Anda di halaman 1dari 46

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak Negara di seluruh dunia. UNAIDS,Badan WHO yang mengurusi masalah AIDS,memperkirakan jumlah ODHA di seluruh dunia pada Desember 2004 adalah 35,9-44,3 juta orang. Saat ini tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/AIDS. HIV/AIDS menyebabkan krisis kesehatan,krisis pembangunan Negara,krisis

ekonomi,pendidikan dan juga krisis kemanusian. Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan,AIDS memerlukan respons dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV.[1] Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang terjadi ketika sistem imun seseorang rusak oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Sindrom ini ditandai dengan adanya infeksi oportunistik ataupun keganasan yang berakibat fatal. Munculnya sindrom ini berkaitan erat dengan berkurangnya kekebalan tubuh yang prosesnya tidak terjadi dengan seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.(2,3) Di Indonesia pertama kali kasus AIDS ditemukan pada tahun 1987 di Bali, dan sampai sekarang jumlah kasusnya semakin meningkat. Di sebagian besar wilayah Indonesia, HIV/AIDS terkonsentrasi di populasi beresiko tinggi tetapi dalam populasi tersebut khususnya Pengguna Napza Suntik (selanjutnya disebut PENASUN) dan pekerja seks angka infeksi meningkat secara cepat. Di Papua, epidemi sudah menyebar ke populasi umum. (4)

Sejak tahun 1985 sampai 1996 kasus AIDS masih amat jarang ditemukan di Indonesia. Sebagian besar ODHA (orang dengan HIV/AIDS) pada periode itu berasal dari kelompok homoseksual. Sampai dengan akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan. Jumlah itu tentu masih sangat jauh dari jumlah sebenarnya.[5] Fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa peningkatan infeksi HIV yang semakin nyata pada pengguna narkotika. Padahal sebagian besar ODHA yang merupakan pengguna narkotika adalah remaja dan usia dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Sebuah survey di Jakarta menunjukkan peningkatan kasus infeksi HIV pada pengguna narkotika yang sedang menjalani rehabilitasi yaitu 15% pada tahun 1999, meningkat cepat menjadi 40,8% pada tahun 2000 dan 47,9% pada tahun 2001. (5) Berdasarkan hasil survey dari Ditjen PP dan PL Kemenkes RI pada bulan Maret 2013 maka dilaporkan bahwa Pria paling banyak menderita HIV/AIDS dengan angka kumulatif kejadian 24,0%,wanita sebanyak 12,5%,dan yang tida diketahui sebanyak 6,85%. Berdasarkan cara penularan maka yang menduduki urutan pertama adalah Heteroseksual sebanyak 25,9%,homoseksual sebanyak 1,02%,IDU sebanyak 7,79%,transfuse darah sebanyak 86%,transmisi perinatal sebanyak 1,18%,dan penyebab yang tidak diketahui sebanyak 7,12%.[6] HIV tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.[7] Sedangkan untuk daerah Sulawesi Selatan sendiri dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan hingga akhir tahun 2007 sudah terdapat 1630 kasus HIV/AIDS dengan kota Makassar sebagai penyumbang kasus tertinggi. [5] Secara kumulatif kasus HIV/AIDS sampai Juni 2009 adalah 28.260. Persentase kumulatif infeksi HIV tertinggi berdasarkan kelompok umur yaitu 30-39 tahun

(16,49%), kemudian kelompok umur 20-29 tahun (15,41%), dan kelompok umur kurang dari 1 tahun (13,61%). Sedangkan berdasarkan penularan HIV, kasus tertinggi pada pengguna napza suntik/ penasun 52,18%, kelompok waria 25,89%, dan pasangan risiko tinggi 15,83%. Jumlah warga yang terindikasi reaktif Human Immunideficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Propinsi Sulawesi Selatan terus bertambah. Dari data-data di atas dapat dilihat beragamnya karakteristik penderita HIV/AIDS di Indonesia, oleh karenanya peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana karakteristik penderita HIV/AIDS di Sulawesi Selatan. Adapun penulis memilih RSUP.Wahiddin Sudirohusodo sebagai lokasi penelitian karena Rumah Sakit tersebut sebagai pusat rujukan di Propinsi Sulawesi Selatan yang menangani pasien HIV/AIDS baik dari masalah VCT, diagnosis, dan pengobatan.

1.2.Rumusan Masalah Mengetahui bahwa HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dan merupakan penyakit yang berbahaya, sehingga penulis ingin mengetahui dan meneliti kenyataan di lapangan tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP Wahidin Sudirohusodo pada periode bulan Januari 2013 Juni 2013. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu bagaimana karakteristik penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo menurut:

1. 2. 3. 4. 5.

Umur Jenis kelamin Keluhan Utama Infeksi Oportunistik Pemeriksaan Penunjang(Hasil Laboratorium dan Radiologi)

6. 7. 8. 9.

Riwayat Berobat Sebelumnya Riwayat Perilaku beresiko Rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk Rumah Sakit Suku/Daerah asal dan pekerjaan

1.3. 1.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo Periode Bulan Januari-Juni 2013.

2.

Tujuan Khusus Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013 menurut umur Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013 menurut jenis kelamin Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013 menurut Keluhan Utama Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013 menurut Infeksi Oportunistik Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013 menurut Pemeriksaan Penunjang(Hasil Laboratorium dan Radiologi)

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013 menurut riwayat berobat sebelumnya

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013 menurut riwayat perilaku beresiko

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013 menurut rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk Rumah Sakit

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013 menurut suku/daerah asal dan pekerjaan

1.4.Manfaat Penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasanah ilmu pengetahuan dan memicu penelitian lainnya, khususnya yang berkaitan dengan penyakit HIV/AIDS sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan di kemudian hari. b. Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan informasi bagi peneliti lainnya dan menjadi bahan masukan bagi instansi terkait dalam menentukan arah kebijakan kesehatan di masa yang akan datang. c. Bagi instalasi kesehatan yang bersangkutan merupakan informasi yang berharga utnuk meningkatkan pelayanan terhadap penderita HIV/AIDS. d.Bagi peneliti sendiri penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang HIV/AIDS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI AIDS (Acquired Imunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Imunodeficiency Virus) yang termasuk family retrovirus. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.[2,6] Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah Sindrom akibat defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.[8]

