Anda di halaman 1dari 12

KONSEKUENSI TAKWA

memahami indikator ketakwaan


Rabu, 05 Februari 2014 UMY/FKIK/KG 1

ACUAN

''(Yaitu) orang yang menafkahkan (harta), di waktu lapang maupun sempit, orang yang menahan amarah, dan mudah memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang yang suka berbuat baik.'' (QS Ali Imran [3]: 134).

Rabu, 05 Februari 2014

UMY/FKIK/KG

AT-TAQWA:

A LIVING REALITY
Semangat ketakwaan sejatinya terus hidup dalam diri seorang Muslim. Ketakwaan yang menjadi tujuan utama puasa, bukanlah raihan (hibah) semata. melainkan upaya aktif (kasbah) yang berlangsung secara terusmenerus menuju perilaku hidup mulia.

Rabu, 05 Februari 2014

UMY/FKIK/KG

Kenapa kalimat takwa disebut dalam bentuk kata kerja la'allakum tattaqn? Karena takwa adalah proses eksternalisasi keimanan yang berlangsung sepanjang hayat. Ketakwaan bukan juga predikat atau gelar, tapi konsekuensi bagi seorang Muslim. Menurut ayat di atas, konsekuensi itu mencakup tiga akhlak mulia.
Rabu, 05 Februari 2014 UMY/FKIK/KG 4

PERTAMA:
Menafkahkan harta di jalan Allah, baik di kala suka maupun duka. Memberi orang lain di saat memiliki kemampuan harta maupun waktu merupakan fakta lumrah. Tapi, menolong sesama di saat pailit, tentu pilihan sulit sehingga tergolong akhlak mulia. Bagi para muttaqin, berinfak adalah pilihan sekaligus tujuan hidup, bukan selingan apalagi sampingan. Bagi mereka, bederma dan mengorbankan harta di jalan Allah merupakan bukti utama keimanan.
Rabu, 05 Februari 2014 UMY/FKIK/KG 5

KEDUA:
Mampu menahan amarah. Marah adalah naluri alamiah manusia. Kita tidak dilarang marah namun mesti menempatkannya dengan benar. Rasulullah juga adakalanya marah, namun marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Apalagi kemarahan beliau biasanya muncul bukan karena masalah pribadi melainkan karena ada kehormatan agama Allah yang dilanggar.

Rabu, 05 Februari 2014

UMY/FKIK/KG

Marah yang disebabkan hawa nafsu bisa memancing kita bersikap melampaui batas dalam berbicara, mencela, mencerca, dan menyakiti orang lain. Karenanya Rasulullah berwasiat agar kita tidak mudah terpancing amarah karena marah merupakan gerbang kejelekan yang bisa mewariskan kejahatan turunan seperti dendam, mencaci, menyakiti, menganiaya, hingga tega membunuh saudara sendiri.
Rabu, 05 Februari 2014 UMY/FKIK/KG 7

KETIGA:
Mudah memaafkan kesalahan orang lain. Kita seringkali lebih memilih melestarikan dendam daripada rela memaafkan karena menganggap permaafan sebagai bentuk kekalahan dan menggadaikan harga diri. Padahal, legowo memaafkan kesalahan orang lain, sebesar dan seberat apa pun kesalahan itu, termasuk pengorbanan mulia yang kelak berbuah imbalan besar berupa istana megah di surga
Rabu, 05 Februari 2014 UMY/FKIK/KG 8

PILAR KEEMPAT
Sadar dan bertobat atas kesalahan. Sebagai makhluk sosial tentu kita tidak bisa menghindarkan diri dari berbagai interaksi, yang kemungkinan dapat berujung pada sebuah kesalahan. Baik kesalahan dengan mezalimi diri sendiri maupun menganiaya orang lain. Manakala tersadar akan kesalahan tersebut, sebagai orang yang beriman hendaknya segera mengingat Allah dan memohon ampun kepada-Nya. Inilah kesempurnaan akhlak manusia yang bertakwa (QS Ali Imran 3: 135)

Rabu, 05 Februari 2014

UMY/FKIK/KG

PERHATIKAN TEKS AYATNYA!


Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Rabu, 05 Februari 2014

UMY/FKIK/KG

10

TIGA PILIHAN HIDUP:


BE A CLIMBER (pemanjat, yang berupaya meraih puncak) BE A CAMPER (peserta kemah, yang berpuas diri karena telah mencapai sebagian sasaran) BE A QUITTER (orang berhenti berusaha, yang menyerah sebelum bertanding)

Rabu, 05 Februari 2014

UMY/FKIK/KG

11

ANDA MAU JADI SIAPA? Climber, Camper Atau Quitter?

Rabu, 05 Februari 2014

UMY/FKIK/KG

12

Anda mungkin juga menyukai