ada seorangpun yang tahu orang semacam apakah dia. Bagaimana dengan dirimu? Ye Kai bertanya.

Aku juga bukan pengecualian. Dari semua yang aku tahu dia hanya mewariskan ilmuny a dan kemampuannya yang dia peroleh selama hidupnya, namun dia juga memberikan aka n beban yang besar. Beban seperti apa? Balas dendam. Membutuhkan beberapa saat untuk membuatnya mengeluarkan perkataan itu, sepertiny a dia harus mengumpulkan semua kekuatannya untuk berbicara.

Ye Kai mengerti hal itu. Mungkin tidak ada seorangpuan di dunia ini yang mengert i betapa besarnya beban balas dendam itu. Hingga hari ini, orang-orang di dunia persilatan masih belum yakin apakah dia mas ih hidup atau sudah mati. Beberapa gosip mengatakan dia telah pensiun dan beristirahat di laut timur, sementara yang lainnya menyatakan dia telah mencapai keabadian. Xiao Bie L i berkata,

Dan yang sebenarnya? Yang sebenarnya dia telah meninggal beberapa waktu yang lalu. Ye Kai tidak tahan untuk bertanya, Bagaimana dia meninggal? Dibawah sebilah golok. Golok siapa? Xiao Bie Li tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap Ye Kai, Kau seharusnya sud ah tahu golok siapa! Tidak banyak golok di dunia ini yang dapat merengut nyawanya! Paras wajah Ye Kai mengeras, karena dia memang telah tahu golok siapakah itu! Pendekar Bai adalah salah satu pendekar besar di dunia persilatan, tidak hanya go loknya yang tidak ada tandingannya di dunia ini, bahkan dapat dikatakan tidak ada yang pernah orang lain yang dapat menyamainya. Xiao Bie Li berkata dingin. Kata-katanya menga ndung aura yang lebih tajam dari mata golok seraya dia melanjutkan, Tapi orang seperti apakah dia? Dia Ye Kai segera memotong perkataannya dan berkata, itik Kau tidak punya hak untuk mengkr

kepribadiannya karena opinimu bias. Kau salah. Aku tidak pernah membencinya. Kenyataannya, aku tidak pernah mengenaln ya. Xiao Bie Li berkata. Tapi kau mengharapkan kematiannya. Kau benar. Aku memang berharap dia mati, dan aku pasti akan memberikan apapun yan g aku miliki untuk hal itu. Tahukah kau kenapa? Ye Kai menggelengkan kepalanya. Bahkan meskipun dia tahupun dia tetapkan akan menggelengkan kepalanya. Cinta dan benci tidaklah sama. Kau tidak dilahirkan dengan pembalasan dendam, nam un bila seseorang memberikan beban pembalasan dendam kepadamu untuk kau bawa, maka kau akan mengerti. Tapi Fu Hong Xue mungkin memahami hal ini, karena pembalasan dendam yang sama yang mendorongnya untuk membunuh Ma Kong Qun. Xiao Bie Li menghela napas dan melanjutkan, Fu Hong Xue juga tidak pernah bertemu dengan Ma Kong Qun sebelumnya, tapi dia juga tidak menginginkan apapun selain mengambil nyawanya!

Ye Kai akhirnya menganggukan kepalanya. san

Jadi itulah sebabnya pada malam itu, bela

tahun yang lalu, kau juga berada di Pemakaman Pohon Plum tersebut. Sorot mata Xiao Bie Li terlihat kosong dan kabur, Betul-betul hujan salju yang l ebat malam itu Kedua mata Ye Kai tiba-tiba menatapnya bersinar geram, Kau masih ingat peristiwa malam itu dengan jelas rupanya?

Aku selalu berusaha untuk melupakannya namun tidak pernah bisa. Karena kedua kakimu menjadi cacat pada malam itu, betul kan? Xiao Bie Li memadang ke bawah ke kedua kakinya dan berkata, Berapa banyak orang d i dunia ini yang dapat membuat cacat kedua kakiku. Meskipun dia dapat membuat kedua kakimu cacat, dia telah menyelamatkan nyawamu. Kai berkata. Dia bukanlah orang yang menyelematkan nyawaku, tapi salju itu. Salju? Salju itu membuat beku kedua kakiku, itulah sebabnya aku masih dapat hidup hingga hari ini. Jika tidak, mungkin aku telah mati membusuk sejak lama. Itulah sebabnya kau tidak pernah melupakan salju! Aku juga tidak pernah melupakan mata golok itu. Pandangan kengerian terpancara dari kedua sorot mata Xiao Bie Li, sepertinya per tempuran berdarah itu kembali terlihat dibalik kedua matanya. Salju merah, merah darah saat darah berceceran ke atas salu yang menutupi tanah, salju yang putih berubah menjadi merah. Sepertinya mata golok itu juga berwarna merah. Kemananpun mata golok tersebut berkelebat, semburan darah pasti mengikutinya. Butiran-butiran keringat mulai keluar dari dahi Xiao Bie Li. Keringat dingin. Se telah beberapa saat, akhirnya dia melanjutkan, Bila kau tidak melihat mata golok sendiri, kau ti dak pernah membayangkan betapa mengerikannya. Itulah sebabnya pendekar-pendekar hebat dari dunia persilatan berada disitu malam itu, lebih dari setengahnya tidak dapat kel uar hiduphidup. Apakah kau tahu identitas orang-orang ini? Ye Kai bertanya. Xiao Bie Li tidak tahu. Selain Ma Kong Qun, tidak ada seorangpun yang mengetahui nya. Dari semua yang aku ketahui, tidak ada seorangpun dari orang-orang yang tidak mem iliki rasa benci pada pendekar Bai. Xiao Bie Li berkata. Ye

Jadi semua orang-orang tersebut memiliki permusuhan dan kebencianterhadapnya? Ye K ai bertanya. Meskipun aku mungkin bukan orang yang tepat untuk menilainya, aku memiliki hak un tuk

menilai goloknya! Kemarahan yang dalam terlihat di sorot kedua mata Xiao Bie Li, dia mengepalkan k edua tangannya sementara suaranya menjadi serak, Golok itu seharusnya tidak berada dita ngan orang hidup, golok itu seharusnya terkubur di bawah neraka ke delapan yang palin g dalam! Kau takut kepada golok tersebut? Ye Kai bertanya. Aku hanyalah manusia, bagaimana mungkin aku tidak takut. Xiao Bie Li menjawab.

Itulah sebabnya kau takut terhadap Fu Hong Xue, karena kau menyadari bahwa golok tersebut seharusnya tidak jauth ke dalam kedua tangannya. Sayangnya hal itu terjadi seperti itu. Xiao Bie Li berkata. Oh? Karena golok itu sangat jahat, hanya membawa kesialan dan kematian bagi pemegangn ya! Suaranya berubah menjadi aneh, dia bersuara sepertinya dia baru saja datang dari kedalaman neraka. Ye Kai memecah kesunyian dan berkata sambil tersenyum, Tapi Fu Hong Xue masih hid up dan baik-baik saja. Dia mungkin belum mati, namun seluruh hidupnya telah terkubur di dalam golok ters ebut. Dia tidak akan pernah mengalami sedikitpun kebahagiaan karena yang ada di dalam hatinya hanya balas dendam tidak ada yang lainnya lagi! Ye Kai tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela, dengan sekali dor ongan dia telah membuka jendela. Dia merasa agak sedikit sesak, bahkan hampir tidak bisa b ernapas lagi. Xiao Bie Li menatap punggung Ye Kai dan tertawa, Tahukah kau, aku selalu mencurig aimu. Ye Kai sama sekali tidak merespon maupun tidak membalik. Saat kami menyuruhmu untuk membunuh Ma Kong Qun, itu sebetulnya hanya sebuah tes. Xiao Bie Li berkata. Oh? Hal itu bukanlah ideku, pada malam itu sebetulnya ada seorang lainnya yang berada di atas bersamaku. Ma Kong Qun bersama denganmu! Ya, dialah orangnya. Ding Qui juga merupakan salah satu pembunuh yang berada di Pemakaman Pohon Plum i tu juga pada malam itu? Ye Kai bertanya. Dia sama sekali tidak layak, dia hanya seorang bongkok yang serakah. Itulah sebabnya kalian berdua merekrutnya. Tapi kita tidak berhasil membayarmu. Aku cukup terkejut saat kau mengatakan kepad a Ma Kong Qun apa yang telah terjadi. Uang yang aku bayarkan kepadamu tidaklah sediki

t.

Xiao

Bie Li berkata. Uang tersebut cukup untuk membeli banyak orang. Sayangnya semua orang-orang terse but telah mati sekarang. Tidak ada yang perlu disayangkan untuk kematian mereka. Yang paling disayangkan hanyalah Fu Hong Xue masih hidup sekarang, kan?

Xiao Bie Li menatapnya dingin dan menjawab, Itupun bukanlah hal yang disayangkan juga, karena aku tahu bahwa hari itu akan tiba juga ketika Fu Hong Xue akan terbunuh d i bawah golok. Lalu bagaimana dengan Ma Kong Qun? Apakah kau pikir Fu Hong Xue akan dapat menemukannya? Xiao Bie Li bertanya. Kau pikir aku tidak dapat? Ye Kai menjawab. Dia selalu menjadi serigala, namun sekarang dia telah berubah menjadi seekor ruba h. Rubah tidak mudah untuk ditangkap, dan mereka juga bahkan lebih sulit dibunuh. Xi ao Bie Li berkata. Kata-katamu tidak akan tepat bila berhadapan dengan pemiliki toko kelontong. i berkata.

Ye Ka

Kenapa begitu? Bila tidak ada rubah yang mati, maka dari mana datangnya kulit rubah? If there weren t any dead foxes, then where would his fox skins come from? Xiao Bie Li tidak mengucapkan sepatah katapun. Jangan lupa bahwa disana ada anjing pemburu, dan penciuman mereka pun jauh lebih baik. Ye Kai berkata.