2.2. EPIDEMIOLOGI Penularan HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik pada pengguna narkotik, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, kelompok resiko tinggi terhadap HIV/AIDS adalah pengguna narkotik, pekerja seks komersil dan pelanggannya, serta narapidana. Namun infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan masyarakat, baik kelompok resiko tinggi maupun masyarakat umum. [6,7] Surveilens pada donor darah dan ibu hamil biasanya digunakan sebagai indikator untuk menggambarkan infeksi HIV/AIDS pada masyarakat umum. Jika pada tahun 1990 belum ditemukan darah donor di Palang Merah Indonesia (PMI) yang tercemar HIV, maka periode selanjutnya ditemukan infeksi HIV yang jumlahnya makin lama makin meningkat.[6]

2.3.ETIOLOGI Penyebab AIDS adalah virus yang tergolong dalam retrovirus disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali ditemukan oleh Barre Sinoussi, Montagnie, dkk pada tahun 1983 dan disebut Lymfadenopati Associated Virus (LAV). Tahun 1984, Popovic menggambarkan adanya perkembangan sel yang tetap berlangsung dan produktif setelah diinfeksi oleh retrovirus yang dinyatakan sebelumnya sebagai Human T Cell Lymphotropic Virus (HTLV) I, HTLV II, HTLV III yang lebih dikenal sebagai LAV. Virus-virus lain telah diisolasi dari semua penderita AIDS di Amerika Tengah, Eropa, Afrika Tengah semuanya merupakan virus yang kemudian diisebut HIV-1. Namun, pada tahun 19855 ditemukan retrovirus lainnya yang berbeda dengan HIV-1 pada penderita AIDS di Afrika Barat. Virus ini kemudian dikenal denagn HIV-2. HIV-2 lebih mirip dengan monkey virus yang disebut Simian Immunodeficiency Virus (SIV).[3,9] Kedua jenis virus ini memiliki banyak persamaan diantaranya menular dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi-infeksi oportunistik dan AIDS yang serupa, namun pada HIV-2 kurang virulen dibanding HIV-1 dan jarang menular secara vertikal. HIV-1 ditemukan hampir di seluruh belahan dunia, sedangkan HIV-2 jarang ditemukan di luar Afrika Barat. [2,3,10]

2.4.PATOGENESIS Infeksi HIV terjadi bila virus masuk ke dalam sel. Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul CD4+. Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting jadi hilangnya fungsi tersebut akan menyebabkan gangguan respon imun yang progresif. [6,11] Materi genetik virus masuk ke dalam DNA sel yag terinfeksi. Di dalam sel virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghacurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan

menghancurkannya. Sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan terifeksi. [2,6] Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit CD4+ melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun: [2,3,11] 1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4+ sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa

menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. 2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi. Perjalanan dari virus ini melalui beberapa rute hingga terjadi penularan AIDS. Virus tersebut menular melalui [2,5,11]: 1. Penularan secara seksual, HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi. Sangat sulit untuk menentukan kemungkinan terjadinya infeksi melalui hubungan seks, kendatipun demikian diketahui bahwa resiko infeksi melalui seks vaginal umumnya tinggi. Penularan melalui seks anal dilaporkan memiliki resiko 10 kali lebih tinggi dari seks vaginal. Seseorang dengan infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati, khususnya yang berkaitan dengan tukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh) memiliki rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan atau terjangkit HIV selama hubungan seksual. Dalam hal penularan HIV, seks oral dipandang

sebagai kegiatan yang rendah resiko. Resiko dapat meningkat bila luka atau tukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi terjadi di dalam 2.

terapat mulut.

Penularan melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian. Mengguanakan kembali atau memakai jarum suntik secara bergantian merupakan cara penularan HIV yang sangat efisien. Resiko penularan dapat diturunkan secara berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum suntik baru yang sekali pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali. Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap Kewaspadaan Universal.

3.

Penularan melalui transfusi darah. Kemungkinan resiko terjangkit HIV melalui transfusi darah dan produk-produk darah yang terkontaminasi ternyata lebih tinggi (lebih dari 90%).

4.

Penularan dari ibu ke anak. HIV dapat ditularkan ke anak selama masa kehamilan, pada proses persalinan, dan saat menyusui. Pada umumnya, terdapat 15-30% resiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan sesudah kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi resiko infeksi, khususnya jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran (semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula resikonya). Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga terjadi melalui pemberian air susu ibu.

2.5.MANIFESTASI KLINIK Human Immunodeficiency Virus yang menginfeksi seseorang dapat

menimbulkan gejala klinis yang berbeda-beda. Lesi-lesi yang muncul mulai dari tahap infeksi hingga gambaran AIDS yang sempurna (full blown AIDS) beberapa tahun kemudian. Secara umum gambaran klinis akan tampak sesuai tahap-tahap sebagai berikut:

a)

Infeksi akut Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut,

diantaranya demam, arthralgia, sakit kepala, limfadenopati, ruam kulit, nyeri menelan, mual, muntah, diare, atau batuk yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara 6-8 minggu setelah terinfeksi. Gejala-gejala tersebut biasanya sembuh sendiri setelah 8 minggu.[6,7,11]

b) Asimptomatik setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik. Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang yang perjalan penyakitnya amat cepat, dapat hanya sekitar 2 tahun,dan ada pula yang perjalanan penyakitnya lambat (non-progressor). Pada fase ini keadaan pasien tampak baik, namun tetap terjadi replikasi HIV yang tinggi yakni 10 partikel setiap hari. Replikasi yang cepat ini disertai dengan mutasi HIV dan seleksi, sehingga muncul HIV yang resisten. Bersamaan dengan replikasi HIV,terjadi kehancuran CD4 yang tinggi.[6,7,12] c) Limfadenopati generalis Keadaan ini ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening lebih dari 2 symptomatic disease.[7,9] d) Infeksi simptomatik Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak sehingga pasien yang terinfeksi HIV akan memperlihatkan gejala-gejala seperti: penurunan berat malignansi, gangguan neurologis, dll. [6,11,12] Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi badan,demam cm

di dua tempat atau lebih yang biasanya terjadi paling kurang 3 bulan sebelum onset

yang hilang timbul, diare kronis, kelelahan, infeksi jamur, tuberkulosis, herpes,

10

berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut (4,8): Tahap I, penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS. Tahap II, (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernapasan bagian atas yang tak sembuh-sembuh). Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru- paru). Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernapasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi), atau paru-paru dan SarkomaKaposi).

2.6.KRITERIA DIAGNOSIS Diagnosis untuk HIV/AIDS bisa dilakukan dengan melihat kriteria mayor dan minor dan dilanjutkan dengan melakukan test HIV. Untuk Dewasa (>12 tahun) dikatakan mengidap AIDS apabila : Test HIV ( + ) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor. Ditemukan Sarcoma Kaposi atau Pneumonia pneumocystis cranii.[13] Untuk anak - anak ( < 12 tahun ) : dikatakan mengidap AIDS apabila :

Lebih dari 18 bulan : test HIV (+) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejala minor.

