Laporan Praktikum Bioteknologi 2
Laporan Praktikum Bioteknologi 2
DISUSUN OLEH :
NAMA
NIM
KELOMPOK
ASISTEN
Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan
tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman
seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut
dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan
Tujuan
Tujuan dari praktikum bioteknologi bab pembuatan media
kultur, adalah :
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang jenisjenis media pada kultur jaringan dan aplikasi
kegunaannya
Makasiswa dapat mengerti dan memahami tentang
komposisi dan fungsi unsure dalam media MS
(Murashige dan Skog)
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang
teknik-teknik aseptik dalam pembuatan media
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang
perhitungan larutan stok
1.3
Manfaat
Manfaat dari praktikum bioteknologi bab pembuatan media
kultur, adalah :
1. Mahasiswa dapat membuat sendiri larutan stok untuk
pembuatan media kultur jaringan sebagai pengembangan
tanaman
2. Dapat mengerti dan memahami tentang materi-materi
mengenai pembuatan media kultur dan cara aplikasinya
lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi
dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM,
sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsemtrasinya
dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS
dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah
umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain. Media
MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur pada
tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga dikembangkan
media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media:
c.
d.
e.
f.
h.
Unsur Sukrosa
Sukrosa sering ditambahkan pada medium kultur
jaringan sebagai sumber energi yang diperlukan untuk
induksi kalus. Sukrosa dengan konsentrasi 2%-5%
merupakan sumber karbon. Penggunaaan sukrosa di atas
kadar 3% menyebabkan terjadinya penebalan dinding sel.
Pengaruh rangsangan dari gula terhadap pertumbuhan
ditentukan juga oleh cara sterilisasinya. Penggunaan autoklaf
untuk sterilisasi dapat memberikan pengaruh baik atau buruk
terhadap pertumbuhan, tergantung dari gula yang digunakan
dalam medium tersebut.
i.
j.
Unsur Mio-inositol
Unsur Vitamin
Vitamin yang sering digunakan dalam media kultur
jaringan antara lain Tiamin, Piridoksin, dan asam nikotonat.
Fungsi tiamin adalah untuk mempercepat pembelahan sel
pada meristem akar, juga berperan sebagai koenzim daalam
reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan
memindahkan energi. Asam nikotinat penting dalam reaksireaksi enzimatik, sebagai prekursor dari beberapa alkaloid.
Pemberian vitamin C bertujuan untuk mencegah terjadinya
pencoklatan pada permukaan irisan jaringan. Vitamin yang
sering ditambahkan dalam medium kultur jaringan adalah
niasin, glisin, piridoksin HCl, tiamin HCl, mio-inositol, asam
folat, sianokobalamin, riboflavin, iotin, kolin klorida,
kalsium pentetonat, piridoksin fosfat, nikotinamida.
l.
m.
Sitokinin
sitokinin berperan dalam pembelahan sel tanaman
terutama mempengaruhi metabolisme asam nukleat dan
sintesis protein. Protein berpengaruh terhadap pembelahan
sel tanaman.
o.
Auksin
auksin berperan dalam proses merubah sifat osmotik
dari vakuola dan berpengalaman terhadap perpanjangan sel
tanaman sedangkan sitokinin berpengaruh pada pembelahan
sel dan diferensiasi sel. Pemanjangan sel ke arah vertikal
yang diikuti dengan pembesaran sel akan meningkatkan
bobot basah tanaman. Peningkatan bobot basah tanaman
terutama disebabkan meningkatnya pengambilan air oleh sel
tanaman. Air serta zat pengatur jumbuh dan nutrisi yang
terkandung dalam air kelapa masuk ke dalam sel dan dinding
sel mengembang, dengan makin besarnya sel yang terbentuk
akan berpengaruh terhadap berat basah tunas tanaman.
(Sriyanti, 1994)
2.3
Autoklaf ini sangat cepat dan dapat diprogam waktu sterilisasi, serta
waktu pendinginan. Setelah sterilisasi bahan atau alat selesai,
temperatur dan tekanan autoklaf diturunkan secara perlahan-lahan
dalam waktu 15-20 menit. Pada autoklaf yang programmable, panas
ini diatur secara atomatis. Tetapi pada autoklaf yang sederhana hal
ini harus diatur secara manual.
Pada prinsipnya, sterilisasi autoclave menggunakan panas
dan tekanan dari uap air. Temperature sterilasi biasanya 121 o C,
tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square
inci) atau 1 atm.Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan
jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara
20-40 menit tergantung dari volume bahan yang disterilkan.
Sterilisasi media yang terlalu lama menyebabkan :
1. Penguraian gula.
2. Degradasi vitamin dan asam-asam amino.
3. Inaktifasi sitokinin zeatin riboside.
4. Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.
( Lydiane Kyte & John Kleyn. 1996 : 169)
Autoklaf gas atau listrik portable pada umumnya
mempergunakan sumber uap dari pemanasan air yang ditambahkan
ke dalam autoklaf, sedangkan autoklaf besar pada laboratorium
komersil pada umumnya menggunakan uap dari boiler sentral.
Bagian-bagian autoklaf :
1. Panci luar.
2. Panci dalam tempat meletakkan botol dengan alur tempat
saluran uap.