Xiao Bie Li mendengus dan berkata, Meskipun Fu Hong Xue memiliki hidung anjing pemburu, satu-satunya yang dia baui hanyalah wanita yang memabukan Kau maksud Cui Nong? Ye Kai berkata. Xiao Bie Li menganggukan kepalanya. Apakah kau mengatakan kalau Cui Nong berada disisinya, maka dia tidak akan dapat menemukan Ma Kong Qun? Ye Kai bertanya. Jangan lupa yang bisa ditemukan di tubuh wanita hanya perhiasan, bukanlah bulu ru bah. Xiao Bie Li menjawab. Sekarang Ye Kai yang tidak dapat berkata-kata. Xiao Bie Li tersenyum dan bertanya, Bisa atau tidak Fu Hong Xue menemukan Ma Kong

Qun, apa urusannya denganku? Apakah ada urusannya denganmu? Ye Kai jatuh membisu beberapa saat, kemudian perlahan-lahan berkata, Ada satu seb ab. Apakah itu? Ye Kai akhirnya membalikan badannya dan memandang pada Xiao Bie Li, Kenapa kau belum juga menanyakan ku siapakah aku sebenarnya?

Aku sudah menanyakan sebelumnya, banyak orang telah menanyakan sebelumnya.

Kenapa kau tidak menanyakannya sekarang? Sebab aku sudah tahu kalau namamu adalah Ye Kai. Margamu Ye, panggilanmu Kai. Ye seperti pada kata daun, daun di atas pohon, kai seperti pada kata kai dalam baha gia. Tapi orang seperti apakah Ye Kai ini? Dari yang aku tahu, dia adalah seseorang yang suka ikut campur urusan orang lain. Xiao Bie Li menjawab. Ye Kai tertawa lebar, Kali ini kau salah. Oh? Aku tidak sedang ikut campur urusan oran glain. Bukan? Sama sekali bukan! Xiao Bie Li menatapnya, menatapnya selama beberapa saat, kemudian tiba-tiba bert anya, Jadi Aku Kau Kau Xiao siapakah kau sebenarnya? sudah tahu kalau kau akan mengucapkan kata-kata itu lagi. Ye Kai berkata. betul-betul tahu terlalu banyak. betul-betul tahu terlalu sedikit. Bie Li tersenyum dingin. Ye Kai tiba-tiba berjalan kearahnya, membungkukkan

badannya dan membisikan sesuatu ketelinganya. Dia berbicara dengan sangat perlah an, selain Xiao Bie Li, tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mendengar ucapa nnya itu. Setelah Xiao Bie Li mendengar ucapan yang pendek tersebut, senyum diwajahnya mem beku. Setelah Ye Kai selesai mengucapkannya, semua otot di seluruh tubuhnya menjadi ka ku. Angin bertiup menderu-deru dari luar jendela, api di dalam lentera mulai bergoya ng-goyang berdansa. Cahaya lampu itu menyinari wajah Xiao Bie Li, dia terlihat menjadi ses eorang yang betul-betul berbeda, berubah menjadi orang lain. Saat dia menatap Ye Kai, keliha tannya diapun telah melihat orang yang berbeda, orang lain yang betul-betul berbeda. Tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkan paras wajah Xia Bie Li saat ini. T idak hanya dipenuhi oleh rasa kaget dan ngeri, tapi sepertinya dia sedang jatuh ke da lam dirinya yang paling dalam. Hanya orang yang telah kalah bertanding dan bertekuk lutut ya ng memiliki ekspresi wajah seperti itu. Ye Kai menatapanya dan bertanya, Apakah kau percaya sekarang? Xiao Bie Li menghela napas yang panjang sementara selutuh tubuhnya sepertinya te

lah layu dan mengkerut. Setelah beberapa saat akhirnya dia menjawab, Aku betul-betul tahu terlalu sedikit, aku betul-betul salah. Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, setiap orang pasti membuat kesalahan sekali waktu. Ye Kai menegaskan.

Xiao Bie Li menganggukan kepalanya sambil merengut, Akhirnya aku mengerti yang ka u maksudkan sekarang. Meskipun sedikit terlambat, tapi lebih baik daripada tidak p ernah tahu sama sekali. Dia menurunkan tatapannya dan melihat kearah tumpukan kartu di atas meja. Aku sel alu berpikir kalau kartu-kartu ini dapat mengatakan segala sesuatunya kepadaku, siap a tahu ternyata mereka tidak mengatakan apapun. Kartu-kartu tersebut bersinar di bawah c ahaya lampu, dia menjulurkan tangannya dan dengan ringan telah meraih semuanya. Ye Kai menatapa kartu-kartu ditangannya itu dan berkata, eka telah menemanimu selama bertahun-tahun ini. Apapun yang terjadi, mer

Mereka telah membantu menemaniku saat aku kesepian. Bila bukan untuk mereka, aku tidak tahu bagaimana aku melewati hari-hariku. Meskipun mereka telah membohongik u, aku tidak menyalahkan mereka sama sekali. Memiliki sesuatu yang telah membohongimu lebih baik daripada betul-betul seorang diri. Ye Kai berkata. Kau telah cukup mengalami pencerahan. Itulah sebabnya aku merasa berbincang-binca ng denganmu merupakan salah satu kesenangan yang aku peroleh di dalam hidupku. Xiao Bie Li berkata sambil tersenyum lemah. Terima kasih. Ye Kai menjawab. Aku harap aku dapat menahanmu untuk tinggal lebih lama denganku tapi aku tahu kau tidak akan pernah setuju. Dia menghela napas dan tersenyum pahit. Kemudian, tiba-tiba tangannya telah berg erak cepat dan meluncur ke arah pergelangan tangan Ye Kai. Gerakannya selalu terlihat indah dan tidak terburu-buru, namun gerakannya ini sangat cepat, secepat cahaya, seper tinya tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat menghindarinya. Jari-jari tangannya seharusnya telah mencapai pergelangan tangan Ye Kai saat suara KKKKEEEPPPP terde ngar, sesuatu telah menyambar kearah genggaman tangannya. Namun ternyata artu. Dengan secepat kotak. Kotak tersebut nya jauh lebih keras daripada sebut itu bukanlah pergelangan tangan Ye Kai, itu adalah kotak tempat k kilat, Ye Kai telah mengganti pergelangan tangannya dengan sebuah keras dan kuat, terbuat dari kayu pilihan. Kayu seperti itu biasa tulang manusia, namun saat berada dibawah genggamannya, kotak ter

hancur berkeping-keping seperti keju yang hancur lebur menjadi debu. Belum lagi kepingan-kepingan kotak tersebut jatuh dari tangan Xiao Bie Li, Ye Ka i telah mencelat sejauh tiga kaki darinya. Setelah kebisuan yang cukup lama, Xiao Bie Li akhirnya mengangkat kepalanya dan berkata dingin, Kau dapat menggerakan kedua tanganmu dengan cepat dan tangkas. Itulah sebabnya aku betul-betul masih menginginkan mereka tergantung dipergelanga n tanganku. Ye Kai menjawab. Aku taruhan kau pasti memiliki hidung seekor anjing pemburu juga. Kau tidak akan dapat mengambil hidungku ini, juga dengan kedua tanganmu.

Tangan yang telah terbiasa memegang tongkat diketiaknya dan mengocok kartu pasti tidak akan dapat mengambil apapun dengan baik. Kau betul-betul ingin tinggal sementara waktu? Kartu-kartumu telah menemanimu selama bertahun-tahun ini, tapi kau masih juga menghancurkan kotaknya. Aku rasa kau betul-betul memiliki hati yang dingin. Xiao Bie Li menghela napas panjang, Sepertinya kau juga cukup kejam. Tiba-tiba dia meloncat ke arah Ye Kai, menghentakan tongkat kirinya ke atas lant ai sementara mengarahkan tongkat kananya ke arah depan. Sabetan tongkat besinya sangatlah kuat dan menakutkan, seluruh ruangan terasa seperti berada dalam tekan an, sepertinya sehembus angin yang dingin dan tajam telah menerjang keluar! Ye Kai melompat ke arah langit-langit dan bergantung pada salah balok tiang pada ujung kakinya. Xiao Bie Li memutar badannya ke udara dan mengarahkan kedua tongkat bes inya ke atas. Sejumlah senjata rahasia menyembur dengan deras dari kedua tongkat besi nya ke arah langit-langit. Jarum Penghancur Usus ! Jarum penghancur ususnya telah terlepas dari tongkat besinya, kedua tangannya sa ma sekali tidak bergerak. Itulah sebabnya tidak ada seorangpun yang dapat melihatny a melesat. Tidak ada seorangpun yang bermimpi dapat menghindar dari satu dari jarum-jarum y ang terseohor itu, namun dia telah menembakan jarum-jarum itu paling tidak untuk tig apuluh nyawa! Tapi, kelihatannya Ye Kai adalah orang yang ketigapuluh satu. Tiba-tiba dia tela h menghilang dari pandangan. Pada saat akhirnya dia muncul, Jarum Penghancur Usus sudah tidak terlihat lagi. Xiao Bie Li telah jatuh kembali ke kursinya, sepertinya dia sedang mencari jarum-jarum tersebut yang sudah tidak terlihat lagi. Dia tidak dapat mempercayainya. Selama bertahun-tahun ini, Jarum Penghancur Usus hanya sekali saja gagal malam itu di Biara Pohon Plum. Dia sangat tidak mempercayai ba hwa untuk kedua kalinya telah gagal, namun dia sama sekali tidak dapat menyangkal ha l ini. Ye Kai dengan ringan melayang turun ke bawah. Tidak ada angin yang berhembus, ti dak ada juga jarum-jarum yang beterbangan. Dia terlihat seperti tidak pernah terjadi apa pun. Setelah kebisuan yang panjang, Xiao Bie Li akhirnya menghela napas, Aku ingat ses

eorang menanyakan hal ini padamu sebelumnya, namun aku ingin menanyakannya sekali lagi. Tanyakanlah. Apakah kau manusia? Dapatkah kau disebut sebagai manusia? Xiao Bie Li berkata samb il menatap ke arah Ye Kai. Ye Kai tersenyum. Setiap kali seseorang menanyakan pertanyaan itu, dia selalu me rasa sangat nikmat dan bahagia. Karena itu berarti dia telah melakukan sesuatu yang o rang lain tidak sanggup melakukannya.

