Anda di halaman 1dari 6

Fungsi Oral Aksi dari fungsi mastikasi menirukan struktur internal dari mulut, tulang, dan jaringan lunak.

Budaya orang primitif seperti orang Eskimo umumnya melakukan aktivitas otot (mengunyah kulit) yang luar biasa. Fungsi yang sangat besar ini menghasilkan gigi yang sehat, oklusi yang ekstensif pada gigi, tulang alveolar yang kuat, dan mandibula yang sangat berkembang. Temuan mengindikasikan hubungan yang erat antara perkembangan mastikasi dan konsistensi fisik pada makanan. Semakin keras makanan maka perkembangan alveolar dan tulang-tulang pendukung akan semakin kuat. Oklusal kontak yang prematur atau , kurangnya kontak, gigitan terbuka, overjet yang besar dapat mengganggu fungsi mastikasi dan mengubah morfologi tulang, formasi lengkung rahang, dan postur bibir. Pada situasi kebanyakan, sulit untuk menentukan apakah fungsi abnormal otot disebabkan langsung oleh terganggunga struktur tulang atau karena masalah fungsi oral. Fungsi oral pada pasien yang abnormal (Gambar 3-7c) secara signifikan mengalami kesulitan untuk memotong makanan dengan gigi depan dan mengalihkan fungsi memotong ini pada gigigigi posterior. Pada pasien dengan gigitan terbuka, menelan dengan gigi-gigi posterior beroklusi merupakan mekanisme kompensasi untuk mengurangi vertikal dimensi anterior saat oklusi. Pada kasus ini individu berusaha untuk medekatkan gigi-gigi anteriornya Pasien dengan overjet yang besar, umumnya pada maloklusi kelas II divisi 1, bibir atas terangkat dan memberikan tekanan dibelakang insisif maksila (Gambar 8-4). Postur bibir dan adaptasi resultan mandibula menghasilkan hubungan overjet yang semakin besar. Overjet yang berlebihan mencegah terjadinya hubungan bibir atas dan bawah yang efektif. Pada kasus ini, hiperaktif dari otot mentalis dapat terjadi . Selama mastikasi, seseorang protruif insisif maksila mengurangi aktivitas bibir atas. Pengurangan ini mengakibatkan pengurangan tekanan terhadap insisif maksila. Pada kelas II ditemukan aktivitasi abnormal pada aktivitas elektomiografik di bagian anterior otot temporal dan otot masseter. Serat temporalis posterior menjadi hiperaktif. Penelitian mengatakan bahwa mandibula pada kelas II divisi 1 berada pada posisi posterior. Posisis posterior pada mandibula menghasilkan oklusi dental yang tidak stabil sehingga dapat menyebabkan displacement pada puncak mandibula ke distal sendi temporomandibula.

Posisi Istirahat Mandibula Aktivitas neuromuskular pada sistem mastikasi merupakan penentu utama dari posisi dan fungsi mandibula. Fungsi mandibula secara tradisional dianalisis dengan 3 posisi: istirahat, relasi sentrik (posisi yang paling stabil pada sendi dengan jaringan ikat yang sehat), sentrik oklusi (interkuspasi maksimal dari gigi gigi). Seluruh gerakan fungsional dari mandibula dimulai dengan posisi istirahat mandibula. Pada saat istirahat, mandibula ditahan dalam suspensi oleh aktvitas miotonik pasif dari otot-otot kraniomandibula dan inframandibula berhubungan dengan otot fasial. Aktivitas pasif terjadi saat kepala berada posisi ortostatik, saat tulang malar dari region kraniofasial berada vertikal dengan sternum (Gambar 8-5). Pada posisi istirahat ini, baik saat individu berdiri atau duduk . gigi gigi tidak dapat di oklusikan, mandibula saat istirahat menghasilkan ruangan interoklusal atau freeway space (Gambar 8-6). Ruangan ini berkisar antara 1 dan 10 mm (Manns). Freeway space ini ditentukan oleh gerakan kepala, usia, stimulus sensorik pada gigi gigi, aktivitas otot, kondisi fisiologis dan psikiologis individu, penyakit-penyakit otot oral-fasial, dan derangemen intrakapsular pada sendi temporomandibula. Freeway space dapat bervariasi pada tiap individu, tetapi relative konstan pada individu yang sama kecuali terjadi kondisi abnormal. Hilangnya freeway space yang normal harus dipertimbangkan oleh praktisi saat akan memulai program terapi pada kepala, leher, dan sistem kraniomandibula. Hilangnya posisi normal istirahat pada mandibula memberikan efek yang signifikan pada individu yang sedang tumbuh sehingga dapat mengganggu erupsi normal gigi-gigi posterior. Sehingga dapat terjadi erupsi abnormal pada gigi-gigi posterior yang disebabkan oleh penurunan dimensi vertikal dan menghasilkan overbite yang dalam. Pada individu yang telah melewati fase pertumbuhan, hilangnya posisi normal istirahat meningkatkan erupsi dari gigigigi posterior sehingga meningkatkan dimensi vertikal. Peningkatan dimensi vertikal menyebabkan pemanjangan otot dan mengganggu profil fasial. Perubahan ini dapat menyebabka open bite. Sebaliknya, koreksi dari kondisi ini dapat mengembalikan hubungan yang stabil dari struktur oral dengan ruangan interoklusal yang lebih besar dan lebih normal pada saat istirahat. Saat mandibula istirahat, ia menekan hubungan maksila. Individu nondisfungsional akan mengalami reduksi dari overjet dan overbite saat posisi istirahat mandibula. Pada pasien kelas II divisi 1, mandibula terletak ke anterior jika dibandingkan dengan posisi normal dan digambarkan sebagai posisi pseudo-rest. Posisi ke anterior pada mandibula ini mengkonpensasi oklusi distal yang sering terdapat pada hubungan kelas II.

