Yohannes Suraja
tahun yang berasal dari satuan kerja dan civitas akademika di lingkungan
perguruan tinggi; dan
2. pembinaan kearsipan di lingkungan perguruan tinggi yang bersangkutan (pasal
28).
C. Penyelenggaraan Arsip Perguruan Tinggi
Arsip perguruan tinggi adalah lembaga kearsipan berbentuk satuan organisasi
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang melaksanakan fungsi dan tugas
penyelenggaraan kearsipan di lingkungan perguruan tingginya masing-masing. Arsip
perguruan tinggi perlu diselenggarakan oleh setiap perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta.
Penyelenggaraan arsip perguruan tinggi merupakan serangkaian fungsi dan
tugas yang meliputi : penetapan kebijakan, pembinaan kearsipan, dan pengelolaan
arsip (Pasal 6 ayat 5).
1. Penetapan Kebijakan Arsip Perguruan Tinggi
Kebijakan dapat berupa : pernyataan-pernyataan tentang tujuan yang
dikehendaki, usulan-usulan yang dilontarkan, keputusan dari berbagai alternatifalternatif, undang-undang, peraturan, program, keluaran yang berbentuk
pemberian manfaat langsung berupa uang, pemberian pelayanan berupa barangbarang/jasa-jasa,
pemberlakuan
peraturan,
himbauan-himbauan
untuk
dilaksanakan atau ditempuh (bandingkan Wahab, 1990, 14-18). Penetapan
kebijakan di bidang kearsipan dapat berupa berbagai rupa kebijakan tersebut yang
harus atau seharusnya dilaksanakan untuk membangun, memelihara, dan
mengembangkan kegiatan kearsipan di lingkungan internal perguruan tinggi.
Kebijakan kearsipan perguruan tinggi ditetapkan oleh ketua yayasan, rektor, ketua
atau direktur lembaga pendidikan tinggi masing-masing, yang dalam
perumusannya dapat dibantu oleh arsiparis, kepala arsip perguruan tinggi, dan ahli
kearsipan lain. Kebijakan kearsipan digunakan sebagai dasar pembinaan,
pengelolaan, pelaksanaan, dan pengembangan kearsipan di setiap unit kerja yang
ada di perguruan tinggi.
2. Pembinaan Arsip Perguruan Tinggi
Pembinaan dimaksudkan untuk pengembangan sumber daya manusia
dalam hal ini arsiparis dan petugas kearsipan lainnya sehingga memiliki
kompetensi dan profesionalitas di bidang kearsipan. Pembinaan kearsipan secara
nasional dilaksanakan oleh lembaga kearsipan nasional yaitu ANRI terhadap
pencipta arsip tingkat pusat dan daerah, lembaga kearsipan daerah provinsi,
lembaga kearsipan daerah kabupaten/kota, termasuk kepada lembaga kearsipan
perguruan tinggi (Pasal 8 ayat 1). Di perguruan tinggi, pembinaan kearsipan
dilaksanakan oleh lembaga kearsipan perguruan tinggi terhadap satuan kerja dan
civitas akademika di lingkungan perguruan tinggi (Pasal 8 ayat 4). Jadi lembaga
kearsipan perguruan tinggi mempunyai fungsi pembinaan bagi setiap unit
kearsipan yang ada di satuan kerja, dosen, karyawan dan mahasiswa sebagai
anggota civitas akademika perguruan tinggi. Pembinaan dapat dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan, pengarahan yang berkenaan dengan pelaksanaan kearsipan
bagi pejabat dan pegawai atau sumber daya manusia sehingga mereka mempunyai
kompetensi atau profesionalitas kearsipan, tanggungjawab terhadap pelaksanaan
kearsipan di setiap unit kerja lingkungan perguruan tinggi.
