Anda di halaman 1dari 11

Kalimat Utama

Kalimat Penjelas

6.

Argumen deduktif
Deduksi adalah pernyataan khusus pernyataan-pernyataan yang lebih umum berdasarekan

6.1. Pengertian Deduksi adalah pernyataan khusus

Pernyataan khusus disebut kesimpulan dan pernyataanpernyataan yang lebih umum disebut premis

6.2. Karakteristik penalaran Deduktif Penalaran deduktif diawali generalisasi yang dianggap benar dengan

Premis dan kesimpulan harus berkesesuaian dalam bentuk argumentasi tertentu

6.3. Silogisme a. Silogisme adalah kesimpulan

Silogisme adalah kesimpulan yang diturunkan dari dua preposisi umum Silogisme valid jika kesimpulannya dibuat berdasarkan premis-premisnya dengan bentuk yang tepat Silogisme dianggap invalid jika salah satu premisnya negatif

b. Penilaian terhadap silogisme valid iatau invalid -

6.3.1. Silogisme Kategoris Silogisme kategoris mengikuti hukum Semua atau tidak sama sekali Silogisme kategoris berlaku untuk seluruh anggota kelas, atau tidak sama sekali Tidak mengenal ada sebagian atau tidak ada sebagian Contoh : P1 : Semua M adalah P P2 : Semua S adalah M___ K : Semua S adalah P Atau P1 : Tiada M yang P P2 : Semua S adalah M___ K : Tiada S adalah P

6.3.2. Delapan Hukun Silogisme a. Hukum I : Silogisme hanya mengandung 3 term b. Term mayor dan term minor tidak boleh menjadi universal dalam kesimpulan jika dalam premis bersifat partikular Contoh uM + Pp : Semua manusia adalah hewan uS uM : Tidak ada binatang yang manusia____ uS uP : tidak ada binatang yang hewan (Yang salah P disebut illitic Mayor) Contoh

c. Term tengah tidak boleh muncul dalam kesimpulan -

M + P : Aristoteles adalah filsuf M + S : Aristoteles adalah miskin________ M + S/P : Aristoteles adalah filsuf yang miskin Contoh uP + pM : Semua orang mati uS + pM : Semua artis mati_____________ uS + pP : Semua artis adalah orang Contoh M + P : Semua mamalia menyusui S + M : Beberapa kuda adalah mamalia____ S - P : beberapa kuda tidak menyusui Contoh M - P : Tiada binatang yang batu S - M : Tiada Intan yang binatang_________ S - P : Tiada intan yang batu Contoh Fase I P - M : Tiada perokok yang bebas nikotin S + M : Balita bebas nikotin______________ S + P : Balita adalah perokok Fase II M + P pS + M uS - P -

d. Term tengah harus digunakan sebagai proposisi universal dalam premis-premis, setidaknya satu kali

e. Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulannya afirmatif -

f.

Salah satu premis harus afirmatif, tidak boleh keduanya negatif -

g. Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif. Jika salah satu premis partikular, kesimpulan harus partikular.

: semua manusia adalah makhluk rasional : Sebagian hewan adalah manusia____ : Semua hewan adalah makhluk rasional

Contoh pM + pP : Beberapa orang adalah tukang becak pS + pM : beberapa bule adalah orang________ pS + pP : beberapa bule adalah tukang becak

h. Tidak boleh semua premis partikular setidaknya salah satu harus universal 6.3.3. Silogisme Hipotesis Premis pertama menampilkan kondisi tak tentu sehingga harus diselesaikan secara memadai oleh premis kedua Contoh : Jika hari hujan, maka tanah basah (hari hujan adalah antesenden dan tanah basah adalah konsekuen)

Silogisme hipotesis dapat digunakan untuk mengungkapkan aturan-aturan penyimpulan atau berperan dalam teori konsekuensi Contoh P Q : Jika hari hujan maka tanah basah P : hari hujan___________________ 6.3.4. Bentuk Umum Argumen yang valid Q : tanah basah a. Modus ponens anteseden) (mangafirmasi

Contoh P Q : Jika hari hujan maka tanah basah P : hari tidak hujan ________________ Q : tanah tidak basah ( Menolak Contoh :

b. Modus tollens Konsekuensi)