Kurang dari 18 bulan : test HIV ( + ) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejala minor dengan ibu yang HIV (+).

Gejala Mayor: - Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan - Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

11

- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan - Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis - Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala Minor: - Batuk menetap lebih dari 1 bulan - Dermatitis generalisata - Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang - Kandidias orofaringeal - Herpes simpleks kronis progresif - Limfadenopati generalisata - Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita - Retinitis virus sitomegalo Jika, ada kecurigaan ke arah HIV/AIDS segera ke VCT ( Voluntary Counseling Testing ) di rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan yang lebih lanjut. Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh. Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan apabila terdapat infeksi oportunistik atau limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm3. [6,12,14]

2.7.PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang terinfeksi HIV sangatlah penting, karena pada infeksi HIV gejala klinisnya dapat baru terlihat setelah bertahun-tahun lamanya. Terdapat btereberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis infeksi HIV. Secara garis besar dapat diabagi menjadi pemeriksaan

12

serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV yang dapat dilakukan dengan isolasi dan biakan virus. Pemeriksaan yang lebih mudah dilaksanakan adalah pemeriksaan terhadap antibodi HIV. Sebagai penyaring biasanya digunakan teknik ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay), aglutinasi atau dot-blot immunobinding assay. Metode yang biasanya digunakan di Indonesia adalah dengan ELISA. Namun perlu diperhatikan bahwa antibodi mulai terbentuk pada 4-8 minggu setelah infeksi, jadi jika pada masa ini hasil tes HIV pada seseorang yang sebenarnya sudah terinfeksi HIV dapat memberikan hasil yang negatif. Untuk itu, jika kecurigaan akan adanya resiko terinfeksi cukup tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan ulangan 3 bulan kemudian. [2,6,7]

2.8.PENATALAKSANAAN Secara umum penatalaksanaan bagi penderita HIV/AIDS terdiri atas beberapa jenis, yaitu [6,11,15]: 1. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral (ARV).Pengobatan dengan ARV dapat memberikan dampak yang besar pada infeksi HIV. Dengan penggunaan ARV, walaupun infeksi HIV tidak dapat diberantas dari tubuh, infeksinya tidak lagi melanjut pada kematian, tetapi menjadi penyakit kronis yang stabil. Dengan ARV, diharapkan dapat mengurangi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dan memulihkannya untuk waktu yang lama. Sebagai hasilnya morbiditas dan mortalitas terkait dengan HIV dikurangi dan mutu hidup ODHA dapat diperbaiki. Waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena obat ARV akan diberikan dalam jangka panjang. Obat ARV direkomendasikan pada semua pasien yang telah menunjukkan gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosis AIDS, atau menunjukkan yang sangat berat, tanpa melihat jumlah limfosit CD4+. Selain itu, direkomendasikan pada pasien asimptomatik dengan limfosit gejala ARV juga kurang

CD4+

13

dari 200 sel/mm3. Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ 200-350 sel/mm3 dapat ditawarkan untuk memulai terapi.Sedangkan pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ lebih dari 350 sel/mm3 dan viral load lebih dari

100.000 kopi/ml terapi ARV dapat dimulai, namun dapat pula ditunda. Sebaliknya terapi ARV tidak dianjurkan dimulai pada pasien dengan limfosit CD4+ lebih dari 350 sel/mm3 dan viral load kurang dari 100.000 kopi/ml.[6,7] Obat ARV terdiri dari golongan seperti:[6,7,11] a). Nucleoside reverse transcriptase inhibitor, mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA, contohnya: AZT (zidovudin), ddI (didanosin), ddC (zalsitabin), d4T (stavudin), 3TC (lamivudine). b) Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor,memperlambat reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Contohnya: Nevirapin, Delavirdin. c) Protease inhibitor, menghambat enzim protease HIV yang bertanggung jawab dalam pengolahan protein yang dibutuhkan untuk timbulnya infeksi baru. Contohnya: Saquinavir, Ritonavir, Indinavir, Nelfinavir, Efavirenz, Lopinavir, Tenofovir. 2. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai HIV/AIDS. Pengobatan terhadap infeksi oportunistik sangat tergantung dari infeksi apa yang timbul. Infeksi oportunistik merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas disesuaikan dari pasien AIDS. Terapi antibiotik atau kemoterapeutik beraasal dari

dengan

infeksi-infeksi

yang

sebetulnya

mikroorganisme dengan virulensi rendah yang ada di sekitar kita, sehingga jenis infeksi sangat tergantung dari lingkungan dan cara hidup penderita. Pengobatan terhadap keganasan pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Sarkoma kaposi merupakan kanker yang berhubungan dengan AIDS, pengobatannya dibagi atas pengobatan secara lokal dan sistemik.[6,7]

14

3. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan pengobatan pendukung lainnya seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan. [6,9]

2.9.PROGNOSIS Pengobatan dengan regimen ARV telah memberikan kesempatan kepada pasien HIV untuk bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan tidak mendapatkan pengobatan ini. [7] Penderita HIV/AIDS yang mendapatkan pengobatan ARV bertahan hidup sampai 20 tahun ke depan. Sedangkan penderita HIV/AIDS yang tidak mendapatkan pengobatan ARV bisa bertahan hidup sekitar 2-3 tahun. Regimen ARV juga terbukti mengurangi adanya infeksi Mycobacterium avium dan Pneumocystis carinii. Tetapi kebanyakan penderita HIV/AIDS meninggal karena infeksi oportunistik. [12,16] Prognosis tergantung pada kemampuan pasien untuk mematuhi penggunaan regimen ARV, peningkatan kekebalan terhadap HIV dan gambaran dari HIV yang berhubungan dengan keganasan. [7]

2.10.PENCEGAHAN Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa negara dan amat dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk dilaksanakan secara sekaligus, yaitu:[6] a) Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda.

b) Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai kelompok sasaran. c) Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik

d) Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotik, termasuk program pengadaan jarum suntik steril. e) f) Program pendidikan agama. Program layanan pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS)

15

g) Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat h) Pelatihan keterampilan hidup i) j) Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak.

k) Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan dukungan untuk ODHA. l) Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat ARV.

16

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1.

DASAR PEMIKIRAN VARIABEL AIDS adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh

menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV, yang mana hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan,cara penularan, suku, domisili, tingkat pendidikan, komplikasi, lama pengobatan dan angka harapan hidup. Faktor-faktor tersebut di atas merupakan variabel yang saling berhubungan. Telah banyak dilakukan penelitianpenelitian mengenai hubungan antara insiden terjadinya HIV/AIDS dengan faktor umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan cara penularan, suku, domisili, tingkat pendidikan, komplikasi, lama pengobatan, dan angka harapan hidup.