3. Pengelolaan Arsip Perguruan Tinggi
Ketentuan pengelolaan arsip perguruan tinggi secara jelas tersurat pada
pasal 9, 27, 28, 40, dan 41. Pengelolaan arsip dilakukan terhadap arsip dinamis
dan arsip statis (pasal 9 ayat 1). Pengelolaan arsip dinamis terdiri arsip vital, arsip
aktif; dan arsip inaktif (ayat 2). Pengelolaan arsip dinamis menjadi tanggung
jawab pencipta arsip (ayat 3). Dan pengelolaan arsip statis menjadi tanggung
jawab lembaga kearsipan (ayat 4).
3.1. Pengelolaan Arsip Dinamis
Seperti tersurat di atas bahwa pengelolaan arsip dinamis dilakukan
terhadap arsip vital, arsip aktif, dan arsip inaktif. Arsip vital adalah arsip yang
keberadaannya merupakan persyaratan dasar bagi kelangsungan operasional
pencipta arsip, tidak dapat diperbarui, dan tidak tergantikan apabila rusak atau
hilang. Arsip aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau
terus menerus. Arsip inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah
menurun (pasal 1 ayat 3,4 dan 5).
Tujuan dari pengelolaan arsip dinamis adalah untuk menjamin
ketersediaan arsip dalam penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas
kinerja dan alat bukti yang sah berdasarkan suatu sistem yang memenuhi
persyaratan : andal; sistematis; utuh; menyeluruh; dan sesuai dengan norma,
standar, prosedur, dan kriteria (pasal 40 ayat 1). Selain itu juga untuk menjaga
keautentikan, keutuhan, keamanan, dan keselamatan arsip (pasal 40 ayat 5).
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengelolaan arsip dinamis dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan : penciptaan, penggunaan, pemeliharaan dan
penyusutan arsip (pasal 40 ayat 2).
3.1.1. Penciptaan Arsip Dinamis
Penciptaan arsip seperti surat dan naskah lainnya, gambar, dan
rekaman merupakan aktivitas awal dari masa kehidupan arsip, yaitu kegiatan
membuat surat atau dokumen lain yang diperlukan dalam rangka pengelolaan
dan operasional organisasi dalam rangka mencapai tujuan (Suraja, 2006, 99).
Penciptaan arsip dapat diartikan sebagai aktivitas membuat rekaman kegiatan
atau peristiwa dalam bentuk dan media apapun sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan dalam penciptaan arsip adalah :
(a) Penciptaan arsip dilaksanakan dengan baik dan benar untuk menjamin
rekaman kegiatan dan peristiwa sebagaimana adanya sehingga
menghasilkan arsip yang autentik, utuh, dan terpercaya (pasal 41 ayat 1).
(b) Pencipta arsip dan/atau lembaga kearsipan dapat membuat arsip dalam
berbagai bentuk dan/atau melakukan alih media meliputi media elektronik
dan/atau media lain (pasal 68).
(c) Penciptaan arsip dilaksanakan berdasarkan analisis fungsi dan tugas
organisasi (pasal 41 ayat 2)
(d) Penciptaan arsip harus memenuhi komponen struktur, isi, dan konteks
arsip (pasal 41 ayat 3)
Dari ketentuan-ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa setiap
pejabat dan pegawai unit kerja yang terlibat dalam pembuatan dokumen harus
memperhatikan prinsip-prinsip berikut dalam proses menciptakan arsip yaitu :
baik dan benar, dapat menentukan bentuk dan/atau melakukan alih media
meliputi media elektronik dan/atau media lain, penciptaan arsip dilaksanakan
dengan melakukan analisis fungsi dan tugas organisasi, memenuhi komponen
struktur, isi dan konteks arsip. Dalam menciptakan arsip, pencipta arsip
mengatur dan mendokumentasikan proses pembuatan dan penerimaan arsip
secara akurat (pasal 41 ayat 4). Dalam hal ini, pencipta arsip harus/seharusnya
melakukan pencatatan (perekaman) proses pembuatan dokumen, pencatatan
pendistribusian dokumen baik pengiriman maupun penerimaannya.