Oklusi sentrik menggambarkan posisi mandibula yang memungkinkan maksimal interkuspasi dari gigi-gigi. Pada individu muda yang normal posisi oklusi sentrik tidak sama dengan posisi mandibula saat relasi sentrik. Pada individu yang abnormal oklusi sentrik kira-kira 2 mm anterior dari posisi relasi sentrik mandibula. Diskrepansi antara oklusi sentrik dan relasi sentrik berhubungan dengan kurang harmoninya fungsi ototo-otot yang mengontrol pergerakan mandibula. Pada hubungan sentrik, mandibula berada pada posisi stabil dan kondilus pada fossa. Ini terdapat pada sendi temporomandibula yangs ehat dengan jaringan ikat, ligament, dan integritas kapsul yang normal. Individu dengan oklusi yang seimbang dan hubungan kuspa yang sesuai pada sentrik oklusi dan relasi sentrik. Puncak mandibula melakukan hinge movement saat pergerakan dari posisi istirahat ke interkuspasi total. Pada individu dengan interferens oklusal, puncak mandibula melakukan gerakan translasi yang mengganggu oklusi sentrik dan relasi sentrik. Gerakan translasi yang berlebihan dapat menyebabkan derangemen sendi temporomandibula seperti pemanjangan dari ligament lateral dan posterior dan pemanjangan diskus. Posisi Ortostatik Kepala Postur kepala dijaga oleh sepasang otot-otot agonis dan antagonis yang menyediakan keseimbangan fungsional dan dinamis serta stabilitas. Otor posterior servikal pada leher menarik kepala kebawah dan kebelakang, sementara otot mastikasi, otot hyoid, dan otot anterior servikal memberikan gaya yang berlawanan dengan menarik kepala kedepan dan sedikit kebawah. Gaya dan aksi resultan dari sepasang otot ini menjaga kepala pada posisi tegak dan ortostatik. Otot postur mayor pada mandibula adalah temporalis posterior dan juga maseter anterior dan otot pterygoid medial (Gambar 7-6, 7-9). Posisi normal fisiologis mandibula adalah posisi istirahatnya seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, dan dikontrol oleh aktivitas tonus otot. Aktivitas otot mandibula berkomplemen dengan kapsula artikular, sensori ligament, dan otot depresor pada supra dan infrahyoid. Saat kepala bergerak ke posterior, kepala tertekuk kebelakang dan mandibula jatuh kebawah dan kebelakang. Sebagai konsekuensinya, relasi bibir terganggu karena lidah kehilangan kontaknya dengan palatum. Posisi abnormal dapat dimulai dengan gerakan yang tidak disadari pada rotasi posterior kepala atau sebagai sindroma bernafas melalui mulut

Lip Seal Postur bibir ditentukan oleh panjang bibir (lebar). Pada bibir yang menutup normal, bibir bawah diukur dari nasal septum ke garis merah dari bibir atas (vermilian border). Posisi ini disebut normal jika bibir atas mampu menutupi paling sedikit 1/3 dari permukaan gigi atas. Gangguan dari inklinasi insisif, tinggi vertikal oklusi, atau panjang 1/3 wajah akan mengganggu penutupan bibir normal (Gambar 8-71.b). Lip seal membantu dalam penelanan, melindungi gigi dan jaringan periodontal, serta menyediakan stabilitas bagi sentral insisif dan 6 gigi anterior. Pada penutupan bibir normal,hanya sedikit otot yang berkontraksi yang diperlukan untuk mendapatkan lip seal. Pada kasus bibir atas yang pendek, kurang dari setengah dari gigi atas yang tertutupi, dan aktivitas otot yang signifikan diperlukan untuk menutup bibir. Sebagai tambahannya, kontraksi dari otot mentalis ditemukan saat pasien menutup bibir. Kontraksi dari otot mentalis meratakan area dari simfisis mentonium dan menggerakan inferior labial sulkus keatas dan kedepan sehingga menghasilkan lekukan mentonian yang dalam. Posisi dan resultan hiperaktivitas pada otot mentalis ini harus dievaluasi karena merupakan penyebab paling sering crowding pada mandibula (Gambar 8-4). Pada proses perencanaan perawatan, praktisi harus menyadari bagaimana melakukan reintroduksi dari posisi istirahat normal bagi bibir bawah dan otot mentalis sehingga dapat mencegah aktivitas yang berlebihan bagi struktur uni sekitar prosesus koronal dari insisif bawah. Pada kelas II divisi 1 terdapat aktivitas yang berlebihan pada bibir bawah (Gambar 8-8). Hiperaktivitas menghasilkan bibir atas yang pendek dengan hiperaktivitas bibir bawah. Sehingga dihasilkan intrusi gigi depan atas. Hiperaktivitas pada otot-otot yang berhubungan memberikan restraining effect pada gigi gigi, seperti gigi gigi dibalut dengan gaya elastic yang sangat kuat dari arah anterior ke posterior. Pada maloklusi kelas 3 dengan inklinasi anterior, bibir bawah cenderung tertarik dan hipotonus terhadap insisif bawa, memberikan koreksi fungsional bagi gigi gigi (Gambar 8-9). Maka itu koreksi disfungsi relasi gigi melalui adaptasi fungsional. Ingat bahwa bibir pada dasarnya melekat pada occiput melalui otot-otot buccinators dan superior pharyngeal konstriktor (otot cincin) (Gambar 3-10). Posisi Istirahat pada Lidah Ukuran lidah, posisi, dan fungsi dapat menjadi faktor kontribusi dalam perkembangan maloklusi. Ukuran lidah yang tepat sulit diukur karena volume lidah dianalisis dalam relasinya dengan ukuran maksila. Prognosis bagi peningkatan kondisi oral sangat terbatas secara signifikan oleh ukuran lidah yang abnormal.