Xiao Bie Li juga tidak mengharapkan jawaban jadi dia melanjutkan, Sebelumnya, saa t aku melakukan serangan sebanyak tiga kali, aku merasa tidak ada seorangpun yang dapa t menghindarinya. Aku tahu. Tapi kau sama sekali tidak membalas satu kalipun. Kenapa aku harus membalas seranganmu? Kau yang menginginkan kematianku, bukan aku yang menginginkan kematianmu. Lalu apa yang kau inginkan? Tidak ada sama sekali. Kau dapat terus tinggal disini, menjalankan bisnis bordirm u, memainkan kartumu, dan minum arakmu. Xiao ya, bisa ungi Kong Bie Li tiba-tiba mengeraskan kepalan tangannya sesaat dia mengedipkan matan Aku melakukan hal itu semua karena aku memiliki tujuan. Karena aku ingin melind Ma Qun, aku menunggu orang yang datang untuk membunuhnya! Sekarang tidak ada

Wajahnya mulai berkedutan karena sakit seraya dia berceloteh, lagi yang harus aku jaga, bagaimana aku bisa terus hidup! Itu urusanmu, kau harus menanyakannya pada dirimu sendiri!

Ye Kai tersenyum, bangkit berdiri dan membalikan badannya untuk pergi. Langkahny a tidak terlalu tangkas, namun dia tidak memalingkan kepalanya dan dia tidak berhenti. T idak ada seorangpun diseluruh dunia ini yang dapat meyakinkan dia untuk tetap tinggal leb ih lama lagi disini. Namun yang dapat dilakukan oleh Xiao Bie Li adalah hanya berdiam dimana dia bera da saat ini, dia tidak memiliki tempat untuk dikunjungi. Saat Ye Kai berjalan keluar pin tu, Xiao Bie LI mulai bergetar, seperti seorang anak kecil yang baru saja terbangun dari mimpi b uruk. Dia betul-betul telah bangun dari mimpi buruk, namun saat sadar terasa lebih menyaki tkan daripada saat bermimpi. Malam hari masih kelam, malam masih berlanjut. Tidak ada setitik suarapun yang t erdengar, tidak ada seorangpun yang terlihat. Hanya kartu-kartu itu yang masih menemaninya . Tibatiba dia meraih kartu-kartu itu dan menjentikanny ake samping. Saat kartu domino itu beterbangan dari kedua tangannya, air mata mulai jatuh bercucuran dari wajahnya. Saat seseorang tidak memiliki tujuan lagi untuk hidup, maka tidak ada bedanya an

tara hidup dan mati. Hal itu merupakan rasa sakit yang paling menakutkan dan paling menyedi hkan. Tanda-tanda datangnya pagi hari telah muncul di arah timur. Kegelapan pasti akan berlalu dan cahaya terang akan datang. Langit abu-abu telah menghilang dan menyebar, asa p dan abu sudah tidak terlihat lagi. Bahkan api yang paling menakutkan sekalipun telah padam. Orang-orang yang membantu memadamkan api telah beristirahat. Ye kai berdiri dile reng bukit dan sedang memandangi dataran luas yang melanglang dikejauhan. Dia merasa sedikit marah namun tidak ada kesediahan, karena bumi tidak akan seperti itu selamanya. Seperti juga hidup di dunia ini.

Setelah beberapa lama, kehidupan akan kembali membaik. Kehidupuan yang indah. Pemandangan yang indah terlihat dibayangan matanya, pemandangan padang rumput ya ng menghijau. Sesaat kemudian, dencing bunyi bel terdengar terhembus oleh angin. Bunyi dencing bel tersebut terasa menyegarkan dan menyenangkan, seperti juga suara gadis itu. Ding Ling Lin berjalan melangkah ke arahnya sambil menggandeng seorang anak kecil bersamanya. Kau memegang janjimu kali ini, kau terlalu pagi. Gadis itu berkata. Ye Kai tersenyum, kemudian dia menatap anak kecil itu. Wajahnya dipenuhi dengan kehidupan dan semangat. Melihat sinar cerah disorot matanya, Ye Kai merasa pasti apa yang dia perjuangkan adalah benar. Dia berjalan ke arah mereka dan meraih tangan anak tersebut. Ye Kai ingin membaw anya ke suatu tempat, tempat dimana anak kecil itu dapat mengubur kebencian dan kesediha n yang ada dihatinya selamanya. Dia berharap saat anak itu tumbuh besar, tidak ada lagi rasa dendam di dalam hat inya, yang ada hanyalah cinta! Rasa sakit di dunia ini disebabkan oleh kebencian yang amat besar dan cinta yang amat kecil. Selama generasi selanjutnya akan hidup dalam kebahagiaan, semua rasa saki t cukup layak untuk saat ini. Tanda di atas papan batu masih terlihat disana, namun darah dan air mata telah m engering. Ye Kai berdiri disamping anak kecil itu, sesaat dia berlutut di depan batu nisan . Ini adalah makan teman ayahmu. Kau harus ingat untuk tidak pernah memendam rasa permusuhan terhadap keturunan dari keluarga ini. Aku tidak akan pernah melupakannya. Kau bersumpah untuk tidak akan pernah melupakannya? Aku bersumpah. Ye Kai tersenyum, dia tidak pernah tersenyum sepenuh hati seperti itu sebelumnya . Aku tahu, kau adalah anak yang baik. Aku ingin mencari ayah dan kakak perempuanku. Apakah kau akan mengajakku pergi? Tentu saja. Apakah kau dapat menemukan mereka? Kau harus ingat, selama kau memiliki keyakinan, tidak ada apapun di dunia ini yan g tidak

mungkin. Senyum terpancar di wajah anak kecil itu. Senyuman seorang anak seperti sekumpul an kuda yang sedang berlarian di padang rumput, dipenuhi dengan vitalitas, cukup untuk membesarkan hati dan mendorong rasa kemanusian.

Namun padang rumput masih tandus dan gersang, sejauh mata memandang bumi dan lan git menyatu kedalam dataran luas yang berdebu. Apakah bendera Gedung Sepuluh Ribu Kuda akan berkibar lagi? Angin bertiup dengan perlahan. Ye Kai berjalan melangkah ke arah jalan raya yang kosong. Dia sudah sangat menge nal tempat ini, hampir ketitik dimana dia akan terikat. Namun dia tidak lagi memilik i rasa takut kalau angin akan berhembus mengusirnya pergi. Sebab Ye Kai tahu bahwa dia akan selalu kembali! ooOOOoo Bab 27. Golok Keluar Dari Sarungnya Musim gugur. Dikejauhan pemandangan di pegunungan, dipenuhi oleh warna musim sem i yang serupa dengan lukiran hutan pohon mapple yang merah. Tiga puluh empat kuda, dua puluh enam orang. Para pengendara di punggung kuda te rsebut bersorak-sorai, bersorak karena mereka mereka telah mencapai hutan. Kuda-kuda me reka melesat dengan cepat, para pengendara tersebut terlihat tangkas dan gesit. Wajah mereka terlihat lelah dan letih, bahkan beberapa dari mereka terlihat terl uka. Namun mereka tidak mempedulikannya, karena hadiah dari hasil pengejaran kali ini betul -betul sangat banyak dan menggiurkan. Apa yang mereka kejar adalah darah dan keringat orang-orang lain. Apa yang merek a peroleh, ditaruh di atas punggung beberapa ekor kuda, berupa empat puluh peti be rat yang berisi penuh dengan kepingan uang perak. Banyak orang mencaci maki mereka karena menjadi bandit dan pencuri, namun mereka tidak mempedulikannya. Karena mereka percaya bahwa apa yang mereka kerjakan suda h pantas pantas merasa menjadi penjahat. Saat penjahat mabuk-mabukan minum anggur, mereka bisanya menggunakan mangkuk yang besar. Saat mereka makan, setiap irisan daging yang mereka makan harus diir is setebal mungkin. Mangkuk-mangkuk anggur yang besar, irisan daging yang tebal, dan tumpukan peti u ang perak, semuanya diletakkan di atas meja, menunggu untuk dibagikan oleh pemimpin mereka. Pemimpin mereka adalah seorang laki-laki yang hanya memiliki satu maya, itulah s

ebabnya dia memiliki nama panggilan Naga Satu Mata. Dia mengenakan pakaian yang berwarna hitam, karena dia merasa pakaian hitam membuat dia terlihat menjadi lebih gagah. Kenyataannya, dia memang seorang yang gagah. Meskipun dia cukup kasar, namun dia

selalu adil dan tidak pernah berat sebelah. Hanya orang yang adil dan tidak bera t sebelah yang dapat memimpin sekelompok begal. Tambahan lagi, dia memiliki dua orang pembantu yang siap memberikan nyawanya set iap saat dia perlukan. Yang seorang berani dan kuat, sementara yang satunya lagi seo rang yang pintar dan pandai. Yang berani dan kuat memiliki panggilan Pembantai Macan, seme ntara yang pintar dan pandai dipanggil Pengelana Muka Putih. Semua begal biasanya memang memiliki nama alias. Mereka sudah sangat terbiasa menggunakan panggilan seperti itu, karena sebagian besar dari mereka memang tela h melupakan nama aslinya. Pembantai Macan memang sebenarnya tidak lebih pandai dari macan seperti dalam na ma panggilannya. Namun, setelah minum sebotol anggur dia menjadi seperti macan, bah kan dua kali lebih garang. Pukulannya terkenal hebat. Bahkan diyakini, dia dapat mem ukul mati seekor macan yang besar hanya dengan sekali pukulannya. Meskipun hal itu tidak a da seorangpun yang menyaksikannya, namun tidak ada seorangpun yang meragukan hal it u. Karena orang yang menjadi korban pukulannya hingga mati tidak sedikit. Pada misi kali ini, Pemimpin Kedua Ekspedisi Zhenyuan, yang memiliki nama panggilan Berlian Besi dip ukul mati hanya dengan sekali pukulan. Itu sebabnya dia memperoleh uang perak yang te rbanyak kali ini, sebagai hadiah atas kontribusinya. Saat Berlian Besi berhadapan dengan pukulan Pemimpin Kedua kita, dia menjadi sepe rti kertas yang kusut. Pembantai Macan tersenyum, dia merasa sangat bahagia. Tiba-tiba, dia menyadari bahwa semua tawa dan pujian terhenti. Setiap pasang mat a menatap ke arah pintu utama yang besar. Sesaat dia menatap pintu tersebut, tawan ya terhenti juga. Dia benar-benar tidak mempercayai kedua matanya. Seseorang berjalan perlahan-lahan melalui pintu utama di ruangan tersebut. Seseo rang yang seharusnya tidak pernah muncul di sini. Seorang wanita, wanita cantik yang saking cantiknya membuat setiap pria lupa unt uk menarik napas. Sarang Naga dan Macan, yang tersembunyi dibalik hutan mapple yang lebat yang dik elilingi oleh area perbukitan, menyerupai seekor binatang buas dengan rahan yang terbuka. Menanti