Pencatatan proses pembuatan dokumen misalnya berupa notulensi rapat,
proses rapat, isi rapat, dan keputusan rapat yang berkenaan dengan pembuatan
dokumen. Sedangkan pencatatan pendistribusian dokumen dilakukan dengan
melakukan pencatatan pada buku/kartu agenda, pencatatan penyampaian
dokumen dengan menggunakan lembar disposisi, dan lembar/buku ekspedisi
(model lama), lembar pencatatan penerimaan dokumen, lembar kartu kendali,
lembar kartu tunjuk silang, lembar pengantar surat (model baru), atau
pencatatan secara elektronik dengan menggunakan komputer.
3.1.2. Penggunaan Arsip Dinamis
Arsip dinamis baik arsip vital, arsip aktif ataupun arsip inaktif masih
selalu-sering-kadang-kadang digunakan oleh pejabat dan pegawai untuk
kepentingan manajerial dan operasional organisasi. Tentang penggunaan dan
pemeliharaan arsip-dinamis dinyatakan bahwa :
(a) Pencipta arsip wajib menyediakan arsip dinamis bagi kepentingan
pengguna arsip yang berhak.
(b) Pencipta arsip membuat daftar arsip dinamis berdasarkan 2 (dua) kategori,
yaitu arsip terjaga dan arsip umum (pasal 42). Arsip terjaga adalah arsip
negara yang berkaitan dengan keberadaan dan kelangsungan hidup bangsa
dan negara yang harus dijaga keutuhan, keamanan, dan keselamatannya.
Arsip umum adalah arsip yang tidak termasuk dalam kategori arsip terjaga
(pasal 1 ayat 7 dan 8).
Berkenaan dengan penggunaan atau peminjaman arsip, UU Nomor 43
Tahun 2009 tentang Kearsipan pasal 44 ayat 1 menentukan bahwa pencipta
arsip dapat menutup akses atas arsip dengan alasan apabila arsip dibuka untuk
umum dapat:
(a) menghambat proses penegakan hukum;
(b) mengganggu kepentingan pelindungan hak atas kekayaan intelektual dan
pelindungan dari persaingan usaha tidak sehat;
(c) membahayakan pertahanan dan keamanan negara;
(d) mengungkapkan kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam kategori
dilindungi kerahasiaannya;
(e) merugikan ketahanan ekonomi nasional;
(f) merugikan kepentingan politik luar negeri dan hubungan luar negeri;
(g) mengungkapkan isi akta autentik yang bersifat pribadi dan kemauan
terakhir ataupun wasiat seseorang kecuali kepada yang berhak secara
hukum;
(h) mengungkapkan rahasia atau data pribadi; dan
(i) mengungkap memorandum atau surat-surat yang menurut sifatnya perlu
dirahasiakan.
Di samping ketentuan kemungkinan penutupan akses atas arsip seperti
tersebut di atas, ditetapkan pula bahwa pencipta arsip wajib menjaga
kerahasiaan arsip tertutup (pasal 44 ayat 2), dan pencipta arsip wajib
menentukan prosedur berdasarkan standar pelayanan minimal serta
menyediakan fasilitas untuk kepentingan pengguna arsip (pasal 44 ayat 3).
Berkenaan dengan penggunaan arsip ini pencipta arsip perlu memiliki
ketentuan prosedur peminjaman arsip, ketentuan waktu peminjaman, dan
prosedur pengembalian arsip termasuk sanksi apabila terjadi kehilangan arsip.
3.1.3. Pemeliharaan Arsip Dinamis
Pemeliharaan arsip dinamis dilaksanakan oleh pencipta arsip untuk
menjamin keamanan informasi dan fisik arsip (pasal 45 ayat 1). Pemeliharaan
arsip dilakukan sesuai dengan standar pemeliharaan arsip (ayat 2).
