Anda di halaman 1dari 5

1.

Uraian singkat mengenai Sengketa dan Beda Pendapat.1.

Sengketa yang bersifat

rasional teknokratis, berarti situasi fakta berposisi antara matched atau unmatched, proper atau unproper, appropriate atau inappropriate yang terjadi antara lain karena: (a) tidak dipenuhi, (b) dipenuhi tapi di luar perikatan, (c) dipenuhi tapi keliru, (d) dilaksanakan tapi ditafsirkan beda, (e) dipenuhi tapi lewat waktu, (f) dipenuhi tapi melebihi biaya, (g) ada kendala force majeure, (h) ada syarat tambahan di luar perikatan. 2. Beda pendapat bersifat doktriner normatif bisa dikatakan sebagai opinion yang

berkaitan dengan antara lain: benar-salah, true-untrue, good-bad, nice-ugly, etc. Kerumitan dan kesulitan untuk membedakan antara sengketa dan beda

pendapatperikatan, karena rumitnya untuk membedakan kesepakatan di dalam berbagai bentuk dengan beragam istilah seperti: perjanjian, contract, agreement, consent, MoU, Head of Agreement, etc. Semua bentuk itu dikenal di dalam praktiknya, dan sebenarnya semua itu adalah merupakan perikatan dalam kerangka Pasal 1320 BW dengan prinsip internasional yang sama-sama dianut dalam istilah pacta sunt servanda (segala yang diperjanjikan harus dilaksanakan dengan mentaati perjanjian itu). Oleh sebab itu, lazimnya di dalam setiap perjanjian yang canggih selalu memuat detil teknis yang sangat terinci bahkan sampai berbentuk diagram, matriks, hitung-hitungan angka,

rumus/formula teknokratis, dan process flow arus pelaksanaan, yang semuanya dilandasi persepsi dan pemahaman yang persis serupa antara semua pihak di dalam perikatan2. Dispute tidak bisa disamakan dengan Sengketa. Dispute di dalam ADR tidak sama dengan sengketa. Karena itu, dispute yang bersistem Anglo Saxon, tidak bisa diterjemahkan sebagai sengketa dalam pengertian hukum keperdataan di Indonesia. Sebab menurut sistem Anglo Saxon itu, Dispute is a failure to fulfill contractual obligation yang di dalam ADR dapat berarti private maupun crimes (Customary). Contractual yang dipahami di sini, bukan hanya yang bersifat privat sebagai agreement yang otonoom partij dalam perdata kontinental. Consent yang merupakan public agreement juga masuk ke dalam social contract norms di dalam sistem Anglo, tetapi menjadi hukum publik di dalam sistem kontinental. Karena itu, sengketa dalam ADR dapat juga berarti sebagai breach atau breaking the law (private and/or public). Dengan itu bisa kita pahami di dalam praktiknya, ada beberapa kasus yang bagi kita di Indonesia harus ditempuh dengan proses acara pidana, tetapi di dalam ADR bisa ditempuh dengan cara penyelesaian sendiri

secara otonom oleh para pihak, misalnya menyangkut pidana yang ringan-ringan atau yang mengakibatkan korban tidak terlalu besar dan hanya melibatkan orang yang tertentu saja. Namun, bilamana dispute adalah sengketa bisnis misalnya, maka tentu saja dalam hal ini baik ADR maupun APS sama saja lingkupnya. 3. Ada beberapa Sengketa Publik sebagai APS menurut PERMA terkini No. 1 tahun

2008 jo. No.2 tahun 2003 yang sebenarnya bersifat publik tetapi bisa ditempuh dengan Acara APS.Sengketa publik menurut Peraturan Mahkamah Agung RI (PERMA RI) No. 2 Thn 2003 jo. terkini PERMA RI No. 1 Thn 2008 tentang Mediasi di Pengadilan, juga memasukkan beberapa sengketa publik yang meliputi bidang:(a) lingkungan hidup, (b) hak asasi manusia, (c) perlindungan konsumen, (d) pertanahan, dan (e) perburuhan industrial yang melibatkan kepentingan banyak buruh, (f) perbankan, (g) asuransi dengan nasabah, (h) pers, (i) KIP (Komisi Informasi Pernyiaran), dan (j) sengketa adat. 4. Yang menjadi pihak-pihak dalam APS ialaha. Plantiff atau Claimant: Ia adalah