P Q : hari hujan maka tanah basah Q R : tanah basah maka debu berkurang__ P R : hari hujan maka debu berkurang c. Silogisme Hipotesis Kondisional) (rantai Contoh : P V Q : Astronomi bagian dari mitologi yunani atau cabang dari ilmu fisika P : Astronomi bukan bagian dari mitologi yunani __ Q : Astronomi adalah bagian dari ilmu fisika

d. Silogisme Disjugatif

Bentuk : e. Dilema konstruktif (P Q) & (R S) P V R Q V S Contoh : (Jika psikologi adalah ilmu pengetahuan maka psikologi didasari prinsip sebab-akibat) dan (jika manusia dikaji oleh psikologi maka kehendak bebas adalah objek kajian psikologi) Psikologi adalah ilmu pengetahuan atau manusia dikaji oleh Psikologi _____________________________________________ Psikologi didasari prinsip sebab-akibat atau kehendak bebas adalah kajian psikologi

Bentuk : f. Dilema Destruktif (P Q) & (R S) R R Contoh : (Jika psikologi adalah ilmu pengetahuan maka psikologi didasari prinsip sebab-akibat) dan (jika manusia dikaji oleh psikologi maka kehendak. Psikologi tidak didasari prinsip sebab-akibat atau manusia tidak dikaji oleh psikologi._________________________________ Psikologi bukan ilmu pengetahuan atau kehendak bebas bukan objek psikologi 7. 7.1. Argumen Induktif Definisi Induksi a. Argumen induktif dapat dipahami sebagai hipotesis yang mengandung risiko dan ketidakpastian

Terdapat premis atau asumsi inferensial yang lemah yang mencerminkan ketidakpastian, karena informasi ada yang kurang lengkap. Contoh : Andi lari dari kamar Jono dengan membawa pistol. Siapa pun yang lari dari kamar Jono dengan membawa pistol pasti membunuh Jono______________________ Andi membunuh Jono Kesimpulan yang kita ambil berisiko salah karena

b. Kesimpulan argumen induktif disebut hipotesis

kurangnya informasi. Suatu hipotesis adalah proposisi yang diterima secara tentatif untuk menjelaskan fakta-fakta atau bukti-bukti tertentu Misal, hipotesis bahwa Andi membunuh Jono dapat menjelaskan mengapa Andi lari dari kamar Jono dengan membawa pistol.

7.1.1. Induksi Induktif)

Enumeratif

(generalisasi

Contoh 1 : Premis-premis yang menggambarkan karakteristik sampel untuk diambil Diobservasi 27.830 ekor angsa di Inggris bahwa setiap angsa kesimpulan asal dari kelompok sampel tersebut berwarna putih. Kemudian disimpulkan bahwa semua tersebut. angsa putih. Pola : X1 mempunyai karakteristik P X2 mempunyai karakteristik P X3 mempunyai karakteristik P n = 27830 : Xn mempunyai karakteristik P Semua X mempunyai karakteristik P 7.1.2. Spesifikasi Statistikal) Induktif (Silogisme

Bentuk standar : Argumen yang menggunakan generalisasi statistik tentang suatu kelompok untuk N persen dari M adalah P mengambil kesimpulan mengenai individu Semua S adalah M______________ dari kelompok itu (Kira-kira) N persen dari S adalah P Contoh: 90% dari orang Indian di AS tinggal di daerah reservasi. Suku Sioux adalah orang Indian (implisit)____________ Kira-kira 90% suuku Sioux tinggal di daerah reservasi

Argumen statistik kesimpulannya dapat Argumen ini dapat diterima atau tidak tergantung pada bersifat prediktif. kebenaran premis implisitnya. Contoh : 90% dari 10 kartu yang tersisa di tumpukkan itu bergambar hati Kartu berikutnya yang diambil merupakan salah satu dari 10 kartu yang terrsisa di tumpukkan itu (implisit)____________ Kartu berikutnya yang diambil bergambar hati ( Kemungkinan 9 berbanding 1 bahwa kesimpulannya benar )

7.1.3. Induksi eliminatif atau diagnostik Premis-premis yang menggambarkan suatu konfigurasi fakta atau data yang berbeda-beda, yang merupakan bukti dari kesimpulannya. Ciri khas argumen diagnostik:

Induksi jenis ini menghasilkan suatu kesimpulan yang terbaik, tetapi tidak statistikal

a. Bukti : informasi dalam premis yang harus dapat dijelaskan oleh kesimpulan argumen tersebut.

b. Kondisi Pembatas : menunjukkan bagaimana bukti mengarah ke kesimpulan.