siapapun untuk dimangsa. Dan para begundal yang berdiam di tempat tersebut juga seperti sekumpulan binatang buas. Siapa yang ingin diganyang oleh sekumpulan binatang buas? Itulah sebabnya kenapa orang asing sangat jarang berkeliaran di daerah tempat tinggal para begundal ini. Bahk an, burungburungpun sangat jarang beterbangan di atas daerah ini. Namun wanita tersebut berdiri disana, wanita misterius itu keliaran di sarang bi natang buas. Dia mengenakan baju yang berwarna hijau yang sangat indah yang terbuat dari baha n yang terbaik. Rambutnya yang panjang dihiasi dengan mutiara yang bersinar, yang membu at rambutnya menjadi lebih hitam dan kulitnya menjadi lebih putih. Dia memperlihatk an senyumnya yang termanis diwajahnya namun ekspresi wajahnya memperlihatkan kematangan dan kewibawaan. Dia mulai melangkah memasuki gedung, langkahnya pende kpendek dan gemulai, sepertinya dia sedang berjalan diatas kuntum bunga teratai. Dia sep erti

seorang putri bangsawan yang sedang memasuki ruangan perjamuan yang diadakan unt uk menghormati dirinya. Setiap pasang mata melekat kepadanya. Mereka bukanlah laki-laki yang belum perna h melihat wanita sebelumnya, namun mereka betul-betul tidak pernah melihat wanita seperti ini. Meskipun pemimpin mereka isi kepala yang cerah, secerah mentari pagi, jarang sek ali dia terperangah seperti itu. Dia memeluk tangannya sendiri dan menoleh ke arah Pemba ntai Macan. Pembantai Macan menggebrakan tangannya ke atas meja dan berseru, Orang macam apa kau? Si cantik bergaun hijau hanya tersenyum dan menjawab perlahan, k dapat melihat bahwa aku seorang wanita? Memang kalian tida

Dari kepala hingga jari kaki, dia betul-betul seorang wanita. Bahkan orang butap un dapat mengatakan bahwa dia seorang wanita. Kenapa kau ada disini? Pembanti Macan bertanya.

Kami ingin berdiam disini selama tiga bulan, apakah tidak apa-apa? Wanita ini pasti sudah gila, dia ingin tinggal di sarang begundal selama tiga bu lan? Aku menginginkan ruangan terbaik yang kau miliki. Sprei dan kelambu harus diganti paling sedikit dua kali sehari. Kami sangat terbiasa dengan kebersihan, namun tidak ter lalu cerewet dengan makanan. Kami sudah puas selama tersedia daging sapi dalam setiap hidanga n kami tiap hari. Tapi kita menginginkan potongan daging yang terbaik, karena selama in i daging yang kita makan di tempat lain tidak enak. Kami tidak minum anggur saat siang ha ri, tapi kami menginginkan beberapa botol anggur dimalam hari. Lebih baik kalau anggur Pe rsia dan anggur Bambu Hijau yang sudah berumur 30 tahun.

Saat kami tidur, kami menginginkan penjagaan beberapa orang selama tiga shift, ta pi mereka tidak boleh membuat suara sedikitpun yang dapat mengganggu kami. Karena k ami susah tidur, dan butuh waktu beberapa saat untuk tidur lagi bila kami terjaga. Y ang lainnya kami tidak ambil peduli. Kami tahu bahwa kalian semua adalah begunda, Setiap orang menatapnya dengan tercengang sesaat dia berceloteh, sepertinya mere ka mendengar nyanyian gila yang dinyanyikan untuk dirinya sendiri. Namun wanita itu

berbicara dengan tenang dan alamiah, dan keinginannya itu bukanlah hal yang aneh juga. Ketika akhirnya dia selesai berbicara, Pembantai Macan meledak tawanya dan berka ta, Memangnya kau pikir ini tempat apa? Penginapan? Restoran? Kami tidak membawa uang. Si cantik bergaun hijau berkata.

Apakah kau juga ingin kami memberikan uang perak? Pembantai Macan mengejek. Bila kau tidak mengingatkanku, aku pasti sudah melupakan hal itu. Kami juga mengi nginkan uang perak di atas meja itu. Wanita itu menambahkan sambil tersenyum. Seberapa banyak?

Cukup setengahnya saja. Apakah kau yakin setengahnya tidak terlalu sedikit? Seperti yang aku katakan sebelumnya, kami bukan orang yang minta berlebihan. Pembantai Macan kembali tertawa, sepertinya dia tidak pernah mendengar hal yang paling menggirankan sebelumnya. Setiap orang disana mulai tertawa juga. Hanya Naga Satu Mata dan Pengelana Muka Putih yang masih memperlihatkan ekspresi seirus diwajah merek a. Wajah Pengelana Muka Putih bahkan terlihat lebih pucat sesaat tiba-tiba dia bert anya, Kau selalu mengatakan kami, berapa orang yang bersamamu? Hanya berdua. Wanita itu menjawab. Siapakah orang yang satu lagi? Tentu saja suamiku. Siapa lagi yang bersama denganku kalau bukan suamiku. Lalu dimana dia? Dia berada diluar. Pengelana Muka Putih tersenyum dan bertanya, Kenapa dia tidak masuk saja ke dalam

bersamamu? Wataknya sangat berangan, aku takut akan melukai kalian. Apakah kau yakin bukan sebaliknya, kalau kau takut kami yang akan melukainya? Pengelana Muka Putih berkata sambil menyeringai. Apapun itu, hari ini aku datang sebagai tamu, bukan sebagai seseorang yang cari g aragara. Jadi kau datang ke tempat yang tepat, kami bukan orang yang suka cari ribut. Paras wajah Pengelana Muka Putih mulai kesal, seraya dia melanjutkan, Kami hanya suka membunu h! Hutan pohon maple masih terlihat dihalaman luar. Seseorang berdiri di tengah-ten gah halaman, menatap pegunungan dikejauhan. Cahaya matahari pagi terhalang kabut yang biru gelap, dikejauhan pegunungan berw arna abu-abu pucat. Beberapa titik-titik hijau tampak dari dataran yang abu-abu terse but. Pada musim gugur ini, cahaya matahari selalu terlihat melankolis. Pandangan kedua mata orang tersebut juga terlihat sendu dan buram seperti pegunu ngan

dikejauhan. Kedua tangannya memeluk dirinya sendiri hingga ujung jarinya ke pung gungnya. Dia bahkan terlihat lebih jauh dari pada jarak pegunungan disana, sepertinya dia berada dibukan bagian di dunia ini. Cahaya matahari terakhir menyinari dengan hambar ke atas wajahnya. Keriput di wa jahnya terlihat dalam dan banyak sekali. Setiap keriput diwajahnya sepertinya menyimpan tragedi dan kesedihan yang tak terhitung banyaknya. Mungkin dia semakin bertambah tua, n amun dia masih berdiri tegak dan lurus dan postur tubuhnya memancarkan aura yang berw ibawa dan kuat.

Dia tidak terlihat terlalu tinggi atau sangat tegap, namun kekuatan yang terpanc ar dari tubuhnya memancarkan kewibawaan dan kehoramatan. Sayanya semua begundal itu tida k pernah memberikan rasa hormatnya pada siapapun. Pembantai Macan tertawa lebar dan berseru, Bila aku tidak dapat membunuhnya denga n sekali pukukran, maka aku akan memanggil kalian berdua sebagai nenek moyangku da n akan memperlakukan kalian seperti itu selama tiga tahun. Kenapa kau tidak langsung mencobanya dan melakukannya? menjawab. Kau tidak takut akan menjadi janda? Si cantik bergaun hijau

Pembantai Macan sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Dengan tertawa lebar dia melangkah lebar ke arah orang tua tersebut. Dia memilik i badan yang besar dan tinggi, dan ketawanya memekakan seluruh ruangan. Namun sepertinya orang tersebut tidak memperhatikannya sama sekali, sepertinya d ia tidak mendengarkan ketawanya juga sama sekali. Ekspresi wajahnya bahkan terlihat lebih serius dan lelah. Area tersebut terlihat sangat tenang Bila kau mencari tempat untuk beristirahat, diam saja disini sesukamu. Namun aku harus memperingatkanmu bahwa disini tidak ada tempat tidur, tapi peti mati. Pembantai M acan mengejek. Orang tua tersebut menjawab tanpa meliriknya sama sekali, Bila kau tidak dapat me mbantu kami, maka kami akan pergi. Sekarang kau sudah disini, kau pikir dapat pergi sesuka hatimu? Senyum yang tajam tersungging diujung mulut orang tua tersebut seraya menjawab, J adi sebaiknya aku menunggu disini. Apa yang kau tunggu? Pukulanmu. Jadi kau tidak perlu menunggu lebih lama. Pembantai Macan melayangkan pukulannya dengan cepat. Betul-betul pukulan yang mematikan, cepat, tepat dan sangat kuat. Sangat bertenaga. Sebelum pukulan terse but mencapai sasarannya, udara yang bergerak karena tenaga pukulan tersebut berhembu s meniup rambut di kepala orang tua tersebut. Orang tua tersebut tetap tidak bergerak, bahkan diapun sama sekali tidak berkedi p. Dengan tenang dia memandangi datangnya pukulan tersebut mendekat kearahnya, kemudian

tersenyum dan mengeluarkan pukulannya. Dia lebih pendek, dan pukulannya terlihat lebih lambat. Namun sebelum pukulan Pembantai Macan masih tiga inchi lagi darinya, puk ulan si orang tua tersebut telah menghajar tepat ke hidung Pembantai Macan. Setiap orang pasti mendengar suara tulang patah yang sangat menyakitkan. Sesaat suara tersebut terdengar, tubuh Pembantai macan yang besar dan berat telah melayang ke udara, setiap orang dapat melihat bahwa hidungnya telah penyok melesek ke dalam mukanya dan seluruh wajahnya sudah tidak karuan bentuknya.

