Anda di halaman 1dari 2

Pulpen Terbang

Cerpen Karangan: Faisal Fajri


Kategori: Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 8 July 2019

“eh pay sini deh.” panggil rojak sembari melambai-lambai tangannya.


“apan si jak?!” tanya paih seraya berjalan menuju rojak yang lagi ngaso di bangku kantin.

Nggak ada hitungan menit, pay. cowok perawakan jangkung itu duduk berhadapan dengan rojak.
“pay, lu liat ini pulpen kan?!” tanya rojak sambil mengangkat pulpen hitamnya tepat di muka yang
ada di hadapannya.
“bodoh, yaiyalah pulpen. Siapa bilang celengan ayam.” dan gelak tawa meramaikan suasana di
situ.

Lamat-lamat gelak-tawa pulang menghilang. Wajah rojak berubah drastis menjadi serius.
“Gini pay. Ini pulpen, pulpen ajaib.” penegasan rojak sambil memilin pulpen hitamnya.
“pulpen ajaib maksudnya gimana?!” pay bingung. sebingung bingungnya orang bingung.
“pulpen ini bisa membuat orang terbang, semacam kayak baling-baling bambu milik doraemon.”
kata rojak meyakinkan.
Pay mengerinyit. Tatapannya tertumbuk ke pulpen yang digenggaman rojak seakan nggak ingin
rojak lepaskan.

“coba buktiin, kalo pulpen loe bisa terbang.” kata pay setengah percaya.

Rojak langsung beringsut ke tepi bangku kemudian berdiri dengan tegap. Tangan kanannya yang
menggengam pulpen hitam itu diangkat tinggi-tinggi seolah menembus sekumpulan awan di siang
yang terik. Seiring kelopak matanya tertutup rapat, mulutnya yang kering nggak henti bergemi
merapalkan mantera.
Pay yang menyaksikan adegan itu hanya terdiam, membisu. nggak ingin mengganggu konsentrasi
teman sebayanya.

Setelah usai merapal mantera, tiba-tiba mata rojak mendelik. Lempar pandang ke arah yang ada
di hadapannya. Pay berigidik.
Kemudian rojak mengangkat dagunya. Tangan kanan masih menghunus ke langit. Rojak
mengambil aba-aba.

Satu…
Dua…
Tiga…
TERBAAAANG!!!

Pay membelalak. Matanya Mengerling. Debar jantungnya nggak menentu, nafasnya terhenti
sesaat. Pay mulai cemas.

Pay celingak-celinguk menatap ke atas gedung sekolah dan bahkan melongok di bawah meja segi
empat. Nggak ada nggak ketemu.

“rojaaaaak di mana loe?!.” pay membuat kerucut dengan tangannya.


“ada di hadapan loe pay.” rojak meringis tersipu malu usahanya gagal.
“gue pikir loe udah terbang kali.” kata pay jawab seenaknya.
“gue butuh momen, biar bisa terbang.” rojak merunduk, mantap lurus ke arah pulpen yang
terhimpit dengan jemari.
“bodoh, gak ada pulpen yang bisa bikin orang terbang.” ucap pay dengan nada tinggi seraya
Meninggalkan rojak yang terpaku di depan meja kantin.

Keesokan harinya.
Setelah pulang sekolah Rojak berjalan lenggang menyusuri koridor seiring murid-murid
berhamburan ke luar kelas. Pikiran rojak berkelana mencari tempat dan momen yang tepat untuk
membuktikan kalo pulpen hitamnya sanggup membawa ia terbang, melayang.

Langkah rojak terhenti di depan kendaraan roda dua yang terparkir di perkarangan sekolah.
Pikirannya terbelesit seakan mendapatkan ide cemerlang tentang momen untuk pulpen ajaibnya
itu. “yah, bukit sakti.” gumamnya.

Bukit sakti nggak begitu jauh jaraknya dari gedung sekolah. Bukitnya terjal, curam dan banyak
Bebatuan tajam, runcing bak ujung tombak yang tertancap di dasar permukaan jurang.
Dengan sepeda motor berwarna hitam metalik rojak melaju menyusuri jalan raya. Debu-debu
terbang ke arahnya tersapu angin panas. sesekali rojak berpeluh menghapus Bulir-bulir yang
tersembul di kerutan kening.

Selang dua puluh menit rojak sudah sampai di bawah kaki bukit sakti. Lantas Pandangan rojak
lurus mengarah jalan setapak. Rojak menekan pegas, suara deru mesin kendaran roda
meramaikan suasana. Ia menerobos masuk membelah kesunyian bukit sakti. Tubuhnya yang
tambun lincah menjaga keseimbangan.

Sesampainya di atas puncak bukit sakti. Rojak melongok ke bawah jurang dari atas ketinggian.
Kakinya kaku tertancap di tepi jurang, rojak menarik napas dalam-dalam dan mendorong keluar
dengan kuat untuk menenangkan dirinya. Ketika kakinya merasa lebih santai. Ia pun terjun ke
dalam jurang hingga suaranya tak terdengar lagi. Begitu cepat, begitu dalam.

Satu menit, dua menit. suaranya masih belum terdengar


Sejam, dua jam. Suaranya masih belum terdengar.
Sebulan, dua bulan. Mayat rojak ditemukan sudah membusuk bersama pulpen hitamnya.

Kutipan moril: jangan percaya dengan barang mistik. Satu hal yang bisa melongsorkan
kepercayaan kepada sang pencipta. Tanpa itu kamu lebih terlihat manusiawi

Anda mungkin juga menyukai