Informasi dalam kesimpulan ini bukan informasi berupa label, melainkan informasi yang sangat banyak dan harus dipilih sebagai data yang relevan Data yang dipilih harus mendukung kesimpulan kita.

Menggambarkan keadaan faktual atau konteks dimana bukti dapat mendukung kesimpulan Fakta yang dianggap benar oleh pembicara dalam mengambil kesimpulan.

c. Hipotesis Bantuan : hipotesis yang membantu menunjukkan bagaimana bukti, dalam kondisi pembatas dapat diyakini telah mengarah pada kesimpulan

Hipotesis pembantu dapat berupa generalisasi, hukum alam atau pernyataan tentatif Mungkin berisi pernyataan yang spekulatif atau interpretatif yang menunjukkan mengapa meyakini bahwa kesimpulannya itu benar

Contoh Induksi eliminatif : Jimmy demam (Bukti) Ada bintik-bintik kecil merah di wajahnya Dia belum pernah kena cacar air (Kondisi Pembatas) Orang dengan gejala seperti itu, yang belum pernah kena cacar air, mungkin kena cacar air (Hipotesis bantuan)___________ Jimmy terkena cacar

8.
8.1.

Sesat Pikir
Definisi - Menurut logika tradisional kekeliruan dalam penalaran adalah Penarikan kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah karena dilanggarnya kaidah-kaidah logika Contoh : Kalau manusia mati tidak bernafas Susi, seorang manusia, tidak bernafas Susi mati (Argumentasi diatas salah, karena mati sudah tentu tak bernafas, tetapi tidak bernafas belum tentu mati)

- Menurut Copi, sesat pikir adalah perbincangan yang mungkin terasa betul, tetapi setelah diuji terbukti tidak betul.

8.2. A.

Sesat Pikir Formal Dalam Deduksi Dalam deduksi, penalaran ditentukan oleh bentuknya

Jika terdapat penalaran yang bentuknya tidak sesuai dengan bentuk bakunya, maka penalaran ini dianggap tidak valid dan tergolong sesat pikir

1) Empat Term (Four Terms) : Sesat pikir jenis ini terjadi jika ada 4 term yang diikutsertakan.

Dalam silogisme yang benar hanya mempunyai 3 term yang diikut sertakan. - Contoh : Rumah memiliki halaman Buku mempunyai halaman Buku adalah rumah (Kesalahan terdapat pada kata halaman, yang mempunyai makna ganda karena merujuk pada 2 ide yang berbeda, yaitu halaman rumah dan halaman buku, sehingga ada tambahan term)

2) Term tengah yang tidak terdistribusikan : Yaitu, term tengahnya tidak memadai untuk menghubungkan premis mayor dan minor.

Contoh : Kucing makan daging Anto makan daging___ Anto adalah kucing

3) Proses Ilisit : Contoh : Perubahan yang tidak benar dari term Banyak orang Indonesia pemalas. mayor dan minor. Pemalas tidak bisa maju________ Orang Indonesia tidak bisa maju (Kesalahannya terletak pada peralihan dari banyak orang Indonesia yang merujuk kepada sebagian orang Indonesia ke orang Indonesia yanag merujuk kepada semua orang Indonesia) 4) Premis-premis afirmatif, kesimpulannya negatif. tetapi Contoh : Semua orang Indonesia adalah manusia Sebagian orang Indonesia adalah ahli logiika Sebagian orang Indonesia bukan ahli logika Contoh : Tiada hewan berkaki tiga Hewan berkaki tiga peka terhadap rangsang Semua yang peka terhadap rangsang adalah hewan Contoh : Tiada hewan berkaki tiga Tiada hewan dapat membuat alat Semua yang dapat membuat alat bukan hewan Contoh : Kalau lampu menyala, perabot-perabot di rumah saya nampak Perabot-perabot rumah saya nampak Lampu menyala

5) Premis negatif, kesimpulan afirmatif

6) Dua premis negatif

7) Mengafirmasi konsekuensi : Pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan hubungan antara anteseden dan konsekuensi nya tidak niscaya, tetapi diperlakukan seolah-olah. 8) Menolak anteseden

Contoh : Jiika guru pandai maka murid pandai Murid tidak pandai___________________ Guru tidak pandai Contoh : Hari Hujan atau panas Hari Hujan__________________________ Hari tidak panas

9) Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkonektor (atau) : Hal ini dikarenakan atau menunjukkan suatu pengingkaran

10) Mengingkari pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer (dan) : Bentuk ini terjadi jika kata dan diperlakukan seolah-olah nilai kebenaran dari gabungan keduanya sama dengan nilai kebenaran dari setiap hal yang digabungkan.