3. Tutup beserta penunjuk tekanan dan saluran uap.
4. Katup pengeluaran uap.
5. Pengunci atau klem.
Dalam sterilisasi aquadest, lebih efektif bila digunakan
wadah yang mempunyai volume antara 300 500 ml. Isi wadah
tersebut sampai 80% volume, dan tutup dengan kertas, serta
kencangkan dengan karet gelang.
Media disterilkan dalam autoklaf. Untuk aquadest sebaiknya
dimasukkan dalam wadah kecil misalnya erlemeyer 250 ml dengan
isi maksimum 100 ml, agar sterilisasi lebih efektif. Waktu sterilisasi
Alat :
1. 14 botol kultur : berfungsi sebagai tempat media kultur
2. 2 pak karet gelang : berfungsi untuk penutup atau tali
penutup plastik dan alumunium
3. Plastik tahan tanas (untuk 8 botol, dengan ukuran pxl; 12 x
13 cm) : sebagai penutup botol kultur (perlakuan a)
4. Gelas ukur : untuk mengukur cairan yang di butuhkan
5. Mikro pipet : untuk mengambil larutan stok dengan ukuran
terkecil mikro meter
6. Beaker glass : untuk tempat pembuatan larutan stok
7. pH universal (indikator pH) : untuk mengukur pH larutan
8. sitter : megaduk larutan
9. microwave : untuk memasak larutan hingga larutan
mengental
10. alumanium foil (unutk 6 botol, dengan ukuran pxl; 24 x 15,
kertas di lipat/rangkap) : sebagai penutup botol kultur
(perlakuan b)
11. autoclave : sterilisasi botol kultur sebelum di masukkan ke
ruangan pengamatan
12. Timbangan analitik : untuk menimbang berat bahan yang
diperlukan
13. Oven : sterilisasi kering botol kultur
bahan :
Aquades
Makro
Mikro A
Mikro B
FeEDTA
Vitamin
CaCl2
Fungsi
Sukrosa
3.2
Agar-agar
: 3 ml
Autoclave
3.3
Analisa Perlakuan
4.1
No
Hari
Pengamatan KeHari ke-2 (17
Oktober 2012)
Botol
Ke1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis
Kontaminan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hari ke 4 (19
Oktober 2012)
1
2
3
4
5
6
7
8
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hari ke 6 (22
Oktober 2012)
1
2
3
4
5
6
7
8
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hari ke 8 (24
Tidak ada
Keteranga
n
Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
Tidak
Oktober 2012)
2
3
4
5
6
7
8
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
5
Hari ke 10 *(25
1
Tidak ada
Tidak
Oktober 2012)
2
Tidak ada
terjadi
3
Tidak ada
kontamina
4
Tidak ada
n dengan
5
Tidak ada
warna
6
Tidak ada
yang
7
Tidak ada
masih
8
Tidak ada
putih dan
sudah
mengental
6
Hari ke 12 (29
1
Tidak ada
Tidak
Oktober 2012)
2
Tidak ada
terjadi
3
Tidak ada
kontamina
4
Tidak ada
n dengan
5
Tidak ada
warna
6
Tidak ada
yang
7
Tidak ada
masih
8
Tidak ada
putih dan
sudah
mengental
*Seharusnya tanggal 26 Oktober 2012, karena libur, jadi pengamatan
dimajukan 1 hari pada tanggal 25 Oktober 2012
b. Tabel media kultur dengan penutup Aluminium Foil
N
o
1
Hari Pengamatan
KeHari ke-2 (17
Botol
Ke1
Jenis
Kontaminan
Tidak ada
Keteranga
n
Tidak
Oktober 2012)
2
3
4
5
6
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hari ke 4 (19
Oktober 2012)
1
2
3
4
5
6
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hari ke 6 (22
Oktober 2012)
1
2
3
4
5
6
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hari ke 8 (24
Oktober 2012)
1
2
3
4
5
6
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
Tidak
terjadi
kontamina
n dengan
warna
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
5
Hari ke 10 *(25
1
Tidak ada
Tidak
Oktober 2012)
2
Tidak ada
terjadi
3
Tidak ada
kontamina
4
Tidak ada
n dengan
5
Tidak ada
warna
6
Tidak ada
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
6
Hari ke 12 (29
1
Tidak ada
Tidak
Oktober 2012)
2
Tidak ada
terjadi
3
Tidak ada
kontamina
4
Tidak ada
n dengan
5
Tidak ada
warna
6
Tidak ada
yang
masih
putih dan
sudah
mengental
*Seharusnya tanggal 26 Oktober 2012, karena libur, jadi pengamatan
dimajukan 1 hari pada tanggal 25 Oktober 2012
4.2
Pembahsan
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.2
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
a,
2012.
Teknik
Sterilisasi
http://elearning.unram.ac.id/KulJar/BAB%20IV
%20STERILISASI/IV2%20Sterilisasi
%20Alat.html.
Diakses Tanggal 16 Oktober 2012
Kyte, Lydiane & John Kleyn. 1996. Plants from Test Tubes.
USA: Timber Press
Anonymous
b,
2012.
Teknik
http://www.iptek.net.id/ind/?ch=isti&id=211.
Tanggal 16 Oktober 2012
LAMPIRAN
Sterilisasi.
Diakses
Plastik
Alumunium
Plastik
Alumunium
Plastik
Alumunium
Plastik
Alumunium
Plastik
Alumunium