Orang tua tersebut masih tidak memalingkan pandangannya ke arahnya. Dia menarik selendang sutranya dan mengelap darah yang berada ditangannya sambil meneruskan pandangannya ke araha pegunungan dikejauhan. Kedua matanya tetap sama sendu dan buram, seburam warna pegunungan tersebut. Ekspresi wajah Naga Mata Satu berubah. Setelah peristiwa mengejutkan itu berlalu , seluruh begundal diruangan itu berteriak dan siap untuk menghajar orang tua tersebut. Na mun Pengelana Muka Putih menahan mereka, sesaat dia membisikan beberapa kata ke teli nga Naga Mata Satu. Naga Mata Satu ragu-ragu sejenak, kemudian dia menganggukan kepalanya. Dia mengangkat jempolnya dan tersenyum. Hebat! Kemampuan yang hebat. Kami tdak dapat mengundang tamu sehebat itu bahkan bila kita menginginkannya sekalipun. Bagaimana mungkin kita menolak anda untuk t inggal. Aku tahu kalau saudara besar pasti akan diterima sebagai tamu terhormat. Muka Putih berkata sambil tersenyum. Naga Mata Satu berjalan kearah orang tua itu dan menyoja, Bolehkan aku mengetahui nama sahabat yang terhomat? Kau tidak harus mengetahui siapakah aku ini dan kita bukanlah sahabat. tu menjawab dengan dingin. Orang tua i Pengelana

Ekspresi wajah Naga Mata Satu tidak berubah dan dengan sederhana melanjutkan, apa lama anda berencana akan tinggal disini sebagai tamu kami?

Ber

Kau tidak perlu khawatir, kami sudah mengataknnya bahwa kami hanya tinggal disini selama tiga bulan. Si cantik bergaun hijau memotong. Saat kita sudah tinggal selam a tiga bulan, kita tidak akan tinggal lebih lama lagi, bahkan meskipun kau meminta kami untuk tetap tinggal. Namun wanita itu juga tahu kalau tidak ada seorangpun yang akan mencoba menahan mereka. Setelah tiga bulan, kemana kalian akan pergi? Apapun masalahnya, selama tiga bulan ini ada banyak hal yang kami khawatirkan. Ke napa harus pusing-pusing memikirkan yang setelah tiga bulan, sekarang ini. Dia perlahan-lahan berjalan maju. Kaki kirinya melangkah, dan kaki kanannya ters eret dari belakang. Tangannya mengenggam dengan erat goloknya. Golok hitam yang pekat! Kedua matanya juga hitam pekat, gelap dan tidak dapat diduga, sama seperti malam yang

sebentar lagi datang. Malam musim gugur, gang yang sempit. Dalam keadaan seperti ini, dia telah berjalan kesemua jalan dan gang yang tidak terhitung lagi jumlahnya. Berapa lama lagi dia harus berkelana?

Dia sama sekali tidak mendengar tentang orang yang sedang dia cari. Dan dia tela h bertanya berkali-kali hingga tidak terhitung lagi jumlahnya. Apakah kau melihat seorang tua? Setiap orang pasti pernah melihat orang tua, tahukah kau berapa banyak orang tua di dunia ini? Tapi orang tua ini berbeda, keempat jari pada salah satu tangannya telah buntung. Aku tidak melihat orang tua seperti itu. Apa yang dia bisa lakukan hanya meneruskan mencari. Wanita itu menundukan kepalanya dan perlahan-lahan mengikutinya dari belakang. Sepertinya wanita itu tidak ingin berjalan disisinya, dia hanya merasa bahwa lak i-laki itu juga sepertinya tidak mengijinkan dia berjalan disisinya. Meskipun dia tidak pernah b erkata-kata, namun dia selalu memperlakukan wanita itu seperti agak jijik. Mungkin, bukan kepada wanita itu dia merasa jijik, namun pada dirinya sendiri. Wanita itu tidak pernah mengajari atau mencoba untuk meyakinkan dia itu berhenti mencari. Dia hanya mengikutinya membisu dari belakang. Mungkin wanita ini juga sudah tahu bahwa laki-laki itu tidak akan pernah dapat menemukan orang yang dicarinya. Di sisi jalan yang lebar di luar gang yang kosong, cahaya lentera terang bendera ng dan menerawang kemana-mana. Apa maksudnya membuat penerangan seterang itu? Bila bukan karena hendak mencari informasi, mungkin dia lebih suka untuk berdiam di dalam gang yang gelap itu. Ke duanya akhirnya berjalan keluar. Sinar mata wanita itu seraya menjadi cerah, senyuman tersungging dibibirnya yang indah, seluruh tubuhnya kembali hidup. Wanita itu tidak seperti laki-laki itu. Dia meni kmati perayaan, dia menikmati kemewahan dan dia menikmati pujian. Meskipun pada awalny a dia selalu terlihat menolak, sebenarnya dia hanya berusaha untuk meningkatkan daya j ualnya. Wanita itu mengetahui bagaimana membuat para pria jatuh kedalam pelukannya. Pria biasanya tidak akan pernah jatuh ke dalam pelukan seorang wanita yang dianggap r endah olehnya. Rumah makan sudah sangat ramai malam itu. Kalau kau hendak mencari informasi, ti dak ada tempat yang lebih baik disana. Dan jalan ini memiliki lebih banyak rumah mak ain dibanding di jalan lainnya.

Keduanya berjalan keluar dari gang dan memasuki jalan, kemudian tiba-tiba terden gar suara berteriak, Cui Nong! Dua orang turun dari salah satu rumah makan. Dua pria yang mengenakan pakaian ya ng bagus, yang satu memiliki golok di sampingya, dan yang satu lagi memiliki pedang dipinggangnya. Yang memiliki golok menggapai lengannya dan bertanya, Cui Nong, apa yang kau laku kan disana? Kapan kau tiba disini? Aku kan sudah katan sebelumnya, berhenti saja bek erja dikota

kecil ini. Seorang wanita secantik dirimu kalau bekerja di kota besar, aku jamin tidak sampai dua tahun kau pasti m\bisa mengumpulkan sekarung emas dan perhiasan. Kenapa kau tidak mau bicara? Kita kan teman lama? Jangan katakan kau sudah melupa kan ku! Orang yang memiliki golok sudah minum anggur beberapa gelas dan baru saja mencac i maki dan teriak-teriak ditempat umum itu dan sepertinya menginginkan setiap orang tah u bahwa dia adalah teman dari wanita cantik itu. Cui Nong tetap menundukkan kepalanya dan menatap sesekali ke arah Fu Hong Xue. Fu Hong Xue tidak memutar kepalanya. Dia telah berhenti berjalan dan tangan yang menggenggam goloknya telah mengeras dan dipenuhi oleh pembuluh darah yang membesar. Orang yang memiliki golok menatapnya, kemudian balik melihat Cui Nong dan akhirn ya mengerti. Tidak heran kau tidak berkata sepatah katapun, kau telah menemukan seorang pria. Tapi kenapa kau tidak berusaha mencari dengan keras, kenapa kau malah berhubungan den gan pria pincang ini? Sebelum kata-katanya selesai diucapkan, dia melihat tatapan Cui Nong telah berga nti menjadi tatapan ketakutan. Dia mengikuti arah tatapan mata Cui Nong dan dia meli hat sepasang mata yang lain. Sepasang mata ini tidak terlalu besar, juga tidak terla lu tajam, namun memancarkan sorot mata yang dingin. Pemilik golok tersebut bukanlah orang yang pengecut, dan dia juga sudah mabuk se telah menenggak beberapa gelas arak, namun saat kedua matanya memandang padanya, dia tidak dapat menahan diri bahwa kedua tangannya telah berubah menjadi dingin. Fu Hong Xue menatapnya dingin dan tiba-tiba bertanya, Nama keluargamu Peng? Apa urusannya denganmu? Pemilik golok menjawab tajam.

Kau satu dari Lima Golok Maut Macan dari Shanxi, keluarga Peng? Kau mengenaliku? Pemilik golok bertanya.

Aku tidak mengenalimu sama sekali, namun aku mengenali golok itu! Fu Hong Xue menjawab dingin. Golok tersebut memiliki ornamen dan hiasan yang berlebihan, seperti halnya pakai an yang dia kenakan. Ukuran golok tersebut aneh, kepala lebih besar dari pada bagian bad anya yang

lebih ramping sementara sarungnya dihiasi dengan lima macam warna kain satin. Pemilik golok mengangkat dadanya, berkata padanya, Betul sekali, akulah Peng Lie! Fu Hong Xue perlahan-lahan menganggukan kepalanya dan berkata, Aku sudah mendenga r tentangmu. Peng Lie memperlihatkan senyumnya dan menjawab, Seharusnya memang begitu.

Aku juga mendengar bahwa Keluarga Peng dan Ma Kong Qun adalah sahabat. Xue berkata. Dia tepatnya adalah sahabat dari keluarga kami. Peng Lie berkata.