3.2.

VARIABEL YANG DITELITI Berdasarkan tinjauan kepustakaan serta tujuan penelitian, maka variabel yang

diteliti adalah: 1. Umur Terdapat kecenderungan penderita HIV/AIDS lebih banyak pada remaja dan dewasa muda yang termasuk usia produktif. 2. Jenis Kelamin Berdasarkan data yang diperoleh di KPAI didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita HIV/AIDS daripada wanita. 3. Keluhan Utama Alasan Utama penderita HIV/AIDS di rawat inap. Berdasarkan tinjauan pustaka penderita HIV/ADIS paling banyak megalami diare kronis,berat badan menurun,demam,dan penurunan kesadaran.

17

4.

Infeksi Oportunistik Penderita HIV/AIDS cenderung terkena infeksi oportunistik,karena daya tahan tubuhnya yang lemah.

5.

Pemeriksaan Penunjang Berdasarkan tinjauan pustaka maka.pada Pemeriksaan Penunjang akan di bahas mengenai hasil Laboratorium yaitu:hasil Darah Rutin,HbsAg,anti

HCV,CD4+,kultur dan hasil radiologi berupa chest x-ray. 6. Riwayat Berobat sebelumnya Riwayat berobat menunjukan apakah penderita HIV/AIDS pernah menderita dan mengkonsumsi obat-obat HIV sebelum datang ke rumah sakit. 7. Riwayat Perilaku beresiko Riwayat perilaku bersiko yang dimaksud berupa: hubungan seksual,penggunaan jarum suntik/narkoba,transfuse darah,bayi yang menyusui pada ibu yang menderita AIDS. 8. Rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk Rumah Sakit Berdasarkan teori setiap orang mempunyai rentang waktu yang berbeda sejak terinfeksi sampai timbulnya gejala dan pasien masuk Rumah Sakit. Rentang waktu terinfeksi ini dilihat dari perilaku beresiko pasien. 9. Suku/daerah asal dan pekerjaan Daerah asal dan pekerjaan pasien sangat berpengaruh terhadap timbulnya penyakit AIDS ini. Dimana pekerjaan penderita juga berpengaruh pada perilaku beresiko.

18

UMUR JENIS KELAMIN KELUHAN UTAMA INFEKSI OPORTUNISTIK HIV/AIDS PEMERIKSAAN PENUNJANG RIWAYAT BEROBAT SEBELUMNYA RIWAYAT PERILAKU BERESIKO WAKTU TERINFEKSI MASUK RS

SUKU&PEKERJAAN

Keterangan: : Variabel Dependent

: Variabel Independent

3.3. 1.

DEFINISI OPERASIONAL Umur

Definisi: Lama hidup penderita sejak dilahirkan sampai sekarang yang dinyatakan dalam satuan tahun.

19

Alat Ukur : Rekam Medis Cara Ukur : Mencatat umur penderita Hasil Ukur: Berupa Data Kategorik yaitu: a. 0-9 tahun

b. 10-19 tahun c. 20 29 tahun d. 30 39 tahun e. 40 49 tahun f. > 50 tahun

2.

Jenis Kelamin Yang dimaksud dengan jenis kelamin adalah identitas gender penderita yang tercantum dalam rekam medik. Alat Ukur: Rekam Medis Cara Ukur: Mencatat Jenis Kelamin Pasien Hasil Ukur : Berupa Data Kategorik yaitu: a. Laki-laki b. Perempuan

3.

Keluhan Utama Definisi:Hal yang dirasakan penderita,sehingga membuatnya datang berobat di Rumah Sakit Alat Ukur: Rekam Medis Cara Ukur: Mencatat keluhan penderita Hasil Ukur: berupa data kategorik yaitu: a. Diare kronis >1 bulan b. Berat badan menurun > 10% dalam 1 bulan

20

c. Demam berkepanjangan > 1 bulan d. Penurunan Kesadaran/gangguan neurologis

4.

Infeksi Oportunistik Yang dimaksud dengan infeksi oportunistik adalah infeksi yang dialami oleh penderita akibat penurunan daya tahan tubuhnya. Alat Ukur: Rekam Medis Cara Ukur: Mencatat Hasil anamnesis Hasil Ukur: Berupa Data Kategorik yaitu: a. Ada Infeksi Oportunistik b. Tidak ada infeksi Oportunistik

5.

Pemeriksaan Penunjang(hasil Laboratorium&Radiologi) Yang dimaksud dengan hasil Laboratorium adalah: hasil pemeriksaan darah rutin(Hb,eritrosit,leukosit,trombosit),HbsAg,anti HCV,CD4+,kultur. Sedangkan untuk hasil Radiologi akan di ambil chest x-ray. Alat Ukur: Rekam Medis Cara Ukur: Mencatat Hasil Laboratorium dan hasil radiologi Hasil Ukur: Berupa Data numerik untuk hasil laboratorium dan kategorik untuk hasil radiologi yaitu: a. Hasil laboratorium: tidak terdapat penurunan Hasil laboratorium :penurunan Hasil laboratorium dengan kadar yang ada pada rekam medis b. Hasil radiologi : terdapat kelainan radiologi : tidak terdapat kelainan radiologi

21

6.

Riwayat berobat Sebelumnya Yang dimaksud dengan riwayat berobat adalah: riwayat apakah penderita tersebut pernah mengkonsumsi obat-obat HIV/AIDS dan pernah dirawat dengan penyakit yang sama. Alat Ukur: Rekam Medis Cara Ukur: Mencatat Anamnesis Hasil Ukur:Berupa data kategorik yaitu: a. Ada riwayat berobat sebelumnya b. Tidak ada riwayat berobat sebelumnya

7.

Riwayat Perilaku beresiko Yang dimaksud dengan perilaku beresiko adalah: perilaku yang memungkinkan penderita mengidap AIDS. Alat Ukur : Rekam Medis Cara Ukur : Mencatat Anamnesis Pasien Hasil Ukur : Berupa Data Kategorik yaitu: a. Ada riwayat perilaku beresiko antara lain: o Hubungan seksual o Penggunaan jarum suntik secara bergantian (IDU) o Transfusi darah o Dari ibu ke bayinya b. Tidak ada riwayat perilaku beresiko

8.

Rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk rumah sakit Waktu ini dilihat sejak penderita terlibat perilaku beresiko sampai penderita mendapat keluhan dan masuk Rumah Sakit. Alat Ukur: Rekam Medis Cara Ukur: Mencatat Hasil anamnesis Hasil Ukur: Berupa data numerik yaitu:

22

a. Bulan b. Tahun

9. Suku/daerah asal dan pekerjaan Suku/daerah asal pasien yang tertulis di rekam medis,pekerjaan pasien yang tertulis di rekam medis. Alat Ukur : Rekam Medis Cara Ukur : Mencatat Suku,daerah asal,dan pekerjaan Pasien Hasil Ukur : Berupa Data Kategorik yaitu: a. Suku/daerah asal: daerah yang ada di wilayah Makassar : daerah di luar wilayah Makassar . b. Jenis Pekerjaan : Petani/Nelayan : PNS/ABRI : Wiraswasta/Pegawai swasta : Buruh harian : Ibu Rumah Tangga : Pelajar/mahasiswa : Paramedis : Sopir : PSK : Tidak bekerja

23

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder

yang maksudnya yaitu semua variabel diteliti dalam waktu yang bersamaan berdasarkan fakta yang telah terjadi tanpa adanya intervensi dalam kejadiannya yang terdapat dalam rekam medis penderita, dimana penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan suatu keadaan dalam suatu komunitas.

4.2.

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN 1. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan dilakukan dari tanggal 24 Juni-30 Agustus 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di RSUP. Wahidin Sudirohusodo dan wilayah kerjanya berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP Wahidin

Sudirohusodo merupakan Rumah Sakit rujukan untuk wilayah Indonesia Timur.

4.3.

POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Target Populasi target adalah penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP. Wahidin Sudirohusodo. 2. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau adalah penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP. Wahidin Sudirohusodo pada periode bulan Januari 2013 Juni 2013.

24

3. Sampel Sampel penelitian adalah penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP. Wahidin Sudirohusodo. Penarikan sampel dilakukan secara total sampling 4. Cara Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel adalah total sampling dimana seluruh populasi menjadi sampelnya. Kriteria inklusi: Semua pasien HIV/AIDS yang tecatat di rekam medik dan di bagian administrasi yang memiliki data yang lengkap sesuai variabel yang diteliti.

Kriteria eksklusi: Pasien HIV/AIDS yang data-datanya tidak memenuhi lebih dari 4 variabel yang diteliti.

4.4. JENIS DATA DAN INSTRUMENTAL PENELITIAN 1. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui rekam medik subjek penelitian. 2. Instrumen penelitian Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar pengisian data dengan tabel-tabel tertentu untuk mencatat data yang dibutuhkan dari rekam medik. Microsoft Word dan Microsoft Excel sebagai tempat untuk mengolah hasil penelitian.

25

4.5. MANAJEMEN PENELITIAN 1. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak pemerintah dan RSUP Wahidin Sudirohusodo. Kemudian nomor rekam medik pasien HIV/AIDS dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan di bagian RSUP.Wahidin Sudirohusodo. Setelah itu dilakukan pengamatan dan

pencatatan langsung ke dalam tabel yang telah disediakan. 2. Pengolahan dan Analisa data Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data dari rekam medik yang dibutuhkan ke dalam tabel check list dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang diharapkan. 3. Penyajian data Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk menggambarkan karakteristik pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP. Wahidin Sudirohusodo periode bulan Januari 2013 Juni 2013. 4.6. ETIKA PENELITIAN 1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian. 2. Menjaga kerahasiaan data pasien yang terdapat pada rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan. 3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.

26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di wilayah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tanggal 22 Juli 04 Agustus 2013. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari rekam medis penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari Juni 2013. Adapun banyaknya sampel pada penelitian ini berjumlah 53 sampel. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program Microsoft excel 2007 dan program Microsoft Word 2007. Berdasarkan data yang diperoleh setelah diteliti data rekam medik yang diambil. Maka hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk table sebagai berikut :

1. Distribusi Sampel Menurut Kelompok Umur Table 1. Distribusi Kelompok Umur Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013 Kelompok Umur 0-9 tahun 10-19 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun 50 tahun Total Jumlah(n) 1 1 16 25 7 3 53 Presentase(%) 1,9 1,9 30,1 47,2 13,2 5,7 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Tabel 1. Berdasarkan distribusi pasien HIV/AIDS berdasarkan kelompok umur, menunjukkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada rentang umur 30 39 tahun dengan jumlah kasus 25 atau sebesar 47,2% diikuti oleh rentang umur 20 29 tahun

27

sebanyak 16 kasus atau sebesar 30,2% selanjutnya umur 40-49 tahun sebanyak 7 kasus atau sebesar 13,2%, lalu diikuti umur 50 tahun sebesar 3 kasus atau 5,7%, dan terakhir umur 0 9 tahun dan 10-19 tahun dengan jumlah sebesar 1 kasus atau 1,9%.
25 20 15 10 5 0 0-9 1019 20-29 30-39 40-49 jumlah %

50

Gambar 1. Diagram Bar Distribusi Kelompok Umur Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 2013

2.Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin Table 2. Distribusi Jenis Kelamin Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Jumlah (n) 34 19 53 Presentasi (%) 64,2 35,8 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Tabel 2. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut jenis kelamin,dan didapatkan pasien yang berjenis kelamin Laki-laki sebanyak 34 orang

28

atau 64,2% dan pasien yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang atau 35,8%.
35 30 25 20 15 10 5 0 Laki-laki Perempuan jumlah %

Gambar 2. Diagram Bar Distribusi Jenis Kelamin Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 2013

3.Distribusi Sampel Menurut Keluhan Utama Table 3. Distribusi Keluhan Utama Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013 Keluhan Utama Batuk Lama Sesak Napas Demam Diare&nyeri Perut Kesadaran Menurun Lemah Badan Total Jumlah (n) 6 11 10 9 8 9 53 Presentasi (%) 11,3 20,8 18,8 17 15,1 17 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

29

Tabel 3. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Keluhan Utama pasien saat datang ke Rumah Sakit,dengan keluhan yang paling banyak adalah Sesak napas sebanyak 11 pasien atau 20,8%,kemudian keluhan

Demam sebanyak 10 pasien atau 18,8%,keluhan Diare&nyeri perut dan Lemah badan masing-masing sebanyak 9 pasien atau 17%,Kesadaran menurun sebanyak 8 orang atau 15,1%,dan yang paling sedikit adalah keluhan Batuk lama sebanyak 6 pasien atau 11,3%.
12 10 8 6 4 2 0 batuk lama sesak napas demam diare kesmen lemah badan jumlah %