Contoh : Nativisme dan empiris benar Nativisme benar____________________ Empirisme tidak benar

8.3. 1)

Sesat Fikir Nonformal Perbiincangan dengan ancaman Contoh : saya menerima pernyataan bahwa bumi ini pusat dunia karena jika tidak, maka nyawa ssaya terancam

2)

Salah guna (abusive) : Contoh: Penyalahgunaan pertimbangan yang secara Parpol dan Golkar mendorong Orde Baru logis tidak relevan. Golkar yang melahirkan Orde Baru______ Golkar yang paling mendukung Orde Baru

3)

Argumentasi berdasarkan (circumstantial)

kepentingan Contoh : Agar persatuan pemuda dapat dipertahankan, maka si X harus menjadi ketua organisasi pemuda. Karena X sudah berumur 40 tahun, maka dalam anggaran dasr organisasi pemuda itu, definisi pemuda ditetapkan sampai umur 45 tahun Contoh : Kami memilih X sebagai dekan neskipun ia belum memenuhi syarat, tetapi kami tidak tahu bahwa ia tidak memenuhi syarat, jadi kami tidak bisa disalahkan Contoh : Pak Adi memang terbukti bersalah, tetapi jika ia dihukum, keluarganya akan menderita, karena pak Adi tulang punggung keluarga, jadi kati tak menghukumnya Contoh : Semua warga tahu, bahwa Rio adalah pencuri, jadi yang mencuri motor itu pasti Rio Contoh : Internet berbahaya bagi generasi muda. Hal ini disampaikan oleh Prof. Hadi. Apa yang dikatakan profesor selalu benar karena dia ahli, jadi internet memang berbahaya bagi generasi muda.

4)

Argumentasi berdasarkan ketidaktahuan

5)

Argumentasi berdasarkan belas kasihan

6)

Argumentasi yang disangkutkan orang banyak

7)

Argumentasi dengan kewibawaan ahli, walaupun kewibawannya tidak relevan

8)

Accident atau argumentasi berdasarkan ciriciri tak essensial.

Contoh : Budaya timur sangat sopan. Jadi, semua orang timur sangat sopan. Contoh : Semua anggota DPR adalah koruptor, karena banyak anggota DPR yang ditahan KPK sebagai tersangka kasus korupsi

9)

Perumusan yang tergesa-gesa

10)

Sebab yang salah : Membuat kesimpulan berdasrkan suatu yang tidak terbukti dan tetap dipertahankan, meskipun bukti menunjukkan bahwa kesimpulan itu salah.

Contoh : Landi dituduh menggelapkan uang kas teman-teman sekelasnya oleh Fani. Meskipun teman-temannya melihat bahwa Gani yang mengambil uang kas teman-temannya, tetapi Fani tetap membela Gani.

11)

Penalaran sirkular

Contoh : A tidak pernah berbohong. Hal ini terbukti dari ucapanucapannya sendiri kemarin.

12)

Sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab, sehingga jawaban tak sesuai dengan pertanyaan.

Contoh : Seorang polisi yang ditanya banyak wartawan setelah peritiwa meledaknya sebuah bom, allau dijawab pelakunya adalah orangorang yang benci dengan NKRI tanpa bukti apapun. Contoh : Rumah dipinggir jalan itu berhantu, karena selalu terlihat sepi. Contoh : Bisa ular kobra itu bisa mematikan seseorang dalam hitungan jam. Contoh : Diri seorang tercermin dari hatinya Contoh : Motor di medan dinamai kereta, sedangkan di Jakarta kereta berarti kereta api Contoh : Pak Adi memang terbukti bersalah, tetapi jika ia dihukum, keluarganya akan menderita, karena pak Adi tulang punggung keluarga, jadi kati tak menghukumnya Contoh : Pak Adi memang terbukti bersalah, tetapi jika ia dihukum, keluarganya akan menderita, karena pak Adi tulang punggung keluarga, jadi kati tak menghukumnya Contoh : Pak Adi memang terbukti bersalah, tetapi jika ia dihukum, keluarganya akan menderita, karena pak Adi tulang punggung keluarga, jadi kati tak menghukumnya

13)

Kesimpulan tak relevan

14)

Makna ganda

15)

Makna ganda ke-tata bahsaan

16)

Sesat pikir karena perbedaan logat atau dialek bahasa

17)

Kesalahan komposisi

18)

Kesalahan divisi

19)

Generalisasi tak memadai

9.