Pemeliharaan arsip dilakukan untuk mencegah kerusakan arsip yang dapat
terjadi karena faktor intrinsik yaitu bahan-bahan yang digunakan dalam
menciptakan arsip seperti kertas, tinta, dan pasta/lem; atau karena faktor
ekstrinsik yaitu akibat serangan dari luar seperti kelembaban, udara yang
terlampau kering, sinar matahari, kekotoran udara, debu, jamur, serangga,
rayap, gegat, api, dan air. Oleh karena itu untuk memelihara arsip maka ruang
arsip harus kering, kuat, terang, berfentilasi yang baik, pancaran sinar
matahari tidak langsung masuk ke ruangan, jendela dan pintu diberi jaring
kawat untuk menyaring udara masuk, menyaring serangga, hewan kecil dan
lainnya. Saluran air tidak melalui ruangan arsip. Suhu udara berkisar antara
65-75 derajad Fahrenheid, kelembaban udara antara 50-65%, dan untuk
mempermudah pengaturan suhu dan kelembaban udara perlu dipasang AC
selama 24 jam terus menerus. Tempat penyimpanan menggunakan rak logam,
dan arsip disusun agak merenggang, tidak terlalu rapat, diatur dengan cermat,
dan arsip tidak terlipat. Selain itu, untuk mencegah serangga/rayap dapat
dimasukkan kapur barus ke kotak/laci/almari arsip (Wursanto, 1991 : 118119).
3.1.4. Penyusutan Arsip Dinamis
Penyusutan arsip dilaksanakan oleh pencipta arsip (pasal 47 ayat 1).
Penyusutan arsip yang dilaksanakan perguruan tinggi negeri dilaksanakan
berdasarkan jadwal retensi arsip dengan memperhatikan kepentingan pencipta
arsip serta kepentingan masyarakat, bangsa dan negara (ayat 2). Jadwal retensi
arsip adalah daftar yang berisi sekurang-kurangnya jangka waktu
penyimpanan atau retensi, jenis arsip, dan keterangan yang berisi rekomendasi
tentang penetapan suatu jenis arsip dimusnahkan, dinilai kembali, atau
dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan dan
penyelamatan arsip (pasal 1 ayat 21).
Penyusutan arsip meliputi tiga kegiatan :
(a) pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan;
(b) pemusnahan arsip yang telah habis retensi dan yang tidak memiliki nilai
guna dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
(c) penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga kearsipan
(pasal 49).
Pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan diatur oleh
pimpinan pencipta arsip (pasal 50). Pada pasal 51 dinyatakan tentang
pemusnahan arsip sebagai berikut :
(a) Pemusnahan arsip dilakukan terhadap arsip yang:
(1) tidak memiliki nilai guna;
(2) telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan berdasarkan
JRA (Jadwal Retensi Arsip);
(3) tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang; dan
(4) tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara.
(b) Pemusnahan arsip wajib dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang benar.
(1) mendaftar secara lengkap arsip-arsip yang akan dimusnahkan (unit
kerja, kode pokok masalah/masalah, jenis fisik arsip, tanggal, bulan
dan tahun berkas, serta jumlah berkas)
(2) melaksanakan pemusnahan arsip dengan cara membakar, melebur, atau
mencacahnya, dan dengan membuat berita acara.
(c) Pemusnahan arsip pada pencipta arsip merupakan tanggung jawab
pimpinan pencipta arsip yang bersangkutan, dengan memberikan tanda
tangan sebagai tanda mengetahuii/menyetujui.
Sedangkan tentang penyerahan arsip diatur pada pasal 53, dan untuk
perguruan tinggi dinyatakan bahwa satuan kerja di lingkungan perguruan
tinggi negeri wajib menyerahkan arsip statis kepada arsip perguruan tinggi di
lingkungannya (ayat 5). Arsip statis adalah arsip yang memiliki nilai guna
kesejarahan, dan telah habis retensinya dan berketerangan dipermanenkan
sesuai dengan JRA (ayat 7). Berdasarkan sudut pandang JRA dapat dikatakan
bahwa suatu arsip menjadi arsip statis harus melalui masa sebagai arsip aktif,
arsip inaktif, dan setelah habis masa retensinya dan menurut penilaian arsip
yang bersangkutan mempunyai nilai abadi atau berketerangan dipermanenkan,
maka arsip tersebut tergolong sebagai arsip statis. Arsip yang tidak dikenali
penciptanya atau karena tidak adanya JRA dan dinyatakan dalam Daftar
Pertelaan Arsip (DPA) oleh lembaga kearsipan dinyatakan sebagai arsip statis
(ayat 8). Pencipta arsip bertanggung jawab atas autentisitas, reliabilitas, dan
keutuhan arsip statis yang diserahkan kepada lembaga kearsipan (pasal 54).