Gambar 3. Diagram Bar Distribusi Keluhan Utama Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 2013 4.Distribusi Sampel Menurut Infeksi Oportunistik Table 4. Distribusi Infeksi Oportunistik Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013 Infeksi Oportunistik
ISPA Diare Candidiasis Oral

Jumlah(n)
5 0 13

Presentasi(%) 9,4 0 24,5

30

ISPA+Diare ISPA+Candidiasis Oral Diare+ Candidiasis Oral

1 13 10

1,9 24,5 18,9 20,8 100

ISPA+Diare+Candidiasis 11

Total

53

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Table 4. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Infeksi Oportunistik,maka dari ke-53 pasien dalam penelitian ini mengalami Infeksi Oportunistik. Pasien yang hanya mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Atas(ISPA) sebanyak 5 orang atau 9,4%,tidak ada pasien yang hanya mengalami Diare atau 0%,yang hanya mengalami Candidiasis Oral sebanyak 13 orang atau sebanyak 24,5%,yang mengalami ISPA dan Diare sebanyak 1 orang atau 1,9%,yang mengalami ISPA dan Candidiasis Oral sebanyak 13 orang atau 24,5%,yang mengalami Diare dan Candidiasis Oral sebanyak 10 orang atau18,9%,yang mengalami ISPA,Diare,dan Candidiasis Oral sebanyak sebanyak 11 orang atau 20,8%.
14 12 10 8 6 4 2 0

jumlah %

Gambar 4. Diagram Bar Distribusi Infeksi Oportunistik Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 201

31

5.a.Distribusi Sampel Menurut Hasil Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium) Table 5.a. Distribusi Hasil Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium) Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013 Hasil Lab. Jumlah(n) Tidak/normal Presentasi(%) Tidak/normal

Hb L(11-15) 25/10 71,4/28,6 P(12-16) 16/2 88,9/11,1 WBC 19/34 35,8/64,2 (4.00010.000) RBC 35/18 66/34 (4,00-6,00) PLT 7/46 13,2/86,8 (150-400) CD4 53/0 100/0 (470-1298) Anti HIV 53/0 100/0 HbsAg 11/42 20,8/79,2 Anti HCV 11/42 20,8/79,2 Kultur BTA 0/53 0/100 3x Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Table 5.a. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Hasil Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium),maka dapat dilihat bahwa pada

penderita laki-laki yang berjumlah 35 orang maka yang memiliki kadar Hb kurang dari normal sebanyak 25 orang atau sebanyak 71,4%,sedangkan pada penderita perempuan yang berjumlah 18 orang,maka yang memiliki kadar Hb kurang dari normal sebanyak 16 orang atau sebanyak 88,9%. Pasien HIV/AIDS yang kadar WBC kurang dari normal sebanyak 19 orang atau 35,8%,sedangkan yang kadar RBC kurang dari normal sebanyak 35 orang atau sebanyak 66%,yang memiliki kadar PLT kurang dari sebanyak 7 orang atau sebanyak 13,2%,yang memiliki kadar CD4 kurang dari normal dialami oleh semua pasen yang diambil sebangai sampel dalam penelitian

32

ini yaitu sebanyak 53 orang atau 100%,pasien yang memiliki Anti HIV reaktif sebanyak 53 orang atau sebanyak 100%,yang memiliki HbsAg dan Anti HCV positif masing-masing sebanyak 11 orang atau sebanyak 20,8%,dan untuk kultur BTA 3x pasien yang hasilnya positif sebanyak 0 orang atau 0%.
60 50 40 30 20 10 0 Jumlah %

Gambar 5.a.Diagram Bar Distribusi Hasil Laboratorium Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 2013 5.b.Distribusi Sampel Menurut Hasil Pemeriksaan Penunjang(Radiologi) Table 5.b. Distribusi Hasil Pemeriksaan Penunjang(Radiologi) Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013 Hasil Radiologi Tuberculosis Paru Bronkopneumonia
Pneumonia Carinii Pneumocystis

Jumlah (n) 21 12 8 12 53

Presentase (%) 39,6 22,6 15,2 22,6 100

Tidak ada Kelainan Radiologi Total

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

33

Table 5.b. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Hasil Pemeriksaan Penunjang(Radiologi),maka dapat dilihat bahwa pasien

HIV/AIDS yang juga menderita Tuberculosis Paru sebanyak 21 orang atau 39,6%,yang menderita Bronkopneumonia sebanyak 12 orang atau 22,6%,yang menderita Pneumonia Carinii Pneumocystis sebanyak 8 orang atau 15,2%,dan yang tidak memiliki kelainan Radiologi sebanyak 12 orang atau 22,6%.

25 20 15 10 5 0 jumlah %

Gambar 5.b.Diagram Bar Distribusi Hasil Radiologi Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 2013

6.Distribusi Sampel Menurut Riwayat Berobat Sebelumnya Table 6. Distribusi Riwayat Berobat Sebelumnya Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode JanuariJuni 2013

34

Riwayat Berobat Sebelumnya Ada(Anti Retro Viral) Tidaka ada Total

Jumlah(n) 9 44 53

Presentase(%) 17 83 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Table 6. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut adatidaknya riwayat berobat Anti Retro Viral(ARV) sebelumnya. Maka didapatkan bahwa pasien yang pernah mengkonsumsi ARV sebanyak 9 orang atau 17%,dan tidak pernah mengkonsumsi ARV sebanyak 44 orang pasien atau sebanyak 83%.

45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Ada Tidak ada jumlah %

Gambar 6.Diagram Bar Distribusi Riwayat berobat sebelumnya Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 2013

7.Distribusi Sampel Menurut Riwayat Perilaku Beresiko Table 7. Distribusi Riwayat Perilaku Beresiko Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode JanuariJuni 2013

35

Perilaku Beresiko Hubungan Seks Suntik Narkoba Transfusi Darah Ibu HIV ke Bayinya Tidak diketahui Total

Jumlah(n) 26 13 1 1 12 53

Presentase(%) 49,1 24,5 1,9 1,9 22,6 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Table 7. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Riwayat Perilaku Beresiko, maka yang paling banyak adalah: Hubungan Seksual sebanyak 26 orang atau 49,1%,suntik narkoba sebanyak 13 orang atau 24,5%,yang tidak diketahui perilakunya sebanyak 12 orang atau 22,6%,dan yang paling sedikit adalah transfusi darah dan penularan dari Ibu HIV/AIDS ke bayinya masing-masing sebanyak 1 orang atau 1,9%.