Fu Hong

Apakah kau pernah ke Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Tentu saja dia pernah kesana sebelumnya, kalau tidak bagaimana dia bisa mengenal Cui Nong? Tahukah kau dimana Ma Kong Qun? Fu Hong Xue menyelidik. Dia tidak berada di Gedung Sepuluh Ribu Kuda? Peng Lie terlihat terkejut, diapun belum mengetahui apa yang terjadi dengan Gedu ng Sepuluh Ribu Kuda. Kau juga kenal dengan Majikan Ketiga? Peng Lie bertanya. Fu Hong Xue perlahan-lahan tersenyum. Kedua matanya bergerak ke arah golok Peng Lie seraya berkata, Golokmu betul-betul enak dilihat.

Ekspresi gembira tersembul dibalik wajah Peng Lie. Goloknya tentu saja lebih men arik dibanding golok Fu Hong Xue. Sayangnya golok bukan dimaksudnya untuk dikagumi. Fu Hong Xue berkata. Lalu untuk apa? Memangnya kau tidak tahu golok digunakan untuk membunuh? Fu Hong Xue berkata. Kau pikir golok ini tidak dapat membunuh? Peng Lie bertanya. Paling tidak aku tidak pernah melihatnya. Paras wajah Peng Lie berubah, Jadi kau ingin melihatnya membunuh? Betul sekali. Fu Hong Xue menjawab. Paras wajahnya juga berubah. Menjadi pucat, saking pucatnya hampir seperti trans paran. Peng Lie memandang wajahnya dan tidak sadar telah mundur selangkah. Dan bagaimana dengan golokmu, kau pikir bisa digunakan untuk membunuh? Peng Lie berkata dengan lantang. Semakin dia takut, semakin keras suaranya. Pada titik ini, Fu Hong Xue tidak berkata sepatah katapun. Dia tidak ingin berka ta-kata lagi, kata-kata selanjutnya yang dia ucapkan mungkin berasal dari goloknya! Kata-kata yang diucapkan dengan golok biasanya lebih efektif dari pada yang diucapkan oleh mulu t. Temannya yang memiliki pedang dipinggangnya adalah seorang yang tampan. Dia ting gi dan memiliki sepasang alis mata yang tebal. Wajahnya selalu memperlihatkan penghinaa n,

sepertinya tidak ada seorangpun yang pantas menghabiskan waktunya. Selama ini dia berdiam diri namun tiba-tiba dia berbicara. Seseorang mengucapkan hal yang sama sebelumnya.

Mengatakan apa? Peng Lie bertanya. Mengatakan goloknya tidak dapat membunuh. Siapa yang mengatakan hal itu? Seseorang yang saat ini sudah mati. Siapa? Gong Sung Duan! Gong Sung Duan sudah mati? Peng Lie bertanya dengan terkejut. Dia terbunuh dibawah golok. Pendekar muda itu menjawab. Butiran keringat tiba-tiba muncul di dahi Peng Lie. Dan tambahan lagi, Majikan Ketiga telah terusir keluar dari Gedung Sepuluh Ribu K uda. Pendekar Muda itu menambahkan. Bagaimana bagaimana kau tahu semua ini? Peng Lie bertanya. Aku baru saja kembali dari daerah tenggara. Fu Hong Xue menatap ke arah pendekar muda itu dan seraya bertanya, Urusan apa yan g kau lakukan disana? Aku sedang mencari dirimu. Pendekar Muda itu menjawab. Kali ini Fu Hong Xue tidak terlihat terkejut. Aku ingin bertemu denganmu. Pendekar Muda itu berkata. Kau pergi kesana hanya untuk bertemu denganu? Fu Hong Xue bertanya. Aku tidak ingin bertemu denganmu, aku ingin melihat mata golokmu! Aku ingin tahu seberapa cepat golokmu! Genggaman Fu Hong Xue mengeras, wajahnya menjadi semakin pucat. Nama keluargaku Yan, namaku Yuan Qing Feng. Keluarga Yuan dan Gedung Sepuluh Ribu

Kuda adalah sahabat yang sangat baik. Fu Hong Xue menganggukan kepalanya dan berkata, Aku mengerti. Kau seharusnya mengerti. Yan Qung Feng berkata. Apakah kau masih ingin menyaksikan mata golokku? Fu Hong Xue bertanya. Ya. Yes. Fu Hong Xue menurunkan tatapannya dan menatap ke arah tangan yang menggengam goloknya.

Kau masih tidak ingin menarik golokmu? Baiklah, tarik pedangmu lebih dahulu! Jurus pedang Tianshan tidak pernah menarik pedangnya lebih dahulu! menjawab dengan angkuh.

Yuan Qing Feng

Paras wajah aneh menyelimuti muka wajah Fu Hong Xue seraya dia bergumam, Tianshan Tianshan ! Kedua matanya berkelana ke kejauhan, sorot matanya dipenuhi dengan duka dan kese dihan. Tarik golokmu! Yuan Qung Feng meminta. Kedua tangan Fu Hong Xue bahkan menjadi semakin gemetar. Goloknya berada di tang an kirinya sesaat sekonyong-konyong tangan kanannya meraih gagangnya. Peng Lie seca ra tidak sadar mundur lagi selangkah. Kedua mata Cui Nong membesar dan dipenuhi kegelisahan. Ekspresi wajah Yuan Qing Fen tidak berubah sama sekali, namun tanga nnya menggengam dengan erat gagang pedangnya. Tianshan Tianshan Tiba-tiba golok telah berkelebat! Hanya ada sekali kelebatan! Sesaat dia telah melihat kilatan cahaya yang lebih cepat dari kilat, golok telah kembali kesarungnya. Angin berhembus dengan keras. Segaris sutra merah telah terlempar ke angkasa. Su tra merah yang menghiasi pedang Yuan Qing Feng telah terpotong. Kepala Fu Hong Xue masih menunduk, kedua matanya masih menatap ke arah golok yan g masih digenggamnya, Dan sekarang kau sudah melihat mata golokku.

Masih tidak ada perubahan pada ekspresi wajah Yuan Qing Feng, namun keringat din gin sudah mengalir turun dari dahinya. Golokku bukan untuk dikagumi, namu aku membuat pengecualian untukmu. Fu Hong Xue berkata. Yuan Qing Feng tidak berkata sepatah katapun. Perlahan-lahan dia berbalik dan be rjalan ke belakang salah satu rumah makan. Dia masih belum melihat mata golok Fu Hong Xue, yang dia lihat hanya kilatan mata golok yang berkelebat. Namun, itu sudah cukup. Oran g tersebut telah pergi, namun satu atau dua helai sayatan sutra merah masih melayang-layang tertiup angin. Tangan Peng Lie yang memegang golok masih dibasahi oleh keringat. Pandangan Fu Hong Xue berbalik kearahnya seraya bertanya, Kau sudah melihat golok

ku? Peng Lie menganggukan kepalanya. Sekarang aku ingin melihat golokmu. Fu Hong Xue berkata. Peng Lie menggertakan giginya. Suara yang timbul dari gertakan giginya seperti s uara yang timbul saat sebilah golok sedang diasah.

Tiba-tiba terdengar suara keras, Tidak ada hal yang menarik mengenai golok. Sebuah tandu perlahan-lahan bergerak dari jalan dan berhenti. Suara tersebut ber asal dari dalam tandu itu. Suara seorang wanita, suara seorang wanita yang merdu. Tapi pem ilik suara itu tidak terlihat. Jendela tandu tersebut tertutup. Kalau tidak ada yang menarik mengenai golok, lalu apa yang harus dilihat? Fu Hong Xue bertanya dingin. Suara dari dalam tandu menjawab, Aku lebih tertarik untuk melihat yang lain dari p ada sebuah golok. Tidak hanya suaranya yang berbunyi seperti bel, namun disana benar-benar ada sua ra bel berdenting. Denting suara bel yang jernih muncul sesaat orang tersebut melangkah keluar dari tandu, seperti kuntum bunga teratai yang sedang mekar. Dia mengenakan gaun warna putih yang indah, pinggangnya dihiasi dengan bel yang berdenting. Ding Ling Lin. Alis mata Fu Hong Xue terangkat seraya berseru, Rupanya kau? Mata Ding Ling Lin bergerak-gerak dengan lincah sesaat menjawab dengan riang,

Aku

terkejut kau mengenaliku. Fu Hong Xue sebetulnya tidak mengetahui siapa wanita itu, dia hanya teringat kal au wanita itu bersama Ye Kai. Tidak ada yang menarik melihat sebuah golok sebab itu bukanlah Lima Golok Maut Ma can. Ding Ling Lin berkata sambil tersenyum. Bukan? Kalau kau ingin melihat Lima Golok Maut Macan yang sebenarnya, kau harus pergi ke

Gedung Lima Tingkat di daerah perbatasan. Dia tiba-tiba berbalik ke arah Peng Lie dan berkata, Dia tidak ingin melihat golo kmu lagi, lebih baik kau pergi saja dan minum arak, Sikecil Ye sudah menunggumu. Sikecil Yee? Sikecil Yee sudah mengundang beberapa orang tamu malam ini, kita termasuk tamunya . Ding Ling Lin menjelaskan.

Dia tersenyum dan menambahkan, Dia tidak menyukai tamu yang mati, dan pastinya di a juga tidak ingin tamunya mati. Ye Kai? Fu Hong Xue bertanya. Siapa lai? Dia berada disini juga? Dia ada di dalam rumah makan Surga Keberuntungan. Dia pasti senang sekali bertemu

denganmu.

Dia tidak akan bertemu dengan ku. Fu Hong Xue berkata. Kau tidak pergi? Aku bukan tamunya. Ding Ling Lin menghela napas, Bila kau tidak ingin pergi, maka tidak ada apapun y ang dapat memaksamu pergi, hanya saja dia mengerdipkan matanya ke Fu Hong Xue dan melanjutkan, Tamu-tamu yang dia undang hari ini, mereka orang-orang yang suka bepergian dan pasti merupakan sumber informasi yang bagus. Mungkin tidak ada tem pat lain yang lebih baik sebagai sumber informasi. Fu Hong Xue tidak berkata-kata lagi. Dia berbalik dan berjalan ke arah rumah mak an Surga Keberuntungan. Kelihatannya dia telah melupakan seseorang telah menunggunya. Ding Ling Lin menatap Cui Nong dan menghela napas, Dia kelihatannya sudah melupakanmu. Cui Nong tersenyum dan menjawab, Tapi aku tidak pernah melupakannya. Kenapa dia tidak membawamu pergi?