3.2. Pengelolaan Arsip Statis
Seperti dikemukakan di atas arsip statis adalah arsip yang dihasilkan
oleh pencipta arsip karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis
retensinya, dan berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik
secara langsung maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia
dan/atau lembaga kearsipan.
Arsip perguruan tinggi wajib melaksanakan pengelolaan arsip statis
yang diterima dari : satuan kerja di lingkungan perguruan tinggi; dan civitas
akademika di lingkungan perguruan tinggi (pasal 27 ayat 4), dan memiliki tugas
melaksanakan pengelolaan arsip inaktif yang memiliki retensi sekurangkurangnya 10 (sepuluh) tahun yang berasal dari satuan kerja dan civitas
akademika di lingkungan perguruan tinggi; dan pembinaan kearsipan di
lingkungan perguruan tinggi yang bersangkutan (pasal 28).
Pada pasal 59 dinyatakan bahwa pengelolaan arsip statis dilaksanakan
untuk menjamin keselamatan arsip sebagai pertanggungjawaban nasional bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (ayat 1). Pengelolaan arsip
statis meliputi: akuisisi arsip statis; pengolahan arsip statis; preservasi arsip
statis; dan akses arsip statis (ayat 2).
3.2.1. Akuisisi Arsip Statis
Akuisisi arsip statis adalah proses penambahan khasanah arsip statis
pada lembaga kearsipan yang dilaksanakan melalui kegiatan penyerahan arsip
statis dan hak pengelolaannya dari pencipta arsip kepada lembaga kearsipan.
Tentang akuisisi diatur pada pasal 60 yaitu bahwa lembaga kearsipan
melaksanakan akuisisi arsip statis. Akuisisi meliputi arsip statis yang telah
diverifikasi secara langsung maupun tidak langsung. Lembaga kearsipan wajib
membuat Daftar Pertelaan Arsip (DPA) yang diakuisisi dan mengumumkannya
kepada publik. Setiap orang yang memiliki atau menyimpan arsip statis yang
hendak diakusisi wajib menyerahkan kepada ANRI atau lembaga kearsipan
dilakukan sesuai dengan persyaratan dari pencipta arsip yang memiliki arsip
tersebut (pasal 65).
Terhadap arsip statis yang dinyatakan tertutup berdasarkan persyaratan
akses atau karena sebab lain, kepala lembaga kearsipan sesuai dengan lingkup
kewenangannya dapat menyatakan arsip statis menjadi terbuka setelah melewati
masa penyimpanan selama 25 (dua puluh lima) tahun. Arsip statis dapat
dinyatakan tertutup apabila memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan
Lembaga kearsipan memiliki kewenangan menetapkan keterbukaan
arsip statis sebelum 25 (dua puluh lima) tahun masa penyimpanan yang
dinyatakan masih tertutup dengan pertimbangan:
a. tidak menghambat proses penegakan hukum;
b. tidak mengganggu kepentingan pelindungan hak atas kekayaan intelektual
dan pelindungan dari persaingan usaha tidak sehat;
c. tidak membahayakan pertahanan dan keamanan negara;
d. tidak mengungkapkan kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam kategori
dilindungi kerahasiaannya;
e. tidak merugikan ketahanan ekonomi nasional;
f. tidak merugikan kepentingan politik dan hubungan luar negeri;
g. tidak mengungkapkan isi akta autentik yang bersifat pribadi dan kemauan
terakhir ataupun wasiat seseorang kecuali kepada yang berhak secara
hukum;
h. tidak mengungkapkan rahasia atau data pribadi; dan
i. tidak mengungkapkan memorandum atau surat-surat yang menurut sifatnya
perlu dirahasiakan.
Untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,
kepentingan penyelidikan dan penyidikan, arsip statis dapat diakses dengan
kewenangan kepala lembaga kearsipan.
Penetapan arsip statis menjadi tertutup dilakukan oleh kepala lembaga
kearsipan dan dilaporkan kepada pimpinan perguruan tinggi. Penetapan
dilakukan secara terkoordinasi dengan pencipta arsip yang menguasai
sebelumnya.
Penetapan keterbukaan arsip statis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan dan berlaku sejak arsip statis diterima oleh lembaga kearsipan (pasal
66). Oleh karena itu kepala lembaga kearsipan harus merumuskan dan
menetapkan kebijakan tentang keterbukaan arsip statis dan kebijakan lainnya
yang relevan dengan penyelenggaraan arsip perguruan tinggi untuk menjamin
penyelenggaraan arsip perguruan tinggi yang efektif dan efisien.
D. Tujuan Penyelenggaraan Arsip di Perguruan Tinggi
Seperti diungkapkan di atas penyelenggaraan arsip di perguruan tinggi
dilaksanakan melalui penetapan kebijaksanaan, pembinaan unit kearsipan terutama
pejabat dan pegawainya, dan pengelolaan arsip dinamis dan statis. Kegiatan
penyelenggaran arsip tersebut diarahkan ke pencapaian tujuan yang seoptimal
mungkin. Tujuan penyelenggaraan arsip di perguruan tinggi adalah :
a. Menjamin terciptanya arsip dari kegiatan yang dilakukan setiap unit kerja di
perguruan tinggi.
b. Menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang
sah.
c. Menjamin terwujudnya pengelolaan arsip yang andal dan pemanfaatan arsip yang
optimal.
d. Menjamin pelindungan kepentingan perguruan tinggi, negara dan hak-hak
keperdataan masyarakat melalui pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik
dan terpercaya.
e. Mendinamiskan penyelenggaraan kearsipan perguruan tinggi sebagai suatu sistem
yang komprehensif dan terpadu.
f. Menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban
dalam kehidupan perguruan tinggi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Menjamin keselamatan aset perguruan tinggi sebagai bagian dari aset nasional
dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan, serta keamanan
sebagai identitas dan jati diri bangsa.
h. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan dan pemanfaatan
arsip yang autentik dan terpercaya (bandingkan dengan pasal 3 UU No. 43 Tahun
2009).
E. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Pencapaian Tujuan Penyelenggaraan
Arsip di Perguruan Tinggi
Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan arsip di perguruan tinggi adalah kepemimpinan unit kearsipan dan
lembaga kearsipan, kompetensi dan profesionalitas arsiparis dan sumber daya
manusia lainnya, dan kondisi sarana prasarana unit dan lembaga kearsipan.
1. Faktor Kepemimpinan Unit Kearsipan dan Lembaga Kearsipan
Unit kearsipan pada pencipta arsip dan lembaga kearsipan harus dipimpin
oleh sumber daya manusia yang profesional dan memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan formal dan/atau pendidikan dan pelatihan kearsipan
(pasal 29). Kompetensi pimpinan unit dan lembaga kearsipan meliputi :
a. Ketrampilan teknis yaitu kemampuan menggunakan bahan, peralatan,
komputer, almari arsip untuk melaksanakan kegiatan kearsipan dan mengatasi
persoalan penggunaan fasilitas dan pelaksanaan pekerjaan kearsipan.
Ketrampilan ini lebih banyak dibutuhkan oleh manajer/pimpinan lini
pertama/bawah.
b. Ketrampilan manusiawi, yaitu kemampuan untuk bekerjasama, memahami,
mempengaruhi dan memotivasi orang lain terutama para pegawai sebagai
individu dan anggota kelompok. Ketrampilan ini lebih banyak dibutuhkan
oleh manajer/pimpinan menengah.
c. Ketrampilan konseptual, yaitu kemampuan menguraikan dan menjelaskan