30 25 20 15 10 5 0 Hubungan Seks suntik narkoba transfusi darah ibu HIV ke bayi Tidak diketahui Jumlah %

Gambar 7.Diagram Bar Distribusi Riwayat perilaku beresiko Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 2013

36

8.Distribusi Sampel Menurut Waktu terinfeksi sampai Timbulnya Keluhan Table 8. Distribusi Waktu terinfeksi sampai Timbulnya Keluhan Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013 Waktu Terinfeksi 0-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16 tahun Tidak diketahui Total Jumlah(n) 9 13 4 0 27 53 Presentase(%) 17 24,5 7,5 0 51 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Table.8 menunjukan distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Rentang waktu terinfeksi,maka hasilnya sebagai berikut: dalam waktu 0-5 tahun sebanyak 9 orang atau 17 %,6-10 tahun sebanyak 13 orang atau 24,5%,11- 15 tahun sebanyak 4 orang atau 7,5%,16 tahun 0 orang atau 0%,dan yang tidak diketahui rentang waktu terinfeksinya sebanyak 27 orang atau sebanyak 51%.

30 25 20 15 10 5 0 0-5 610 1115 16 tidak diketahui Jumlah %

37

Gambar 8.Diagram Bar Distribusi Waktu terinfeksi sampai timbul keluhan Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 2013

9.a.Distribusi Sampel Menurut Pekerjaan Penderita Table 9.a. Distribusi Pekerjaan Penderita Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013 Pekerjaan Mahasiswa Ibu RT Wiraswasta Sopir Bus Buruh Kapal PNS Petani Tukang Bentor Karyawati Tidak diketahui Total Jumlah(n) 3 10 18 4 3 6 3 1 1 4 53 Presentase(%) 5,7 18,9 33,9 7,5 5,7 11,3 5,7 1,9 1,9 7,5 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Tabel 9.a. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Jenis Pekerjaan Penderita,hasilnya antara lain: yang paling banyak adalah Wiraswasta dengan jumlah 18 orang atau 33,9%,diikuti oleh Ibu RT sebanyak 10 orang atau 18,9%,selanjutnya Pegawai Negri Sipil sebanyak 6 orang atau 11,3%,sopir bus sebanyak 4 orang atau 7,5% dan yang tida diketahui pekerjaannya sebanyak 4 orang atau 7,5%,mahasiswa,buruh kapal dan petani masing-masing 3 orang atau masngmasing 5,7%,dan yang paling sedikit Tukang bentor dan karyawati masing-masing sebanyak 1 orang atau 1,9%.

38

18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Jumlah %

Gambar 9.a.Diagram Bar Distribusi Pekerjaan Penderita Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 2013

9.b.Distribusi Sampel Menurut Suku/Daerah Table 9.b. Distribusi Suku/Daerah Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013 Suku/Daerah Makassar Pinrang Kendari Luwu Soppeng Takallar Palopo Toraja Jumlah(n) 33 3 1 3 2 2 4 3 Presentase(%) 62,3 5,7 1,9 5,7 3,7 3,7 7,5 5,7

39

Bone Irian Jaya Total

1 1 53

1,9 1,9 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Tabel 9.a. menunjukan Distribusi penderita HIV/AIDS yang dirawat menurut Suku/Daerah asal,maka hasilnya sebagai berikut: wilayah Makassar sebanyak 33 orang atau 62,3%,pinrang sebanyak 3 orang atau 5,7%,kendari sebanyak 1 orang atau 1,9%,luwu sebanyak 3 orang atau 5,7%,soppeng sebanyak 2 orang atau 3,7% dan takallar sebanyak 2 orang atau 3,7%,palopo sebanyak 4 orang atau7,5% toraja sebanyak 3 orang tau 5,7%,bone sebanyak 1 orang atau 1,9% dan irian jaya sebanyak 1 orang atau 1,9%.

35 30 25 20 15 10 5 0 Jumlah %

Gambar 9.b.Diagram Bar Distribusi Suku/Daerah asal Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari Juni 2013

40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan 1. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat berdasarkan kelompok umur, menunjukkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada rentang umur 30 39 tahun dengan jumlah kasus 25 atau sebesar 47,2% diikuti oleh rentang umur 20 29 tahun sebanyak 16 kasus atau sebesar 30,1% selanjutnya umur 40-49 tahun sebanyak 7 kasus atau sebesar 13,2%, lalu diikuti umur 50 tahun sebesar 3 kasus atau 5,7%, dan terakhir umur 0 9 tahun dan 10-19 tahun masing-masing sebesar 1 kasus atau 1,9%. 2. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Jenis kelamin, maka insiden terbanyak terjadi pada Laki-laki dengan jumlah kasus sebanyak 34 kasus atau sebesar 64,2%,dan perempuan sebanyak 19 kasus atau sebesar 35,8%. 3. Distribusi Pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Keluhan Utama dari 53 kasus pasien hiv/aids, yang masuk dengan keluhan batuk lama sebanyak 6 pasien atau sebanyak 11,3%,yang masuk dengan keluhan sesak napas sebanyak 11 orang atau sebanyak 20,8%,yang masuk dengan keluhan demam sebanyak 10 pasien atau sebanyak 18,8%,yang masuk dengan keluhan diare/nyeri perut sebanyak 9 pasien atau sebanyak 17%,yang masuk dengan keluhan kesadaran menurun sebanyak 8 pasien atau sebanyak 15,1%,dan yang masuk dengan keluhan lemah badan sebanyak 9 pasien atau sebanyak 17%. 4. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut infeksi oportunistik,dari 53 kasus maka pasien yang hanya mengalami ISPA sebanyak 5 kasus atau sebanyak 9,4%,yang hanya mengalami diare sebanyak 0 kasus atau sebanyak 0%,yang hanya mengalami Candidiasis oral sebanyak 13 kasus atau sebanyak 24,5%,yang mengalami ISPA+ diare sebanyak I kasus atau sebanyak 1,9%,yang mengalami