setiap orang yang mengajukan gugatan atau memulai proses hukum. Adalah pihak subjek yang menjadi insiator awal kasus. Dan karena inisiatif itu dalam konteks kita bukan litigasi, sehingga belum jadi Penggugat.b. Defendant atau Respondent: Orang yang melanggar hukum (illegal proceeding) baik dalam lingkup perdata (civil) maupun dalam pidana (criminal) yang di dalam perdata dia digugat (sued) dan di dalam acara pidana dia dituduh/didakwa (accused).5. Surat Kuasa serupa dengan Legal Mandate atau Power of

Attorney.Kuasa Hukum berdasarkan Surat Kuasa, yang sejajar tetapi tidak identik serupa dengan Attorney at Law, Practical Lawyer, Sollicitor, berdasarkan tetapi tidak identik serupa dengan Legal Mandate, atau Power of Attorney.Legal Mandate is an official command generally issued by a court or a judge. Bentuk Surat Kuasa hukum yang merupakan perintah dari atau yang dikeluarkan oleh pengadilan atau hakim. Kuasa di sini berarti juga sebagai dasar hukum untuk eksekusi putusan hakim atau pengadilan sehingga disebut sebagai mandate. Dalam praktik sistem acara kita di Indonesia, kuasa seperti ini diberikan oleh pengadilan kepada Jurusita. Tetapi ada juga Kuasa Hukum yang ditunjuk oleh pengadilan atau hakim bagi mereka yang berperkara tetapi tidak mampu (pro-Deo atau Probono) untuk mengadakan sendiri Advokat bagi kepentingan dirinya.Power of Attorney is a document authorizing another to act as ones agent, either

in a limited circumstances or in general. Rumusan ini hampir sama atau sangat mirip dengan pemahaman Surat Kuasa Hukum dalam praktik acara kita di Indonesia. Bisa disimak terjemahannya secara bebas yakni sebagai: dokumen yang memberi wewenang kepada orang/pihak lain untuk mewakilinya (agent) baik untuk keperluan yang terbatas (limited) ataupun untuk hal yang bersifat umum (in general). 6. Occupation harus sah di dalam APS. Occupation berarti sebagai otoritas dan posisi

yuridis seseorang sebagai pihak di dalam suatu sengketa. Posisi yuridis itu adalah selaku subyek hukum yang harus sah, cakap (bevoegd) dan berwenang (bekwaan) untuk bertindak melakukan perbuatan hukum (dalam hal ini kesepakatan APS). Untuk itu, para pihak yang bersengketa dan yang akan bersepakat untuk membuat dan menetapkan acara APS haruslah memenuhi syarat cakap dan wenang bertindak sebagai occupation yang mereka miliki. Sebab, tanpa occupation itu, maka kesepakatan APS dan semua hasilnya akan menjadi tidak sah secara yuridis dan karena itu menjadi non-legal binding. Beberapa hal yang berkaitan dengan occupation terutama mengenai kedudukan atau jabatan dengan wewenang yang melekat pada fungsi di dalam kedudukan atau jabatan itu 7. Pelembagaan APS dan klausul Arbitrase harus dibuat dengan tertib acara yang

merupakan perikatan baru diantara para pihak yang sedang bersengketa. Arti dan maksudnya bahwa pelembagaan itu sejajar dengan UU Hukum Acara APS adalah: Pelembagaan prosedur teknis administratif Hukum Acara APS yang dapat dikatakan berbeda dengan HIR/RBg, justru menjadi salah satu inti pokok di dalam pengetahuan dan pemahaman APS/ADR yang baik dan benar. Oleh karena APS adalah non-litigasi dan lingkupnya non-publik, itu artinya para pihak yang sedang bersengketa memiliki otonomi hukum privat untuk menentukan sendiri, acara yang bagaimana dan meliputi apa saja yang mereka sepakati untuk ditempuh bersama dalam menyelesaikan sengketa di antara mereka. Kata kunci di situ, yakni: kesepakatan dan sengketa, yang non-litigasi dan non-publik. Itu berarti, hukum acara harus disepakati terlebih dahulu, yang dalam kategori perdata sebagai perikatan menurut ketentuan Pasal 1320 KUH-Perdata atau BW. Oleh sebab itu, segala syarat subyektif dan obyektif di dalam Pasal 1320 BW harus dipenuhi secara sah dan berlaku oleh para pihak yang akan bersepakat menentukan acara APS. Karena, bilamana syarat itu tidak