Bersinar mata Ding Ling Lin dan berkata,

Karena dia tahu kalau aku pasti mengikutinya. Dia benar-benar mengikutinya. Ding Ling Lin menatap sosok tubuhnya yang mengagum kan berjalan dengan gemulai. Sepertinya dia memiliki cara untuk menangani laki-laki. D ia bergumam pada dirinya sendiri. Suaranya sebenarnya sangat pelan, namun Cui Nong memiliki pendengaran yang bagus , Kau dapat belajar satu atau dua hal dariku. Dia menjawab. Aku tidak suka menggunakan cara orang lain. Ding Ling Lin menjawab balik.

Banyak sekali tetamu di rumah makan Surga Keberuntungan. Setiap orang menggunaka n pakaian yang mewah dan sangat menjaga penampilan diri mereka. Ding Ling Lin betu l-betul tidak membual, yang pasti mereka adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan ya ng luar yang juga adalah soerang yang sangat berkecukupan dan makmur. Mengundang orangorang seperti itu bukanlah suatu tugas yang mudah, menggunakan mereka semua dala m hari sama malah hampir tidak mungkin. Sepertinya Ye Kai sudah menjadi orang yang terkenal dalam dua bulan terakhir ini . Dia mengenakan pakaian yang sehari paling tidak tidak lima puluh tael perak, dikakin ya telah terpasang sepasang sepatu yang disepuh emas, rambutnya hitam dan bercahaya yang dihiasi dengan mutiara yang berkilauan. Dia jarang mengenakan pakaian seperti in i, sehingga Fu Hong Xue hampir tidak mengenalinya. Namun, Ye Kai mengenalinya, bahk an

sesaat dia menjejakan kakinya ke dalam rumah makan, pandangan Ye Kai tertuju kea rahnya. Cahaya lentera bersinar terang. Wajah Fu Hong Xue terlihat lebih gelap di bawah cahaya ini. Banyak orang mengara hkan pandangannya ke arah goloknya. Tatapan awal mereka semua kegoloknya, kemudian kewajahnya. Namun, Fu Hong Xue seperti tidak melihat seorangpun disana.

Ye Kai melangkah kearahnya dan memperlihatkan senyuman diwajahnya. Senyum ini ya ng merupakan satu-satunya yang tidak pernah berubah diwajahnya, sehangat dan serama h biasanya. Mungkin karena hal ini, Fu Hong Xie memandang kepadanya, pandangan yan g dingin. Aku tidak pernah mengira kau akan datang. Ye Kai berkata. Aku juga berpikir tidak. Fu Hong Xue berkata. Mari silahkan duduk. Tidak terima kasih. Aku bisa berbicara sambil berdiri. Ye Kai tersenyum dan berkata, Aku tahu apa yang kau inginkan. Kau tahu? Ye Kai menganggukan wajahnya dan menghela napas, Sayangnya aku juga belum mendengar kabar mengenai orang tersebut. Fu Hong Xue jatuh terdiam. Setelah beberapa saat tiba-tiba dia menjawab, Selamat tinggal. Kau tidak ingin mencoba beberapa cangkir? Tidak, terima kasih. Secangkir tidak akan melukaimu. Tapi aku tidak pernah membayarimu minum. Aku pernah mendengar hal ini sebelumnya. Aku juga tidak akan pernah minum anggurmu. Memangnya kita bukan teman? Aku tidak punya teman. Tiba-tiba dia berbalik dan mulai berjalan keluar. Kaki kirinya melangkah maju, d an kaki kanannya diseret dari belakang. Sesaat Ye Kai melihatnya melangkah keluar, senyu mnya menjadi kecut. Namun sebelum Fu Hong Xue mencapai pintu, Ding Ling Lin dan Cui N ong tiba-tiba berjalan masuk. Tangga tersebut sangat sempit dan Cui Nong berdiri dibawahnya sepertinya dia ter kejut. Dia melihat Ye Kai begitu juga dia melihat dirinya. Fu Hong Xue juga menatap wanita itu, sementara Ding Ling Lin menatap Ye Kai. Sorot mata keempat pasang mata tersebut sangat berbeda, tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkan ekspresi mereka. Cui Nong menundukan kepalanya. Namun pandangan Ye Kai masih melekat kearahnya. D ing Ling Lin cepat-cepat naik ke atas. Fu Hong Xue mulai berjalan turun. Cui Nong be rbalik dan mengikutinya tanpa sedikitpun melirik kearah Ye Kai. Namun Ye Kai masih terpaku pada tangga yg kosong sepertinya dia sudah linglung.

Ding Ling Lin tidak tahan melihat hal itu dia memukul punggung dan berseru, orang sudah pergi. Oh? Kenapa kau tidak pergi dengan mereka.

Semua

Oh. Bila kau ingin merebut kekasihnya dari ujung goloknya, kau harus hati-hati. Golok orang itu sangat cepat. Dia berkata dingin. Ye Kai tertawa. Ding Ling Lin balik tertawa, tapi ketawa yang hambar, Wanita itu sangat menyenangkan untuk dilihat, aku juga sudah mendengar apa yang dia kerjakan sebel umnya. Aku yakin dia telah menggaet banyak uangmu sebelumnya. Kau pikir aku sedang melihatnya? Jangan katakan kau tidak? Aku hanya berpikir Berpikir dengan hati lebih buruk dari pada berpikir dengan mata. Ye Kai menarik napas, Kau tidak boleh percaya apa yang hatiku pikirkan. Selama kau mengatakannya kepadaku, aku akan mempercayainya. Aku hanya berharap dia benar-benar mengasihi Fu Hong Xue dengan tulus, jadi dia b enar benar bersedia menghabiskan hidupnya dengannya, atau bila tidak Bila tidak apa? Pandangan khawatir tersembul dari sorot mata Ye Kai, sesaat dia berkata dengan r agu ragu, Bila tidak aku tidak punya pilihan untuk membunuhnya! Kau benar-benar akan melakukan hal itu? Aku selalu menjadi orang yang kejam dan tidak memiliki perasaan, ak blakan. Ding Ling Lin menggigit bibirnya dan melirik Ye Kai dari sudut matanya, Aku tahu orang seperti apa dirimu. Oh? Kau adalah orang yang agak munafik, karena itu aku tidak pernah mempercayai setia p patah kata yang keluar dari mulutmu.

Ye Kai berkata bl

Ye Kai tersenyum. Senyuman yang pahit. Sesaat kemudian, terdengar suara keras dari bawah, Ye Kai, Ye Kai

Seorang pemuda yang mengenakan pakaian ungu dengan topi jerami menghentikan kudanya di depan rumah makan Surga Keberuntungan. Dia mengikat kudanya dengan sa tu tangan dan mengupas kacang dengan tangannya yang lain. Sebuah pedang tanpa sarung, tipis dan tajam. Seseorang lainnya di rumah makan berteriak, Lu Xiao Jia!

Ketiga kata itu dalam namanya terlihat memiliki hal menarik yang misterius diant ara mereka. Setiap orang yang mendengar nama itu menolehkan kepalanya ke jendela untuk melih at. Ye Kai melangkah dan berkata, Kenapa kau tidak naik ke atas untuk minum? Lu Xiao Jia melihat ke atas dan menjawab, Kau tidak pernah memperoleh kacangku, k enapa kau mengundangku untuk minum? Keduanya adalah hal yang berbeda. Ye Kai berkata. Dia mengambil sebuah cangkir dan melemparkannya ke atas. Cangkir tersebut melayang dengan ringan ke arah Lu Xiao Jia, seperti ada yang sedang sebuah tangan yang mengantarkannya. Cangkir tersebut ber balik di udara dan mengeluarkan isinya ke arah mulut Lu Xiao Jia. Arak yang bagus! Secangkir lainnya? dia berseru. Ye Kai menawarkan. Aku hanya ingin bertanya apakah kau telah

Lu Xiao Jia menggelengkan kepalanya. menerima undangan atau tidak? Aku memperolehnya kemaren. Apakah kau berencana untuk pergi?

Kau tahu aku selalu menyukai pesta perjamuan. Bagus. Kita akan bertemulagi pada tanggal lima belas bulan sembilan n Putih. Lu Xiao Jia menjawab. Dia melemparkan sebuah kacang ke udara u baru saja akan melayang ke arah mulutnya. Siapa yang menyangka bahwa ang tepat, Ye Kai melayang ke udara dan menangkap kacang tersebut dengan engan gerakan salto yang ringan, tubuhnya telah kembali ke rumah makan. Dia tertawa lebar dan berkata, di Gedung Awa dan kacang it pada saat y mulutnya. D

Akhirnya aku bisa merasakan kacangmu.

Lu Xiao Jia terlihat kaget. Dengan sekali kebutan tangan, kudanya mulai melesat pergi. Dari kejauhan, dia tertawa keras dan berkata, Betul-betul ngawur. Ibunya pasti sundal, betulbetul ngawur.