41

ISPA+Candidiasis oral sebanyak 13 kasus atau sebanyak 24,5%,yang hanya mengalami diare+candidiasis oral sebanyak 10 kasus atau sebanyak 18,9%,dan yang mengalami ISPA+diare+candidiasis oral sebanyak 11 kasus atau sebanyak 20,8%. 5.a.Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Hasil Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium),maka dapat dilihat bahwa pada penderita laki-laki yang berjumlah 35 orang maka yang memiliki kadar Hb kurang dari normal sebanyak 25 orang atau sebanyak 71,4%,sedangkan pada penderita perempuan yang berjumlah 18 orang,maka yang memiliki kadar Hb kurang dari normal sebanyak 16 orang atau sebanyak 88,9%. Pasien HIV/AIDS yang kadar WBC kurang dari normal sebanyak 19 orang atau 35,8%,sedangkan yang kadar RBC kurang dari normal sebanyak 35 orang atau sebanyak 66%,yang memiliki kadar PLT kurang dari sebanyak 7 orang atau sebanyak 13,2%,yang memiliki kadar CD4 kurang dari normal dialami oleh semua pasen yang diambil sebangai sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 53 orang atau 100%,pasien yang memiliki Anti HIV reaktif sebanyak 53 orang atau sebanyak 100%,yang memiliki HbsAg dan Anti HCV positif masing-masing sebanyak 11 orang atau sebanyak 20,8%,dan untuk kultur BTA 3x pasien yang hasilnya positif sebanyak 0 orang atau 0%. 5.b. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut hasil radiologimaka,dari 53 kasus pasien yang mengalami Tuberculosis paru sebanyak 21 kasus atau sebanyak 39,6%,yang mengalami bronkopneumonia sebanyak 12 kasus atau sebanyak 22,6%,yang mengalami pneumonia carnii pneumocystis sebanyak 8 kasus atau sebanyak 15,2%,dan yang tidak ada kelainan radiologi sebanyak 12 kasus atau sebanyak 22,6%. 6. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut riwayat berobat sebelumnya maka pasien yang memiliki riwayat berobat sebanyak 9 kasus atau sebanyak

42

17%,dan yang tidak memiliki riwayat berobat sebanyak 44 kasus atau sebanyak 83%. 7. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut riwayat perilaku beresiko maka dari 53 kasus pasien yang memiliki urutan tertinggi adalah hubungan seks sebanyak 26 kasus atau sebanyak 49,1%,yang diikuti oleh suntik narkoba sebanyak 13 kasus atau sebanyak 24,5%,yang tidak diketahui riwayat perilaku beresikonya sebanyak 12 kasus atau sebanyak 22,6%,dan yang transfusi darah sebanyak 1 kasus atau sebanyak 1,9%,dari Ibu HIV ke bayi sebanyak 1 kasus atau sebanyak 1,9%. 8. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut waktu terinfeksi sampai timbul gejala,maka pasien dengan rentang waktu 0-5 tahun sebanyak 9 kasus atau sebanyak sebanyak 17%,rentang waktu 6-10 tahun sebanyak 13 kasus atau sebanyak 24,5%,rentang waktu 11-15 tahun sebanyak 4 kasus atau sebanyak 7,5%,rentang waktu 16 sebanyak 0 kasus atau sebesar 0%,dan yang tidak diketahui sebanyak 27 kasus atau sebesar 51%. 9. a.Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut pekerjaan penderita yang paling banyak adalah Wiraswasta dengan jumlah 18 orang atau 33,9%,diikuti oleh Ibu RT sebanyak 10 orang atau 18,9%,selanjutnya Pegawai Negri Sipil sebanyak 6 orang atau 11,3%,sopir bus sebanyak 4 orang atau 7,5% dan yang tida diketahui pekerjaannya sebanyak 4 orang atau 7,5%,mahasiswa,buruh kapal dan petani masing-masing 3 orang atau masng-masing 5,7%,dan yang paling sedikit Tukang bentor dan karyawati masing-masing sebanyak 1 orang atau 1,9%. 9.b. wilayah Makassar sebanyak 33 orang atau 62,3%,pinrang sebanyak 3 orang atau 5,7%,kendari sebanyak 1 orang atau 1,9%,luwu sebanyak 3 orang atau 5,7%,soppeng sebanyak 2 orang atau 3,7% dan takallar sebanyak 2 orang atau 3,7%,palopo sebanyak 4 orang atau7,5% toraja sebanyak 3 orang tau 5,7%,bone sebanyak 1 orang atau 1,9% dan irian jaya sebanyak 1 orang atau 1,9%.

43

VI.2 Saran 1. Perlu adanya penelitian analitik lebih lanjut untuk menentukan hubungan antar variable. 2. Diperlukan adanya kesadaran dan perhatian yang lebih bagi para dokter dalam mengisi rekam medis pasien terkait anamnesis, pemeriksaan fisis, dan diagnosis terhadap kondisi pasien. 3. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan fasilitas yang berkaitan dengan perawatan pasien. 4. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk memperbaiki sistem database kondisi perjalanan penyakit pasien selama perawatan, serta lebih teliti dalam mengisi database penyakit pasien

44

DAFTAR PUSTAKA

1. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo AW,

Setiyohadi W, Alwi I, Simadibata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jilid 3. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2006. Hal. 1825-29.
2. Granich R, Mermin J. HIV, health, and your community. California: The

Hesperian Foundation; 2001.p.5-7, 14-7, 22, 78.


3. Siregar FA. Pengenalan dan pencegahan AIDS. Available from: URL:

http://www.usulibrary.org/html.
4. Kementrian Kesehatan republik Indonesia. Jumlah Kumulatif Penderita AIDS

di Indonesia 18.442 Kasus.


5. WHO. AIDS epidemic update December 2007. Switzerland: Joint united

Nations Programme in HIV/AIDS (UNAIDS) and World Health Organization (WHO); 2007.
6. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. 2013.[cited on 09th July 2013].

Available on: http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf


7. Karakteristik pasien HIV/AIDS.2010.[cited on 09th July 2013]. Available on:

http://eprints.undip.ac.id/32494/1/11_BAB_I.pdf
8. Pengenalan dan Pencegahan AIDS.2009.[cited on 09th July 2013]. Available

on: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf
9. Baliga R. Internal Medicine.1st ed.Philadelphia: Elsevier Mosby;2006.p.401-6. 10. Marola RS, Vitayani S, Adam AM. Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Dalam: Amiruddin D. Penyakit menular seksual. 1st ed. Makassar: bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004. Hal.223-39.
11. Grant AD, Cock KM. HIV infection and AIDS in the developing world. BMJ.

2001; 332: 1475-78

45

12. Fauci AS, Lane C. Human immunodeficiency virus diseases: AIDS and

related disorders. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS. Harrisons principles of internal medicine. 16thed. USA: McGraw Hill; 2005.p.1076-139
13. Kriteria Mayor-Minor HIV/AIDS. 2011.[cited on 09 July 2013]. Available
th

on: http://klinik-amatir.blogspot.com/2011/04/kriteria-mayor-dan-minorhivaids.html
14. Sharma S. HIV/AIDS. Available from URL: http://emedicine .org/html. 15. Paauw DS, Burkholder LR, Migeon MB. Internal Medicine Clerkship Guide.

2nd ed. St. Louis: Mosby; 2003. Hal: 345-57


16. Wood CGA, Whittet S, Bradbeer CS. Paliative care: HIV infection and AIDS.

BMJ. 1997; 315: 1433-36

46

Anda mungkin juga menyukai