Kesalahan Umum Dalam Penalaran Induktif Induktif dengan

9.1. Menilai penalaran standar Deduktif 9.2. Kesalahan generalisasi

9.2.1. Generalisasi yang terburu-buru : - Kesalahan ini akibat dari pembuatan generalisasi berdasarkan bukti yang tidak cukup, tidak lengkap dan bias.

Contoh : Saya telah bertemu dengan hampir setengah dari anggota organisasi itu, semuanya anak-anak nakal yang suka tawuran. Jadi, kamu jangan bergaul dengan Boni, karena dia salah satu anggota organisasi itu.

Menanggapi generalisasi yang terburuburu : menemukan bukti atau argumen yang berlawanan.

Kita harus meyakinkan si pembicara bahwa argumentasi nya salah dan kesimpulannya tidak tepat dengan mengomentari kesalahan bukti atau sampel yang bias

9.2.2. Kesalahan Kecelakaan : - Kesalahan kecelakaan menerapkan suatu generalisasi pada kasus tidak umum (kecelakaan) yang sebenarnya tidak masuk dalam generalisasi itu.

Contoh : Orang tua sebaiknya tidak menipu anaknya dengan mengatakan hal-hal yang tidak benar. Jadi, Anda bersalah jika mengatakan pada anak Anda bahwa Sinterklas membawa hadiah untuk mereka sementara sebenarnya Anda yang membeli hadiah tersebut.

Menanggapi kesalahan Kecelakaan : tanggapan terbaik adalah dengan membuat si pembicara paham bahwa aturan atau prinsip itu sengaja dibuat samar-samar.

Dengan mencoba membuat si pembicara memahami tujuan yang diinginkan aturan tersebut Perlu mengemukakan prinsip-prinsip lain yang lebih tinggi, yang tujuannya harus didahulukan daripada tujuan yang diperdebatkan Mencoba menemukan situasi yang tidak umum, sehingga ia terpaksa menerima pengecualian untuk aturannya.

9.3. Kesalahan Penggunaan Bukti secara salah 9.3.1. Kesimpulan yang tidak relevan: - kesalahan ini muncul ketika orang menarik kesimpulan yang salah dari bukti yang ada.
Contoh : Menurut survei yang ada, parpol A adalah parpol yang paling peduli terhadap masyarakat. Oleh karena itu, parpol A akan menang di Pemilu 2014 ini.

Menanggapi kesalahan kesimpulan yang tidak relevan : jika dia ingin kita menerima kesimpulannya maka dia harus memberikan argumen yang logis.

Dengan melatih ketelitian dalam menilai bukti

9.3.2. Kesalahan Bukti Yang Ditahan: - Hal ini terjadi ketika pembicara menarik kesimpulan yang tidak tepat dengan mengabaikan, menahan atau meminimalkan derajat pentingnya suatu bukti yang bertentangan dengan kesimpulan. Menanggapi kesalahan bukti yang ditahan : dengan mengajukan semua bukti yang relevan, sehingga kesimpulan yang logis dapat diambil.

Contoh : Tidak ada orang yang waras yang akan mau tinggal di san Fransisco, karena disana banyak kabut dan lembah. Lalu tempatnya curam berbukit-bukit, sehingga berbahaya bila menyetir. Belum lagi gempa bumi yang sewaktu-waktu menyerang. Jadi, jelas bahwa tiada ada alasan mengapa orang akan senang tinggal disana.

Diskusi yang jujur, terbuka dan terstruktur biasanya dapat menunjukkan hal yang masih terlewat. Berusaha keras menemukan buki yang bertentangan yang bisa jadi menggugurkan kesimpulan kita

9.4. Kesalahan statistikal 9.4.1. Kesalahan sampel yang bias (statistik yang bias) Kesalahan ini terjadi ketika data statistik yang digunakan diambil dari sampel tidak representatif terhadap populasi 9.4.2. Kesalahan percontohan yang kecil Kesalahan ini terjadi ketika pembicara menggunakan sampel yang terlalu kecil sehingga kesimpulannya ttidak dapat dipercaya
Contoh : Ketika saya berada di paris, saya hampir selalu diperlakukan kasar oleh pelayan restoran disana saat makan. Orang Perancis memang sangat kasar terhadap orang Amerika.