Lidah yang besar dapat mengisi rongga mulut dengan berlebihan sehinga dapat meninggalkan bekas scalloping pada margin lateral. Lidah yang besar dapat menyebabkan formasi lengkung rahang yang besar, inklinasi gigi ke bukal atau labial dan open bite posterior. Jika lidah terlalu kecil dapat menyebabkan kecil dan sempit nya lengkung rahang sehingga gigi posterior dapat berinklinasi ke lingual. Secara klinis, praktisi harus mengidentifikasi volume relative lidah dan posisi istirahat lidah relatif terhadap maksila. Volume dan posisi istirahat lidah bervariasi sesuai dengan usia individu. Pada bayi, ukuran yang besar pada lidah dapat menyebabkan posisi istirahat lidah terletak pada dasar mulut. Ini merupakan alasan mengapa bayi-bayi, pada usia pertamanya tidak memiliki dual respirasi (pernafasan mulut dan hidung). Setelah usia 1 tahun lidah terletak pada posisi lebih tinggi berlanjut pada posisis istirahat pada dewasa yaitu pada palatum. Posisi istirahat lidah pada orang dewasa muncul setelah usia 2 tahun dan terjadi pada bagian anterior lidah yang berkontak dengan rugae palatine dan lateral margin lidah termasuk aspek lingual dari tepi gigi posterior. Posisi ini harus dijaga sampai usia 13-14tahun yang merupakan perkembangan terakhir pada pertumbuhan lidah. Pertumbuhan akhir lidah meliputi pelebaran struktur. Fase ini merupkana kondisi yang paling sulit untuk dikontrol selama perawatan aktif ortopedik dan ortodontik. Sebagai konsekuensinya, growth spurt perlu menjadi pertimbangan saat merawat pasien usia 13-14 tahun. Karena pada fase ini lidah menghasilkan gaya transversal terhadap lengkung rahang atas. Jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan relaps pada perawatan ortodontik. Jika maksila tidak dapat beradaptasi dengan ukuran dan volume yang baru, maka akan mengalami penurunan dan ekspansi lateral. Ekspansi lateral dapat menyebabkan open bite lateral (gambar 8-10a) atau gaya anterior yang berlebihan (Gambar 8-10b), sehingga mengganggu hubungan normal antar gigi gigi secara anterior, vertikal, atau horizontal (Gambar 8-10c). Pola Penelanan Fungsional Posisi istirahat lidah memainkan peranan penting dalam fungsi normal untuk berbicara, mastikasi ,dan penelanan. Saat lahir dan pada masa bayi gum pad rahang atas dan bawah tidak beroklusi. Lidah pada saat ini terlalu besar untuk mengakomodasu maksila. Selama penelanan lidah menghasilkan suction dan protrusi, menstimulasi otot perioral dan kontraksi ritmik. Individu menggunakan gerakan ritmik untuk melakukan pola penelanan pada bayi. Lidah mengalami pembesaran dua kali seiring dengan pertumbuhan bayi. Peningkatan ukuran secara signifikan berkontribusi pada maturasi pola penelanan. Pola penelanan dewasa memiliki karakteristik gigi yang beroklusi, ujung lidah yang terletak pada rugae palatine, dan kontraksi minimal pada otot fasial. Fungsi ini akan tampak normal setelah usia 2 tahun. Jika

individu tidak memiliki pola penelanan dewasa maka ia memiliki kemungkinan dalam hambatan perkembangan maksila, hubungan abnormal gigi gigi, dan kelainan kraniofasial.

Anda mungkin juga menyukai