Mie sudah menjadi dingin, sementara kuahnya sudah menjadi keruh. Beberapa irisan sayuran sudah mengambang di kuah tersebut. Sayuran dan mie yang sudah tidak menimbulkan selera, tersaji di dalam mangkuk yang sudah terlihat jelek. Kepala Cui Nong masih menunduk. Ditangannya terdapat sepasang sumpit yang sudah digunakan oleh banyak orang. Dia mengambil beberapa helai mie, kemudian menjatuhkannya kembali. Meskipun saat ini dia benar-benar sudah lapar, namun mie di

dalam mangkuk tersebut betul-betul tidak menimbulkan selera. Mie yang biasanya d ia makan dimasak dengan kaldu ayam. Mangkuk yang biasanya dia pakai terbuat dari perselen yang bagus. Melihat mangkuk yang saat ini dia pegang, dia benar-benar tidak tahan lag i untuk tidak menghela napas, dan dia meletakan sumpit yang dipegangnya. Mangkuk Fu Hong Xue sudah bersih. Dia memandang wanita tersebut membisu, kemudia n bertanya, Kau tidak bisa memakannya? Cui Nong tersenyum terpaksa dan menjawab, Aku . aku tidak lapar. Aku tahu kau tidak terbiasa makan makanan seperti ini, kau seharusnya pergi ke ru mah makan Surga Keberuntungan. Cui Nong menjawab perlahan, Kau tahu kalau aku tidak akan pergi, aku Apakah kau takut kalau kau tidak akan diterima disana? Cui Nong menggelengkan kepalanya. Jadi kenapa kau tidak pergi? Cui Nong perlahan-lahan mengangkat wajahnya dan memandangnya, Karena kau disini, aku akan disini bersamamu. Tidak ada tempat lain di dunia ini yang dapat aku datangi . Fu Hong Xue jatuh terdiam. Cui Nong perlahan-lahan meraih dan memegang tangannya , tangan yang tidak menggenggam golok. Tangan wanita tersebut lembut dan halus, sentuhannya juga lembut. Wanita tersebut tahu bagaimana harus meringankan kewaji ban seorang pria. Dengan dingin Fu Hong Xue menolaknya dan bertanya, Kau mengenal orang itu? Cui Nong menundukkan kepalanya dan menjawab, Hanya hanya seorang pelanggan biasa. Pelanggan biasa apa? Kau tahu aku biasanya di tempat seperti itu, aku bertemu dengan banyak bajingan. Ekspresi wajah sakit dan sedih tersembul di wajah Fu Hong Xue. Harap maafkan aku, kau seharusnya tahu kalau aku tidak pernah peduli dengan orang orang seperti itu. Fu Hong Xue mengepalkan tangannya dan menjawab, Semua yang aku tahu kau tadi memandanginya sepanjang waktu. Saat aku menatapnya? Pada saat aku melihatnya aku hanya ingin muntah. Oh? Aku betul-betul tidak tahan untuk membunuhnya setiap kali aku melihatnya. Fu Hong Xue tersenyum dingin dan menjawab, Kau pikir orang yang aku bicarakan adal ah

orang yang bernama Peng itu?

Memangnya bukan? Yang aku maksudkan Ye Kai. Cui Nong terlihat kaget. Kau mengenalnya dengan baik juga kan? Apakah dia juga hanya seorang pelanggan bia sa? Pandangan sedih dan pahit tersembut dari wajah Cui Nong, sesaat dia menjawab den gan sedih, Kenapa kau harus berkata begitu? Apakah kau ingin menyiksaku? Atau kau ingi n menyiksa dirimu sendiri? Wajah pucat Fu Hong Xue mendadak memerah. Dia berusaha mengontrol dirinya dan bertanya, Yang aku ingin tahu hanyalah kau mengenalnya atau tidak. Meskipun aku pernah mengenalnya, tapi aku sekarang tidak ingin mengenalinya lagi. Kenapa? Karena satu-satunya orang yang aku kenal sekarang adalah kau. Kau dan tidak ada o rang lain lagi. Fu Hong Xue memandang kedua tangan wanita itu sepertinya ekspresi wajah frustasi tersirat diwajahnya. Aku minta maaf kalau aku tidak bisa memberikan kehidupan yang pernah kau nikmati. Bila kau mengikutiku, makanan yang dapat aku berikan adalah makanan seperti mie ini. Tidak ada yang salah dengan mie ini. Tapi kau tidak dapat memakannya. Aku akan makan. Dia mengambil sumpitnya dan mulai mengaduk mie di dalam mangkuk itu. Saat dia memasukan makanan ke dalam mulutnya, senyum terpaksa menyembul di wajahnya dan dia terlihat seperti sedang memakan racun. Fu Hong Xue menatapnya, dan tiba-tiba merampas sumpit itu. Kalau kau tidak mau, ke napa harus memakannya? Aku tidak memaksamu untuk memakannya. Suaranya mulai bergetar dan kedua tangannya mulai bergetar. Kedua mata Cui Nong mulai memerah sesaat air mata mulai mengalir. Akhirnya dia tidak tahan dan berkata, Kena pa kau memperlakukanku seperti ini? Aku Kau apa? Cui Nong menggigit bibirnya dan berkata, Aku hanya berpikir tidak seharusnya kita hidup seperti ini.

Dia menghela napas dan melanjutkan, Kau kehabisan uang, tapi aku masih punya banya k. Dada Fu Hong Xue naik dan turun seraya dia berseru, Semua itu milikmu, tidak ada hubungannya denganku. Aku sudah menjadi milikmu, kenapa kau masih harus berpikir seperti ini?

Wajah pucat Fu Hong Xue telah menjadi merah seluruhnya, seluruh tubuhnya mulai bergetar. Apakah kau pernah berpikir betapa kotornya uangmu? Setiap saat aku berpikir bagai man kau memperoleh uang itu, aku ingin muntah. Ekspresi wajah Cui Nong berubah sesaat dia pun mulai bergetar. Dia menggigit bib irnya dan menjawab, Mungkin tidak hanya uangku, tubuhku juga kotor, kan? Kau benar. Kau tidak harus mengatakannya kepadaku, aku sudah kalau kau memandang rendah diriku. Dia menggigit bibirnya dengan keras hingga mulai berdarah, Aku harap kau jug e berpikir mengenai hal itu juga. Mengenai apa? Berpikir mengenai kenapa aku harus melakukan hal itu semua? Untuk kepentingan sia pa? Untuk tujuan apa? Dia berusaha sebisa mungkin untuk mengendalikan dirinya, namun air matanya telah menutupi seluruh wajahnya. Dia tiba-tba berdiri dan menangis, Karena kau malu terh adap diriku, kenapa juga aku harus peduli denganmu, aku Kau benar. Kau memiliki sekantung penuh uang emas yang kau kumpulkan, kenapa juga kau mengikutiku? Kau seharusnya sudah pergi jauh-jauh hari. Kau sudah tidak menginginkan diriku lagi? Ya. Baik, baik, baik baik.

Dia menuturpi wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai mengelap air matanya. Fu Hong Xue tidak menghentikannya, juga tidak melihatnya. Dia pergi dan membanting pintu hingga terdengar suara BBLLLLANNGG. Fu Hong Xue masih tetap duduk tidak bergerak . Tubuhnya mulai berhenti bergetar, namun pembuluh darah di kedua tanganya mulai membengkak, dan keringat dingin mulai menutupi dahinya. Tiba-tiba dia terjatuh k e atas lantai dan mulai mengejang, Busa putih mulai keluar dari sisi mulutnya. Dia mula i bergulingan di atas lantai, terengah-engah dan megap-megap seperti hewan. Megapmegap untuk bernapas seperti hewan yang sudah sekarat hampir mati. Pintu tiba-tiba terbuka. Cui Nong perlahan-lahan masuk ke dalam. Air mata di atas lantai telah mengering, air mata

itu mengering dengan cepatnya. Kedua matanya kembali dipenuhi dengan cahaya, nam un kedua tangannya masih bergetar. Namun bukan karena kesedihan, tapi karena khawat ir terhadap Fu Hong Xue. Dia perlahan-lahan berjalan kearahnya, selangkah demi sela ngkah Tiba-tiba dia mendengar suara yang aneh, suara orang mengunyah! Tidak ada seoran gpun yang tahu kapan orang ini telah melayang masuk ke dalam dan duduk di atas jendel a sambil mengunyah kacang. Lu Xiao Jia!

Ekspresi wajah Cui Nong berubah dan dia bertanya dengan tajam, Kenapa kau kesini? Memangnya aku tidak dapat datang kesini? Kau kesini untuk membunuhnya? Lu Xiao Jia tertawa dan mendengus, Memangnya aku yang mencoba membunuhnya? Atau kau? Berubah paras wajah Cui Nong. Kau gila, kenapa aku harus membunuhnya? Lu Xiao Jia menghela napas dan menjawab, Wanita pasti memiliki banyak alasan untuk

membunuh pria. Cui Nong berjalan kedepan Fu Hong Xue dan berkata, Aku tidak peduli apa yang kau katakan, aku tidak akan membiarkan dia menyentuhmu. Meskipun kau memohon aku tidak akan melakukannya. Aku tidak pernah tertarik menyentuh pria. Lalu apa yang ingin kau lakukan? Aku hanya ingin bertanya kepada kalian berdua, apakah sudah menerima undangan. Undangan? Undangan apa? Lu Xiao Jia menghela napas dan berkata, Sepertinya kalian berdua berkeliaran tanpa arah yang jelas selama ini. Kita tidak perlu berkeliaran. Bila kalian tidak berkeliaran, jadi kenapa tidak bisa menemukan orang yang kalian cari? Dia tiba-tiba menarik keluar pedangnya dan dalam sekejap mata dia telah mengukir delapan buah kata di dinding. Tanggal lima belas bulan sembilan, Gedung Awan Putih. Apa maksudnya? Cui Nong bertanya. Maksudnya aku berharap kalian berdua masih hidup untuk datang pada tanggal lima b elas bulan sembilan ke Gedung Awan Putih. Orang mati tidak akan diterima disana. ao Jia Lu Xi

berkata sambil tersenyum. Segulung angin berhembus. Sebutir kuling kacang telah jadih dari lubang jendela. Lu Xiao Jia telah menghilang terbawa angin. Angin menggoyangkan dedaunan dan ranting diluar. Suara terengah-engah Fu Hong Xue mulai berkurang. Cui Nong masih berdiri diam sejenak. Akhirnya dia membungkuk dan memeluknya. Pelukannya hangat dan lembut. Dia selalu mengetahui bagaimana memeluk seorang pr ia.

ooOoo Tamat

Anda mungkin juga menyukai