Contoh : Penelitian ilmiah yang dilakukan para ahli dengan sampel anakanak SD A menunjukkan bahwa 90% dari kelompok uji kami ternyata lubang giginya lebih sediikit setelah menggosok gigi

secara teratur. Jadi, pastiikan anak-anak Anda menggosok gigi secara teratur.

9.4.3. Kesalahan Penjudi Contoh : - Kesalahan ini mengabaikan kaidah Lia sudah gagal ikut kuis itu sebanyak 10 kali. Saya yakin kali ini probabilitas. Hal ini terjadi ketika Lia pun akan gagal seseorang menyimpulkan bahwa suatu kejadian terjadi dipengaruhi oleh sederet kejadian yang mendahuluinya.\ Menanggapi keasalahan penjudi : mencoba mengajarinya tentang teori probabilitas

Hal yang terbaik adalah tidak terpengaruh oleh argumen yang mengandung kesalahan penjudi.

9.5. Kesalahan kausal 9.5.1. Mengacaukan sebab-akibat - Kesalahan ini terjadi ketika sudatu hubungan kausal salah diinterpretasikan. Menginterpretasikan dengan ceroboh atas bukti yang tersedia. Menanggapi kesalahan mengacaukan sebab-akibat : dengan menunjukkan bukti yang ada dapat mendukung hubungan kausal yang sebaliknya.
Contoh : Jika Sam mulai minum, dia jadi tidak menyenangkan. Dia tidak gembira, ingin berhenti bekerja dan tidak punya alasan untuk hidup. Sungguh, dia harus berhenti minum. Minum-minum menbuat seseorang menjadi depresi

Tunjukkan kepada si pembicara bahwa hubungan kausal yang diajukannya memang hanya spekulasi saja dan tidak didukung data empiris.

9.5.2. Mengabaikan penyebab bersama - Kesalahan ini terjadi ketika seorang pembicara menyimpulkan bahwa X penyebab Y sementara keduanta merupakan sebab lain.

Contoh : Jimmy demam sangat tinggi. Hal itu menyebabkan wajahnya bintik-bintik merah. (Kesimpulan tersebut tidak dapat dipercaya tanpa ada bukti lebih lanjut)

Menanggapi kesalahan mengabaikan penyebab bersama : dengan mencoba memaksa pembicara agar memberikan bukti empiris yang mendukung kesimpulannya.

9.5.3. Kesalahan penyebab yang salah - Kesalahan ini terjadi ketika kita Contoh : menyimpulkan tanpa dasar yang cukup Orang kaya selalu belanja dengan kartu kredit. Orang yang selalu kuat bahwa Y mengikuti X, maka X pasti belanja dengan kredit pasti orang kaya. penyebab Y.

Menanggapi kesalahan penyebab yang salah : dengan mencoba memaksa pembicara agar memberikan bukti empiris yang mendukung kesimpulannya.

Menjelaskan padanya mengapa korelasi nya tidak sana dengan hubungan kausal minta untuk menunjukkan bukti yang menunjukkan kausal antara kejadian-kejadian itu.

9.5.4. Mengacaukan penyebab yang berupa Necessary Condition dengan Suffient Condition - Kesalahan ini terjadi ketika seseorang salah menganggap atau mengacaukan suatu penyebab yang merupakan Necessary Condition dengan penyebab yang merupakan Suffient Condition. Menanggapi kesalahan mengacaukan syarat yang perlu dengan syarat yang memadai : dengan mencegahnya

Contoh: Dosen A mengatakan untuk mendapat nilai A, ujian akhir saya harus mencapai nilai 90. Ujian akhir saya nilainya 90, tetapi nilai saya B. Saya protes.

harus menggunakan cara lain agar orang ini paham dengan maksud kita sebenanrnya

9.6. Kesalahan Analogi - Kesalahan ini terjadi karena seseorang menggunakan analogi yang tidak tepat atau menyesatkan dalam argumennya

Contoh: Negara itu ibarat sebuah kapal, dengan presiden sebagai kaptennya. Seperti seorang kapten yang harus dipatuhi tanpa dipertanyakan, begitu pula seorang presiden harus mendapatkan kesetiaan dan kepatuhan dari kabinetnya.

Menanggapi analogi yang salah : menunjukkan bahwa hal-hal yang dianalogikannya memiliki banyak perbedaan yang relevan, sehingga kesimpulannya tidaj meyakinkan.

Menunjukkan kelemahan analogi tersebut den meminta alasannya yang lebih langsung untuk meyakinkan kita akan kebenaran kesimpulannya

Anda mungkin juga menyukai