dipenuhi, maka acara APS ini menjadi tidak berkekuatan hukum (non-legal binding).1. Jelaskan secara ringkas mengenai Arbitrase di dalam UNCITRAL?Tujuan PBB melahirkan UNCITRAL Arbitrase Rules adalah untuk menginternasionalisasikan nilainilai dan tata cara arbitrase dalam menyelesaikan persengketaan yang terjadi dalam hubungan perdagangan internasional Menurut pendapat para penandatangan resolusi, sangat dibutuhkan suatu aturan atau Rule yang seragam dalam bidang arbitrase antara negara-negara yang paling berbeda sistem hukum. sosial, dan ekonominya, sebagai sumbangan untuk mendorong terwujudnya perkembangan yang harmonis dalam hubungan perekonomian internasional. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, PBB telah memprakarsai terciptanya suatu aturan arbitrase ( arbitration rules) yang berwawasan internasional melalui konsultasi-konsultasi oleh United Nations Commission on International Trade Law. Dan untuk masalah-masalah komersil yang diselesaikan dengan arbitrase dan konsiliasi perjanjian antar negara dengan negara.

2. 3.

Jika konsultasi tidak berhasil menyelesaikan sengketa antar pihak maka.. Perbedaan praktik antara acara Negosiasi dan Konsultasi

Konsultasi, Konsultan, dan hasil akhir konsultasi: 1. Pertemuan tatap muka langsung para pihak untuk: berbicara, berunding, saling

mengajukan dan mencatat data, fakta, keterangan, dan informasi obyektif.2. Konsultan Hukum (Advokat, Pengacara) dan Konsultan Profesional (terdaftar, tidak terdaftar). Paket kinerja (performance) manajemen konsultasi dengan ragam strategi dan taktik profesional untuk meyakinkan Klien, kemitraan dengan public relation dan marketer, keahlian presentasi sebagai presenter.3. Tahap pendalaman terhadap hasil tatap muka, check and rechecked, klarifikasi dan konfirmasi hasil konsultasi, prediksi dan penentuan posisi antar konsultan.4. Tahap analisis hasil sementara untuk penentuan time schedule berikutnya.5. Rekomendasi kemungkinan penyelesaian kasus dengan RTL (rencana

tindak lanjut) ke dalam bentuk opini dan aksi penyelesaian, berikut biayanya.6. Hasil

akhir konsultasi (Final Opinion) dalam bentuk: (a) rangkuman kasus obyektif, (b) identitas, posisi, dan status para pihak di dalam kasus, (c) identifikasi fokus masalah para pihak di dalam kasus, (d) actions yang sudah dilakukan sampai pada tahap konsultasi, (e) analisis kasus sebagai opini pihak Plaintiff/Claimant atau Defendant/Respondent menuju solusi akhir, (f) prediksi volume kerja,lama kerja dan jumlah personalia, (g) perkiraan keseluruhan biaya (man hour base, lumpsum base, US$/Rp) terdiri dari: administrasi, registrasi resmi dan tak-resmi, dokumentasi dan literatur, actual costs (transpor, akomodasi, konsumsi), tactics funds, professional fee, dan success fee, (h) cara pembayaran (persentase tahap, atau after-all).7. Settlement pembebanan biaya kepada Plaintiff atau Defendant, single payment, atau periodic collection (mingguan, atau bulanan, atau periode tahap kerja). Negosiasi, Tahapan Negosiasi, dan Ragam Teknik Negosiasi: 1. Itikad baikkedua pihak yang saling berkepentingan menyelesaikan sengketa.2. Saling sepakat bertemu, berbicara, dan berunding langsung ke arah penyelesaian. Bedakan dengan konsultasi, negosiasi berfokus kepada penyelesaian kasus. Performance managerial professional si Negosiator sama saja dengan Konsultan.3. Tahap negosiasi melalui: (a) persiapan menentukan sasaran, prioritas, pengumpulan informasi dan prediksi stategi maupun taktik, (b) diskusi sebagai proses negosi

Anda mungkin juga menyukai